LBM 5 MATATRAUMA DAN KEBUTAAN
STEP 1 Hifema : darah di dalam bilik mata depan (diisi humor
aquos, dari depan kornea smp belakang iris) akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris/ badan siliar.Bisa karna trauma/
spontan
Oedem kornea: bengkak kornea karna membrane descment/ endotel
mengalami pembengkakn sehingga terjadi penimbunan pd stroma.STEP
21. Mengapa didapatkana. VOD 3/60?b. injeksi siliar (+)?c. kornea
udem (+)?d. hifema 1/3 inferior? e. pupil midilatasi2. mengapa
dokter menyarankana. rawat inap?b. tirah baring dgn kepala lebih
tinggi?c. kompres dingin?d. obat anti pendarahan, jenisnya apa?3.
Apa saja komplikasi lainnya yang dpt terjadi?4. Jenis trauma?5.
Sama/ tidak dampak yg ditimbulkan saat mata membuka dengan mata
tertutup saat terjadi trauma?6. Px fisik lain yang mungkin
ditemukan?STEP 31. Mengapa didapatkana. VOD 3/60?Akibat dari
perdarahan menutupi media refrakta, Korne oedem tes plasido
keruhTerkena kock trauma tumpul klo VOD 3/60 penurunan visus, bisa
kornea, humor viterus, lensa, corpus viterum, bisa juga kena iris,
terjadi kelumpuhan otot Oedenm kornea berat sel2 radang memperberat
b. injeksi siliar (+)?Kornea avaskular ada trauma, perdangan memicu
sel lain di stroma kornea bekerja sbg makrofag dilatasi vascular
limbus injeksi perikornealWondering sel di kornea?humor aquos ada
Igantigen masuk dikenali APC sel?? (mekanisme inflamasi)??
c. kornea udem (+)?Hasil Proses inflamasi bertumpuk membesarBisa
terjadi di epitel smp stroma/ membrane descemnetManifestasinya
nyeriCedera smp endotel (ada pompa bikarbonat yg aktif dlm endotel)
bsa menghilangkan sifat transparanLapisan kornea & fungsi
spesifik? Kalau erosi di Epitel: bisa meregenerasiMembrane bowman:
jar. Parut sedikitStroma: jar. Parut banyak, bisa menyebar ke
membrane descement lentur membrane descement benjol.Klo di epitel
local oedem sesaat d. hifema 1/3 inferior? Akumulasi darah di bilik
mata anteriordari pembuluh darah iris & badan siliarInferior:
karana ada pengaruh dari gaya berat mengendapHifema: manifestasi
dari trauma tumpul yang berefek pd uvea: bsa terjadi karna spontan
pd anak2 leukimia & retinoblastomaTrauma primer: segera sth
traumaSekunder: stlh 5 hari smp 1 minggu bru timbulBerdasar
pemenuhan bilik mata depan:Grade 1: mengisi kureang dri 1/3 COA
Grade 2: mengisi 1/3 COAGrade 3: mengisi smp seluruh ruangan
COAGrade 4: mengisi seluruh ruangan COA
e. pupil midilatasitrauma terkena m.sfingter pupil lumpuh
sementara pupil melebar mengeluh silaukarna ada hifema lintasan
mengalirnya cahaya tdk sempurna kornea keruhberhubungan dengan
reflek pupil aferen:n.II & eferen:n.IIIpada katarak matur
terjadi midilatasi/tidak?2. mengapa dokter menyarankana. rawat
inap?Takut mengalami kebutaan.Berkaitan dengan kompilkasi: darah di
COA: mengandung Fe klo di bola mata menyebabkan siderous bulbi
kebutaan.Diawasi terjadinya glaucoma sekunder, klo darah masih
menetap dilakukan parasintesis pengeluaran darah dari COA.
b. tirah baring dgn kepala lebih tinggi?Tirah baring 60
derajat.Hifema pada keadaan duduk akan terkumpul di
inferior,Bagaimana kalau tiduran?c. kompres dingin?Melawan
perdarahan VASOKONSTRIKSIMengurangi rasa nyeriBagaimana cara
melakukan kompres dingin?d. obat anti pendarahan, jenisnya apa?
Anti perdarahan/ koagulan Dekongestan Asam amino kaproat 3. Jenis
trauma? Trauma tumpul: menyebabkan kontusio okulia. Trauma tumpul
pada matab. Konjungtivac. Kornead. Uveae. Lensaf. Retina &
koroidg. optikus Trauma tembus bola mata Trauma radiasi (sinar uv)
pterigium, bisa juga terkena sinar infra red( gerhana matahari) klo
absorbsi sinar infra red terlalu banyak katarak Trauma akibat
kimiaa. Asam bisa terjadi koaglasi proteinb. basa
Mekanik:tumpul, tajam perforasi trauma, benda asingNon mekanik:
kimia , radiasi, ledakan: bisa karna terkena bom4. Px fisik lain
yang mungkin ditemukan?5. Penatalaksanaan trauma pada mata?6. Apa
saja komplikasi lainnya yang dpt terjadi? Glaucoma sekunder
Siderosis bulbi Oedem kornea kerusakan membrane descement terjadi
keratopati bulosa KebutaanKategori: ada 5 katagori:1: kurang dari
6/182: kurang dri 6/603: visus kurang dari 3/ 60 buta social,
lapang pandang kurang dri 10 derjat4: visus kurang dari 1/60 lapang
pandang kurang dari 5 derajat5: buta total visus 0Dampak yang
timbul dari kebutaan?Edukasi pada pasian yg baru buta pada pasien
dan keluarga?Rehab pada pasien yang baru buta dan dampak kedepannya
pada pasien?
STEP 4 Trauma mata Raidiasi Trauma kimia Tumpul Tembus bola
mata
VOD 3/60 injeksi silier (+)cornea udempupil midilatasihifema
Trauma tumpul uveaterapikompilikasiSTEP 71. Mengapa didapatkana.
VOD 3/60?VOD/ VOS 6/6 (NORMAL VISUS) Jika ditulis Visus 6/6,
artinya angka 6 di atas (pembilang) menunjukkan kemampuan jarak
baca penderita, sedangkan angka 6 di bawah menunjukkan kemampuan
jarak baca orang normal
VOD 3/60 px visus sentral dengan hitung jari3 jarak optotype
dengan probandus dimaan probandus dapat melihat jelas adalah 3m60
jarak orang normal dapat membaca jelas adalah 60m
Penurunan visus bisa karena 3 hal : Kelainan refraksi anomalia
(miopi, hipermetropi,astigmatisma, presbiopi) Kelainan media
refrakta (katarak pada lensa) Kerusakan saraf (retinopati apabila
terjadi pada macula penglihatan menjadi terganggu )Pada scenario
penurunan visus pada mata kanan karena terkena kock mengenai media
refrakta (kornea,Humor aquous,lensa dan corpus viterum)Walaupun
mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti rongga
orbita, kelopak, dan jaringan lemak retro bulbar selain terdapatnya
refleks memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma
dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata, kelopak, saraf mata dan rongga orbita .Kerusakan mata akan
dapat mengakibatkan atau memberi penyulit sehingga mengganggu
fungsi penglihatan.Bagian orbita yang merupakan organ visera yang
berhadapan langsung dengan dunia luar adalah kornea, sehingga
kornea rentan untuk terkena trauma maupun infeksi. Sehingga
menimbulkan edema kornea, Edema superfisial dan aberasi kornea
dapat hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial adalah edema
yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti
cincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana
Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila
terkena trauma dapat berlipat atau robekdan akan tampak sebagai
kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan
terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga
kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil, maka
kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi.Deposit
pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan
oleh adanya segmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea
dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau
bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi.Gambaran klinis
Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan
terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang
dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang
positif.Sumber : Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes :
Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit Erlangga
Jawab :Trauma Tumpul b.Palpebra-hematom / dll
c.Konjungtiva-Khemosis / dll d.Kornea Erosi/dll e.KOA-Hifema
f.Iris-Reksis/Dialisis g.Lensa-Luksasi/dll h.Korpus
Vitreum-Perdarahan .i.Retina-Ablasio j.Bola Mata-Eks./Enoftalmos
k.PERFORASI-Ptisis-bulbi.l.Kerusakan-DINDING BLOW-OUT-Fraktur
Trauma tumpul dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan
benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada
dinding bola mata; dan konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi
secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan di sekitar
mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata. Baik kontusio maupun
konkusio dapat menimbulkan kerusakan jaringan berupa kerusakan
molekular, reaksi vaskular, dan robekan jaringan. Menurut
Duke-Elder, kontusio dan konkusio bola mata akan memberikan dampak
kerusakan mata, dari palpebra sampai dengan saraf optikus. bilik
mata depan merupakan salah satu media refraksi pada mata. Oleh
karena itu, apabila terdapat darah pada bilik mata depan, refraksi
cahay dari dunia luar akan terganggu dan secara langusng ketajaman
penglihatan seseorang pun akan menurun. Tingkat penurunan ini
tergantung pada banyaknya darah di dalam bola mata. Penurunan dapat
bersifat ringan hingga tingkat hand movement ataupun light
perceptionAdanya darah yang mengisi bilik mata depan dapat
meningkatkan tekanan intraokular secara langsung karena adanya
peningkatan volume cairan di dalam bilik mata depan, sehingga
menyebabkan kondisi glaukoma sekunder. Mekanisme lain
terjadinyaglaukoma sekunder adalah karena adanya gumpalan darah,
eritrosit, atau fibrin yang menempel pada trabecular meshwork
sehingga menghambat aliran masuk humor aquos ke dalam saluran
tersebutPada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam
penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi
lensa (Putusnya penggantung lensa menyebabkan lensa masuk kedalam
badan kaca atau vitreus), ablasio retina (kelainan retina dimana
lapisan kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel
pigmen), oedem macula (pembengkakan pada makula, daerah dekat pusat
retina mata) Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera
anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan
kerusakan jaringan kornea.Kadang-kadang terlihat iridoplegia
(kelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil menjadi lebar/
midriasis) dan iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari
pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris
terdapat lubang)
Gelombang tekanan akibat trauma menyebabkan tekanan yang sangat
tinggi dalam waktu singkat didalam bola mata Tekanan dalan bola
mata ini akan menyebar antara cairan vitreus dan sclera yang tidak
elastis Akibatnya terjadi peregangan dan robeknya jaringan pada
tempat dimana ada perbedaan elastisitas, misal daerah limbus, sudut
iridocorneal, ligamentum zinni dan corpus ciliaris.Respon jaringan
akibat trauma menimbulkan : 1). Gangguan molekuler. Dengan adanya
perubahan patologi akan menyebabkan kromatolisis sel. 2). Reaksi
Pembuluh darah. Reaksi pembuluh darah ini berupa vasoparalisa
sehingga aliran darah menjadi lambat, sel endotel rusak, cairan
keluar dari pembuluh darah maka terjadi edema. 3). Reaksi Jaringan.
Reaksi Jaringan ini biasanya berupa robekan pada cornea, sclera dan
sebagainya. b. injeksi siliar (+)?Injeksi siliarMelebarnya pembuluh
darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau
injeksiperikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea,
benda asing pada kornea, radangjaringan uvea, glaucoma,
endoftalmitis ataupun panoftalmitisInjeksi siliar ini mempunyai
tanda-tanda Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi
konjungtival Pembuluh darah tidak tampak
Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan,
karena menempel eratdengan jaringan perikornea. Kemerahan paling
pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks Dengan tetes
adrenalin 1:1000 tidak menciut. Hanya lakrimasi Terdapat fotofobia
Sakit tekan di sekitar kornea Pada penyakit tertentu dapat
menyebabkan pupil iregulerInjeksi SiliarMata merah yang disebabkan
injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikangejala
bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti: Penglihatan menurun
Terdapat atau tidak terdapatnya secret Terdapat peningkatan tekanan
bola mata pada keadaan tertentu,Mata merah dapat dibagi menjadi
mata merah dengan visus normal ataupun mata merahdengan visus
terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata
yangmerah.Sumber : Ilmu penyakit mata, Sidharta ilyasWandering sel
di kornea?Imunitas kornea lokal bergantung pada IgM, komplemen C1,
dan sel Langerhans (LC) yang seluruhnya ditemukan pada kornea
perifer. IgG berdifusi ke dalam stroma dari daerah limbus dan akan
mencapai konsentrasi sebesar 50% dari konsentrasi serum. Inflamasi
kornea dapat merangsang migrasi LC sentripetal. Makrofag dapat
diubah menjadi antigen-presenting cells (APCs) oleh interleukin-1
(IL-1) yang dihasilkan dari sel epitel kornea. Peristiwa ini akan
merangsang ekspresi molekul MHC kelas II pada permukaan kornea.
APCs selanjutnya akan memproses peptida antigenik agar membentuk
kompleks biner dengan molekul MHC kelas II. Makrofag juga mampu
mencerna antigen yang berbentuk partikel, termasuk bakteri utuh
seperti stafilokokus dan amuba seperti Acanthamoeba, namun makrofag
lebih efektif dalam mencerna antigen terlarut seperti protein A
dari Staphylococcus aureus yang akan dimasukkan ke dalam kantung
endositik. Ini berbeda dengan sel Langerhans yang hanya dapat
mencerna antigen terlarut. Limfosit T berfungsi mensekresikan
sitokin di dalam jaringan yang bekerja langsung terhadap sel
target. Interferon (IFN-g) menstimulasi ekspresi molekul MHC kelas
II di dalam keratinosit, sel epitel, sel endotel, dan fibroblas
yang semuanya dapat bertindak sebagai APCs yang memproses dan
menyajikan peptida imunofenik yang bergabung sebagai kompleks
dengan molekul MHC kelas II. Sel-sel tersebut memiliki kemampuan
stimulasi sinyal yang berbeda-beda dan tidak dapat menstimulasi sel
T yang tidak aktif karena sel T tersebut membutuhkan aktivasi oleh
IL-2.
c. kornea udem (+)?Edema superfisial dan aberasi kornea dapat
hilang dalam beberapa jam. Edema interstisial dalah edema yang
terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperti
cincin dengan batas tegas berdiameter 2 3 mm. Lipatan membrana
Bowman membentuk membran seperti lattice. Membrana descement bila
terkena trauma dapat berlipat atau robek dan akan tampak sebagai
kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akan
terjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga
kornea menjadi edema. Bila robekan endotel kornea ini kecil, maka
kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpa terapi.Hilman
H. Setyowati EE, Hamdanah. Ilmu Penyakit Mata I. SMC press,
1998.Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang
dilalui berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya
disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgenses.
Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh
fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada
epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan
sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat
transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya menyebabkan edema
lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel
telah beregenerasi. Penguapan air dari film air mata prakornea
berakibat film air mata menjadi hipertonik; proses itu dan
penguapan langsung adalah faktor-faktor yang menarik air dari
stroma kornea superfisial untuk mempertahankan keadaan
dehidrasi.Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi
sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka
kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar
sehingga penderita akan melihat halo.Vaughan D. Opthalmologi Umum.
Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000d. hifema 1/3 inferior? e.
pupil midilatasitrauma terkena m.sfingter pupil lumpuh sementara
pupil melebar mengeluh silaukarna ada hifema lintasan mengalirnya
cahaya tdk sempurna kornea keruh
pada katarak matur terjadi midilatasi/tidak?2. mengapa dokter
menyarankana. rawat inap?Buat pengawasan TIO nya kerna ada nya
hifema Pengawasan terhadap hifemanya sendiriTraumavaskular pecah ya
ada mekanisme perbaikan trombosit jln2 gtu bla2 :v untuk menutup
luka hari 5-7 kan akan terjadi lisis tuh trombosit (kalo kgk salah
dengar pas kuliah, maklum ngantuk) nah kalo vaskularnya udah sembuh
its oke, tp kalo vaskularnya berlum menutup sempurnapecah lagidarah
nya banyakhifema sekunder repotkan -_-Trauma pada mata merupakan
suatu kedaruratan mata. Oleh karena itu, penanganan harus segera
dilakukan.Penatalaksanaan hifema sangat bergantung kepada derajat
hifema, komplikasi yang terjadi, serta respons pasien terhadap
pengobatan. Demikian pula hal-hal inilah yang menjadi parameter
dalam menentukan apakah pasien perlu dirawat atau hanya berobat
jalan saja. Untuk kasus ringan, penatalaksanaan dapat meliputi
terapi konservatif, seperti:1.Membatasi aktivitas pasien2.Melakukan
penutupan mata dengan eye patch atau eye cover3.Melakukan elevasi
kepala 30-45o. Adapun maksud dari elevasi kepala adalah untuk
membuat darah mengumpul di bagian inferior dari COA dan tidak
menghalangi tajam penglihatan. Posisi ini juga mempermudah dalam
evaluasi harian COA tentang resorpsi hifema sehingga dapat
menunjukkan kemajuan pengobatan. Selain itu posisi ini merupakan
posisi optimal dalam mencegah kontak sel-sel darah merah dengan
korena dan trabekula Fontana.Perdarahan ini berasal dari iris atau
badan siliar. Merupakan keadaan yang gawat. Sebainya dirawat,
Karena takut timbul perdarahan sekunder yang lebih hebat daripada
perdaran primer, yang biasanya timbul hari kelima setelah trauma.
Perdarahan sekunder ini terjadi karena bekuan darah terlalu cepat
diserap, sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk
regenerasi kembali, dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah
di dalam bilik mata depan, dapat menghambat aliran aquos ke dalam
trabekula, sehingga dapat menimnbulkan galukoma sekunder. Hifema
dapat pula menyebabkan uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk
hemosiderin, yang dapat meresap masuk ke dalam kornea, menyebabkan
kornea berwarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio
kornea. Jadi penyulit yang harus diperhatikan pada hifema adalah :
glaucoma sekunder, uveitis dan hemosiderosis atau imbibisio kornea.
Hifema dapat sedikit dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman
penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokuler normal.
Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan, dapat
menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler,
sehingga mata terasa sakit oleh glaukomanya. Jika hifemanya mengisi
seluruh bilik mata depan rasa sakit bertambah dan visus lebih
menurun lagi, karena tekanan intraokulernya bertambah pula.
Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur
dengan elevasi kepala 30 45 derajat. Kepala difiksasi dengan bantal
pasir dikedua sisi, supaya tak bergerak. Keadaan ini harus
dipertahankan minimal 5 hari. Pada anak-anak mungkin harus diikat
tangan dan kakinya ditempat tidur. Kedua mata ditutup, atau dapat
pula mata yang sakit saja yang ditutup. Beri salep mata,
koagulansia. Bila terisi darah segar, berikan antifibrinolitik,
supaya bekuan darah tak terlalu cepat diserap, untuk memberi
kesempatan pembuluh darah menyembuh, supaya tak terjadi perdarahan
sekunder. Pemberiannya tak boleh melewati 1 minggu, karena dapat
mengganggu aliran humor aquos, menimbulkan glaucoma dan imbibisio
kornea. Dapat diberikan 4 kali 250 mg transamic acid. Selama
dirawat yang perlu dipehatikan adlah hifema penuh atau tidak,
tekanan intraokuler naik atau tidak, fundus terlihat atau
tidak.Hifema yang penuh dengan kenaika intra okuler, perlu
pemberian diamox, gliserin yang harus dinilai dalam 24 jam. Jika
tekanan intraokuler tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas
normal, dilakukan parasentese. Jika tekanan menjadi normal, diamox
tetap diberikan dan dinilai setiap hari. Bila tekanan ini tetap
normal dan darah masih terdapat sampai hari ke 5 9,dilakukan
parasentese. Bila terdapat glaukoma yang tak dapat dikontol dengan
cara diatas, maka dilakukan iridenkleisis, dengan merobek iris,
yang kemudian diselipkan diantara insisi korneo skleral, sehingga
pupil tampak sebagai lubang kunci yang terbalik.siderousis bulbi,
hemosiderosisb. tirah baring dgn kepala lebih tinggi?a. Penderita
ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat
(diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45 (posisi semi
fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah
iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya.b. Ada
banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini
sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus
traumatik hifema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan
tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan
sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.c.
Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat
kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan,
terlebih-lebih pada anak-anak.
Bagaimana kalau tiduran? Perdarahan pada bilik mata depan (COA)
mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis danfibrinolisis.
Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan
pembentukan fibrin merupakanmekanisme pembekuan darahyang akan
menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik
mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya
berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu,fibrinolisisakan terjadi.
Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka
plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade
koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang
sudah terjadi mengalami disolusi
c. kompres dingin?Bila tak terdapat kelainan mata lainnya dapat
diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian kompres hangat untuk
mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila perdarahan
timbul 24 jam setelah trauma menunjukkan adanya fraktura dari dasar
tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai timbulnya
ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura tesebut.
Bila perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma maka
frakturanya terletak di belakang sekali.
d. obat anti pendarahan, jenisnya apa?a. Koagulansiai. Golongan
obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI,
berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan,ii. Misalnya :
Anaroxil, Adona AC,Coagulen, Transamin, vitamin K, dan vitamin
C.iii. Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat
anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga bekuan
darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi
kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan
demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat
dihindarkan.1. Pemberiannya 4 kali 250mg dan hanya kira-kira 5 hari
jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan
transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio
kornea.2. Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan
intraokularSumber : Pilger IS. Medical treatment of traumatic
hyphema. Surv Ophthalmol. 1975 Jul-Aug;20(1):2834.
3. Jenis trauma?1. Trauma tumpula. Trauma Tumpul Pada Mata1)
Etiologi Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras
atau benda yang tidak keras, dimana benda tersebut dapat mengenai
mata dengan keras (kencang) ataupun lambat.2) Tanda Hematoma
kelopaka) Definisi dan etiologi Hematoma palpebra yang merupakan
pembengkakan atau penimbunan darah di bawah kulit kelopak akibat
pecahnya pembuluh darah palpebra. Hematoma kelopak merupakan
kelainan yang sering terlihat pada trauma tumpul kelopak. Trauma
dapat akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya. Keadaan
ini memberikan bentuk yang menakutkan pada pasien, dapat tidak
berbahaya ataupun sangat berbahaya karena mungkin ada kelainan lain
di belakangnya. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai
kedua kelopak dan berbentuk kaca mata hitam yang sedang dipakai,
maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata. Hematoma kaca
mata merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi
akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis
kranii. Pada pecahnya a.oftalmika maka darah masuk ke dalam kedua
ronggo orbita melaiui fisura orbita. Akibat darah tidak dapat
menjalar lanjut karena dibatasi septum orbita kelopak maka akan
berbentuk gambaran hitam pada kelopak seperti seseorang memakai
kaca mata.b) Penatalaksanaan Pada hematoma kelopak yang dini dapat
diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan clan
menghilangkan rasa sakit. Bila telah lama, untuk memudahkan
absorpsi darah dapat dilakukan kompres hangat ,pada kelopak
mata.Sumber : Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas,
SpM
b. Trauma Tumpul KonjungtivaTanda Edema konjungtivaa. Definisi
dan etiologi Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir
dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat
trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke dunia luar dan konjungtiva
secara langsung kena angin tanpa dapat mengedip, maka keadaan ini
telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva. Kemotik
konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup
sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtiva.b.
Penatalaksanaan Pada edema konjungtiva dapat diberikan dekongestan
untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir
konjungtiva. Pada kemotik konjungtiva berat dapat dilakukan disisi
sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
Hematoma subkonjungtivaa. Etiologi Hematoma subkonjungtiva terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah
konjungtiva, seperti arteri konjungtiva clan arteri episklera.
Pecahnya pembuiuh darah ini dapat akibat batuk rejan, trauma tumpul
basis kranil (hematoma kaca mata), atau pada keadaan pembuluh darah
yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah
pecah pada usia lanjut, hipertensi, arteriosklerose, konjungtiva
meradang (konjungtivitis), anemia, dan obat-obat tertentu. Bila
perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan
bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau
skjera. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata
yang lebih buruk seperti perforasi bola mata. b. Tanda Pemeriksaan
funduskopi adalah perlu pada setiap penderita dengan perdarahan
subkonjungtiva akibat trauma. Bila tekanan bola mata rendah dengan
pupil lonjong disertai tajam penglihatan menurun dan hematoma
subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk
mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.c. Pengobatan
Pengobatan dini pada hematoma subkonjungtiva ialah dengan kompres
hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorpsi dalam
1-2 minggu tanpa diobati.Sumber : Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H
Sidarta Ilyas, SpM
c. Trauma Tumpul Pada KorneaTanda Edema korneaa. Definisi dan
etiologi Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat
mengakibatkan edema kornea malahan ruptur membrane Descemet.b.
Tanda dan gejala Edema komea akan memberikan keluhan penglihatan
kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya
yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang
positif. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan masuknya
serbukan sel radang dan neovaskularisasi kedalam jaringan stroma
kornea.c. Pengobatan Larutan hipertonk seperti naCl 5% atau larutan
garam hipertonik 2-8%, glucose 40% dan larutan albumin. Peninggian
tekanan bola mat maka diberikan asetazolamid. Pengobatan untuk
menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan dengan
lensa kontak lembek dan mungkin akibat kerjanya menekan kornea
terjadi pengurangan edema kornea.d. Penyulit Terjadinya kerusakan
M. Descemet yang lama sehingga mengakibatkan keratopati bulosa yang
akan memberikan keluhan rasa sakit dan menurunkan tajam penglihatan
akibat astigmatisme iregular. Erosi korneaa. Definisi dan etiologi
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel komea yang
dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi
dapat terjadi tanpa cedera pada membran basal. Dalam waktu yang
pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi
defek epitel tersebut.b. Tanda dan gejala Pada erosi pasien akan
merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai
serat sensibel yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme,
lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media
kornea yang keruh. Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel
kornea yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwama hijau.
Pada erosi komea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang
timbul kemudian.c. Pengobatan Anestesi topikal dapat diberikan
untuk memeriksa-tajam penglihatan dan menghilangkan rasa sakit yang
sangat. Hati-hati bila memakai obat anestetik topikal untuk
menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah
kerusakan epitel. Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya
dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan
antibiotika seperti antibiotika spektrum luas neosporin,
kioramfenikol dan sulfasetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang
mengakibatkan spasme siliar maka diberikan sikioplegik aksi-pendek
seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat
tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup
kembali setelah 48 jam. Erosi kornea rekurena. Etiologi Erosi
rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal
atau tukak metaherpetik. Epitel yang menutup kornea akan mudah
lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang
akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea.
Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya
pelepasan membran basal epitel kornea tempat duduknya sel basal
epitel kornea. Biasanya membran basal yang rusak akan kembali
normal setelah 6 minggu.b. Pengobatan Pengobatan terutama bertujuan
melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat
terlepas untuk membentuk membran basal kornea. Pengobatan biasanya
dengan memberikan sikioplegik untuk menghilangkan rasa sakit
ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul.
Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk
mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder.
Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang
mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada
erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan kombinasi steroid.
Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren
sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di
tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.Sumber : Ilmu
Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
d. Trauma Tumpul UveaTanda dan gejala lridoplegiaa. tanda dan
gejala Trauma tumpul pada uvea dapat mengakibatkan kelumpuhan otot
sfingter pupil atau iridoplegia sehingga pupil menjadi lebar atau
midriasis. Pasien akan sukar melilhat dekat karena gangguan
akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada
pupil. Pupil terlilhat tidak sama besar atau anisokoria dan bentulk
pupil dapat menjadi iregular. Pupil ini tidak bereaksi terhadap
sinar. Iridoplegia akibat trauma akan berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu. Pada pasien iridoplegia sebaiknya diberi
istirahat untuk mencegah terjadinya kelelahan sfingter dan
pemberian roboransia. lridodialisisa. etiologi Trauma tumpul dapat
mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil
menjadi berubah.b. Tanda dan gejala Pasien akan melihat ganda
dengan satu matanya. Pada iridodialisis akan terlihat pupil
lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan
terbentuknya hifema. Bila keluhan demikian maka pada pasien
sebaiknya dilakukan pembedahan dengan melakukan reposisi pangkal
iris yang terlepas. Hifemaa. Definisi dan etiologi Hifema atau
darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul
yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.b. Tanda dan
gejala Pasien akan mengeluh sakit, di sertai dengan epifora dan
blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien
duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata
depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.
Kadang-kadang terlihat iridoplegia(lumpuhnya m.sp) dan
iridodialisis (robeknya iris pada daerah insersionya).c. Pengobatan
Pengobatan dengan merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang
ditinggikan 30 derajat pada kepala, diberi koagulasi, dan mata
ditutup. Pada anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang.
Asetazolamida diberikan bila terjadi penyulit glaukoma. Biasanya
hifema akan hilang sempurna. Bila berjalan penyakit tidak berjalan
demikian maka sebaiknya penderita dirujuk. Parasentesis atau
mengeluarkan darah dari bilik mata depan di lakukan pada pasien
dengan hifema bila terlihat tanda-tanda inhibisi komea, glaukoma
sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari
tidak terlihat tanda-tanda hifema akan berkurang.d. Komplikasi
Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma
dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema
sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih
sukar hilang. Glaukoma sekunder dapat pula terjadi akibat kontusi
badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga
terjadi gangguan pengaliran cairan mata. Zat besi di dalam bola
mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan
dapat menimbulkan ftisis buibi dan kebutaan. Hifema spontan pada
anak sebaiknya dipikirkan kemungkinan leukemia dan
retinoblastoma.e. Bedah Pada Hifema Parasentesis Parasentesis
merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah
dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut : dibuat
insisi kornea 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan
permukaan iris. Biasanya biia dilakukan penekanan pada bibir luka
maka koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila, darah tidak
keluar seluruhnya maka bilik mata depan dibilas dengan garam
fisiologik. Biasanya luka insisi kornea pada parasentesis tidak
perlu dijahit. Iridosiklitisa. Definisi Pada trauma tumpul dapat
terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis
atau radang uvea anterior.b. Tanda dan gejala Pada mata akan
terlihat mata merah, akibat adanya darah di dalam bilik mata depan
maka akan terdapat suar dan pupil yang mengecil dengan tajam
penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes mata
midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat tanda radang berat
maka dapat diberikan steroid sistemik. Sebaiknya pada mata ini
diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan
midriatika. Sumber : Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta
Ilyas, SpM
e. Trauma Tumpul Pada LensaTanda dan gejala Dislokasi fensaa.
Definisi Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa.
Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonula Zinn yang akan
mengakibatkan kedudukan lensa terganggu. Subluksasi lensaa.
Etiologi Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian zonula
Zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga
terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula Zinn
yang rapuh (Sin( Marphan).b. Tanda dan gejala Pasien pasca trauma
akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan
memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan
lensa pada zonula tidak ada maka lensa elastis akan meniadi
cembung, dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi
sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata
tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata mudah
terjadi glaukoma sekunder.c. komplikasi Subluksasi dapat
mengakibatkan glaukoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut
bilik mata oleh lensa yang mencembung.d. Pengobatan Bila tidak
terjadi penyulit subluksasi lensa seperti glaucoma atau uveitis
maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kacamatar koreksi
yang sesuai. Luksasi lensa anteriora. Etiologi Bila seluruh zonula
Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk
ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik
mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran ke cairan
bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan
gejala-gejalanya.b. Tanda dan gejala Pasien akan mengeluh
penglihatan menurun mendadak, disertai sakit yang sangat, muntah,
mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang
berat, edema komea, lensa di dalam mata depan. Iris terdorong ke
belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat
tinggi.c. Pengobatan Pada luksasi lensa anterior sebaiknya pasien
secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya
dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan
tekanan bola matanya. Luksasi lensa posteriora. Etiologi Pada
trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa
posterior akibat putusnya zonula Zinn di seluruh lingkaran ekuator,
lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di
dataran bawah polus posterior fundus okuli.b. Tanda dan gejala
Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangan akibat
lensa mengganggu kampus (lapang pandang ) Mata ini akan menunjukkan
gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal
dengan lensa + 12.0 dioptri untulk jauh, bilik mata depan dalam dan
iris tremulans.c. Penyulit Lensa yang terialu lama berada pada
polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa,
berupa glaukoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik.d. Pengobatan
Bila luksasi lensa telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya
dilakukan ekstraksi lensa. Katarak Traumaa. Etiologi Katarak akibat
cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul
terlilhat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul
akan terlilhat katarak subkapsular anterior ataupun posterior.
Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula
dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin
Vossius. Trauma tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat,
perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel
sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada
lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai
dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.b. Tanda
dan gejala Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik
masa lensa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat
memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan
kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa
sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin
Soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan
terlilhat mutiara Elsching.c. Pengobatan Pengobatan katarak
traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak
sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia.
Untulk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intra
okular primer atau sekunder. Pada katarak trauma apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang.
Bila terjadi penyulit seperti glaukama, uveitis dan lain sebagainya
maka segera dilakulkan ekstraksi lensa. d. Penyulit Penyulit
uveitis dan glaukoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada
beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil
sehingga dapat mengurangi tajam penglilhatan. Keadaan ini dapat
disertai perdarahan. ablasi retina, uveitis atau salah letak lensa.
Cincin Vossiusa. Definisi Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang
disebut sebagai cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang
terletak tepat di belak pupil yang dapat terjadi segera setelah
trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa
sesudah sesuatu trauma, seperti suatu stempel jari.b. Tanda dan
gejala Cincin hanya menunjukkan. tanda bahwa mata tersebut telah
mengalami suatu trauma tumpul.Sumber : Ilmu Penyakit Mata , Prof.
dr. H Sidarta Ilyas, SpM
f. Trauma Tumpul Retina dan KoroidTanda Edema retina dan
korolda. Etiologi dan tanda Trauma tumpul pada retina dapat
mengakibatkan edema retina penglihatan akan sangat menurun. Edema
retina akan memberikan warna retina yang lebih abu-abu akibat
sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab.
Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema
retina kecuali daerah makula, sehingga pada keadaa akan terlihat
cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma
tumpul juga mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat
cherry red spot. Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah
terjadi edema makula atau edema Berlin. Pada keadaan ini akan
terjadi edema luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli
berwarna abu-abu. Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah
beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat
tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmen epitel. Ablasi retinaa.
Etiologi Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina
koroid pada penderita, ablasi retina. Biasanya pasien telah
mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina
tipis akibat rel semata, miopia, dan proses degenerasi retina
lainnya.b. Tanda dan gejala Pada pasien akan terdapat keluhan
seperti adanya selaput seperti tabir mengganggu lapang
pandangannya. Bila terkena atau ter daerah makula maka tajam
penglihatan akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi, akan
terlihat retina yang berm abu-abu dengan pernbuluh darah yang
terlihat terangkat dan berkelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh
darah seperti yang terputus-putus.c. Pengobatan Pada pasien dengan
ablasi retina maka secepatnya dirawat untuk dilakukan pembedahan
oleh dokter mata. Trauma KoroidRuptur koroida. definisi Pada trauma
keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan
akibat ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus
posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf
optik.b. Tanda dan gejala Bila ruptur koroid ini terletak atau
mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun
dengan sangat. Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina
agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi
maka akan terlihat bagian ruptur berwarna putih Karena sklera dapat
dilihat langsung tanpa tertutup koroid. Sumber : Ilmu Penyakit Mata
, Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
g. Trauma Tumpul Saraf OptikTanda Avulsi papil saraf optika.
Etiologi Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari
pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil
saraf optik.b. Tanda dan gejala Keadaan ini akan mengakibatkan
turunnya tajam penglilhatan yang berat dan sering berakhir dengan
kebutaan. c. Pengobatan Penderita ini perlu dirujuk untuk dinilai
kelainan fungsi retina dan saraf optiknya. Optik neuropati
traumatika. Etiologi Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi
pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf
optik.b. Gejala dan tanda Penglihatan akan berkurang setelah cidera
mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan
nyata pada retina. Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan
penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat
normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.c. DD Diagnosis
banding penglihatan turun setelah sebuah cidera mata adalah trauma
retina, perdarahan badan kaca, trauma yang mengakibatKan kerusakan
pada kiasma optik.d. Pengobatan Pengobatan adalah dengan merawat
pasien pada waktu dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk
setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan. Sumber
: Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
2. Trauma Tembus Bola Mataa. Tanda Trauma dapat mengakibatkan
robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini atau
tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila
robekan konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk
mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva
perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan
robekan konjungtiva tersebut. Bila trauma disebabkan benda tajam
atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat
tanda-tanda bola mata tembus, seperti: Tajam penglihatan yang
menurun Tekanan bola mata rendah Bilik mata dangkal Bentuk dan
letak pupil yang berubah Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau
sklera Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata,
iris, lensa, badan kaca, atau retina Konjungtiva kemotisb.
Pengobatan Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai
adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian
antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera dikirim pada dokter
mata untulk dilakukan pembedahan. Pada setiap terlihat kemungkinan
trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang
masuk ke dalam mata dengan membuat foto. Pada pasien dengan luka
tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik atau
intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan. Pasien
juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu
penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep
dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid local
dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.c.
Etiologi Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke
dalam bola mata. Benda asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu
dikeluarkan. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan
dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan
vitrektomi.d. Penyulit Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya
benda asing intraokular adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi
retina, perdarahan intraokular dan ftisis bulbi. Sumber : Ilmu
Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
3. Benda Asing Intraokulara. Benda asing magnetik intraokular
Diagnosis Anamnesis Pada keadaan diduga adanya benda asing magnetik
intraokular perlu diambil riwayat terjadinya trauma dengan baik.
Tanda dan gejala Benda asing intraokular yang magnetik ataupun
tidak akan memberikan gangguan pada tajam penglihatan. Akan
terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera penglihatan.
Akan terlihat kerusakan kornea, lensa iris ataupun sklera yang
merupakan tempat jalan masuknya benda asing ke dalam bola mata. PP
Bila pada pemeriksaan pertama lensa masih jernih maka untuk melihat
kedudukan benda asing di dalam bola mata dilakukan melebarkan pupil
dengan midriatika. Pemeriksaan funduskopi sebaiknya segera di
lakukan karena bila lensa terkena maka akan lensa menjadi keruh
secara perlahan-lahan sehingga akan memberikan kesukaran untuk
melihat jaringan belakang lensa. Pemeriksaan radiologik akan
memperlihatkan bentuk dan besar benda asing yang terletak
intraokular. Bila pada pemeriksaan radiologik dipakai cincin
Flieringa atau lensa kontak Comberg akan terlihat benda bergerak
bersama dengan pergerakan bola mata. Untuk menentukan letak benda
asing ini dapat dilakukan pameriksaan tambahan lain yaitu dengan
metal locator. Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk
pemeriksaan yang lebih menentukan letak clan gangguan terhadap
jaringan sekitar lainnya. Pengobatan Pengobatan pada benda asing
intraokular ialah dengan mengeluarkannya dan dilakukan dengan
perencanaan pembedahan agar tidak memberikan kerusakan yang lebih
berat terhadap bola mata. Mengeluarkan benda asing melalui jalan
melewati skiera merupakan cara untuk tidak merusak jarinan lain.
Sumber : Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
4. Trauma Kimiaa. Etiologi Trauma bahan kimia dapat terjadi pada
kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan
yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan yang
memakai bahan kimia di abad modern.b. Bahan kimiaDibedakan Bahan
kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan
dalam bentuk: Trauma Asam Trauma Basa atau Alkali. Pengaruh bahan
kimia sangat bergantung pada: pH, Kecepatan, Jumlah bahan kimia
tersebut mengenai mata. Dibanding bahan asam, maka trauma oleh
bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea. c. Pengobatan
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. lrigasi
daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus
dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.
Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih
lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit. Luka bahan
kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat
itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam
berat. Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat
blefarospasme berat. Untuk bahan asam digunakan larutan natrium
bikarbonat 3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat
0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir. Diperhatikan
kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka tersebut. Untuk
bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah
antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih
sakit. Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat
yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.d. klasifikasi Trauma
Asama) Etiologi Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan
anorga organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat). b)
Patofisiologi Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera
terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga
bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif
seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada
bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat
bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang
diakibatkannya akan lebih dalam.c) Pengobatan Pengobatan dilakukan
dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin
untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.
Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam
penglihatan tidak banyak terganggu. Trauma Basa atau Alkali1)
Patofisiologi Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat
yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat
kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses
persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat
menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. Pada trauma
alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah
kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata
akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan
penderita.2) Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat
dibedakan dalam : Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan
keratitis pungtata Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan
hilang epitel kornea Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis
konjungtiva dan lepasnya epitel kornea Derajat 4: konjungtiva
perilimal nekrosis sebanyak 50%.3) Pengobatan Tindakan bila terjadi
trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam
fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila
mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah
trauma. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk
mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali
diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari
ke tujuh.4) Penyulit Penyulit yang dapat timbul trauma alkali
adalah Ssimblefaron, Kekeruhan kornea, Edema dan neovaskularisasi
kornea, Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata. Sumber :
Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
5. Trauma Radiasi ElektromagnetikTrauma radiasi yang sering
ditemukan adalah Sinar inframerah Sinar ultraviolet Sinar X dan
sinar terionisasi Trauma Sinar Infra Meraha) Patofisiologi Akibat
sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari
dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini da terjadi
akibat terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang
mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan
menggeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak
kaki sela satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar
atau midria maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius.
Demikian pula yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas
sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya.
Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak
dan eksfoliasi kapsul lensa.b) Factor resiko terkena Akibat sinar
ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri
gelas dan pemanggangan logam. c) DD Sinar infra merah akan
mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal
anterior-posterior dan koagulasi pada koroid. Bergantung pada
beratnya lesi akan terdapat skotoma sement ataupun permanen.d)
Pengobatan Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah
terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah
ini. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk
jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang
timbul. Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)a) Definisi Sinar
ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat
mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.b) Patofisiologi
Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan
menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju.
Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultra
violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga
kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat.
Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan
tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.c)
Tanda dan gejala Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan
memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata
sangat sakit mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir,
fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik. Kornea akan
menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang
disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif.
Keratitis terutama terdapat pada fisura paipebra. Pupil akan
terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini
dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama
kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada
komea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra
violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.d) Pengobatan
Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal,
analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh
setelah 48 jam. Sinar lonisasi dan Sinar Xa) Sinar ionisasi
dibedakan dalam bentuk: Sinar alfa yang dapat diabaikan Sinar beta
yang dapat menembus 1 cm jaringan Sinar gama dan Sinar Xb)
Patofisiologi Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan
katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan
energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka. Akibat
dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara
tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set germinatif
lensa tidak menjadi jarang. Sinar X merusak retina dengan gambaran
seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi
kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat. Luka bakar
akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan
permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai
keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan
mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang akan
mengganggu fungsi air mata.c) Pengobatan Pengobatan yang diberikan
adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali sehari dan
sikioplegik satu kali sehari. Bila terjadi simblefaron pada
konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan. Sumber : Ilmu Penyakit
Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
6. Komplikasi Trauma Glaukoma Sekunder Pasca Truma Trauma dapat
mengakibatkan kelainan jaringan dan susunan di dalam mata yang
dapat mengganggu pengaliran cairan mata sehingga menimbulkan
glaukoma sekunder. Jenis kelainan yang menimbulkan glaukoma adalah
kontusi sudut. Glaukoma Kontusi Suduta) Etiologi Trauma dapat
mengakibatkan tergesernya pangkal iris ke belakang sehingga terjadi
robekan trubekulum dan gangguan fungsi trubeklum ini akan
mengakibatkan hambatan pengaliran keluar cairan mata.b) Pengobatan
Pengobatan biasanya dilakukan seperti mengobati glaukoma terbuka
yaitu dengan obat lokal atau sistemik. Bila tidak terkontrol
pengobatan maka dilakukan pembedahan. Glaukoma Dengan Dislokasi
Lonsaa) Patofisiologi Akibat trauma tumpul dapat terjadi putusnya
zonula Zinn, yang mengakibatkan kedudukan lensa tidak normal.
Kedudukan lensa normal ini akan mendorong iris ke depan sehingga
terjadi penutupan bilik mata. Penutupan sudut bilik mata akan
menghambat pengaliran keluar cairan mata sehingga akan menimbulkan
glaukoma sekunder.b) Pengobatan Pengobatan yang dilakukan adalah
mengangkat penyebab lensa sehingga sudut terbuka kembali. Sumber :
Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
7. Pencegahan Trauma MataTrauma mata dapat dicegah dan
diperlukan penerangan kepada masyarakat untuk menghindarkan
terjadinya trauma pada mata, seperti: Trauma tumpul akibat
kecelakaan tidak dapat dicegah, kecuali trauma tumpul perkelahian
Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindarkan terjadi trauma
tajam. Setiap pekerja yang sering berhubungan dengan bahan kimia
sebaiknya mengerti bahan apa yang ada di tempat kerjanya Pada
pekerja las sebaiknya menghindarkan diri terhadap sinar dan
percikan bahan las dengan memakai kaca mata. Awasi anak yang sedang
bermain yang mungkin berbahaya untuk matanya. Sumber : Ilmu
Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
8. Penatalaksanaan segera pada trauma mata : Apabila jelas
tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut hasrus
dihindari sampai pasien menapat anestesia umum. Sebelum pembedahan
jangan diberi obat sikloplegik atau antibiotik topikal krn
kemungkinan toksisitas pd jaringan intraokular yg terpajan. Berikan
antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung Fox
(sepertiga bag bawah corong kertas) pada mata. Analgetik,
antimimetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan ,
dgn restriksi makan dan minum. Anestetik topikal, zat warna, dan
obat lain yg diberikan ke mata yg cedera harus steril. Tetrakain
dan fluoresens tersedia dlm satuan2 dosis individual yg
steril.(Oftalmologi Umum, Daniel G. Vaughan)9. prognosis mata
sembuh dengan baik setelah trauma minor dan jarang terjadi sekuele
jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang. Namun
trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan
penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif.
Retensi jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak
fungsi retina dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal
itu, trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan
berat jangka panjangdan rasa tidak enak pada mata. Trauma tumpul
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak dapat diterapi
jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga akan
terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang dapat
timbul glaukoma sekunder pada matabeberapa tahun setelah cedera
awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita
berat juga dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor.Sumber
: oftalmologi Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan
anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular
dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi
protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya
mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan
tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma
akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat
kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan
oleh zat kimia basa.5
Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam lemah ini
secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride
dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim
glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk
insoluble complexes. Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai
hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi
saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa
terjadi ketika ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan
memberikan gambaran gejala pada jantung, pernafasan,
gastrointestinal, dan neurologik.5
Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan
denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya,
karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta
adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung
terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan
presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh
epitel kornea terlepas. Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya
bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras
maka reaksinya mirip dengan trauma basa.7
Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi
protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea,
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat
destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada
bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah
kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat
mengenai jaringan yang lebih dalam.8
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit,
asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam
kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang
menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat
ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum,
dan cairan pembersih yang kuat.6,9
Bahan kimia bersifat asam : asam sulfat, air accu, asam sulfit,
asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam
kromat, asam hidroflorida. Akibat ledakan baterai mobil, yang
menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin merupakan penyebab
tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida dapat
ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum,
dan cairan pembersih yang kuat.6,9
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik
dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke
bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan
iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila
dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea.
Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses
safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.5Bahan alkali atau basa
akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang
tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan
disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel
akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali.
Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi
penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan
bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan
terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh
darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel
kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel
yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma
dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan
dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan
merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan
epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah
trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus
pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia.
Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap
atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali
sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu
terdapat kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini
memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan kornea.5
Bahan kimia bersifat basa: NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan
pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner,
lem, cairan pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.6,9
PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2
fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia
serta fase penyembuhan: Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia
yang berat dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut: Terjadi
nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah pada limbus. Hilangnya stem cell limbus dapat
berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan kornea
atau menyebabkan kerusakan persisten pada epitel kornea dengan
perforasi dan ulkus kornea bersih. Penetrasi yang dalam dari suatu
zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi
glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea. Penetrasi zat kimia
sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris
dan lensa. Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi
askorbat yang dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki
kornea. Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.
Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses
berikut: Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau
pergeseran dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell
limbus Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit
terjadi sintesis kolagen yang baru.10KLASIFIKASI
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan sesuai dengan
derajat keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab
trauma. Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang
sesuai dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan
prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan
kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini
juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial
dan profunda).10Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik
limbus (prognosis sangat baik)Derajat 2: kornea berkabut dengan
gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat kurang dari 1/3
iskemik limbus (prognosis baik)Derajat 3: epitel kornea hilang
total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas dan sudah
terdapat iskemik limbus (prognosis kurang)Derajat 4: kornea opak
dan sudah terdapat iskemik lebih dari limbus (prognosis sangat
buruk)11Kriteria lain yang perlu dinilai adalah seberapa luas
hilangnya epitel pada kornea dan konjungtiva, perubahan iris,
keberadaan lensa, dan tekanan intra okular.
Gambar Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2,
(c) derajat 3, (d) derajat 410
DIAGNOSIS
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala
klinis, anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal
ini tidaklah mutlak dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata
merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesa
singkat.
Gejala Klinis
Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia
yaitu, epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan
yang bersifat asam biasanya dapat segera terjadi penurunan
penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea. Sedangkan pada
trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa
hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada
trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.4. Px fisik lain yang
mungkin ditemukan?a.Palpebra1)Perdarahan Kornea = ecchymosis, black
eye
Pada perdarahan hebat palpebra menjadi bengkak dan berwarna
kebiru-biruan, karena jaringan ikat palpebra halus perdarahan ini
dapat menjalar ke jaringan lain di muka, juga dapat menyeberang
melalui pangkal hidung ke mata yang lain menimbulkan hematom
kacamata (bril hematom) atau menjalar ke belakang menyebabkan
eksofthalmos. Bila ecchymosis tampak segera sesudah trauma
menunjukkan bahwa traumanya hebat, oleh karenanya harus dilakukan
pemeriksaan seksama dari bagian mata yang lainnya. Juga perlu
pemeriksaan foto rontgen tengkorak.Bila tak terdapat kelainan mata
lainnya dapat diberikan kompres dingin dan 24 jam kemudian kompres
hangat untuk mempercepat resorpsi, disamping obat koagulansia. Bila
perdarahan timbul 24 jam setelah trauma menunjukkan adanya fraktura
dari dasar tengkorak. Dari waktu antara trauma terjadi sampai
timbulnya ecchymosis dapat diketahui kurang lebih letak fraktura
tesebut. Bila perdarahannya timbul 3 - 4 hari setelah trauma maka
frakturanya terletak di belakang sekali.2)Emfisema
PalpebraMenunjukkan adanya fraktura dari dinding orbita sehingga
timbul hubungan langsung antara ruang orbita denga ruangan hidung
atau sinus- sinus sekeliling orbita. Sering mengenai lamina
papyricea os ethmoidalis, yang merupakan dinding medial dari rongga
orbita, karena dinding ini tipis.Pengobatan : berikan balutan yang
kuat untuk mempercepat hilangnya udara dari palpebra dan
dinasehatkan jangan bersin atau membuang ingus karena dapat
memperhebat emfisemanya. Kemudian disusul dengan pengobatan dari
frakturanya.3)Luka Laserasi dipalpebra
Bila luka ini hebat dan disertai dengan edema yang hebat pula,
jangan segera dijahit, tetapi bersihkanlah lukanya dan tutup dengan
pembalut basah yang steril. Bila pembengkakannya telah berkurang,
baru dijahit. Jangan membuang banyak jaringan, bila tidak perlu.
Bila luka hebat, sehingga perlu skingraft, yang dapat diambil dari
kulit retroaurikuler, brachial dan supraklavikuler.4)Ptosis
Kausa :-Parese atau paralise m. palpebra superior (N.
III.)-Pseudoptosis, oleh karena edema palpebra-Bila ptosisnya
setelah 6 bulan pengobatan denga kortikosteroid dan neurotropik
tetap tak menunjukka perbaikan, maka dilakukan
operasi.b.Konjungtiva1)Perdarahan Sub KonjungtivaTampak sebagai
bercak merah muda atau tua, besar, kecil tanpa atau dsertai
peradangan mata.Pengobatannya, simptomatis dengan Sulfazinci,
antibiotika bila taku terkena infeksi. Perdarahannya sendiri dapat
diabsorbsi dalam 1 2 minggu, yang dapat dipercepat dengan pemberian
kompres hangat selam 10 menit setiap kali. Kompres hangat jangan
diberikan pada hari pertama, karena dapat memperhebat
perdarahannya, pada waktu ini sebaiknya diberikan kompres
dingin.2)EdemaBila masif dan terletak sentral dapat mengganggu
visus. Kondisi ini dapat diatasi dengan jalan reposisi konjungtiva
atau menusuk konjungtiva sehingga terjadi jalan untuk mengurangi
edema tersebut. Dapat juga dibantu dengan cairan saline yang
hipertonik untuk mempercepat penyerapan.3)LaserasiBila laserasi
sedikit ( < 1 cm) dapat diberi antibiotika untuk membatasi
kerusakan. Daya regenerasi epitel konjungtiva yang tinggi sehingga
akan tumbuh dalam beberapa hari. Bila > 1 cm dijahit dan
diberikan antibiotika.c.Kornea1)Erosi KorneaBila pennderita
mengeluh nyeri, photofobi, epifora, blefarospasme, perlu kita
lakukan pemeriksaan pengecatan fluorescein. Bila (+) berarti
sebagian kornea tampak hijau yang berarti ada suatu lesi atau erosi
kornea. Pengobatan dengan bebat mata dan diharapkan 1 - 2 hari
terjadi penyembuhan. Bila erosi luas maka perlu tambahan
antibiotika.2)Edema KorneaDapat berupa edema yang datar atau edema
yang melipat dan menekuk ke dalam masuk ke membran bowman dan
descemet. Pengobatan dengan bebat mata dan antibiotika,
kadang-kadang diperlukan lensa kontak untuk melindungi kornea pada
fase penyembuhan.
d.Bilik Mata Depan :terjadi Hifema
Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar. Merupakan
keadaan yang gawat. Sebainya dirawat, Karena takut timbul
perdarahan sekunder yang lebih hebat daripada perdaran primer, yang
biasanya timbul hari kelima setelah trauma. Perdarahan sekunder ini
terjadi karena bekuan darah terlalu cepat diserap, sehingga
pembuluh darah tak mendapat waktu cukup untuk regenerasi kembali,
dan menimbulkan perdarahan lagi. Adanya darah di dalam bilik mata
depan, dapat menghambat aliran aquos ke dalam trabekula, sehingga
dapat menimnbulkan galukoma sekunder. Hifema dapat pula menyebabkan
uveitis. Darah dapat terurai dalam bentuk hemosiderin, yang dapat
meresap masuk ke dalam kornea, menyebabkan kornea berwarna kuning
dan disebut hemosiderosis atau imbibisio kornea. Jadi penyulit yang
harus diperhatikan pada hifema adalah : glaucoma sekunder, uveitis
dan hemosiderosis atau imbibisio kornea. Hifema dapat sedikit dapat
pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik
dan tekanan intraokuler normal. Perdarahan yang mengisi setengah
bilik mata depan, dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan
tekanan intraokuler, sehingga mata terasa sakit oleh glaukomanya.
Jika hifemanya mengisi seluruh bilik mata depan rasa sakit
bertambah dan visus lebih menurun lagi, karena tekanan
intraokulernya bertambah pula.
Pengobatan: Harus masuk rumah sakit. Istirahat ditempat tidur
dengan elevasi kepala 30 45 derajat. Kepala difiksasi dengan bantal
pasir dikedua sisi, supaya tak bergerak. Keadaan ini harus
dipertahankan minimal 5 hari. Pada anak-anak mungkin harus diikat
tangan dan kakinya ditempat tidur. Kedua mata ditutup, atau dapat
pula mata yang sakit saja yang ditutup. Beri salep mata,
koagulansia. Bila terisi darah segar, berikan antifibrinolitik,
supaya bekuan darah tak terlalu cepat diserap, untuk memberi
kesempatan pembuluh darah menyembuh, supaya tak terjadi perdarahan
sekunder. Pemberiannya tak boleh melewati 1 minggu, karena dapat
mengganggu aliran humor aquos, menimbulkan glaucoma dan imbibisio
kornea. Dapat diberikan 4 kali 250 mg transamic acid. Selama
dirawat yang perlu dipehatikan adlah hifema penuh atau tidak,
tekanan intraokuler naik atau tidak, fundus terlihat atau
tidak.Hifema yang penuh dengan kenaika intra okuler, perlu
pemberian diamox, gliserin yang harus dinilai dalam 24 jam. Jika
tekanan intraokuler tetap tinggi atau turun, tetapi tetap diatas
normal, dilakukan parasentese. Jika tekanan menjadi normal, diamox
tetap diberikan dan dinilai setiap hari. Bila tekanan ini tetap
normal dan darah masih terdapat sampai hari ke 5 9,dilakukan
parasentese. Bila terdapat glaukoma yang tak dapat dikontol dengan
cara diatas, maka dilakukan iridenkleisis, dengan merobek iris,
yang kemudian diselipkan diantara insisi korneo skleral, sehingga
pupil tampak sebagai lubang kunci yang
terbalik.e.Iris1)Iridoplegi
Merupakan kelumpuhan otot sfinter pupil sehingga pupil menjadi
midriasis. Iridoplegi ini dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu. Pengobatan sebaiknya istirahat untuk mencegah
terjadi kelelahan sfinter dan pemberian
roboransia.2)Iridodialisis
Merupakan robekan pada akar iris sehingga pupil agak kepinggir
letaknya, pada pemeriksaan biasa terdapat warna gelap selain pada
pupil, tetapi juga pada dasar iris tempat iridodialisa. Pada
pemerisaan oftalmoskop terdapat warna merah pada pupil dan juga
pada tempat iridodialisa, yang merupakan reflek fundus.Pengobatan
dapat dicoba dengan midriatika, sehingga pupil menjadi lebar dan
menekan pada akarnya. Istirahat ditempat tidur. Mata ditutup. Bila
menimbulkan diplopia, dilakukan reposisi, dimana iris dikaitkan
pada sclera.f.Pupil :terjadi MidriasisDisebabkan iriodoplegi,
akibat parese serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil.
Iridoplegi ini dapat terjadi temporer 2 3 minggu, dapat juga
permanen, tergantung adanya parese atau paralise dari otot
tersebut. Dalam waktu ini mata terasa silau. Pengobatan sebaiknya
istirahat untuk mencegah terjadi kelelahan sfingter dan pemberian
roboransia.g.Lensa1)Dislokasi Lensa
Dislokasi lensa terjadi karena ruptura dari zonula zinni. Dapat
sebagian (subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat
kedepan dapat pula ke belakang. Bila tak menimbulkan penyulit
glaucoma atau uveitis, dibiarkan saja, dengan memberi koreksi
keadaan refraksinya. Baru dilakukan ekstraksi lensa bila kemudian
timbul penyulit glaucoma, uveitis dan katarak, setelah glaucoma dan
uveitisnya diredakan dahulu.2)Katarak TraumatikaKatarak ini timbul
karena gangguan nutrisi. Ada macam-macam katarak traumatika yaitu
vosius ring, berbentuk roset(bintang), dengan kapsula lensa yang
keriput. Pengobatan tergantung saat terjadinya. Bila terjadi pada
anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya
ambliopia. Untuk mencegah ambliopia dapat dipasang lensa
intraokuler primer atau sekunder. Pada katarak trauma bila tidak
terjadi penyulit dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila
terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lai sebagainya maka
segera dilakukan ekstraksi lensa.
h.Badan Kaca : terjadi Perdarahan Badan Kaca
Darah berasal dari badan siliar, koroid dan retina. Karenanya
bila terdapat perdarahan didalam badan kaca, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi, untuk mengetahui keadaan dibagian
posterior mata.Pengobatan dapat diberikan koagulansia per oral atau
parenteral disamping istirahat di tempat tidur. Tindakan operatif
vitrektomi, baru dilakukan bila setelah 6 bulan dilakukan
pengobatan, masih terdapat kekeruhan, untuk memperbaiki tajam
penglihatan.i.Retina1)Edema RetinaEdema retina biasanya didaerah
polus posterior dekat macula atau di perifer. Tampak retina
dilapisi susu. Bila terjadi di macula, visus sentral terganggu
dengan skotoma sentralis. Dengan istirahat, edema dapat diserap dan
refleks fovea tampak kembali. Untuk mempercepat penyerapan dapat
disuntikkan kortison subkonjungtiva 0,5 cc 2 kali
seminggu.2)Ruptura RetinaRobekan pada retina menyebabkan ablasi
retina = retinal detachment. Umumnya robekan berupa huruf V
didapatkan di daerah temporal atas. Melalui robekan ini, cairan
badan kaca masuk ke celah potensial di antara sel epitel pigmen dan
lapisan batang dan kerucut, sehingga visus dapat menurun, lapang
pandang mengecil, yang sering berakhir kebutaan, bila terdapat
ablasi total.Pengobatan harus dilakukan segera, dimana prinsipnya
dilakukan pengeluaran cairan subretina, koagulasi ruptura dengan
diatermi.3)Perdarahan RetinaDapat timbul bila trauma tumpul
menyebabkan pecahnya pembuluh darah. Bentuk perdarahan tergantung
lokalisasinya. Bila terdapat dilapisan serabut saraf tampak sebagai
bulu ayam, bila tampak lebih keluar tampak sebagai bercak yang
berbatas tegas, perdarahan di depan retina mempunyai permukaan yang
datar di bagian atas dan cembung di bagian bawah. Darahnya dapat
pula masuk ke badan kaca. Penderita mengeluh terdapat
bayangan-bayangan hitam di lapangan penglihatannya, kalau banyak
masuk kedalam badan kaca dapat menutup jalannya cahaya, sehingga
visus terganggu.Pengobatan dengan istirahat di tempat tidur,
istirahat mata, di beri koagulansia, bila masuk ke badan kaca
diobati sebagai perdarahan badan kaca.j.Sklera :terjadi Robekan
SkleraKalau robekannya kecil, sekitar robekan didiatermi dan
robekannya dijahit. Pada robekan yang besar lebih baik dilakukan
enukleasi bulbi, untuk hindarkan oftalmia simpatika. Robekan ini
biasanya terletak di bagian atas.
k.Nervus Optikus1)Avulsi Papil Saraf Optik
Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari
pangkalnya di dalam bola mata. Keadaan ini akan mengakibatkan
turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan
kebutaan.Penderita ini perlu dinilai kelainan fungsi retina dan
saraf optiknya.2)Optik Neuropati TraumatikTrauma tumpul dapat
mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan
dan edema sekitar saraf optik.Penglihatan akan berkurang setelah
cedera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya
kelainan nyata pada retina. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah
gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik
dapat normal dalam beberapa minggu sebelum menjadi pucat.Pengobatan
adalah dengan merawat penderita pada waktu akut dengan memberi
steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu
dipertimbangkan untuk pembedahan.l.Enoftalmus
Disebabkan robekan besar pada kapsula tenon yang menyelubungi
bola mata di luar sclera atau disebabkan fraktura dasar orbita.
Oleh karena itu harus dibuat foto rontgen dari tulang tengkorak.
Seringkali enoftalmus tidak terlihat selama masih terdapat edema.
Gejalanya : penderita merasa sakit, mual, terdapat diplopi pada
pergerakan mata keatas dan ke bawah. Saraf infra orbita sering
rusak dan penderita mengeluh anesthesia pada kelopak mata atas dan
ginggiva.Pengobatan : operasi, dimana dasar orbita dijembatani
dengan graft tulang kartilago atau badan
aloplastik.m.Eksoftalmus
Biasanya disebabkan perdarahan retrobulber berasal dari A.
Oftalmika beserta cabang-cabangnya. Dengan istirahat di tempat
tidur perdarahan diserap kembali, juga diber koagulansia. Bila
eksoftalmus disertai pulsasi dan souffles, berarti ada aneurisma
antara arteri karotis interna dan sinus kavernosus.Pengobatan :
pengikatan pada a. karotis sisi yang sama (dcolz, 2010,
1-15,http://dcolz.wordpress.com, diperoleh 23 Januari 2010).
5. Penatalaksanaan trauma pada mata?c. Pengobatan Pengobatan
terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi
epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.
Pengobatan biasanya dengan memberikan sikioplegik untuk
menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang
uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes
dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah
infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder
erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh
dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik dengan
kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak lembek pada pasien dengan
erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel
berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.Sumber
: Ilmu Penyakit Mata , Prof. dr. H Sidarta Ilyas, SpM
6. Apa saja komplikasi lainnya yang dpt terjadi?a. Glaukoma
Sekunder Pasca Trumai. Trauma dapat mengakibatkan kelainan jaringan
dan susunan di dalam mata yang dapat mengganggu pengaliran cairan
mata sehingga menimbulkan glaukoma sekunder. Jenis kelainan yang
menimbulkan glaukoma adalah kontusi sudut.ii. Glaukoma Kontusi
Sudut1. Etiologia. Trauma dapat mengakibatkan tergesernya pangkal
iris ke belakang sehingga terjadi robekan trubekulum dan gangguan
fungsi trubeklum ini akan mengakibatkan hambatan pengaliran keluar
cairan mata.2. Pengobatan a. Pengobatan biasanya dilakukan seperti
mengobati glaukoma terbuka yaitu dengan obat lokal atau sistemik.
Bila tidak terkontrol pengobatan maka dilakukan pembedahan.iii.
Glaukoma Dengan Dislokasi Lonsa1. Patofisiologi a. Akibat trauma
tumpul dapat terjadi putusnya zonula Zinn, yang mengakibatkan
kedudukan lensa tidak normal. Kedudukan lensa normal ini akan
mendorong iris ke depan sehingga terjadi penutupan bilik mata.
Penutupan sudut bilik mata akan menghambat pengaliran keluar cairan
mata sehingga akan menimbulkan glaukoma sekunder.2. Pengobatan a.
Pengobatan yang dilakukan adalah mengangkat penyebab lensa sehingga
sudut terbuka kembali.
KebutaanKategori: ada 5 katagori:Buta menurut WHO: kategori 1 :
rabun atau penglihatan