BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru dan pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan utama kita. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 yang diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, bahwa angka prevalensi penyakit asma untuk tiap 1000 anggota rumah tangga adalah 13%, sedangkan di Australia 10% pada orang dewasa dan antara 20 - 40% pada anak-anak.Menurut laporan WHO World Health Report 2000 menyebutkan bahwa lima penyakit paru utama merupakan 17.4% dari keseluruhan kematian didunia dan asma 0.3%-nya prevalansi asma ini sejak 2 dekade terakhir sangat meningkat, baik pada anak maupun dewasa. Prevalensi total di dunia 7.2% (6% dewasa dan 10% pada anak) dan bervariasi antar-negara (Anonim2,2008). WHO (2000) menyatakan lebih dari 100 juta orang diseluruh dunia menderita asma dari sekitar 180.000 juta per tahun menemui kematian karena penyakit yang sama (dikutip dari Firshein, 2006) Kenaikan prevalensi asma di Asia, seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan, juga mencolok. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and Allergyin Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma masih 2,1%, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu saja perlu upaya pencegahan agar prevalensi asma tetap 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit paru dan pernapasan merupakan salah satu masalah kesehatan utama kita.
Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 yang diselenggarakan oleh
Departemen Kesehatan, bahwa angka prevalensi penyakit asma untuk tiap 1000 anggota rumah
tangga adalah 13%, sedangkan di Australia 10% pada orang dewasa dan antara 20 - 40% pada
anak-anak.Menurut laporan WHO World Health Report 2000 menyebutkan bahwa lima penyakit
paru utama merupakan 17.4% dari keseluruhan kematian didunia dan asma 0.3%-nya prevalansi asma ini
sejak 2 dekade terakhir sangat meningkat, baik pada anak maupun dewasa. Prevalensi total di
dunia 7.2% (6% dewasa dan 10% pada anak) dan bervariasi antar-negara (Anonim2,2008). WHO
(2000) menyatakan lebih dari 100 juta orang diseluruh dunia menderita asma dari sekitar 180.000 juta per
tahun menemui kematian karena penyakit yang sama (dikutip dari Firshein, 2006) Kenaikan
prevalensi asma di Asia, seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan, juga mencolok.
Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergyin Children) tahun 1995 menunjukkan,
prevalensi asma masih 2,1%, yang meningkat tahun 2003 menjadi 5,2%. Kenaikan ini tentu
saja perlu upaya pencegahan agar prevalensi asma tetap rendah. Tidak tinggi seperti di Inggris
atau di Australia yang mencapai 20-30% (Anonim2 , 2008) .Serangan asma masih merupakan penyebab
utama tidak masuk sekolah pada anak, sehingga berakibat menurunnya prestasi belajar. Masa
yang seharusnya masa bersuka ria dan bermain,namun sering tidak dapat dinikmati dengan
baik,bahkan sebagian dari mereka harus tinggal di rumah sakit. Asma pada orang
dewasa membawa masalah tersendiri, yaitu pada ibu rumah tangga menyebabkan tidak dapat
melakukan tugas/ perannya dengan baik, sedang pada pekerja dapat meningkatkan angka absensi
sehingga berakibat menurunnya produktivitas. Hal tersebut berdampak pada
gangguan pertumbuhan fisik atau gangguan tumbuh kembang terutama pada anak dan dapat
menurunkan tingkat sosial ekonomi pada rumah tangga. Penyempitan saluran nafas umumnya
dapat diobati, akan tetapi postur tubuh yang berubah,otot-otot pernafasan yang menegang,pola
1
bernafas yang salah serta kecenderungan untuk panik saat serangan datang hanya dapat diatasi
dengan rehabilitasi medik berupa terapi latihan (therapeutic exer).
2
BAB II
PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Sutimi
Umur : 35 tahun
Alamat : Pulodarat 16/2 Pecangaan Jepara
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pedagang
Status : Menikah
Tgl Periksa : 6 Agustus 2012
B. DATA DASAR
Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis di UGD Puskesmas Pecangaan 6 Agustus 2012 pukul 04.00
Keluhan Utama: Sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 20 tahun sebelumnya, pasien mengeluhkan sesak napas. Sesak
napas timbul
bila pasien terpapar debu, udara dingin, asap rokok, dan ketika pasien
kelelahan. Sesak terutama timbul pada malam hari. Sesak napas kadang
dirasakan mengganggu aktivitas dan tidur. Pasien berobat ke puskesmas
dan didiagnosa menderita asma. Sesak yang di alami sebanyak 1 – 2 kali dalam
seminggu. Dalam sebulan, dapat 2-3 kali sesak. Setiap kali sesak, pasien berobat ke dokter. Di
sana di berikan asap hingga sesak berkurang dan di berikan obat untuk di bawa pulang.
Sejak 1 hari pasien mulai mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk.
Sesak napas bertambah bila pasien batuk. Sesak napas diduga akibat pasien
3
kelelahan setelah berjualan di pasar seharian. Batuk pasien berdahak
dengan warna bening kental. Napas pasien berbunyi “ngik”. Obat pasien
habis. Pasien berobat ke dokter dan di berikan obat minum lalu sesak
berkurang.
Sejak 3 jam sesak napas yang dirasakan makin berat. Batuk dirasakan
semakin menjadi-jadi. Pasien masih dapat berbaring, namun lebih senang
dengan posisi duduk. Pasien tidak dapat bicara dengan kalimat penuh,
terdapat adanya sedikit cekungan didada pasien dan napas terlihat cepat.
Pasien dibawa ke UGD Puskesmas Pecangaan dan diberi pengasapan, lalu
sesak berkurang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat asma dari kecil, sesak napas timbul bila pasien
terpapar debu, udara dingin dan asap rokok. Sesak napas dirasakan >
1 kali dalam seminggu, < 1 kali dalam sehari, dan saat malam hari > 2
kali dalam sebulan
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
Pasien memiliki riwayat alergi, seperti alergi udara dingin, debu,
makanan laut, pucuk ubi, kacang panjang, dan makanan yang
merangsang seperticabai.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mederita asma
Anak perempuan pasien menderita asma
Riwayat Sosial ekonomi
Pasien bekerja sebagai pedagang di pasar. Suami pasien bekerja sebagai buruh. Memiliki 2 orang
anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
C. Pemeriksaan Fisik
6 Agustus 2012 pukul 04.05 di UGD Puskesmas Pecangaan
Keadaan umum : napas spontan, tampak sesak
Kesadaran : compos mentis
4
Tanda Vital :
T : 120/80 mmHg
N: 78 x/menit, isi dan tegangan cukup
RR : 24x/menit
t : 36,5 C (axiller)
Kepala : Bentuk mesosefal
Mata : Konjungtiva palpebra pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Discharge (-), tinitus (-)
Hidung : Discharge (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak sianosis, tidak kering, gusi berdarah (-)
Tenggorok : T1-1, faring tidak hiperemis,tidak nyeri telan.
Leher : JVP tidak meningkat , trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-)
Thorax :Simetris, retraksi intercostalis (+), sela iga melebar (-)
Pulmo
I : simetris, statis, dinamis
Pa : Stem fremitus kiri = kanan
Pe : Sonor seluruh lapangan paru
Aus : SD : Vesikuler +/+
ST : ekspirasi memanjang, wheezing pada lapangan paru depan kanan
kiri
Cor I : Iktus Cordis tak tampak
Pa : Iktus Cordis teraba di SIC V 2 cm lateral LMCS, tidak kuat angkat,
tidak melebar
Pe : konfigurasi jantung sulit dinilai
Aus : SJ I – II normal, M1>M2, T1>T2, bising tidak ada, gallop tidak ada
M1>M2, A1<A2,P1<P2, A2>P1
Abdomen : I : Datar, venektasi tidak ada
Au : Bising usus dalam batas normal
Pe : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih tidak ada
Pa : supel, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan (-)
5
Genetalia Eksterna : perempuan, dalam batas normal
Ekstremitas : Superior Inferior
Oedema - / - - / -
Sianosis - / - - / -
Akral dingin - / - - / -
Pucat - / - - / -
Clubbing Finger - / - - / -
D. Diagnosis
Asma Bronkial serangan sedang pada asma persisten ringan
E. Initial Plans
Asma Bronkial serangan sedang pada asma persisten ringan
Ip Dx: S:-
O: Darah rutin, diff count, spirometri, X Foto Thorax
Kombinasiinhalasiglukokortikosteroid (400-800 ugBD/hari atauekivalennya)danagonis beta-2kerja lama
Glukokortikosteroid inhalasi (400-800ug BD atau ekivalennya) ditambahTeofilin lepas lambat ,atauGlukokortikosteroid inhalasi (400-800ug BD atau ekivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau
Glukokortikosteroid inhalasi dosistinggi (>800 ug BD atau ekivalennya)atauGlukokortikosteroid inhalasi (400-800ug BD atau ekivalennya) ditambahleukotriene modifiers
AsmaPersistenBerat
Kombinasiinhalasiglukokortikosteroid (> 800 ugBD atauekivalennya)dan agonis beta-2 kerja lama,ditambah 1 dibawah ini:teofilin lepaslambatleukotrienemodifiersglukokortikosteroid oral
Prednisolon/ metilprednisolon oralselang sehari 10 mgditambah agonis beta-2 kerja lama oral,ditambah teofilin lepas lambat
10. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus 4. Pneumothoraks
2. Atelektasis 5. Emfisema
3. Hipoksemia
11. Prognosis
Mortalitas akibat asma sedikit nilainya. Gambaran yang paling akhir menunjukkan
kurang dari 5000 kematian setiap tahun dari populasi beresiko yang berjumlah kira-kira 10 juta.
Sebelum dipakai kortikosteroid, secara umum angka kematian penderita asma wanita dua kali
lipat penderita asma pria. Juga kenyataan bahwa angka kematian pada serangan asma dengan
20
usia tua lebih banyak, kalau serangan asma diketahui dan dimulai sejak kanak – kanak dan
mendapat pengawasan yang cukup kirakira setelah 20 tahun, hanya 1% yang tidak sembuh dan
di dalam pengawasan tersebut kalau sering mengalami serangan common cold 29% akan
mengalami serangan ulang.14
Pada penderita yang mengalami serangan intermitten angka kematiannya 2%, sedangkan
angka kematian pada penderita yang dengan serangan terus menerus angka kematiannya 9%.14
BAB IV
RINGKASAN
Seorang wanita berumur 35 tahun datang ke UGD PKM Pecangaan
dengan keluhan sesak napas. Sejak 20 tahun sebelumnya, pasien
mengeluhkan sesak napas. Sesak napas timbul bila pasien terpapar debu,
udara dingin, asap rokok, dan ketika pasien kelelahan. Sesak terutama
timbul pada malam hari. Sesak napas kadang dirasakan mengganggu
aktivitas dan tidur. Pasien berobat ke puskesmas dan didiagnosa menderita
asma. Sesak yang di alami sebanyak 1 – 2 kali dalam seminggu. Dalam sebulan, dapat 2-3 kali
sesak. Setiap kali sesak, pasien berobat ke dokter. Di sana di berikan asap hingga sesak
berkurang dan di berikan obat untuk di bawa pulang. Sejak 1 hari pasien mulai
mengeluhkan sesak napas dan batuk-batuk. Sesak napas bertambah bila
pasien batuk. Sesak napas diduga akibat pasien kelelahan setelah berjualan
di pasar seharian. Batuk pasien berdahak dengan warna bening kental.