Top Banner
LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA SIDOMULYO KAB. ROHIL DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : RAHMAT HERIAN SYAH 1112044100034 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1440H/2019M
80

LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

Feb 03, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR

DI DESA SIDOMULYO KAB. ROHIL DALAM PANDANGAN

HUKUM ISLAM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

RAHMAT HERIAN SYAH

1112044100034

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1440H/2019M

Page 2: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKⅡ IR BULAN SAFAR

DI DESA SIDOMULYO KAB.ROHIL DALAM PANDANGAN

ⅡUKUM ISLAM

SKRIPSI

Dittukan Kepada Fakultas Syariah dall Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyarttan Mcmpcrolch Gclar Sttana Hukum(S.H)

Olcll:

RAHⅣIAT HERIAN SYAH

NIⅣI:1112044100034

Di Bawah Bimbingan

= NIP.197208172001122001

PROGRAM STUDIiHUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITASISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440H/2019M

De"fSukart19 Ⅳl.A.

Page 3: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

LEⅣIBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

l. Skripsi ini melupakan hasil karya asli sa).a yang diajukan untuk mernenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar stlata I di UIN Syarif Hidayatullah

Jakafia.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canturnkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika dikemudian hari terbukti bahu a karl'a ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karl'a orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Sl.arif Hidayatullah Jakarta.

1112044100034

2.

●D

Jakalta,28 iuli 2019

Page 4: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Sbipsi yang beゴ udul LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN

SAFAR DI DESA SIDOMULYO KAB.ROHIL DALAⅣ I PANDANGAN

HUKUM ISLAM,tclah dittikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Syariah dan

Hukum Univcrsitas lslam Negcri(UlN)Syarif Hidayatullah Jakarta pada tangga1 9

Agustus 2019。 Skripsi ini tclah ditcrillla sebagai salah satu syarat inclllpcrolch gclar

Sa」ana Hukum(S.H)pada PrOgram Studi Hukum Kcluarga.

.Iakarta, 9 Agustus 2019

Mengesahkan

Dr.Ⅱo Ahmad Tholabi Kharlien M.A

NIP。 197608072003121001

PANITIA UJIAN SKRIPSI

Ketua

Sekertaris

Pembimbing

Penguji I

Dro Mesrainin M.AE。 (NIP.1976021320031222001

Ahmad Chairul Hadin M.A.NIP。 197205312007101002

Dewi Sukarti.ⅣI.A.

NIP。 197208172001122001

Dr.Moh.Ali Wafao MoA.

NIP。 197304242002121007

Ahmad Chairul Hadin PIoA.

NIP.197205312007101002

Dekan Falgrlta;i Syari

Pentti II

Page 5: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

v

ABSTRAK

Rahmat Herian Syah. NIM 112044100034. LARANGAN MENIKAH PADA

RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA SIDOMULYO KAB, ROKAN

HILIR DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM. Skripsi, Program Studi

Huku’m Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses ritual tolak bala

pada rabu akhir bulan safar dengan alasan agar masyarakat mengetahui proses

ritual tolak bala itu dengan baik dan benar. Serta untuk mengetahui juga

pandangan masyarakat dan hukum islam tentang larangan menikah pada rabu

akhir bulan safar di Desa Sidomulyo Kab. Rokan Hilir.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi

Etnografis. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian

Kualitatif. Sumber data primer dan sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh

dari wawancara dengan tokoh masyarakat (tokoh adat, tokoh agama, pemuda-

pemudi) dan masyarakat Desa Sidomulyo Kab. Rokan Hilir. Sedangkan teknik

penulisannya berdasarkan Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi larangan menikah pada

rabu akhir bulan safar muncul karena mengikuti adat istiadat leluhur zaman

dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka sampai saat ini.

Sedangkan persepsi masyarakat mengenai tradisi larangan menikah pada rabu

akhir bulan safar merupakan ajaran kejawen. Dalam tinjauan ‘urf, tradisi larangan

menikah pada akhir rabu bulan safar tergolong ‘urf fasid. Hal tersebut disebabkan

mereka meyakini larangan tersebut. Masyarakat berkeyakinan bahwa jika

melanggar keyakinan ini akan mendapat musibah, celaka serta perkawinan tidak

akan berakhir dengan bahagia.

Kata Kunci : Tradisi, Larangan, Perkawinan, ‘urf

Page 6: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikn rahmat, hidayah,

dan kenikmatan kesehtan jasmani kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Serta nikmatnya Iman dan Islam yang semoga kita

selalu berada dalam ridha-Nya. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan

kepada jungjungan kia baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari zaman jahiliyah menuju jaman yang ilmiah seperti sekarang

ini dan semoga kita mendapatkan pertolongannya di hari kiamat kelak.

Dengan ijin dan ridho Allah SWT, skripsi dengan judul “Larangan

Menikah Pada Rabu Akhir Bulan Safar Di Desa Sidomulyo Kab. Rokan

Hilir Dalam Pandangan Hukum Islam” telah memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam Program Studi Hukum Keluarga

Konsentrasi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis memiliki banyak kendala dan

hambatan, baik secara akademis maupun non akademis. Tetapi, penulis tetap

semangat dan tidak pantang menyerah. Usaha yang gigih dan kerja keras penulis

tanamkan dalam diri agar selalu semangat dalam menulis skripsi, serta bantuan

doa oleh semua pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung

mempermudah penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Selanjutnya penulis mengucapkan beribu banyak terimakasih dan

penghargaan yang setinggi- tingginya kepada Dewi Sukarti, M.A. selaku dosen

pembingbing skripsi yang telah memberikan begitu banyak kotribusi berupa

saran- saran yang bersifat konstuktif, meluangkan banyak waktu dalam

penyusunan serta motivasinya dalam menyusun skripsi ini, serta tak lupa penulis

mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya

kepada:

Page 7: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

vii

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, MA., Rektor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta berikut para Wakil Dekan I, II dan III Fakultas Syariah dan

Hukum

3. Dr. Hj. Mesraini. M.Ag. selaku ketua Prodi Hukum Keluarga Fakultas

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.dan Ahmad Chairul Hadi, M.A.

selaku sekertaris Program Studi Hukum Keleuarga.

4. Dr. Phil. JM Muslimin, M.A. selaku dosen penasehat akademik

penulis, yang telah sabar mendampingi hingga semester akhir dan telah

membantu penulis dalam merumuskan design judul skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

memberikan ilmu dalam perkuliahan selama masa studi penulis.

6. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarf

Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan fasilitas

dalam studi kepustakaan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Zali dan Ibunda

Suwarti terimaksih atas segala kasih sayang dan perhatiannya. Doa doa

yang dipanjatkan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat

dan kasih sayang kepada mereka.

8. Abang dan Adik kandung, Sutrisno dan Nia Andri Yani Sari yang

selalu memberikan doa, dukungan dan semangat dengan penuh

keiklasan dan kesabaharan yang tiada tara.

9. Buat Deska Sholeha yang telah senantiasa memberi dukungan,

semangat dan motivasi sehingga penulis mampu berjuang kembali

untuk menyelesaikan skripsi ini

Page 8: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

viii

10. Sahabat-sahabatku yang tebaik Rifki Haryadi, Hendri Kurniadi, Rosid,

Abdul Halim, Veryanto yang selalu memberikan doa, dukungan dan

semangat dengan penuh keiklasan dan kesabaran yang tiada tara.

11. Rekan kelas keluarga besar Peradilan Agama A semoga kelak apa

yang kita cita- citakan tercapai dan semoga kita bisa selalu menjaga

tali persahabatan ini.

12. Teman- teman seperjuangan Hukum Keluarga angkatan 2012,

terimakasih sudah saling menyemangati dan berdiskusi selama empat

tahun masa studi di UIN Syafif Hidayatullah Jakarta.

13. Sahabat-sahabati yang berkecimpung dalam Ikatan Mahasiswa

Bengkalis Jakarta (IPEMALIS).

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan dan

banyak yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan

kritik penulis harapan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi penulis khusunya dan setiap pembaca umumnya

serta menjadi amal baik disisi Allah SWT. Semoga setiap bantuan doa,

motivasi, dan semangat yang telah diberikan kepapa penulis

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Jakarta, 25 Juni 2019

Rahmat Herian Syah

Page 9: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ............................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan Masalah ................................................................ 4

C. Rumusan Masalah ............................................................. 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 6

E. Review Studi Terdahulu .................................................... 7

F. Metode Penelitian ............................................................. 9

G. Sistematika Penulisan ........................................................ 11

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Budaya ............................................................. 12

B. Lahirnya Tradisi Atau Budaya Dalam Mayarakat ............ 13

C. Sumber-sumber Tradisi dan Fungsi Tradisi ...................... 15

D. Teori Al-Aadah Muhakkamah ........................................... 18

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

RITUAL TOLAK BALA DI DESA SIDOMULYO KAB,

ROKAN HILIR

A. Letak Geografis ................................................................. 23

1. Sosial Ekonomi ............................................................ 25

2. Kondisi pendidikan ...................................................... 27

B. Ritual Tolak Bala Bulan Safar Di Kab, Rokan Hilir ......... 29

1. Pengertian Tradisi Ritual Tolak Bala Bulan Safar ....... 29

2. Pelaksanaan Ritual Tolak Bala..................................... 31

a. Persiapan Tolak Bala ............................................... 31

Page 10: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

x

b. Panitia Tolak Bala ................................................... 32

c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tolak Bala ........... 35

d. Tata Cara Ritual Tolak Bala .................................... 37

3. Simbol Tradisi Ritual Tolak Bala ................................ 38

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT DAN ANALISIS

HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN MENIKAH

PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR

A. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Larangan Menikah

Pada Rabu Akhir Bulan Safar ........................................... 39

1. Persepsi ........................................................................ 39

a. Pengertian Persepsi .................................................. 40

b. Factor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi............ 41

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Larangan Menikah pada

Rabu Akhir Bulan Safar Di Desa Sidomulyo .................... 47

1. Muncul nya Larangan Menikah pada Rabu Akhir

Bulan Safar .................................................................. 47

2. Hukum Larangan Menikah Pada Rabu Akhir Bulan

Safar Dalam Pandangan Islam .................................... 57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................ 60

B. Saran .................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63

LAMPIRAN

Page 11: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan makhluk-nya di dunia dengan berpasang-pasangan,

menjadikan manusia laki-laki dan perempuan dengan tujuan hidup berpasang-

pasangan, membina rumah tanggga yang dilandasi rasa kasih sayang, dan cinta,

sehingga apa yang menjadi tujuan pernikahan itu sendiri bisa tercapai. Tujuan dari

perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan warohmah.1

Perkawinan juga dinyatakan atau disebutkan sebagai salah satu sunnah para

Nabi dan Rasul, mereka itu merupakan tokoh-tokoh teladan yang wajib di ikuti

jejaknya, dan Nabi tidak pernah memerintahkan agar pernikahan dilakukan pada

waktu-waktu tertentu yang dianggap baik, karena dalam islam semua bulan atau

waktu itu baik untuk pernikahan.

Sebagian besar masyarakat Indonesia adalah pemeluk agama Islam,

mereka mengakui bahwa segala sesuatu yang ada disekelilingnya adalah ciptaan

Allah SWT. Dia yang mengatur segalanya, yang mendatangkan pahala dan

cobaan. Namun demikian masih banyak dari umat Islam yang melakukan

perbuatan-perbuatan di luar akal dan agama, contohnya melakukan upacara Ritual

Tolak Bala, kepercayaan terhadap jimat, keris, pohon, batu dan macam-macam

kepercayaan yang dianggap sebagai kekuatan supranatural yang dapat

1 Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia,

(Surabaya: Arkola Surabaya, 1997), h. 76.

Page 12: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

2

mempengaruhi gerak hidup, yang dapat membuat untung, rugi,

bencana dan bahagia terhadap umat manusia.2 Perilaku-perilaku budaya mistik

cukup mewarnai aspek spiritualitas masyarakat, bahkan hampir tidak dapat

dibedakan oleh orang awam antara ajaran-ajaran agama dengan budaya mistik

tersebut.3

Pikiran dan perbuatan yang dilakukan oleh masyarakat secara terus menurus

pada akhirnya menjadi sebuah tradisi4. Tradisi merupakan buah dari proses

kemasyarakatan yang didalam nya mengandung unsur-unsur warisan kebudayaan

dan dipindahkan dari generasi ke generasi.

Salah satu adat yang masih dipegang pada masyarakat di Desa Sidomulyo

adalah Ritual Tolak Bala yang merupakan peninggalan nenek moyang yang

dilatar belakangi oleh ajaran ajaran non Islam. Masyarakat Sidomulyo menyakini

bahwa pada saat Hari Ritual Tolak Bala Bulan Safar, orang tidak boleh keluar

rumah dan harus menghindari segala kegiatan meskipun pekerjaan sehari- hari.

Masalah pernikhan yang dianjurkan agama pun dilarang jika dilakukan pada hari

Rabu diakhir Bulan Safar. Menurut masyarakat Jawa pada hari tersebut penuh

dengan kesialan, marahabaya. Jika pantangan itu tidak dihiraukan maka bagi yang

melakukan pernikahan pada hari tersebut akan ditimpa musibah selama hubungan

pernikahan nya. Padahal di dalam agama islam sendiri tidak mengenal adanya

2 Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di Indonesia, (Yogyakarta, Yayasan Nida 1969), h. 7.

3 Moh. Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan dan

Kehancuran Imperemium Khalifah Islam, (Jakarta, Kementrian Agama Republik Islam, cet.1,

2012), h. 170.

4 Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 322.

Page 13: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

3

hari, bulan, atau waktu yang buruk untuk melakukan pernikahan, karena dalam

islam semua hari itu baik untuk melaksanakan pernikahan.

Allah SWT dalam Qs, At-Taubah yang artinya:

“Sesungguh nya bilangan bulan disisi Allah adalah dua belas bulan, dalam

ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat

bulan haram, itu lah (ketetapan) agama yang lurus”. (Qs, At-Taubah: 36)5.

Sebagaimana yang dijelaskan ayat diatas sesungguhya jumlah bulan pada

tahun Qamariyah menurut hukum dan ketentuan Allah, serta menurut apa yang

telah diterangkan dalam kitab-kitab sucinya sejak awal kejadian alam adalah dua

belas (12) bulan. Diantara dua belas bulan itu terdapat empat bulan ketika

berperang pada saat itu diharamkan, yaitu bulan Rajab, bulan Zulkaidah, bulan

Zulhijjah dan bulan Muharram. Pengharaman empat bulan diatas adalah termasuk

ajaran agama allah yang benar, yang bersifat konstan, tidak mengalami perubahan

atau pergantian.

Pada suatu kesempatan bapak Sapandi selaku tokoh adat Di Desa

Sidomulyo mengutarakan tentang bahaya Bulan Safar yaitu pada tiap Tahun hari

Rabu terakhir di Bulan Safar, Allah akan menurunkan malapetaka dan bencana ke

muka bumi hampir sebanyak 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) bencana. Hari

itu akan menjadi hari-hari yang paling sulit diantara hari-hari dalam satu tahun.

Sehingga kita dianjurkan untuk mendirikan Shalat tolak bala bersama

masyarakat.6

5 At-Taubah (9): 36.

6 Sapandi, (Tokoh Adat) Wawancara di Rumahnya, di Desa Sidomulyo, Oktober 2018

Page 14: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

4

Setelah dilaksanakan shalat Tolak Bala yang dapat dilaksanakan ditempat

terbuka atau bahkan digedung atau masjid, kemudian diadakan kenduri yang

dimulai dengan membaca surah Alfatihah, istigfar, membaca Shalawat Nabi,

membaca Tahlil dan diakhiri dengan Do’a. setelah itu masyarakat di Desa

Sidomulyo makan bersama dengan makanan khas dalam tradisi yaitu tumpeng.

Tumpeng bagian bawah melambangkan masyarakat biasa atau rakyat,

sedangkan tumpeng bagian atas melambangkan pemimpin tertinggi masyarakat

atau bermakna tentang keagungan tuhan, kenduri merupakan suatu ritual yang

dilakukan agar terhindar dari marabahaya dan penyakit dari Allah SWT. Adapun

sesajen pelengkap dalam kenduri yaitu nasi ambengan, bubur merah, bubur hijau

dan putih, jajan pasar, ayam ingkung, pisang ayu, nasi buceng, gula kaung, kopi

manis, kopi pahit, air teh, air putih, yang dibawa masing-masing asyarakat

Sidomulyo. Setelah itu masyarakat dipersilakan mengambil air barokah yang

sudah dipersiapkan, bisa diminum ditempat atau bisa juga dibawa pulang untuk

diminum bersama keluarga.

Pada pagi harinya barang-barang yang digunakan untuk bekerja sehari-hari

dibersihkan dan dicuci (seperti mobil, sepeda motor, angkong, singso, gergaji,

dodos, dan lain-lain) yang dilanjutkan dengan mandi safar dilakukan sebelum

shalat zuhur, bahkan masyarakat desa Sidomulyo juga membuat bubur dan apem

yang dapat dibagikan kepada tetangga. Ada beberapa sesajen yang diletakkan

diperempatan simpang jalan dan diyakini untuk menolak bala.7

7 Sugino (tokoh adat), Wawancara di Desa Sidomulyo, 7 Oktober 2018.

Page 15: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

5

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan penulis merasa tertarik

untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “LARANGAN

MENIKAH DI RABU AKHIR BULAN SAFAR DALAM PANDANGAN

HUKUM ISLAM DI DESA SIDOMULYO KAB. ROHIL”.

B. Batasan Masalah

Supaya pembahasan masalah dalam penelitian ini terfokus pada pokok

permasalahannya, penulis merasa perlu membatasi masalahnya. Adapun batasan

masalah tersebut adalah Larangan Menikah di Rabu Akhir Bulan Safar Menurut

Pandangan Hukum Islam di Desa Sidomulyo Kab. Rohil.

C. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Prosesi Ritual Tolak Bala di Desa Sidomulyo pada hari

Rabu akhir Bulan Safar?

2. Bagaimana persepsi masyarakat dan tinjauan hukum Islam terhadap

larangan menikah pada hari rabu akhir bulan safar di Desa Sidomulyo

Kab. Rokan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara garis besar penelitian ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai,

antara lain:

a. Mendiskripsikan prosesi ritual tolak bala bulan safar bagi

masyarakat desa Sidomulyo.

Page 16: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

6

b. Mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang larangan menikah di

hari Rabu akhir Bulan Safar Didesa Sidomulyo Kab. Rokan Hilir.

c. Mendiskripsikan tentang larangan menikah di hari rabu akhir bulan

safar Didesa Sidomulyo Kab. Rokan Hilir sesuai dengan hukum

Islam.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Akademis

Diharapkan dapat memberikan penambahan hazanah keilmuan bagi

peneliti, dan dapat dikembangkan kemudian apalagi dalam kajian

ritual atau tradisi didalam masyarakat. Dan diharapkan juga dapat

memberikan masukan bagi perkembangan penelitian-penelitian

yang tema dan kajian nya hampir sama dengan yang dilakukan oleh

penulis ini.

b. Secara Praktis

1. Agar menjadi bahan masukan keilmuan bagi masyarakat yang

belum mengetahui tradisi Ritual Tolak Bala

2. meluruskan pandangan masyarakat tentang adanya adat larangan

melakukan pernikahan pada Rabu Bulan Safar, praktiknya

dalam agama Islam sendiri tidak pernah ada.

E. Review Studi Terdahulu Yang Relevan

Setelah melakukan penelusuran, penyusun menemukan beberapa literatur

dari hasil penelitian yang membahas dan mengkaji tentang permasalahan-

Page 17: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

7

permasalahan yang berhubungan dengan pernikahan, khususnya membahas

tentang larangan pernikahan, dan penyusun belum menemukan judul yang sama

dengan tema yang diangkat yaitu tentang larangan menikah pada hari rabu akhir

bulan safar dalam pandangan hokum islam di Desa Sidomulyo Kab. Rokan Hilir.

Muchammad Iqbal Ghozali Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Sunan Kali

Jaga Tahun 2012, dalam skripsinya yang berjudul “Larangan menikah pada Dino

Ngeblak Tiyang Sepuh di Masyarakat Kampung Sagrahan Kecamatan Mlati

Kabupaten Slamen dalam Persepektif Hukum Islam”. Didalam penulisannya

menekan pada Larangan menikah pada dino ngeblak tiyangb sepun itu di dasarkan

karena pada waktu itu merupakan hari meninggalnya orang tua, maka sudah

sepantasnya seorang anak melakukan prihatian pada waktu itu dan memanjatkan

doa kepada mereka yang telah meningggal, dan jangan melakukan acara pesta

pora atau bersenang-senang, karena dianggap tidak menghargai orang tuanya yang

telah meningggal8. Perbedaannya dalam penulisan saya adalah didalam

penulisaannya hanya membahas larangan pernikahan, serta penelitian menitik

beratkan pada waktu pelaksanaannya, sedangkan dalam penelitian penyusun

menitik beratkan pada pandangan Masyarakat dan dalam pandagan hukum Islam

terhadap larangan pada Rabu akhir Bulan Safar.

Nur Faidah Fakultas Syariah Dan Hukum Uin Sunan Kalijaga Tahun 2003,

dalam skripsinya yang berjudul “Mantenan adat satu suro didesa Traji

Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung Jawa Tengah” yang dikaji oleh Nur

Faidah menekan kan pada tata cara ritual mantenan pada tanggal satu suro yang

8 Muchammad Iqbal Ghozali, Larangan menikah Pada Dino Geblak Tiyang Sepuh di

Masyarakat Kampung Sanggerahan Kecamatan Mlati Kabupaten Slamen Dalam Perspektif

Hukum Islam, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, tidak diterbitkan 2012.

Page 18: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

8

dilaksanakan pada setiap malam satu suro, waktunya yaitu dimulai menjelang

mata hari terbenam atau setelah magrib untuk mensyukuri tahun baru kalendar

jawa dengan memanjatkan doa-doa disuatu tempat yang disebut untuk meminta

keselamatan disertai sesaji yang dipimpin oleh kepala desa ini merupakan ajaran

yang bertentangan dari syariat islam9.

Perbedaannya penelitian ini menitik beratkan pada taat cara pelaksanaannya

dan hanya seputar ritual yang diadakan pada tanggal satu suro, sedangkan dalam

penelitian saya menitik beratkan pada pandangan Masyarakat dan dalam pandagan

hukum Islam terhadap larangan pada Rabu akhir Bulan Safar.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau peroses sistematika

untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.

Pada penelitian ini penulis akan menjelaskan secara rinci tentang hal-hal yang

terkait dengan metode penelitian skripsi ini yaitu:

1. Metode Pengumpulan Data

Kerena pemahaman yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif, maka

instrument penelitiannya adalah si peneliti sendiri, sejauh mana ia dapat

memahami gejala yang ditelitinya tidak ditentukan oleh daftar pertanyaan

atau kuesioner yang telah dirancangnya. Oleh karena itu didalam

penelitian kualitatif apa yang biasanya disebut dengan istilah alat atau

instrument penelitian sebenernya lebih merupakan pedoman dan metode

9 Nur Faidah, Mantenan Adat Satu Suro di Desa Traji Kecamatan Parakan Kabupaten

Tamanggung Jawa Tengah Menurut Tinjauan Hukum Islam, Skripsi Fakultas Syariah, IAN sunan

Kalijaga, tidak diterbitkan 2003.

Page 19: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

9

pengumpulan data dan alatnya sipeneliti itu sendiri. Adapun metode

dasar dalam penelitian kualitaif ini adalah observasi dan wawancara.10

Metode observasi dalam hal ini peneliti mendiskripsikan setting, kegiatan

yang terjadi, orang yang terlibat di dalama kegiatan, waktu kegiatan dan

makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa

yang bersangkutan yakni masyarakat di Desa Sidomulyo dan gejala-

gejala yang terjadi didalam masyarakat Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

Selanjutnya adalah teknik atau metode wawancara, hal ini digunakan

untuk memperoleh informasi tentang hal-hal yang tidak dapat diperoleh

lewat pengamatan, baik itu melalui percakapan informal (percakapan

bebas), menggunakan pedoman wawancara dan menggunakan pedoman

baku, dalam hal ini peneliti melakukan wawancara terhadap orang-orang

yang terlibat didalam objek penelitiana ini yakni, Tokoh Adat, Tokoh

Agama, Pemuda pemudi Serta Masyarakat di Desa Sidomulyo

Kabupaten Rokan Hilir.

2. Metode Analisa Data

Dalam hal ini peneliti mencatat seluruh data mengenai semua hasil yang

didapat dari wawancara dan pengamatan terlibat itu adalah merupakan

hal yang penting karena sistematis, lengkap dan akurat. Setelah itu

dilanjutkan dengan proses analisis data yang dilakukan sesegera mungkin

setelah peneliti meninggalkan lapangan, yakni menemukan dan

menjerumuskan pernyataan-pernyataan.

10

Burhan Ashohofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rinneka Cipta, 2007), h. 58.

Page 20: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

10

Dengan memeriksa data-data yang telah dikumpulkan seperti data-data

ritual tolak bala Desa Sidomulyo Kabupaten Rokan Hilir yang bisa

digunakan sebagai gambaran utama kronologis kejadian serta informasi

dari beberapa tokoh masyarakat mengenai proses ritual ini sehingga

dipakai untuk mendukung hasil dari penelitian menjadi kesimpulan dan

pernyataan.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat suku Jawa yang

melaksanakan Ritual Tolak Bala Bulan Safar di desa Sidomulyo, jumlah

penduduk setempat 300 orang, dikarenakan keterbatasan biaya dan waktu

maka penulis mengambil sampel 40 orang yang melaksanakan Ritual

Tolak Bala Bulan Safar dengan menggunakan teknik purposive

sampling11

.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai pertimbangan dalam mempermudah penulisan skripsi saya ini,

penulis menyusun melalui sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab,

dimana setiap babnya dibagi atas sub-sub bab, dengan penjelasan yang terperinci,

agar memudahkan pembaca.

Berdasarkan pada materi skripsi yang penulis bahas, secara sistematis

penyusunan skripsi ini terbagi sebagai berikut :

11

Husein Usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 24.

Page 21: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

11

Bab Satu : Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

review studi terdahulu yanag relevan, metode penetitain, dan

sistematika penulisan.

Bab Dua : Kerangka teoritik yang meliputi Pengertian Budaya, Lahirnya

Tradisi atau Budaya dalam Masyarakat, Fungsi dan Manfaat

Tradisi serta Teori Al-Aadah Muhakkamah.

Bab Tiga : Gambaran lokasi penelitian dan ritual tolak bala di Desa

Sidomulyo Kab, Rokan Hilir yang terdiri dari : keadaan

geografis dan demografis, sosial ekonomi, pendidikan, sarana

dan prasarana, adat istiadat dan pelaksanan ritual tolak bala di

Desa Sidomulyo Kab, Rokan Hilir.

Bab Empat : Pandangan mayarakan dan Analisis hukum islam terhadap

larangan menikah Ritual Tolak Bala pada Rabu akhir Bulan

Safar di Desa Sidomulyo Kab, Rokan Hilir yang terdiri dari :

persepsi masyarakat terhadap larangan menikah pada Rabu

akhir Bulan Safar, munculnya larangan menikah pada Rabu

Bulan Safar di Desa Sidomulyo Kab, Rokan Hilir.

Bab Lima : Kesimpulan dan Saran.

Page 22: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan bermula dari kemampuan akal dan budi manusia

dalam menanggap, merespon, dan mengatasi tantangan alam dan lingkungan

dalam upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan akal ini lah manusia

membentuk sebuah kebudayaan.12

Budaya secara etimologi dapat berupa jama‟ yakni menjadi kebudayaan.

Kata ini berasal dari bahasa sansekerta Budhayah yang merupakan bentuk jama‟

dari Buddhi yang berarti akal, atau segala sesuatu yang berhubungan dengan akal

pikiran manusia. Kebudayaan merupakan semua hasil cipta rasa dan karsa

manusia dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti luas kebudayaan merupakan

segala sesuatu dipermukaan bumi ini yang keberadaan nya diciptakan oleh

manusia.

Kebudayaan secara umum terdiri dari 7 (tujuh) unsur utama yaitu:13

a) Komunikasi (bahasa)

Bahasa merupakaan sarana bagi manusia unutk memenuhi kebutuhan

sosialnya untuk berintraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam

ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah

12

Herminanto dan Winarto, Ilmu Social dan Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara 2011),

h. 72. 13

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Social Dasar, Ilmu Budaya Dasar, (Surabaya:

IAIN Sunan Ampel Press, 2011), h, 160-165. Lihat pula Jacob Ranjabar, System Soaial Budaya

Indonesia; Suatu Pengantar (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 20-23.

Page 23: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

13

Antropologi Linguistic. Kemampuan manusia dalam membangun tardisi

budaya, memnciptakan pemahaman tentang fenomena social yang

diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi

penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa

menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

b) Kepercayaan (religi)

c) Keseniaan (seni)

d) Organisasi social (kemasyarakatan)

Unsur budaya berupa system kekerabatan dan organisasi social

merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia

membentuk masyarakat melalui bagaiman kelompok social.

e) Mata pencaharian (ekonomi)

f) Ilmu pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultur universal berkaitan dengan sistem

peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak

dan berwujud didalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batas

nya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang

digunakan dalam kehidupannya.

g) teknologi14

B. Lahirnya Tradisi Didalam Masyarakat

Dalam arti sempit tradisi adalah kumpulan benda material dan gagasan yang

diberi makna khusus berasal dari masa lalu. Tradisi pun mengalami perubahan,

14

Tim Sosiologi, sosiologi 1 suatu kajian kehidupan bermasyarakat, (Jakarata: Yudhistira,

2016) h, 14.

Page 24: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

tradisi lahir disaat tertentu ketika orang menetapkan fragmen tertentu, dari warisan

masa lalu sebagai tradisi. Tradisi berubah ketika orang memberikan perhatian

khusus pada pragmen tradisi tertentu dan mengabaikan fragmen yang lain. Tradisi

bertahan dalam jangka waktu tertentu dan mungkin lenyap bila benda material

dibuang dan gagasan ditolak atau dilupakan. Tradisi mungkin pula hidup dan

muncul kembali setelah lama terpendam. Tradisi lahir melalui 2 (dua) cara, yaitu :

Pertama, muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara

spontan dan tak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena suatu alas an,

individu tertentu menemukan warisan historic yang menarik perhatian, kecintaan

dan kekaguman yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara mepengaruhi

rakyat banyak. Sikap-sikap tersebut berubah menjadi perilaku dalam benttuk

upacara, penelitian dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang

keyakinan lama.

Kedua, muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang

dianggap tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakanoleh

individu yang berpengaruh atau berkuasa. Dan jalan kelahiran tradisi tersebut

tidak membedakan kadarnya. Perbedaanya terdapat diantara “tradisi asli”, yakni

yang sudah ada dimasa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika orang

memahami8 impian masa lalu dan mampu menularkan impian itu kepada orang

banyak. Lebih sering tradisi buatan ini dipaksakandari atas oleh penguasa untuk

mencapai tujuan politik mereka.

Begitu terbentuk, tradisi mengalami berbagai perubahan. Perubahan

kuantitatifnya terlihat dari jumlah penganut atau pendukungnya. Rakyat dapat

Page 25: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

ditarik untuk mengikuti tradisi tertentu yang kemudian mempengaruhi seluruh

rakyat dan Negara atau bahkan dapat mempengaruhi skala global.

Arah perubahan lain adalah arahan perubahan kualitatif yakni perubahan

kadar tradisi. Gagasan, symbol dan nilai tertentu ditambahkan dan yang lainnya

dibuang. Cepat atau lambat setiap tradisi mulai dipertanyakan, diragukan, diteliti

ulang dan bersamaandengaan itu fragmen-fraagmen masa lalu ditemukan

disahkan sebagai tradisi. Perubahan tradisi juga disebabkan banyak tradisi dan

bentrokan antara tradisi yang satu dengan saingannya. Benturan itu dapat terjadi

antara tradisi masyarakat ataukultur yang berbeda didalam masyarakat tertentu.

C. Sumber-sumber Tradisi dan Fungsi Tradisi

a. Sumber-sumber Tradisi

Tradisi atau adat istiadat suatu bangsa itu mulanya timbul dari

keprcayaan agama, yaitu sebelum datangnya Islam. Agama Islam setelah

dibentuk suatu bangsa kemudian baru melahirkan adat pula. Adat yang

dipengaruhi oleh agama Islam merupakan perpaduan dari ajaran

kepercayaan agama Hindu Budha. Contoh dari perpaduan itu adalah

pengaruh dari kebudayaan Hindu Budha, animism, dan dinamisme.

Pengaruh dari paham tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kepercayaan Hindu Budha

Sebelum Islam masuk di Indonesia khususnya Jawa, masyarakat

masih berpegang teguh kepada adat istiadat agama Hindu Budha. Pada

dasarnya budaya di masa Hindu Budha merupakan manifestasi

Page 26: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

kepercayaan Jawa Hindu Budha semenjak datangnya agama Hindu

Budha di Jawa.15

Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai. Maka ketika masuk ke

Indonesia, Islam tidak lantas menghapus semua ritual dan kebudayaan

Hindu dan Budha yang telah lama mengakar dalam masyarakat

Indonesia. Maka terjadilah akulturasi yang membentuk kekhasan

dalam Islam yang berkembang di Indonesia, khususnya Jawa.

Kegiatan tersebut berupa:

a) Tradisi-tradisi Ritual

Tradisi upacara ritual masih dapat dilihat keberadaannya dalam

agama Hindu Budha sampai saat ini. Upacara tersebut dilakukan

untukmenjaga keseimbangan mikro komos dan menghindari

kegoncangan yang dapat diakibatkan turunnya kesejahteraan

meteril. Bentuk-bentuk upacara lain adalah upacara perawatan dan

penjamasan pusaka sebagai tanda kebesaran yang biasa disebut

keris.

b) Selamatan

Selamatan atau slametan adalah sebuah tradisi ritual yang

dilakukan oleh masyarakat Jawa. Selamatan adalah suatu bentuk

acara syukuran dengan mengundang beberapa kerabatatau

tetangga. Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan do‟a

bersama, dengan duduk bersila diatas tikar, melingkari nasi

15

Abdul Djamil, Abdurrahman Mas‟ud, dkk, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Semarang:

Gama Media, 2000), h. 14.

Page 27: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

tumpeng dengan lauk pauk. Selamatan dilakukan untuk merayakan

hamper semua kejadian, termasuk kelahiran, kematian,

pernikahan, mengawali membangun rumah, pindah rumah,

meresmikan rumah, dan sebagainya.

2) Animisme

Pengertian animisme menurut bahasa latin adalah animus, dan bahasa

yunani avepos, dalam bahasa sangsekerta disebut prama/ ruah yang

artinya nafas atau jiwa.

Sejarah Agama memandang bahwa istilah animism digunakan dan

diterapkan dalam suatu pengertian yang lebih luas, untuk

menunjukkan kepercayaan terhadap adanya makhluk-makhluk

spiritual yang erat sekali hubungannya dengan tubuh atau jasad.

3) Dinamisme

Ensiklopedia umum menjelaskan bahwa dinamisme sebagai

kepercayaan ke agamaan primitive pada zaman sebelum kedatangan

agama Hindu ke Indonesia, dengan berpedoman bahwa dasarnya

adalah kekuatan yang “Maha Ada” yang berada dimana-mana.

b. Fungsi Tradisi

Teori fungsi yang digunakan diantaranya teori fungsionalisme structural

yang dikembangkan oleh Talcott Parsons. Fungsi diartikan sebagai segala

kegiatan yang diarahkan kepada pemenuhan kebutuhan atau kebutuhan-

kebutuhan dari sebuah system. Dengan menggunakan difinisi ini parsons

(seorang sosiologi), bahwa ada empat syarat mutlak supaya termasuk

Page 28: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

masyarakat bias berfungsi yang disebut dengan AGIL adalah singkatan

dari Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latency.16

Demi keberlangsungan hidup, maka masyarakat harus menjalani fungsi-

fungsi tersebut, yakni, Adaptation (adaptasi) yaitu supaya masyarakat

bias bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan

dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya. Goal Attainment

(pencapain tujuan) yaitu sebuah sistem harus mampu menentukan

tujuannya dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan

itu. Integration (integrasi) yaitu masyarakat harus mengatur hubungan di

antara komponen-komponennya supaya dia bias berfungsi secara

maksimal, dan Latency (pemeliharaan pola-pola yang sudah ada) yaitu

setiap masyarakat harus mempertahankan, memperbaiki, dan

memperbaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola

budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi-motivasi itu.

D. Teori Al- Aadah Muhakkamah

Mengenai ritual, tradisi atau adat istiadat dalam pandangan hokum islam,

pada dasarnya hokum islam juga mengakui keabsahannya suatu adat. Sebagaimna

penjelasan sebuah kaidah fiqih yang berbunyi:

“Adat kebiasaandapat ditetapkan sebagai hokum”17

Kaidah diatas memberi pemahaman bahwa hukum Islam menerima adat

sebagai suatu hokum yang diakui secara sah dapat mengatur kehidupan sosial

dalam suatu masyarakat, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

16

Raho Bernard, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pusaka, 2007), h. 53. 17

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2006), cet ke-1, h. 78.

Page 29: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

Sebagaimana definisi adat dalam pandangan pakar hukum Islam dalam kutipan

Samir Aliyah, para pakar hokum islam mendefinisikan adat dengan: “apa yang

biasa dilakukan mayoritas manusia baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, hingga

meresap kedalam jiwa mereka dan diterima dalam pemikiran mereka, atau

kebiasaan mayoritas suatu kaum dalam ucapan atau perbuatan”18

Abdul Wahhab Khallaf mengatakan bahwa adat juga dikenal dalam

pembentukan hokum islam, yaitu disebut dengan “urf”, yakni segala sesuatu yang

saling dikenal di antara manusia yang sudah menjadi kebiasaan baik berupa

perkataan, perbuatan dalam atau dalam katanya dengan meninggalkan perbuatan

tertentu19

.

„Urf atau suatu perbuatan yang baik dapat dipertimbangkan dalam istimbath

hukum20

. Pengertian urf secara bahasa diartikan sesuai yang dikenal atau kata

adat juga berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti pengulangan suatu

peristiwa tapi terlepas dari penilaian baik dan buruknya (netral), kata „urf

mengandung kepada kualitas (baik buruknya) sehingga diakui dan dikenal oleh

orang banyak. Menurut analisa penulis sebenarnya tidak ada perbedaan prinsif

antara adat dan urf, karena keduanya sama-sama mengacu kepada peristiwa yang

ber ulang kali dilakukan sehingga diakui dan dikenal orang.

Sedangkan menurut syara‟ yang mendefinisikan pengertian „urf diantaranya

sebagai berikut:

18

Samir Aliyah, Buku Sistem Pemerintahan, Peradilan Dan Adat dalam Islam, Pers,

Asumarni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta: Khalifa, 2004), cet. Ke-1, h. 495. 19

A. Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Dewan Dakwah Islam, 1990), h.89. 20

Jaih Mubarak, Kaidah Fiqh (Sejarah dan Kaidah Asasi), (Jakarta: Raja Grafindo Sada,

2002), cet 1, h. 35.

Page 30: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

a. Ali haidar mengatakan bahwa urf adalah suatu yang pelakunya merasa

tenang ketika melakukan dan diterima berdasarkan akal sehat serta

dilakukan berulang-ulang.

b. Abu Zahra mengatakan bahwa urf adalah sesuatu yang menjadi

kebiasaan manusia dalam pergaulannya dan sudah mantap dan melekat

dalam urusan-urusan mereka

Urf ini terbagi kepada dua macam:

1. „Urf shoheh, adalah segala sesuatu yang sudah dikenal umat manusia

yang tidak bertentangan dengan dalil syara‟ disamping tidak

menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib.

2. „Urf Fasid, adalah segala sesuatu yang sudah dikenal oleh umat manusia,

tetapi berlawanan dengan syara‟ atau membatalkan yang wajib21

Dari pembagian „urf diatas, para ulama telah sepakat bahwa „urf yang dapat

diakui sebagai suatu hokum adalah ‘urf shoheh bukan ‘urf fasid. „urf atau adat

shoheh apabila memenuhi unsur-unsur berikut ini:

1. Adat yang tidak bertentangan dengan nash baik Al-Quran maupun

Hadits.

2. Adat tersebut tidak menyebabkan kemafsadatan atau menghilangkan

kemaslahatan termasuk didalam nya tidak mengakibatkan kesulitan dan

kesukaran.

3. Harus adat yang dilakukan secara terus menerus dan berlaku umum

dikalangan kaum muslimin, dalam arti bukan hanya yang biasa dilakukan

21

Mukhtar Yahya, Fataburrahman Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islam,

(Bandung, PT. Al-Ma‟ari, 1986) h.109.

Page 31: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

oleh beberapa orang saja, berdasarkan kaidah cabang dari kaidah Al-

‘adatu muhakkamah.

Bila adat tersebut dilakukan oleh beberapa orang saja dan secara terus

menerus, maka tidak dianggap adat shoheh.22

Selanjutnya adat tersebut juga harus

memenuhi syarat, syarat suatu adat dapat diakui hukum islam adalah adat tersebut

tidak menafikan nash syar‟I atau kontradiksi dengan salah satu dasar syari‟ah

yang qoth‟i. adat baru dapat dijadikan sumber hokum dalam pembentukan hokum

islam, apabila adat tersebut termasuk kedalam “urf shoheh” yang tidak

bertentangan dengan dalil yang qoth‟i.

Apabila „urf tersebut termasuk yang fasid, maka ini dinilai sebagai tradisi

yang batil yang tidak sah pengamalannya, karena nash syari‟ah didahulukan atas

tradisi. Sebab hokum syari‟ah datang agar setiap individu tunduk kepada hukum

nya, dan bukan hukum syari‟ah yang tunduk kepada tradisi mereka.23

Dengan demikian syarat diterimanya „urf adalah sebagai berikut:

1. Perbuatan yang dilakukan logis dan relevan dengan akal sehat, syarat ini

menunjukkan bahwa adat tidak mungkin berkenaan dengan perbuatan

maksiat.

2. Perbuatan, perkataan yang dilakukan selalu berulang-ulang, boleh dikata

sudah menyatu dalam diri masyarakat.

3. Tidak bertentangan dengan ketentuan nash, baik Al-Quran maupun

Sunah.

22

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2006), h.83. 23

Samir Aliyah, Buku Sistem Pemerintahan, Peradilan Dan Adat dalam Islam, Pers,

Asumarni Solihan Zamakhsyari, (Jakarta: Khalifa, 2004), cet. Ke-1, h. 495.

Page 32: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

4. Tidak mendatang kan kemudaratan serta sejalan dengan jiwa dan akal

yang sehat.

Page 33: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

23

BAB III

TINJAUAN TENTANG LOKASI PENELITIAN DAN RITUAL TOLAK

BALA DI DESA SIDOMULYO KAB, ROKAN HILIR

A. Letak Geografis Desa Sidomulyo.

Desa Sidomulyo merupakan Desa yang di mekarkan dari Desa rantau bais,

yang dulunya masyarakat bermukim di impah. Karena masyarakat merasa tidak

nyaman dengan banyaknya binatang buas (buaya), maka masyarakat memutuskan

untuk pindah kepinggiran sungai rokan yang tidak ada binatang buasnya sekarang

dikenal dengan dusun terminal (jembatan)25

.

Awal mula Desa Sidomulyo ini dinamakan dengan Desa ujung tanjung hal

ini dikarenakan jika kita berdiri dipinggir sungai rokan, memandang ke ujung hulu

sungai akan terlihat tanjung begitu juga sebaliknya memandang ke ujung hilir

sungai juga akan terlihat tanjung. Maka masyarakat sepakat menamakan Desa ini

Kepenghuluan Ujung Tanjung.

Desa Sidomulyo ini kemudian dibagi menjadi lima Dusun yang masing-

masing diberi nama Dusun Terminal, Dusun Selamat, Dusun Pematang Punak,

Dusun Pematang Padang dan Dusun Pematang Muawan. Dimana nama-nama

dusun tersebut diambil dari nama–nama daerah yang terkenal di Desa ini.

25

Sumber Data Kantor Lurah Sidomulyo Kecamatan Tanah Putih Tahun 2018

Page 34: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

24

Tabel I. Jumlah RT dan RW

Summber : Data Umum Kepenghuluan

Desa Sidomulyo memiliki luas wilayah 375,75km2 dengan lahan produktif.

Sementara orbitasi Desa Sidomulyo Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan

Hilir adalah sebagai berikut:

a. Jarak Ibu Kota Desa ke Ibu Kota Kecamatan ...............................17 km

b. Jarak Ibu Kota Desa ke Ibu Kota Kabupaten.................................72 km

c. Jarak Ibu Kota Desa ke Ibu Kota Propinsi...................................420 km

Desa Sidomulyo memiliki batas-batas wilayah, sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Tanah Putih Tanjung

Melawan

b. Sebelah Selatan berbatas dengan Kepenghuluan Rantau Bais dan

Kelurahan sedinginan

c. Sebelah Timur berbatas dengan Lubuk Gaung Dumai

d. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Banjar XII dan Kecamatan

Bangko Pusako

No Dusun Jumlah RT dan RW

1 Dusun Terminal 7 RT dan 3 RW

2 Dusun Selamat 8 RT dan 2 RW

3 Dusun Pematang Punak 5 RT dan 2 RW

4 Dusun Pematang Padang 4 RT dan 2 RW

5 Dusun Pematang Muawan 4 RT dan 1 RW

Page 35: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

25

Jumlah penduduk di Desa Sidomulyo sebanyak 10.396 jiwa, sedangkan

penduduk yang di kategorikan miskin 3.302 jiwa (Data Jamkesmas). Mata

pencaharian sebagian penduduk adalah petani sedangkan hasil produksi ekonomis

Kepenghuluan yang menonjol adalah Karet dan Sawit.

Tabel II. Jumlah Penduduk Tiap Dusun

No Dusun

Jumlah

RT

Jumlah

RW

Jumlah Jiwa

Total Laki-Laki Perempuan

1 Terminal 7 3 681 644 1325

2 Selamat 8 2 1809 1588 3397

3 Pematang Punak 5 2 1280 1183 2463

4 Pematang Padang 4 2 760 651 1411

5 Pematang Muawan 4 1 959 841 1800

Jumlah 28 10 5489 4907 10396

Sumber: Data Umum Kepenghuluan

1. Sosial Ekonomi

Desa Sidomulyo sebagian besar masyarakatnya adalah beragama Islam,

mereka hidup rukun dan damai. Perbedaan suku, golongan dan agama tidak

menjadikan mereka sulit hidup rukun dan saling menghormati antar satu dengan

yang lain. Pada umumnya masyarakat desa Sidomulyo adalah bersuku Melayu,

dan sebagian penduduk lainnya terdiri dari suku Jawa, Batak, Minang dan Cina.

Page 36: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

26

Kemudian tingkat kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari kondisi

perekonomian masyarakat tersebut. Untuk itu pengetahuan tentang kondisi

ekonomi sangatlah penting guna melihat tingkat kesejahteraan masyarakat dan

sekaligus mengetahui perkembangan pembangunan yang dilaksanakan. ditingkat

perekonomian, pembangunan yang dilakukan adalah merupakan salah satu usaha

penumbuhan dan memajukan serta meningkatkan taraf kehidupan masyarakat.

Setelah itu pembangunan bertujuan untuk meratakan kesejahteraan hidup

masyarakat dalam upaya peningkatan perekonomian dengan melakukan berbagai

macam usaha dalam kehidupan sehari- hari.

Mata pencaharian sebagian penduduk desa Sidomulyo adalah petani

sedangkan hasil produksi ekonomis Desa yang menonjol adalah Karet dan Sawit.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keadaan ekonomi penduduk, maka

dibawah ini akan dipaparkan ragam profesi dan dapat dilihat dalam tabel berikut

ini:

Tabel III. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sidomulyo

No Mata Pencaharian Jumlah

1 PNS 40

2 TNI dan POLRI 55

3 Pensiunan 5

4 Petani di lahan Sendiri 340

5 Pedagang 131

Page 37: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

27

6 Buruh Bangunan 34

7 Tukang Kayu 6

8 Buruh Tani 232

9 Sopir 6

10 Tukang Ojek 2

11 Belum Bekerja 42

12 Tidak Bekerja 171

13 Lain-lain 280

Sumber: Data Umum Kepenghuluan

2. Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu unsur yang penting dalam kehidupan

manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam suatu

masyarakat tingkat pendidikan yang dimiliki itu sangat menentukan terhadap

lajunya pertumbuhan dan perkembangan dari pembangunan yang dilakukan

dengan pendidikan yang memedai dan individu akan menambah sumber daya

menusia merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan, selain dari

sumber daya alam. Oleh karena itu sumber daya manusia sangat berperan dalam

menentukan langkah pembangunan yang dilakukan. Selanjutnya untuk

mengetahui tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat Kepenghuluan

Ujung Tanjung secara terperinci dapat diperhatikan pada tabel berikut ini:

Page 38: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

28

Tabel IV. Tingkat Pendidikan Masyarakat Sidomulyo

N

o Jenjang pendidikan Jumlah

1 Tidak Sekolah 128

2 Belum Tamat SD 452

3 Tidak Tamat SD 52

4 Tamat SD 1260

5 Tamat SLTP 560

6 Tamat SLTA 280

7 Tamat Akademi/ Perguruan Tinggi 84

Sumber : Data Umum Kepenghuluan

Adapun Sarana dan Prasarana Pendidikan di desa Sidomulyo terdapat di

beberapa dusun. Dengan rincinan :

Tabel IV. Sarana Prasarana Pendidikan

No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

1 TK/ RA 4 Kurang Baik

2 SD 7 Kurang Baik

3 SLTP/ MTs 3 Kurang Baik

4 SLTA 2 Kurang Baik

5 Ponpes 1 Kurang Baik

Sumber : Data Umum Kepenghuluan

Page 39: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

29

B. Ritual Tolak Bala Bulan Safar di Kab, Rokan Hilir

1. Pengertian Tradisi Ritual Tolak Bala Bulaan Safar

Tradisi berasal dari bahasa inggris Tradition yang berarti adat istiadat.26

Dalam kamus lengkap bahsa Indonesia adalah adat kebiasaan yang diturunkan

dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat.27

Tradisi juga

dikatakan penilain atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara

yang baik dan benar.28

Dari tiga demensi diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi

itu adat kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang yang dianggap benar dan

dijalankan oleh masyarakat.

Ritual atau ritus adalah serangkain kegiatan keagamaan yang dilaksanakan

terutama untuk tujuan simbolis.29

Sebagaimana dalam pelaksanaan tolak bala

bulan safar pada masyarakat jawa Desa Sidomulyo tidak sembarangan orang

dapat melakukan terkecuali orang yang benar-benar mengerti, karena pelaksanaan

melibatkan tokoh penting seperti tokoh agama atau ustadz yang ditugaskan

(membaca surat yasin, imam shalat dan doa tolak bala) dan dukun (memantrai

sesembahan untuk makhluk ghaib) yang merupakan tangkal tolak bala tersebut.

Para ilmuwan antropologi mendefenisikan ritual dengan pandangan berbeda,

menurut Gluckman ritual adalah katergori upacara yang lebih terbatas, tetapi

26

Yulius. S, Suryadi Baru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Usaha Nasional, th), h.277. 27

Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Media Center, th),

h.627.

28 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4 (Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) h.1483.

29 http;//kamusbahasaindonesia.org/ritual/ritus.

Page 40: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

30

secara simbolis lebih kompleks karena ritual menyangkut urusan sosial sikologis

yang lebih dalam.30

Tolak Bala menyangkal bencana (bahaya penyakit dan sebagainya) dengan

mantra kenduri.31

Seperti halnya tolak bala yang bermaksud menolak kejadian-

kejadian yang tidak diinginkan. Contohnya berbagai bencana alam, wabah

penyakit, dan terhindar dari gangguan makhluk ghaib. Menolak bala tersebut

dilakukan dengan cara pengobatan kampung, yaitu ditujukan kepada makhluk

ghaib sebagai penolong, penolak segala yang buruk serta perisai kampung.

Masyarakat jawa merupakan suku asli yang ada di RT 025 RW 010. Desa

Pematang Muawan dan oleh masyarakat jawa dikenal dengan Sidomulyo tepatnya

daerah Kecamatan Tanah Putih Kabupaten Rokan Hilir, yang mendiami kawasan

tersebut dan mewarisi dari turun temurun tradisi pada masyarakat tersebut.

Kata safar berasal dari bahasa arab yaitu Shafar yang berarti kosong,

kuning, orang arab juga menyebutnya angka nol.32

Karena pada bulan itu semua

orang laki-laki arab dahulu pergi meninggalkan rumah untuk merantau, berniaga,

dan berperang, sehingga pemukiman merekan kosong dari orang laki-laki

kemudian menjadi sapar sesuai lidah masyarakat jawa. Sapar merupakan bulan

kedua pada tanggal islam (Hijriyah).

Pelaksanaan tradisi ritual tolak bala bualn safar merupakan adat istiadat bagi

masyarakat jawa Sidomulyo kec. Tanah Putih Kab. Rokan Hilir. Masyarakat

selalu melaksanakan ritual dengan serangkain acara yang telah disepakati

30

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Local, (Ciputat: Logos, 2001), h. 133. 31

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka,

1985) h.1083. 32

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

(Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 1294.

Page 41: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

31

bersama-sama pada setiap tahunnya yang diyakini mampu menolak bala bencana,

musibah alam, penyakit-penyakit pada bulan safar dan juga penyakit yang akan

timbul jika pada tahun tersebut tidak diadakan Ritual Tolak Bala tersebut.

2. Pelaksanaan Ritual Tolak Bala

Prosesi pelaksanaan tradisi ritual tolak bala bulan safar masyarakat jawa

Sidomulyo yang dilaksanakan setiap tahunnya, Ritual ini merupakan suatu

bentuk upacara tradisional yang dilakukan dengan maksud untuk menghindari

marabahaya yang datang di bulan Safar. Disebutkan bahwa bulan Safar

merupakan kutub negatif. Orang tidak keluar rumah dan menghindari segala

kegiatan, untuk mengenang Nabi Muhammad SAW sakit. Hari itu juga

merupakan hari yang kurang baik menurut penanggalan pra-Islam. Ritual

tolak Bala Bulan Safar yang dilaksanakan sebagai media dakwah Islamisasi,

dengan berkembangnya zaman dan bertambahnya pengetahuan masyarakat.

untuk lebih jelasnya dapat dilihat sebagaimana pembahasan berikut ini:

a. Persiapan Tolak Bala Bulan Safar

Pada persiapan Tolak Bala Bulan Safar dimulai dengan rapat bersama.

Rapat bersama dipimpin oleh tokoh adat/pemuka masyarakat, mengadakan

perundingan tentang acara Tolak Bala Bulan Safar tersebut mencari titik temu

untuk mencapai kesepakantan bersama.

Persiapan itu terbentuk melalui kerja sama tokoh adat untuk merangkul dan

mengajak masyarakat agar mengadakan rapat dengan agenda mengadakan acara

Tolak Bala Bulan Safar yang dilaksanakan setiap tanggal 08 Desember tahun

Page 42: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

32

masehi. Rencana persiapan tolak Bala Bulan Safar ini agar nantinya lebih terarah

dan dapat dipertanggung jawabkan.33

Sebagaimana sugiono mengatakan tolak bala yang kan berlangsung perlu

ada persiapan matang. Mengingat acara ini banyak orang (masyarakat Desa

Sidomulyo), bukan hanya sekedar kepentingan para tokoh adat. Oleh karena itu

Tolak Bala Bulan Safar merupakan kepentingan bersama maka acara tersebut

dilaksanakan secara gotong royong. Gotong royong yang dimaksud masyarkat

Desa Sidomulyo adalah gotong royong dari segi tenaga maupun materi (berbentuk

uang). Tenaga yang diperlukan disini mengigat pada acara tolak bala perlu ada

tenaga kerja seperti masak-memasak, kemudian untuk memberi tahu kepada

masyarakat bahwa akan diadakan kenduri serta shalat tolak bala secara

berjama’ah dan menetukan imam khusus untuk pelaksanaan shalat juga khusus

tolak bala.34

Sedangkan dari segi materi pak jojo mengatakan untuk mencari bahan-

bahan pokok utama untuk memasak diperlukan uang. Oleh karena itu, pada

persiapan atau rencana Tolak Bala diadakan pembahasan anggaran yang

dibutuhkan.

b. Panitia Tolak Bala Bulan Safar

Panitia pelaksanaan dalam acara Tolak Bala Bulan Safar sangat penting

untuk dibentuk, karena secara tekniknya acara tersebut perlu kordinasi dalam

bidang perlengkapan. Dalam hal ini tentunya persiapan awal yang perlu dicari

33

Sugiono, (Tokoh Adat), Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober, 2018. 34

Miswan, Masyarakat yang Melaksanakan Tolak Bala Bulan Safar, Wawancara, Oktober

2018

Page 43: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

33

adalah dana, karena dana itu sendiri akan dipergunakan sepenuhnya oleh panitia

pelaksanaan dalam acara tolak bala.

Berhubungan dengan dana tersebut Irwan mengatakan bahwa anggaran dana

untuk tolak bala bulan safar ditentukan oleh panitia, namun ada juga warga yang

memberikan iuran lebih dan ada juga yang memberikan kurang. Ini dikarenakan

factor ekonomi kepala keluarga masing-masing. Walaupun tidak sesuai dengan

hasil musyawarah, namun tidak mempermasalahkan. Mengingat dari pengalaman

tahun yang lalu tidak pernah tekor dalam pelaksanaan acara Tolak Bala Bulan

Safar.35

Ismail mengatakan dari persepktif yang berbeda, dua atau satu hari sebelum

mengadakan acara kenduri, shalat tolak bala dan doa khusus tolak bala bulan

safar, para ibu-ibu menyumbangkan tenaga dalam hal masak-memasak dengan

membawa bumbu dapur seperti kunyit, jahe,bawang, lengkuas dan lain

sebagainya, sedangkan bapak-bapak ada yang membawa beras.

Berbicara tentang kenduri, masyarakat menggunakan kambing sebagai

persembahan dan merupakan menu utama, serta diukur berapa banyak kambing

yang dipersembahkan kepada makhluk ghaib, jika kambing satu ekor maka

tergolong kecil, dua ekor kambing tergolong besar, kemudian yang tergolong

besar lagi adalah sapi dan kerbau.

Melalui observasi penulis kenduri dalam rangka shadaqah tolak bala bulan

safar tersebut penyajian yang paling besar adalah sapi atau kerbau, hal ini dikaji

35

Irwan (Ketua Pemuda), Wawancara, Oktober, 2019.

Page 44: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

34

sesuai dengan harga per ekor kambing, sapi atau kerbau yang akhirnya sesuai

dengan kesepakatan masyarakat.

Pelaksanaan ritual tolak bala bulan safar yang berlangsung dengan khidmat

dan terstruktural juga, bukan hanya dari kalangan masyarakat jawa sidomulyo

yang melaksanakan shalat tolak bala, melainkan desa-desa lain yang telah

mendapat undangan resmi dan juga pemerintah daerah dalam hal ini MUI

kabupaten rohil, yang mana sebelum pelaksanaan shlat tolak bala disunahkan

shalat 2 raka’at, kemudian membaca istigfar bersama-sama sebanyak 3x dengan

lafadz sebagai berikut:

Astagfirullah ‘azhiim, alladzii laa ilaaha illa huwal hayyul qoyyuum, wa

atuubu ilaihi taubatan ‘abdin zhoolimin, laa yamliku linafsihii, dlorrow wa

laa nafa, wa laa mautaw walaa hayaataw wa laa nusyuuro.

“Saya memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung, Saya mengakui bahwa

tiada tuhan selain allah. Tuhan yang hidup terus dan berdiri dengan sendirinya,

saya mohon taubat selaku seorang hamba yang banyak berbuat dosa, yang tidak

mempunyaai daya upaya apa-apa untuk berbuat mudharat atau manfaat untuk

mati atau hidup maupun bangkit nanti.”

Setelah pelaksanaan shalat tolak bala maka pada pagi harinya masyarakat

melanjutkan dengan pencucian/pembersihan benda-benda yang digunakan dalam

bekerja, yang pada siang hari melaksanakan mandi safar sebelum shalat dzuhur

untuk bentuk pensucian diri, dapat dilaksanakan secara bersama-sama di sungai

atau dirumah masyarakat.

Page 45: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

35

Berawal dari kepercayaan akan kejadian di masa lalu dan banyaknya bala

yang turun pada bulan safar, maka beberapa ritual dilakukan untuk mengambil

hikmah dari pengalaman masa lalu sekaligus menghindari dari datangnya bala.

Ritual mandi safar yang dilakukan oleh masyarakat jawa Sidomulyo yang

merupakan salah satu cara untuk menghindari diri dari bala tersebut dan berakhir

menabur bunga disimpang jalan/perempatan jalan yang dianggap memiliki aura

ghaib.

c. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tolak Bala Bulan Safar

Setelah diadakan musyawarah oleh masyarakat jawa desa Sidomulyo kec.

Tanah putih kab. Rokan Hilir maka didapatlah kesepakatan tersebut sebagaimana

pembahasan berikut ini:

a) Waktu

Pelaksanaan tolak bala bulan safar masyarakat jawa desa sidomulyo pada

tanggal 08 desember 2016, sapandi mengatakan bbahwa Tradisi Ritual

Tolak Bala Bulan Safar wajib dilakukan setiap tahunnya, karena sekali

dilaksanakan maka ia berhubungan dengan hutang, mengikuti

perjanjian atau membayar hutang harus tepat waaktu sesuai dengan

kesepakatan nenek moyang terdahulu. Jika hal tersebut diabaikan maka

bala tersebut secara tidak sadar akan menimpa kampung tersebut.36

Berbeda pandangan apa yang dikatakan Dewi, tolak bala bisa saja tidak

tepat waktu, semisal acra tersebut dipercepat dua atau tiga hari. Namun

tidak boleh melewati tanggal 08 Desember, hal ini dapat membahayakan

36

Sapandi, (Tokoh Adat), Wawancara, Didesa Sidomulyo, Oktober 2018

Page 46: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

36

masyarakat Jawa Sidomulyo. Bahaya yang dimaksud mengalami

beberapa gangguan seperti, penampakan jin, kerasukan jin, makhluk

halus, atau pun bencana alam.

Selain menempatkan tanggal hari dan bulan pelaksanaan Tolak Bala

Bulan Safar, waktu yang tepat dilaksanakan pada malam hari, karena

pada malam hari masyarakat Jawa Sidomulyo tidak ada kesibukan atau

berbagai macam aktivitas. Sesuai dengan pengamatan penelitian bahwa

Ritual Tolak Bala Bulan Safar dilakukan setelah shlat magrib sekitar

pukul 19:00 WIB sampai selesai (pelaksanaan kenduri, zikir dan shalat

tolak bala) yang sebelumnya dilaksanakan shalat hajat sebagai pengantar

shalat Tolak Bala.

b) Tempat

Tempat dimaksud merupakan tempat dimana sebaiknya diadakan Ritual

Tolak Bala untuk menentukan tempat atau rumah ditetapkan musyawarah

bersama pemuka masyarakat, tokoh masyarakat, dan masyarakat di Desa

Sidomulyo.

Maka pelaksanaan shalat tolak bala yaitu dilakukan dimasjid atau

lapangan. Acara kenduri makan bersama sebagai ungkaapan shadaqah

dapat dilakukan dirumah-rumah masyarakat dan dilapangan dengan

menu makanan yang dimasak secara bergotong-royong, baik dari segi

iuran uang, beras, daging, mie, telor, dan sayur-sayuran yang dapat

tumbuh ditanah masyarakat jawa desa sidomulyo.

Page 47: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

37

d. Tata Cara Ritual Tolak Bala

Bagi orang yang melaksanakan shalat tolak bala disunahkan terlebih dahulu

melaksanakan shalat taubat 2 rakaat, kemudian shalat Tolak Bala. Adapun tata

cara pelaksanaan shalat tolak bala bedasarkan informasi yang saya dapat dari toko

adat masyarakat Jawa seperti shalat sunah pada umumnya, hanya saja dalam

pelaksanaannya ada perbedaan pada ayat yang harus di baca setelah surah Al-

Fatihah, selanjutnya niatny yaitu “Usholli sunnatal lidaf'il bala'i rok'ataini Lillahi

Ta'ala” dilaksanakan sebanyak 4 raka’at satu kali salam atau 2 kali salam dan

pada setiap raka’at setelah membaca surat Al-Fatihah dilanjutkan dengan

membaca surat Al-Kautsar 17 kali, surat Al-Ikhlas 5 kali, surat Al-Falaq 3 kali

dan surat An-Nas 1 kali, setelah selesai shalat dilanjutkan membaca Do’a Tolak

Bala, maka akan terbebas dari semua malapetaka dan bencana yang sangat

dahsyat tersebut, ada pun doa tolak bala sebagai berikut:

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dengan kalimat-Mu yang sempurna dari

angin merah dan penyakit yang besar di jiwa, daging, tulang dan urat. Maha Suci

Engkau apabila memutuskan sesuatu hanyalah berkata kepadanya, "jadilah"

maka "jadilah ia".

Setelah pelaksanaan shalat tolak bala yang dapat dilaksanakan di tempat

terbuka atau bahkan di suatu gedung/ masjid, kemudian diadakan kenduri yang

dimulai dengan membaca Al-Fatihah, Istighfar, membaca Shalawat Nabi,

membaca Tahlil dan diakhiri dengan Do’a. Setelah itu mereka itu kemudian

mereka minum dan makan makanan khas dalam tradisi kenduri yaitu tumpeng.

Page 48: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

38

3. Simbol Tradisi Ritual Tolak Bala Bulan Safar

Simbol adalah lambang, tanda yang mengandung suatu makna. Makna yang

mengungkapkannya adalah mewakili suatu pengertian yang abstrak, luas dan

bersifat universal, baik dalam kondisi baik buruk. Simbol dapat dilihat pada

hidangan kenduri tolak bala sebelum shalat tolak bala yaitu tumpeng. Tumpeng

bagian bawah melambangkan masyarakat biasa atau raktyat, tumpeng bagian atas

melambangkan pemimpin tertinggi masyarakat atau bermakna tentang keagungan

tuhan, merupakan suatu ritual yang dilakukan agar terhindar dari marabayaha dan

penyakit dari Allah SWT.

Adapun sesajen pelengkap yaitu nasi ambangan, bubur merah, hijau dan

putih, jajan pasar, ingkungan, pisang ayu, nasi buceng, gula kaung, kopi manis,

kopi pahit, air teh, air putih, yanag dibawa masing-masing masyarakat.

Selanjutnya ada juga pulut kuning sebagai persembahan makhluk ghaib

sebagaimana manusia menyantap nasi dan hewan persembahan yang merupakan

sajian makanan, yang dihidangkan meliputi kepala hewan, isi perut dan bagian

daging tertentu.

Page 49: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

39

BAB IV

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN MENIKAH PADA

RABU AKHIR BULAN SAFAR

A. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Larangan Menikah Pada Rabu

Akhir Bulan Safar.

1.Persepsi

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan

dengan dunia luar. Individu secara langsung menerima stimulus atau rangsangan dari

luar, di samping dari dalam dirinya sendiri. Individu mengenali dunia dengan

menggunakan alat inderanya. Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan

mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

pengindraan, yaitu merupakan proses berwujud diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat resoptornya. Stimulus yang diteruskan kepusat susunan syaraf yaitu otak

dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu mengalami persepsi. Ada

beberapa syarat terjadinya persepsi yaitu, adanya obyek persepsi, alat indra atau

reseptor yang merupakan alat untuk menerima stimulus dan adanya perhatian.

Page 50: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

40

a. Pengertian Persepsi

Membahas istilah persepsi akan banyak dijumpai batasan atau defenisi secara

etimologi persepsi diartikan tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan dan

atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui indranya.1

Tentang persepsi yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain oleh Jalaluddin

Rahmat (2003:51) mengemukakan pendapatnya bahwa persepsi adalah pengalaman

tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi setiap individu dapat

sangat berbeda walaupun yang diamati benar-benar sama. Hal ini menurut Krech dkk,

karena setiap individu dalam menghayati atau mengamati suatu obyek sesuai dengan

berbagai factor yang ditermanan berkaitan dengan invidu tersebut. Ada empat faktor

yang diterminan yang berkaitan dengan persepsi seseorang individu yaitu, lingkungan

fisik dan sosial, strukturnya jasmaniyah, kebutuhan dan tujuan hidup dan pengalaman

masa lampau.

Menurut Sedideranti persepsi adalah penafsiran suatu obyek, pristiwa atau

suatu informasi yang dilandasi oleh pengalaman hidup seseorang yang melakukan

penafsiran itu. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa persepsi adalah hasil

pemikiran seseorang dari situasi tertentu. Dari beberapa pengertian diatas dapat

1 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai

Pustaka. 1997), h. 759.

Page 51: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

41

dijelaskan bahwa persepsi adalah kecakapan untuk melihat, memahami, kemudian

menafsirkan suatu stimulus sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan

menghasilkan penafsiran. Selain itu persepsi merupakan pengalaman terdahulu yang

sering muncul dan menjadi suatu kebiasaan.

Hal tersebut dibarengi adanya pernyataan popular bahwa “manusia adalah

korban kebiasaan” karena 90% dari pengalaman sensoris merupakan hal yang sehari-

hari dipersepsi dengan kebiasaaan yang didasarkan pada pengalaman terdahulu yang

diulang-ulang. Sehingga mempersepsi situasi sekarang tidak lepas dari adanya

stimulus terdahulu. Berbagai batasan tentang persepsi diatas, dapat dijelaskan bahwa

persepsi adalah sebagai proses mental pada individu dalam usahanya mengenal

sesuatu yang meliputi aktivitas mengolah suatu stimulasi yang ditangkap indera dari

suatu obyek, sehingga didapat pengertian dan pemahaman tentang stimulasi tersebut.

Persepsi merupakan dinamika yang terjadi dalam diri individu disaat ia menerima

stimulus dari lingkunganny. Proses persepsi invidu akan mengadakan penyeleksian

apakah stimulus itu berguna atau tidak baginya, serta menentukan apa yang terbaik

untuk dilakukan.

b. Factor –faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang terhadap suatu obyek yang sama, dapat melahirkan teggapan

berbeda, secara umum dapat dikatakan ada tiga factor yang mempengaruhi persepsi

seseorang:

Pertama, diri orang yang bersangkutan. Apabila seseorang melihat sesuatu dan

berusaha memberikan interpertasi tentang apa yang dilihatnya, ia dipengaruhi oleh

Page 52: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

42

karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti motif, sikap, kepentingan,

pengalaman dan harapan. Motif sudah barang tentu berkaitan dengan pemuasan

kebutuhan dan intensitas motif itu dipengaruhi oleh mendesak tidaknya pemuasan

kebutuhan tersebut. Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda terhadap sesuatu

karena motif pemuasan kebutuhan juga berbeda. Kepentingan seseorang pun biasanya

akan mempengaruhi persepsinya. Pengalaman turut mempengaruhi persepsi

seseorang. Hal-hal tersebut yang sudah berulang kali dialami seseorang akan

dipandang dengan cara yang berbeda dari cara pandang orang lain yang belum pernah

mengalami.

Berkaitan dengan harapan seseorang pun turut mempengaruhi persepsinya,

bahkan harapan itu begitu mewarnai persepsi seseorang hingga apa yang

sesungguhnya ia lihat sering di interpretasikan lain supaya sesuai dengan apa yang

diharapkannya 2.

Kedua, yang dikemukakan adalah mengenai sasaran persepsi tersebut. Sasaran

itu mungkin berupa orang, benda atau peristiwa, sifat-sifat sasaran itu biasanya

berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya, dengan kata lain, gerakan,

suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menetukan

cara pandang orang melihatnya.

2 Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, (Jakarta:Reneka Cipta, 1995), h. 102.

Page 53: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

43

Ketiga, adalah factor stiuasi, persepsi harus secara kontekstual yang berarti

dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian, situasi

merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi seseorang 3.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang sangat tergantung pada aspek kepribadian, seperti

sikap, motif, kepentingan, minat, harapan dan sebagainya disamping factor situasi

dan sasaran persepsi. Sesuai dengan hakikat manusia sebagai akhluk terjadinya

perbedaan persepsinya merupakan hal yang wajar.

Sehingga penulis dapat melihat sudah banyak terjadi, perubahan bahkan

mengalami peningkatan dalam ritual tolak bala bulan safar, setelah menggunakan

masjid yang besar/ lapangan yang luas yang diikuti secara beramai-ramai.

Perubahan ritual tolak bala ini karena pemikiran masyarakat jawa sidomulyo

yang semakin berkembang sejalan dengan perkembangan zaman. Selain itu juga

didukung oleh pejabat pemerintah dan persatuan pemuda pemudi jawa untuk

melestarikan kebudayaan yang sudah ada sejak lama. Karena apabila ritual tolan bala

bulan safar ini hilang dan hangus dari kebudayaan maka dikhawatirkan akan terjadi

malapetaka, dan bencana ditengah-tengah masyarakat.

Sehingga dengan adanya perubahan ritual tolak bala bulan safar bertujuan untuk

menarik minat para masyarakat dan pengunjung pelaksanaan ritual tersebut, tanpa

adanya perubahan tentu hanya sedikit sekali minat masyarakat dan para pengunjung.

3 Ibid, h.105.

Page 54: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

44

Satu hal menarik adalah melihat bagaimana perayaan-perayaan Islam

menumpangi perayaan-perayaan yang terkait dengan ritme tahun matahari, dan

sedikit demi sedikit menggesernya menjadi sesuai dengan tahun hijriyah. Bulan

pertama (muharram) di Jawa dinamakan Suro, terhubung dengan bulan keduanya

dalam kelendar Jawa yaitu bulan safar dan ada ritual yang harus dihubungkan dengan

satu pihak dengan perayaan kesuburan zaman Pra-Islam. Artinya sejarah mengatakan

bahwa saat Islam datang dan masuk ke dalam budaya Jawa, Islam sendiri tidak

menghapus tetapi menumpangi sehingga tidak menggeser kebudayaan di Jawa. Dan

mungkin inilah salah satunya ritual yang mungkin dimana perayaan ini dibawa dari

luar Jawa tanpa menggeser kebudayaan di Jawa. Sehingga ritual ini masih diterima

dan dijalankan oleh masyarakat muslim Jawa di Sidomulyo. Karena memang sejak

awal dipercaya bahwa hari itu akan diturunkan marabahaya sehingga umat islam di

Desa ini berbondong-bondong bagaimana cara menanggulanginya. Oleh karena itu,

masyarakat di Desa Sidomulyo tidak berani melaksanakan penikahan pada Bulan ini,

dalam hal ini masyarakat di Desa ini dianjurkan untuk berdoa dan memperbanyak

amalan shalat sunnah disetiap waktunya. Tidak hanya di bulan safar saja, namun juga

dibulan-bulan yang lain, sebab melalui Doa lah takdir Allah dapat diubah.

Selain adanya larangan menikah pada Rabu Bulan Safar mereka juga

melaksanakan Ritual Tolak Bala yang di selenggarakan oleh masyarakat Desa

Sidomulyo setiap tahun sekali yang sudah merupakan warisan leluhur yang harus

dilestarikan, adapun fungsinya sebagai berikut:

Page 55: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

45

1. Ungkapan Rasa Syukur

Masyarakat desa Sidomulyo melaksankan trdisi ritual tolak bala nulan safar

sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT, karena masih diberikan

kesempatan dan kesehatan untuk melaksanakan kembali ritual tolak bala pada

tahunkedepannya, tokoh masyarakat, tokoh adat yang senantiasa menjaga keamanan

kampong dari gangguan makhluk ghaib, pemuka masyarakat dan masyarakat yang

menjaga larang pantang.

2. Media Silaturahmi

Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan komunikasi dengan

orang lain. Komunikas itu juga terjadi saat tradisi ritual tolak bala bulan safar, karena

pada saat inilah mereka dapat berkumpul satu sehingga dalam ritual tersebut

dijadikan ajang silaturahmi, kamunikasi dapat dijadikan sarana suapaya hubungan

mereke tetap harmonis, dan mempererat tali persaudaraan kekeluargaan atau

masyarakat, serta untuk memperkuat kepercayaan arti pentingnya kebudayaan yang

ada di Indonesia khususnya tradisi ritual tolak bala bulan safar di Desa Sidomulyo

Kab. Rokan Hilir.

3. Sarana Integritas Social

Apabila dikaitkan bahwa suatu kebudayaan merupakan suatu integritasi, bahwa

yag dimaksud adalah unsur-unsur atau sifat yang terpadu menjadi suatu kebudayaan

bukanlah suatu kebiasaan yang berkumpul secara acak-acakan saja.

Page 56: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

46

4. Membangkitkan Solidaritas

Sikap solidaritas ditunjukan masyarakat sidomulyo dalam mensukseskan acara

tradisi ritual tolak bala bulan safar. Berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan

dalam membuat persiapan kenduri tolak bala baik dalam hal masak-memasak,

mempersiapkan bahan-bahan pokok, mencari hewan persembahan yang akan

digunakan untuk persembahan kepada makhluk ghaib yang sesuai dengan kriteria

yang sehat, kuat, tidak cacat seprti mana ketika seseorang ingin melaksanakan aqiqah

anaknya namun berbuda waktu pelaksanaanya.

Sikap solidaritas tidak hanya dikalangan tokoh adat, pemuka masyarakat saja,

namun dari semua golongan lapisan masyarakat yang berbondong-bondong seprti

bapak-bapak, ibu-ibu, dan pemuda pemudi. Peneliti melihat bukan hanya sumbangan

tenaga, sumbangan berupa bahan pokok begitu juga sumbangan terhadap uang 4.

Fungsionalisme budaya terkait dengan sifat dasar budaya manusia. Sifat-sifat

dasar ini merupakan realita budaya yang sulit ditinggalkan oleh masyarakat

pendukungnya. Karena untuk memenuhi kehidupan manusia harus memerlukan

organisasi yang dapat menciptakan kebudayaan tertentu. Organisasi tersebut sering

disebut dengan intuisi. Monsep ini mengaplikasikan serangkaian nilai tradisional,

sehingga umat manusia bersatu menjadi komunitas budaya 5.

Tradsi ritual tolak bala mempunyai dampak positif sehingga masih dilestarikan

sampai sekarang pada zaman globalisasi ini masyarakat menyadari bahwa banyak

4 Tengku Dewi Angriani, Wawancara, Desa Sidomulyo, oktober 2018

5 Suwardi Endrawan, Metode Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2003), h. 101.

Page 57: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

47

sekali pengaruh berasal dari luar. Oleh karena itu, perubahan zaman sangat

mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menilai kebudayaan yang pesat akan

pengaruh pola piker masyarakat.

Kebudayaan oleh masyarakat pendukungnya sering diartikan sebagai tradisi,

norma dan adat istiadat. Tradisi bukan lah sesuatu yang dapat diubah semuanya,

tetapi dapat digabungkan dengan berbagai macam perbuatan manusia. Oleh karena

itu, boleh menolak atau mengubah sesuai dengan perkembangan zaman agar ritual

tolak bala ini dapat diterima oleh generasi sekarang dan generasi yang akan datang.

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Larangan Menikah Pada Rabu Bulan

Safar Di Desa Sidomulyo.

1. Muncul nya Larangan Menikah pada Rabu Akhir Bulan Safar.

Pernikahan merupakan upacara adat Jawa yang mempunyai tempat yang sangat

sakral dan dipatuhi dalam tata kehidupan masyarakat setempat. Hal ini disebabkan

sifat masyarakat yang begitu kuat memegang tradisi dan kepercayaan mereka

terhadap suatu hal-hal yang akan terjadi dan tidak diingin kan ketika akan melakukan

sesuatu yang berkaitan dengan nikah, sehingga mereka takut untuk meninggalkan

suatu tradisi yang sudah ada sejak nenek moyang itu.

Pedoman yang digunakan masyarakat desa Sidomulyo sebelum melaksanakan

pernikahan yaitu dengan menghitung Neptu Hari, Neptu Bulan dan Neptu Tahun apa

yang paling baik untuk melaksanakan pernikahan. Di dalam peundingan itu dilakukan

dua belah pihak keluarga dan seorang ketua adat yang mengetahui cara menghitung

neptu yang baik untuk melaksanakan pernikahan.

Page 58: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

48

Semenjak zaman dahulu diberbagai negeri dan bangsa terdapat anggapan atau

kepercayaan bahwa hari bulan atau persoaalan tertentu tidak baik untuk

melangsungkan pernikahan. Kalau hari atau saat yang dikatakan tidak baik atau tidak

cocok itu hubungan nya dengan keberadaan rohani dan jasmani kedua mempelai yang

bersangkutan contohnya mereka sedang sakit atau mempelai wanitanya sedang dapat

haid, maka hal itu memang masuk akal dan bisa dipikirkan sebab musyababnya.

Akan tetapi anggapan itu hampir semuanya berdasarkan tahayul belaka dan tidak ada

dasar sama sekali.

Sama halnya dengan Tradisi ritual tolak bala bulan safar yang dilaksanakan

dikalangan masyarakat Desa Sidomulyo yang dimana pada hari rabu akhir bulan safar

dilarang melakukan aktivitas sehari-hari termasuk didalam nya larangan pernikahan

yang dianggap tidak baik dilakukan pada hari tersebut.

Berdasarkan wawancara yang disampaikan Bapak Sapandi mengatakan bahwa:

itu larangan, menikah pada bulan safar tidak diperbolehkan karena hal itu sesuai

dengan perimbon jawa. Orang yang mau menikah itu dihitung, calon laki-laki

lahirnya apa dihitung dulu, dan calon perempuan lahirnya apa dihitung juga.

Hitungnya menggunakan hitungan jawa karena disini masyarakat jawa, bulan safar

itu mendatangkan musibah, menurunkan penyakit, maka dari itu tidak boleh menikah

pada bulan tersebut. Menepati rumah baru ya tidak boleh, menikah juga tidak boleh,

Page 59: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

49

menyebabkan musibah. Memang sangat adil orang jawa, seumpama dilanggar, orang

itu akan sakit-sakitan, meskipun sembuh pun mencari pekerjaannya susah.6

Bapak sugiono juga mengatakan sebagai berikut: kalau asal usulnya saya juga

tidak tahu, tetapi itu merukan pesan dari orang-orang tua terdahulu. Bulan safar itu

bulan yang panas. Atap rumah ada yang jatuh aja tidak berani membenahinya jika

pada rabu akhir bulan safar. Bulan safar itu jangan menikah, bisa mengakibatkan

pertengkaran, suasana keluarga menjadi panas. Jika ada orang yang memaksa

menikah pada rabu akhir bulan safar, ya biar aja ditanggung sendiri akibatnya apabila

ada musibah. Karena itu sudah kepercayaan masyarakat jawa.7

Jelas dinyatakan bahwa larangan menikah pada rabu akhir bulan safar

merupakan peninggalan dari orang-orang terdahulu, bulan safar adalah bulan yang

panas. Jika ada orang yang memaksakan menikah pada bulan safar biasanya keluarga

tersebut suasananya menjadi panas. Banyak pertikaian atau pertengkaran yang terjadi

terhadap rumah tangganya. Meski orang tersebut percaya apa tidak dengan larangan

tersebut. Memang dalam ajaran agama islam larangan tersebut tidak ada tapi itu

merupakan ajaran orang jawa yang dipercayai dan dijalankan sampai saat ini.

Seperti yang disampai kan bapak Abdul Khalid menjelaskan bahwa asal-usul

adanya larangan menikah pada bulan safar merupakan budaya dari orang jawa.

Budaya peninggalan kerajaan majapajit yang menjadi sebab munculnya larangan

tersebut. Adanya pandangan bulan atau hari tidak baik tersebut karena faktor-faktor

6 Sapandi, (Tokoh Adat), Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober 2018 7 Sugiono, (Tokoh Adat), Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober 2018

Page 60: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

50

budaya bukan dari agama islam, karena tidak ada didalam Al-Quran dan Hadis,

didalam agama islam semua bulan dan hari itu baik, islam tidak membeda-bedakan

adanya bulan yang baik atau bulan yang sial.8

Sedangkan dalam aturan pemerintah juga tidak ada larangan manikah pada

bulan-bulan tertentu. Masyarakat yang ingin melakukan pernikahan pada bulan

apapun boleh. Akan tetapi pemerintah hanya membatasi usia pernikahan nya saja.

Jika salah satu calon pengantin usianya tidak mencukupi atau masih kurang

sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 maka

diharuskan sidang terlebih dahulu ke Pengadilan Agama

Begitu juga dengan pernyataan bapak Ibrahim bahwa pandangan tersebut

merupakan kejawen, istilah nya itu adat. Bukan kaitannya dengan agama. Berkaitan

dengan adat itu mengental kepada kejawennya, akhirnya orang terdahulu dengan

orang sekarang itu patuh terhadap apa yang dilakukan orang tua, diikuti dan

dilaksanakan. Tetapi itu semua bisa dipercaya atau tidak. Karena secara hadis

maupun dalil tidak ada, hanya cerita orang-orang terdahulu.9

Di ungkapkan bahwa larangan menikah pada bulan safar merupakan hukum

adat, yang berasal dari kejawen, kejawen sendiri merupakan golongan orang-orang

yang kental dengan adat jawa, fanatik dengan adat jawa. Mereka masih memegang

erat ajaran-ajaran jawa yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka. Meraka

8 Abdul Khalid, (Tokoh Agama) Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober 2018.

9 Ibrahim, (Tokoh Agama) Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober 2018.

Page 61: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

51

hanya ingin patuh, taat kepada orang tua terdahulu, yakni dengan cara mematuhi apa

yang dikatakan dan apa yang dilarang.

Dalam Al-Quran maupun Hadist memang tidak ada larangan menikah pada

bulan safar. Larangan tersebut adalah hukum adat, kebiasaan yang dilakukan secara

terus-menerus oleh masyarakat Didesa Sidomulyo. Adat yang bisa dijadikan hukum

tentuya adat yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Apalagi jika dilihat kondisi

masyarakat Desa Sidomulyo yang 100% adalah muslim, sudah menjadi keharusan

adat-adat yang dianut harus sejalan dengan ajaran Islam.

Dari sisi kekuatan hukum, kebenaran hukum adat tersebut masih belum pasti.

Bisa saja adat tersebut cocok dan juga bisa tidak cocok, bebeda dengan hukum atau

aturan yang sudah termuat dalam Al-Quran dan Hadist, yang merupakan aturan dari

Allah dan kebenarannya sudah pasti, tidak bisa dibantah lagi.

Berbeda dengan paparan dari bapak Mulyadi, beliau mengatakan bahwa

larangan tersebut tidak secara tertulis hanya secara adat, yang secara adat itu

bertetapan, orang dari pada menepati bulan tersebut lebih baik menghindari.

Sedangkan disini saya juga tidak terlalu paham dengan perhitungan jawa. Yang jelas

perhitungan jawa itu bulan-bulan yang dihindari untuk melakukan pernikahan adalah

Dzulqo‟dah, Shafar, selebihnya masih berani. Seperti bulan Muharram masih berani,

Rabi‟ul Awal, Rabi‟ul Tsani, dan lain-lain. Tetapi larangan yang sampai

menimbulkan akibat saya sendiri juga belum terlalu paham. Seumpama itu larangan

dilanggar bagaimana? Padahal yang pernah saya baca perhitungan seperti itu, ketika

pada perhitungan itu ada istilah na’as (tidak beruntung). Na’as nya bulan itu ada,

Page 62: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

52

na’as hari juga juga ada. Larangan menikah pada bulan kalau dilihat dari sejarah

zaman dahulu, merupakan peninggalan orang Hindu-Budha. Itu istilahnya

perhitungan orang jawa, atau sebutan fanatik nya kejawen. Larangan tersebut muncul

dari kepercayaan, perhitungan orang jawa. Orang berumah tangga itu ingin hidup

enak, tidak ingin mendapat halangan. Tata caranya bermacam-macam, kalau orang itu

kejawen memakai metode perhitungan. Ada orang jawa yang tidak mengerti, ya tidak

menggunakan perhitungan. Tetapi kalau terlepas dari perhitungan terebut,

kelihatannya sudah diketahui oleh masyarakat umum.10

Berdasarkan paparan diatas laranga menikah pada bulan safar berasal dari

peninggalan orang Hindu-Budha, sebutan fanatiknya adalah kejawen. Larangan

tersebut muncul dari kepercayaan, yang merupakan perhitungan orang jawa. Orang

menikah tentunya tidak ingin mendapakan halangan atau musibah. Untuk

menghindari musibah atau hal-hal yang tidak di inginkan, maka orang jawa

menggunkan metode perhitungan, kebetulan hasil dari perhitungan tersebut tidak

diperbolehkan menikah pada bulan Safar.

Kehadiran aturan larang menikah pada bulan safar sejak kapan tidak ada yang

mengetahui. Nyaris semua masyarakat tidak mengetahui sejak kapan diberlakukan

dan menjadi keyakinan bersama masyarkat Desa Sidomulyo Kabupaten Rokan Hilir.

Bahkan beberapa tokoh agama maupun masyarakat tidak ada yang mengetahui secara

spesifik kapan lahirnya aturan tersebut. Generasi saat ini lahir dan menjadi pewaris

10

Mulyadi, (Masyarakat) Wawancara, Di Desa Sidomulyo, Oktober 2018.

Page 63: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

53

tradisi larangan tersebut. Menjalankan apa yang diwariskan oleh nenek moyang

mereka.

Masyarakat jawa di Desa Sidomulyo masih kuat dengan paham anismisme

yang mempercayai akan roh-roh yang semacam makhluk ghaib/halus yang

mempunyai kehendak sendiri. Roh tersebut memiliki kekuatan dahsyat, sehingga

kalau marah bisa membahayakan manusia dan kalau gembira bisa menguntungkan

manusia. Maka orang-orang permitif selalu menjaga hubungan baik dengan roh-roh

dengan memberikan sesaji ditempat-tempat yang dianggap keramat memiliki

kekuatan ghaib dan dipersimpangan jalan kampung.

Dalam proses perubahan dalam kebudayaan ada unsur-unsur kebudayaan yang

mudah berubah dan ada yang sulit untuk diubah. Wujud yang mudah diubah seperti

benda-benda hasil seni budaya, alat-alat maupun bangunan. Sedangkan kebudayaan

yang sulit berubah antara lain: keyakinan agama, adat istiadat dan sistem nilai

budaya.

Perubahan-perubahan diatas itulah yang dapat mengubah pola pikir masyarakat

dalam memandang sebuah kebiasaan atau tradisi. Masyarakat jawa merupakan suatu

kesatuan masyarakat yang terikat oleh norma-norma hidup karena sejarah, tradisi,

maupun agama.11

Salah satu sifat dari masyarakat jawa adalah bertuhan. Masyarakat jawa sejak

masa pra-islam telah memiliki kepercayaan sendiri, yaitu kepercayaan animisme,

11

Sri suhandjati, “Dinamika Nilai Jawa Dan Tantangan Moderisme”, dalam M. Darori Amin,

Islam Dan Kebudayaan Jawa (Yoyakarta: Gama Media, 2002), h. 285-286.

Page 64: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

54

yang berarti kepercayaan adanya roh-roh atau jiwa pada benda-benda, hewan bahkan

pada manusia sendiri. Kepercayaan itu merupakan agama mereka yang pertama.

Semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan ghaib atau memiliki

roh yang berwatak baik dan buruk.12

Dengan kepercayaan seperti itu mereka beranggapan bahwa disamping semua

roh yang sudah ada, terdapat roh yang lebih berkuasa dibandingikan dengan manusia

untuk menghindari dari toh tersebut, maka mereka memuja nya dengan jalan

mengadakan ritual disertai dengan permberian sesaji.13

Pelaksanaan ritual dilakukan

oleh masyarakat jawa supaya keluarga terhindar dari roh jahat dan hidup dengan baik

tanpa ada ganguan dari roh jahat tersebut.

Dikalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa suatu peristiwa alam

berkaitan dengan alam semesta, lingkungan social dan spiritual manusia. Mereka

berpikir agar memiliki hubungan yang harmonis antara manusia denga yang ghaib.

Untuk itu perlu diadakan upacara ritual sebagai persembahan kepada yang ghaib, agar

senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan.14

Adanya kepercayaan terhadap makhluk ghaib yang baik dan jahat, adanya

bencana berbagai macam penyakit, karena lambat mengadakan ritual tolak bala.

Disamping itu, masyarakat merasa takut kepada makhluk ghaib, karena ada perjanjian

atau hutang yang perlu dibayar, jika tidak dilaksanakan takut makhluk ghaib akan

murka dan mendatangkan bencana.

12

Sinuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngahbehi Ranggawarista, (Jakarta: UI Press, 1990), h.2. 13

Ibid, h 4-6. 14

Fitc, R, B. Tjiri-Tjiri Dan Alam Hidup Manusia (Bandung: Sumur, 1963), cet IV, h, 167.

Page 65: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

55

Pelaksanaan penyembelihan hewan untuk makhluk ghaib dan pemberian sesaji

sudah lama dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat jawa Sidomulyo yang diyakini

untuk melindungi diri dari serangan jin, syaitan, penyakit, kecelakaan dan bencana.

Dengan mengadakan Tradisi Ritual Tolak Bala Bulan Safar masyarakat jawa telah

menyediakan penangkal sebagai symbol untuk perlindungan.

Dalam sebuah hadist diriwayatkan Abdullah Bin Mas‟ud r.a, Rasullalah SAW

mengisyaratkan tentang azimat, penangkal dan hukumnya. Kata Ibnu Mas‟ud: aku

telah mendengar Rasullalah SAW bersabda:

“sesungguhnya jampa-jampi, azimat-azimat dan guna-guna adalah syitik.” (HR.

Imam Abu Daud dan Imam Ahmad).15

Selama ini masyarakat menyakini dengan dilaksanakan ritual tolak bala bulan

safar dapat menghindari dari menolak bencana dan mendatangkan manfaat, juga

dianggap melindungi setiap rumah dan seisinya dengan meminum air suci dan mandi

safar. Selain itu pula dengan memasang sesajen yang dipersembahkan kepada

makhluk ghaib sebagai pelindung dari marabahaya, padahal itu adalah perbuatan

syirik.

Termasuk syirik adalah keyakinan bahwa manfaat atau kesembuhan dapat

diperoleh dari benda-benda, persembahan, dan ritual-ritual yang tidak pernah

dijadikan oleh Allah sebagai sebab untuk mendapatkannya. Seperti keyakinan

15

Imam Abu Daud, Sunan Abu Daud (Semarang: Toha Putra,2003), Juz II, h. 35. Imam Ahmd,

Musnad Imam Ahmad, (Semarang: Toha Putra,2003), juz I, H. 381.

Page 66: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

56

terhadap persembahan hewan, sesajen, mandi dengan air suci sebagai penolak

marabahaya, dan shalat tolak bala dengan ketentuan dan syarat tertentu.

Selain itu juga masyarakat jawa menyakini larangan berpegian pada hari-hari

tertentu yan dapat mendatangkan bahya, kesialan dan sebagainya, hal ini diyakini

berdasarkan primbon jawa dari nenek moyang yang turun temurun.

Al-imam Ibnu Hajar pernah ditanya tentang bagaimana tentang status adanya

hari nahas yang oleh sebagian orang dipercaya, sehingga mereka berpaling dari hari

itu atau menghidarkan suatu perkerjaan karena dianggap hari itu penuh dengan

kesialan.

Beliau menjawab jika ada orang yang mempercayai adanya hari nahas (sial)

dengan tujuan mengharuskan untuk berpaling darinya atau menghindari suatu

pekerjaan pada hari tersebut dan menganggapnya terdapat kesialan, maka

sesungguhnya yang demikian itu termasuk tradisi kaum yahudi dan bukan Sunah

kaum muslimin yang selalu tawakkal kepada Allah SWT dan tidak berperasangka

buruk kepada Allah SWT.

Bagi sebagian masyarkat Desa Sidomulyo Kabupaten Rokan Hilir

mempercayai manikah pada rabu akhir bulan Safar merupakan hal yang dilarang.

Meski tidak ada aturan secara tertulis, perspektuf masyarakat tentang aturan tersebut

telah ada jauh sebelum generasi saat ini. Sehingga, kehadiran aturan tersebut

memiliki sisi tautan historis yang panjang dan mengikat seluruh masyarakat Desa

Sidomulyo Kabupaten Rokan Hilir.

Page 67: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

57

Adat merupakan sebuah produk manusia yang mengalami perkembangan

selaras dengan ruang dan waktu. Antara satu ruang dangan ruang yang lain mamilik

motif dan krakter yang berbeda, sehingga sefat adat tersebut menyelaraskan ruang

dan waktu. Lebih jauh, adat merupakan produk manusia yang terus diuji oleh waktu,

terlebih saat ini adalah era globalisasi. Dalam era ini, nilai-nilai local secara lambat

laun mengalami luntur oleh nilai global tersebut.

Meski demikian, bagi sebagian besar masyarakat Desa Sidomulyo

mempertahankan adat merupakan keharusan, terutama larangan menikah pada rabu

akhir bulan safar. Wajar saja, sebagian masyarakat memang tidak terpengaruh oleh

fenomena modernisasi yang mengusung budaya lain seperti hadir dan berkembang di

lokalnya.

2. Hukum Larangan Menikah Pada Rabu Akhir Bulan Safar Dalam

Pandangan Islam.

Tradisi/ritual dalam islam adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang dilakukan

oleh masyarakat yang berakar pada al-quran dan hadist. Tradisi murni merupakan

tradisi yang asli yang belum atau tidak tersentuh oleh budaya lain sehingga tidak

mengalami perubahan apapun. Masalahnya yang manakah tradisi Islam yang murni

itu sendiri, apakah ini hanya tradisi dari umat Islam pengikut Nabi Muhammad SAW

ketika beliau hidup, atau apakah ini merupakan tradisi bangsa arab yang sudah diisi

nafas islam.

Page 68: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

58

Para ulama ushul fiqh telah sepakat menetapkan pembagian bid‟ah kedalam dua

bagian, yaitu „amm (umum) dan khash (khusus).16

Bid‟ah „amm diantaranya fi‟liyah

(membuat sesuatu pekerjaan) dan tarkiyah (meninggalkan suatu pekerjaan). Kadang-

kadang bid‟ah itu terjadi dengan meninggalkan baik meninggalkan itu karena

mengharamkan atau bukan karena mengharamkan.

Sesuatu perbuatan yang dihalalkan oleh syara‟ lalu dihalalkan oleh seseorang

untuk dirinya sendiri atau ditinggalkan dengan sengaja maka meninggalkan itu

adakalanya karena sesuatu yang diiktibarkan oleh syara‟ atau tidak. Jika karena ada

salah satu urusan (perkara) yang diiktibarkan untuk diizinkan oleh syara‟, maka tidak

mengapa meninggalkan.17

Adakalanya seseorang atau sekelompok masyarakat meninggalkan sesuatu

pekerjaan yang sebenarnya tidak dilarang mengerjakan. Karena mengkawatirkan

dirinya kalau jatuh kedalam pekerjaan terlarang, tidaklah mengapa. Dan seperti

meniggalkan sesuatu yang masih syubhat (samar-samar) hukumnya, karena takut

kalau jatuh kapada hukum haram, itupun tidak mengapa.18

Apabila dikaitkan dengan kaidah ushlul fiqh yaitu : “ perintah setelah larangan

menunjukkan hukum kebolehan”19

. Dan tegasnya dengan kaidah ushul fiqh yang

kedua yaitu yang artinya “hukum asal sesuatu adalah kebolehan”. Imam syafi‟i dan

16

Safiudin Shidik, Ushul Fiqh, (Jakarta:Intimedia, 1999), h. 83. 17

Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Quran Dan As-Sunnah, (jakrarta: bulan bintang,

1999), h. 284. 18

Ibid, h. 285.

19 Muchlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushululiyah dan Fiqliyah (Pedoman Dasar Dalam

Istimbath Hukum Islam), (jakarta: pt. Raja Grafindo Persada, 2002), h.28.

Page 69: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

59

yang dinukilkan oleh ibnu burhan serta mayoritas ulama fiqh mengatakan bahwa

perintah setelah larangan menunjukkan hukum kebolehan (ibadah). Dalam suatu

riwayat nabi muhammad saw bersabdaa yang artinya “apa yang dipandang baik oleh

umat islam, baik pula disisi allah”20

Meninggalkan sesuatu perkara selain dari yang tersebut, adakalanya karena

agama atau tidak. Jika bukan karena agama, maka yang meninggalkan itu dipandang

mempermainkan agama, karena ia mengharamkan pekerjaan yang tidak diperintahkan

agama untuk tidak meninggalkannya. Dan perbuatan yang demikian itu dinamakan

“bidah”, menurut pendapat golongan ulama yang menetapkan bahwa bidah itu

pekerjaan yang dikerjakan sebagai ibadat.

Menegenai urusan adat adakalanya terkandung didalam semangat ta‟abbudi

(ruh beribadat), karena pekerjaan-pekerjaan itu diberi batas-batas dan ketentuan oleh

syara‟, yang tidak boleh dilakukan menurut ketentuan sendiri, baik pekerjaan-

pekerjaan yang diperintahkan ataupun yang dilarang, dan perbuatan-perbuatan yang

kita diberi hak untuk memilihnya, mana yang kita sukai, kita kerjakan, dan mana

yang tidak kita sukai, kita tinggalkan.

Lebih tegas lagi dapatlah diterangkan jika ada pekerjaan bersangkut paut

dengan urusan adat, yang padanya sudah ditetapkan hukumnya oleh agama, lalu

padanya ada perbuatan bidah, maka bidah itu dipandang bidah yang keji (tercela).

Tetapi jika pekerjaan yang bersangkutan dengan urusan adat itu, adalah adat semata-

20

Saifudin Sidik, op, cit, h. 181-182.

Page 70: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

60

mata, tidak ada peraturannya didalam agama atau syara‟, maka apabila dalam

pekerjaan itu ada perbuatan bidah, tidaklah bidah itu dipandang bidah keji (tercela).

Page 71: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang larangan menikah pada rabu akhir

bulan safar di Desa Sidomulyo Kab. Rohir dalam pandangan hukum Islam, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Tradisi Ritual Tolak Bala Bulan Safar secara umum

masyarakat desa Sidomulyo telah mempercayai secara turun temurun.

Yang mana diyakini bahwa melaksankan tradisi ritual tolak bala pada

Rabu akhir Bulan Safar mampu menolak bala, musibah, bencana dan

penyakit. Adapun usaha yang dilakukan oleh masyarakat dengan

mengadakan kenduri, shalat tolak bala yang ditujukan kepada Allah

SWT. Tetapi praktek yang mendasar adalah diadakan persembahan

berupa kepala kambing atau kerbau.

2. Persepsi masyarakat terhadap larangan menikah pada Rabu akhir Bulan

Safar di Desa Sidomulyo yaitu, masyarakat di Desa ini memang sejak

awal dipercaya bahwa hari itu akan diturunkan marabahaya sehingga

umat islam di Desa ini berbondong-bondong bagaimana cara

menanggulanginya. Oleh karena itu masyarakat di Desa Sidomulyo tidak

berani melaksanakan penikahan pada Bulan ini. Tradisi ritual tolak bala

bulan safar wajib dilaksanakan setiap tahunnya, karena sekali

Page 72: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

dilaksanakan maka ia berhubungan dengan hutang. Mengikuti perjanjian

atau membayar hutang harus tepat waktu sesuai dengan kesepakatan

nenek moyang terdahulu. Jika hal tersebut diabaikan maka bala tersebut

secara tidak sadar akan menimpa kampung tersebut.

3. Analisis hukum Islam terhadap larangan menikah pada Rabu akhir Bulan

Safar di Desa Sidomulyo merupakan satu perbuatan syirik, karena

mengaggap bulan tersebut yang mendatangkan kesialan, dan yang

mengerjainya dihukumi musyrik. Larangan menikah pada rabu akhir

bulan safar yang telah turun-temurun dari nenek moyang dan masih

disepakati atau dipatuhi oleh masyarakat Jawa di Desa Sidomulyo Kab,

Rokan Hilir. Larangan ini dapat digolongkan menjadi adat yang buruk

atau dalam ilmu Ushul Fiqh disebut dengena Urf Fasid, sehingga tidak

bias ditetapkan menjadi hukum karena bertentangan dengan Al-Qur’an

dan Hadist. Hal seperti ini bias mendatangkan kemudharatan bagi orang

yang ingin menikah untuk menghindari dari perbuatan zina, hal ini terjadi

karena orang tersebut harus menunggu hari baik, bulan baik, untuk

melangsungkan pernikahan.

B. Saran

Setelah melihat Tradisi Ritual Tolak Bala Bulan Safar di Desa Sidomulyo

kec. Tanah putih Kab. Rohil Menurut perspektif hokum islam diatas, maka berikut

ini penulis mengemukakan saran antara lain:

Page 73: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

1. Diharapkan kepada masyarakat Desa Sidomulyo hendaknya meluruskan

pandangan yang keliru, terhadap larangan menikah pada rabu akhir bulan

safar.

2. Diharapkan kepada kita semua untuk mengerti dan memahami tentang

Ritual Tolak Bala Bulan Safar yang dilakukan oleh sebahagian masyrakat

jawa sidomulyo, dimulai dengan shalat tolak bala, kenduri, persembahan

kepada makhluk ghaib, tangkal, pensucian pada benda-benda yang

digunakan untuk bekerja, mandi safar, sesajen, bunga ditabur

dipersimpangan jalan, sehingga kita tidak mengarah kepada syirik.

3. Diharapkan kepada pemuka masyarakat, tokoh adat, alim ulama, dan

cendikiawan-cendikiawan muslim dapat memberikan pemahaman dan

masukan-masukan kepada masyarakat agar dapat memahami ajaran-

ajaran agama islam, khususnya tentang larangan menikah pada rabu akhir

bulan safar dalam pandangan islam secara baik dan benar, sehingga dapat

memperbaiki keyakinan/kepercayaan masyarakat dan mempererat tali

silaturahmi.

Page 74: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

63

DAFTAR PUSTAKA

Saekan dan Erniati Effendi, Sejarah Penyusunan Kompilasi Hukum Islam Di

Indonesia, Surabaya: Arkola Surabaya, 1997, h. 76.

Kamal Muhtar, Asas-Asas Hukum Islam Tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan

Bintang, 1974, h. 17.

Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di Indonesia, Yogyakarta, Yayasan Nida 1969,

h. 7.

Moh. Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun Menyingkap Sejarah Kegemilangan

dan Kehancuran Imperemium Khalifah Islam, Jakarta, Kementrian Agama

Republik Islam, cet.1, 2012, h. 170.

Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa Jakarta: Balai Pustaka, 1984, h. 322.

Muchammad Iqbal Ghozali, Larangan menikah Pada Dino Geblak Tiyang Sepuh

di Masyarakat Kampung Sanggerahan Kecamatan Mlati Kabupaten Slamen

Dalam Perspektif Hukum Islam, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga, tidak diterbitkan 2012.

Nur Faidah, Mantenan Adat Satu Suro di Desa Traji Kecamatan Parakan

Kabupaten Tamanggung Jawa Tengah Menurut Tinjauan Hukum Islam,

Skripsi Fakultas Syariah, IAN sunan Kalijaga, tidak diterbitkan 2003.

Burhan Ashohofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rinneka Cipta, 2007, h.

58.

Husein Usman, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, h. 24.

Herminanto dan Winarto, Ilmu Social dan Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara

2011,h. 72.

Tasmuji, Dkk, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Social Dasar, Ilmu Budaya Dasar,

Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011, h. 160-165. Lihat pula Jacob

Ranjabar, System Soaial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar, Bogor : Ghalia

Indonesia, 2006,h. 20-23.

Tim Sosiologi, sosiologi 1 suatu kajian kehidupan bermasyarakat, Jakarata:

Yudhistira, 2016, h, 14.

Page 75: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

64

Adeng Muchtar Ghazali, Antropologi Agama Upaya Memahami Keragaman

Kepercayaan Dan Agama, Bandung: Alvabeta, 2011, h. 72.

Tennas Efendi, Adat Istiadat Dan Upacara, Pekanbaru: Lembaga Adat Riau,

1998, h. 54.

A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fiqih, Jakarta: Kencana, 2006, cet ke-1, h. 78.

Samir Aliyah, Buku Sistem Pemerintahan, Peradilan Dan Adat dalam Islam, Pers,

Asumarni Solihan Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa, 2004, cet. Ke-1, h. 495.

A. Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Jakarta: Dewan Dakwah Islam, 1990, h.89.

Jaih Mubarak, Kaidah Fiqh, Sejarah dan Kaidah Asas, Jakarta: Raja Grafindo

Sada, 2002, cet 1, h. 35.

Mukhtar Yahya, Fataburrahman Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islam,

Bandung, PT. Al-Ma’ari, 1986, h.109.

Samir Aliyah, Buku Sistem Pemerintahan, Peradilan Dan Adat dalam Islam,

Pers, Asumarni Solihan Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa, 2004, cet. Ke-1, h.

495.

Yulius. S, Suryadi Baru Bahasa Indonesia, Surabaya: Usaha Nasional 2003,

h.277.

Bambang Marhiyanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Bandung: Media

Center, h.627.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke-4

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h.1483. .

Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai Budaya Local, Ciputat: Logos, 2001, h. 133.

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN Balai

Pustaka, 1985, h.1083.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia

Jakarta: Balai Pustaka, 2006, h. 1294.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta:Balai Pustaka. 1997, h. 759.

Sondang P. Siagian, Teori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta:Reneka Cipta, 1995,

h. 102.

Suwardi Endrawan, Metode Penelitian Kebudayaan, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2003, h. 101.

Sri suhandjati, “Dinamika Nilai Jawa Dan Tantangan Moderisme”, dalam M.

Darori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa Yoyakarta: Gama Media, 2002,

h. 285-286.

Sinuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngahbehi Ranggawarista, Jakarta: UI Press,

1990, h.2.

Fitc, R, B. Tjiri-Tjiri Dan Alam Hidup Manusia Bandung: Sumur, 1963, cet IV, h,

167. Rahmat Syafe’I, Ilmu Ushul Figh Bandung: Pustaka Setia, 2007, h. 128. Safiudin Shidik, Ushul Fiqh, Jakarta:Intimedia, 1999, h. 83.

Moenawar Chalil, Kembali Kepada Al-Quran Dan As-Sunnah, jakrarta: bulan

bintang, 1999, h. 284. Muchlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushululiyah dan Fiqliyah, Pedoman Dasar

Dalam Istimbath Hukum Islam, jakarta: pt. Raja Grafindo Persada, 2002,

h.28.

Page 76: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

65

Page 77: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

BERITA HASIL WAWANCARA DENGAN

TOKOH ADAT Bpk, Sugiono

Tanggal, 20 Oktober 2018

1. Apakah masyarakat disini masih mengenal dengan pantang larang

dalam hal yang berkaitan dengan perkawinan?

Jawaban : iya benar, masyarakat disini mayoritas masih memegang ajaran

nenek moyang kami, apalagi masalah yang berkaitan dengan perkawinan.

2. Apa alasan masyarakat menjauh atau tidak berani nikah pada Rabu

akhir Bulan Safar?

Jawaban : karena itu memang merupakan pesan dari orang-orang tua kami

terdahulu. Bulan safar itu bulan yang panas, atap rumah yang jatuh aja tidak

ada yang berani membenarkannya.

3. Apakah pernah terjadi kasus terkena musibah pada warga yang

melanggar kepercayaan ini pak?

Jawaban : warga disini semuanya patuh dengan kata tokoh adat. Jika ada

orang yang memaksa menikah pada hari itu ya biar aja dia tanggung sendiri

akibatnya apabila ada musibah. Karena itu sudah kepercayaan masyarakat

jawa.

4. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai pernikahan pada Rabu

akhir Bulan Safar?

Jawaban : masyarakat disini percaya terhadap larangan tersebut dan mereka

takut akan tertimpa musibah

5. Seberapa besar yang mau menikah dengan yang tidak berani nikah pada

Rabu akhir Bulan Safar?

Jawaban : Rata-rata masyarakat disini tidak berani melaksanakan

pernikahan pada rabu akhir bulan safar dan ada juga sebagian orang yang

tidak mempercayai larangan ini akan tetapi tidak melakukan pernikahan

pada rabu akhir bulan safar.

Sidomulyo, 20 Oktober 2018

SUGIONO

Page 78: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

BERITA HASIL WAWANCARA DENGAN

TOKOH AGAMA Bpk. Abdul Khalid

Tanggal, 20 Oktober 2018

1. Bagaimana menurut bapak tentang tradisi larangan menikah pada rabu

akhir bulan safar di Desa ini?

Jawaban : menurut sepengetahuan saya, asal usul adanya larangan menikah

pada rabu akhir bulan safar merupakan budaya dari orang jawa. Budaya

peninggalan kerajaan majapahit yang menjadi sebab munculnya larangan

tersebut. Jadi, adanya pandangan bulan atau hari tidak baik tersebut karena

faktor-faktor budaya bukan dari agama islam.

2. Apa alasan masyarakat menjauh atau tidak berani nikah pada Rabu

akhir Bulan Safar?

Jawaban : kebanyakan dari mereka hanya ikut-ikut perkataan orang tua saja,

tidak tahu asal-usul dan alasan yang jelas.

3. Apakah pernah terjadi kasus terkena musibah pada warga yang

melanggar kepercayaan ini pak?

Jawaban : sepengetahuan saya, selama ini belum pernah terjadi.

4. Bagaimana pandangan hukum Islam mengenai pernikahan pada Rabu

akhir Bulan Safar?

Jawaban : menurut saya, tidak ada ketentuan yang jelas baik itu di dalam Al-

Qur’an maupun Hadist yang menjelaskan masalah ini. Larangan ini hanya

hukum adat, kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus oleh masyarakat

Sidomulyo. Bahkan, dalam peraturan pemerintah pun tidak ada larangan

menikah pada bulan-bulan tertentu. Akan tetapi hanya dibatasi pada usianya

saja.

Page 79: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

5. Seberapa besar yang mau menikah dengan yang tidak berani nikah pada

Rabu akhir Bulan Safar?

Jawaban : rata-rata orang awam di desa ini yang kurang pendidikan baik

agama maupun pengetahuan tidak berani karena percaya akan adanya mitos

tersebut. Tapi, ada sebagian pemuda-pemudi yang sudah mempunyai bekal

ilmu agama mulai sedikit demi sedikit meninggalkan tradisi ini.

6. Apakah bapak tahu tentang proses ritual tolak bala pada rabu akhir

bulan safar?

Jawaban : kalau ditanya apakah saya tahu tentang itu, ya saya tidak terlalu

tahu. Mungkin tokoh adatlah yang lebih paham.

Sidomulyo, 20 Oktober 2018

ABDUL KHALID

Page 80: LARANGAN MENIKAH PADA RABU AKHIR BULAN SAFAR DI DESA ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47212/1/RAHMAT... · dahulu yang telah turun temurun dari nenek moyang mereka

PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah masyarakat masih kenal dengan pantang larang dalam hal yang

berkaitan dengan perkawinan?

2. Apa alasan masyarakat menjauh atau tidak berani nikah pada Rabu akhir

Bulan Safar?

3. Apakah pendidikan mempengaruhi pelestarian Adat Istiadat terutama Ritual

Tolak Bala?

4. Seberapa besar persentase antara yang nikah dengan yang tidak berani nikah

pada Rabu akhir Bulan Safar?

5. Apakah pernah terjadi kasus terkena musibah pada warga yang melanggar

kepercayaan tersebut

6. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai pernikahan pada Rabu akhir

Bulan Safar?