BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum TDS dan TSS adalah : 1. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang diteliti. 2. Untuk mengetahui atau mengukur total suspended solid sampel air yang diteliti. 1.2. Landasan Teori 1.2.1. Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan 1.2.1.1. Pendahuluan Peranan pembangunan, khususnya untuk bahan galian industri tidak dapat dipisahkan dari kepentingan masyarakat. Penambangan endapan intan sekunder skala kecil (tambang rakyat) di Desa Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan selain dapat menambah pendapatan devisa negara, juga telah memberikan lapangan pekerjaan. Penambangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum TDS dan TSS adalah :
1. Untuk mengetahui atau mengukur total dissolved solid sampel air yang
diteliti.
2. Untuk mengetahui atau mengukur total suspended solid sampel air yang
diteliti.
1.2. Landasan Teori
1.2.1. Kajian Upaya Mengurangi Pencemaran Air Limbah Akibat
Penambangan Endapan Intan
1.2.1.1. Pendahuluan
Peranan pembangunan, khususnya untuk bahan galian industri
tidak dapat dipisahkan dari kepentingan masyarakat. Penambangan
endapan intan sekunder skala kecil (tambang rakyat) di Desa
Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota
Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan selain dapat menambah
pendapatan devisa negara, juga telah memberikan lapangan
pekerjaan. Penambangan endapan intan sekunder dilakukan secara
tambang terbuka dengan sistem tambang semprot yang
dikombinasikan dengan mesin penyedot air dan material. Material
hasil penyedotan (penambangan) kemudian disaring menggunakan
grizzly dan sluice box untuk memisahkan ampas (tailing) dengan
material yang mengandung intan (konsentrat). Material yang
mengandung intan (konsentrat) yang diperoleh, kemudian
dilakukan pendulangan untuk mendapatkan intan.
Bagi penduduk Desa Cempaka, mendulang intan merupakan
mata pencaharian turun temurun. Para penambang bekerja secara
kelompok dengan menggali lubang tambang sampai kedalaman 15
m, baik itu menggunakan peralatan sederhana maupun tambang
semprot. Hasil penambangan selanjutnya dilakukan pencucian dan
pendulangan untuk mencari sebutir intan, selain intan kadang-
kadang ditemukan batu akik dan butiran emas. Intan yang didapat
berupa intan mentah (galuh), intan mentah kemudian dibersihkan
dan digosok untuk dijadikan perhiasan. Salah satu tempat
penggosokan intan yang terkenal di Martapura, adalah
penggosokan Intan Tradisional Kayu Tangi Martapura.
Kegiatan penambangan endapan intan sistem semprot ini
menimbulkan beberapa masalah seperti perubahan kondisi
lingkungan baik secara fisik dan kimia tanah, kualitas air tanah dan
air permukaan, serta topografi lahan. Penambangan endapan intan
dengan kombinasi proses penyemprotan dan penyedotan
menghasilkan material lepas (kerakal dan kerikil) serta lumpur
dalam jumlah yang besar sebagai limbah. Limbah ini akan
mengendap di sepanjang aliran sungai atau di tempat-tempat yang
rendah di sekitar lokasi penambangan, sehingga menyebabkan
pendangkalan sungai dan pencemaran lingkungan. Pencemaran
lingkungan terutama berupa kekeruhan air, total suspended solid
(TSS), besi (Fe), dan minyak. Kandungan TSS yang tinggi dalam
air (badan sungai) menyebabkan byologycal oxigen demand (BOD)
menjadi rendah, sehingga dapat menghambat proses penetrasi sinar
matahari dalam air dan mengganggu kehidupan biota air.
Sedangkan kandungan besi (Fe) dan minyak yang tinggi akan
berpengaruh terhadap pemanfaatan air; misal untuk bahan baku air
minum, perikanan maupun pengairan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji upaya mengurangi
konsentrasi bahan pencemar pada air limbah penambangan
endapan intan sekunder dengan membuat kolam-kolam
pengendapan (IPAL Komunal), sehingga kekeruhan air dan
konsentrasi bahan pencemar menurun. Endapan lempung yang
dihasilkan kemudian diambil untuk diamankan, pada paska
tambang lempung dapat dimanfaatkan sebagai material pengisi
lubang bekas tambang atau dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.
Sedangkan air limbah dengan bahan pencemar yang
konsentrasinya sudah berkurang, baru di buang ke perairan umum.
Efek total dari proses tersebut adalah upaya mengurangi adanya
pencemaran lingkungan akibat penambangan endapan intan.
Batasan masalah dalam penelitian adalah kajian upaya
mengurangi konsentrasi bahan pencemar hasil penambangan intan
sekunder menggunakan 4 (empat) kolam pengendapan yang
dilengkapi dengan saluran air sebagai inlet dan outlet. Unsur-unsur
pencemar logam berat seperti Fe, Mn, Cu, Cd, Zn, dan Pb; serta
adanya pencemaran tanah (lahan) dan air bawah permukaan tanah
tidak dibahas.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan acuan dalam perencanaan reklamasi paska tambang endapan
intan skala kecil pada khususnya, dan penerapannya dalam industri
pertambangan pada umumnya.
1.2.1.2. Metode Kajian
Metode kajian yang digunakan dalam penelitian adalah metode
deskriptif, yaitu dengan melakukan pengukuran dan pengambilan
contoh air limbah di lapangan serta analisis di laboratorium.
Pengukuran dilakukan terhadap dimensi kolam pengendapan
limbah, pengambilan contoh air limbah tambang pada kolam
pengendapan 1, 2, 3, dan 4. Analisis limbah cair dilakukan
berdasarkan prosedur analisis dari Standar Nasional Indonesia
tentang Air dan Limbah.
Semua Pengujian sampel limbah cair di lakukan di Balai Besar
Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular Banjarbaru, Kalimantan Selatan pada tahun 2010.
Evaluasi kualitas air dilakukan dengan cara membandingkan
hasil analisis air limbah hasil pengendapan (physical treathment)
dengan kriteria standar baku kualitas air berdasarkan kelas (Kelas I,
II, III, dan IV) Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No.5 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
1.2.1.3. Keadaan Umum Daerah Kajian
Lokasi kegiatan penambangan endapan intan terletak di Dusun
Pinang, Kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka, Kota
Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Lokasi penelitian dapat
dicapai menggunakan kendaraan roda empat dari Kota Banjarmasin
dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Berdasarkan hasil pencacahan
Sensus Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Kota Banjarbaru
adalah 199.359 orang, yang terdiri atas 101.938 laki-laki dan
97.421 perempuan.
Penduduk Kota Banjarbaru terkosentrasi di lima kecamatan
yaitu (Tabel 1): Cempaka 28.328 orang (14,21 %), Landasan Ulin
51.475 orang (25,82 %), Banjarbaru Utara 42.651 orang (21,39),
Banjarbaru Selatan 42.337 orang (21,24 %), dan Liang Anggang
34.568 orang (17,34 %). Geologi daerah Cempaka secara umum
dicirikan dengan adanya sebaran batuan sedimen secara dominan
yang berumur Tersier - Kuarter, dan sebagian kecil batuan beku
berumur Pra Tersier. Formasi Pitanak (Kvpi) berumur Kapur Akhir
dengan bidang kontak tektonik berbatasan dengan batuan ultrabasa.
Gambar Lokasi Kegiatan Penambangan Endapan Intan Sekunder
Formasi Pitanak berupa lava andesit berwarna kelabu dalam
keadaan segar dan coklat bila lapuk, porforitik plagioklas,
berasosiasi dengan breksi vulkanik. Formasi Keramaian (Kak)
berumur Kapur Akhir dengan bidang kontak tektonik berbatasan
dengan batuan Formasi Pitanak (Kvpi). Formasi Keramaian
terdiri atas perselingan batupasir, batulanau dan batulempung,
dimana juga terdapat sisipan batugamping, konglomerat
berasosiasi dengan rijang. Formasi Tanjung (Tet) berumur Eosen,
merupakan batuan sedimen Tersier tertua yang menindih secara
tak selaras dengan batuan Pra Tersier. Formasi ini terdiri atas
batupasir kuarsa, sisipan batugamping dan batubara dengan lensa
batu gamping.
Formasi Berai (Tomb) dengan umur Oligomiosen, menindih
selaras di atas Formasi Tanjung (Tet). Formasi ini berupa