PERCOBAAN V
LARUTAN ELEKTROLIT1. TUJUAN : Memahami cara membuat larutan
Ringer Laktat 2. DASAR TEORI :
Terapi parenteral adalah terapi atau pengobatan dengan rute yang
tidak melibatkan usus. Oleh karena itu terapi parenteral meliputi
injeksi, tetes mata, telinga atau hidung, salep, krim, cakram
(patches), pengobatan inhalasi dan sebagainya. Untuk tujuan
tertentu, terapi parenteral dapat meliputi sublingual, bungal, atau
sediaan rectal karena sediaan-sediaan tersebut tidak dipengaruhi
oleh asam lambung, metabolisme hepatic, atau tidak memerlukan
seluruh usus untuk absorbsinya.Menilai kebutuhan pasien terhadap
cairan dan elektrolit, keseimbangan cairannya, harus dilakukan
dengan berbagai metode kemudian digabung untuk memberikan gambaran
kebutuhan pasien secara keseluruhan. Tidak ada satu parameter
(apabila parameter ini tidak digabung dengan parameter lain) yang
dapat menggambarkan kondisi dehidrasi atau kelebihan cairan.
Berikut ini adalah tanda-tanda dan gejala-gejala yang digunakan
untuk menentukan keseimbangan cairan :
1. Haus
2. Turgor kulit
3. Denyut nadi
4. Perubahan berat badan
5. Daftar cairan masuk dan cairan keluar
6. Osmolalitas serum
7. Konsentrasi natrium, urea, atau hemoglobin dalam serum
8. Volume/osmolaliats urine
9. Tekanan vena juguler
10. Tekanan vena central
(Aslam, dkk., 2003)
Kira-kira 60% organism manusia terdiri dari air. Untuk satu
orang dewasa denbobot tubuh 80kg, jumlah air yang dimilikinya
adalah sekitar 50 liter. Air di dalam tubuh manusia dapat menjadi
air yang dapat menjadi air yang terdapat dalam sel ( intraseluler)
(sekitar 56-70%) dan air ekstra seluler yang berada sebagi cairan
intravasal dalam cairan darah kira-kira 3 liter dan cairan
intertisiel diantara sel-sel. Antara air dalam aliran darah dan air
dalam ruang intertistiel terjadi pertukaran cairan dan ion-ion
melalui proses difusi. Penyebaran elektrolit ke dalam sel
berlangsung melalui enzim penyangga. Pengendalian seperti itu
mutlak diperlukan. Oleh karena komposisi elektrolit cairan sel
berbeda dengan ruang ekstra seluler. Air intraseluler mengandung
ion kalium di samping sejumlah kecil ion magnesium sebagai
kation-kation. Sebagai anion terdapat ion fosfat, mono atau
trifosfat dari adenosine dan heksasemonofosfat, dan juga ion-ion
sulfat. Dalam cairan ekstra seluler didominasi oleh ion natrium
sebagai kation, ion klorida dab ion hydrogen karbonat sebagai
anion. Perbedaan kecil dalam komposisi ion yang difusibel (Na+,
Cl-) juga terdapat antara cairan intravasal dan cairan intertisiel
dapat dipandang sebagai satuan fungsional.
Pada masa lalu, jika terjadi kehilangan darah akibat terjadi
luka, digunakan larutan natrium klorida fisiologis atau larutan
RINGER untuk pengisian volumennya. Yang paling menentukan dalam
melakukan terapi dengan larutan elektrolit adalah jika dipahaminya
kondisi dimana dengan larutan yang dimaksukan secara secara
parenteral juga dapat mencapai ruang interseluler dan bahwa cara
fisiologis-klinis yang canggih memungkinkan untuk mendeteksi secara
eksak gangguan dalam keseimbangan air-elektrolit dari organismus.
Jadi gangguan keseimbangan ion-ion yang umumnya diukti dengan
pergeseran pH menyebabakan gangguan berat pada pasien. Larutan
elektrolit secara terapetik digunakan untuk :
1. Penyangga kebutuhan air secara fisiologis
2. Penyangga kebutuhan elektrolit secara fisiologis
3. Substitusi pengganti kehilangan air dan elektrolit
4. Kompensasi terhadap gangguan keseimbangan asam-basa
5. Pendukung fungsi ginjal yang terganggu
(Voight, R., 1995)3. ALAT DAN BAHAN
Larutan Ringer Laktat
Alat : 1. Penangas air
2. Glasswere
3. Botol bening
4. Timbangan
Bahan :1. Natrium laktat
2. NaCl
3. KCl
4. CaCl2.2H2O
5. Aqua p.i
6. HCl 0,1 N-NaOH 0,1 N
7. Karbo adsorben
Larutan multiple elektrolit
Alat : 1. Penangas air
2. Glasswere
3. Botol bening
4. Timbangan
Bahan :
1. Natrium acetat
2. NaCl
3. KCl
4. Na Gluconate
5. MgCl hexahidrate
6. Aqua p.i
7. HCl 0,1 N-NaOH 0,1 N
8. Karbo adsorben
Formula :
Larutan Ringer Laktat
R/Natrium laktat
0,31 g
NaCl
0,6 g
CaCl2.2H2O
0,01g
Aqua p.i ad
100 ml
Larutan Multiple elektrolit
R/ Natrium Acetat
0,36 g
NaCl
0,52 g
CaCl2.2H2O
0,03g
Na Glukonate
0,50g
MgCl hexahidrat
0.03g
Aqua p.i ad
100 ml
Pemerian bahan-bahan :
1. Aqua p.i
Keasaman-kebasaan 1 amonium, besi, tembaga, timbel, kalsium,
klorida, nitrat, sulfat, zat teroksidasi memenuhi syarat yang
tertera pada aqua destilata.
2. NaCl
Hablur hexahedral tidak berwarna atau serbuk putih, tidak
berbau, rasa asin.
3. KCl
Hablur berbentuk kubus atau berbentuk prisma, tidak berwarna,
atau serbuk butir putih, tidak berbau, rasa asin, ,mantap di
udara.
5. CaCl2.2H20
Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak pahit, meleleh
basah.
6. Na acetat
Massa hablur, putih, kelabu coklat, sangat pucat dan
higroskopik.
7. MgCl hexahidrat
Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, dam meleleh basah
8. Karbo adsorben
Serbuk sangat halus, bebas dari butiran hitam, tidak bernau,
tidak berasa.
4. CARA KERJA
Larutan Ringer Laktat
Di cek larutan isotonis apa tidak
Aqua di didihkan,
dilarutkan semua bahan kdalam aquadest panas
Ph diatur (5-6), jika kurang asam di tambah HCl 0,1 N dan jka
kurang basa ditambah NaOH 0,1 N
Ditambahkan sisa aquanya
Larutan digojog dengan karbo adorben 0,1%, diamkan dan
disaring
Di masukan dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya.
Dsterilkan dengan uap mengalir / dikukus selama 30 menit
Setelah dingin dicek terhadap uji
pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing dan kejernihan
diberi etiket warna biru
Larutan Multiple elektrolit
Di cek larutan isotonis apa tidak
Aqua di didihkan,
dilarutkan semua bahan kdalam aquadest panas
Ph diatur (5-6), jika kurang asam di tambah HCl 0,1 N dan jka
kurang basa ditambah NaOH 0,1 N
Ditambahkan sisa aquanya
Larutan digojog dengan karbo adorben 0,1%, diamkan dan
disaring
Di masukan dalam wadah yang sesuai dengan tutupnya.
Dsterilkan dengan uap mengalir / dikukus 100C selama 30
menit
Setelah dingin dicek terhadap uji
pH, kebocoran, kejernihan, partikel asing dan kejernihan
diberi etiket warna biru
5. ANALISIS CARA KERJA
Semua bahan dilrutkan dalam aquadest panas untuk mempercepat
kelarutan bahan obat sehingga homogen. Penambahan karbo adsoeben
yang diaktifkan untuk peenjernihan. Penambahan karbo adsorban
bertujuan untuk menyerap pyroen yang mungkin pada lautan.
Sterelisasi dilakukan untuk mematikan mikroba / bakteri dalam
sediaan parenteral.IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. DATA PERCOBAAN
LARUTAN ELEKTROLIT1. Larutan Ringer Laktat
Perhitungan Tonisitas
= = 0,243 < 0,28 ( HipotonisPenambahan NaCl=
= 32 x (0,28 0,24)
= 1,184mg /L = 0,184 g/LKeterangan :
Hipotonis, Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 0,184 g/LHasil
Evaluasi :
No.EvaluasiHasilKeterangan
1.pHSebelum dikukus : 6
Sesudah dikukus : 6Sesuai teori (5-7)
2.KebocoranTidak ada yang bocorMemenuhi
3.KejernihanJernih (10 vial)Memenuhi
4.Partikel asingAda (10 vial)Tidak memenuhi
5.Keseragaman volumeSeragam (10 vial)Memenuhi
Kesimpulan :
Dari kelima uji diatas keseluruhannya memenuhi syarat kecuali
uji partikel asing, tetapi belum dapat di release karena belum
melalui uji sterilitas, bebas pirogen, keseragaman kadar.2.
Multiple Elektrolit tanpa Na. glukonat
Perhitungan Tonisitas
= = = 0,242 < 0,28 ( larutan Hipotonis
Penambahan NaCl ( 32 x ( 0,28 0,242 ) = 1,216 g/L
Keterangan :
Hipotonis, Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 1,216 g/LHasil
Evaluasi :
No.EvaluasiHasilKeterangan
1.pHSebelum dikukus : 7
Sesudah dikukus : 7Sesuai teori (5-7)
2.Kebocoran2 bocor, 8 tidak bocorMemenuhi
3.KejernihanJernih (10 vial)Memenuhi
4.Partikel asingAda (10 vial)Tidak memenuhi
5.Keseragaman volume8 seragam, 2 tidak seragamMemenuhi
Kesimpulan :
Dari kelima uji diatas keseluruhannya memenuhi syarat kecuali
uji partikel asing, tetapi belum dapat di release karena belum
melalui uji sterilitas, bebas pirogen, keseragaman kadar
2. PERHITUNGAN
FORMULALARUTAN RINGER LAKTAT
R/Natrium Laktat 0,31
NaCl
0,6
KCl
0,03
CaCl.H2O 0,01
Aqua p.i ad 100 mL
1. Tonisitas Larutan Ringer Laktat
= = = 0,243 < 0,28 ( HipotonisPenambahan NaCl=
= 32 x (0,28 0,24)
= 1,184mg /L = 0,184 g/LJadi perlu penambahan NaCl sebanyak
0,184 g/LMULTIPLE ELEKTROLIT
R/Natrium Asetat
0,36
NaCl
0,52
KCl
0,03
MgCl Heksahidrat
0,03
Aqua p.i ad 100 mL
2. Tonisitas Larutan Multiple Elektrolit tanpa Na glukonat
= = = 0,242 < 0,28 ( larutan Hipotonis
Penambahan NaCl ( 32 x ( 0,28 0,242 ) = 1,216 g/L
Jadi perlu penambahan NaCl sebanyak 1,216 g/L7.
PEMBAHASANPercobaan ini dilakukan agar mahasiswa dapat memahami dan
mampu membuat infus ringer laktat dan larutan multiple elektrolit.
Larutan ringer laktat digunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan
volume darah, karena pada larutan ini mengandung KCl, CaCl2.6H2O,
disamping NaCl. Larutan yang biasanya diberikan secara parenteral,
dikemas dalam volume 0,5-1,0 liter. Larutan multipel elektrolit
diberikan setelah terjadi shock atau terganggunya kondisi
keseimbangan cairan tubuh karena dehidrasi atau kelaparan. Larutan
elektrolit tersebut merupakan sediaan parenteral yang disebut
infusa. Contoh larutan elektrolit yaitu NaCl 0,9%, larutan ringer
laktat, larutan dextrose dan larutan 1-asam amino kkal. Pada infus
ringer laktat mengandung natrium laktat, NaCl, KCl, CaCl2. 2H2O dan
aqua p.i, karboadsorben, dan HCl 0,1N jika larutan kurang asam,
serta NaOH jika larutan kurang basa. Sedangkan pada larutan
multiple elektrolit terdiri dari Natrium asetat, KCl, Na Gluconat,
MgCl hexahidrate dan aqua p.i. Pada kedua larutan tersebut harus
memenuhi persyaratan sediaan parenteral, yaitu aman, jernih,
isotonis, isohidris, steril dan bebas pirogen. Sebelum membuat
sediaan parenteral (larutan infus), harus dihitung tonisitas
larutan. Tonisitas perlu dihitung dengan tujuan agar dapat
diketahui apakah larutan tersebut sudah isotonis atau belun atau
hipertonis, karena ini berhubungan dengan tekanan osmosis larutan
terhadap cairan tubuh yang akan diberi larutan infus. Larutan yang
isotonis adalah larutan yang memiliki tekanan osmosis sama dengan
tubuh dan keadaan isotonis inilah yang diharapkan karena dalam
keadaan ini, larutan yang diinjeksikan tidak akan menimbulkan rasa
sakit. Sedangkan larutan yang hipotonis,akan menimbulkan sel cairan
tubuh akan pecah atau lisis, karena tekanan diluar sel lebih
rendah, maka cairan dalam sel akan menggembung dan pecah, mengingat
tekanan osmose merupakan tekanan yang berjalan dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi. Sebaliknya pada larutan hipertonis
akan mengakibatkan keadaan di luar sel lebih tinggi dibanding
didalam sel, sehingga keadaan sel mengkerut. Keadaan hipotonis
lebih berbahaya dibanding keadaan hipertonis, karena sifat larutan
hipotonis irreversibel (sel sudah pecah ), sedangkan sifat
hipertonis reversibel ( sel dapat kembali normal ).
Dari perhitungan tonisitas, pada infus ringer laktat diperoleh
tonisitas larutan yaitu 0,243 g/l dan pada larutan multiple
elektrolit nilai tonisitasnya 0,252 g/l. Larutan ringer laktat dan
multipel elektrolit dikatakan bersifat hipotonis karena nilai
tonisitasnya lebih kecil dari 0,28 g/l. Artinya jumlah zat terlarut
dalam kedua larutan tersebut lebih kecil dari cairan tubuh.
Ketidakisotonisan ini dapat menyebabkan rasa nyeri atau sakit pada
saat penginjeksian dan karena hipotonis maka air lebih mudah
melintasi membran semipermeable sehingga terjadi peningkatan volume
darah, sel akan membesar, akhirnya pecah atau hemolisis yang
bersifat irreversible. Untuk mengatasinya perlu ditambahkan zat
pengisotonis agar tekanan osmosi larutan sama dengan tekanan
osmosis cairan dalam tubuh. NaCl yang harus ditambahkan pada
formula infus ringer laktat sebanyak 0,184 g/100ml. Sedangkan
larutan multiple elektrolitditambah NaCl sejumlah 0,0896
g/100ml.
Setelah diperoleh tonisitasnya, kemudian semua bahan ditimbang.
Lalu semua bahan dilarutkan ke dalam aquadest panas untuk
mempercepat kelarutan dan kondisi panas mensterilkan bahan dari
mikroba. Aqua yang digunakan adalaha aqua p.i atau aqua pro
injeksi. Sebagai pelarutnya kemudian larutan dicek pHnya dengan
menggunakan pH indikator. Untuk pH ringer laktat dan multiple
elektrolit ditetukan dengan kisaran antara 5-7 sesuai dengan pH
serum darah, karena larutan yang digunakan melalui pembuluh darah
sehingga diharapkan pHnya sama dengan pH serum darah tersebut.
Dalam percobaan ini, diharapkan isohidris, yaitu pH larutan
diusahakan sesuai dengan pH tubuh. Pada pembuatannya, jika larutan
kurang asam maka ditambah HCl 0,1 N dan bila kurang basa maka
ditambah NaOH 0,1N. Setelah itu ditambahkan sisa aquanya. Pada
pembuatan larutan, pH pada larutan ringer laktat adalah 6,
sedangkan pH pada multiple elektrolit adalah7. Artinya sudah sesuai
dengan pH serum darah (pH 5-7) sehingga tidak memerlukan penambahan
NaOH 0,1 N maupun HCl 0,1 N pada ringer laktat maupun multipel
elektrolit. Setelah ditambahkan sisa aquanya kemudian ditambahkan
karboadsorben 0,1% pada masing-masing larutan, karboadsorben yang
ditambahkan sebanyak 0,1 g. Karboadsorben yang telah digunakan
yaitu telah diaktifkan, dengan cara di oven selama 5-10 menit pada
suhu 200oC pada cawan porselin. Pengaktifan ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air sehingga meningkatkan luas permukaan
penyerapan yang berbanding lurus dengan efektivitas fungsi.
Karboadsorben disini berfungsi untuk menyerap pirogen-pirogen dan
pengotor yang ada dalam larutan tersebut. Setelah itu larutan
didiamkan untuk memaksimalkan proses pengikatan kotoran. Kemudian
larutan disaring untuk memisahkan karboadsorben tersebut hingga
diperoleh larutan yang jernih dan bebas pirogen maupun zat-zat
asing lainnya.
Pada masing-masing formula tersebut, dimasukkan dalam wadah
tertutup kemudian infus ringer laktat dan multiple elektrolit
disterilkan dengan autoklaf pada subu1000 selama 30 menit.
Penggunaan autoklaf ini digunakan dengan mengeluarkan udara di
dalam autoklaf sebelum sterilisasi dimulai karena hanya tekanan
dari uap yang merupakan tekanan yang efektif untuk menaikkan
tekanan uap, dimana semakin besar tekanannya maka sterilisasi
semakin efektif. Selain itu autoklaf membutuhkan waktu yang relatif
cepat dan uap jenuhnya tidak hanya dapat membunuh atau
menghancurkan semua bentuk organisme hidup baik yang patogen maupun
yang tidak, baik dalam bentuk vegetatif maupun tidak (spora) dari
suatu objek atau bahan. Pemilihan sterilisasi didasarkan pada bahan
yang akan disterilisasi. Sterilisasi basah dipilih karena zat-zat
aktif larutan tidak tahan ddan akan rusak bila digunakan
sterilisasi kering.
Pada pembuatan larutan ini dilakukan evaluasi dengan pengecekan
pH, kebocoran, partikel asing, kejernihan dan keseragaman volum.
Dari percobaan larutan ringer laktat dan multiple elektrolit diujui
pH sesudah di autoclave. Pada uji ini, diharapkan larutan
isohidris,yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama
dengan pH darah, tetapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas
obat. Dari uji ini didapatkan hasil, untuk pH larutan ringer laktat
didapatkan hasil 6, sedangkan multipel laktat didapatkan hasil pH
7. Kedua larutan memenuhi syarat keberterimaan uji pH, yaitu dengan
kisaran pH 5-7. Untuk uji kebocoran yang dilakukan dengan
membalikkan botol infus, ternyata tidak mengalami kebocoran. Lalu
pada uji partikel dilakukan pengamatan pada meja pemeriksaan yang
dilengkapi sumber cahaya (lampu), latar belakang hitam untuk
melihat partikel transparan dan pemeriksaan dengan latar belakang
putih untuk pemeriksaan partikel berwarna. Dari pemeriksaan tidak
ditemukan adanya partikel melayang atau bergerak dalam larutan.
Larutan mmemenuhi kriteria bebas partikel asing dengan tidak
ditemukannya partikel dalam larutan. Dalam botol infus ini terlihat
jernih, tidak keruh atau berwarna. Uji kejernihan dan partikel
asing ini, penting dalam sediaan parenteral untuk menghindari rasa
nyeri atau sakit pada saat penginjeksian. Pada uji keseragaman
volume, setiap isi vial dikeluarkan dari wadah dan diukur untuk
mengetahui volume terpindakan. Dari setiap vial yang berasal dari 6
sampel vial pada masing-masing larutan. Didapatkan hasil, pada
larutan ringer laktat dan mutipel elektrolit volume terpindahakan
masing-masing vial 10mL. Dengan perhitungan SD 0, yang menyatakan
tidak ada penyimpangan volume vial pada masing-masing larutan. Hasi
evaluasi diatas merupakan hasil evaluasi dari kedua jenis larutan
elektrolit yaitu larutan ringer laktat dan multiple elektrolit.
Dari hasil evaluasi kedua larutan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
larutan layak digunakan, karena memenuhi evaluasi uji pH,
kebocoran, partikel asing, kejernihan dan keseragaman volume.8.
KESIMPULAN
1. Larutan ringer laktat dan multiple elektrolit berfungsi
sebagai larutan penambah cairan tubuh, pengganti ion-ion tubuh yang
hilang dan terapi pemeriksaan pasien pasca operasi.
2. Dari pemeriksaan tonisitas pada infusa ringer laktat bersifat
hipotonis sehingga diperlukan penambahan NaCl sedangkan pada infusa
multiple elektrolit tidak perlu ditambahkan NaCl karena larutan
bersifat hipertonis.
3. Hasil evaluasi larutan ringer laktat
NoEvaluasiHasil
1Ph 6
2Kebocoran Tdk terjadi kebocoran
3Partikel asingada
4Kejernihan jernih
Hasil evaluasi larutan multiple elektrolit
No Evaluasi Hasil
1Ph 6
2Kebocoran Tidak terjadi kebocoran
3Partikei asingada
4Kejernihan Jernih
4. Dari hasil evaluasi diperoleh data yang menunjukkan bahwa
kedua larutan tidak layak digunakan karena ada persyaratan sediaan
parenteral yang tidak terpenuhi yaitu munculnya partikel asing
dalam kedua infusa.
9. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DEPKES RI;
Jakarta
Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI
press; Jakarta
LAPORAN PRATIKUM
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN
STERIL
LARUTAN ELEKTROLIT
DISUSUN OLEH:
Nama
: NURUL AGUSTINA / K 100 070 121
RISA WIDIANI B. / K 100 070 122
DHENI ERA A. / K 100 070 123
RETNO NUR SANTI / K 100 070 124
MASRUHIN / K 100 070 125
Kelompok: D.1.3
Korektor
:
LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009