This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN SIMULASI PBL
DK1 : 9 NOVEMBER 2009
DK2 : 12 NOVEMBER 2009
Oleh:
Ketua : Phandu Putra Haryu Dharma S.
Sekretaris : Rissa Septi Rahardini
Anggota : 1. Novita Amelia
2. Patricia Golda Gunawan
3. Putri Khairina Sari
4. Rachmatika Pramana
5. Rizki Widya Pratiwi
6. Muhammad Rizky Radliya Maulana
7. Monia Tarida
8. Monika Danuseputro
FASILITATOR : drg. Loeki Enggar
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2009
LATAR BELAKANG
Indera Penciuman dan Pengecapan, atau dalam bahasa kedokterannya
disebut Olfaktori dan Gustatori, adalah dua indera yang sangat penting dan saling
berkoordinasi dalam merasakan makanan. Kedua organ ini saling berkoordinasi
dan berkomplementer membentuk sebuah kesatuan sistem perasa, karena jika
manusia mengecap makanan maka pasti organ penciuman bekerja membaui
makanan tersebut, begitu pula sebaliknya, jika manusia membaui sesuatu, maka
akan berpengaruh pada organ pengecap. Jika salah satu dari kedua organ tersebut
tidak bekerja dengan baik, saat flu misalnya, maka sinyal pengecapan atau
pembauan yang diterima oleh otak tidak akan optimal.
Pentingnya mengetahui organ olfaktori dan gustatori serta keterkaitannya
inilah yang mendorong keingintahuan dan rasa haus belajar tentang organ-organ
tersebut, disamping tuntutan sebagai dokter gigi yang memang telah terspesifikasi
untuk belajar bagian hidung dan mulut. Diharapkan setelah mengetahui kedua
organ tersebut, ilmu ini dapat diterapkan di masyarakat luas.
BATASAN MASALAH
Batasan masalah yang diajukan penulis disini adalah :
1. Anatomi dan Fisiologi Organ Olfaktorius
2. Anatomi dan Fisiologi Organ Gustatori
3. Keterkaitan antara Olfaktorius dan Gustatori
4. Sensasi Rasa Utama
ORGAN OLFAKTORIUS
Indera Penciuman merupakan rasa yang paling tidak dapat di pahami
dengan baik. Hal ini disebakan oleh letak membran olfaktori yang tinggi dalam
hidung, tempat sukar diselidiki, dan juga penciuman merupakan suatu fenomena
subjektif.
Anatomi Indera Penciuman
A. Hidung Luar
Hidung berbentuk pyramid dengan bagian-bagiannya dari atas kebawah adalah :
1. Pangkal hidung (bridge)
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung (nares anterior)
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit,
jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yaitu M. Nasalis pars transversa dan M.
Nasalis pars allaris.
Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)
Vander - Human Physiology - The Mechanism of Body Function, 8th ed (McGraw-Hill 2001)
B. Kavum Nasi
Dengan adanya septum nasi, maka kavum nasi dibagi menjadi 2 ruangan yang
membentang dari nares sanpai koana (aperture posterior). Kavum nasi ini
berhubungan dengan sinus frontal, sinus sphenoid, fossa cranial anterior dan fossa
cranial media.
C. Mukosa hidung
Ronga hidung dilapisi mukosa yang dibagi atas mukosa pernafasan dan mukosa
penghidu. Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel goblet. Pada keadaan normal mukosa berwarna merah muda
dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucosa blanket) yang dihasilkan
oleh kelenjar mukosa dan sel goblet.
Silia yang terdapat pada lapisan epitel mempunyai fungsi penting. Dengan
gerakan teratur palut lendir akan didorong kearah nasofaring. Sehingga mukosa
mempunyai daya untuk membersihkan diri dan untuk mengeluarkan benda asing yang
masuk ke hidung.
Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga
bagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epitel torak berlapis semu dan tidak besilia.
Epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel penunjang, sel basal dan sel reseptor
penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna kuning kecoklatan.
D. Membran Olfaktoria
Membran Olfaktoria
Membran olfaktoria terletak pada bagian superior setiap lubang hidung. Di
medial ia melipat ke bawah pada permukaan septum, dan di lateral ia melipat di
atas konka superior , dan malahan sebagian kecil bagian atas konka media. Pada
setiap rongga hidung membran olfaktoria mempunyai luas permukan sekitar
2,4cm2.
Sel-Sel Olfaktoria
Sel-sel reseptor untuk penciuman adalah sek-sel olfaktoria yang
merupakan sel-sel bipolar yang berasal dari susunan saraf pusat itu sendiri.
Terdapat sekitar 100 juta sel-sel ini pada epitel olfaktoria yang di selang-seling
antara sel sustentakular. Ujung-ujung mukosa sel-sel olfaktoria membentuk
pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria, yang dari tempat ini akan
dikeluarkan 4-25 rambut olfaktoria atau silia yang bergaris tengah 0,3 mikrometer
dan panjangnya sampai 200 mikrometer, menonjol ke dalam mukus yang melapisi
permukaan dalam rongga hidung. Rambut olfaktoria yang menonjol ini diduga
bereaksi terhadap bau-bau dalam udara dan kemudian merangsang sel-sel
olfaktoria. Ruang antara sel-sel olfaktoria pada membran olfaktoria terisi banyak
kelenjar bowman kecil yang mensekresi mukus ke permukaan membran
olfaktoria.
Rangsangan yang diperlukan bagi penciuman, selain secara kimia harus
merangsang sel-sel olfaktoria tetapi juga harus diketahui sifat fisika zat-zat yang
menyebabkan rangsangan penciuman. Pertama, zat harus mudah menguap
sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang hidung . Kedua, zat harus sedikit larut
dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk mencapai sel olfaktoria. Dan,
ketiga, ia harus juga larut dalam lipid, diduga karena rambut-rambut olfaktoria
dan ujung luar sel-sel olfaktoria terutama terdiri atas zat-zat lipid.
Dengan mengabaikan mekanisme dasar dasar sel-sel olfaktoria dirangsang,
telah diketahui bahwa sel-sel olfaktoria hanya terangsang bila udara mengalir ke
atas, masuk daerah superior hidung. Oleh karena itu, penciuman terjadi dalam
siklus inspirasi, yang menunjukkan bahwa reseptor-reseptor olfaktoria memberi
respon dalam milidetik terhadap agen yang mudah menguap. Karena intensitas
bau ditingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung, seseorang dapat
menambah kepekaan pembauaannya dengan teknik menghirup yang telah dikenal.
1.1 Fisiologi Hidung
1. Sebagai Jalan Napas
Hidung menjadi tempat proses inspirasi dan ekspirasi.
2. Pengatur Kondisi Udara (air conditioning)
Hidung diperlukan sebagai pengatur kondisi udara yang akan masuk ke
dalam alveolus paru-paru. Fungsi dilakukan dengan cara mengatur
kelembapan uadar dan mengatur suhu.
3. Sebagai Penyaring dan Pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan
bakteri yang dilakukan oleh : (a) rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
(b) silia (c) palut lendir (mucous blanket).
4. Indra Penghidu
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung., konka superior, dan sepertiga
bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara
difusi dengan palut lender atau bila menarik nafas dengan kuat.
5. Resonansi Suara
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan
menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang
sehingga terdengar suara sengau.
6. Proses Bicara
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh
lidah, bibir, dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal
(m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun
untuk aliran udara.
7. Refleks Nassal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, cardiovaskuler, dan pernapasan. Contohnya, iritasi mukosa
hidung menyebabkan refleks bersin dan napas terhenti.
8. Adaptasi
Adaptasi adalah suatu keadaan kita bias mencium bau tertentu dan sebagai
ambang untuk mencium bau-bau lainnya yang tidak berubah yang
disebabkan karena perubahan.
9. Deskriminasi Berbagai Bau
Manusia dapat membedakan antara 2000 sampai 4000 bau namun sampai
saat ini, deskriminasi penciuman tidak terbatas.
10. Mendengus
Bagian rongga hidung yang mengadung reseptor, pencium mendapatkan
fentilasi sedikit. Mendengus adalah respons semirefleks yang biasanya
terjadi apabila ada bau yang baru yang menarik perhatian.
Membran Olfaktoria
Membran olfaktoria terletak pada bagian superior setiap lubang hidung. Di
medial ia melipat ke bawah pada permukaan septum, dan di lateral ia melipat di
atas konka superior , dan malahan sebagian kecil bagian atas konka media. Pada
setiap rongga hidung membran olfaktoria mempunyai luas permukan sekitar
2,4cm2.
Sel-Sel Olfaktoria
Sel-sel reseptor untuk penciuman adalah sek-sel olfaktoria yang
merupakan sel-sel bipolar yang berasal dari susunan saraf pusat itu sendiri.
Terdapat sekitar 100 juta sel-sel ini pada epitel olfaktoria yang di selang-seling
antara sel sustentakular. Ujung-ujung mukosa sel-sel olfaktoria membentuk
pentolan yang dinamakan vesikel olfaktoria, yang dari tempat ini akan
dikeluarkan 4-25 rambut olfaktoria atau silia yang bergaris tengah 0,3 mikrometer
dan panjangnya samapai 200 mikrometer, menonjol ke dalam mukus yang
melapisi permukaan dalam rongga hidung. Rambut olfaktoria yang menonjol ini
diduga bereaksi terhadap bau-bau dalam udara dan kemudian merangsang sel-sel
olfaktoria. Ruang antara sel-sel olfaktoria pada membran olfaktoria terisi banyak
kelenjar bowman kecil yang mensekresi mukus ke permukaan membran
olfaktoria.
Rangsangan yang diperlukan bagi penciuman, selain secara kimia harus
merangsang sel-sel olfaktoria tetapi juga harus diketahui sifat fisika zat-zat yang
menyebabkan rangsangan penciuman. Pertama, zat harus mudah menguap
sehingga ia dapat dihirup masuk ke lubang hidung . Kedua, zat harus sedikit larut
dalam air sehingga ia dapat melalui mukus untuk mencapai sel olfaktoria. Dan,
ketiga, ia harus juga larut dalam lipid, diduga karena rambut-rambut olfaktoria
dan ujung luar sel-sel olfaktoria terutama terdiri atas zat-zat lipid.
Dengan mengabaikan mekanisme dasar dasar sel-sel olfaktoria dirangsang,
telah diketahui bahwa sel-sel olfaktoria hanya terangsang bila udara mengalir ke
atas, masuk daerah superior hidung. Oleh karena itu, penciuman terjadi dalam
siklus inspirasi, yang menunjukkan bahwa reseptor-reseptor olfaktoria memberi
respon dalam milidetik terhadap agen yang mudah menguap. Karena intensitas
bau ditingkatkan oleh arus udara melalui bagian atas hidung, seseorang dapat
menambah kepekaan pembauaannya dengan teknik menghirup yang telah dikenal.
Mekanisme Eksitasi Pada Sel-Sel Olfaktorius
Makna yang paling penting dari mekanisme eksitasi pada sel-sel olfaktorius
adalah bahwa mekanisme tersebut sangat melipatgandakan efek perangsangan,
bahkan dari bau yang paling lemah sekalipun. Mekanismenya adalah sebagai
berikut:
1. Aktivasi protein reseptor oleh substansi bau dapat megaktivasi kompleks
protein-G.
2. Hal ini kemudian mengaktivasi banyak molekul adenilat siklase di bagian
dalam membran sel olfaktorius.
3. Selanjutnya, hal iniakan menyebabkanpembentkan jumlah molekul cAMP
menjadi berkali lipat lebih banyak.
4. Akhirnya, cAMP tetap membuka kanal ion natrium yang jumlahnya
semakin banyak.
Oleh karena itu, bau tertentu yang mempunyai konsentrasi yang paling kecil, tetap
dapat memulai rangkaian efek yang akan membuka banyak sekali kanal natriu.
Hal ini menimbulkan sensitivitas yang sangat besar pada neuron-neuron
olfaktorius, bahkan bila jumlah bau itu sedikit sekali.
Sensasi Utama Olfaktorius
Sebagian besar ahli fisiologi berpendapat bahwa beberapa sensasi
penghidu berasal dari sejumlah kecil sensasi utama. Berdasarkan penelitian