LAPORAN TUTORIAL BLOK KULIT SKENARIO 2 BERCAK MERAH DI PIPI KELOMPOK 2 ABDURRAHMAN AFA G 0013001 AHMAD LUTHFI G 0013011 ARLINDAWATI G 0013039 ASMA AZIZAH G 0013043 AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G 0013051 CICILIA VIANY G 0013065 FHANY GRACE LUBIS G 0013095 HANA INDRIYAH DEWI G 00013105 KHANIVA PUTU YAHYA G 0013129 RADEN ISMAIL G 0013193 SANTI DWI CAHYANI G 0013213 SHENDY WIDHA MAHENDRA G 0013217 TUTOR : Penggalih Mahardhika Herlambang, dr.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN TUTORIAL
BLOK KULIT SKENARIO 2
BERCAK MERAH DI PIPI
KELOMPOK 2
ABDURRAHMAN AFA G 0013001
AHMAD LUTHFI G 0013011
ARLINDAWATI G 0013039
ASMA AZIZAH G 0013043
AYATI JAUHAROTUN NAFISAH G 0013051
CICILIA VIANY G 0013065
FHANY GRACE LUBIS G 0013095
HANA INDRIYAH DEWI G00013105
KHANIVA PUTU YAHYA G 0013129
RADEN ISMAIL G 0013193
SANTI DWI CAHYANI G 0013213
SHENDY WIDHA MAHENDRA G 0013217
TUTOR : Penggalih Mahardhika Herlambang, dr.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO II
BERCAK MERAH DI PIPI
Seorang perempuan berusia satu tahun datang berobat diantar oleh
ibunya berobat ke poloklinik kulit dengan keluhan bercak merah pada wajah.
Berdasarkan aloanamnesis, keluhan itu mulai diperhatikan oleh ibunya sejak dua
minggu yang lalu. Bercak kemerahan muncul di pipi kanan dan kiri disertai
sedikit sisik halus. Penyakit ini sering kambuh. Anggota keluarga lainnya belum
pernah menderita keluhan seperti ini, tetapi kakaknya menderita asma yang
berat dan sering dirawat di rumah sakit. Sejak muncul bercak tersebut si anak
sering rewel dan suka mengusap pipinya dengan tangannya.
Pada pemeriksaan fisik dijumpau bercak eritem dengan skuama halus
pada pipi kanan dan kiri. Oleh dokter kemudian diberikan obat berupa krim
yang dioleskan dua kali per hari.
1
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Langkah I: Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa
istilah dalam skenario
Dalam skenario pertama ini kami mengklarifikasi beberapa istilah sebagai
berikut:
1. Eritem: bercak kemerahan pada kulit yang diakibatkan oleh vasodilatasi
kapiler dan bersifat reversible.
2. Skuama: lapisan hasil keratinisasi yang terkelupas
3. Alloanamnesis: adalah anamnesis yang dijawab orang terdekat yang tahu
kondisi pasien ketika pasien gawat darurat atau tidak bisa bicara.
B. Langkah 2: Menetapkan atau mendefinisikan masalah
1. Adakah hubungan usia dengan keluhan pasien?
2. Apa hubungan keluhan pasien dengan kakaknya yang asma?
3. Bagaimana mekanisme becak merah dan kebiasaan mengusap pipi?
4. Apa saja yang menyababkan kekambuhan pada keluhan pasien?
5. Apa saja bentuk lesi kulit?
6. Bagaimana mekanisme sisik halus pada pipi kanan dn kiri pasien?
7. Mengapa dokter memberikan obat dalam bentuk krim?
8. Apa saja diagnosis banding dan patofisiologi keluhan pasien?
9. Bagaimana prognosis, komplikasi dan edukasi pasien?
10. Apa saja pemeriksaan penunjng untuk menegakkan diagnosis?
C. Langkah III: Menganalisis permasalahan dan membuat pertanyaan
sementara mengenai permasalahan (tersebut dalam langkah II)
1. Hubungan usia dengan keluhan pasien
Dari keluhan yang dialami pasien, ujud kelainan kulit, dan riwayat
penyakit, pasien diduga mengalami dermatitis atopi (DA). Di Amerika Serikat,
Eropa, Jepang, Australia, dan negara industri lain, pravelensi D.A pada anak
2
mencapai 10 sampai 20 persen, sedangkan pada dewasa kira-kira 1 sampai 3
persen.
Dermatitis atopi dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: D.A infantil (terjadi
pada usia 2 bulan sampai 2 tahun; D.A anak (2 sampai 10 tahun); dan D.A pada
remaja dan dewasa.
D.A infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai 2 tahun):
D.A paling sering muncu pada tahun pertama kehidupan, biasanya setelah
usia 2 bulan Biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2 bulan. Rasa
gatal yang timbul sangat menggangu sehingga anak gelisah, susah tidur, dan
sering menangis. Sekitar usia 18 bulan mulai tampak likenifikasi. Pada
sebagian besar penderita sembuh setelah usia 2 tahun, mungkin juga
sebelumnya, sebagian lagi berlanjut menjadi bentuk anak. Pada saat itu
penderita tidak lagi mengalami eksaserbasi, bila makan makanan yang
sebelumnya menyebabkan kambuh penyakitnya. (Djuanda Adhi, 2007)
2. Hubungan keluhan pasien dengan kakaknya yang asma
Dari keluhan yang dialami pasien, ujud kelainan kulit, dan riwayat
penyakit, pasien diduga mengalami dermatitis atopi (DA). DA adalah
peradangan kulit kronis residif disertai gatal sering terjadi pada bayi dan anak-
anak. Berhubungan dengan peningkatan IgE dan riwayat atopi keluarga.
Dermatitis atopik merupakan penyakit yang pertama kali muncul dalam
serangkaian penyakit alergi seperti alergi pada makanan, asma, rhinitis
alergika, dan biasanya dimulai sejak tahun pertama kelahiran. Hal ini
menunjukkan bahwa dermatitis atopik adalah entry point dari penyakit alergi
berikutnya (Kim, 2015).
Dalam suatu penelitian yang menguji hubungan dermatitis atopik pada
bayi, sekitar 70% bayi yang mengalami dermatitis atopik pada 3 bulan pertama
sejak lahir di kemudian hari tersensitisasi oleh aeroalergen dalam jangka waktu
5 tahun. Tingkat sensitisasi meningkat hingga 77% pada anak yang kedua
orangtuanya mempunyai riwayat positif dermatitis atopik. Anak dengan
dermatitis atopik yang memiliki riwayat asma dalam keluarganya akan
berkembang menjadi penyakit pernapasan alergi saat anak-anak hingga 80%
3
dan 40-50% di antaranya bermanifestasi sebagai asma. Diperkirakan 15-25%
pasien dengan dermatitis atopik mengalami asma yang menetap. Anak dengan
dermatitis atopik menetap mengalami asma yang lebih buruk daripada anak
yang asma namun tidak mengalami dermatitis atopik .
Pasien asma tanpa dermatitis atopik hingga 41% dalam keadaan baik, 52%
mengalami asma ringan, dan 5% mengalami asma berat. Sebaliknya, di antara
pasien asma dengan dermatitis atopik, 34% dalam keadaan baik, 54%
mengalami asma ringan, dan 11% mengalami asma berat atau meninggal.
Sensitisasi alergen melalui kulit pada pasien dengan dermatitis atopik juga
menimbulkan respon sistemik yang kuat, ditandai dengan kenaikan IgE,
eosinofil, makrofag, dan sel T. Penanda biologi dari aktivitas leukosit telah
terbukti berhubungan dengan keparahan dermatitis atopik dan juga berperan
dalam alergi respiratorik pada individu yang secara genetis mempunyai
predisposisi alergi (Eichenfield et al, 2010).
Etiopatogenesis:
a) Sitokin TH2 pada orang atopi lebih banyak dibanding orang normal,
dan TH1nya menurun
b) Sel T yang teraktivaso di kulit akan menginduksi apoptosis keratinosit
sehingga terjadi spongiosis. Proses ini diperantarai IFN-gama yang dilepaskan
sel T
c) Pada kasus DA kronis ekspresi IL-5 akan mempertahankan eosinofil
hidup lebih lama dan meningkatkan fungsinya
d) garukan kronis dapat memicu terlepasnya TNF-a dan sitokin
proinflamasi yang lain dari epidermis sehingga mempercepat timbulnya
peradangan di kulit DA
e) Sel mononuklear penderita DA meningkatkan aktivitas cAMP sehingga
sel B mensintesis IgE lebih banyak
d) Sel langerhans abnormal di kulit DA mampu menstimulasi sel TH
walopun tanpa adanya antigen. Sel langerhans ini juga mampu bermigrasi ke
kelenjar getah bening dan mensinsitisasi TH naive menjadi TH2.
Gejala:
• Kulit kering, pucat, lipid di epidermis berkurang
4
• Pruritus hilang timbul sepanjang hari, memberat saat malam hari
• Garukan dapat memicu munculnya papul, eritema, likenifikasi, eksudasi
dan krusta
(Djuanda Adhi, 2007)
3. Mekanisme bercak merah dan kebiasaan mengusap pipi
Pada dermatitis atopi, biasanya anak mulai menggaruk setelah berumur 2
bulan. Rasa gatal yang timbul sangat menggangu sehingga anak gelisah, susah
tidur, dan sering menangis. (Djuanda Adhi, 2007). Rasa gatal ini yang
membuat anak sering menusap pipinya.
4. Dijadikan LO
5. Apa saja bentuk lesi kulit?
Lesi Primer :
• Makula – Pergantian warna permukaan kulit tanpa elevasi atau depresi.
Ukuran 5hingga 10 mm
• Patch – Merupakan makula tetapi pada ukuran yang lebih luas. Ukuran
lebih luas dari 10 mm
• Papul- Merupakan elevasi solid tanpa tampak suatu cairan. Diameter lesi
kurang dari 5 mm
• Plak – Plak dideskripsikan sebagai lesi papul yang luas. Biasanya ukuran
lesi lebih dari 1 cm.
• Nodul – Secara morfologis sama dengan papul, bedanya adalah pada
ukuran yang berkisar, tetapi lebih luas dari 5 hingga 10 mm, dan letak lesinya
di dermis
• Vesikel – Vesikel merupakan elevasi yang berisi cairan dengan ukuran
lesi di antara 5 hingga 10 mm
• Bulla – Bulla merupakan lesi vesikel yang luas dengan ukuran lebih dari
10 mm dan berisi cairan serous atau seropurulen
• Pustul – pustul merupakan elevasi kecil pada kulit yang berisi material
purulen yang berawan.
5
• Kista – Merupakan ruang berbatas epitel yang berisi material cair, solid
atau semi-solid
• Erosi – Erosi merupakan diskontinuitas pada kulit yang memperlihatkan
hilangnya epidermis, lesi berbatas tegas dan permukaanya terdepresi
• Ulkus – Ulkus merupakan diskontinuitas kulit yang memperlihatkan
hilangnya epidermis, dermis, bahkan jaringan subkutan.
• Fissura – Fissura merupakan lesi yang sempit tetapi dalam