STRATEGI PERCEPATAN PENURUNAN ANGKA KEMATIAN BAYI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BANUA PADANG, KEC. BUNGUR, KAB. TAPIN, PROV.
KALIMANTAN SELATAN
Mini Project
Untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan
Program Internship Dokter Indonesia
Oleh :
dr. Chyntia
SIP: 19 / 445 / Dinkes / XI / 2013dr. Eki Marliani
SIP: 18 / 445 / Dinkes / XI / 2013dr. Fandi Ahmad
SIP: 17 / 445 / Dinkes / XI / 2013dr. Hadian WidyatmojoSIP: 16 /
445 / Dinkes / XI / 2013dr. Nandang SudrajatSIP: 15 / 445 / Dinkes
/ XI / 2013PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS BANUA PADANG, KEC. BUNGUR, KAB. TAPIN PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
PERIODE 9 SEPTEMBER 28 DESEMBER 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Peneliti :
1. dr. Chyntia
SIP: 19 / 445 / Dinkes / XI / 2013
2. dr. Eki Marliani
SIP: 18 / 445 / Dinkes / XI / 2013
3. dr. Fandi Ahmad
SIP: 17 / 445 / Dinkes / XI / 2013
4. dr. Hadian WidyatmojoSIP: 16 / 445 / Dinkes / XI / 2013
5. dr. Nandang Sudrajat
SIP: 15 / 445 / Dinkes / XI / 2013
Program Penugasan : Internship dokter IndonesiaJudul Penelitian
:Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Banua Padang, Kec. Bungur, Kab. Tapin, Provinsi
Kalimantan Selatan
Penelitian ini ditujukan sebagai tugas mini project pada Program
Internship Dokter Indonesia yang telah dipresentasikan dihadapan
dokter pembimbing, Kepala Puskesmas, dan Petugas Puskesmas
Tapin, 26 November 2013
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Kepala Puskesmas
Banua Padang
dr. Galuh Nia Khairani
H. Saidi, SKM, MM
NIP: 19741018 200501 2 009
NIP: 19700503 199101 1 002
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
i
Daftar isi
ii
Kata Pengantar
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
2
D. Manfaat
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
A. Angka Kematian Ibu
3
1. Kematian ibu
3
2. Penyebab kematian ibu melahirkan
4
B. Angka Kematian Bayi
5
BAB III METODE
11A. Rancangan Penelitian
11
B. Populasi dan Sampel
11
C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
11
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project
12
BAB IV HASIL
15
A. Profil Komunitas Umum
15
B. Profil Desa Timbung
16
C. Profil Desa Shabah
19
D. Data Primer
22
BAB V DISKUSI
27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
29
A. Kesimpulan
29
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
31KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat petunjuk dan rahmatNya penelitian ini dapat kami selesaikan
sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pada penelitian Kami yang
berjudul Strategi Percepatan Penurunan Angka Kematian Bayi di
Wilayah Kerja Puskesmas Banua Padang, Kec. Bungur, Kab. Tapin,
Prov. Kalimantan Selatan Kami membahas mengenai tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB) pada wilayah kerja Puskesmas Banua Padang, Kec.
Bungur. Kami mengambil kasus pada dua desa yang memiliki AKB cukup
tinggi di wilayah kecamatan Bungur sebagai Pilot Project untuk Desa
lainnya. Kami menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami mengharapkan maaf, kritik, serta saran
agar penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita semua tidak
terbatas hanya tenaga kesehatan.Tapin, 25 Oktober 2013
Chyntia
Marliani
Ahmad
Widyatmojo
Sudrajat
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia Internasional memberikan perhatian yang cukup besar
terhadap Angka Kematian Ibu (AKI) dan Kematian Bayi (AKB), sehingga
memasukannya diantara tujuan Millenium Development Goals (MDGs),
yang ditargetkan selesai pada 2015. Segala tujuan dari MDGs ini
bermaksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia dalam
berbagai aspek.
Dalam aspek kesehatan, AKI maupun AKB menjadi salah satu hal
yang menjadi pokok penting perhatian setiap negara terutama negara
berkembang termasuk Indonesia. Hingga kini, Indonesia masih
merupakan negara dengan AKI tertinggi di Asia Tenggara atau
peringkat empat di Asia Pasifik (307 per 100.000 kelahiran hidup).
Menurut kementerian Kesehatan, penyebab utama masih tingginya AKI
di Indonesia adalah faktor 4 terlalu, yakni terlalu muda, terlalu
tua, terlalu banyak anak,dan terlalu dekat jarak kelahiran.
Disamping penyebab tadi, tentunya faktor lain juga ikut berpengaruh
seperti pelayanan kesehatan yang buruk ataupun biaya persalinan
yang dianggap sulit dijangkau.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan sudah
melakukan bermacam upaya dalam kaitan menurunkan AKI dan AKB.
Walaupun hasilnya dapat terlihat pada AKI dan AKB yang turun, namun
masih belum mencapai target MDGs. Untuk AKB sendiri di Indonesia
sudah mengalami penurunan angka yang cukup signifikan dengan
rata-rata mengalami penurunan 5% setiap tahun sejak dekade 1990-an.
Namun begitu AKB di Indonesia masih cukup tinggi bila dibandingkan
dengan Malaysia, Filipina dan thailand.
Penyebab paling sering kematian pada Bayi sampai usia 1 tahun
menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT 2001) adalah infeksi
saluran pernapasan, komplikasi perinatal dan diare. Gabungan
ketiganya ini memberikan andil 75% pada kematian bayi. Kematian
bayi sampai usia 1 tahun ini paling sering terjadi pada bulan
pertama, dan sekitar 80% terjadi pada minggu pertama kelahiran. Hal
ini menunjukan masih rendahnya status kesehatan Ibu hamil dan bayi
baru lahir dan sesaat sesudahnya, serta perilaku ibu hamil,
keluarga dan masyarakat sekitarnya yang bersifat negatif pada
kesehatan ibu hamil, persalinan aman dan perkembangan dini
anak.
Untuk daerah Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan
sendiri, Angka Kematian Bayi sampai pada September 2013 ini cukup
tinggi dengan kasus 20 Kematian Bayi dimana 10 kematian Bayi
didapat dari kecamatan Bungur, wilayah kerja Puskesmas Banua
Padang. Desa di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang yang memiliki
Angka Kematian Bayi tinggi berada di Desa Timbung dan Desa
Shabah.B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data yang diuraikan diatas mengenai tingginya Angka
Kematian Bayi (AKB) di Desa Timbung dan Desa Shabah maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apa faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah kematian bayi di
wilayah kerja Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa
Timbung dan Desa Shabah?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kematian
bayi di wilayah kerja Puskesmas Banua Padang Kabupaten Tapin
khususnya Desa Timbung dan Desa Shabah untuk menunjang perumusan
pemecahan masalah tingginya Angka Kematian Bayi.D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan program ke depan yang berhubungan
dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terutama dalam upaya menurunkan
Angka Kematian Bayi (AKB).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAA. Angka Kematian Ibu1. Kematian Ibu
Kematian ibu menurut International Classification of Diseases
(ICD) adalah kematian wanita dalam kehamilan atau 42 hari pasca
terminasi kehamilan, tanpa memandang usia kehamilan dan kelainan
kehamilan, yang disebabkan baik oleh kehamilannya maupun
tatalaksana, namun bukan akibat kecelakaan. Kematian ini terbagi
dua, yaitu kematian langsung dan tidak langsung. Kematian yang
bersifat koinsidental, terjadi selama masa kehamilan atau 42 hari
pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan
kehamilannya.
Saat ini, WHO telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu.
Sistem klasifikasi kematian ibu bertujuan:
Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa
kematian ibu yang akurat, diperlukan perbandingan berbagai studi
penelitian
Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas
Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas
maternal berat.
Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah
kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga
berkaitan langsung dengan kematian ibu. Penyebab kematian tersebut
dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan kehamilan,
dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya
memudahkan identifikasi kematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah
sistem klasifikasi kematian ibu. Dengan adanya sistem ini,
diharapkan akan meningkatkan kewaspadaan, perencanaan tindakan, dan
pada akhirnya akan menurunkan angka kematian ibu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan
pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan
kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil
survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke
waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan
pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras
yang terus menerus.
Grafik 2.1. Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI)
Tahun 1994-2015
(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup)
Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional
dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI
survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000
Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi
di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000 Kelahiran Hidup.
2. Penyebab Kematian Ibu Melahirkan
Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal.
Penyebab mayor dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar
terhadap kematian bayi.
Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil
menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor
yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini. Persoalan
kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan
infeksi. Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup
penting. Misalnya, pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik,
latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
masyarakat dan politik, kebijakan juga berpengaruh. Kaum lelaki pun
dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang
reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selain masalah medis,
tingginya kematian ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender,
nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian laki-laki
terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang
menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.
Sangat diperlukan upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik
oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat terutama suami.
Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia atau gangguan
akibat tekanan darah tinggi saat kehamilan, partus lama, komplikasi
aborsi, dan infeksi. Perdarahan, yang biasanya tidak bisa
diperkirakan dan terjadi secara mendadak, bertanggung jawab atas 28
persen kematian ibu. Sebagian besar kasus perdarahan dalam masa
nifas terjadi karena retensio plasenta dan atonia uteri. Hal ini
mengindikasikan kurang baiknya manajemen tahap ketiga proses
kelahiran dan pelayanan emergensi obstetrik dan perawatan neonatal
yang tepat waktu. Eklampsia merupakan penyebab utama kedua kematian
ibu, yaitu 24 persen kematian ibu di Indonesia (rata-rata dunia
adalah 12 persen). Pemantauan kehamilan secara teratur sebenarnya
dapat menjamin akses terhadap perawatan yang sederhana dan murah
yang dapat mencegah kematian ibu karena eklampsia.
B. Angka Kematian BayiIMR (Infant Mortality Rate) atau Angka
Kematian Bayi (AKB) di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh faktor
pendidikan, sosial dan ekonomi di wilayah tersebut. Dan kebijakan
pemerintah untuk menekan tingkat kematian bayi di Indonesia sangat
berperan untuk meningkatkan angka harapan hidup bayi.
Secara matematis Angka Kematian Bayi dirumuskan :
Beberapa faktor penyebab kematian bayi adalah:
Faktor ibu (umur, paritas, dan interval kelahiran)
Lingkungan (kondisi udara, air, makanan, serangga yang
menyebabkan penyakit)
Adanya faktor politik (perang, bom)
Sistem kekebalan tubuh yang lemah
Pada dasarnya penyebab utama kematian ibu dan neonatal adalah
sama, yaitu akses perawatan yang krang baik serta status sosial ibu
yang rendah. Rancangan penelitian adalah cross-sectional dari data
mortalitas SKRT 2001 yang berintegrasi dengan Susenas 2001.
Rancangan sampel dari Susenas 2001 dipakai sebagai rancangan sampel
studi mortalitas SKRT 2001. Sampling Susenas 2001 berdasarkan
prosedur PPS (Probability Proportional to Size) selection dari blok
sensus terpilih. Untuk setiap blok sensus terpilih diambil secara
systematic random sampling sebesar 16 rumah tangga. Jumlah rumah
tangga terpilih adalah sebesar 211.168 rumah tangga dengan 3677
kasus kematian.
Variabel-variabel yang dilakukan untuk penelitian adalah
penyebab kematian bayi baru lahir, kesehatan ibu ketika hamil,
akses perawatan ibu selama hamil, persalinan, dan bayi baru lahir.
Pembatasan penelitian ini adalah terbatas hanya pada kasus bayi
yang meninggal (survey mortalitas) dan tidak memiliki kasus bayi
yang hidup (survive).Grafik 2.3 Kematian Neonatal Menurut Wilayah
Di Indonesia, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes
Grafik 2.4 Kematian Neonatal Menurut Wilayah Perkotaan/Pedesaan,
2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes
Grafik 2.5 Kematian Neonatal Menurut Umur Kematian, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan LitbangkesGrafik 2.6
Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan LitbangkesGrafik 2.7
Kematian Neonatal Menurut Penolong Persalinan Pertama, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan LitbangkesGrafik 2.8
Kematian Neonatal Menurut Tempat Bersalin, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes
Grafik 2.9 Kematian Neonatal Menurut Jenis Kelamin, 2001
Sumber: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan LitbangkesBayi
meninggal pada bulan pertama kehidupannya dapat di sebabkan karena
ibunya meninggal. Kematian maternal mempunyai implikasi yang luas
kepada seluruh keluarga dan dampaknya melambung melampui generasi.
Yang paling terasa dan cepat dari komplikasi yang menyebabakn
kematian dan disabilitas pada ibu adalah bayi yang mereka lahirkan.
Dari kerangka kopnsep menurut Lawn, penyebab yang mendasari
kematian (underlying cause) neonatal yang berhubungan dengan
masyarakat dan system pemeliharan kesehatan adalah kesehatan ibu
selama kehamilan dan perawatan ketika hamil, besalin, dan
postpartum yang tidak adekuat.
Selain peran kesehatan ibuketika hamil, perawatan yang tidak
adekuat dan tidak tepat selama hamil, bersalin, dan beberapa jam
setelah melahirkan juga mempunyai konsekuensi terhadap terjadinya
kematian bayi barun lahir. Untuk menurunkan angka kematian
neonatal, kunci utama terletak pada kualitas perawatan neonatal
emergensi.
Masih ada factor lain yang berkontribusi terhadap kematian
neonatal, seperti status sosial-ekonomi ibu yang rendah, status
gizi ibu dan fertilitas yang tinggi. Data menunjukan bahwa ada
korelasi antara tingkat tingkat pendidikan ibu dan angka kematian
bayi. Agama, budaya, pengalaman yang lalu dan pendidikan
mempengaruhi persepsi ibu. Factor tersebut mewarnai dengan kuat
kepercayaan masyarakat, pengertian dan penerimaan terhadap
pengobatan tradisional dan modern.
Kontribusi faktor keterlambatan untuk mendapatkan perawatan yang
berkualitas bagi bayi yang sakit merupakan salah satu dari penyebab
kematian neonatal. keterlambatan tersebut adalah ssb;
1. Keterlambatan dalam mengenal masalah ketika di rumah.
2. Keterlambatan dalam memutuskan untuk mencari pengobatan.
3. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas kesehatan akibat
hambatan transportasi dan sumber daya.
4. Keterlambatan dalam menerima perawatan yang berkualitas pada
fasilitas kesehatan.
Kecenderungan Penyakit Penyebab Kematian Bayi dan Anak Balita di
Indonesia
Menurut WHO, setiap tahun lebih dari sebelas juta anak meninggal
karena menderita sakit dan kurang gizi. Tujuh dari sepuluh penyebab
kematian anak di negara berkembang dapat disebabkan oleh lima
penyebab utama atau kombinasinya: pnemonia, diare, campak, malaria,
dan kurang gizi. Dari 10 penyakit tersebut dipilih lima penyakit
terbesar untuk kematian bayi.
Terdapat keberagaman penyakit penyebab kematian pada bayi,
dimana gngguan perinatal (47%) merupakan penyakit kematian bayi
yang banyak terjadi di perkotaan. Sedangkan sistem pernapasan
merupakan penyakit penyebab kematian pada bayi yang banyak terjadi
di pedesaan (32%).
Tingkat kematian berhubungan erat dengan tingkat kesakitan.
Kejadian kematian merupakan terminasi akhir dari berbagai penyebab
terjadi kematian. Dengan melihat penyakit penyebab kematian dari
waktu ke waktu dapat dijadikan bahan evaluasi pelakasnaan
pembangunan kesehatan.
Secara umum gangguan perinatal merupakan masalah utama pada
bayi. Gangguan ini terjadi pada usia 0-7 hari termasuk lahir mati.
Kasus kematian perinatal pada studi mortalitas ini dibedakan dalam
dua sebab utama pada janin dan sebab utama pada ibu. Menurut sebab
utama kematian utama pada janin, aspixia lahir (39%), prematur dan
bayi baru lahir (33,2%), serta kelainan bawaan (4,2%). Sedangkan
sebab si ibu yang mempengaruhi janin sebesar 5,1%. Di dunia 3,9
juta bayi meninggal pada usia minggu pertama.
BAB III
METODE
A. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif.
Penelitian yang dilakukan dengan metode ini bertujuan mendapatkan
gambaran atau informasi terhadap objek yang akan diteliti tentang
faktor yang mempengaruhi kematian bayi di wilayah kerja Puskesmas
Banua Padang Kabupaten Tapin khususnya Desa Timbung dan Desa
Shabah.B. Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil
dan nifas di Desa Timbung dan Desa Shabah.
Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu yang sedang hamil
dan nifas pada bulan Oktober 2013 di Desa Timbung dan Desa Shabah
yang ada saat kunjungan rumah atau hadir ke Poskesdes berdasarkan
undangan.Cara pengambilan sampel
Cara pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik
sampel secara random sederhana. Pengambilan sampel ini dilakukan
dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia saat penelitian sedang berlangsung, yaitu ibu hamil dan
nifas yang ada pada saat kunjungan rumah serta ibu hamil dan nifas
yang hadir ke Poskesdes berdasarkan undangan. C. Jenis dan Cara
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari
hasil wawancara berdasarkan kuesioner. Alat pengambilan data/
instrumen adalah kuesioner.Data primer diperoleh dari hasil
wawancara berdasarkan alat pengambil data / instrumen yaitu
kuesioner.Data sekunder di dapat dari data kependudukan yang
dimiliki Bidan Desa Timbung dan Shabah serta data Pemantauan
Wilayah Sekitar-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) Puskesmas Banua
Padang bulan Januari-September 2013.
D. Langkah-langkah Pelaksanaan Mini Project
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan gambaran
mengenai faktor yang mempengaruhi tingginya kematian bayi di Desa
Timbung dan Desa Shabah, antara lain:
1. Mencari masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Banua Padang berdasarkan data yang ada di Puskesmas Banua
Padang. Ditemukan bahwa Angka Kematian Bayi (terutama di Desa
Timbung dan Desa Shabah) tinggi.
2. Mencari referensi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingginya AKB (Angka Kematian Bayi).
3. Melakukan wawancara dengan petugas kesehatan yang berhubungan
dengan Kesehatan Ibu dan Anak (terutama Bidan Desa Timbung dan
Shabah) untuk mengetahui gambaran umum mengenai faktor penyebab
tingginya Angka Kematian Bayi.
4. Mengumpulkan dan menganalisis data sekunder yang didapat dari
data Pengawasan Wilayah Sekitar Kesehatan Ibu dan Anak
(PWS-KIA).
5. Menyusun metode penelitian dan membuat kuesioner yang akan
digunakan sebagai instrumen pengumpulan data primer.6. Melaksanakan
penyebaran kuesioner kepada responden di Desa Timbung dan
Shabah.
7. Menganalisis data primer dan data sekunder yang sudah di
dapat sebelumnya. Lalu Menyimpulkan penyebab masalah.
8. Menentukan alternatif pemecahan masalah kemudian menyusun
rencana penerapan.9. Penyusunan laporan.
Gambar 3.1 Siklus Pemecahan Masalah
Langkah yang digunakan dalam mini project ini mengacu pada
siklus pemecahan masalah. Pada langkah awal, penulis
mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan Kepala Puskesmas
Banua Padang dan beberapa petugas kesehatan lainnya. Didapatkan
bahwa Angka Kematian Bayi masih tinggi terutama pada Desa Shabah
dan Desa Timbung sehingga masalah ini yang penulis angkat sebagai
topik permasalahan yang akan diselesaikan.
Penulis selanjutnya menentukan penyebab masalah yang mungkin
melalui wawancara dengan petugas kesehatan terkait, yaitu bidan
Desa Timbung pada tanggal 1 Oktober 2013 dan bidan Desa Shabah pada
tanggal 5 Oktober 2013. Selain itu, dicari juga kemungkinan
penyebab melalui tinjauan pustaka dari berbagai referensi. Kemudian
penyebab masalah yang mungkin dikonfirmasi melalui penelitian
secara deskriptif. Penelitian dilakukan dengan wawancara terarah
menggunakan instrumen kuesioner kepada responden pada tanggal 8, 9
dan 10 Oktober 2013. Data yang didapat melalui kuesioner dianalisa
dan dibandingkan dengan data sekunder untuk menentukan penyebab
masalah yang paling mungkin.
Selanjutnya, setelah didapatkan penyebab masalah yang paling
mungkin, penulis menyusun rencana pemecahan masalah untuk
diterapkan. Penentuan pemecahan ini sebelumnya didiskusikan dengan
beberapa tenaga kesehatan terkait. Pemecahan masalah yang dipilih
adalah sebagai berikut:1. Penyuluhan Umum Ibu Hamil
Penyuluhan disampaikan bersama pada saat ibu hamil memeriksakan
diri ke Posyandu. Tema yang disampaikan mengenai bahaya yang dapat
terjadi selama hamil, bersalin dan melahirkan berikut cara
mengatasinya. Tujuan diadakan penyuluhan ini adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan mengarahkan ibu hamil agar
merencanakan kelahirannya pada sarana kesehatan.
2. Penyuluhan Kader
Penyuluhan kader disampaikan bersamaan dengan Penyuluhan Umum
Ibu Hamil. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan kader
agar selanjutnya dapat turut menyampaikan informasi kepada
masyarakat.
3. Konsultasi Pribadi Ibu Hamil
Konsultasi ditujukan kepada ibu hamil yang usia kehamilannya
lebih dari delapan bulan (mendekati kehamilan). Konsultasi ini
tujuannya adalah memberikan informasi pemantapan secara personal
kepada ibu hamil yang akan melahirkan agar merencanakan
kelahirannya pada sarana kesehatan. Konsultasi dilakukan secara
persuasif dan berorientasi pada keselamatan pasien.
Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dalam satu hari sekaligus
untuk satu tempat (Posyandu), dengan tanggal pelaksanaan sebagai
berikut:1. Posyandu Tampunang, Desa Shabah: kamis, 7 November
2013
2. Posyandu Desa Timbung
: senin, 11 November 2013
3. Posyandu Desa Shabah
: kamis, 21 November 2013.BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Puskesmas Banua padang memiliki wilayah kerja seluas 149,98 km2
yang mencakup 12 desa dengan jumlah penduduk sebesar 11.621
jiwa.
Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang terdiri dari 12 desa,
yaitu:
1. Desa Paring Guling
2. Desa Rantau Bujur
3. Desa Hangui
4. Desa Linuh
5. Desa Kalumpang6. Desa Shabah
7. Desa Timbung
8. Desa Purut
9. Desa Banua Padang
10. Desa Banua Padang Hilir
11. Desa Bungur Lama
12. Desa Bungur Baru.Wilayah kerja Puskesmas Banua Padang
berbatasan dengan:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Tapin Utara.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapin
Selatan.
3. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Piani.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tapin Tegah.
Gambar 4.1 Peta wilayah kerja Puskesmas Banua Padang
B. Profil Desa Timbung
1. Data geografis
Desa Timbung terletak di Kecamatan Bungur Kabupaten Tapin. Jarak
dengan ibukota kecamatan atau Puskesmas adalah 3,5 Km. dan jarak
dari ibukota Kabupaten atau RSUD Datu Sanggul Rantau adalah 6 Km.
Dengan Wilayah 1,50 Km2. Terdiri atas 2 RT dan 1 RW.
Desa Timbung mempunyai batas-batas wilayah:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Banua Padang.
2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tampunang Shabah.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purut.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sandar Kalumpang.
Rata-rata Desa Timbung adalah daratan dengan 2 musim yaitu iklim
hujan terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni, Nopember dan
Desember. Di samping musim kemarau terjadi pada bulan juli sampai
dengan Oktober.
Penduduk yang bermukim di Desa Timbung merupakan sebagian besar
adalah penduduk asli dengan suku bangsa banjar 100% dan seluruhnya
menganut agama Islam. Kultur dan sosial budaya masyarakat Timbung
masih sederhana dan banyak dipengaruhi oleh agama Islam sehingga
masyarakatnya terkenal religius. Ini dapat dilihat dengan maraknya
acara-acara peringatan keagamaan yang diperingati masyarakat
seperti acara baayun anak yang biasa digelar pada bulan rabiul awal
tahun hijriyah atau bulan maulid disamping perayaan keagamaan
lainnya.
Gambar 4.1 Peta Desa Timbung
2. Data demografis
Desa Timbung merupakan desa yang berada di Kecamatan Bungur
dengan jumlah penduduk 626 jiwa. Adapun rinciannya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Data demografi Desa Timbung tahun 2009
DemografiLkPrKK MiskinPUSBumil
RT 111113516342
RT 218319728624
Jumlah penduduk25425444966
Sumber: Data desa 2009
Desa Timbung yang memiliki jumlah KK sebanyak 173 KK dilihat
dari tingkat pendidikannya jumlah putus sekolah (tidak tamat SD
adalah 107 orang. Ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Data penduduk berdasarkan jenis pendidikan Desa
Timbung Tahun 2009
Jenis PendidikanRT 1RT 2Jumlah%
Tidak sekolah278010723,7
Masih SD288411224,8
SD866214832,8
Masih SMP514194,2
SMP2517429,3
Masih SMA4371,6
SMA8081,8
Perguruan Tinggi6281,8
Jumlah189262451100
Sumber: Data desa 2009
Disamping itu jumlah angkatan kerja adalah 451 orang tertapi
yang bekerja hanya 233 orang yaitu sekitar 51,7%. Hal ini terlihat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan jenis pekerjaan Desa Timbung
tahun 2009
Jenis PekerjaanRT 1RT 2Jumlah%
Penduduk tidak bekerja8113721848,3
Petani / kebun465910523,3
PNS4040,9
Swasta586612427,5
Lainnya0000,0
Jumlah189262451100
Sumber Data desa 20093. Sarana prasarana kesehatan
Jumlah Posyandu balita yang ada di Desa Timbung adalah sebanyak
1 buah dengan kader aktif sebanyak 5 orang. Untuk pemenuhan
kebutuhan ait bersih sebagian masyarakat menggunakan hidrant umum
yang dikelola oleh pokmair sebanyak 3 kelompok disamping ada pula 3
KK yang memilih sumur sebagai sarana air bersih keluarga dan ada
pula yang sudah menggunakan PDAM. Sebagian besar masyarakat desa
Timbung masih MCK di sungai, hanya 26 KK saja yang memiliki jamban
keluarga.
Adapun saranan prasarana kesehatan di Desa Timbung dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Data sarana prasarana kesehatan Desa Timbung tahun
2009
Sarana Prasarana KesehatanJumlahKondisiKeterangan
Polindes---
Poskesdes1BaikBerfungsi
Pustu---
Pos Obat Desa---
Bidan desa1PNS
Nakes lainnya---
SAB hidrant umum3BaikBerfungsi
Jamban umum5BaikBerfungsi
Pokmair3Aktif
Sumber: Data desa 2009Poskesdes yang berada di Desa Timbung
ditinggali oleh Bidan Desa yang melayani pertolongan persalinan
sekaligus pelayanan dasar dan emergency karena tidak tersedianya
Nakes lainnya di desa tersebut. Fasilitas di poskesdes mencukupi
untuk pertongan persalinan, pelayanan kesehatan, tempat penyimpanan
obat dan alkes serta sebagai tempat tinggal bagi bidan desa dan
keluarganya.
4. Data Kematian Neonatal
Total kematian bayi tahun 2013 sampai bulan September di Desa
Timbung berjumlah 4 bayi. Data lengkap dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.Tabel 4.4 Tabel data kematian neonatal-perinatal tahun
2013
NoNama BayiUsia IbuANCUmurUsia KehamilanBBLPenyebab
KematianPenolong PersalinanTempat Kejadian
1By. Ny. Maimunah>20 th1x2500 grAsfiksiaBidanBidan
2By. Ny. Aisyah25 th4x7 hari43 mgg2500 grLain-lainBidanR.
Sakit
3By. Rahimah>20 th1xLahir mati32 mgg>2500 grLahir
matiBidanR. Pasien
4By. Siti