LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMENKromatografi Lapis
Tipis
KELOMPOK 1 :ADHI PRAYOGATAMA(061440411693)ADI AGUSTIANSYAH
(061440411694)AGUNG ADITYA P(061440411695)AKHMAD HAFIZ
A(061440411696)APRIANSYAH (061440411697)CHERLY
MEIGITA(061440411698)DELI KUSUMA W(061440411699)ENDAH DHITA P
(061440411700)KELAS : 2EGCInstruktur : Ir.K.A Ridwan,M.T.
JURUSAN TEKNIK KIMIAPROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA2014/2015KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
(KLT)
I. TUJUAN PERCOBAANSetelah melakukan percobaan ini, mahasiswa
diharapkan dapat: Melakukan analisa sampel (zat warna) secara
kromatografi lapis tipis
II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKANa. Alat yang Digunakan Pelat
TLC Chamber Chromatographyb. Bahan yang Digunakan Toluen Benzen
Sikloheksan Zat warna
III. DASAR TEORIKLT (kromatgrafi Lapis Tipis)/TLC (Thin Layer
Chromatography) merupakan salah satu cara untuk memisahkan dan
menganalisa zat dalam jumlah yang kecil. Pada TLC, adsorben
tersebar secara merata dalam permukaan gelas dan membentuk suatu
lapisan tipis, terbentuk pita-pita yang tidak horizontal, maka
sulit untuk mengumpulkan komponen-komponen. Ujung dari pita kedua
akan terbawa sebelum seluruh pita pertama keluar dari kolom. Ada
dua factor penyebab masalah ini yaitu permukaan atas dari adsorben
tidak rata serta kolom tidak benar-benar vertical.Fenomena lain
adalah terbentuknya lengkungan pada salah satu sisi pita. Hal ini
dapat terjadi bila ada ketidakteraturan pada permukaan adsorben
atau terdapat gelembung udara pada kolom.Pada TLC, cuplikan yang
akan dipisahkan atau dianalisa diteteskan pada pelat dengan
menggunakan kapiler. Pemisahan dapat terjadi dengan memasukkan
pelat ke dalam chamber (kamar) yang telah jenuh dengan pelarut.
Pelarut akan naik secara perlahan-lahan sepanjang pelat tersebut.
Cuplikan akan terdistribusi antara fasa diam (adsorben) dan fasa
gerak (pelarut). Sebagai fase gerak umumnya zat yang kurang polar
dibandingkan dengan fasa diam sehingga komponen dalam cuplikan yang
kurang polar akan bergerak lebih cepat dari komponen cuplikan yang
lebih polar. Bila larutan hamper mencapai ujung pelat maka pelat
dikeluarkan dari chamber dan dibiarkan hingga pelarut yang menempel
pada pelat menguap. Akan terlihat noda-noda pada pelat yang
menunjukan jumlah komponen yang ada dalam cuplikan. Perbandingan
antar jarak perjalanan komponen dengan jarak perjalanan pelarut
disebut Rf. Rf dinyatakan dengan bilangan dan dapat digambarkan
seperti berikut ini.
. . . M
distance travelled by distance travelled bythe solvent the
various dyes
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai
berikut:Rf=
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1,7
cm dari garis awal, sementara pelarut berjarak 5,0 cm sehingga
nilai Rf untuk komponen berwarna merah menjadi:Rf = = 0,34Bila
kondisi pengerjaan sama, maka niali Rf untuk kompoen tertentu
adalah sama. Nilai Rf dapat digunakan untuk mengidentifikasi
komponen.Istilah kromatografi berasal dari bahasa Latin chroma
berarti warna dan graphien berarti menulis.Kromatografi pertama
kali diperkenalkan oleh Michael Tswest (1903) seorang ahli botani
dari Rusia. Michael Tswest dalam percobaannya ia berhasil
memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3) yang
diisikan ke dalam kaca dan petroleum eter sebagai pelarut. Proses
pemisahan itu diawali dengan menempatkan larutan cuplikan pada
permukaan atas kalsium karbonat (CaCO3), kemudian dialirkan pelarut
petroleum eter. Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat
sepanjang kolom sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam
ekstrak tumbuhan. Dalam teknik kromatografi, sampel yang merupakan
campuran dari berbagai macam komponen ditempatkan dalam situasi
dinamis dalam sistem yang terdiri dari fase diam dan fase gerak.
Semua pemisahan pada kromatografi tergantung pada gerakan relatif
dari masing-masing komponen diantara kedua fase tersebut. Senyawa
atau komponen yang tertahan lebih lemah oleh fase diam akan
bergerak lebih cepat daripada komponen yang satu dengan lainnya
disebabakan oleh perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarputan atau
penguapan diantara kedua fase. Kromatografi lapis tipis mirip
dengan kromatogafi lapis tipis (KLT). Bedanya lapis tipis (KLT)
digantikan lembaran kaca atau plastik yang dilapisi dengan lapisan
tipis adsorben seperti alumina, silika gel, selulosa atau materi
lainnya. Kromatografi lapis tipis bersifat boleh ulang
(reprodusibel) dari pada kromatografi lapis tipis (KLT). Adsorben
yang digunakan pada kromatogrfai lapis tipis biasanya terdiri dari
silika gel atau alumina dapat langsung atau dicampur dengan bahan
perekat misalnya kalsium sulfat untuk disalutkan pada pelat. Pada
pemisahannya, fase bergerak akan membawa komponen campuran
sepanjang fase diam pada pelat sehingga terbentuk kromatogram.
Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi. Teknik
kerja KLT prinsipnya hampir sama dengan komatografi lapis tipis
(KLT). Penentuan harga Rf pada KLT sama dengan pada kromatografi
lapis tipis (KLT). Harga Rf dapatdigunakan untuk identifikasi
kualitatif. Untuk tujuan penentuan kadar, bercak komponen dapat
dikerok lalu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai untuk dianalisa
dengan metode lain yang tepat. Aplikasi KLT sangat luas, termasuk
dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat
dipisahkan bersifat hidrofob seperti lipida dan hidrokarbon dimana
sukar bila dikerjakan dengan kromatografi lapis tipis (KLT). KLT
juga penting untuk pemeriksaan identitas dan kemurnian senyawa
obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan.
Kromatografi dapat digolongkan berdasarkan pada jenis fase-fase
yang digunakan.Kromatografi juga dapat digolongkan atas prinsipnya,
misalnya kromatografi partisi (Partition chromatography) dan
kromatografi serapan (Adsorption chromatography).Sedangkan menurut
teknik kerja yang digunakan, misalnya kromatografi kolom,
kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi lapis tipis (KLT) dan
kromatografi gas.Dalam proses kromatografi selalu terdapat
kecenderungan yaitu:a. Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk
melarut dalam cairanb. Kecenderungan molekul-molekul komponen untuk
melekat pada permukaan padatan halus (adsorpsi penyerapan)c.
Kecenderungan komponen-komponen untuk bereaksi secara kimia
(penukar ion)d. Kecenderungan molekul-molekul terekslusi pada
pori-pori fase diam.Faktor reterdasi (Rf ), merupakan parameter
kharakteristik kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi
lapis tipis. Harga Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
komponen pada kromatogram dan pada kondisi tetap merupakan besaran
kharakteristik dan reproduksibel. Rf didefenisiskan sebagai
perbandingan jarak yang ditempuh komponen terhadap jarak yang
ditempuh pelarut (fase bergerak).Hubungan ini berlaku jika Kd dan
penampang lintang tidak tetap sepanjang lintasan zat
terlarut.Pemilihan pelarut tergantung dari campuran sampel yang
diteliti. Pelarut yang cocok untuk pemisahan merupakan campuran dua
pelarut, sehingga nilai Rf senyawa-senyawa dalam campuran sampel
tersebar di sepanjang lapis tipis (KLT). Nilai pH pelarut juga
harus diperhatikan, karena banyak pelarut yang mengandung asam
asetat atau ammonia yang menghasilkan lingkungan yang sangat asam
atau sangat basa.Keuntungan pemisahan dengan metode kromatografi
dibandingkan pemisahan metode lainnya yaitu:a. Dapat digunakan pada
sampel atau konstituen yang sangat kecil (semi mikro dan mikro)b.
Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organic multi
komponenc. Proses pemisahan dalat dilakukan dalam waktu yang
relative singkatd. Seringkali murah dan sederhana, karena umumnya
tidak memerlukan alat yang mahal dan rumit. Untuk tujuan
identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan nilai
Rfnya. Nilai Rf adalah rasio jarak yang dipindahkan oleh suatu zat
terlarut terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut
selama waktu yang sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu senyawa
yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa
system pelarut berbeda memberikan bukti yang kuat bah bahwa nilai
untuk kedua senyawa tersebut adalah identic, terutama jika senyawa
tersebut dijalankan secara berdampingan di sepanjang pita lapis
tipis (KLT) yang sama. Beberapa kelebihan dari KLT yaitu sebagai
berikut :1. Waktu pemisahan lebih cepat2. Sensitif, artinya
meskipun jumlah cuplikan sedikit masih dapat dideteksi.3. Daya
resolusinya tinggi, sehingga pemisahan lebih sempurna.Pemilihan
sistem pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan oleh prinsip
kromatografi yang akan digunakan. Untuk meneteskan sampel yang akan
dipisahkan digunakan suatu penyuntik berukuran mikro. Sampel harus
nonpolar dan mudah menguap. Kolom-kolom dalam pelat dapat
diciptakan dengan mengorek lapisan vertikal searah gerakan pelarut.
Resolusi KLT jauh lebih tinggi daripada kromatografi lapis tipis
(KLT) karena laju difusi yang luar biasa kecilnya pada lapisan
pengadsorbsi. Semua teknik yang dipakai krometografi lapis tipis
(KLT) juga dapat digunakan untuk kromatografi lapis tipis.Nilai Rf
dipengaruhi oleh ketebalan lapisan, sebagian besar prosedur
pemisahan untuk analisis kualitatif menggunkan ketebalan lapisan
250 m dan untuk anlisis preparatif digunakan ketebalan sampai 5 mm.
Kadang-kadang digunakan kalsium sulfat sebagai adsorben untuk
mengikat lapisan pada lempeng. Silika gel adalah bahan yang paling
banayak digunakan untuk pemisahan sejumlah besar senyawa. Hal yang
harus diperhatikan adalah atmosfer ruang pemisahan harus jenuh
dengan pelarut, karena menentukan besar kecilnya nilai Rf. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan wadah sekecil mungkin dan
menghubungkan dinding dengan lapis tipis (KLT) yang terendam dalam
pelarut.Teknik pemisahan dalam kromatografi ada dua macam, yaitu
:1. Descending-chromatografy adalah yang berdasarkan cairan
pengelusi yang dibiarkan bergerak menuruni lapis tipis (KLT) akibat
gaya gravitasi.2. Ascending-chromatografy yaitu pemisahan yang
berdasarkan cairan pengelusi bergerak ke atas dengan gaya
kapiler.Kromatografi juga bisa digunakan untuk memisahkan substansi
campuran menjadi komponen-komponennya .Dalam kromatografi lapis
tipis, fase diam adalah lapisan tipis jel silika atau alumina pada
sebuah lempengan gelas, logam atau plastik
Gambar 4.Skema alat TLCBagian-bagian TLC Pelat : berupa kaca
yang dilapisi fase diam seperti CaCO3 Chamber : tempat memasukkan
pelarut( fase gerak) dan pelat (fase diam) Fase diam : zat padat
inert yang melapisi pelat Fase gerak : zat cair (pelarut organik)
seperti etanol yg membawa cuplikan Prinsip Kerja TLC
Perhitungan dalam TLCNilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Rf =
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf pada TLC Struktur kimia
darei senyawa yang dipisahkan Sifat dari penyerap dan derajat
aktifasinya Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap Kemurnian
pelarut (fase gerak) Jumlah cuplikan yang digunakan Suhu
kesetimbangan
IV. PROSEDUR PERCOBAAN1. Pelat yang telat selesai dilapisi
silica telah disiapkan2. Telah ditotolkan cuplikan dengan
menggunakan pipa kapiler pada permukaan pelat3. Pelat telah
dimasukkan ke dalam chamber yang berisi pelarut. Dalam hal ini
digunakan larutan ethanol yang bersifat agak polar. Totolan pada
pelat tidak boleh terkena/terendam pelarut.4. Pelarut telah naik
secara perlahan-lahan disepanjang pelat sehingga sampai diujung
yang lain dari pelat. Batas perjalanan pelarut telah ditandai. 5.
Pelat telah dikeringkan dan telah dibandingkan harga Rf dari noda
yang terbentuk.
V. DATA PENGAMATANA. Tabel perbandingan pelarut etanol murni
untuk pelat TLCWarna TintaWarna nodaJarak nodaJarak eluenRf
MerahMerah6,6 cm7,6 cmRf = = 0,8684 cm
BiruBiru5,8 cm7,6 cmRf = = 0,7632 cm
HitamHitam1,7 cm7,6 cmRf = = 0,2237 cm
Biru MerahBiru
Merah6,2 cm
7,4 cm7,6 cm
7,6 cmRf = = 0,8158 cm Rf = = 0,9737 cm
B. Tabel Perbandingan pelarut etanol murni untuk kertas saring
Warna TintaWarna nodaJarak nodaJarak eluenRf
MerahMerah2,9 cm5,7 cmRf = = 0,5088 cm
BiruBiru5,5 cm5,7 cmRf = = 0,9649 cm
Merah HitamHitam
Orange
Hitam
Biru 2,6 cm
3,0 cm
3,4 cm
5,6 cm 5,7 cm
5,7 cm
5,7 cm
5,7 cmRf = = 0,4561 cm Rf = = 0,5263 cm Rf = = 0,5965 cm Rf = =
0,9825 cm
Biru Hitam Biru
Orange
Hitam 5,6 cm
3,5 cm
4,4 cm 5,7 cm
5,7 cm
5,7 cm
Rf = = 0,9825 cm Rf = = 0,6140 cmRf = = 0,7719 cm
C. Tabel Perbandingan pelarut etanol murni+air untuk kertas
saring Warna TintaWarna nodaJarak nodaJarak eluenRf
MerahMerah2,7 cm5,8 cmRf = = 0,4655 cm
BiruBiru3,2 cm5,8 cmRf = = 0,5517 cm
HitamOrange
Ungu
Biru 1 cm
1,3cm
2 cm
5,8 cm
5,8 cm
5,8 cm
Rf = = 0,1724 cm Rf = = 0,2241 cm
Rf = = 0,3448 cm
Biru Merah Ungu
Biru2 cm
4 cm
5,8 cm
5,8 cm
Rf = = 0,3448 cm Rf = = 0,6897 cm
VI. ANALISA PERCOBAAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui cara
pemisahan dengan metode cara pemisahan dengan metode kromatografi
lapis tipis (KLT) dan menentukan pigmen warna dalam tinta dengan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Tinta yang digunakan dalam
percobaan ini adalah tinta berwarna merah,biru,hitam. Fase diam
yang digunakan dalam percobaan ini adalah alumina yang merupakan
penyusun dari plat tipis (KLT). Pengukuran plat tipis (KLT)
sepanjang 7x3 kemudian diberi batas garis atas 1 cm dan bawah 1,5
cm atau spot. Selain menggunakan pelat TLC, pada percobaan kali ini
digunakan juga kertas saring sebagai fase diam. Pembuatan batas
dilakukan dengan menggunakan pensil dikarenakan bahan pensil tidak
dapat bereaksi dengan pelarut (eluen) yang digunakan. Fase gerak
yang digunakan pada percobaan kali ini adalah etanol yang merupakan
pelarut semipolar sehingga komponen dalam tinta yang bersifat polar
dan non polar dapat dipisahkan akibat perbedaan kelarutan dari
setiap komponen.Berdasarkan hasil pengamatan pada media pertama
yaitu pelat TLC dan etanol sebagi eluennya untuk warna tinta merah
didapatkan warna noda berwarna merah dengan jarak noda 6,6 cm dan
jarak eluen 7,6 cm sehingga didapat Rf sebesar 0,8684. Untuk warna
biru yaitu warna noda yang dihasilkan biru dengan Rf 0,7632,warna
hitam memiliki warna noda hitam dengan Rf 0,2237,sedangkan untuk
campuran warna biru dan merah didapatkan noda biru dengan jarak 6,2
cm dan merah dengan jarak 7,4 cm sehingga didapat masing-masing Rf
0,8158 dan 0,9737. Begitu juga untuk kertas saring . perbedaan
jarak yang ditempuh zat terlarut disebabkan karena dipengaruhi oleh
kepolaran masing-masing tinta tersebut sehingga harga Rf yang
dihasilkan juga berbeda. Larutan yang bersifat nonpolar akan
memperlambat proses kromatografi komponennya,karena komponennya
bersifat polar,sehingga akan mempengaruhi harga Rf,karena perbedaan
kelarutan serta sifat dari campuran tersebut.
VII. KESIMPULAN1. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk
menganalisa/menentukan komponen zat warna dalam suatu cuplikan
berdasarkan tingkat kepolaran cuplikan itu sendiri2. Pada pecobaan
TLC ini fase geraknya adalah ethanol dan fase diamnya adalah
silica/alumina3. Untuk pelat TLC warna tinta merah didapatkan warna
noda berwarna merah dengan jarak noda 6,6 cm dan jarak eluen 7,6 cm
sehingga didapat Rf sebesar 0,8684. Untuk warna biru yaitu warna
noda yang dihasilkan biru dengan Rf 0,7632,warna hitam memiliki
warna noda hitam dengan Rf 0,2237,sedangkan untuk campuran warna
biru dan merah didapatkan noda biru dengan jarak 6,2 cm dan merah
dengan jarak 7,4 cm sehingga didapat masing-masing Rf 0,8158 dan
0,9737VIII. SARAN Saran untuk percobaan selanjutnya yaitu sebaiknya
plat KLT yang digunakan yaitu menggunakan 2 macam lapisan yang
berbeda yaitu alumina dan titik. Agar pembacaan jarak yang ditempuh
zat pelarut dan zat terlarut dapat dibandingkan hasil yang
diperoleh dari kedua plat yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA Jobsheet Kimia Analitik Instrumen. Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang.http://www.aderana.blogspot.com/2012/06/Kimia-analitik-instrument-kromatografi.html
http://www.google.com/TLC-thinlayerchromatography.html
GAMBAR ALAT
Gambar 1. Gelas kimia Gambar 2. Etanol
Gambar 3.Chambergambar 4. Alat sinar UV