Top Banner

of 67

Larutan Infus Pada Bayi Dan Anak

Oct 12, 2015

Download

Documents

Mei Win

jenis cairan infus, keseimbangan elektrolit, dehidrasi pada bayi dan anak, gangguan keseimbangan elektrolit, beberapa contoh penyakit gangguan keseimbangan elektrolit pada bayi dn anak
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PENYAJIDr. Thabrani PutraDr. Elfita LindaDr. Meillyssa C. HutabaratPEMBIMBINGDr. Kalis Joko Purwanto, Sp. ARUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALAKABUPATEN TULANG BAWANGPROPINSI LAMPUNG2014

  • Kehilangan cairan terjadi setiap saat dan mutlak harus diganti

    Kehilangan cairan normal dibagi 3 kategori yaitu kehilangan cairan insensibel, produksi urin, dan kehilangan cairan melalui tinja

    Kehilangan cairan abnormal akibat penyakit berupa pengurangan asupan atau peningkatan pengeluaran cairan.

  • Pemberian cairan akibat kehilangan cairan karena penyakit dapat secara oral ataupun parenteral

    Pemberian cairan secara intravena pada bayi dan anak sakit perlu diperhatikan pemilihan jenis cairan, jumlah dan lama pemberian keadaan penyakit dan gejala klinik lainnya

  • Cairan extraseluler 20-25 % dari berat badan

    Terdiri dari plasma, cairan interstitial (bufer volume plasma) dan cairan transelular (cairan serebrospinal, cairan sinovial, cairan digestif, intraokular, cairan pleural dan peritoneal)

  • Cairan extraseluler Mengandung ion-ion natrium, klorida, bikarbonat, oksigen, glukosa, asam lemak dan asam amino, dan karbon dioksida

    Cairan intraseluler35-40% dari berat badanTerdiri dari ion kalium, magnesium dan fosfat

  • Diatur oleh sistem tubuh yaitu perubahan jumlah cairan, perubahan kadar natrium, klorida, fosfor dan ion hidrogenSistem pengatur jumlah cairan tubuh osmoreseptor dalam hipothalamus produksi hormon antidiuretik diuresisSistem pengaturan kadar NaCl dalam darah vascular volume stretch reseptor di sinus karotikus kelenjar korteks suprarenalis hormon aldosteron

  • Pusat haus (thirst centre) keseimbangan cairan tubuh perasaan haus cairan menjadi hipertonik

    pH dipertahankan antara 7,35-7,45

    Cara mempertahankan pH cairan tubuh :Sistem BufferHomeostasis respiratorikHomeostasis ginjal

  • Dehidrasi berdasarkan tonisitas darah, yaituDehidrasi isotonik/dehidrasi isonatremia : kesadaran koma, penurunan berat badan, turgor kulit jelek, selaput lendir dan kulit kering, nadi lemah dan cepat, dan penurunan tekanan darah.Dehidrasi hipotonik/dehidrasi hiponatremia : konsentrasi elektrolit darah turun (natrium plasma 150 mEq/L), keadaan iritabel, kejang, hiperefleksi, penurunan berat badan, selaput lendir dan kulit kering sekali, nadi cepat dan keras, penurunan tekanan darah.

  • Dehidrasi berdasarkan derajatnya, yaitu :Dehidrasi ringan yaitu bila kehilangan cairan 5% dari Berat badan.Dehidrasi sedang yaitu bila kehilangan cairan 5 10 % dari berat badan.Dehidrasi berat yaitu bila kehilangan cairan >10 % dari berat badan.

  • Dehidrasi hiponatremia Biasanya disertai hipovolemia Dijumpai pada diare, peritonitis atau insufisiensi adrenal akibat infeksi akut, perdarahan adrenal, penghentian pengobatan steroid mendadak. Pengobatan dengan pemberian cairan intravena mengandung natrium untuk memperbaiki sirkulasi sistemik, ginjal dan mengembalikan fungsi osmoreseptor ADH. Hiponatremia dikoreksi bila kadar Na < 120 mEq. Kadar Natrium < 110 mEq akan terjadi gangguan serebral sehingga perlu diobati dengan natrium hipertonik (NaCl 3%). Defisit Na (mEq/l) = ( 135 kadar Na sekarang ) x 0,3 x BB (dalam 6 jam)

  • Dehidrasi hipernatremia Dijumpai pada diare, hiperpireksia, hiperventilasi, pemberian elektrolit peroral berlebihan, diabetes insipidus nefrogenik, ginjal kronik, hiperkalsemia, hipokalemia. Merupakan kegawatan medik pada anak karena menyebabkan kerusakan otak permanen dan Cerebral palsyPengobatan dengan pemberian cairan secara bertahap selama 48-72 jamKejang sering terjadi saat terapi cairan diberikan dan setelah kadar natrium serum mencapai normal kembali

  • Harris (1976) (dilaksanakan dalam waktu 36 jam atau lebih) Bila syok, berikan cairan natrium 0,45 % dalam larutan dextrosa 2,5 % sebanyak 20 ml/kg BB/jamBila tidak ada syok atau sudah teratasi, lanjutkan pemberian plasma 20 ml/kg BB.Larutan NaCl 0,3 % dalam larutan dextrosa 4,3 % sebanyak 50 100 ml/kgBB selama 24 48 jam diberikan tergantung dari derajat dehidrasi.Tambahkan kalium sebanyak 20 mEq/l ke dalam larutan infus yang diberikan setelah diuresis ada.Tambahkan 10 ml larutan kalsium glukonas 10% ke dalam larutan infus selama lebih 24 jam.Berikan cairan rumatan dengan menambahkan kehilangan cairan yang masih tetap berlangsung.

  • Robson (1979) 1 jam pertama berikan cairan ringer laktat 40 ml/kgBB.1 jam kedua berikan darah/plasma 10 ml/kgBBPada jam ke 3-10 berikan glukosa 5-10 % sebanyak 60 ml/kgBB, natrium laktat 1/6 mol sebanyak 20ml/kgBB, kalium sebanyak 2 mEq/kg BB, kalsium glukonas 10% dengan jumlah maksimum 10ml dimasukan ke dalam 500ml cairan infusPada dehidrasi disertai hipernatremia hebat (Na serum >200 mEq/l) dilakukan peritoneal dialisis.

  • HipokalemiaKadar kalium plasma < 3,5 mEq/lDijumpai pada pemasukan yang kurang, alkalosis, hipersekresi insulin, hiperaldosteronisme, renal tubular asidosis, pemberian diuretik, diare, muntah, dan pengisapan cairan lambungGejala : kelemahan umum, meteorismus, peristaltik usus menurun, gangguan irama dan melemahnya bunyi jantung.Pada EKG terdapat kelainan gelombang yang merendah dan melebar, depresi segmen ST, munculnya gelombang U dan interval PR yang memanjang. Hipokalemia dikoreksi bila kadar kalium kurang dari 2,5 mEqPemberian kalium intravena dianjurkan dengan dosis 3 7 mEq/kgBB dengan konsentrasi maksimal 40 80 mEq/l. Defisit K (mEq/l) = ( 3,5 Kadar K sekarang )x 0,3x BB (diberikan dalam 24 jam)

  • HiperkalemiaDijumpai pada pemasukan berlebihan, asidosis, katabolisme jaringan yang meningkat, destruksi sel, gagal ginjal dan insufisiensi adrenalKadar kalium 6 7 mEq/l : gelombang T tinggi dan sempit, interval QT memendekkadar kalium 7 8 mEq/l akan terlihat melambatnya depolarisasi seperti komplek QRS melebar dan gelombang P yang rendah, melebar atau menghilangBila kadar kalum lebih meningkat lagi akan terjadi fibrilasi ventrikel dan cardiac standstill

  • Semua pemberian kalium distopSuntikan natrium bicarbonat intravena 2,5 mEq/kgBB untuk menaikan PH yang dapat menurunkan sementara kalium serumBerikan kalsium glukonas 10 % sebanyak 0,5 ml/kgBB secara intravena dalam waktu 2 4 menit untuk mengurangi efek buruk kalium pada jantungBerikan glukosa 10% intravena sebanyak 40ml/kgBB dan insulin 1 unit setiap 30 ml glukosa 10 % agar kalium masuk ke dalam sel.Bila kadar kalium serum > 7 mEq/l dan terdapat anuria atau oliguria, harus dialisis peritoneal atau hemodialisis.

  • Asidosis MetabolikDijumpai pada kehilangan fixed base, infeksi, kelaparan, dehidrasi, diabetes, kegagalan homeostasis ginjalPada diare akibat kehilangan bikarbonat sering disertai metabolik anaerob dengan terbentuk asam dan benda keton sehingga pH darah turun. Pengobatan dengan pemberian korektor basa dalam cairan intravena ringer laktat maupun ringer asetat. Pada penderita dengan kasu dapat menggunakan cairan diatas dan ditambah larutan natrium bikarbonas 8,4 %( meylon) Kebutuhan NaHCO3 (mEq) = base excess x 0,3 x BB

  • Asidosis RespiratorikTerjadi karena tekanan parsial CO2 dalam darah naik sehingga kadar asam karbonat juga naikDijumpai pada edema paru, emfisema paru,fibrosis, keracunan morfin, poliomielitis, penyaki jantung bawaanKoreksi pada keadaan ini ditujukan kepada penyebab retensi CO2. NaHCO3 pada umumnya tidak digunakan kecuali bila terdapat hipoksia dan asidosis metabolik. Sedatif penekan pusat pernafasan atau penggunaan oksigen berlebihan akan mengurangi pacu pusat pernafasan dan mungkin menyebabkan pengurangan ventilasi pernafasan

  • Alkalosis MetabolikDijumpai pada muntah, stenosis pilorus, obstruksi duodenum, terlalu banyak makanBiasanya terjadi pada diare dehidrasi berat bila pemberian natrium bikarbonat sebagai korektor diberikan berlebihanDianjurkan pemberian larutan natrium bikarbonat dibagi dua yaitu setengah kebutuhan diberikan langsung intravena (bolus) dan setengah sisanya diberikan secara drip melalui infus cairan. Pemberian bolus ini jangan terlalu cepat karena dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak Kecepatan pemberian yang dianjurkan 1 ml/menit.

  • Alkalosis RespiratorikDijumpai pada infeksi sistem saraf pusat dan keracunan salisilatKoreksi alkalosis respiratorik dilakukan dengan menggunakan sungkup (paper bag) untuk menambah inspirasi CO2 (rebreathing system). Bila terdapat hiperventilasi kronik, sensitivitas pusat pernafasan terhadap CO2 akan bertambah sehingga penggunaan sistem rebreathing merupakan suatu indikasi kontra.

  • Cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid, cairan koloid, dan kombinasiCairan kristaloid terdiri dari cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonikCairan koloid terdiri dari Albumin, HES (Hidroxy Ethyl Starch), Dextran, Gelatin.Cairan kombinasi terdiri dari KaEn 1 B, Cairan 2 A, Cairan G:B 4:1, Cairan DG, Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon), Cairan RLD, Cairan G:Z 4:1

  • Cairan KristaloidCairan hipotonik didistribusikan ke ekstraseluler dan intraseluler, biasa digunakan pada dehidrasi kronik dan hipernatremi akibat diabetes insipidus Cairan hipotonik tidak dapat digunakan sebagai cairan resusitasi pada kegawatanContoh cairan hipotonik : dextrosa 5%

  • Cairan KristaloidCairan isotonik terdiri dari NaCl 0,9%, ringer laktat dan plasmalitCairan isotonik efektif meningkatkan isi intravaskuler dan diperlukan jumlah 4x lebih besar dari kehilangannya. Efektif sebagai cairan resusitasi, waktu yang diperlukan lebih pendek dibanding cairan koloid

  • Cairan KristaloidCairan hipertonik mengandung natrium dan mempunyai efek inotropik positif Bermanfaat untuk luka bakar karena dapat mengurangi edema pada luka bakar, edema perifer dan mengurangi jumlah cairan yang dibutuhkan. Contoh cairan hipertonik : NaCl 3%

  • Ringer LaktatMengandung Natrium 130 mEq/L, Kalium 4 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Laktat 28 mEq/LLarutan ini dimetabolisme di hati dan sebagian kecil di ginjal menjadi piruvat kemudian dikonversi menjadi CO2 dan H2O atau glukosa yang akan membentuk HCO3.Digunakan untuk mengatasi kehilangan cairan ekstra seluler akut seperti pada dehidrasi berat karena diare murni dan DBD

  • Ringer AsetatMengandung Natrium 130 mEq/l, Klorida 109 mEq/l, Kalium 4 mEq/l, Kalsium 3 mEq/l dan Asetat 28 mEq/l,Larutan ini dimetabolisme di otot menjadi bikarbonat Digunakan untuk mengoreksi keadaan asidosis metabolik Dapat mengganti pemakaian Ringer Laktat

  • Glukosa 5%, 10% dan 20%Berisi Dextrosa 50 gr/liter, 100 gr/liter, 200 gr/liter. Glukosa 5% digunakan pada gagal jantung Glukosa 10% dan 20% digunakan pada hipoglikemia, gagal ginjal akut dengan anuria dan gagal ginjal akut dengan oliguria

  • NaCl 0,9% Terdiri dari 154 mEq/L Natrium dan 154 mEq/L KloridaDigunakan pada DBD, syok kardiogenik, asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal dan luka bakar. Pada anak dan bayi sakit penggunaan NaCl biasanya dikombinasikan dengan Glukosa 5%.

  • Albumin Terdiri dari albumin endogen dan eksogenAlbumin eksogen ada 2 jenis yaitu human serum albumin yang diproduksi dari serum manusia dan albumin dari plasma manusia yang dimurnikan (Purified protein fraction)Tersedia dengan kadar 5% atau 25% dalam garam fisiologisKomplikasi : hipokalsemia, depresi fungsi miokardium, reaksi alergi terutama Digunakan pada sindroma nefrotik dan DSS

  • HES (Hidroxy Ethyl Starch)Senyawa kimia sintetis yang menyerupai glikogen dan dibentuk dari hidroksilasi aminopektinTersedia larutan 6% dalam garam fisiologis dgn tekanan onkotiknya 30 mmHg dan osmolaritasnya 310 mosm/lKomplikasi : adanya gangguan mekanisme pembekuan darah bila dosisnya melebihi 20 ml/ kgBB/ hari.

  • DextranCampuran polimer glukosa yang dihasilkan dari pengembangbiakkan bakteri Leucomostoc mesenteriodes pada media sukrosa. Tersedia 2 jenis dextran yaitu dextran 40 dan 70.Dextran 70 tersedia pada konsentrasi 6% dalam garam fisiologisDextran 40 tersedia pada konsentrasi 10% dalam garam fisiologis atau glukosa 5%Digunakan untuk sindroma nefrotik dan DSSKomplikasi : gagal ginjal akut, reaksi anafilaktik dan gangguan pembekuan darah

  • GelatinDigunakan sebagai cairan resusitasi orang dewasa dan bencana alam karena efek volume expander yang baikTerdapat 2 bentuk sediaan yaitu Modified Fluid Gelatin (MFG) dan Urea Bridged Gelatin (UBG)Komplikasi : reaksi anafilaksis.

  • KaEn 1 B Mengandung Natrium 38,5 mEq/L, Klorida 38,5 mEq/L. Dextrose 37,5 gr/LDigunakan sebagai cairan rumatan pada penyakit bronkopneumonia, status asmatikus dan bronkiolitisCairan 2 ATerdiri dari glukosa 5% dengan NaCl 0,9 % dan campuran glukosa 10% dengan NaCl 0,9 %, perbandingan 1 : 1 Glukosa 5% dengan NaCl 0,9 % digunakan pada diare dengan komplikasi dan bronkopneumoni dengan komplikasi. Glukosa 10% dengan NaCl 0,9 % digunakan pada bronkopneumoni dengan dehidrasi

  • Cairan G:B 4:1Mengandung 500 cc glukosa 5% dan 25 cc Natrium Bikarbonat 1,5 %Cairan DGTerdiri dari Natrium 61 mEq/L, Kalium 18mEq/L serta Laktat 27 mEq/L dan Klorida 52 mEq/L serta Dextrosa 25 g/LDigunakan pada diare dengan komplikasiCairan Natrium Bicarbonat (Meylon)Mengandung natrium 25 mEq/25ml dan bicarbonat 25 mEq/25ml. Digunakan pada keadaan asidosis akibat defisit bicarbonat.

  • Cairan RLDTerdiri dari 1 bagian Ringer laktat dan 1 bagian Glukosa 5%Digunakan pada demam berdarah dengueCairan G:Z 4:1Terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1 bagian NaCL 0,9%Digunakan pada dehidrasi berat karena diare murni

  • Pemilihan cairan berdasarkan status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit dan kelainan metabolik yang ada. Tujuan terapi cairan yaitu untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kehilangan harian. Bila pemberian cairan peroral, personde atau gastrostomi tidak memungkinkan, tidak mencukupi atau membahayakan penderita, terapi cairan intra vena diberikan

  • Terapi pemeliharaan atau rumatanKebutuhan cairan pengganti rumatan ini dihitung berdasarkan kilogram berat badanSetiap kenaikan suhu 1oC diatas suhu tubuh 37oC kebutuhan cairan ditambah 12%. Kebutuhan cairan rumatan harus dikurangi 12% pada setiap penurunan suhu 1oC dibawah suhu tubuh normal

  • Terapi defisitSebagai pengganti air dan elektrolit yang hilang secara abnormal (Previous Water Losses=PWL) yang berjumlah antara 5-15% berat badan. Digunakan pada kondisi diare, muntah akibat stenosis pilorus, kesulitan pemasukan oral dan asidosis karena diabetes Berdasarkan PWL, derajat dehidrasi dibagi atas ringan yaitu kehilangan cairan sekitar 3-5% berat badan, dehidrasi sedang kehilangan cairan sekitar 6-9% berat badan dan dehidrasi berat kehilangan cairan berkisar 10% atau lebih berat badan.

  • Terapi pengganti kehilangan cairan yang masih tetap berlangsungDigunakan pada kondisi muntah dan diare yang masih tetap berlangsung, pengisapan lendir, parasentesis dan lainnyaJumlah kehilangan CWL diperkirakan 25 ml/kgBB/24 jam untuk semua umur.

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat I dan II, pemberian cairan diperlukan bila Anak terus menerus muntah, minum tak mau, demam tinggi, Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan rutin.Jenis cairan yang direkomendasi WHO adalah:KristaloidRinger Laktat atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat (RLD)Ringer Asetat atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (RAD)Larutan NaCl 0,9% atau Dextrose dalam NaCl 0,9% KoloidDextranPlasma

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat I dan II tanpa peningkatan hematokrit :Pasien tak dapat minum atau muntah terus menerus infus NaCl 0,9 % : Dektrose 5% (1 : 3) tetesan rumatan sesuai berat badan. Pemeriksaan Hb, Ht dan trombosit setiap 6 12 jam.Diuresis diukur tiap 24 jam, awasi perdarahan yang terjadi. Perbaikan klinis dan laboratoris pulangKadar Ht cenderung naik dan trombosit menurun infus Ringer Laktat tetesan disesuaikan sebagai DBD derajat I dan II dengan peningkatan hematokrit >20%.

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat I dan II dengan peningkatan hematokrit :infus RL atau NaCL 0,9% atau RLD5 atau NaCl 0,9% + D5 6-7 ml/kgBB/jam dengan kecepatan 2 tetes/kgbb/menit Monitor tanda vital, kadar hematokrit serta trombosit tiap 6 jam, selanjutnya evaluasi 12-24 jam Bila selama observasi keadaan umum membaik 5 ml/kgBB/jam dengan kecepatan 1 tetes/kgbb/menit tetap stabil 3 ml/kgBB/jam hentikan pada 24-48 jamAnak tampak gelisah, nafas cepat, frekuensi nadi meningkat, diuresis kurang, tekanan nadi < 20 mmHg, peningkatan Ht 15 ml/kgBB/jam dengan kecepatan 4 tetes/kgbb/menit

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat I dan II dengan peningkatan hematokrit :Bila terjadi distress pernafasan dan Ht naik cairan koloid 20-30 ml/kgBB/jam dengan kecepatan 5-7 tetes/kgbb/menitBila Ht turun transfusi darah 10 ml/kgBB/jam dengan 2-3 tetes/kgbb/menit. Bila keadaan klinis membaik maka cairan disesuaikan.

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat III dan IV dengan syok :Infus kristaloid (RL atau NaCl 0,9%) 20 ml/kgBB secepatnya (berikan dalam bolus selama 30 menit) dan oksigen 2 liter/menitPada derajat IV cairan diguyur 100-200 mlObservasi tensi dan nadi tiap 15 menit, hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan gula darah

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat III dan IV dengan syok :Bila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan RL dilanjutkan 15-20 ml/kgBB dengan kecepatan 4-5 tetes/kgBB/menit ditambah plasma 10-20 ml/kgBB dengan kecepatan 2-5 tetes/kgBB/menit maksimal 30 ml/kgBB.Observasi keadaan umum, tekanan darah, nadi tiap 15 menit dan periksa Ht tiap 4-6 jam

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat III dan IV dengan syok :Bila syok teratasi, cairan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam dengan kecepatan 2-3 tetes/kgbb/menit, dipertahankan 24 jam atau klinis stabil dan Ht < 40%. Selanjutnya cairan diturunkan 5 ml kemudian 3 ml/kgBB/jam. Pemberian cairan tidak melebihi 48 jam setelah syok teratasi. Observasi klinis, tekanan darah, nadi, jumlah urine tiap jam.

  • Demam Berdarah Dengue Pada keadaan derajat III dan IV dengan syok :Pemeriksaan Ht dan trombosit tiap 4-6 jam sampai keadaan umum baik. Apabila syok belum dapat teratasi, hematokrit menurun tetapi masih > 40% berikan darah dalam volume kecil 10ml/kg BB. Apabila tampak perdarahan masif, berikan darah segar 20 ml/kgBB dan dilanjutkan cairan kristaloid 10 ml/kgBB/jam.Syok masih belum teratasi pasang CVP, bila normal (> 10 mmH2O) maka berikan dopamin

  • DiarePemberian cairan melalui intravena diberikan pada penderita diare akut dengan dehidrasi berat. Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat atau garam normal, 100 mg/kgBB mulai diberi segera. Bila penderita bisa minum berikan oralit sewaktu cairan iv dimulai Jumlah pemberian cairannya sebagai berikut: 1 bulan 1 tahun : 1 jam I = 30 ml/kgBB, 5 jam II = 70 ml/kgBB > 1 tahun : jam I = 30 ml/kgBB. 2 jam II = 70 ml/kgBB

  • DiareUlangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan iv. Berikan oralit 5ml/kgBB/jam bila penderita bisa minum untuk memberi tambahan kalium dan basa. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi keadaan penderita. Bila tanda-tanda rehidrasi masih belum berubah atau bertambah buruk dan terutama bila penderita juga mengeluarkan tinja cair beberapa kali, jumlah total cairan yang diberikan untuk rehidrasi harus ditingkatkan.

  • Malnutrisi energi protein ringan, sedang dan berat tipe marasmus dengan diare dehidrasi beratJenis cairan : DD atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan = PWL+ NWL+ CWL (dalil Darrow) Cara dan lama pemberian cairan sama dengan diare dehidrasi beratMalnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwaskoiskor atau tipe kwaskioskor dengan diare dehidrasi berat.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan : 4/5 (PWL+ NWL+ CWL)Cara dan lama pemberian cairan sama dengan diare dehidrasi berat

  • Diare dehidrasi berat dengan bronkopneumoni tanpa disertai kelainan jantung.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan : PWL+ NWL+ CWLCara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaan diare dengan dehidrasi berat.Diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi protein ringan, sedang, berat tipe marasmus disertai bronkopneumoni tanpa kelainan jantung.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi berat dengan bronkopneumoni.

  • Diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwasioskor dan tipe kwaskoiskor yang disertai bronkopneumoni tanpa kelainan jantung.Jenis cairan : DG atau 2a +KCl 10 mEq/500ccJumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti diare dehidrasi berat dengan malnutrisi energi protein berat tipe marasmik-kwaskioskor dan tipe kwashioskor

  • Diare dehidrasi berat dengan kelainan jantung bawaan / CHD dengan right to left shunt disertai dehidrasi berat.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500ccJumlah cairan : PWL+ NWL+ CWLCara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaan diare dengan dehidrasi beratCHD dengan left to right shunt disertai dehidrasi berat.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan : 4/5 (PWL+ NWL+ CWL)Cara dan lama pemberian cairan sama dengan penatalaksanaan diare dengan dehidrasi berat

  • CHD dengan gagal jantung.Jenis cairan : DG atau 2a + KCl 10 mEq/500 ccJumlah cairan dan kecepatan pemberian sama seperti dengan left to right shunt disertai dehidrasi berat.Diare dehidrasi berat yang disertai kejang.Jenis cairan : DG atau 2a +KCL 10 mEq/500 ccJumlah cairan : PWL+ NWL+ CWL

  • KoleraCairan yang diberikan yaitu:Ringer Laktat dengan kecepatan 1 jam I = 10 tetes/ kgBB/ menit, 7 jam berikut = 3 tetes/ kgBB/ menit.Bila terdapat syok, cairan diguyur, selanjutnya pemberian cairan seperti diatas.4 jam kemudian hanya diberikan oralit saja, kemudian boleh pulang

  • BronkopneumoniAnak sangat sesak nafas memerlukan pemberian cairan intravena dan oksigen. Cairan yang digunakan KaEn1B disertai dengan pemberian KCl 10 mEg/500 ml botol infus. Cairan dihentikan secara bertahap sesuai dengan keadaan klinis pasienPerhitungan jumlah cairan berdasarkan rumus Darrow, yaitu :- BB 3-10 kg = 105 mg/kgBB/24 jam- BB 10-15 kg = 85 mg/kgBB/24 jam.- BB 15-25 kg = 65 mg/kgBB/24jam.

  • BronkopneumoniPada neonatus, cairan yang digunakan GB 4:1. Kebutuhan cairan :- Umur 1 hari = 60 cc/kgBB/hari- Umur 2 hari = 70 cc/kgBB/hari- Umur 3 hari = 80 cc/kgBB/hari- Umur 4 hari = 90 cc/kgBB/hari- Umur 5 hari = 100 cc/kgBB/hari- Umur 6 hari = 110 cc/kgBB/hari- Umur 7 hari = 120 cc/kgBB/hari- Umur 8 hari = 130 cc/kgBB/hari- Umur 9 hari = 140 cc/kgBB/hari- Umur 10-14 hari = 150 cc/kgBB/hari- Umur 15-30 hari = 160 cc/kgBB/hari

  • BronkopneumoniTetesan dibagi rata dalam 24 jamCairan dihentikan secara bertahap sesuai keadaan klinis.Bronkopneumoni dengan dehidrasi karena intake kurang, cairan yang digunakan DG 10 % atau 2A 10%. Kebutuhan cairan dalam 24 jam : (PWL+NWL+CWL) x BBPrevious water loss = 5-15% dari berat badan.Normal water loss = urin + insensible water loss.Concomitant water loss : 25 ml/kgBB/hari.Cara pemberian : 4 jam I = kebutuhan, 20 jam II = kebutuhan.

  • BronkopneumoniBronkopneumoni dengan Congestive Heart Failure gunakan Glukosa 10% + KCl 6 mEg/ 250 cc.Bila dekompensatio kordis telah teratasi, diganti 2a + KCl. Jumlah cairan yang digunakan BB x (maintanance + kenaikan suhu).Bronkopneumoni dengan CHD tanpa heart failure, gunakan adalah 2A-KCl. Bila ada dehidrasi bukan karena GE, cairannya DG. Jumlah cairan :- Left to right shunt = xBB x ( maintenance + NWL + PWL).- Right to left shunt = 1 x BB x (maintenance + NWL + PWL).- Bila disertai PEM berat = x BB (maintenance + NWL ).

  • Status AsmatikusCairan yang digunakan KaEn 1B + KCl 5 mEg/kolf. Bila ada dehidrasi hendaknya diberikan cairan hipertonik. Untuk BB 10-20 kg = 100-150 ml/jam sedangkan BB >21 kg = 200 ml/jam. Cairan ini diberikan sampai terjadi diuresis. Bila sudah terjadi diuresis teruskan dengan cairan rumatan

  • Gagal JantungJenis cairan yang diberikan yaitu cairan yang tanpa natrium Jumlah cairan dapat dikurangi menjadi 75-80% dari kebutuhan rumatan atau dapat dibatasi sampai 65 cc/kgBB/hariBila anak dengan gizi kurang, pemberian cairannya dapat diberikan sebanyak 80-100 cc/kgBB/ hari dan maksimal 1500 cc/hari. Pemberian cairan ini harus terus dipantau, mengingat kerja pernafasan yang meningkat akan dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan cairan. Pemantauan secara klinis ( turgor, pola pernafasan, balance antara masukan dan keluar) serta laboratorik (analisa gas darah, elektrolit).

  • Syok KardiogenikCairan yang dipilih adalah NaCl 0,9%, diberikan secara perlahan-lahan untuk mengkoreksi hipovolemia. Bila terdapat tanda-tanda perbaikan fungsi miokardium, teruskan infus hingga syok teratasi. Jumlah cairan yang diberikan sebanyak 10 cc/kgBB dengan kecepatan tetesan minimal.Pemberian cairan ini dapat memperbaiki fungsi jantung sementara, tapi untuk selanjutnya harus diberikan dukungan inotropik untuk memperbaiki kontraktilitas miokardium.

  • Sindroma NefrotikCairan yang dipilih adalah plasma segar, albumin, atau dextran. Bila hipovolemia disertai komplikasi infeksi, plasma segar dapat diberikan, tapi bila tidak ada, albumin sebagai koloid pengganti sudah cukup memadai. Jumlah cairan yang diberikan awalnya sejumlah 20 ml/kgBB/jam walaupun diperlukan lebih banyak lagi. Pemberian plasma ini perlu observasi ketat dan pengawasan terhadap nadi, tekanan darah, tekanan vena jugularis dan perbedaan suhu di sentral dan perifer. Kontraindikasi : tekanan vena yang meninggi, kardiomegali dan adanya edema pulmonal.

  • Gagal Ginjal AkutJenis cairan yang dipakai adalah:- Pada penderita anuria diberikan glukosa 10-20%.- Pada penderita oliguria diberikan glukosa 10% : NaCl 0,9% = 3:1.Bila dipakai vena sentral dapat diberikan larutan glukosa 30-40%.Cairan diperhitungkan berdasarkan IWL + jumlah urin 1 hari sebelumnya + cairan yang keluar dengan muntah, feses, slang nasogastrik,dan lain-lain. Bila usia < 5th = 30 ml/kgBB/hari, bila usia > 5 th = 20 ml/kgBB/hari. Bila penderita sering muntah diberikan per infus

  • Bayi Berat Badan Lahir RendahBila pemberian oral belum memungkinkan maka diberikan cairan intravena Dextrosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5% dengan perbandingan 4:1 Bila pada hari ke 3 makanan oral masih belum bisa, berikan protein yaitu cairan aminofusin pediatrik dengan dosis 20 ml/kgbb/hari dengan kecepatan 1 tetes/kgbb/hari. Pemberian cairan intravena dihentikan bila telah bisa makan secara oral yang dilakukan secara bertahap

    Sepsis Pada NeonatusPada keadaan ini diberikan larutan Dextrosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5% dengan perbandingan 4:1

  • HipoglikemiHari pertama diberikan glukosa 20% 2 ml/kgbb intravena kemudian dilanjutkan dengan Glukosa 5-10% 75 ml/kgbb/24 jam dengan kecepatan 3 tetes/kgbb/menit. Hari ke 2 dilanjutkan dengan Glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1 100 ml/kgbb dengan kecepatan 4 tetes/kgbb/menit. Hari ketiga mulai pemberian makanan secara oral dan cairan intravena dihentikan secara bertahap. Bila pada 24 jam pertama kadar gula darah masih dalam keadaan hipoglikemi beri kortison 5-10 mg/kgbb. Bila pemberian oral belum memungkinkan, diberikan Dextrosa 5% dan Natrium Bikarbonat 1,5% dengan perbandingan 4:1

  • Sindroma Gawat Nafas NeonatalCairan yang digunakan adalah campuran larutan Glukosa 5% dan Natrium Bikarbonat dengan perbandingan 4:1. Cairan pada 24 jam pertama yaitu 68- 80 ml/kgbb dengan kecepatan 3-4 tetes/kgbb/menit kemudian dinaikkan secara bertahap sampai 150 ml/kgbb/hari dengan kecepatan 6 tetes/kgbb/menit pada hari ketujuh. Bila ginjal telah berfungsi dan diuresis telah timbul maka bayi harus diberikan elektrolit berupa natrium dan kalium 3-2 mEg/kgbb. Bila terjadi asidosis metabolik lakukan koreksi terhadap keadaan ini.