Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.HK.00.06.3.1.0476A tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Program Diploma III Kesehatan yang dituangkan dalam SK Direktur Akademi Farmasi No: I/ AKFAR/08/2001 tentang Peraturan Akademik Mahasiswa/i semester VI berdasarkan kurikulum pendidikan diwajibkan mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan beban sebanyak 6 SKS. Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, maka tujuan pendidikan yang dimaksud antara lain berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.
99

Laporan rumah sakit fix

Mar 15, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan rumah sakit fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.HK.00.06.3.1.0476A tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Program Diploma III Kesehatan yang

dituangkan dalam SK Direktur Akademi Farmasi No: I/

AKFAR/08/2001 tentang Peraturan Akademik Mahasiswa/i

semester VI berdasarkan kurikulum pendidikan diwajibkan

mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan

beban sebanyak 6 SKS.

Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, maka tujuan pendidikan yang dimaksud

antara lain berkembangnya potensi mahasiswa agar

menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya

untuk kepentingan bangsa.

Page 2: Laporan rumah sakit fix

Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran tidak

hanya terjadi di dalam ruangan saja, melainkan bisa

dilakukan di luar ruangan (Praktek Kerja

Lapangan).Manfaat yang di peroleh dari pembelajaran di

luar ruanganpun tidak kalah bila dibandingkan dengan di

dalam ruangan. Lapangan yang kita ambil harus

berhubungan dengan institusi pendidikan atau lingkungan

kerja langsung.

Dalam hal ini kedua proses pembelajaran tersebut

saling berkaitan satu sama lainnya karena lewat

pembelajaran di lapangan kita dapat mengaplikasikan

langsung ilmu dan keterampilan yang kita dapat dalam

pembelajaran di dalam ruangan. Melalui Praktek Kerja

Lapangan ini diharapkan Mahasiswa/i Akademi Farmasi

Prayoga Padang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan

dan melatih keterampilannya langsung kepada masyarakat

sesuai pengawasan dan bimbingan masing-masing

institusi. Sehingga nantinya diharapkan setelah

Page 3: Laporan rumah sakit fix

menyelesaikan studi, mahasiswa/i tersebut tidak

canggung dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan

kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan farmasi di

dalam instalasi farmasi RS Reksodiwiryo Padang. Mulai

dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, penyerahan sampai evaluasi. Selain

itu, juga untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi

kefarmasian di RS Reksodiwiryo Padang .

1.3 Tujuan Penulisan

` Laporan ini ditulis sebagai bukti dan arsip dari

pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang

dilaksanakan di RS Reksodiwiryo Padang terhitung dari

tanggal 09 Februari sampai dengan 28 Februari 2015 dan

sebagai pengalaman bagi mahasiswa/i agar memperoleh

hasil efektif, efisien dan optimal dalam memperoleh,

mengolah, menganalisis data atau informasi serta

Page 4: Laporan rumah sakit fix

menginterpretasikan hasilnya saat presentasi kepada

masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah

berguna untuk memberi masukan serta membantu

mengevaluasi kegiatan farmasi mencakup efektivitas dan

efisiensi pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini berguna untuk

memenuhi tuntutan kurikulum program D III farmasi,

menerapkan serta membandingkan antara teori yang

diterima dengan pelaksanaan di lingkungan kerja,

menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan

tentang kefarmasian dan perbekalan alat kesehatan serta

kesiapan diri untuk memasuki dunia kerja.

Page 5: Laporan rumah sakit fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.4 Latar Belakang

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.HK.00.06.3.1.0476A tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Program Diploma III Kesehatan yang

dituangkan dalam SK Direktur Akademi Farmasi No: I/

AKFAR/08/2001 tentang Peraturan Akademik Mahasiswa/i

semester VI berdasarkan kurikulum pendidikan diwajibkan

Page 6: Laporan rumah sakit fix

mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan

beban sebanyak 6 SKS.

Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang

Pendidikan Tinggi, maka tujuan pendidikan yang dimaksud

antara lain berkembangnya potensi mahasiswa agar

menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang

Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya

untuk kepentingan bangsa.

Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran tidak

hanya terjadi di dalam ruangan saja, melainkan bisa

dilakukan di luar ruangan (Praktek Kerja

Lapangan).Manfaat yang di peroleh dari pembelajaran di

luar ruanganpun tidak kalah bila dibandingkan dengan di

dalam ruangan. Lapangan yang kita ambil harus

berhubungan dengan institusi pendidikan atau lingkungan

kerja langsung.

Dalam hal ini kedua proses pembelajaran tersebut

saling berkaitan satu sama lainnya karena lewat

Page 7: Laporan rumah sakit fix

pembelajaran di lapangan kita dapat mengaplikasikan

langsung ilmu dan keterampilan yang kita dapat dalam

pembelajaran di dalam ruangan. Melalui Praktek Kerja

Lapangan ini diharapkan Mahasiswa/i Akademi Farmasi

Prayoga Padang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan

dan melatih keterampilannya langsung kepada masyarakat

sesuai pengawasan dan bimbingan masing-masing

institusi. Sehingga nantinya diharapkan setelah

menyelesaikan studi, mahasiswa/i tersebut tidak

canggung dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.

1.5 Perumusan Masalah

Mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan

kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan farmasi di

dalam instalasi farmasi RS Reksodiwiryo Padang. Mulai

dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

pendistribusian, penyerahan sampai evaluasi. Selain

itu, juga untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi

kefarmasian di RS Reksodiwiryo Padang .

1.6 Tujuan Penulisan

Page 8: Laporan rumah sakit fix

` Laporan ini ditulis sebagai bukti dan arsip dari

pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang

dilaksanakan di RS Reksodiwiryo Padang terhitung dari

tanggal 09 Februari sampai dengan 28 Februari 2015 dan

sebagai pengalaman bagi mahasiswa/i agar memperoleh

hasil efektif, efisien dan optimal dalam memperoleh,

mengolah, menganalisis data atau informasi serta

menginterpretasikan hasilnya saat presentasi kepada

masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah

berguna untuk memberi masukan serta membantu

mengevaluasi kegiatan farmasi mencakup efektivitas dan

efisiensi pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan

ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini berguna untuk

memenuhi tuntutan kurikulum program D III farmasi,

menerapkan serta membandingkan antara teori yang

diterima dengan pelaksanaan di lingkungan kerja,

Page 9: Laporan rumah sakit fix

menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan

tentang kefarmasian dan perbekalan alat kesehatan serta

kesiapan diri untuk memasuki dunia kerja.

BAB III

PEMBAHASAN

Page 10: Laporan rumah sakit fix

Instalasi farmasi merupakan bagian dari

management farmasi yaitu pengelolaanobat dan perbekalan

farmasi. Management pengelolaan adalah serangkaian

kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,

penemrimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatan dan

pelaporan, monitoring dan supervisi serta penghapusan.

3.1 PERENCANAAN

3.1.1 Pengertian Perencannaan

Definisi Perencanaan Obat Perencanaan adalah

suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun

daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu

pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis

dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau

tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan

terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran

dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan

secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat

digunakan secara efektif dan efisien.

Page 11: Laporan rumah sakit fix

3.1.2 Tujuan Perencanaan

Tujuan perencanaan Obat Beberapa tujuan

perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun

kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk

mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan

persediaan farmasi serta meningkatkan penggunaan

persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai

tujuan perencanaan obat, yaitu : a. Mengenal dengan

jelas rencana jangka panjang apakah program dapat

mencapai tujuan dan sasaran. b. Persyaratan barang

meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian

satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus

mengikuti peraturan yang berlaku. c. Kecepatan

peredaran barang dan jumlah peredaran barang. d.

Pertimbangan anggaran dan prioritas.

Page 12: Laporan rumah sakit fix

3.1.3 Prinsip Perencanaan

Prinsip perencanaan Pengadaan Obat Ada 2 cara yang

digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu

berdasarkan : a. Data statistik kebutuhan dan

penggunaan obat, dari data statistik berbagai kasus

penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit,

kebutuhan disusun menurut data tersebut. b. Data

kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan

sistem administrasi atau akuntansi Instalasi Farmasi

Rumah Sakit. Data kebutuhan tersebut kemudian

dituangkan dalam rencana operasional yang digunakan

dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia

Farmasi dan Terapi.

3.1.4 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat

Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :

Page 13: Laporan rumah sakit fix

1. Tahap Persiapan Perencanaan dan pengadaan obat

merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan

jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit

serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat

dilakukan dengan membentuk tim perencanaan

pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan

efisiensi dan efektifitas penggunaan dana obat

melalui kerjasama antar instansi yang terkait

dengan masalah obat.

2. Tahap Perencanaan

a. Tahap pemilihan obat Tahap ini untuk menentukan

obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan

kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan

jenis obat yang akan digunakan atau dibeli.

b. Tahap perhitungan kebutuhan obat Tahap ini

untuk menghindari masalah kekosongan obat atau

kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses

perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat

yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat

waktu.

Page 14: Laporan rumah sakit fix

Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan

kebutuhan obat, yaitu :

1. Metode konsumsi Secara umum metode konsumsi

menggunakan konsumsi obat individual dalam

memproyeksikan kebutuhan yang akan datang

berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun

sebelumnya.

2. Metode morbiditas Memperkirakan kebutuhan obat

berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian

penyakit yang umum, dan pola perawatan standar

dari penyakit yang ada.

3. Metode penyesuaian konsumsi Metode ini menggunakan

data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan

obat. Sistem perencanaan pengadaan didapat dengan

mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan

untuk mencapai target sistem suplai berdasarkan

pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang

disediakan.

Page 15: Laporan rumah sakit fix

4. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan

anggaran Metode ini digunakan untuk menaksir

keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan

biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam

level dalam sistem kesehatan yang sama.

3.2 PENGADAAN

3.2.1 Pengertian Pengadaan

Definisi Pengadaan Obat Pengadaan merupakan

proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit

dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang

diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari

manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.

3.2.1 Siklus Pengadaan Obat

Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-

keputusan dan tindakan dalam menentukan jumlah obat

yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan kualitas

obat-obat yang diterima. Siklus pengadaan obat mecakup

pemilihan kebutuha Gunakan indikator kunci seperti :

Page 16: Laporan rumah sakit fix

rasio harga terhadap harga di pasar (market), rencana

pengadaan dan realisasi.

3.2.3 Metode Pelaksanaan Pengadaan Obat

Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat,

baik dari pemerintah, organisasi non pemerintahan dan

organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan

keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman

Pelakasanaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah,

Metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap

tingkatan pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5

kategori metode pengadaan barang dan jasa, yaitu:

1. Pembelian

a. Pelelangan (tender)

b. Pemilihan langsung

c. Penunjukan langsung

d. Swakelola

2. Produksi

Page 17: Laporan rumah sakit fix

a. Kriterianya adalah obat lebih murah jika

diproduksi sendiri.

b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula

khusus Rumah Sakit

c. Obat untuk penelitian

3. Kerjasama dengan pihak ketiga

4. Sumbangan

5. Lain-lain

3.2.4 Kriteria Umum Pemilihan

Pemasok Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi

untuk Rumah Sakit, adalah:

1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku

untuk melakukan produksi dan penjualan (telah

terdaftar).

2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB

dan ISO 9000.

3. Suplier dengan reputasi yang baik.

Page 18: Laporan rumah sakit fix

4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya

sebagai pemasok produk obat.

3.2.1 Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan

Perbekalan

Kesehatan yang baik dan merupakan standar

universal mencakup aspek:

a. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik

b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar

formularium Rumah Sakit

c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis

terbatas akan menurunkan harga

d. Pengadaan secara kompetitif Yakin akan

kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius

dan kualitas Mengatur pengiriman obat dari

penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu),

menghindari kelebihan persediaan maupun

kekurangan persediaan Yakin bahwa seluruh obat

yang dibeli standar kualitas diketahui

Page 19: Laporan rumah sakit fix

Memperoleh harga pembelian serendah mungkin

Membeli obat-obatan yang tepat dengan jumlah

yang tepat n, penyesuaian kebutuhan dan dana,

pemilihan metode pengadaan, penetapan atau

pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak,

pemantauan status pemesanan, penerimaan dan

pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan,

pendistribusian dan pengumpulan informasi

penggunaan obat. Proses pengadaan dikatakan baik

apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah

yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin

serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.

3.2.2 Jenis Pengadaan Obat di Rumah Sakit

Jenis pengadaan obat di Rumah Sakit dibagi menjadi

:

a. Berdasarkan dari pengadaan barang, yaitu :

a) Pengadaan barang dan farmasi

b) Pengadaan bahan dan makanan

Page 20: Laporan rumah sakit fix

c) Pengadaan barang-barang dan logistik

b. Berdasarkan sifat penggunaannya :

a) Bahan baku, misalnya : bahan antibiotika

untuk pembuatan salep

b) Bahan pembantu, misalnya : Saccharum lactis

untuk pembuatan racikan puyer

c) Komponen jadi, misalnya : kapsul gelatin

d) Bahan jadi, misalnya : bukan kapsul

antibiotika, cairan infus

c. Berdasarkan waktu pengadaan, yaitu :

a) Pembelian tahunan (Annual Purchasing),

Merupakan pembelian dengan selang waktu satu

tahun

b) Pembelian terjadwal (Schedule Purchasing,

Merupakan pembelian dengan selang waktu

tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan ataupun 6

bulan

c) Pembelian tiap bulan, Merupakan pembelian

setiap saat di mana pada saat obat mengalami

kekurangan. Sistem pengadaan perbekalan

Page 21: Laporan rumah sakit fix

farmasi adalah penentu utama ketersediaan

obat dan biaya total kesehatan. Manajemen

pembelian yang baik membutuhkan tenaga medis.

Proses pengadaan efektif seharusnya :

Penurunan waktu keterlibatan perawaran dalam

distribusi obat.

3.3 PENERIMAAN

3.3.1 DEFENISI

Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima

perbekalan farmasi yang diserahkan dari pemasok, gudang

faramasi atau unit distribusi, kepada unit penerima

(unit yang lebih rendah). Proses penerimaan harus

dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan petugas

yang menerima harus terlatih.

3.3.1 Tata cara penerimaan :

Cocokkan :

- Surat pesanan dengan faktur/nota barang

Page 22: Laporan rumah sakit fix

- Barang datang dengan faktur/nota barang

- Barang datang dengan surat pesanan

Cek kualitas produk :

- Pencatatan, expire date

- Pemeriksaan kualitas : kemasan, produk

(warna, bentuk, dll)

- Suhu waktu datang: cek ice box

- Waktu datang, dll.

Hal yang harus dicermati :

- Certivicate of analis

- Nama, kadar, jumlah,harus sesuai dengan

kontrak

- Tanggal kadaluarsa

- Fisik barang secara organoleptis

- Pelaksanan proses administrasi

Contoh Pengamatan Obat Secara Organoleptis :

Pengamatan mutu obat secara

organoleptis

Bau Terjadi perubahan bau (asetosal)

Page 23: Laporan rumah sakit fix

WarnaTerjadi perubahan warna (vit.c

kecoklatan)

Pecah Tablet jadi mudah pecah (etambutol)

Kering Vvolume cairan berkurang)

MelelehPerubahan konstituen menjadi meleleh

(salep dan suppositoria)

Penerimaan Bahan Kimia

Hal-hal yang harus diperiksa pada saat

penerimaan barang farmasi:

1. Kontrak

2. CA

3. Packing Original

4. Nama, Kadar, jumlah,dll, harus sesuai

dengan kontrak

5. Tanggal Kadaluarsa

6. Fisik barang secara organoleptis

7. Pelaksaan proses administrasi

Alat kedokteran

Hal-hal yang harus diperiksa pada saat

penerimaan barang farmasi:

Page 24: Laporan rumah sakit fix

1. Kontrak

2. Spesifikasi

3. Asesoris

4. Garansi

5. Wairing diagram

6. Petunjuk operasional

7. Uji coba dan uji fungsi

8. Administrasi

Page 25: Laporan rumah sakit fix

3.4 Penyimpanan

3.4.1 DEFENISI

Penyimpanan barang farmasi adalah suatu kegiatan

penyimpanan dan memelihara dengan cara menempatkan

perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang

dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang

dapat merusak stabilitas dan mutu obat.

Tujuan penyimpanan

a) Memelihara mutu sediaan farmasi

b) Menghindari pemakaian obat yang tidak

bertanggung jawab

c) Menjaga ketersediaan

d) Memudahkan pencarian dan pengawasan

Kegiatan penyimpanan

3.4.2 PENGATURAN TATA RUANG

Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,

penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan

farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang dengan baik.

Page 26: Laporan rumah sakit fix

Ada beberapa hal yang haris diperhatikan dalam

penyimpanan, yaitu :

Persyaratan gudang farmasi dan apotik

1. Bangunan kokoh

2. Udara kering ( AC )

3. Temperatur penyimpanan, sesuai dengan sifat

kimia obat ( lemari pendingin )

4. Kelembaban tertentu (HUMIDITYFIER)

5. Terlindung dari cahaya matahari langsung

Tugas dan fungsi gudang farmasi da

1. Menyimpan barang secara profesional

2. Menjaga keamanan barang farmasi, baik

stabilitas maupun keamanan dari pencurian dan

bahaya lain.

3. Menerima barang dari pemasok

4. Mendistribusikan barang farmasi sesuai

ketentuan yang ditetapkan

5. Melaksanakan pelayanan resep

6. Melakukan pengendalian stok

Page 27: Laporan rumah sakit fix

7. Melakukan tertib administrasi yang baikdan

benar

8. Membuat laporan secara berkala

Kelengkapan administrasi gudang farmasi

1. Buku barang masuk

2. Buku barang keluar

3. Interval waktu antara

4. Kartu stok barang

5. Kartu stok steling

6. Daftar kadaluarsa

7. Catatan lain yang diperlukan

Faktor penting dalam merancang bangunan

gudang farmasi dan apotik:

1. Kemudahan bergerak

2. Sirkulasi udara yang baik

3. Adanya rak dan pallet

4. Kondisi penyimpanan khusus

Page 28: Laporan rumah sakit fix

5. Pencegahan kebakaran

A. KEMUDAHAN BERGERAK

Untuk kemudahan bergerak, perlu penataan apotik

dan gudang sebagai berikut :

a)Apotik menggunakan sistem satu lantai, jangan

gunakan sekat-sekat karena akan membatasi

pengaturan ruangan. Jika menggunakan sekat

perhatikan posisi dinding dan pintu untuk

mempermudah gerakan.

b) Berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran

perbekalan farmasi, ruang gudang dapat ditata

berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U

atauarus L.

DENAH GUDANG ARUS LURUS

DENAH GUDANG ARUS U

PEMASOK TRANSITO TRANSITOPENYIMPANAN

TRANSITOPEMASOK

TRANSITO PENYIMPANAN

Page 29: Laporan rumah sakit fix

DENAH GUDANG ARUS L

B. SIRKULASI UDARA YANG BAIK

1. Sirkulasi udara yang cukup, adalah hal yang

sangat penting dalam pengaturan apotik.

2. Bermanfaat untuk menjaga mutu

3. Perbekalan farmasi dan memperbaiki kondisi

kerja dilengkapi AC atau kipas angin

C. RAK DAN PALLET

Keuntungan menggunakan Pallet

1. Sirkulasi udara dari bawah dan

perlindungan dari banjir

2. Peningkatan efisiensi penanganan stok

PEMASOK

TRANSITO IN

PENYIMPANAN TRANSITO OUT

Page 30: Laporan rumah sakit fix

3. Dapat menampung perbekalan farmasi lebih

banyak

4. Harga lebih murah dari rak

D. KONDISI PENYIMPANAN KHUSUS

1. Vaksin memerlukan ‟ Cold Chain ” khusus dan

harus dilindungi dari putusnya aliran listrik

2. Narkotika dan bahan berbahaya disimpan dalam

lemari khusus dan selalu terkunci

3. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam

ruang khusus

KONDISI PENYIMPANAN

KELEMBABAN Udara lembab dapat menimbulkan

kerusakan pada tablet salut

gula, kapsul, dll.

SINAR

MATAHARI

Sinar matahari langsung dapat

merusak injeksi, syrup, dll

SUHU/PANAS Suhu yang tinggi menyebabkan

kerusakan obat dan alkes

Page 31: Laporan rumah sakit fix

KERUSAKAN

FISIK

Penumpukan terlalu tinggi, dus

berdempatan dengan benda tajam

KONTAMINASI

BAKTERI

Wadah obat yang terbuka/rusak,

mudah tercemar bakteri

PENGOTORAN Barang yang kotor dapat

menyebabkan adanya

insektisida/rodent

PENYIMPANAN (SUHU YANG DISYARATKAN PADA

RUANGAN)

SUHU • Suhu kamar 25 – 30 °C

• Suhu sejuk 8 – 15 °C

• Suhu dingin 2 -8 °C

KELEMBABAN • Kering <65 %

• Lembab 65 – 80 %

CAHAYA • Terlindung dari cahaya

matahari

• Peka terhadap cahaya

Page 32: Laporan rumah sakit fix

E. PENCEGAHAN KEBAKARAN

1. Hindari adanya penumpukan bahan-bahan yang

mudah terbakar

2. Dilengkapi alat pemadam kebakaran

3. Tabung pemadam kebakaran harusdiperiksa

secara bekala

4. Harus ada peraturan tertulis tentang

pelarangan merokok dan menggunakan kompor

dilokasi sekitar gudang farmasi

4 PENYUSUNAN STOK OBAT

a. Sistim FIFO dengan urutan abjad

b. Dengan memisahkan obat dalam dan obat luar

c. Berdasarkan tanggal kadaluarsa obat

d. Susunobat dengan rapi pada rak

e. letakkan kartu stok di samping bat

5 PENCATATAN STOK OBAT

Dilakukansetiapmutasiobatsecararutindariharikehari

Informasi :

a. Jumlah obat tersedia (sisastok)

Page 33: Laporan rumah sakit fix

b. Jumlah obat diterima

c. Jumlah obat keluar

d. Jumlah obat hilang / rusak / kadaluarsa

e. Jangka waktu kosong obat

6 PENGAMATAN MUTU OBAT

Diamati dari perubahan fisik maupun kimiaw

iobat, yang dapat dilihat secara organoleptik.

Juga diamati tanggal kadaluarsa obat. Tanda-

tanda perubahan mutu obat :

1. Tablet : perubahan warna, bau atau rasa,

sumbing, pecah, retak, bintik-bintik, lembab

2. Kapsul : warna sediaan di dalam kapsul,

kapsul terbuka, kosong atau rusak

3. Tablet salut ; warna, pecah-pecah, basah atau

lengket

4. Cairan : warna atau rasa berubah, botol

rusak atau bocor, timbul endapan atau keruh

5. Salep : warna dan bau berubah

Page 34: Laporan rumah sakit fix

6. Injeksi : Kebocoran wadah, adanya partikel

asing, warna larutan berubah. Tindak lanjut

terhadap obat rusak:

1. Dikumpulkandandisimpanterpisah

2. Lakukanpencatatan

A. PENATAAN GUDANG

Penataan : Menyimpan barang di tempat yang

tepatatau dalam tata letak yang benar

Memudahkan proses pencarian barang segera

ditemukan.

Penataan : Analisa situasi

Tentukan tempat yang tepat

Tentukan bagaimana seharusnyamenyimpan

barang

Taati aturan penyimpanan

Persyaratan penataan :

- Harus memperhatikan :

Page 35: Laporan rumah sakit fix

1. Efisiensi, Mutu, Keamanan,

Penyimpanan

2. Perpustakaan, Catatan medik,

Managemen gudang, dll.

B. PENGENDALIAN STOK

Pengendalian stok adalah Suatu kegiatan untuk

memastikan tercapainya sasaran yang dikehendaki

sesuai dengan strategi dan program yang telah

ditetapkan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan / kekosongan stok di gudang dan unit-

unit pelayanan.

Tujuan pengendalian stok :

a. Agar tidak terjadi kelebihan dan

kekosongan stok di gudang dan unit

pelayanan

b. Meminimalkan investasi

c. Menetapkan tingkat pelayanan yang tepat

d. Keseimbangan pemasukan dan dan

pengeluaran barang

Page 36: Laporan rumah sakit fix

e. Meminimalkan biaya penyimpanan

mempertahankan pengendalian yang ” up to

date‟

f. Mengeliminasi barang yang ‟ slow moving

Kegiatan pengendalian stok :

1. Menghitung pemakaian rata-rata pada

periode

tertentu → disebut stok kerja

2. Buffer stok ( stok pengaman ) adalah

jumlah stock

yang disediakan untuk mencegah

terjadinya hal yang

tidak terduga

3. Menentukan waktu tunggu ( lead time )

4. Melaksanakan managemen persediaan obat

yang cermat

Page 37: Laporan rumah sakit fix

5. Memilih sistem distribusi dan pelayanan

yangdapat memantau dan mengendalikan stok

3.4 PENDISTRIBUSIAAN

3.4.1 Defenisi

Distribusi / peredaran adalah : Serangkaian kegiatan

dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obat yang

bermutu dan terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan

jumlahnya dari gudang obat secara merata dan teratur

untuk memenuhi kebutuhan di unit-unit pelayanan

kesehatan.

Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan,

dilakukan untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan

atau kepentingan ilmu pengetahuan. (PERATURAN

PEMERINTAH (PP) NO 72 TAHUN 1998).

3.4.2 Persyaratan Sistem Pendistribusian Obat dari

Gudang ke Apotik

Page 38: Laporan rumah sakit fix

1. Ketersediaan perbekalan farmasi dapat terjamin dan

terpelihara.

2. Memudahkan pemantauan, monitoring dan pengawasan,

sehingga dapat meminimalisir jumlah obat yang

rusak dan expayer date, maupun menghindari

kehilangan, pemborosan dan penyalahgunaan

perbekalan farmasi.

3. Efisien dalam penggunaan tenaga, sarana dan dana

4. Mempunyai akses dalam semua tahap proses

distribusi untuk pengendalian, pemantauan dan

pelayanan.

3.4.3 Tujuan Distribusi Obat

1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata sehingga

dapat diperoleh pada saat yang dibutuhkan.

2. Terjamin kecukupan dan terpeliharanya

3. penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.

4. Terlaksananya pemerataan kecukupan persediaan.

Page 39: Laporan rumah sakit fix

3.4.4 Hal-hal yang Perlu Dilakukan Dalam Kegiatan

Distribusi

1. Menentukan frekuensi atau jadwal distribusi

Menentukan frekuensi atau jadwal distribusi perlu

dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan

biaya distribusi yang tersedia.

2. Menentukan jumlah obat

Dalam menentukan jumlah obat perlu

dipertimbangkan pemakaian rata-rata setiap jenis

obat, sisa stock obat, pola penyakit, jumlah

kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan

kesehatan dengan menghitung stock optimum setiap

jenis obat.

3. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat

Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan ke

sub unit pelayanan kesehatan perlu di cek mutu

dan kadaluarsanya.

Page 40: Laporan rumah sakit fix

4. Melaksanakan penyerahan, dapat dilakukan dengan

cara :

1. gudang obat menyerahkan obat dan diterima

di apotik.

2. Dijemput sendiri oleh petugas apotik.

3.1 PENCATATAN DAN PELAPORAN

3.5.1 Defenisi

Pencatatan adalah : suatu kegiatan

menginput data dari semua transaksi perbekalan farmasi

yang bertujuan untuk memonitor perbekalan farmasi yang

keluar dan masuk di unit pemberi dan penerima.

Pencatatan dapat dilakukan dengan digital

atau komputerisasi maupun manual.

3.5.2 TUJUAN

1 Tersedianya data tentang jenis dan jumlah

penerimaan, persediaan, pengeluaran pengeluaran

2. Tersedianya data tentang waktu dan seluruh

rangkaian kegiatan mutasi obat

Page 41: Laporan rumah sakit fix

3.5.2 KARTU STOK

Fungsi

1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi

perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran,

hilang, rusak atau kadaluarsa.

2. Data kartu stok digunakan untuk membuat

laporan, perencanaan, menghitung rata-rata

penggunaan.

3. Pembanding dengan stok fisik

4. Menghitung harga rata-rata

5. Sebagai bahan untuk perlindungan hukum, dan

bahan akreditasi

6. Evaluasi dan pengawasan (produktivitas, beban

kerja, biaya, penilaian pertumbuhan dan

kemajuan).

Isi kartu stok

Page 42: Laporan rumah sakit fix

1. Informasi tentang sediaan (nama, kadar, bentuk

sediaan dll )

2. Stok minimal, stok maksimal

3. Nomor, kode barang

4. Nomor bukti

5. Stok awal

6. Tanggal barang masuk dan keluar

7. Asal penerimaan dan tujuan penyerahan

8. Jumlah keluar dan masuk

9. Sisa stok

10. Tanggal kadaluarsa

11. Harga, dll

Informasi yang diperoleh:

1. Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia ( sisa

stok )

2. Jumlah perbekalan farmasi yang diterima

Page 43: Laporan rumah sakit fix

3. Jumlah perbekalan farmasiyang keluar

4. Jumlah perbekalan farmasi yang hilang, rusak,

kadaluarsa

5. Jangka waktu kekosongan

3.6 MONITORING DAN SUPERVISI

3.6.1 DEFENISI

Supervisi adalah suatu proses kegiatan terencana

oleh petugas pengelolaan obat dari unit yang tertinggi

(Kepala Instalasi Farmasi) ke unit terendah (Pelayanan

di apotik) dalam rangka monitoring pengelolaan obat

yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

pengelolaan obat agar mutu pelayanan obat di apotik

dapat lebih ditingkatkan.

3.7.2 LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI

a. Sebelum supervisi (persiapan)

Mengumpulkan data dan masalah-masalah apotik

Menganalisa data permasalahan yang ada di apotik

Menentukan tujuan /sasaran utama

Page 44: Laporan rumah sakit fix

Menyusun langkah yang akan dilakukan

b. Pelaksanaan

Meminta izin kepada pimpinan apotik

Mengumpulkan data dan informasi

Membahas dan menganalisa permasalahan yang ada

Memberikan solusi / tindakan langsung yang perlu

di laksanakan

c. Tindak lanjut

Menyusun laporan hasil supervisi

Menyampaikan hasil supervisi kepada direktur Rumah

Sakit sebagai bahan pembahasan untuk memperbaikan

mutu.

3.7 PENGHAPUSAN DAN PEMUSNAHAN

Penghapusan adalah Rangkaian kegiatan pemusnahan

sediaan farmasi,dalam rangka pembebasan barang

milik/kekayaan negara dari tanggung jawab tenaga

farmasi berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang

berlaku.

3.7.1 TUJUAN PEMUANAHAN PERBEKALAN FARMASI

Page 45: Laporan rumah sakit fix

1) Melepaskan tanggung jawab petugas terhadap

sediaan farmasi/obat- obatan, yang sudah

ditetapkan untuk dihapuskan/dimusnahkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

2) Penghematan biaya (biaya penyimpanan,

pemeliharaan, penjagaan dan lain-lain atau barang

yang sudah tidak layak untuk dipelihara

3) Menjaga keselamatan dan terhindar dari

pengotoran lingkungan

4) Menghindarkan penyalahgunaan

3.7.2 JENIS BARANG FARMASI YANG DIHAPUSKAN

1. Rusak secara fisik

2. Rusak secara kimia dan fisika

3. Kadaluarsa

4. Tidak digunakan karena alasan farmakologi,

keamanan dan efektifitas

5. Terputusnya rantai dingin ( untuk obat yang

harus disimpan pada temperatur rendah )

6. Barang yang sudah ditarik dari peredaran

Page 46: Laporan rumah sakit fix

3.7.3 PROSEDUR PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI

Usulan kepada Direktur Rumah Sakit

Analisis

Kepala Dinas Kesehatan

Balai POM

Cek Lapangan

Surat Izin

Pelaksanaan Penghapusan

Page 47: Laporan rumah sakit fix

Laporan/Berita Acara

3.7.4 KEGIATAN PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI

1. Membuat daftar sediaan farmasi/obat-obatan yang

akan di hapuskan beserta alasan-alasannya

2. Pisahkan sediaan farmasi/obat-obatan yang

kadaluwarsa/rusak pada tempat tertentu sampai

pelaksanaan pemusnahan

3. Pisahkan narkotika dan psikotropika dari obat

lainnya

4. Melaporkan kepada Kepala dinas kesehatan

mengenai sediaan farmasi/obat-obatan yang akan

dihapuskan

5. Membentuk Panitia Pemeriksaan sediaan

farmasi/obat-obatan melalui Surat Keputusan

Bupati/Walikota

6. Membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan sediaan

farmasi/obat-obatan oleh Panitia Pemeriksaan

dan Penghapusan sedian farmasi/obat-obatan

Page 48: Laporan rumah sakit fix

7. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada yang

berwenang/pemilik obat

8. Melaksanakan penghapusan setelah ada keputusan

dari yang berwenang

9. Menyerahkan berita acara penghapusan kepada

saksi-saksi dan pertinggal diarsipkan.

3.7.5 TATA CARA PEMUSNAHAN

1. Menggunakan Incenerator

2. Inertisasi

1. INCENERATOR

Incinerator adalah suatu alat pembakar yang

dioperasikan dengan menggunakan teknologi

pembakaran pada suhu yang tinggi, sehingga

hasil pembakaran dapat berupa asap dan debu

dengan partikel yang sangat halus.

Incenerator ini memiliki :

1. Ruang pembakaran,

2. Ruangan tempat sisa pembakaran

3. Corong tempat keluarnya asap, hasil

dari pembakaran

Page 49: Laporan rumah sakit fix

Proses Insenerasi Akan Berlangsung

Melalui 3 Tahapan:

1. Tahapan pertama adalah  membuat air

dalam limbah menjadi uap air, hasilnya

limbah menjadi kering dan siap terbakar.

2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis,

yaitu proses pembakaran yang tidak

sempurna, karena temperatur belum

maksimal

3. Fase berikutnya adalah terjadinya

pembakaran sempurna terhadap

semualimbah.

CATATAN :

Ruang bakar pertama digunakan pembakar limbah,

suhu dikendalikan antara 4000c-6000c.

Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar

asap dan bau dengan suhu 6000c-12000c.

2. INERTISASI

Page 50: Laporan rumah sakit fix

Inertisasi merupakan cara penghapusan yang

lebih sederhana yaitu dengan mencampurkan

limbah dengan semen, pasir, batu kapur, dan

air dengan maksud untuk meminimalkan resiko

pencemaran lingkungan, yaitu mencegah

berpindahnya substansi yang ada dalam limbah

ke air permukaan atau air tanah. Biasanya

cara ini digunakan jika jumlah limbah yang

akan dimusnahkan sedikit/tidak banyak.

Prosedur pemusnahan sediaan farmasi

dengan cara inertisasi

1. Menetapkan lokasi pemusnahan yang jauh dari

pemukiman dan lokasi tersebut memang tempat

pembuangan

2. Membuat Berita Acara Pemusnahan

3. Melaksanakan pemusnahan dengan inertisasi,

dan menandatangani berita acara pemusnahan,

kemudian menyerahkan berita acara kepada

saksi-saksi.

Page 51: Laporan rumah sakit fix

3.9 SEDIAAN STERIL

3.9.1 FORMULASI SEDIAAN STERIL

A. DEFENISI

Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas

mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik

patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan

terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari

mikroorganisme hidup. 

Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik

diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini

disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian

dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis

pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien,

yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus

bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik

dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar

biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam

penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk

menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,

kimia atau mikrobiologi

Page 52: Laporan rumah sakit fix

Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi

yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari

mikroorganisme

Sterilitas khusus ini disebabkan metode, tempat

atau saluran pemberiannya. Yang termasuk dalam sediaan

steril antara lain sediaan parenteral volume besar,

sediaan parenteral volume kecil (injeksi), sediaan mata

(tetes/salep mata).

Berdasarkan cara penggunaannya sediaan steril dibedakan

berdasarkan :

a.      Injeksi

Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok

dengan atau tanpa bahan tambahan yang dimaksudkan

untuk penggunaan parenteral.

b.      Cairan Infus

Merupakan injeksi khusus karena cara

pemberiannya dan volumenya besar Berguna untuk :

1.      Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa

Page 53: Laporan rumah sakit fix

2.      Perbaikan keseimbangan elektrolit,

contoh : infuse ringer mengandung ion Na+, K+,

Ca2+ dan Cl-

3.      Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus

dekstrosa dan NaCl

4.      Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan

fungsi ginjal : injeksi mannitol

c.       Radiopharmaceutical

Suatu injeksi yang mengandung bahan

radioaktif.Berfungsi untuk diagnosis dan

pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan

penggunaannya berbeda dengan bahan obat biasa (non

radioaktif)

d.      Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat

Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/lrt

disimpan dalam bentuk zat padat kering yang

dilarutkan pada waktu akan digunakan. _ Jika bahan

padat kering tidak mengandung dapar, pengencer

atau zat tambahan lain, dan bila ditambah pelarut

lain yang sesuai, memberikan larutan yang memenuhi

Page 54: Laporan rumah sakit fix

semua aspek persyaratan untuk obat suntik. Sediaan

diberi label obat steril.

Contoh : Ampicillin Sodium Steril

Jika bahan padat kering mengandung satu atau

lebih, dapar, pengencer atau zat tambahan lain,

sediaan diberi label obat suntik/injeksi.Contoh :

Amphotericin B Injeksi

e.       Larutan Irigasi

1 Persyaratan seperti larutan parenteral

2 Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup

dapat berputar

3 Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka,

sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh

4 Diberi label sama seperti injeksi.

Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi,

Ringers untuk irigasi, Steril water untuk irigasi

5 Label/etiket : “bukan untuk obat suntik”

f.       Larutan Dialisis

Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis

yang secara normal disekresikan oleh ginjal. Pada

Page 55: Laporan rumah sakit fix

kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien

yang menunggu transplantasi ginjal, dialysis

adalah prosedur darurat untuk  menyelamatkan

hidup. Dialisis adalah proses, dimana senyawa-

senyawa dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam

larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi

lewat membran. Larutan yang tersedia di

perdagangan mengandung dekstrosa sebagai sumber

utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, dan

asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen.

g.      Bahan Diagnostik

Diagnostik merupakan salah satu metode

pemeriksaan dalam ilmu pengobatan pencegahan

(preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan

atas reaksi antara suatu antibodi dengan antigen

yang bersangkutan. Untuk ini digunakan suntikan

intrakutan diatas kulit (imunity skin test) dengan

suatu antigen dengan kadar serendah2nya yang masih

memungkinkan adanya reaksi.

Page 56: Laporan rumah sakit fix

Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan

diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh sudah

mengandung antibodi tertentu. _ Hasil negatip,

berarti tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm

keadaan ini orang harus diberi vaksin untuk

mengebalkan tubuh secara aktif

Reaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes

kekebalan yg terkenal untuk mendiagnosa penyakit

tuberculose (Mantoux skin test )

Zat-zat yang diberikan kepada pasien secara

oral/parenteral untuk menentukan keadaan

fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk

membantu dokter menentukan diagnosa penyakit dan

juga digunakan dalam reaksi imunisasi.Contoh :

Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan

volume darah.

h.      Allergi Ekstrak (Ekstrak allergen)

Merupakan larutan pekat alergen steril untuk

maksud diagnosis atau pengobatan reaksi alergi.

i.        Larutan, suspensi dan salep untuk mata

Page 57: Laporan rumah sakit fix

Obat-obatan dalam larutan atau suspensi yang

diberikan dengan meneteskan ke dalam mata termasuk

sediaan steril, meskipun batasan steril biasanya

tidak dimasukkan dalam pada namanya, seperti :

“Sulfacetamide larutan mata” atau Hydrocortison

Acetat Suspensi mata.

j.        Pelet steril atau implantasi subkutan

Pelet atau implan steril merupakan tablet

berbentuk silindris, kecil, padat dengan diameter

lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm, dibuat

dengan mengempa dan dimaksud untuk ditanam

subkutan (paha atau perut) untuk tujuan

menghasilkan pelepasan obat terus menerus selama

jangka waktu panjang.3-5 bln. Obat antihamil dlm

bentuk inplan dapat bekerja sampai 3 thn.(Implanon

mengandung etonogestrel 68 mg/susuk

KB).Menggunakan penyuntikan khusus (trocar)/dengan

sayatan digunakan untuk hormon yang kuat sampai

100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral).Pelet

tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer

Page 58: Laporan rumah sakit fix

atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan

seluruhnya melarut dari absorbsi pelet di tempat

penanaman.

Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10

dan 25 mg estrogen estradiol (dosis lazim oral dan

parenteral 250 mcg).

k.      Antikoagulan

Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh

syarat seperti injeksi dan bebas pirogen.

Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril, ACDP,

Heparin, ACD

l.        Sediaan vaksin

Merupakan produk biologi (pembantu

diagnostik) untuk tujuan mencegah penyakit dan

pengobatan

3.9.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

1. Keuntungan sediaan parenteral:

1.      Aksi obat lebih cepat

Page 59: Laporan rumah sakit fix

2.      Cocok untuk obat inaktif jika diberikan

oral

3.      Obat yang mengiritasi bila diberikasn

secara oral

4.      Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi)

sehingga tidak memungkinkan obat diberikan

secar oral.

5.      Dapat digunakan secara depo terapi.

6.      Kemurniaan dan takaran zat berkhasiat

lebih terjamin

2. Kerugian sediaan parenteral:

1.      Karena bekerja cepat, jika terjadi

kekeliruan sukaar dilakukan pencegahan.

2.      Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan

sediaan per oral

3.      Risiko, kalau alergi atau salah obat maka

tidak bisa langsung dighilangkan

4.      Cara pemberian lebih sukar, butuh personil

khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau

perawat.

Page 60: Laporan rumah sakit fix

3.9.3 Alasan obat dibuat sediaan parenteral:

1. Kadar obat sampai ke target

Jumlah obat yang sampai ke jaringan target

sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk

terapi.

2. Parameter farmakologi

Meliputi waktu paruh, C maks., onset.

3. Jaminan dosis dan kepatuhan

Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan

4. Efek biologis

Efek biologis tidak dapat dicapai karena

obat tidak bisa dipakai secara oral.Contoh:

amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak

oleh asam lambung).

5. Alternatif rute, jika tidak bisa lewat oral.

6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek

atau reaksi toksik sistemik.

Contoh: methotreksat, penggunaan secara

intratekal untuk pengobatan leukimia.

7. Kondisi pasien

Page 61: Laporan rumah sakit fix

Untuk pasien-pasien yang tidak saar,

tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol

8. Inbalance (cairan badan dan elektrolit)

Contoh: muntaber serius, sehingga

kekurangan elektrolit yang penting dan segera

harus dikembalikan

9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi

lokal

3.9.4 RUTE PENGGUNAAN

1.   Intravena

Merupakan larutan yang dapat mengandung

cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat

bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml.

Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis.Bila

larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-

lahan.Larutan injeksi intravena harus jernih

betul, bebas dari endapan atau partikel padat,

karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan

kematian.Penggunaan injeksi intravena tidak boleh

Page 62: Laporan rumah sakit fix

mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml

harus bebas pirogen.

2.   Pemberian Subkutis (Subkutan)

Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit,

yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat digunakan

untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin,

skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi

subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2

ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum

suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½

sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)

Cara formulasinya harus hati-hati untuk

meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi

faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978)

mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat

ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin

untuk molekulisasi obat (efek obat)

Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila

dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.

Namun apabila cara intravena volume besar tidak

Page 63: Laporan rumah sakit fix

dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk

pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v

sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam

hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi

iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini

dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250

ml sampai 1 liter.

3.    Pemberian Intramuskuler 

Intramuskuler artinya diantara jaringan otot.

Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2

sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung

pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan

subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan

bagian atas. Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan

batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi tetap dijaga

kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik

digunakan 1 samai 1 ½ inci. Problem klinik yang

biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf,

terutama apabila ada kesalahan dalam teknik

pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak

Page 64: Laporan rumah sakit fix

menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis

anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan

intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a

atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru

dari puder steril. Pemberian intramuskuler

memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak

konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam.

Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari

jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,

konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa,

bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan

bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya

diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat

dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran

partikel kurang

Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek

obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek

berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh

pemberian lewat IV.

Syarat pemberian obat secara IM :

Page 65: Laporan rumah sakit fix

1 Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi.

Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi

dari pada bentuk suspensi dan minyak.

2 Dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot

rangka

3 Tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari

syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh darah

utama.

4 Pada orang dewasa, tempat yang paling sering

digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat

bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi,

daerah glutel sempit dan komponen utama adalah

lemak, Bukan otot

5 Tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau

bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf

radial.

6 Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi

maximal 5 mili, bila disuntikkan di daerah glutel

dan 2 ml bila di deltoid.

Beberapa contoh Injeksi:

Page 66: Laporan rumah sakit fix

1. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis

Meningitis merupakan peradangan meningen

biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri

yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara

lain : Haemophilus influenzae, Neisseria

meningitidis, Streptococcus pneumoniae,

Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang

dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus

coxsackie, virus gondongan dan virus

koriomeningitis limfositik.

Ampisilin merupakan salah satu antibiotik

yang dapat digunakan untuk mengobati

meningitis.Penggunaanya biasa dikombinasi dengan

sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis

lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr

kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan

perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg

kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga

bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul

Page 67: Laporan rumah sakit fix

rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada

air pada waktu yang lama.

2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam

Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan

preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah

menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat

sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang

dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral

adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat

seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan

dalam periode tertentu dengan adanya cairan

pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai

campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada

waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan

suspensi kering salah satunya adalah karena obat-

obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada

dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.

Suspensi kering dibuat dengan granulasi

maupun tanpa granukasi.Granulasi adalah suatu

Page 68: Laporan rumah sakit fix

metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk

guna memperbaiki sifat alir serbuk.

Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :

      Dalam bentuk dan warana yang sedapat

mungkin teratur

      Memiliki sifat alir yang baik

      Tidak terlalu kering

      Hancur baik dalam air

      Menunjukkan kekompakan mekanis yang

memuaskan

3. Injeksi Oxytocin (Intramuskular)

Oksitosin (ŏk'sĭ-tō'sĭn) (bahasa Yunani:

"kelahiran cepat") adalah hormon pada manusia yang

berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat

pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah

dalam membantu proses kelahiran.

Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam

pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon

polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan

Page 69: Laporan rumah sakit fix

kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot

halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau

diperoleh dari globus posterior kelenjar

pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa

dimakan.

4. Injeksi Vitamin C

Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral

kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti

pasien penderita maag.Namun pada keaadaan

defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera

diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu

vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi.

Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan

pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C

dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular,

walaupun pemberian secara IM akan meninggalkan

rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM

memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi

biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang

dihasilkan

Page 70: Laporan rumah sakit fix

4.   Pemberian intrathekal-intraspinal

Penyuntikan langsung ke dalam cairan

serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda

dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini

mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang

sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar)

darah sehingga daerahnya tertutup.

Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat

hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik

lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan

akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu

harus pada posisi pasien tegak

5.   Intraperitoneal

Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut,

dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan

intraperitoneal dapat juga diberikan secara

intraspinal, im,sc, dan intradermal

6.  Intradermal

Cara penyuntikan melalui lapisan kulit

superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil

Page 71: Laporan rumah sakit fix

dari sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset

yang dapat dicapai sangat lambat.

7.   Intratekal

Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan

berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan untuk

infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk

anestesi spinal.Intratekal umumnya diinjeksikan

secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel

sehingga sediaan dapat beResep.rpenetrasi masuk ke

dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.

3.10 Managemen Farmasi di Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo

Pelayanan farmasi yang dilaksanakan di beberapa

Apotik RS Dr.Reksodiwiryo Padang sudah berjalan sesuai

dengan SPO ( Standar Prosedur Operasional ). Di

antaranya di Apotik Pelengkap dan Apotik BPJS.

1. Jenis Pasien yang dilayani pada Apotik BPJS.

Pasien BPJS

Page 72: Laporan rumah sakit fix

Merupakan pasien peserta program BPJS. Setiap

pengambilan obat harus menyertakan syarat-

syarat antara lain :

1.Resep Obat.

2.Fotokopi kartuJamkesmas/ BPJS.

3.Kertas kuning Pendaftaran Pasien.

Obat yang di berikan adalah Obat yang

diresepkan Berdasarkan Obat yang tertera

didalam Daftar E-Katalog.

2. Jenis Pasien yang dilayani pada Apotik Pelengkap.

a.Pasien BPJS

Merupakan pasien peserta program BPJS, dimana

mereka membayar iuran BPJS setiap bulannya.

b.Pasien Umum

Merupakan pasien yang dikenakan biaya

disetiap pengambilan obat dengan membayar

sejumlah harga obat yang telah ditulis pada

resep di kasir.

Page 73: Laporan rumah sakit fix

3. Pengambilan Obat serta Cara Pemberiannya

Pada Apotik RS

a.Menggunakan resep obat

b.Pemberian obat berdasarkan status pasien.

c.Obat langsung diberikan kepada keluarga

pasien atau kepada perawat ruangan.

4.Beberapa Obat dan Alkes yang terdapat di Apotik

Pelengkap.

a.Oral

1. Ranitidine Tab

2. Ciprofloxacin Tab

3. Domperidone Tab

4. Methyl prednisolon Tab

5. Pyrazinamide

6. Spironolakton

7. Lansoprazol Tab

b.Injeksi

1. Asam Tranexamat inj

Page 74: Laporan rumah sakit fix

2. Cefotaxime inj

3. Cefuroxime inj

4. Ceftriaxone inj

5. Ceftazidime inj

6. Ranitidine inj

7. Ketorolac inj

c.Alkes

1. Giving blood

2. Giving set

3. Folley catheter

4. IV catheter

5. Stomach tube dan Urine bag

d.Infus

1. Ringer laktat

2. NaCl 0.9 %

3. Glucosa 5 %

4. Aminofusin L 600

5. Triofusin

6. Tutofusin

7. Aminofusin hepar

Page 75: Laporan rumah sakit fix

3.11 Resep

3.11.1 Pengertian Resep

a. Pengertian Resep

Resep adalah permintaan tertulis dari seorang

dokter, dokter gigi, dan dokter hewan yang di beri izin

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyiapkan dan

atau membuat, meracik, dan menyerahkan obat kepada

pasien.

Dokter gigi di beri izin menulis resep dari segala

macam obat untuk pemakaian gigi, dan mulut dengan cara

injeksi/ parenteral atau cara pakai lainnya. Sedangkan

pembiusan atau pati rasa secara umum tetap

dilarang,bagi dokter gigi sesuai surat edaran (SE) dari

Depkes RI No. 19/Ph/62 2 Mei 1962.

Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari

segala macam obat yang digunakan khusus untuk hewan.

Page 76: Laporan rumah sakit fix

Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah

obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy

resep/ salinan resepnya.

Resep asli tersebut diberikan di apotik dan tidak

boleh diperlihatkan oleh orang lain kecuali diminta

oleh:

1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya

2. Pasien yang bersangkutan

3. Pegawai(kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang

ditugaskan untuk memeriksa, serta

4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya

pasien.

Resep disebut juaga formulae medicae terdiri atas:

a. Formula officinalis yaitu reesp yang

tercantum dalam buku farmakope atau buku

lainnya dan merupakan standar ( resep

standar)

Page 77: Laporan rumah sakit fix

b. Formula magistralis yaitu resep yang ditulis

oleh dokter.

Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya

Recipe = ambillah. Dibelakang tanda ini biasanya

baru tertera nama dan jumlah obat.

Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Jika

tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus

menanyakan pada dokter penulis resep tersebut.

Komponen resep menurut fungsi terbagi atas:

1. Remedium cardinale, bahan/ obat yang berkhasiat

utama

2. Remidium adjuvantia/ adjuvants, bahan / obat yang

menunjang bekerjanya bahan obat utama.

3. Corrigents, bahan/ obat tambahan guna memperbaiki

warna, rasa, dan bau obat utama.

Corigen dapat berupa :

Page 78: Laporan rumah sakit fix

a. Corrigen actionis, yaitu obat yang

memperbaiki/ menambah efek obat utama.

b. Corrigen saporis (memperbaiki rasa)

c. Corrigen odoris ( memperbaiki bau )

d. Corrigen coloris ( memperbaiki warna )

e. Corrigen solubilis ( memperbaiki kelarutan

dari obat utama )

4. Constituen/ vehiculum / eksipiens yaitu bahan

tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan

pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat.

b. Resep yang lengkap

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai

berikut :

1.Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter,

dokter gigi atau dokter hewan.

Page 79: Laporan rumah sakit fix

2.Tanggal penulisan resep ( inscriptio)

3.Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan

resep ( invocatio)

4.Nama setiap obat dan komposisinya

( praescriptio/ ordonatio )

5.Aturan pemakaian obat yang tertulis

( signatura )

6.Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep

sesuai dengan perturan perundang-undangan

yang berlaku ( subscriptio )

7.Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya

untuk resep dokter hewan

8.Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk

resep yang melebihi dosis maksimalnya.

c. Resep yang mengandung Narkotik

Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada

tulisan atau tanda iter (iterasi) yang berarti untuk

Page 80: Laporan rumah sakit fix

dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus) yang berarti

pemakaian diketahui.Resep yang mengandung narkotik ini

tidak boleh diulang, tetapi harus dengan resep

baru.Resep-resep yang mengandung narkotik harus harus

disimpan terpisah dari resep lainnya.

d. Resep yang memerlukan penanganan segera

Dokter dapat memberi tanda dibagian kanan atas

resepnya dengan kata-kata: Cito (segera), Statim

(penting), Urgent (sangat penting), P.I.M (periculum

in mora) artinya berbahaya jika ditunda. Urutan yang

didahulukan adalah PIM, Urgent, Statim,Cito.

e. Resep yang dapat atau tidak dapat diulang

Jika dokter mengkehandaki agar resepnya dapat

diulang, maka dalam resep ditulis kata “iter/iteratur”

dan berapa kali resep boleh diulang.

Jika dokter mengkehendaki agar resepnya tidak

boleh diulang tanpa sepengetahuannya, maka dapat

Page 81: Laporan rumah sakit fix

dituliskan pada resep tersebut dengan kata “n.i” =ne

iteratur (tidak dapat diulang).

Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang

mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat

keras yang ditetapkan oleh pemerintah/Menkes R.I.

3.11.2 Salinan Resep (Copy Resep)

(Apograph, examplum, atau afschrift)

Salinan Resep

Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh

apotek, bukan hasil fotokopi.

Salinan resep selain memuat semua keteranagn yang

termuat dalam resep asli harus memuat pula:

1.Nama dan alamat apotek

2.Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek

3.Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek

4.Tanda “det”=”detur”untuk obat yang belum

diserahkan

Page 82: Laporan rumah sakit fix

5.Nomor resep dan tanggal pembuatan

Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan

kepada dokter penulis resep, penderita yang

bersangkutan, petugas kesehatn atau petugas lain yang

berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3.11.3 Pengelola Resep yang Telah Dikerjakan

Resep yang telah dibuat, disimpan menurut urutan

tanggal dan nomor penerimaan/ pembuatan resep. Resep

yang mengandung narkotik harus:

1. Dipisahkan dari resep lainnya

2.Tandai dengan garis merah dibawah nama obatnya.

3.Setiap akhir bulan dinuat pelaporan

4.Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat

dimusnahlkan dengan cara dibakar atau dengan cara

lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh

Apoteker Pengelola Apotik (APA) bersama dengan

sekurang-kurangnya seorang petugas Apotik.

Page 83: Laporan rumah sakit fix

3.11.4 Penyerahan Obat

Penyerahan oabt dan perbekalan kesehatn dibidang

farmasi atas dasar fresep harus dilengkapi dengan

etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket warna

biru untuk obat luar.

Yang dimaksud obat luar dalam adalah obat yang

digunakan melalui mulut dan masuk kedalam kerongkongan

kemudian keperut/saluran pencernaan (oral), sedangkan

yang dimaksud obat luar adalah obat yang digunakan

melalui kulit, mata, hidung, telinga, vagina, rektum,

dan termasuk pula obat parenteral/injeksi/ obat suntik

dan obat kumur.

3.11.5 Etiket Obat

Pada etiket harus tercantum:

1. Nama dan alamat apotek

2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek

3. Nomor dan tanggal pembuatan

Page 84: Laporan rumah sakit fix

4. Nama pasien

5. Aturan pemakaian

6. Tanda lain yang diperlukan, misalnya: Kocok

dahulu, Tidak boleh diulang tanpa resep baru

dari dokter.

3.11.6 Penyerahan Obat Bebas dan Bebas Terbatas

Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas

yang dibuat oleh apotek itu sendiri tanpa resep harus

disertai dengan nota penjualan, yang dilengkapi dengan

etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket biru

untuk obat luar yang memuat:

1. Nama apotek dan alamat

2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek

3. Nama dan jumlah obat

4. Aturan pemakaian

5. Tanda lain yang diperlukan, misalnya: obat gosok,

obat kumur, obat batuk, kocok dahulu.

Page 85: Laporan rumah sakit fix

BAB IV

KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

4.1 Waktu Dan Tempat

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di

instalasi farmasi RS Dr.Reksodiwiryo Padang.Kegiatan

ini dilakukan pada tanggal 09 Februari sampai dengan 28

Februari 2015.

4.2 Kegiatan Pelaksanaan

Page 86: Laporan rumah sakit fix

Tempat di laksanakan kegiatan ini adalah Instalasi

Farmasi RS Dr.Reksodiwiryo Padang, yaitu pada apotik di

instalasi farmasi berikut :

1. Apotik BPJS

2. Apotik Pelengkap

3. Gudang Obat

4.2.1. Apotik BPJS

Apotik BPJS dipimpin oleh seorang apoteker dan

dibantu oleh beberapa Asisten Apoteker. Apotik ini

melaksanakan fungsi resep perorangan dari poliklinik

peserta BPJS.

Jenis poli yang di layani oleh Apotik BPJS :

1. IGD

2. Poli THT

3. Poli Syaraf

4. Poli Mata

5. Poli Paru

6. Poli Kebidanan

Page 87: Laporan rumah sakit fix

7. Poli Anak

8. Poli Jantung

9. Poli Gigi dan Mulut

10. Poli Orthopedi

11. Poli Penyakit Dalam

12. Poli fisioterapi

13. Poli bedah

Prosedur pelayanan resep di Apotik BPJS :

1. Periksa kelengkapan resep, harus sesuai dengan

ketentuan resep.

2. Resep diberi nomor, 1 bagian di tempelkan pada

bagian resep dan bagian lain diserahkan kepada

pasien.

3. Lakukan pengecekan atau konseling, obat yang

diberikan sesuai dengan jenis dan jumlah standar

obat yang ada.

4. Data obat yang ada dalam resep di entrikan dalam

komputer.

5. Pembuatan etiket obat sesuai pada resep.

Page 88: Laporan rumah sakit fix

6. Lakukan peraciakan obat sesuai dengan permintaan

dari dokter yang tertulis pada resep dan

dimasukkan ke dalam kantong plastik bersamaan

dengan etiketnya.

7. Lakukan pengecekan kembali atas nama, jenis obat

yang diberikan, cara dan waktu pakai.

8. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor

resep, nama, alamat dan identitas lainnya.

Kegiatan yang dilakukan di Apotik BPJS :

1. Melayani resep yang telah memenuhi syarat yaitu

menyertakan foto kopi kartu Askes atau BPJS dan

hasil pemeriksaan labor (untuk beberapa obat

tertentu) serta selembar resep.

2. Untuk permintaan obat1 bulan, resep dan

kelengkapan lainnya diserahkan 2 rangkap oleh

pasien kepada petugas apotik.

Page 89: Laporan rumah sakit fix

3. Setelah semua syarat telah di lengkapi maka

petugas kemudian memberikan nomor pada resep

tersebut.

4. Resep kemudian di entri ke komputer.

5. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada

resep.

6. Membuat copi resep untuk obat yang tidak ada atau

stock obat kosong.

7. Mengecek obat yang telah disiapkan apakah sesuai

dengan permintaan dan etiketnya.

8. Setelah benar, petugas apotik akan menyerahkan

obat sesuai dengan nomor resep,nama,alamat dan

keterangan lain.

4.2.2. Apotik Pelengkap

Apotik Pelengkap di pimpin oleh seorang

apoteker penanggung jawab dan dibantu oleh beberapa

Asisten Apoteker. Apotik ini melayani resep dari IGD,

resep dari ruang rawat inap, dan resep dari luar rumah

Page 90: Laporan rumah sakit fix

sakit yang terbagi atas 3 shift jaga yaitu pagi,sore

dan malam karena pelayanan yang dilakukan dalam 24 jam.

Prosedur pelayanan resep di Apotik Pelengkap :

1. Dokter menuliskan setiap resep obat yang

dibutuhkan pada kertas resep.

2. Perawat ruangan mengambil obat dengan menggunakan

kertas resep dan mencatat di buku obat di ruangan.

3. Bila ada masalah atau keraguan tentang obat maka

Asisten Apoteker (AA) berkonsultasi dengan

Apoteker penanggung jawab atau dokter

bersangkutan.

4. Setelah dinyatakan benar, AA mengentrikan obat

pada komputer sesuai dengan prosedur dan status

pasien ( BPJS dan Umum ).

5. AA menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada

resep.

6. Obat yang sudah disiapkan diserahkan pada perawat

ruangan untuk diberikan ke pasien .

Hal – hal yang dilakukan di Apotik Pelengkap:

Page 91: Laporan rumah sakit fix

1. Melayani permintaan obat atau alkes sesuai dengan

permintaan pada resep.

2. Membuat copy resep untuk obat atau alkes yang

tidak termasuk dalam daftar E-

katalog atau stock obat tersebut kosong.

3. Mencatat dan mengentri barang yang masuk dan

keluar pada komputer.

4. Membuat laporan untuk obat-obat expire date untuk

di kembalikan ke gudang untuk dimusnahkan.

5. Mengecek barang – barang yang masuk dari gudang.

6. Penerimaan obat-obat dan alkes yang dipesan dari

PBF.

3.2.3.Gudang Farmasi

Gudang farmasi adalah suatu tempat dimana obat

diterima dan disimpan untuk kemudian di salurkan atau

di distribusikan ke apotik rumah sakit.

Gudang farmasi terbagi 2 :

1. Gudang Kering

Page 92: Laporan rumah sakit fix

2. Gudang Basah

3. Gudang Pembalut

Tugas dan Fungsi Gudang Farmasi :

1. Menerima barang farmasi dari panitia penerimaaan

barang farmasi.

2. Menyimpan barang secara profesional.

3. Menjaga keamanan barang farmasi baik stabilitas

maupun keamanan dari pencurian.

4. Mendistribusikan barang farmasi sesuai ketentuan

yang ditetapkan.

5. Mengendalikan stock yang ada di gudang farmasi.

6. Melaksanakan tertib administrasi dengan baik dan

benar.

7. Menyusun kebutuhan barang farmasi, kebutuhan rumah

sakit secara profesional.

8. Membuat laporan secara berkala.

Page 93: Laporan rumah sakit fix

Ruangan pada gudang farmasi terbagi atas :

1. Transito In atau penerimaan

Merupakan tempat penerimaan atau pemeriksaan obat

dan perbekalan farmasi.

2. Gudang sentral atau Gudang induk.

Merupakan tempat penyimpanan obat dan perbekalan

farmasi dari transito In dimana penyimpanannya di

sesuaikan dengan jenis, suhu, bentuk, sifat, dan

kegunaannya.

3. Transito Out

Merupakan tempat pendistribusian obat dan

perbekalan farmasi yang akan diberikan pada depo-

depo farmasi.

Page 94: Laporan rumah sakit fix

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari Praktek kerja Lapangan yang telah

dilaksanakan pada masing-masing Apotik farmasi di RS

Dr.Reksodiwiryo Padang yaitu di Apotik Pelengkap Dan

Apotik BPJS dapat di ambil kesimpulan :

1. Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo merupakan rumah

sakit yang telah mendapat akreditasi dari

kementrian kesehatan dengan kategori 5

pelayanan. Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo juga

bertindak mengadakan kerjasama dengan Jasa

Raharja untuk menangani korban kecelakaan lalu

lintas.

Page 95: Laporan rumah sakit fix

2. Kegiatan pelayanan farmasi RS Dr.Reksodiwiryo

Padang belumseutuhnya berjalan sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) yang

ditetapkan. Namun akan dipenuhi secara

bertahap.

3. Pelayanan farmasi ditujukan kepada pasien umum,

Askes, Jamkesmas,Dinas. Pelayanan farmasi dapat

dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap dan

IGD.Apotik BPJS khusus melayani resep pasien

BPJS.Apotik Pelengkap melayani resep pasien

umum, IGD, dan pasien rawat inap 24 jam.Apotik

Pelengkap memberikan obat dengan sistem UDDS.

4. Pelayanan farmasi klinis sudah mulai

dilaksanakan tetapi belum seluruhnya karena

keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.

1.2. Saran

1. Agar dilakukan pengoptimalan farmasi klinis di

rumah sakit dengan meningkatkan SDM melalui

penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang

Page 96: Laporan rumah sakit fix

farmasi klinis bagi tenaga farmasi dan

melengkapi saran dan prasarana yang mendukung

program ini.

2. Agar bangunan instalasi farmasi sesuai dengan

ketentuan yang diatur sebagaimana standard

bangunan yang efektif dan efisien, sehingga

tercipta suasana dan kenyamanan dalam melakukan

pelayanan kefarmasian. Namun perbaikan bangunan

tersebut akan dilakukan secara bertahap.

3. Agar farmasis menjalin kerja sama yang lebih

erat dengan tenaga kesehatan lainnya terutama

dengan pengoptimalisasian pelayanan farmasi

klinis, seperti melakukan visite bersama ke

ruangan agar tercipta suatu bentuk komunikasi

yang lebih baik dari setiap profesi dan

tercapainya system pelayanan yang optimal bagi

masyarakat.

Page 97: Laporan rumah sakit fix

Daftar Pustaka

1. Syamsuni,H.A.2006.Ilmu Resep.Jakarta:Buku

Kedokteran EGC.

2. Anief,Moh. 2008.Ilmu Meracik

Obat.Yogyakarta:Universitas Gadja Mada.

3. http:// ocw.usu.ac.id/...sediaan-

steril/fkc_232_slide_ruang_lingkup_steril.pdf. diakses 20 februari

2015.

4. http://nikenprawesti28.blogspot.com/2013/05/

sediaan-steril.html. diakses 20 februari 2015 :

Page 98: Laporan rumah sakit fix
Page 99: Laporan rumah sakit fix