Top Banner
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Nama / NPM : Darwin Kusnadi ( A0112077 ) Dini Yulia H ( A0112081 ) Dita Suryandani ( A0123121 ) Mira Sofa Rahayu ( A0111048 ) Muhlisin ( A0123113 ) Nurul Annisa Komariah ( A0112082 ) Kelas / Kelompok : Karyawan / V Tanggal Praktikum : 4 Desember 2012 Tanggal Masuk Laporan : 11 Desember 2012 Asisten Laboratorium : Melvi Sundalian,S.Farm Wawan Hermawan,S.Farm Rudiyanto,S.Farm NILAI PARAF STABILITAS OBAT
33

LAPORAN STABILITAS OBAT

Aug 10, 2015

Download

Documents

Era Novitasari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN STABILITAS OBAT

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

Nama / NPM : Darwin Kusnadi ( A0112077 ) Dini Yulia H ( A0112081 ) Dita Suryandani ( A0123121 ) Mira Sofa Rahayu ( A0111048 ) Muhlisin ( A0123113 ) Nurul Annisa Komariah ( A0112082 )

Kelas / Kelompok : Karyawan / VTanggal Praktikum : 4 Desember 2012 Tanggal Masuk Laporan : 11 Desember 2012 Asisten Laboratorium : Melvi Sundalian,S.Farm

Wawan Hermawan,S.Farm Rudiyanto,S.Farm

LABORATORIUM FARMASI FISIKASEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

YAYASAN HAZANAH BANDUNG 2012

NILAI PARAF

STABILITAS OBAT

Page 2: LAPORAN STABILITAS OBAT

STABILITAS OBAT

I. T ujuan percobaan :

Mampu menentukan tingkat reaksi penguraian zat aktif dan mampu

memperkirakan masa kadaluarsa zat aktif.

II. Prinsip percobaan

Berdasarkan peruraian sediaan farmasi yang disebabkan oleh kenaikan

suhu.

III. Teori

Untuk mendeteksi perbandingan stabilitas maka dipakai 2 metode yakni (1)

tes daya tahan waktu panjang yang mengantarkan bahwa obat selama ruang waktu

yang diminati disimpan di bawa persyaratan penyimpanan (suhu, cahaya, udara

dan kelembapan) yang dituntut atau diharapkan di dalam lemari pendingin atau

ruang pendingin dan dalam jarak waktu yang cocok dan pada akhir percobaan

dikontrol kandungan bahan obat atau nilai efektifnya, sifat mikrobiologis, maupun

sifat sensoris dan keadaan galeniknya yang dapat dideteksi dengan metode fisika.

(2) tes daya tahan dipercepat dilakukan dibawah pembebanan panas, dengan ini

digunakan membuat peraturan kinetika reaksi, lagi pula penguraian dipelajari

pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu ruang dan kemudian diekstrapolasikan

pada suhu penyimpanan.

(Voight, 1995)

Degradasi kimia konstituen dalam sebuah produk obat sering menyebabkan

kerugian dalam potensi, misalnya, hidrolisis cincin b-laktam hasil benzilpenisilin

dalam aktivitas antimikroba yang lebih rendah. dalam contoh beberapa produk

degradasi dari obat mungkin degradasi beracun suatu eksipien dapat menimbulkan

masalah stabilitas fisik atau mikrobiologis. Pada umumnya, reaksi kimia

berlangsung lebih mudah dalam keadaan cair daripada dalam keadaan padat

Page 3: LAPORAN STABILITAS OBAT

sehingga masalah stabilitas serius lebih umum ditemui dalam obat cair.

(Walter, 1994)

Stabilitas farmasi harus diketahui untuk memastikan bahwa pasien menerima

dosis obat yang diresepkan dan bukan hasil ditemukan degradasi efek terapi aktif.

farmasi diproduksi bertanggung jawab untuk memastikan ia merupakan produk

yang stabil yang dipasarkan dalam batas-batas tanggal kedaluwarsa.

Apoteker komunitas memerlukan pengetahuan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi stabilitas bahwa ia benar dapat menyimpan obat-obatan, pemilihan

wadah yang tepat untuk mengeluarkan obat tersebut, mengantisipasi interaksi

ketika pencampuran beberapa bahan obat, persiapan, dan menginformasikan

kepada pasien setiap perubahan yang mungkin terjadi setelah obat telah diberikan.

Dalam mempertimbangkan stabilitas kimia farmasi yaitu untuk mengetahui

urutan reaksi, yang diperoleh secara eksperimental dengan mengukur laju reaksi

sebagai fungsi dari konsentrasi obat merendahkan. urutan keseluruhan reaksi

adalah jumlah dari eksponen istilah konsentrasi tingkat ekspresi. Urutan

sehubungan dengan tiap reaktan itu eksponen dari istilah konsentrasi individu

dalam tingkat ekspresi. (Parrot, 1978)

Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan

cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis

digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam

penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah:

a.    Kecepatan reaksi

b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi

c.    Tingkat reaksi dan cara penentuannya.

(Anonim, 2010)

Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai

peristiwa ini :

1.    Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang

menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui

hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang

diinginkan dari obat tersebut.

2.    Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam

Page 4: LAPORAN STABILITAS OBAT

bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.

3.    Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan

laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju

pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti

metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur

penglepasan.

4.    Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat

dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.

Konstanta K yang ada dalam hukum laju yang digabung dengan reaksi

elementer, disebut konstanta laju spesifik untuk reaksi itu. Setiap perubahan

dalam kondisi reaksi seperti temperatur, pelarut atau sedikit perubahan dari suatu

komponen yang terlibat dalam reaksi akan menyebabkan hukum laju reaksi

mempunyai harga yang berbeda untuk konstanta laju spesifik. Secara eksperimen,

suatu perubahan konstanta laju spesifik berhubungan terhadap perubahan dalam

kemiringan garis yang diberikan oleh persamaan laju. Variasi dalam konstanta

spesifik merupakan kebermaknaan yang fisik yang penting, karena perubahan

dalam konstanta ini menggambarkan suatu perubahan pada tingkat molekul

sebagai akibat variasi dalam kondisi reaksi.

Konstanta laju yang didapat dari reaksi-reaksi yang mengandung sejumlah

langkah molekularita yang berbeda merupakan fungsi konstanta laju spesifik

untuk berbagai bentuk langkah. Setiap perubahan dalam sifat-sifat dari suatu

langkah yang disebabkan modifikasi pada kondisi reaksi itu atau pada sifat-sifat

dari molekul yang terlibat dalam langkah-langkah ini, akan menyebabkan

perubahan harga konstanta laju keseluruhan. Pada saat variasi dalam konstanta

laju keseluruhan dapat digunakan untuk memberikan informasi yang berguna

mengenai suatu reaksi, segala sesuatu yang mempengaruhi konstanta laju spesifik

akan mempengaruhi laju yang lainnya, maka sulit untuk memberikan arti variasi

dalam konstanta laju keseluruhan untuk reaksi ini. (Martin, 1983)

Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat

yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih tersisa 90 % tidak dapat lagi atau

disebut sebagai sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90 % disebut umur

obat. Orde reaksi dapat ditentukan dengan beberapa metode, diantaranya:

Page 5: LAPORAN STABILITAS OBAT

1) Metode substitusi

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi

disubstitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. jika

persamaan itu menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam batas-batas variasi

percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde tersebut.

2) Metode grafik

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde reaksi

tersebut. Jika konsentrasi di plot terhadap t dan didapat garis lurus, reaksi adalah

orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t menghasilkan

garis lurus. Suatu reaksi orde kedua akan memberikan garis lurus bila 1/ (a-x)

diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1 /(a-x)² terhadap t

menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi mula-

mulanya,reaksi adalah orde ketiga.

3) Metode waktu paruh

Dalam reaksi orde nol, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal, a.

Waktu paruh reaksi orde pertama tidak bergantung pada a; waktu paruh untuk

reaksi orde kedua, dimana a = b  sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde

ketiga, dimana a = b = c, sebanding dengan 1/a². Umumnya berhubungan antar

hasil di atas memperlihatkan waktu paruh suatu reaksi dengan konsentrasi seluruh

reaktan sama. (Martin, 1983)

Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang

mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis. Barangkali

paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi. Bahkan bentuk-

bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari

kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut

Page 6: LAPORAN STABILITAS OBAT

pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat

dalam wadah tertutup kuat. (Martin, 1983)

Ketidakstabilan yang terpenting adalah secara fisika :

a.    Perubahan struktur kristal

Banyak bahan obat menunjukkan sifat polimorf artinya mereka

berkemampuan muntuk muncul dalam modifikasi yang berlainan. Selama

penyimpanan dapat berlangsung perubahan polimorf, yang disebabkan perubhan

lingkungan dalam sediaan obat yang tidak dapat dilihat secara orgaleptik, tetapi

umumnya menyebabkan perubahan dalam sikap pelepasan dan sikap

rebsorbsinya.

b.    Perubahan keadaan distribusi

Melalui efektivitas gravitasi pada cairan sistem berfase banyak

memungkinkan terjadi munculnya pemisahan, yang mula-mula terasakan hanya

sebagai pergeseran tingkat dispersitas yang dapat dilihat secara mikroskopis,

tetapi dalam stadium yang lebih maju dapat juga dilihat secara makroskopis

sebagai sedimentasi atau pengapungan.

c.    Perubahan konsistensi dan agregat

Sediaan obat semi padat seperti salep dan pasta selama penyimpanannya

seringkali mengeras kemudia yang dalam kasus ekstrim mengarahnya padda suatu

kerugian daya penerapannya

d.    Perubahan perbandingan kelarutan

Pada sistem dispersi monokuler misalnya larutan bahan obat dapat

menyebabkan terlampauinya produk kelarutan, dengan demikian terjadi

pemisahan (pengendapan) dari bahan terlarut melampaui perubahan konsentrasi

yang disebabkan oleh penguapan bahan pelarut atau melalui perubahan suhu.

e.    Perubahan perbandingan hidratasi

Melalui pengambilan atau pelepasan dari cairan perbandingan hidratasi

senyawa dipengaruhi dan denggan demikian menentukan sifat. Contoh yang jelas

nyata adalah pencairan atau menjadi kotornya ekstrak disebabkan oleh

higroskopisitas yang besar dari sediaan ini. (Ansel, 1985)

Page 7: LAPORAN STABILITAS OBAT

Kestabilan dari suatu zat merupakan dari suatu zat merupakan faktor yang

harus diperhatikan dalam formulai suatu sediaan farmasi. Hal itu penting

mengingat sediaannya biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan juga

memerlukan waktu yang lama sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya.

Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian

dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat

membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi kestabilan suatu zat hingga dapat dipilih suatu kondisi

pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.

(Anonim, 2010).

Untuk obat tertentu, satu bentuk kristal atau polimorf mungkin lebih stabil

daripada lainnya, hal ini penting supaya obat dipastikan murni sebelum

diprakarsai oleh  percobaan uji stabilitasnya dan suatu ketidakmurnian mungkin

merupakan katalisator pada kerusakan obat atau mungkin menjadikan dirinya

tidak akan stabil mengubah kestabilan fisik bahan obat dan suatu kestabilan obat

yang sempurna.

Interkonveksi bentuk hidrat dan anhidrat dari Ampicilin dapat memiliki efek

yang berkaitan pada laju pelarutan dari formulasi berarti berkaitan juga dengan

ketersediaan hayati. Bentuk dari anhidrat lebih larut dibandingkan dengan berat

murni kelarutannya pada suhu 37º C telah ditentukan bagian fungsi dari pil unuk

ke suatu bentuk Kristal.

Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi dilakukan

pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut disimpan. Misalnya pada

temperatur kamar. Ternyata metode ini memerlukan waktu yang lama dan tidak

ekonomis. Sekarang waktu mempercepat analisis dapat dilakukan test stabilitas

dipercepat yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi.

Dengan membandingkan dua harga K pada temperatur yng berbeda dapat dihitung

energi aktivasinya sehingga K pada suhu kamarpun dapat dihitung. Harga K pada

suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan

demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat.

(Martin, 1983)

Page 8: LAPORAN STABILITAS OBAT

Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang efektif karena

mengalami degradasi. Stabilitas kimia obat sangat penting karena menjadi kurang

efektif karena mengalami degradasi. Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan

racun oleh produk-produk yang berbahaya bagi pasien. Ketidakstabilan

mikrobiologis produk obat yang steril juga bisa berbahaya.

(Anonim, 2010)

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 ALAT

- Gelas ukur

- Labu ukur

- Vial

- Pipet volume

- Alat pemanas

- Spektrofotometer UV/Vis

IV.2 BAHAN

- Kafein

- Aquadest

V. PROSEDUR

Pembuatan Spektrum Absorpsi

Larutan induk zat aktif dibuat dengan konsentrasi yang

telah ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu, panjang gelombang

maksimum zat aktif diukur dengan menggunakan

spektrofotometer UV/Vis.

Pembuatan Kurva Kalibrasi

6 seri larutan dibuat dengan variasi konsentrasi dari larutan

induk yang telah dibuat di atas. Kemudian, absorbansi masing –

Page 9: LAPORAN STABILITAS OBAT

masing larutan dihitung pada panjang gelombang maksimumnya

dan kurva dibuat antara absorbansi terhadap konsentrasi.

Penentuan Stabilitas Obat

Uji stabilitas dipercepat pada suhu 60º, 80º, dan 100ºC. Vial

sebanyak 16 buah disiapkan untuk masing – masing suhu dan diisi

dengan larutan zat aktif sebanyak 5 ml. Kemudian, dipanaskan ke

16 vial tersebut pada suhu yang telah ditetapkan diatas. Setelah 10

menit pemanasan dari masing – masing suhu diambil 2 vial,

kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang

gelombang maksimum dan tentukan konsentrasinya. Konsentrasi

ini merupakan konsentrasi awal untuk tiap – tiap suhu.

Pengukuran tersebut dilakukan pada (t) = 10, 20, 30, 40, 50,

60 dan 70 menit dimana dihitung setelah pengambilan awal.

Konsentrasi masing – masing waktu (t) ditentukan dengan

memasukkan harga absorbansi ke persamaan kurva kalibrasi.

Setelah itu, kurva konsentrasi dibuat terhadap waktu masing –

masing suhu.

VI. Penentuan Waktu Kadaluarsa

Tingkat reaksi penguraian ditentukan berdasarkan kurva

konsentrasi terhadap waktu. Setelah itu, besar energi aktivasi

dihitung dengan persamaan Arrhenius dan waktu kadaluarsa

ditentukan pada suhu kamar.

VII. DATA PENGAMATAN

1. Pembuatan kurva baku

Kadar uji Serapan (A)

6 ppm 1.295

Page 10: LAPORAN STABILITAS OBAT

8 ppm 1.783

10 ppm 1.980

12 ppm 2.365

14 ppm 2.496

16 ppm 2.550

2. Pengamatan kadar sampel uji

a. Suhu 60˚

Waktu

(jam)

pengukuran C Log

CT

1/CT

1 2

0 2.261 2.258 8.492 0 0

0.003 2.247 2.262 8.452 -1.596 -0.627

0.006 2.253 2.250 8.428 -1.296 -0.771

Page 11: LAPORAN STABILITAS OBAT

0.008 2.245 2.242 8.364 -1.174 -0.851

0.011 2.238 2.242 8.336 -1.038 -0.964

0.014 2.235 2.239 8.312 -0.934 -1.070

0.017 2.234 2.232 8.280 -0.851 -1.174

0.019 2.224 2.224 8.208 -0.807 -1.239

b. Suhu 80˚

Waktu

(jam)

pengukuran C Log

CT

1/CT

1 2

0 2.258 2.257 8.480 0 0

0.003 2.250 2.260 8.456 -1.596 -0.627

0.006 2.237 2.242 8.332 -1.301 -.0.768

0.008 2.222 2.234 8.240 -1.180 -0.847

0.011 2.235 2.230 8.276 -1.041 -0.961

0.014 2.219 2.213 8.144 -0.943 -1.060

0.017 2.214 2.218 8.144 -0.859 -1.164

Page 12: LAPORAN STABILITAS OBAT

0.019 2.204 2.206 8.056 -0.815 -1.227

c. Suhu 100˚

Waktu

(jam)

pengukuran C Log

CT

1/CT

1 2

0 2.260 2.259 8.482 0 0

0.003 2.249 2.256 8.436 -1.597 -0.623

0.006 2.237 2.239 8.320 -1.302 -0.768

0.008 2.228 2.229 8.244 -1.181 -0.847

0.011 2.219 2.231 8.216 -1.044 -0.958

0.014 2.228 2.228 8.240 -0.938 -1.066

0.017 2.226 2.220 8.200 -0.856 -1.168

0.019 2.207 2.209 8.080 -0.814 -1.229

Page 13: LAPORAN STABILITAS OBAT

Diketahui y = - 13.91x + 8.494 y = mx+c

Kemiringan (m) = -k / 2.303

-k = m x 2.303

-k = 13.91 x 2.303

k1 = - 32.03473

Diketahui y = -21.88x+ 8.479 y = mx+c

-k = 50.3896

k2 = -50.3896

Page 14: LAPORAN STABILITAS OBAT

Diketahui y = -18.35x + 8.456 y = mx + c

k = - 42.2600

Suhu (0C) Suhu K 1/T k Log k

60 333 0,003000 - 32.03473 -1.506

80 353 0,002832 -50.3896 -1.702

100 373 0,002680 - 42.2600 -1.626

Page 15: LAPORAN STABILITAS OBAT

Diketahui : y = -0.06x – 1.491 y = mx + c

Kemiringan (m) = -Ea/2.303R

-Ea = m. 2.303R

-Ea = (0.06) (2.303) (- 32.03473)

-Ea = -4.42656

Ea = 4.42656 Joule

Log k1 = Log A – Ea . 1

2.303 R T1

0,925 = Log A – 4.42656 . 0.003000

2.303. -32.03473

Log A = -0.000180 + 0,925

Log A = 0.924282

A = -0.033943

VIII. PEMBAHASAN

Stabilitas adalah faktor penting kualitas, keamanan dan kemanjuran dari

produk obat. Sebuah produk obat, yang tidak cukup stabil, dapat mengakibatkan

perubahan fisik (seperti kekerasan, menilai pembubaran, pemisahan fase dll) serta

karakteristik kimia (pembentukan risiko tinggi dekomposisi zat).

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan

karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas,

kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode

penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang

baik dan menghindari efek toksik.

Suatu sediaan farmasi dalam hal ini adalah obat sangat perlu diketahui

kestabilannya, disebabkan oleh biasanya obat diproduksi dalam jumlah yang

Page 16: LAPORAN STABILITAS OBAT

sangat banyak dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ketangan pasien

(masyarakat), sehingga dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama tersebut,

obat ini akan mengalami penguraian yang mana zat urai tersebut dapat bersifat

toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien.

Pada umumnya penentuan kestabilan suatu zat obat dapat dilakukan dengan

cara kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu yang lama sehingga praktis

digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam

penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah :

a.    Kecepatan reaksi

b.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi, seperti suhu,

kekuatan ion dan pengaruh pH

c.    Tingkat reaksi dan cara penentuannya.

Tujuan dari uji stabilitas obat sendiri yaitu untuk menentukan umur simpan

dari suatu sediaan obat dan obat yang beredar tersebut stabil dalam jangka waktu

yang lama yang disimpan dalam suhu kamar.

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan

memahami cara penentuan kestabilan suatu obat, serta menerangkan faktor apa

saja yang mempengaruhi kestabilan suatu bahan obat, penentuan energi aktivasi

dari reaksi penguraian, dan masa simpan suatu zat (bahan obat).

Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil

sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas

diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan

mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu

obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.

Pada uji stabilitas obat terdapat beberapa pereaksi penguraiaan obat yaitu :

a.    Reaksi hidrolisis yaitu reaksi oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion hidrogen

(asam) atau ion hidroksil (basa). Usaha penstabilannya yaitu :

1.    Mengatahui pH dimana stabilitas maksimumnya

2.    Penggunaan larutan dapar pada konstanta seminimal mungkin

3.    Penyimpanan dilakukan pada temperatur kamar

Page 17: LAPORAN STABILITAS OBAT

4.    Menggunakan pelarut bahan air

b.    Reaksi oksidasi yaitu penguraian karena interaksi obat dengan oksigen atau

terbentuk radikal-radikal bebas. Usaha penstabilannya yaitu :

1.    Mengganti udara dengan gas inert

2.    Pelarut bebas logam

3.    Menghindari cahaya

4.    Menyimpan pada suhu rendah

c.    Reaksi isomerisasi yaitu suatu perubahan suatu zat kimia menjadi isomer

optis atau geometrisnya. Usaha penstabilannya yaitu :

1.    Gunakan bentuk aktifnya

2.    Cari pH stabil maksimum

3.    Memperhatikan jenis buffer yang digunakan

4.    Kekuatan ion, gunakan zat-zat yang mudah terion

5.    Pelarut

6.    penyimpanan

d.    Reaksi fotolisis yaitu penguraiaan obat oleh cahaya. Usaha penstabilannya

yaitu :

1.    Sifat molekul obat itu sendiri

2.    pH suatu sediaan

3.    intensitas penyinaran

4.    suhu, kemasan serta sumber radiasi

e.    Reaksi polimerisasi yaitu proses bergabungnya dua atau lebih molekul obat

menjadi struktur yang lebih rumit. Usaha penstabilannya yaitu :

1.    Gunakan pH dan larutan buffer yang sesuai

2.    Penggunaan pelarut dan kekuatan ion

3.    Cahaya dan temperatur yang sesuai

Sehingga untuk menjaga kestabilan obat, obat harus disimpan sehingga

terhindar dari pencemaran dan peruraian, terhindar dari pengaruh udara, panas dan

cahaya. Obat yang mudah menyerap lembab harus disimpan dalam wadah tertutup

rapat berisi kapur tohor. Keadaan kebasahan udara dinyatakan dengan tekanan uap

Page 18: LAPORAN STABILITAS OBAT

air relatif, yaitu perbandingan antara tekanan uap di udara dengan tekanan uap

maksimum pada temperatur tersebut.

T1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu

produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai

dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi

setengahnya. Sedangkan T90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas

waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih

memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.

Pada praktikum stabilitas obat ini bahan yang digunakan adalah asetosal.

Dimana dilakukan penentuan stabilitas obat asetosal menggunakan metode grafik

berdasarkan nilai konstanta kecepatan reaksi, waktu paruh (T1/2) dan T90 (waktu

kadaluarsa)  untuk penentuan umur simpan asetosal dan menggunakan instrumen

spektrofotometer pada berbagai suhu yaitu suhu 600, 800, dan 1000.Dimana

panjang gelombang untuk asetosal adalah 243 nm, sehingga spektroforometer

ditempatkan pada panjang gelombang antara 200 nm-650 nm agar daerah panjang

gelombang yang diperlukan dapat terliputi.

Spektrofotometri UV-Vis adalah gabungan antara spektrofotometri UV dan

Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan

sumber cahaya Visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah

menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu

photodiode yang dilengkapi dengan monokromator.

Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu 600, 800, dan 1000 adalah

dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat

stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Jika

menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan

cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh

waktu yang lama untuk dapat terurai.

Alasan menggunakan suhu yang tinggi karena bila kita ingin mengetahui batas

kestabilan suatu obat (batas kadaluarsanya), maka obat harus disimpan pada

jangka waktu yang lama sampai obat tersebut berubah, hal ini tentu tidak bisa

dilakukan karena keterbatasan waktu, sehingga kita menggunakan suhu yang

tinggi karena uji kestabilan obat dapat dipercepat dengan menggunakan perubahan

Page 19: LAPORAN STABILITAS OBAT

suhu atau menggunakan suhu yang tinggi. Semakin tinggi suhunya maka akan

semakin cepat bahan obat tersebut untuk terurai.

Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea

yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi

aktivasi (Ea) harus ditentukkan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi

pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat

pada temperatur  atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi

aktivasinya. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat

diketahui dengan tepat.

Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat

merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu

sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi

dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami

penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya

hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh

karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat

sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan

obat terjaga.

IX. KESIMPULAN

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain faktor

utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur

yang tidak sesuai, semakin tinggi suhu maka maka stabilitas obat semakin

menurun, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang

mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan,

mikroorganisme dan bahan tambahan.

Page 20: LAPORAN STABILITAS OBAT

X. DAFTAR PUSTAKA

- Anonim. 2010. PENUNTUN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA. Fakultas

Farmasi UMI. Makassar.

- Ansel, Howard C. 1985. PENGANTAR BENTUK SEDIAAN FARMASI

EDISI IV. UI press. Jakarta.

- Martin, Alfred, dkk., 1983. FAMASI FISIKA. UI – Press. Jakarta.

- Voight. R,. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press.

Yogyakarta

Page 21: LAPORAN STABILITAS OBAT

LAMPIRAN

1. Apa yang dimaksud dengan stabilitas dipercepat ?

Uji stabilitas dipercepat adalah pengujian obat yang disimpan pada kondisi

ekstrim di suatu lemari uji yang disebut climatic chamber untuk menjaga

agar suhu ekstrim dan kelembaban terkendali. Obat dalam kemasan

aslinya dipaparkan pada suhu 40 ± 20°C dan kelembaban 75 ± 5% kecuali

untuk obat yang peka terhadap suhu (25°C ± 20°C) dengan kelembaban

ruangan 60±5% dapat dilakukan dengan uji stabilitas jangka panjang.

Rentang waktu pengujian untuk uji stabilitas dipercepat dilakukan pada

bulan 0,1,2,3,dan 6. Biasanya pengujian pada bulan ke-6 hanya untuk

senyawa obat baru. Obat yang disimpan dalam lemari climatic chamber

(pada uji stabilitas dipercepat) dan uji jangka panjang akan diuji kualitas

fisika, kimia maupun mikrobiologinya.

2. Jelaskan mengenai pengaruh suhu terhadap stabilitas suatu obat ?

Secara umum kecepatan reaksi kimia meningkat secara eksponensial

setiap kenaikan 10 derajat suhu. Faktor nyata yg mengakibatkan kenaikan

kecepatan reaksi kimia ini adalah karena aktifasi energi. Waktu simpan

obat pd suhu ruang biasanya akan berkurang ¼ atau 1/25 dari waktu

simpan di dalam refrigrator. Temperatur dingin juga dapat mengakibatkan

ketidakstabilan. Sebagai contoh refrigerator dapat mengkibatkan kenaikan

viskositas pada sediaan cair dan menyebabkan supersaturasi pada kasus

lain, dingin atau beku dapat merubah ukuran droplet pd emulsi, dapat

mendenaturasi protein atau pada kasus tertentu dapat menyebabkan

kelarutan beberapa polimerik obat dapat berkurang.

Sediaan berupa larutan masa simpannya relatif lebih singkat dibandingkan

dengan bentuk sediaan padat, karena sediaan larutan mudah terurai dan

bereaksi dengan keadaan sekitarnya atau lingkungannya (suhu dan

cahaya).

3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi stabilitas obat selain suhu

dan cahaya ?

Faktor – faktor yang mempengaruhi stabilitas obat yaitu

Page 22: LAPORAN STABILITAS OBAT

1. Labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia

masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan.

2. Faktor-faktor luar, seperti Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen,

suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau

mempercepat reaksi degradasi bahan.

3. Faktor biologi : cemaran mikroorganisme

4. pH, dimana reaksi penguraian dari larutan obat dapat dipercepat

dengan penambahan asam (H+) atau basa (OH-) dengan menggunakan

katalisator yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi dan

tidak mempengaruhi hasil dari reaksi.