Top Banner

of 22

(Laporan Vii) Stabilitas Obat 2015 (Wiri Resky Amalia)

Mar 09, 2016

Download

Documents

stabilitas obat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

STABILITAS OBAT

STABILITAS OBATBAB 1 PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangObat secara umum didefinisikan sebagai suatu zat atau bahan yang digunakan untuk mengurangi, mencegah, dan mengobati suatu penyakit. Obat itu sendiri diperoleh dari bahan alam, baik tumbuhan maupun hewan, yang diolah dengan campuran bahan-bahan kimia. Proses pembuatan dilakukan dengan sintesis maupun nonsintesis.Kestabilan suatu obat merupakan faktor yang harus dipertahankan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkannya. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil-hasil uaraian dari zat tersebut berifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat tersebut optimum.Stabilitas obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat, bila suatu obat stabil artinya dalam waktu relatif lama obat akan berada dalam keadaan semula, tidak berubah atau ada perubahan masih dalam batas yang diperbolehkan/sesuai persyaratan. Seorang ahli farmasi mengetahui bagaimana memperkirakan umur suatu obat, karena itu pengetahuan tentang berbagai sifat dari bentuk sediaan adalah penting, karena sifat-sifat tersebut mempengaruhi absorpsi dan keefektifan biologis suatu obat ketika obat tersebut dilepaskan dari sediaannya dan masuk ke dalam tubuh makhluk hidup, penerapan prinsip dan kestabilan obat diperlukan untuk menjamin potensi suatu obat dalam penyimpanan dan penggunaannya.Proses laju merupakan hasil dasar yang perlu diperhatkan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat harus dengan sediaan yang dihasilkan cukup stabil dalam penyimpanan yang cukup lama dimana tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun, ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial dari obat yang dibuatnya.1.1 Tujuan Percobaan1. Menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat.2. Menentukan energi aktivasi dari reaksi penguraian suatu zat.3. Menentukan usia simpan suatu zat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA2.1 Teori UmumStabilitas obat adalah kemampuan obat atau produk untuk mempertahankan sifat dan katakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat atau diproduksi. Identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian dalam batasan yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan (Joshita, 2008 : 4).Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk mempertahankan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum dalam pada etiket dalam batas-batas yang ditentukan oleh United Stated Pharmacopeia (USP). Stabilitas Obat dapat ditentukan dengan menggunakan kinetika kimia, dan saat menetapkan stabilitas obat, orde reaksi dan laju reaksi harus diteliti. Sebagian besar obat dan eksipien terurai pada reaksi orde nol dan orde pertama (Ansel, 2006 : 202 ).Stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia pada sediaan yang dibuat (termasuk eksipien dan sistem kemasan yang digunakan untuk formulasi sediaan) dan fraksi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 5).Beberapa jenis perubahan stabilitas obat atau produk farmasi yang diperlakukan untuk dipertimbangkan adalah perubahan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Stabilitas fisika meliputi penampilan, konsistensi, warna, aroma, rasa, kekerasan, kerapuhan, kelarutan, pengendapan, perubahan berat, adanya uap, bentuk, dan ukuran partikel (Jenkins, 1957 : 73).Stabilitas kimia meliputi degradasi formulasi obat, kehilangan potensi (bahan aktif), kehilangan bahan-bahan tambahan (pengawet, antioksidan, dan lainnya). Stabilitas mikrobiologi meliputi perkembangbiakan mikroorganisme pada sediaan non steril, sterilisasi, dan perubahan fektivitas pengawet (Jenkins, 1957 : 73). Adapun efek-efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi yaitu hilangnya zat aktif, naiknya konsentrasi zat aktif, bahan obat berubah, hilangnya keseragaman kandungan, menurunnya status mikrobiologi, hilangnya kekedapan kemasan, modifikasi faktor hubungan fungsional, serta faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan cahaya (Joshita, 2008 : 8). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain: panas, cahaya, kelembapan, oksigen, pH mikroorganisme, dan bahanbahan tumbuhan yang dipergunakan dalam formula sediaan obat. Sebagai contoh, senyawa-senyawa ester merupakan zat yang mudah terhidrolisis dengan adanya lembab sedangkan vitamin C sangat mudah sekali mengalami oksidasi. Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu obat zat padat dapat dilakukan melalui perhitungan kinetika kimia. Cara ini tidak memerlukan waktu lama sehingga cukup praktis digunakan dalam bidang farmasi (Tim Dosen, 2009 : 77).Sejumlah besar zat kemoterapi modern adalah asam lemah atau basa lemah. kelarutan zat-zat ini dapat dengan mudah atau nyata dipengaruhi oleh pH lingkungan. Melalui pemakaian hukum aksi massa , kelarutan obat obat asam asam lemah maupun basa basa lemah dapat diramalkan, sebagai fungsi pH, dengan derajat ketetapan yang besar. Dalam memilih pH lingkungan untuk kelarutan yang memadai ada beberapa faktor yang lainnya yang perlu diperhatikan , pH memenuhi persyaratan kelarutan tidak harus bertentangan dengan persyaratan produk lain. Jika pH kritis untuk menjaga kelarutan obat , sistem tersebut harus dapar dalam kisaran pH yang diinginkan, dapar harus aman secara biologis, mempunyai sedikit atau tidak mempunyai efek merusak terhadap stabilitas produk akhir (Lachman, 1994 : 1523)Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama untuk sampai ke tangan pasien yang membutuhkan. Obat yang disimpan dalam jangka waktu lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adanya hasil uraian zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan sutau zat sehingga dapat dipilih pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Tim Penyusun, 2008 : 50). Pada umumnya, penentuan kestabilan suatu zat dapat dilakukan dengan cara kinetika kimia karena tidak memerlukan waktu lama. Menurut Hukum Aksi Massa, kecepatan reaksi adalah sebanding dengan hasil kali konsentrasi molar reaktannya yang masing-masing dipangkatkan dengan jumlah molekulnya (Fitrah, 2012 : 13).aA + bB cC + dD a V = K [A] [B]b Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi : (Fitrah, 2012 : 13) 1. Temperatur 2. Kekuatan ion 3. Pengaruh pH 4. Adanya katalis Dahulu untuk mengevaluasi kestabilan suatu sediaan farmasi dilakukan pengamatan pada kondisi dimana obat tersebut disimpan, misalnya pada temperatur kamar. Ternyata metode ini memerlukan waktu lama dan tidak ekonomis. Sekarang untuk mempercepat analisis dapat dilakukan Tes Stabilitas Dipercepat, yaitu dengan mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi. Dengan membandingkan dua harga k dan temperatur yang berbeda dapat dihitung energi aktivasinya sehingga k pada suhu kamar pun dapat dihitung. Harga k pada suhu kamar dapat juga dihitung dari grafik antara log 1 dengan 1/T. Dengan demikian batas kadaluarsa suatu sediaan farmasi dapat diketahui dengan tepat (Fitrah, 2012 : 14).Proses laju merupakan hal dasar yang perlu diperhatikan bagi setiap orang yang berkaitan dengan bidang kefarmasian, mulai dari pengusaha obat sampai ke pasien. Pengusaha obat harus dengan jelas menunjukkan bahwa bentuk obat atau sediaan yang dihasilkannya cukup stabil sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama dimana obat tidak berubah menjadi zat tidak berkhasiat atau racun. Ahli farmasi harus mengetahui ketidakstabilan potensial obat yang dibuatnya. Dokter dan penderita harus diyakinkan bahwa obat yang digunakannya akan sampai pada tempat pengobatan dalam konsentrasi yang cukup untuk mencapai efek pengobatan yang diinginkan (Martin, 1993 724).Beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimaksudkan dalam rantai peristiwa ini (Martin, 1993 : 724) :1. Kestabilan dan tak tercakup proses laju umumnya adalah suatu yang menyebabkan ketidak aktifan obat melalui penguraian obat, atau melalui hilangnya khasiat obat karena perubahan bentuk fisik dan kimia yang kurang diinginkan dari obat tersebut.2. Disolusi, disini yang diperhatikan terutama kecepatan berubahnya obat dalam bentuk sediaan padat menjadi bentuk larutan molekular.3. Proses absorbsi, distribusi, dan eliminasi beberapa proses berkaitan dengan laju absorbsi obat ke dalam tubuh, laju distribusi obat dalam tubuh dan laju pengeluaran obat setelah proses distribusi dengan berbagai faktor, seperti metabolisme, penyimpanan dalam organ tubuh lemak, dan melalui jalur-jalur penglepasan.4. Kerja obat pada tingkat molekular obat dapat dibuat dalam bentuk yang tepat dengan menganggap timbulnya respon dari obat merupakan suatu proses laju.Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil uraian tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga (Anonim, 2015 : 13).Ada beberapa pendekatan untuk kestabilan dari preparat-preparat farmasi yang mengandung obat-obat yang cenderung mengurai dengan hidrolisis.Barangkali paling nyata adalah reduksi atau eliminasi air dari sistem farmasi.Bahkan bentuk-bentuk sediaan padat yang mengandung obat-obat labil air harus dilindungi dari kelembaban atmosfer. Ini dapat dibantu dengan menggunakan suatu penyalut pelindung tahan air menyelimuti tablet atau dengan menutup dan menjaga obat dalam wadah tertutup kuat (Ansel, 1989 : 157).2.2 Uraian Bahan1. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)Nama resmi: Aqua destilataNama lain : Air sulingRM/BM: H2O / 18,02Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baikKegunaan: Sebagai fase air2. Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 412)Nama resmi:NATRII HYDROXYDUMNama lain: Natrium HidroksidaRM / BM: NaOH / 40,00Kandungan:Tidak kurang dari 97.5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH dan tidak lebih dari 205% Na2CO3 Pemerian :Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, putih, dan mudah meleleh, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida.Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Sebagai pereaksi3. Parasetamol ( Ditjen POM, 1979 : 37 )Nama Resmi: ASETAMINOPHENUMNama lain: Parasetamol, asetaminofenRM/BM: C8H9NO2 / 151,16Pemerian: Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahitRumus struktur:OH

NHCOCH3Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahayaBAB 3 METODE KERJA3.1 Alat dan Bahan3.1.1 Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan dalam percobaan stabilitas obat yaitu timbangan, labu takar 100 mL, labu takar 50 mL, labu takar 10 mL, spektofotometer, kuvet, gelas kimia 100 ml, batang pengaduk, sendok tanduk, gelas ukur 10 mL, vial, oven, spoit 1 ml, stopwatch, dan botol semprot.3.1.2 Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu parasetamol, sirup parasetamol air, dan larutan NaOH 0,1 N.3.2 Cara Kerjaa. Penetapan kadar sirup parasetamolSirup parasetamol sebanyak 1 ml ditambahkan larutan natrium hidroksida 0,1 N, hingga 10 ml kemudian di pipet sebanyak 1 ml ditambahkan air hingga 50 ml. ukur serapannya. Hitung bobot zat dalam mg dalam sirup.b. Penentuan umur simpan sirup parasetamol Sirup paracetamol dimasukkan kedalam 21 vial masing-masing sebanyak 5 ml, kemudian vial-vial tersebut dimasukkan kedalam oven dengan suhu 40oC, 50oC, dan 60oC, pada hari ke 0, 1, 2, 3 dan 4 diambil 1 vial dan diukur kadar paracetamol

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HASIL PRAKTIKUMA. Pembuatan Kurva BakuKonsentrasi (ppm)Absorban

120,2

170,28

240,41

360,57

480,76

Nilai: a= 0,021 b= 0,015 r= 0,998B. Data Sampel1. Suhu 40CMenitAbsorban suhu 40CCtlog Ct1/Ct

00.88557.61.7600.017

300.86456.21.7490.018

600.84354.81.7380.018

900.82153.3331.7260.019

1200.80352.1331.7170.019

1500.78350.81.7050.020

1800.76549.61.6950.020

orde 0orde 1orde 2

a= 57.50952a= 1.75a= 0.0172

b= -0.0446b= -0.000361b= 0,00016

r= -0.99949r= -0.9998r= 0.970

2. Suhu 50CMenitAbsorban suhu 50CCtlog Ct1/Ct

00.88557.61.7600.017

300.86055.9331.7470.018

600.83854.4661.7360.018

900.816531.7240.019

1200.79551.61.7120.019

1500.77450.21.7000.020

1800.75548.9331.6890.020

orde 0orde 1orde 2

a= 57.425a= 1.7594a= 0.0172

b= -0.0480b= -0.0003940b= 0,0000166

r= -0.999335r= -0.9998585r= 0.9707253

3. Suhu 60CMenitAbsorban suhu 60CCtlog Ct1/Ct

00.88557.61.7600.017

300.84554.9331.7390.018

600.80952.5331.7200.019

900.77550.2661.7010.020

1200.74748.41.6840.021

1500.71546.2661.6650.022

1800.68344.1331.6440.023

orde 0orde 1orde 2

a= 57.21905a= 1.758a= 0.017

b= -0.074b= -0.000633b= -0,000033

r= -0.998r= -0.9996r= 0.9990

4. Nilai Ea, K, pada suhu 25C dan usia simpanSuhuSuhu (K)bKlog K1/T

403130.0003610.000831-3.0800.0031948

503230.0003940.000907-3.0420.003095975

603330.000630.00145-2.880.00300300

Nilai: a= 0,893 b= -1252,526952r= -0,91828C. Perhitungan1. Suhu 40Ca. Menit 0

b. Menit 30

c. Menit 60

d. Menit 90

e. Menit 120

f. Menit 150

g. Menit 180

2. Suhu 50Ca. Menit 0

b. Menit 30

c. Menit 60

d. Menit 90

e. Menit 120

f. Menit 150

g. Menit 180

3. Suhu 60Ca. Menit 0

b. Menit 30

c. Menit 60

d. Menit 90

e. Menit 120

f. Menit 150

g. Menit 180

4. Penentuan nilai Ka. Suhu 40C

b. Suhu 50C

c. Suhu 60C

5. Penentuan Usia Simpan

25C + 273K = 298K =

= -4,2448

= 1821,500015 menit= 31 jam

4.2 PEMBAHASANStabilitas obat adalah kemampuan suatu obat untuk mempertahankan sifat dan karakteristiknya agar sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat (identitas, kekuatan, kualitas, kemurnian) dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan sehingga mampu memberikan efek terapi yang baik dan menghindari efek toksik. Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Oleh karena itu kita perlu mengtahui factor-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat atau obat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum. Faktro-faktor yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu obat antara lain yaitu temperature, cahaya, pH dan mikroorganisme.Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan yaitu pembuatan sediaan farmasi. Oleh karena itu hasil dari pembuatan sediaan farmasi itu khususnya obat dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil uaraian itu bersifat toksik sehingga sangat atau dapat membahayakan pada konsumen.Temperature. diantaranya temperatur yang tidak sesuai, semakin tinggi suhu maka maka stabilitas obat semakin menurun. Cahaya, energi cahaya seperti panas, dapat memberikan keaktifan yang diperlukan untuk terjadinya reaksi. Perusahaan-perusahaan farmasi telah menguji adanya pemucatan warna tablet dan cairan karena cahaya matahari. pH, suatu obat harus diperthankan ketika masuk kedalam tubuh. Oleh karena itu, digunakan katalis asam-basa, untuk mempertahankan larutan pada pH tertentu. Mikroorganisme, merupakan bakteri jahat yang dapat merusak efektifitas suatu obat, karenanya obat harus tetap stabil agar mikroorganis tidak tumbuh di obat.Dalam percobaan ini kita akan menentukan energi aktivasi (Ea) dimana Ea yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat .Energi aktivasi (Ea) yaitu kemampuan suatu sediaan untuk dapat mengalami penguraian zat. Energi aktivasi (Ea) harus ditentukan dengan cara mengamati perubahan konsentrasi pada suhu tinggi, dengan membandingkan dua harga konstanta penguraian zat pada temperatur atau suhu yang berbeda sehingga dapat ditentukkan energi aktivasinya.t1/2 adalah periode penggunaan dan penyimpanan yaitu waktu dimana suatu produk tetap memenuhi spesifikasinya jika disimpan dalam wadahnya yang sesuai dengan kondisi atau waktu yang diperlukan untuk hilangnya konsentrasi setengahnya.t90 adalah waktu yang tertera yang menunjukkan batas waktu diperbolehkannya obat tersebut dikonsumsi karena diharapkan masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi tergantung pada profil sifat fisika dan kimia. Faktor utama lingkungan dapat menurunkan stabilitas diantaranya temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan mikroorganisme. Beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas suatu obat adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, dan bahan tambahan kimia.Aplikasi stabilitas obat dalam bidang farmasi yakni kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu sediaan biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan dosis yang diterima pasien berkurang. Adakalanya hasil urai tersebut bersifat toksis sehingga membahayakan jiwa pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih kondisi pembuatan sediaan yang tepat sehingga kestabilan obat terjaga.Pada percobaan ini sampel yang digunakan yaitu Dry Syrup Amoksisilin. Variasi suhu yang digunakan dalam percobaan yaitu 30oC, 40oC, 50oC dan 60oC, dimana maksud dari dilakukannya variasi suhu tersebut yaitu agar diketahui pada suhu berapa suatu sediaan secara optimum dapat stabil dan untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap kecepatan reaksi suatu obat.Variasi waktu yang digunakan dalam percobaan yaitu 0, 30, 60, 120, 150, dan 180 menit, dimana maksud dilakukannya variasi waktu tersebut yaitu untuk mengetahui dimana pada setiap waktu, kestabilan suatu sediaan atau obat makin berkurang atau batas kadaluarsa obat semakin cepat. Pada percobaan ini, absorban sample diuukur menggunakan spektrofotometer.Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber sinar adalah sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator, kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi contoh maka akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk diubah menjadi energi listrik ang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca (satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan).Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa Paracetamol mengikuti orde ke-1. Energi aktivasi sirup paracetamol adalah -2847,070166 dan t90 adalah 31 jam.Adapun faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam percobaan ini yaitu Kekurangtelitian praktikan pada saat mengamati lamanya pemanasan.

BAB V PENUTUP5.1 KesimpulanDari hasil percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Faktor utama yang dapat mempengaruhi kestabilan suatu zat adalah lingkungan, di antaranya yaitu pengaruh temperatur yang tidak sesuai, cahaya, kelembaban, oksigen dan faktor lain yang mempengaruhi stabilitas adalah ukuran partikel, pH, kelarutan, mikroorganisme dan bahan tambahan.2. Energi aktivasi dari sampel parasetamol adalah -2847,071663. Usia simpan (waktu kadaluarsa) dari sampel parasetamol adalah 31 jam5.2 SaranSebaiknya selama praktikum,praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika II. Universitas Muslim Indonesia: Makassar.

Ansel C. Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sedian Farmasi. Universitas Indonesia Press: Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Fitrah, Muh., dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Makassar : UIN Alauddin Makassar

Jenkins. 1957. Farmasi Fisika . Yogyakarta : UGM Press

Joshita. 2008. Obat-Obat untuk Paramedis. Jakarta : UI Press

Lachman, L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III. Universitas Indonesia-Press: Jakarta

Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisika Edisi II. Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Tim Dosen FMIPA. 2009. Farmasi Fisika untuk Universitas. Yogyakarta : UGM Press

Tim Penyusun. 2008. Penuntun Farmasi Fisika. Jakarta : UI Press

WIRI RESKY AMALIA15020140074