FRAKTUR REGIO ANTEBRACHII
I. Laporan Kasus
A. Identitas Pasien
Nama pasien/umur: Ny. S / 24 tahun
No. Rekam Medik: 649292
Alamat: Batu Mattimboe Kab. Bulukumba
Ruang perawatan: Lontara 2
Tanggal MRS: 2 Februari 2014
B. Anamnesis
Keluhan utama:
Nyeri pada tangan kanan.
Anamnesis terpimpin:
Dialami pasien sejak 9 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Pasien dibonceng mengendarai motor, tiba-tiba ditabrak oleh mobil
dari arah berlawanan. Tidak ada mual dan muntah. Terdapat luka dan
patah pada tangan kanan. Pasien menggunakan helm saat kejadian.
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada.
Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.
C. Pemeriksaan fisis
Primary survey:A: Clear
B: 22x/menit
C: Nadi: 95x/menit, tekanan: 100/80 mmHg
D: GCS 15, E4M6V5
E: Suhu: 36,5C
Secondary Survey:
Regio antebrachii dextra:
Inspeksi: Tampak deformative, kemerahan (+), edem (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+), Krepitasi (+)
ROM:Gerak aktif pasif elbow dan wrist tidak dapat dievaluasi
karena nyeri
NVD:Sensibilitas baik arteri radialis dan ulnaris teraba. CRT
< 2 menit.
D. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Rujukan
DR
6/02/2014
WBC
5.75
4.00 10.00 x 103/ul
RBC
3.96
4.00 6.00 x 106/ul
HGB
11,1
12.0 16.0 g/dl
HCT
32.8
37.0 48.0 %
MCV
85.0
80.0 97.0 fl
MCH
25.8
26.5 33.5 pg
MCHC
33.8
31.5 35.0 g/dl
PLT
203
150 400 x 103/ul
RDW-5D
13.8
10.0-15.0 fL
RDW-CV
12.7
10.0-15.0 %
PDW
10.3
10.0 18.0 fL
MPV
9.4
6.0 -11.0 um3
P-LCR
20.8
13.0 - 43.0 %
PCT
0.19
0.15 0.50 %
NEU
4.97
LYM
0.50
MON
0.25
E. Radiologi
Foto antebrachii dextra AP lateral:
Alignment pembentuk antebrachii berubah
Tampak fraktur komunitif pada 1/3 distal os radius dextra dengan
fragmen tulang yang tidak menyatu, callus forming belum ada, cortex
tidak intak.
Tampak pula fraktur transversal 1/3 distal os ulna dextra dengan
displace ke arah posterolateral dengan shortening 2,1 cm, callus
forming belum ada, cortex tidak intak.
Tidak tampak tanda-tanda osteomyelitis.
Mineralisasi tulang berkurang (disuse osteoporosis).
Celah sendi yang tervisualisasi baik.
Jaringan lunak di sekitarnya kesan swelling pada regio 1/3
distal os radius dan os ulna dextra.
Kesan
Fraktur komunitif pada 1/3 distal os radius dextra
Fraktur transversal 1/3 distal os ulna dextra
F. Diagnosis
Closed fracture 1/3 distal os radius dan os ulna dextra
G. Terapi
Operasi Open Reduction Internal Fixation
Debridement
II. Diskusi
A. Pendahuluan
1. ANATOMI REGIO ANTEBRACHII
Gambar 1 Os radius dan os ulna dikutip dari kepustakaan 1
Lengan bawah atau antebrachium terdiri dari dua jenis tulang,
yaitu os radius dan os ulna. Os ulna terletak pada bagian medial
antebrachium, sejajar dengan jari kelingking. Os radius terletak
pada bagian lateral antebrachium, sejajar dengan ibu jari.2
Os radius merupakan tulang yang paling sering mengalami fraktur
pada orang-orang dengan usia lebih dari 50 tahun. Seringnya,
fraktur tersebut terjadi sebagai akibat dari jatuh dengan kondisi
tangan yang terulur. Bagian os radius yang peling sering mengalami
fraktur adalah 2.5 cm proksimal terhadap pergelangan tangan, dan
umumnya fraktur yang terjadi adalah fraktur kominutif, atau
impaksi.2
Ketika lengan atas mengadakan fleksi, tampak muskulus
brachioradialis sepanjang area radius. Pada pergelangan tangan
terdapat tendon muskulus flexor carpi radialis, muskulus palmaris
longus (yang kadang tidak tampak), dan sekumpulan tendon muskulus
flexor digitorum superficialis. Tendon muskulus flexor carpi
ulnaris terletak paling medial.2
Ekstremitas superior divaskularisasi dari percabangan arteri
subclavia yang nantinya akan bercabang menjadi arteri brachialis
pada os humerus, arteri radialis dan arteri ulnaris pada
pergelangan tangan.2
Vena-vena pada ekstremitas superior berjalan seiring seluruh
arteri utama, biasanya berpasangan, juga berdampingan vena-vena
superfisial yang penting. Vena-vena superfisial ini dapat terlihat
sebagai jaringan venous dorsalis pada bagian posterior tangan yang
berjalan sebagai vena cephalica pada bagian lateral dan vena
basilica pada bagian medial. Vena basilica berjalan sepanjang aspek
posteromedial antebrachium, melewati aspek anterior di bawah elbow
dan menembus permukaan dalam pada kira-kira pertengahan lengan
atas.2
Beberapa nervus pada ekstremitas superior dapat dipalpasi,
terutama pada orang dengan tubuh kurus. Nervus-nervus tersebut
antara lain nervus supraklavikularis, plexus brachialis pada caput
humerus (dengan lengan atas berabduksi), nervus medianus pada
pertengahan lengan atas, nervus ulnaris pada sulcus epicondylus
medialis, dan nervus radialis superfisial pada pergelangan
tangan.2
2. DEFINISI
Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas tulang, kartilago, atau
keduanya disertai cedera jaringan lunak. Fraktur os radius dan
fraktur os ulna adalah trauma yang sering terjadi pada bagian
tungkai atas. Lokasi fraktur sering terjadi pada bagian tengah dari
tulang radius dan ulna atau pada bagian distal atau keduanya.3
3. ETIOLOGI
Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan
yang berulang-ulang atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur
patologik).4
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,
penekukan, pemuntiran atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan
trauma langsung atau tidak langsung. Trauma langsung berarti
benturan pada tulang mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma
tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur
berjauhan.4
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada
tulang. Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau
metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal
kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu
sangat rapuh (misalnya pada Penyakit Paget).4
4. KLASIFIKASI FRAKTUR
a. Fraktur Komplit Inkomplit3
1) Fraktur komplit:Bila seluruh lingkaran tulang (tulang
tubuler) atau kedua permukaan korteks (tulang ceper) terputus
(disrupted), disebut simpel bilamana hanya terdiri atas dua fragmen
fraktur
2) Fraktur inkomplit:Biasanya terjadi pada anak-anak yang
meliputi bowing (bengkok), torus (buckling of cortex) yang pada
dasarnya korteks masih intak dan infraction (greenstick fractures),
fraktur pada satu sisi korteks
Gambar 2Jenis-Jenis Fraktur a) bowing, b) dan c) fraktur
inkomplit, torus/buckling korteks dan greenstick, d) fraktur
komplit, e) fraktur communited. Dikutip dari kepustakaan 3
b. Bentuk Garis Patah dengan Mekanisme Trauma3
1) Garis patah spiral (twisting)
2) Garis patah obliq (compression)
3) Triangle butterfly pattern (bending)
4) Transverse pattern (tension)
Gambar 3 Bentuk-Bentuk Garis Patahan dikutip dari kepustakaan
3
c. Jumlah Garis Patah3
1) Fraktur komunitif: Bilamana fraktur terdiri atas lebih dua
garis fraktur
2) Fraktur segmental:Garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifocal
3) Fraktur multipel: Garis patah lebih dari satu tetapi pada
tulang yang berlainan tempatnya
Gambar 4 Fraktur Komunitif dikutip dari kepustakaan 5
Gambar 5 Fraktur Segmental dikutip dari kepustakaan 5
d. Fraktur Terbuka Tertutup3
1) Fraktur terbuka:Fraktur yang disertai luka pada kulit yang
memungkinkan adanya komunikasi antara fraktur dengan lingkungan
luar
2) Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak disertai cedera pada
kulit di level tersebut
Gambar 6 Fraktur Terbuka dan Tertutup dikutip dari kepustakaan
3
5. KOMPLIKASI FRAKTUR
a. Delayed union6,7
Sambungan tulang yang terlambat pada fraktur tulang, terjadi
karena imobilisasi tidak lengkap, infeksi patah di situs, fraktur
patologis i.e. patah tulang melalui lesi yang mendasari tulang,
defisiensi vitamin C, atau pada pasien lanjut usia.
b. Non-union6,7
Tulang tidak akan pernah bersambung tanpa ada beberapa bentuk
interfensi dari luar.
c. Malunion6,7
Proses penyambungan tulang patah telah terjadi, meskipun posisi
antar tulang tidak kembali seperti sebelumnya atau kelainan dan
sering menjadi penyebab awal osteoarthritis.
d. Avascular necrosis6,7
Adanya gangguan suplai darah yang mungkin terjadi pada
fraktur.
e. Myositis ossificans6,7
Menunjuk pada formasi pasca-trauma non-neoplastik tulang dalam
otot rangka.
B. RESUME KLINIS
Gambar 8 Fraktur Antebrachii
Pada pasien ini didiagnosa mengalami closed fracture 1/3 distal
os radius dan os ulna dextra berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan
fisis. Dan setelah melakukan pemeriksaan radiologik diketahui bahwa
pasien ini mengalami fraktur komunitif pada 1/3 distal os radius
dextra dengan fragmen tulang yang tidak menyatu, fraktur
transversal 1/3 distal os ulna dextra dengan displace ke arah
posterolateral dan shortening 2,1 cm dan jaringan lunak di
sekitarnya kesan swelling pada region 1/3 distal os radius dan os
ulna dextra.
Fraktur komunitif pada 1/3 distal os radius dextra karena adanya
3 fragmen tulang yang tidak menyatu.
Fraktur transversal pada os ulna karena garis fraktur yang
terbentuk adalah transversal dan fragmen tulang yang tidak menyatu
hanya ada 2 sehingga tidak dikatakan fraktur komunitif.
Berdasarkan foto radiologik di atas, pasien ini dapat di
diferential diagnosis dengan fraktur Monteggia dan fraktur
Galleazzi.
Fraktur Monteggia adalah fraktur pada ulna disertai dislokasi
pada os radius proksimal. Ini dapat diketahui pada pemeriksaan
fisis, yaitu dengan melakukan pergerakan pada siku. Jika terdapat
fraktur pada lengan bawah dan disertai dengan siku yang tidak dapat
bergerak, maka bisa dicurigai terjadi fraktur Monteggia.8
Gambaran radiologi fraktur Monteggia:
Gambar 9 Fraktur Monteggia dikutip dari kepustakaan 8
Gambar A (foto Antebrachii sinistra AP), tampak fraktur
komunitif pada 1/3 medial os ulna kiri dengan fragmen yang tidak
menyatu. Pada foto ini tidak tampak adanya dislokasi.8
Gambar B (foto Antebrachii sinistra lateral), tampak dislokasi
caput radius kiri ke arah caudolateral.8
Fraktur Galleazzi adalah fraktur pada os radius dengan dislokasi
os ulna bagian distal.8
Gambaran radiologi fraktur Galleazzi:
Gambar 10 Fraktur Galleazzi dikutip dari kepustakaan 8
Gambar A (foto antebrachii sinistra AP) tampak fraktur komunitif
pada 1/3 distal os radius sinistra dengan fragmen tulang yang tidak
menyatu.
Gambar B (foto antebrachii sinitra lateral) tampak dislokasi
caput os ulna bagian distal kiri ke arah caudolateral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Seeley, Stephens, Tate. Anatomy and physiology. 6th
edition.USA: The McGraw-Hill Companies; 2004. p.198-9, 225-7.
2. Ellis, Harold. Clinical anatomy: Applied anatomy for students
and junior doctors. 11th edition.UK: Blackwell Publishing; 2006.
p.164-7, 172.
3. Murtala, Bachtiar. Radiologi trauma dan emergensi. Edisi
Kedua. Makassar: IPB; 2012. p.57-65.
4. Mettler Jr, Fred A. Skeletal system. In: Essentials of
radiology. 2nd Edition. USA: Saunders; 2005. p.203.
5. Patel, Pradip R. Lecture notes radiologi. Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga; 2007. p.222-3.
6. Rasjad Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi
Ketiga. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007. p.360-9.
7. Lisle, David A. Imaging for student. USA: Oxford University
Press Inc; 2001. p.166-7.
8. Helms, Clyde A. Skeletal trauma. In: Fundamentals of
diagnostic radiology. 3rd Edition. Editors: Brant, William E. Clyde
A. Helms. USA: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
p.1119-20.
12