Top Banner
BAB I LAPORAN KASUS I.1 Identitas Nama : Tn. F Umur : 45 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Banjarsari-Sumberasih Pekerjaan : Buruh bangunan Tanggal MRS : 18 juni 2014 No. Reg EM : 191461 I.2 Anamnesa Keluhan Utama : Benjolan di pelipatan paha kanan Riwayat Penyakit Sekarang Benjolan pada daerah pelipatan paha kanan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan dikatakan dapat keluar masuk dan teraba kenyal. Benjolan awalnya kecil namun lama kelamaan bertambah besar. Benjolan akan muncul terutama saat pasien berdiri lama, mengangkat benda berat dan mengejan. Menurut pasien benjolan dapat dimasukkan kembali dengan jari pasien. Saat benjolan keluar, pasien merasakan nyeri di daerah perut bawah seperti ditarik-tarik. Sejak 3 minggu yang lalu benjolan terasa lebih nyeri serta sulit didorong masuk, namun keesokan harinya 1
28

Lapsus Bedah Dr Yusni

Feb 10, 2016

Download

Documents

referat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lapsus Bedah Dr Yusni

BAB I

LAPORAN KASUS

I.1 Identitas

Nama : Tn. F

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Banjarsari-Sumberasih

Pekerjaan : Buruh bangunan

Tanggal MRS : 18 juni 2014

No. Reg EM : 191461

I.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Benjolan di pelipatan paha kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Benjolan pada daerah pelipatan paha kanan sejak 3 tahun yang lalu. Benjolan dikatakan dapat

keluar masuk dan teraba kenyal. Benjolan awalnya kecil namun lama kelamaan bertambah

besar. Benjolan akan muncul terutama saat pasien berdiri lama, mengangkat benda berat dan

mengejan. Menurut pasien benjolan dapat dimasukkan kembali dengan jari pasien. Saat

benjolan keluar, pasien merasakan nyeri di daerah perut bawah seperti ditarik-tarik. Sejak 3

minggu yang lalu benjolan terasa lebih nyeri serta sulit didorong masuk, namun keesokan

harinya benjolan dapat dimasukkan kembali. Pasien tidak mengeluh mual dan muntah, BAK

serta BAB lancar.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini

sebelumya.

Tidak ada riwayat Hipertensi, Diabetes Mellitus, batuk lama, konstipasi lama.

1

Page 2: Lapsus Bedah Dr Yusni

Riwayat Alergi

Tidak ada riwayat Alergi obat maupun makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat Pengobatan

Pasien pernah berkonsultasi ke dokter sebelumnya dan disarankan untuk operasi, namun

pasien menolak dengan alasan tidak memiliki biaya. Pasien pernah berobat ke puskesmas

dekat rumah dan diberi obat penghilang nyeri. Menurut pasien nyeri reda, namun benjolan

tetap keluar.

Riwayat Kebiasaan

Merokok (+)

Pasien terbiasa mengangkat beban berat (bahan bangunan) karena pasien bekerja

sebagai buruh bangunan.

I.3 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Cukup

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 4-5-6

Airway : Jalan Napas Bebas

Breathing :

Simetris

RR : 20 x/menit

Sesak : (-)

Suara Napas Tambahan : (-)

Circulation :

Tensi : 130/80

Nadi : 98 x/menit

Perfusi : merah, hangat, berkeringat

Suhu : 36,5 o C

2

Page 3: Lapsus Bedah Dr Yusni

Status Generalis

- Kepala – Leher

o Kepala : bentuk simetris

o Mata : Konjunctiva Anemi (-) sclera Icterus (-)

o Leher : Pembesaran KGB (-)

- Thorax :

o Jantung

Inspeksi : thrill (-), heave (-)

Palpasi : iktus kordis (-)

Perkusi : batas jantung kesan normal

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, reguler, murmur (-)

o Paru

Inspeksi : retraksi (-), Gerakan dada simetris

Palpasi : fremitus raba simetris

Perkusi : sonor seluruh lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler (+), wheezing (-), ronchi (-)

- Abdomen

Inspeksi :Distensi (+), tidak ada tanda trauma, supel, datar,

simetris, tanda-tanda radang (-)

Palpasi :Nyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar dan lien

tidak teraba

Auskultasi :bising usus 10 x / menit ( Normal)

- Extremitas : akral hangat + + Edema - -

+ + - -

3

Page 4: Lapsus Bedah Dr Yusni

Status Lokalis

Regio Inguinal Dextra (dengan manipulasi test valsava)

Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 3 cm, tidak ada tanda-

tanda inflamasi.

Palpasi : teraba benjolan pada pelipatan paha kanan, dapat

dimasukkan dengan bantuan jari pemeriksa , konsistensi padat lunak,

suhu permukaan kulit normal (sama dengan daerah sekitar benjolan),

nyeri tekan (+), defans muskuler (-).

Tes Hernia :

- Finger Test : Tonjolan pada ujung jari

- Thumb Test : Keluar benjolan

- Zieman Test : Dorongan pada jari ke 2

I.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Darah

No Pemeriksaan Hasil Harga Normal

Darah Lengkap

1 Hb 14,7 L: 13-18, P: 12-16

g/dl

2 Leukosit 9.500 4.000 – 11.000/cm

3 Diff Count 1/-/7/58/31/3 0-2/0-1/1-3/45-

70/35-50/0-2%

4 Hematokrit 43 L: 40-54, P: 35-47%

5 Trombosit 319.000 150.000-450.000/

cmm

6 Gula darah acak/sewaktu 100 < 140 mg/dl

RFT

1 BUN 18 10-20 mg/dl

4

Page 5: Lapsus Bedah Dr Yusni

2 Creatinine 0,9 0,5-1,7 mg/dl

FAAL HEMOSTASIS

1 APTT 23,2 35-45 detik

2 PTT 14,1 10-15 detik

I.5 Diagnosa

Hernia Inguinalis Lateralis Reponible Dextra

I.6 Diagnosa Banding

- Hernia Inguinalis Medialis

- Hidrokel Testis

I.7 Planning

Motivasi Operasi – Hernia Repair

infus RL 20 tpm

Antibiotika profilaksis

Edukasi pasien

I.8 Physical Status : ASA I – Pasien mengalami gangguan fisiologis ringan dan tidak

mengalami penyakit sistemik serta gangguan fungsi dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

I.9 Perawatan IRNA Bedah ( Bougenville )

Pasien masuk IRNA Bedah (Bougenville) kiriman poli Bedah Umum tanggal 18 Juni 2014

pukul 12.15 WIB, dengan rencana operasi hernia repair pada hari Kamis tanggal 19 juni

2014.

Pre- Operasi

Waktu SOA Planning

Rabu, 18-6-2014 S : Pasien mengeluh nyeri

pada daerah inguinal dextra,

terutama saat berdiri

O :

- Infus RL 20 tetes/menit

- Rencana Operasi – Kamis

19 Juni 2014

Persiapan Operasi :

5

Page 6: Lapsus Bedah Dr Yusni

KU : cukup

Kesadaran kompos

mentis

K/L: a/i/c/d = -/-/-/-

TD 110/70 mmHg

RR: 18 x/mnt

N: 80 x/mnt

suhu axilla 36,5oC

Status lokalis :

Insp: Benjolan pada lipatan

paha kanan, tidak ada tanda-

tanda inflamasi.

Palpasi : Terasa ada massa

pada pelipatan paha kanan

dan skrotum, dapat

dimasukkan, nyeri tekan (+)

A : HIL reponible Dextra

- Lavement

- Puasa pre-operasi 8 jam

- Lengkapi inform consent

Durante Operasi

Diagnosa Pre-Operatif : Hernia Ingunalis Lateralis Reponible Dextra

Diagnosa Post- Operatif : Hernia Ingunalis Lateralis Reponible Dextra

Tindakan : Hernia repair

Tindakan Anestesi : Sub Arakhnoid Block (SAB)

Pasien dijahit dengan jahitan subkutikuler

6

Page 7: Lapsus Bedah Dr Yusni

BAB II

PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan :

Pasien mengeluh terdapat benjolan pada daerah pelipatan paha kanan.

Benjolan dapat keluar masuk dan teraba kenyal. Benjolan disertai rasa nyeri yang hilang

timbul saat benjolan keluar. Menurut pasien benjolan akan keluar ketika pasien mengangkat

beban berat maupun mengejan. Nyeri memberat pada saat pasien dalam posisi berdiri, rasa

nyeri hilang ketika benjolan dipaksa masuk dengan jari ditekan ke atas. Awalnya pasien

mengatakan bahwa benjolan timbul sejak tiga tahun yang lalu yang mana makin lama makin

membesar dan sejak tiga minggu ini nyeri dirasakan semakin memberat.

Dari hasil anamnesa di atas kita dapat memperkirakan suatu diagnosis yang mengarah ke

hernia. Berdasarkan lokasi benjolan, kemudian keadaan benjolan yang dapat dimasukkan

kembali dan riwayat pasien, kita bisa mengetahui bahwa ini merupakan hernia inguinalis

lateralis reponible.

Berdasarkan teori, Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) adalah hernia yang mana

penonjolan yang ada keluar melalui annulus internus menuju kanalis inguinalis-annulus

eksternus dan keluar menuju skrotum.

Dari riwayat penyakit dahulu diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat batuk

lama, konstipasi berat, tidak pernah mengalami gangguan buang air besar atau berkemih,

namun pekerjaannya berhubungan dengan pekerjaan fisik berat, pasien tidak memiliki alergi

obat. Dari riwayat pekerjaan diketahui pasien memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan

aktivitas fisik yang berat, yang akan meningkatkan tekanan intraabdomen, dimana hal ini

merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hernia.

Hasil dari pemeriksaan fisik :

Pada pemeriksaan status lokalis

Regio Inguinal Dextra

Inspeksi : terlihat adanya benjolan dengan diameter ± 3 cm, tidak ada tanda-

tanda inflamasi.

Palpasi : teraba benjolan pada pelipatan paha kanan, dapat

7

Page 8: Lapsus Bedah Dr Yusni

dimasukkan dengan bantuan jari pemeriksa , konsistensi padat lunak,

suhu permukaan kulit normal (sama dengan daerah sekitar benjolan),

nyeri tekan (+), defans muskuler (-).

Tes Hernia :

- Finger Test : Tonjolan pada ujung jari

- Thumb Test : Keluar benjolan

- Zieman Test : Dorongan pada jari ke 2

Dari status lokalis pada hasil pemeriksaan fisik di atas dimana juga mencakup tes spesifik

untuk hernia dapat disimpulkan bahwa pasien menderita hernia inguinalis lateralis .

Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan lab darah ditemukan:

No Pemeriksaan Hasil Harga Normal

Darah Lengkap

1 Hb 14,7 L: 13-18, P: 12-16

g/dl

2 Leukosit 9.500 4.000 – 11.000/cm

3 Diff Count 1/-/7/58/31/3 0-2/0-1/1-3/45-

70/35-50/0-2%

4 Hematokrit 43 L: 40-54, P: 35-47%

5 Trombosit 319.000 150.000-450.000/

cmm

6 Gula darah acak/sewaktu 100 < 140 mg/dl

RFT

1 BUN 18 10-20 mg/dl

2 Creatinine 0,9 0,5-1,7 mg/dl

FAAL HEMOSTASIS

1 APTT 23,2 35-45 detik

2 PTT 14,1 10-15 detik

8

Page 9: Lapsus Bedah Dr Yusni

Pada pemeriksaan laboratorium semuanya dalam batas normal. Dan tidak ada tanda-tanda

infeksi pada pasien ini.

Pada penatalaksanaan:

- Infus RL 20 tetes per menit

- Antibiotika sebagai profilaksis

- Hernia repair dilakukan dengan cara herniotomi yaitu membuka dan memotong

kantong hernia, mengembalikan isi hernia ke cavum abdominalis disusul dengan

hernioraphy yaitu mengikat leher hernia dan menggantungkan pada conjoint tendon

supaya tidak keluar masuk lagi, hernioplasty yaitu memberi kekuatan pada dinding

perut sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan conjoint tendon ke ligamentum

inguinale pada pasien ini dilakukan dengan menggunakan mesh.

9

Page 10: Lapsus Bedah Dr Yusni

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Hernia Inguinalis Lateralis/Indirek/

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis/lateralis/internus dan mengikuti jalanya

spermatic cord di canalis inguinalis dan dapat melalui annulus inguinalis subkutan (externus)

sampai di skrotum.

ANATOMI KANALIS INGUINALIS

Batas kanalis inguinalis

Dinding anterior : aponeurosis m.obliqus externus abdominis

10

Page 11: Lapsus Bedah Dr Yusni

Dinding posterior : fascia transversa

Lantai : Permukaan superior lig.inguinalis dan lig lacunae

Atap : tepi bebas m.obliqus internus dan tepibebea m.transversus

abdominalis

Medial : conjoint tendon (gabungan tendon m.obliqus internus dan

m.transversus abdominalis)

Berisi :

Funiculus spermaticus

AV spermatica

N.Ilioinguinal

N.Iliofemoral

Pintu canalis

Annulus inguinalis internus ( sebelah kraniolateral): bagian terbuka dari fascia

transversalis dan apponeurosis m.transversus abdominis.

Annulus inguinalis eksternus (sebelah medial bawah): bagian terbuka dari

apponeurosis m.obliqus eksternus

Bagian-bagian hernia

Kantong hernia

Isi hernia

Pintu hernia

Leher hernia

Locus minoris

ETIOLOGI

Kausa:

1. Kongenital

11

Page 12: Lapsus Bedah Dr Yusni

Hernia kongenital sempurna : Karena adanya defek pada tempat-

tempat tertentu.

Hernia congenital tak sempurna : Bayi dilahirkan normal (kelainan

belum tampak) tatapi mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu

(predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir akan terjadi hernia

melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intra

abdomen.

2. Akuisital

FAKTOR PENYEBAB HERNIA:

Tekanan intra abdomen yang tinggi, misalnya sering mengejan, batuk,

menangis.

Konstitusi tubuh, misalnya orang kurus dan orang gemuk.

Banyaknya preperitoneal fat.

Distensi dinding perut.

Cicatrix.

Penyakit yang melemahkan otot-otot dinding perut

3.4 KLASIFIKASI

Berdasarkan klinis

a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika

berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,

tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Dapat direposisi tanpa

operasi.

b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat kembali ke

cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi. Tidak ada keluhan rasa

nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah mengalami perlekatan organ

disebut hernia akreta.

c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan vaskularisasi

viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi hernia). Pada keadaan

sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai,

dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.

12

Page 13: Lapsus Bedah Dr Yusni

d. Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin hernia,

tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah disertai tanda-tanda

ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran makanan tidak bisa lewat).

3.5 PATOFISIOLOGI

Hernia inguinalis

Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke 8 dari

kehamilan,terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penuruna testis itu akan

menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tinjolan peritoneum yang disebut

dengan procesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami

obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam

beberapa hal sering belum menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan,

maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang

terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka sebagian,maka akan imbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus, karena

prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis congenital. Biasanya

hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding

rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dari jaringan tubuh

mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang menyebabkan

tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk, batuk kronis, bersin yang kuat dan

mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang sudah tertutup dapat terbuka

kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena terdorongnya suatu jaringan tubuh dan

keluar melalui defek tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat

trauma, hipertropi prostat, acites, kehamilan, obesitas, dan kelainan congenital dan dapat

terjadi pada semua.

13

Page 14: Lapsus Bedah Dr Yusni

DIAGNOSA HERNIA

Anamnesa:

Timbul benjolan di lipat paha yang hilang timbul. Pada keadaan lanjut dapat menetap

(irreponibilis), kecuali pada hernia inguinalis medialis tidak terjadi irreponibilis.

Penonjolan timbul jika tekanan intra abdominal naik.

Benjolan dapat hilang jika pasien tiduran atau dimasukkan dengan tangan (manual).

Dapat terjadi gangguan passage usus (obstruksi) terutama pada hernia inkaserata.

Nyeri pada keadaan strangulasi.

Terdapat faktor-faktor predisposisi

Pemeriksaan fisik:

Benjolan pada lipat paha atau scrotum dengan batas atas tidak jelas, bising usus (+),

transluminasi (-).

Lateral terhadap vasa epigastrika inferior.

Finger test:

Dengan jari telunjuk/kelingking scrotum di invaginasikan menyelusuri anulus externus

sampai dapat mencapai canalis inguinalis à suruh mengejan

Bila dorongan/tekanan pada ujung jari à HIL

Bila dorongan/tekanan pada medial jari à HIM

Gambar 3 Pemeriksaan finger test

Ziemen test:

Bila hernia kanan periksa dengan tangan kanan

Bila hernia kiri periksa dengan tangan kiri

Cara : - Jari ke 2 , diatas anulus int.

14

Page 15: Lapsus Bedah Dr Yusni

- Jari ke 3 , diatas anulus ext.

- Jari ke 4 , diatas fossa ovalis

Hasil à bila dorongan pada :

- Jari ke 2 à HIL

- Jari ke 3 à HIM

- Jari ke 4 à H. Femoralis

Gambar 4 Pemeriksaan ziemen test

Thumb test:

Bila hernia kanan periksa dengan tangan kiri

Bila hernia kiri periksa dengan tangan kanan

Ibu jari ditekankan pada anulus int. (kurang lebih pertengahan Sias-

Tub.Pubicum, 1.5 cm diatas lig.inguinale) penderita disuruh mengejan

Bila tidak keluar benjolan à HIL

Bila keluar benjolan à HIM , H. Femoralis

Gambar 5 Pemeriksaaan thumb test

PENATALAKSANAAN

15

Page 16: Lapsus Bedah Dr Yusni

Prinsip: mencegah inkaserasi atau strangulasi semua hernia harus direpair, kecuali hernia

direk yang kecil.

Konservatif:

Terapi ini angka kekambuhanya cukup tinggi:

1. Reposisi

Pada pasien yang takut operasi/anak-anak dengan hernia irreponibel dapat

dicoba dengan cara: bagian hernia dikompres dingin beri valium 10 mg,

pasien posisi trendelenburg (supine dengan kepala lebih rendah dari pada

badan), lakukan reposisi manual.

2. Sabuk hernia

Digunakan jika pasien menolak operasi dan pintu hernia kecil.

Juga dipakai setelah reposisi berhasil.

Operatif:

Pada keadaan strangulasi/inkaserata dilakukan operasi cito namum keadaan

umum diperbaiki terlebih dahulu.

Tujuan:

Reposisi hernia

Menutup pintu hernia

Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut

Operasi pada hernia inguinalis lateralis

Irisan kulit pada hernia inguinalis ini disebut inguinal incision, dua jari cranial dan sejajar

ligamentum inguinale mulai dari pertengahan. Dan ini sesuai dengan anulus inguinalis

internus. Panjang irisan tergantung dari besarnya hernia (tergantung kebutuhan), biasanya 5-8

cm. Pada anastesi lokal dilakukan infiltrasi procain kurang lebih tidak melebihi 20 cc. Setelah

kulit dibuka, subkutis dan jaringan lemak disiangi sampai tampak aponeurosis muskulus

obliqus eksternus yang merupakan dinding depan kanalis inguinalis. Kira-kira 2 cm cranial

ligamentun inguinale. Irisan ke medial sampai membuka anulus inguinalis eksternus.

Di dalam kanalis inguinalis terdapat funiculus spermaticus dibungkus muskulus cremaster.

Otot ini disiangi sampai funikulus spermaticus kelihatan. Funiculus dibersihkan atau

16

Page 17: Lapsus Bedah Dr Yusni

dicanthol sampai ke lateral dengan kain kasa, dan kantong peritoneum akan timbul di sebelah

caudomedialnya. Kantong ini dijepit dengan dua buah pinset sirurgik dan diangkat, kemudian

dibuka dengan memperhatikan agar isi hernia (usus) tidak terpotong. Kantong yang terbuka

lalu dijepit dengan klem Mickuliks sehingga usus tampak jelas. Kemudian usus dikembalikan

ke cavum abdominalis dengan rnelebarkan irisan pada kantong ke proksimal sampai leher

hernia. Sisa kantong sebelah distal dibiarkan dalam skrotum pada hernia yang besar (karena

bisa menimbulkan banyak pendarahan), sedang hernia yang kecil sisa kantong tersebut

dibuang. Kemudian leher dijahit ikat. Puntung ini kemudian ditanamkan di bawah conjoint

tendon dan digantungkan. Selanjutnya karena locus minoris resistantiae masih ada, perlu

dilakukan hernioplasty.

Hernioplasty ada bermacarn-macam menurut kebutuhannya:

1. Ferguson

Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari musculus obliqus externus dan

internus abdominis dan muskulus obliqus internus dan transversus dijahitkan pada

ligamenturn inguinale dan meletakkan funiculus spermaticus di dorsal, kemudian aponeurosis

muskulus obliqus externus dijahit kembali sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.

2. Bassini

Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum

inguinale. Funikulus spermaticus diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari

aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis inguinalis kedua muskuli tadi

memperkuat dinding belakang dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae

hilang.

17

Page 18: Lapsus Bedah Dr Yusni

Metode bassini

3. Halstedt

Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minonis resistentiae. Ketiga

muskulus, muskulus obliqus eksternus abdominis, muskulus obliqus internus abdominis,

muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus diletakkan di sub kutis.

4. Shouldice

Membuka lantai inguinalis dan mengimbrikasi fascia transversalis dengan teknik jahitan

kontinyu.

5. Lichtenstein

Setelah funikulus spermatikus diangkat dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong

hernia telah diikat dan dipotong, lembaran polypropylene mesh dengan ukuran 8 x 6 cm

dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang polypropylene

monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi bawah mesh dijahit mulai dari tuberkulum

pubikum, ligamentum lakunare, ligamentum inguinalis. Tepi medial dijahit ke sarung rektus.

18

Page 19: Lapsus Bedah Dr Yusni

Tepi superior dijahit ke aponeurosis atau muskulus obliqus internus dengan jahitan satu-satu.

Bagian lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus

pada cincicn internus dan kedua bagian mesh yang terbelah taadi di silangkan dan di fiksasi

ke ligamentum inguinalis dengan jahitan. Jahit aponeurosis obliqus eksternus.

Metode lichtenstein

KOMPLIKASI

Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak

dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis ireponibel. Pada keadaan

ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan

ireponibel adalah omemtum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya dapat

menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan ireponibel

dari pada usus halus.

Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.

Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses

strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata. Pada keadaan kasus

strangulata akan timbul gejala ileus, yaitu perut kmbung, muntah, dan obstipasi. Pada

strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah, dan

pasien menjadi gelisah.

PROGNOSIS

19

Page 20: Lapsus Bedah Dr Yusni

Dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia, teknik

hernioplastik atau herniotomi yang dipilih.

Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia

inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:

Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia

Terjadinya infeksi pada luka operasi

Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal

Kesalahan tehnik operasi,misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan

dalam menutup annulus inguinalis internus.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 21: Lapsus Bedah Dr Yusni

1. R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong, Buku – Ajar Ilmu Bedah, ed 2, 2005, Jakarta: EGC

2. Arief Mansjoer et al, 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Jakarta: Media

Aesculapius

3. Soelarto Reksoprodjo. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Universitas Indonesia, 2007,

Binarupa Aksara: 134-135

4. Bagian SMF Ilmu Bedah, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Ed 4, 2010, RSUD Dr.

Soetomo Surabaya

5. Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

21