Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.HK.00.06.3.1.0476A tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Program Diploma III Kesehatan yang
dituangkan dalam SK Direktur Akademi Farmasi No: I/
AKFAR/08/2001 tentang Peraturan Akademik Mahasiswa/i
semester VI berdasarkan kurikulum pendidikan diwajibkan
mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan
beban sebanyak 6 SKS.
Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, maka tujuan pendidikan yang dimaksud
antara lain berkembangnya potensi mahasiswa agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa.
Page 2
Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran tidak
hanya terjadi di dalam ruangan saja, melainkan bisa
dilakukan di luar ruangan (Praktek Kerja
Lapangan).Manfaat yang di peroleh dari pembelajaran di
luar ruanganpun tidak kalah bila dibandingkan dengan di
dalam ruangan. Lapangan yang kita ambil harus
berhubungan dengan institusi pendidikan atau lingkungan
kerja langsung.
Dalam hal ini kedua proses pembelajaran tersebut
saling berkaitan satu sama lainnya karena lewat
pembelajaran di lapangan kita dapat mengaplikasikan
langsung ilmu dan keterampilan yang kita dapat dalam
pembelajaran di dalam ruangan. Melalui Praktek Kerja
Lapangan ini diharapkan Mahasiswa/i Akademi Farmasi
Prayoga Padang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan melatih keterampilannya langsung kepada masyarakat
sesuai pengawasan dan bimbingan masing-masing
institusi. Sehingga nantinya diharapkan setelah
Page 3
menyelesaikan studi, mahasiswa/i tersebut tidak
canggung dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
1.2 Perumusan Masalah
Mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan
kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan farmasi di
dalam instalasi farmasi RS Reksodiwiryo Padang. Mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penyerahan sampai evaluasi. Selain
itu, juga untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi
kefarmasian di RS Reksodiwiryo Padang .
1.3 Tujuan Penulisan
` Laporan ini ditulis sebagai bukti dan arsip dari
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan di RS Reksodiwiryo Padang terhitung dari
tanggal 09 Februari sampai dengan 28 Februari 2015 dan
sebagai pengalaman bagi mahasiswa/i agar memperoleh
hasil efektif, efisien dan optimal dalam memperoleh,
mengolah, menganalisis data atau informasi serta
Page 4
menginterpretasikan hasilnya saat presentasi kepada
masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah
berguna untuk memberi masukan serta membantu
mengevaluasi kegiatan farmasi mencakup efektivitas dan
efisiensi pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini berguna untuk
memenuhi tuntutan kurikulum program D III farmasi,
menerapkan serta membandingkan antara teori yang
diterima dengan pelaksanaan di lingkungan kerja,
menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan
tentang kefarmasian dan perbekalan alat kesehatan serta
kesiapan diri untuk memasuki dunia kerja.
Page 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.HK.00.06.3.1.0476A tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Program Diploma III Kesehatan yang
dituangkan dalam SK Direktur Akademi Farmasi No: I/
AKFAR/08/2001 tentang Peraturan Akademik Mahasiswa/i
semester VI berdasarkan kurikulum pendidikan diwajibkan
Page 6
mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang diberikan
beban sebanyak 6 SKS.
Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi, maka tujuan pendidikan yang dimaksud
antara lain berkembangnya potensi mahasiswa agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, terampil, kompeten dan berbudaya
untuk kepentingan bangsa.
Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran tidak
hanya terjadi di dalam ruangan saja, melainkan bisa
dilakukan di luar ruangan (Praktek Kerja
Lapangan).Manfaat yang di peroleh dari pembelajaran di
luar ruanganpun tidak kalah bila dibandingkan dengan di
dalam ruangan. Lapangan yang kita ambil harus
berhubungan dengan institusi pendidikan atau lingkungan
kerja langsung.
Dalam hal ini kedua proses pembelajaran tersebut
saling berkaitan satu sama lainnya karena lewat
Page 7
pembelajaran di lapangan kita dapat mengaplikasikan
langsung ilmu dan keterampilan yang kita dapat dalam
pembelajaran di dalam ruangan. Melalui Praktek Kerja
Lapangan ini diharapkan Mahasiswa/i Akademi Farmasi
Prayoga Padang dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan melatih keterampilannya langsung kepada masyarakat
sesuai pengawasan dan bimbingan masing-masing
institusi. Sehingga nantinya diharapkan setelah
menyelesaikan studi, mahasiswa/i tersebut tidak
canggung dalam menghadapi dunia kerja yang sebenarnya.
1.5 Perumusan Masalah
Mengetahui bagaimana proses penyelenggaraan
kegiatan yang berhubungan dengan perbekalan farmasi di
dalam instalasi farmasi RS Reksodiwiryo Padang. Mulai
dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,
pendistribusian, penyerahan sampai evaluasi. Selain
itu, juga untuk mengetahui bagaimana tugas dan fungsi
kefarmasian di RS Reksodiwiryo Padang .
1.6 Tujuan Penulisan
Page 8
` Laporan ini ditulis sebagai bukti dan arsip dari
pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan di RS Reksodiwiryo Padang terhitung dari
tanggal 09 Februari sampai dengan 28 Februari 2015 dan
sebagai pengalaman bagi mahasiswa/i agar memperoleh
hasil efektif, efisien dan optimal dalam memperoleh,
mengolah, menganalisis data atau informasi serta
menginterpretasikan hasilnya saat presentasi kepada
masyarakat.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah
berguna untuk memberi masukan serta membantu
mengevaluasi kegiatan farmasi mencakup efektivitas dan
efisiensi pelayanan yang sesuai dengan prosedur dan
ketentuan yang berlaku. Kegiatan ini berguna untuk
memenuhi tuntutan kurikulum program D III farmasi,
menerapkan serta membandingkan antara teori yang
diterima dengan pelaksanaan di lingkungan kerja,
Page 9
menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan
tentang kefarmasian dan perbekalan alat kesehatan serta
kesiapan diri untuk memasuki dunia kerja.
BAB III
PEMBAHASAN
Page 10
Instalasi farmasi merupakan bagian dari
management farmasi yaitu pengelolaanobat dan perbekalan
farmasi. Management pengelolaan adalah serangkaian
kegiatan yang meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan,
penemrimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatan dan
pelaporan, monitoring dan supervisi serta penghapusan.
3.1 PERENCANAAN
3.1.1 Pengertian Perencannaan
Definisi Perencanaan Obat Perencanaan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyusun
daftar kebutuhan obat yang berkaitan dengan suatu
pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis
dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau
tujuan yang telah ditetapkan. Proses perencanaan
terdiri dari perkiraan kebutuhan, menetapkan sasaran
dan menentukan strategi, tanggung jawab dan sumber yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Perencanaan dilakukan
secara optimal sehingga perbekalan farmasi dapat
digunakan secara efektif dan efisien.
Page 11
3.1.2 Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan Obat Beberapa tujuan
perencanaan dalam farmasi adalah untuk menyusun
kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk
mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan
persediaan farmasi serta meningkatkan penggunaan
persediaan farmasi secara efektif dan efisien. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencapai
tujuan perencanaan obat, yaitu : a. Mengenal dengan
jelas rencana jangka panjang apakah program dapat
mencapai tujuan dan sasaran. b. Persyaratan barang
meliputi : kualitas barang, fungsi barang, pemakaian
satu merk dan untuk jenis obat narkotika harus
mengikuti peraturan yang berlaku. c. Kecepatan
peredaran barang dan jumlah peredaran barang. d.
Pertimbangan anggaran dan prioritas.
Page 12
3.1.3 Prinsip Perencanaan
Prinsip perencanaan Pengadaan Obat Ada 2 cara yang
digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu
berdasarkan : a. Data statistik kebutuhan dan
penggunaan obat, dari data statistik berbagai kasus
penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut. b. Data
kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan
sistem administrasi atau akuntansi Instalasi Farmasi
Rumah Sakit. Data kebutuhan tersebut kemudian
dituangkan dalam rencana operasional yang digunakan
dalam anggaran setelah berkonsultasi dengan Panitia
Farmasi dan Terapi.
3.1.4 Tahap Perencanaan Kebutuhan Obat
Tahap perencanaan kebutuhan obat meliputi :
Page 13
1. Tahap Persiapan Perencanaan dan pengadaan obat
merupakan suatu kegiatan dalam rangka menetapkan
jenis dan jumlah obat sesuai dengan pola penyakit
serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini dapat
dilakukan dengan membentuk tim perencanaan
pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas penggunaan dana obat
melalui kerjasama antar instansi yang terkait
dengan masalah obat.
2. Tahap Perencanaan
a. Tahap pemilihan obat Tahap ini untuk menentukan
obat-obat yang sangat diperlukan sesuai dengan
kebutuhan, dengan prinsip dasar menentukan
jenis obat yang akan digunakan atau dibeli.
b. Tahap perhitungan kebutuhan obat Tahap ini
untuk menghindari masalah kekosongan obat atau
kelebihan obat. Dengan koordinasi dari proses
perencanaan dan pengadaan obat diharapkan obat
yang dapat tepat jenis, tepat jumlah dan tepat
waktu.
Page 14
Metode yang biasa digunakan dalam perhitungan
kebutuhan obat, yaitu :
1. Metode konsumsi Secara umum metode konsumsi
menggunakan konsumsi obat individual dalam
memproyeksikan kebutuhan yang akan datang
berdasarkan analisa data konsumsi obat tahun
sebelumnya.
2. Metode morbiditas Memperkirakan kebutuhan obat
berdasarkan jumlah kehadiran pasien, kejadian
penyakit yang umum, dan pola perawatan standar
dari penyakit yang ada.
3. Metode penyesuaian konsumsi Metode ini menggunakan
data pada insiden penyakit, konsumsi penggunaan
obat. Sistem perencanaan pengadaan didapat dengan
mengekstrapolasi nilai konsumsi dan penggunaan
untuk mencapai target sistem suplai berdasarkan
pada cakupan populasi atau tingkat pelayanan yang
disediakan.
Page 15
4. Metode proyeksi tingkat pelayanan dari keperluan
anggaran Metode ini digunakan untuk menaksir
keuangan keperluan pengadaan obat berdasarkan
biaya per pasien yang diobati setiap macam-macam
level dalam sistem kesehatan yang sama.
3.2 PENGADAAN
3.2.1 Pengertian Pengadaan
Definisi Pengadaan Obat Pengadaan merupakan
proses penyediaan obat yang dibutuhkan di Rumah Sakit
dan untuk unit pelayanan kesehatan lainnya yang
diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian dari
manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.
3.2.1 Siklus Pengadaan Obat
Pada siklus pengadaan tercakup pada keputusan-
keputusan dan tindakan dalam menentukan jumlah obat
yang diperoleh, harga yang harus dibayar, dan kualitas
obat-obat yang diterima. Siklus pengadaan obat mecakup
pemilihan kebutuha Gunakan indikator kunci seperti :
Page 16
rasio harga terhadap harga di pasar (market), rencana
pengadaan dan realisasi.
3.2.3 Metode Pelaksanaan Pengadaan Obat
Terdapat banyak mekanisme metode pengadaan obat,
baik dari pemerintah, organisasi non pemerintahan dan
organisasi pengadaan obat lainnya. Sesuai dengan
keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000 tentang Pedoman
Pelakasanaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah,
Metode pengadaan perbekalan farmasi di setiap
tingkatan pada sistem kesehatan dibagi menjadi 5
kategori metode pengadaan barang dan jasa, yaitu:
1. Pembelian
a. Pelelangan (tender)
b. Pemilihan langsung
c. Penunjukan langsung
d. Swakelola
2. Produksi
Page 17
a. Kriterianya adalah obat lebih murah jika
diproduksi sendiri.
b. Obat tidak terdapat dipasaran atau formula
khusus Rumah Sakit
c. Obat untuk penelitian
3. Kerjasama dengan pihak ketiga
4. Sumbangan
5. Lain-lain
3.2.4 Kriteria Umum Pemilihan
Pemasok Kriteria pemilihan pemasok sediaan farmasi
untuk Rumah Sakit, adalah:
1. Telah memenuhi persyaratan hukum yang berlaku
untuk melakukan produksi dan penjualan (telah
terdaftar).
2. Telah terakreditasi sesuai dengan persyaratan CPOB
dan ISO 9000.
3. Suplier dengan reputasi yang baik.
Page 18
4. Selalu mampu dan dapat memenuhi kewajibannya
sebagai pemasok produk obat.
3.2.1 Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan
Perbekalan
Kesehatan yang baik dan merupakan standar
universal mencakup aspek:
a. Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik
b. Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar
formularium Rumah Sakit
c. Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis
terbatas akan menurunkan harga
d. Pengadaan secara kompetitif Yakin akan
kehandalan penyalur dalam hal pemberian serius
dan kualitas Mengatur pengiriman obat dari
penyalur secara berkala (dalam waktu tertentu),
menghindari kelebihan persediaan maupun
kekurangan persediaan Yakin bahwa seluruh obat
yang dibeli standar kualitas diketahui
Page 19
Memperoleh harga pembelian serendah mungkin
Membeli obat-obatan yang tepat dengan jumlah
yang tepat n, penyesuaian kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, penetapan atau
pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak,
pemantauan status pemesanan, penerimaan dan
pemeriksaan obat, pembayaran, penyimpanan,
pendistribusian dan pengumpulan informasi
penggunaan obat. Proses pengadaan dikatakan baik
apabila tersedianya obat dengan jenis dan jumlah
yang cukup sesuai dengan mutu yang terjamin
serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
3.2.2 Jenis Pengadaan Obat di Rumah Sakit
Jenis pengadaan obat di Rumah Sakit dibagi menjadi
:
a. Berdasarkan dari pengadaan barang, yaitu :
a) Pengadaan barang dan farmasi
b) Pengadaan bahan dan makanan
Page 20
c) Pengadaan barang-barang dan logistik
b. Berdasarkan sifat penggunaannya :
a) Bahan baku, misalnya : bahan antibiotika
untuk pembuatan salep
b) Bahan pembantu, misalnya : Saccharum lactis
untuk pembuatan racikan puyer
c) Komponen jadi, misalnya : kapsul gelatin
d) Bahan jadi, misalnya : bukan kapsul
antibiotika, cairan infus
c. Berdasarkan waktu pengadaan, yaitu :
a) Pembelian tahunan (Annual Purchasing),
Merupakan pembelian dengan selang waktu satu
tahun
b) Pembelian terjadwal (Schedule Purchasing,
Merupakan pembelian dengan selang waktu
tertentu, misalnya 1 bulan, 3 bulan ataupun 6
bulan
c) Pembelian tiap bulan, Merupakan pembelian
setiap saat di mana pada saat obat mengalami
kekurangan. Sistem pengadaan perbekalan
Page 21
farmasi adalah penentu utama ketersediaan
obat dan biaya total kesehatan. Manajemen
pembelian yang baik membutuhkan tenaga medis.
Proses pengadaan efektif seharusnya :
Penurunan waktu keterlibatan perawaran dalam
distribusi obat.
3.3 PENERIMAAN
3.3.1 DEFENISI
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima
perbekalan farmasi yang diserahkan dari pemasok, gudang
faramasi atau unit distribusi, kepada unit penerima
(unit yang lebih rendah). Proses penerimaan harus
dilakukan oleh petugas yang bertanggung jawab untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan petugas
yang menerima harus terlatih.
3.3.1 Tata cara penerimaan :
Cocokkan :
- Surat pesanan dengan faktur/nota barang
Page 22
- Barang datang dengan faktur/nota barang
- Barang datang dengan surat pesanan
Cek kualitas produk :
- Pencatatan, expire date
- Pemeriksaan kualitas : kemasan, produk
(warna, bentuk, dll)
- Suhu waktu datang: cek ice box
- Waktu datang, dll.
Hal yang harus dicermati :
- Certivicate of analis
- Nama, kadar, jumlah,harus sesuai dengan
kontrak
- Tanggal kadaluarsa
- Fisik barang secara organoleptis
- Pelaksanan proses administrasi
Contoh Pengamatan Obat Secara Organoleptis :
Pengamatan mutu obat secara
organoleptis
Bau Terjadi perubahan bau (asetosal)
Page 23
WarnaTerjadi perubahan warna (vit.c
kecoklatan)
Pecah Tablet jadi mudah pecah (etambutol)
Kering Vvolume cairan berkurang)
MelelehPerubahan konstituen menjadi meleleh
(salep dan suppositoria)
Penerimaan Bahan Kimia
Hal-hal yang harus diperiksa pada saat
penerimaan barang farmasi:
1. Kontrak
2. CA
3. Packing Original
4. Nama, Kadar, jumlah,dll, harus sesuai
dengan kontrak
5. Tanggal Kadaluarsa
6. Fisik barang secara organoleptis
7. Pelaksaan proses administrasi
Alat kedokteran
Hal-hal yang harus diperiksa pada saat
penerimaan barang farmasi:
Page 24
1. Kontrak
2. Spesifikasi
3. Asesoris
4. Garansi
5. Wairing diagram
6. Petunjuk operasional
7. Uji coba dan uji fungsi
8. Administrasi
Page 25
3.4 Penyimpanan
3.4.1 DEFENISI
Penyimpanan barang farmasi adalah suatu kegiatan
penyimpanan dan memelihara dengan cara menempatkan
perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat merusak stabilitas dan mutu obat.
Tujuan penyimpanan
a) Memelihara mutu sediaan farmasi
b) Menghindari pemakaian obat yang tidak
bertanggung jawab
c) Menjaga ketersediaan
d) Memudahkan pencarian dan pengawasan
Kegiatan penyimpanan
3.4.2 PENGATURAN TATA RUANG
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan,
penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan
farmasi, diperlukan pengaturan tata ruang dengan baik.
Page 26
Ada beberapa hal yang haris diperhatikan dalam
penyimpanan, yaitu :
Persyaratan gudang farmasi dan apotik
1. Bangunan kokoh
2. Udara kering ( AC )
3. Temperatur penyimpanan, sesuai dengan sifat
kimia obat ( lemari pendingin )
4. Kelembaban tertentu (HUMIDITYFIER)
5. Terlindung dari cahaya matahari langsung
Tugas dan fungsi gudang farmasi da
1. Menyimpan barang secara profesional
2. Menjaga keamanan barang farmasi, baik
stabilitas maupun keamanan dari pencurian dan
bahaya lain.
3. Menerima barang dari pemasok
4. Mendistribusikan barang farmasi sesuai
ketentuan yang ditetapkan
5. Melaksanakan pelayanan resep
6. Melakukan pengendalian stok
Page 27
7. Melakukan tertib administrasi yang baikdan
benar
8. Membuat laporan secara berkala
Kelengkapan administrasi gudang farmasi
1. Buku barang masuk
2. Buku barang keluar
3. Interval waktu antara
4. Kartu stok barang
5. Kartu stok steling
6. Daftar kadaluarsa
7. Catatan lain yang diperlukan
Faktor penting dalam merancang bangunan
gudang farmasi dan apotik:
1. Kemudahan bergerak
2. Sirkulasi udara yang baik
3. Adanya rak dan pallet
4. Kondisi penyimpanan khusus
Page 28
5. Pencegahan kebakaran
A. KEMUDAHAN BERGERAK
Untuk kemudahan bergerak, perlu penataan apotik
dan gudang sebagai berikut :
a)Apotik menggunakan sistem satu lantai, jangan
gunakan sekat-sekat karena akan membatasi
pengaturan ruangan. Jika menggunakan sekat
perhatikan posisi dinding dan pintu untuk
mempermudah gerakan.
b) Berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran
perbekalan farmasi, ruang gudang dapat ditata
berdasarkan sistem arus garis lurus, arus U
atauarus L.
DENAH GUDANG ARUS LURUS
DENAH GUDANG ARUS U
PEMASOK TRANSITO TRANSITOPENYIMPANAN
TRANSITOPEMASOK
TRANSITO PENYIMPANAN
Page 29
DENAH GUDANG ARUS L
B. SIRKULASI UDARA YANG BAIK
1. Sirkulasi udara yang cukup, adalah hal yang
sangat penting dalam pengaturan apotik.
2. Bermanfaat untuk menjaga mutu
3. Perbekalan farmasi dan memperbaiki kondisi
kerja dilengkapi AC atau kipas angin
C. RAK DAN PALLET
Keuntungan menggunakan Pallet
1. Sirkulasi udara dari bawah dan
perlindungan dari banjir
2. Peningkatan efisiensi penanganan stok
PEMASOK
TRANSITO IN
PENYIMPANAN TRANSITO OUT
Page 30
3. Dapat menampung perbekalan farmasi lebih
banyak
4. Harga lebih murah dari rak
D. KONDISI PENYIMPANAN KHUSUS
1. Vaksin memerlukan ‟ Cold Chain ” khusus dan
harus dilindungi dari putusnya aliran listrik
2. Narkotika dan bahan berbahaya disimpan dalam
lemari khusus dan selalu terkunci
3. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam
ruang khusus
KONDISI PENYIMPANAN
KELEMBABAN Udara lembab dapat menimbulkan
kerusakan pada tablet salut
gula, kapsul, dll.
SINAR
MATAHARI
Sinar matahari langsung dapat
merusak injeksi, syrup, dll
SUHU/PANAS Suhu yang tinggi menyebabkan
kerusakan obat dan alkes
Page 31
KERUSAKAN
FISIK
Penumpukan terlalu tinggi, dus
berdempatan dengan benda tajam
KONTAMINASI
BAKTERI
Wadah obat yang terbuka/rusak,
mudah tercemar bakteri
PENGOTORAN Barang yang kotor dapat
menyebabkan adanya
insektisida/rodent
PENYIMPANAN (SUHU YANG DISYARATKAN PADA
RUANGAN)
SUHU • Suhu kamar 25 – 30 °C
• Suhu sejuk 8 – 15 °C
• Suhu dingin 2 -8 °C
KELEMBABAN • Kering <65 %
• Lembab 65 – 80 %
CAHAYA • Terlindung dari cahaya
matahari
• Peka terhadap cahaya
Page 32
E. PENCEGAHAN KEBAKARAN
1. Hindari adanya penumpukan bahan-bahan yang
mudah terbakar
2. Dilengkapi alat pemadam kebakaran
3. Tabung pemadam kebakaran harusdiperiksa
secara bekala
4. Harus ada peraturan tertulis tentang
pelarangan merokok dan menggunakan kompor
dilokasi sekitar gudang farmasi
4 PENYUSUNAN STOK OBAT
a. Sistim FIFO dengan urutan abjad
b. Dengan memisahkan obat dalam dan obat luar
c. Berdasarkan tanggal kadaluarsa obat
d. Susunobat dengan rapi pada rak
e. letakkan kartu stok di samping bat
5 PENCATATAN STOK OBAT
Dilakukansetiapmutasiobatsecararutindariharikehari
Informasi :
a. Jumlah obat tersedia (sisastok)
Page 33
b. Jumlah obat diterima
c. Jumlah obat keluar
d. Jumlah obat hilang / rusak / kadaluarsa
e. Jangka waktu kosong obat
6 PENGAMATAN MUTU OBAT
Diamati dari perubahan fisik maupun kimiaw
iobat, yang dapat dilihat secara organoleptik.
Juga diamati tanggal kadaluarsa obat. Tanda-
tanda perubahan mutu obat :
1. Tablet : perubahan warna, bau atau rasa,
sumbing, pecah, retak, bintik-bintik, lembab
2. Kapsul : warna sediaan di dalam kapsul,
kapsul terbuka, kosong atau rusak
3. Tablet salut ; warna, pecah-pecah, basah atau
lengket
4. Cairan : warna atau rasa berubah, botol
rusak atau bocor, timbul endapan atau keruh
5. Salep : warna dan bau berubah
Page 34
6. Injeksi : Kebocoran wadah, adanya partikel
asing, warna larutan berubah. Tindak lanjut
terhadap obat rusak:
1. Dikumpulkandandisimpanterpisah
2. Lakukanpencatatan
A. PENATAAN GUDANG
Penataan : Menyimpan barang di tempat yang
tepatatau dalam tata letak yang benar
Memudahkan proses pencarian barang segera
ditemukan.
Penataan : Analisa situasi
Tentukan tempat yang tepat
Tentukan bagaimana seharusnyamenyimpan
barang
Taati aturan penyimpanan
Persyaratan penataan :
- Harus memperhatikan :
Page 35
1. Efisiensi, Mutu, Keamanan,
Penyimpanan
2. Perpustakaan, Catatan medik,
Managemen gudang, dll.
B. PENGENDALIAN STOK
Pengendalian stok adalah Suatu kegiatan untuk
memastikan tercapainya sasaran yang dikehendaki
sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan / kekosongan stok di gudang dan unit-
unit pelayanan.
Tujuan pengendalian stok :
a. Agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan stok di gudang dan unit
pelayanan
b. Meminimalkan investasi
c. Menetapkan tingkat pelayanan yang tepat
d. Keseimbangan pemasukan dan dan
pengeluaran barang
Page 36
e. Meminimalkan biaya penyimpanan
mempertahankan pengendalian yang ” up to
date‟
f. Mengeliminasi barang yang ‟ slow moving
”
Kegiatan pengendalian stok :
1. Menghitung pemakaian rata-rata pada
periode
tertentu → disebut stok kerja
2. Buffer stok ( stok pengaman ) adalah
jumlah stock
yang disediakan untuk mencegah
terjadinya hal yang
tidak terduga
3. Menentukan waktu tunggu ( lead time )
4. Melaksanakan managemen persediaan obat
yang cermat
Page 37
5. Memilih sistem distribusi dan pelayanan
yangdapat memantau dan mengendalikan stok
3.4 PENDISTRIBUSIAAN
3.4.1 Defenisi
Distribusi / peredaran adalah : Serangkaian kegiatan
dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obat yang
bermutu dan terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan
jumlahnya dari gudang obat secara merata dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan di unit-unit pelayanan
kesehatan.
Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan,
dilakukan untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan. (PERATURAN
PEMERINTAH (PP) NO 72 TAHUN 1998).
3.4.2 Persyaratan Sistem Pendistribusian Obat dari
Gudang ke Apotik
Page 38
1. Ketersediaan perbekalan farmasi dapat terjamin dan
terpelihara.
2. Memudahkan pemantauan, monitoring dan pengawasan,
sehingga dapat meminimalisir jumlah obat yang
rusak dan expayer date, maupun menghindari
kehilangan, pemborosan dan penyalahgunaan
perbekalan farmasi.
3. Efisien dalam penggunaan tenaga, sarana dan dana
4. Mempunyai akses dalam semua tahap proses
distribusi untuk pengendalian, pemantauan dan
pelayanan.
3.4.3 Tujuan Distribusi Obat
1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata sehingga
dapat diperoleh pada saat yang dibutuhkan.
2. Terjamin kecukupan dan terpeliharanya
3. penggunaan obat di unit pelayanan kesehatan.
4. Terlaksananya pemerataan kecukupan persediaan.
Page 39
3.4.4 Hal-hal yang Perlu Dilakukan Dalam Kegiatan
Distribusi
1. Menentukan frekuensi atau jadwal distribusi
Menentukan frekuensi atau jadwal distribusi perlu
dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan
biaya distribusi yang tersedia.
2. Menentukan jumlah obat
Dalam menentukan jumlah obat perlu
dipertimbangkan pemakaian rata-rata setiap jenis
obat, sisa stock obat, pola penyakit, jumlah
kunjungan di masing-masing sub unit pelayanan
kesehatan dengan menghitung stock optimum setiap
jenis obat.
3. Memeriksa mutu dan kadaluarsa obat
Obat dan alat kesehatan yang didistribusikan ke
sub unit pelayanan kesehatan perlu di cek mutu
dan kadaluarsanya.
Page 40
4. Melaksanakan penyerahan, dapat dilakukan dengan
cara :
1. gudang obat menyerahkan obat dan diterima
di apotik.
2. Dijemput sendiri oleh petugas apotik.
3.1 PENCATATAN DAN PELAPORAN
3.5.1 Defenisi
Pencatatan adalah : suatu kegiatan
menginput data dari semua transaksi perbekalan farmasi
yang bertujuan untuk memonitor perbekalan farmasi yang
keluar dan masuk di unit pemberi dan penerima.
Pencatatan dapat dilakukan dengan digital
atau komputerisasi maupun manual.
3.5.2 TUJUAN
1 Tersedianya data tentang jenis dan jumlah
penerimaan, persediaan, pengeluaran pengeluaran
2. Tersedianya data tentang waktu dan seluruh
rangkaian kegiatan mutasi obat
Page 41
3.5.2 KARTU STOK
Fungsi
1. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi
perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluarsa.
2. Data kartu stok digunakan untuk membuat
laporan, perencanaan, menghitung rata-rata
penggunaan.
3. Pembanding dengan stok fisik
4. Menghitung harga rata-rata
5. Sebagai bahan untuk perlindungan hukum, dan
bahan akreditasi
6. Evaluasi dan pengawasan (produktivitas, beban
kerja, biaya, penilaian pertumbuhan dan
kemajuan).
Isi kartu stok
Page 42
1. Informasi tentang sediaan (nama, kadar, bentuk
sediaan dll )
2. Stok minimal, stok maksimal
3. Nomor, kode barang
4. Nomor bukti
5. Stok awal
6. Tanggal barang masuk dan keluar
7. Asal penerimaan dan tujuan penyerahan
8. Jumlah keluar dan masuk
9. Sisa stok
10. Tanggal kadaluarsa
11. Harga, dll
Informasi yang diperoleh:
1. Jumlah perbekalan farmasi yang tersedia ( sisa
stok )
2. Jumlah perbekalan farmasi yang diterima
Page 43
3. Jumlah perbekalan farmasiyang keluar
4. Jumlah perbekalan farmasi yang hilang, rusak,
kadaluarsa
5. Jangka waktu kekosongan
3.6 MONITORING DAN SUPERVISI
3.6.1 DEFENISI
Supervisi adalah suatu proses kegiatan terencana
oleh petugas pengelolaan obat dari unit yang tertinggi
(Kepala Instalasi Farmasi) ke unit terendah (Pelayanan
di apotik) dalam rangka monitoring pengelolaan obat
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
pengelolaan obat agar mutu pelayanan obat di apotik
dapat lebih ditingkatkan.
3.7.2 LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI
a. Sebelum supervisi (persiapan)
Mengumpulkan data dan masalah-masalah apotik
Menganalisa data permasalahan yang ada di apotik
Menentukan tujuan /sasaran utama
Page 44
Menyusun langkah yang akan dilakukan
b. Pelaksanaan
Meminta izin kepada pimpinan apotik
Mengumpulkan data dan informasi
Membahas dan menganalisa permasalahan yang ada
Memberikan solusi / tindakan langsung yang perlu
di laksanakan
c. Tindak lanjut
Menyusun laporan hasil supervisi
Menyampaikan hasil supervisi kepada direktur Rumah
Sakit sebagai bahan pembahasan untuk memperbaikan
mutu.
3.7 PENGHAPUSAN DAN PEMUSNAHAN
Penghapusan adalah Rangkaian kegiatan pemusnahan
sediaan farmasi,dalam rangka pembebasan barang
milik/kekayaan negara dari tanggung jawab tenaga
farmasi berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang
berlaku.
3.7.1 TUJUAN PEMUANAHAN PERBEKALAN FARMASI
Page 45
1) Melepaskan tanggung jawab petugas terhadap
sediaan farmasi/obat- obatan, yang sudah
ditetapkan untuk dihapuskan/dimusnahkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2) Penghematan biaya (biaya penyimpanan,
pemeliharaan, penjagaan dan lain-lain atau barang
yang sudah tidak layak untuk dipelihara
3) Menjaga keselamatan dan terhindar dari
pengotoran lingkungan
4) Menghindarkan penyalahgunaan
3.7.2 JENIS BARANG FARMASI YANG DIHAPUSKAN
1. Rusak secara fisik
2. Rusak secara kimia dan fisika
3. Kadaluarsa
4. Tidak digunakan karena alasan farmakologi,
keamanan dan efektifitas
5. Terputusnya rantai dingin ( untuk obat yang
harus disimpan pada temperatur rendah )
6. Barang yang sudah ditarik dari peredaran
Page 46
3.7.3 PROSEDUR PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI
Usulan kepada Direktur Rumah Sakit
Analisis
Kepala Dinas Kesehatan
Balai POM
Cek Lapangan
Surat Izin
Pelaksanaan Penghapusan
Page 47
Laporan/Berita Acara
3.7.4 KEGIATAN PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI
1. Membuat daftar sediaan farmasi/obat-obatan yang
akan di hapuskan beserta alasan-alasannya
2. Pisahkan sediaan farmasi/obat-obatan yang
kadaluwarsa/rusak pada tempat tertentu sampai
pelaksanaan pemusnahan
3. Pisahkan narkotika dan psikotropika dari obat
lainnya
4. Melaporkan kepada Kepala dinas kesehatan
mengenai sediaan farmasi/obat-obatan yang akan
dihapuskan
5. Membentuk Panitia Pemeriksaan sediaan
farmasi/obat-obatan melalui Surat Keputusan
Bupati/Walikota
6. Membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan sediaan
farmasi/obat-obatan oleh Panitia Pemeriksaan
dan Penghapusan sedian farmasi/obat-obatan
Page 48
7. Melaporkan hasil pemeriksaan kepada yang
berwenang/pemilik obat
8. Melaksanakan penghapusan setelah ada keputusan
dari yang berwenang
9. Menyerahkan berita acara penghapusan kepada
saksi-saksi dan pertinggal diarsipkan.
3.7.5 TATA CARA PEMUSNAHAN
1. Menggunakan Incenerator
2. Inertisasi
1. INCENERATOR
Incinerator adalah suatu alat pembakar yang
dioperasikan dengan menggunakan teknologi
pembakaran pada suhu yang tinggi, sehingga
hasil pembakaran dapat berupa asap dan debu
dengan partikel yang sangat halus.
Incenerator ini memiliki :
1. Ruang pembakaran,
2. Ruangan tempat sisa pembakaran
3. Corong tempat keluarnya asap, hasil
dari pembakaran
Page 49
Proses Insenerasi Akan Berlangsung
Melalui 3 Tahapan:
1. Tahapan pertama adalah membuat air
dalam limbah menjadi uap air, hasilnya
limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis,
yaitu proses pembakaran yang tidak
sempurna, karena temperatur belum
maksimal
3. Fase berikutnya adalah terjadinya
pembakaran sempurna terhadap
semualimbah.
CATATAN :
Ruang bakar pertama digunakan pembakar limbah,
suhu dikendalikan antara 4000c-6000c.
Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar
asap dan bau dengan suhu 6000c-12000c.
2. INERTISASI
Page 50
Inertisasi merupakan cara penghapusan yang
lebih sederhana yaitu dengan mencampurkan
limbah dengan semen, pasir, batu kapur, dan
air dengan maksud untuk meminimalkan resiko
pencemaran lingkungan, yaitu mencegah
berpindahnya substansi yang ada dalam limbah
ke air permukaan atau air tanah. Biasanya
cara ini digunakan jika jumlah limbah yang
akan dimusnahkan sedikit/tidak banyak.
Prosedur pemusnahan sediaan farmasi
dengan cara inertisasi
1. Menetapkan lokasi pemusnahan yang jauh dari
pemukiman dan lokasi tersebut memang tempat
pembuangan
2. Membuat Berita Acara Pemusnahan
3. Melaksanakan pemusnahan dengan inertisasi,
dan menandatangani berita acara pemusnahan,
kemudian menyerahkan berita acara kepada
saksi-saksi.
Page 51
3.9 SEDIAAN STERIL
3.9.1 FORMULASI SEDIAAN STERIL
A. DEFENISI
Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas
mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik
patogen atau nonpatogen.Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup.
Sediaan parenteral ini merupakan sediaan yang unik
diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini
disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa kebagian
dalam tubuh. Karena sediaan mengelakkan garis
pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien,
yakni membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus
bebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen toksik
dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi dan luar
biasa. Semua komponen dan proses yang terlibat dalam
penyediaan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi secara fisik,
kimia atau mikrobiologi
Page 52
Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi
yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari
mikroorganisme
Sterilitas khusus ini disebabkan metode, tempat
atau saluran pemberiannya. Yang termasuk dalam sediaan
steril antara lain sediaan parenteral volume besar,
sediaan parenteral volume kecil (injeksi), sediaan mata
(tetes/salep mata).
Berdasarkan cara penggunaannya sediaan steril dibedakan
berdasarkan :
a. Injeksi
Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok
dengan atau tanpa bahan tambahan yang dimaksudkan
untuk penggunaan parenteral.
b. Cairan Infus
Merupakan injeksi khusus karena cara
pemberiannya dan volumenya besar Berguna untuk :
1. Nutrisi dasar, contoh : infus dekstrosa
Page 53
2. Perbaikan keseimbangan elektrolit,
contoh : infuse ringer mengandung ion Na+, K+,
Ca2+ dan Cl-
3. Pengganti cairan tubuh, contoh iInfus
dekstrosa dan NaCl
4. Membantu diagnosis, contoh untuk penentuan
fungsi ginjal : injeksi mannitol
c. Radiopharmaceutical
Suatu injeksi yang mengandung bahan
radioaktif.Berfungsi untuk diagnosis dan
pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan
penggunaannya berbeda dengan bahan obat biasa (non
radioaktif)
d. Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat
Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/lrt
disimpan dalam bentuk zat padat kering yang
dilarutkan pada waktu akan digunakan. _ Jika bahan
padat kering tidak mengandung dapar, pengencer
atau zat tambahan lain, dan bila ditambah pelarut
lain yang sesuai, memberikan larutan yang memenuhi
Page 54
semua aspek persyaratan untuk obat suntik. Sediaan
diberi label obat steril.
Contoh : Ampicillin Sodium Steril
Jika bahan padat kering mengandung satu atau
lebih, dapar, pengencer atau zat tambahan lain,
sediaan diberi label obat suntik/injeksi.Contoh :
Amphotericin B Injeksi
e. Larutan Irigasi
1 Persyaratan seperti larutan parenteral
2 Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup
dapat berputar
3 Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka,
sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
4 Diberi label sama seperti injeksi.
Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi,
Ringers untuk irigasi, Steril water untuk irigasi
5 Label/etiket : “bukan untuk obat suntik”
f. Larutan Dialisis
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis
yang secara normal disekresikan oleh ginjal. Pada
Page 55
kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien
yang menunggu transplantasi ginjal, dialysis
adalah prosedur darurat untuk menyelamatkan
hidup. Dialisis adalah proses, dimana senyawa-
senyawa dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam
larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi
lewat membran. Larutan yang tersedia di
perdagangan mengandung dekstrosa sebagai sumber
utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, dan
asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen.
g. Bahan Diagnostik
Diagnostik merupakan salah satu metode
pemeriksaan dalam ilmu pengobatan pencegahan
(preventive medicine) penyakit infeksi, didasarkan
atas reaksi antara suatu antibodi dengan antigen
yang bersangkutan. Untuk ini digunakan suntikan
intrakutan diatas kulit (imunity skin test) dengan
suatu antigen dengan kadar serendah2nya yang masih
memungkinkan adanya reaksi.
Page 56
Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan
diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh sudah
mengandung antibodi tertentu. _ Hasil negatip,
berarti tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm
keadaan ini orang harus diberi vaksin untuk
mengebalkan tubuh secara aktif
Reaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes
kekebalan yg terkenal untuk mendiagnosa penyakit
tuberculose (Mantoux skin test )
Zat-zat yang diberikan kepada pasien secara
oral/parenteral untuk menentukan keadaan
fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk
membantu dokter menentukan diagnosa penyakit dan
juga digunakan dalam reaksi imunisasi.Contoh :
Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan
volume darah.
h. Allergi Ekstrak (Ekstrak allergen)
Merupakan larutan pekat alergen steril untuk
maksud diagnosis atau pengobatan reaksi alergi.
i. Larutan, suspensi dan salep untuk mata
Page 57
Obat-obatan dalam larutan atau suspensi yang
diberikan dengan meneteskan ke dalam mata termasuk
sediaan steril, meskipun batasan steril biasanya
tidak dimasukkan dalam pada namanya, seperti :
“Sulfacetamide larutan mata” atau Hydrocortison
Acetat Suspensi mata.
j. Pelet steril atau implantasi subkutan
Pelet atau implan steril merupakan tablet
berbentuk silindris, kecil, padat dengan diameter
lebih kurang 3,2 mm dan panjang 8 mm, dibuat
dengan mengempa dan dimaksud untuk ditanam
subkutan (paha atau perut) untuk tujuan
menghasilkan pelepasan obat terus menerus selama
jangka waktu panjang.3-5 bln. Obat antihamil dlm
bentuk inplan dapat bekerja sampai 3 thn.(Implanon
mengandung etonogestrel 68 mg/susuk
KB).Menggunakan penyuntikan khusus (trocar)/dengan
sayatan digunakan untuk hormon yang kuat sampai
100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral).Pelet
tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer
Page 58
atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan
seluruhnya melarut dari absorbsi pelet di tempat
penanaman.
Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10
dan 25 mg estrogen estradiol (dosis lazim oral dan
parenteral 250 mcg).
k. Antikoagulan
Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh
syarat seperti injeksi dan bebas pirogen.
Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril, ACDP,
Heparin, ACD
l. Sediaan vaksin
Merupakan produk biologi (pembantu
diagnostik) untuk tujuan mencegah penyakit dan
pengobatan
3.9.2 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
1. Keuntungan sediaan parenteral:
1. Aksi obat lebih cepat
Page 59
2. Cocok untuk obat inaktif jika diberikan
oral
3. Obat yang mengiritasi bila diberikasn
secara oral
4. Kondisi pasien (pingsan, dehidrasi)
sehingga tidak memungkinkan obat diberikan
secar oral.
5. Dapat digunakan secara depo terapi.
6. Kemurniaan dan takaran zat berkhasiat
lebih terjamin
2. Kerugian sediaan parenteral:
1. Karena bekerja cepat, jika terjadi
kekeliruan sukaar dilakukan pencegahan.
2. Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan
sediaan per oral
3. Risiko, kalau alergi atau salah obat maka
tidak bisa langsung dighilangkan
4. Cara pemberian lebih sukar, butuh personil
khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau
perawat.
Page 60
3.9.3 Alasan obat dibuat sediaan parenteral:
1. Kadar obat sampai ke target
Jumlah obat yang sampai ke jaringan target
sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk
terapi.
2. Parameter farmakologi
Meliputi waktu paruh, C maks., onset.
3. Jaminan dosis dan kepatuhan
Terutama untuk pasien-pasien rawat jalan
4. Efek biologis
Efek biologis tidak dapat dicapai karena
obat tidak bisa dipakai secara oral.Contoh:
amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak
oleh asam lambung).
5. Alternatif rute, jika tidak bisa lewat oral.
6. Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek
atau reaksi toksik sistemik.
Contoh: methotreksat, penggunaan secara
intratekal untuk pengobatan leukimia.
7. Kondisi pasien
Page 61
Untuk pasien-pasien yang tidak saar,
tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol
8. Inbalance (cairan badan dan elektrolit)
Contoh: muntaber serius, sehingga
kekurangan elektrolit yang penting dan segera
harus dikembalikan
9. Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi
lokal
3.9.4 RUTE PENGGUNAAN
1. Intravena
Merupakan larutan yang dapat mengandung
cairan yang tidak menimbulkan iritasi yang dapat
bercampur dengan air, volume 1 ml sampai 10 ml.
Larutan ini biasanya isotonis dan hipertonis.Bila
larutan hipertonis maka disuntikkan perlahan-
lahan.Larutan injeksi intravena harus jernih
betul, bebas dari endapan atau partikel padat,
karena dapat menyumbat kapiler dan menyebabkan
kematian.Penggunaan injeksi intravena tidak boleh
Page 62
mengandung bakterisida dan jika lebih dari 10 ml
harus bebas pirogen.
2. Pemberian Subkutis (Subkutan)
Lapisan ini letaknya persis dibawah kulit,
yaitu lapisan lemak (lipoid) yang dapat digunakan
untuk pemberian obat antara lain vaksin, insulin,
skopolamin, dan epinefrin atau obat lainnya. Injeksi
subkutis biasanya diberikan dengan volume samapi 2
ml (PTM membatasi tak boleh lebih dari 1 ml) jarum
suntik yang digunakan yang panjangnya samapi ½
sampai 1 inci (1 inchi = 2,35 cm)
Cara formulasinya harus hati-hati untuk
meyakinkan bahwa sediaan (produk) mendekati kondisi
faal dalam hal pH dan isotonis. FN (1978)
mensyaratkan larutannya isotoni dan dapat
ditambahkan bahan vasokontriktor seperti Epinefrin
untuk molekulisasi obat (efek obat)
Cara pemberian subkutis lebih lambat apabila
dibandingkan cara intramuskuler atau intravena.
Namun apabila cara intravena volume besar tidak
Page 63
dimungkinkan cara ini seringkali digunakan untuk
pemberian elektrolit atau larutan infuse i.v
sejenisnya. Cara ini disebut hipodermoklisis, dalam
hal ini vena sulit ditemukan. Karena pasti terjadi
iritasi maka pemberiannya harus hati-hati. Cara ini
dpata dimanfaatkan untuk pemberian dalam jumlah 250
ml sampai 1 liter.
3. Pemberian Intramuskuler
Intramuskuler artinya diantara jaringan otot.
Cara ini keceparan absorbsinya terhitung nomor 2
sesudah intravena. Jarum suntik ditusukkan langsung
pada serabut otot yang letaknya dibawah lapisan
subkutis. Penyuntikan dapat di pinggul, lengan
bagian atas. Volume injeksi 1 sampai 3 ml dengan
batas sampai 10 ml (PTM—volume injeksi tetap dijaga
kecil, biasanya tidak lebih dari 2 ml, jarum suntik
digunakan 1 samai 1 ½ inci. Problem klinik yang
biasa terjadi adalah kerusakan otot atau syaraf,
terutama apabila ada kesalahan dalam teknik
pemberian (ini penting bagi praktisi yang berhak
Page 64
menyuntik). Yang perlu diperhatikan bagi Farmasis
anatara lain bentuk sediaan yang dapat diberikan
intramuskuler, yaitu bentuk larutan emulsi tipe m/a
atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru
dari puder steril. Pemberian intramuskuler
memberikan efek “depot” (lepas lambat), puncak
konsentrasi dalam darah dicapai setelah 1-2 jam.
Faktor yang mempengaruhi pelepasan obat dari
jaringan otot (im) anatar lain : rheologi produk,
konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa,
bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk dan
bentuk fisik dari produk. Persyaratan pH sebaiknya
diperhatikan, karena masalah iritasi, tetapi dapat
dibuat pH antara 3-5 kalau bentuk suspensi ukuran
partikel kurang
Pemberian obat intramuscular menghasilkan efek
obat yang kurang cepat, tetapi biasanya efek
berlangsung lebih lama dari yang dihasilkan oleh
pemberian lewat IV.
Syarat pemberian obat secara IM :
Page 65
1 Dapat berupa larutan, air, minyak, atau suspensi.
Biasanya dalam bentuk air lebih cepat diabsorbsi
dari pada bentuk suspensi dan minyak.
2 Dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam otot
rangka
3 Tempat penyuntikan sebaiknya sejauh mungkin dari
syaraf- syaraf utama dan pembuluh-pembuluh darah
utama.
4 Pada orang dewasa, tempat yang paling sering
digunakan utnuk suntik IM, adalah seperempat
bagian atas luar otot gluteus max. pada bayi,
daerah glutel sempit dan komponen utama adalah
lemak, Bukan otot
5 Tempat suntikan lebih baik dibagian atas atau
bawah deltoid, karena lebih jauh dari syaraf
radial.
6 Volume yang umum diberikan IM, sebaiknya dibatasi
maximal 5 mili, bila disuntikkan di daerah glutel
dan 2 ml bila di deltoid.
Beberapa contoh Injeksi:
Page 66
1. Injeksi Antibiotik untuk Meningitis
Meningitis merupakan peradangan meningen
biasanya disebabkan bakteri atau virus.Bakteri
yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah antara
lain : Haemophilus influenzae, Neisseria
meningitidis, Streptococcus pneumoniae,
Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan virus yang
dapat menyebabkan meningitis antara lain: virus
coxsackie, virus gondongan dan virus
koriomeningitis limfositik.
Ampisilin merupakan salah satu antibiotik
yang dapat digunakan untuk mengobati
meningitis.Penggunaanya biasa dikombinasi dengan
sulbaktam untuk meningkatkan aktivitas nya. Dosis
lazim yang digunakan adalah: 1,5 gr – 3gr
kombinasi antara ampisilin dengan sulbaktam dengan
perbandingan 2:1. berdasarkan literatur 375 mg
kombinasi tersebut larut dalam 1 ml air. Sehingga
bentuk sediaan yang dipakai adalah ampul
Page 67
rekonstitusi karena ampisilin tidak stabil pada
air pada waktu yang lama.
2. Injeksi Antibiotik Golongan Beta Laktam
Suspensi kering adalah sediaan khusus dengan
preparat berbentuk serbuk kering yang baru dirubah
menjadi suspensi dengan penambahan airr sesaat
sebelum digunakan. Kebanyakan dari obat-obat yang
dibuat dari campuran kering untuk suspensi oral
adalah obat-obat anatibiotik karena obat-obat
seperti antibiotik tidak stabil untuk disimpan
dalam periode tertentu dengan adanya cairan
pembawa air maka lebih sering diberikan sebagai
campuran serbuk keringuntuk dibuat suspensi pada
waktu pada waktu akan diberikan. Alasan pembuatan
suspensi kering salah satunya adalah karena obat-
obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada
dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.
Suspensi kering dibuat dengan granulasi
maupun tanpa granukasi.Granulasi adalah suatu
Page 68
metode yang memperbesar ukuran partikel serbuk
guna memperbaiki sifat alir serbuk.
Persyaratan pada sebuah granulat sebaiknya :
Dalam bentuk dan warana yang sedapat
mungkin teratur
Memiliki sifat alir yang baik
Tidak terlalu kering
Hancur baik dalam air
Menunjukkan kekompakan mekanis yang
memuaskan
3. Injeksi Oxytocin (Intramuskular)
Oksitosin (ŏk'sĭ-tō'sĭn) (bahasa Yunani:
"kelahiran cepat") adalah hormon pada manusia yang
berfungsi untuk merangsang kontraksi yang kuat
pada dinding rahim/uterus sehingga mempermudah
dalam membantu proses kelahiran.
Injeksi oksitosin adalah larutan steril dalam
pelarut yang sesuai, bahan yang mengandung hormon
polipeptida yang mempunyai sifat yang menyebabkan
Page 69
kontraksi otot rahim, otot vaskular, dan otot
halus lain, yang dibuat dengan sintesis atau
diperoleh dari globus posterior kelenjar
pituitaria hewan peliharaan sehat yang biasa
dimakan.
4. Injeksi Vitamin C
Vitamin C tidak boleh diberikan secara oral
kepada pasien dalam kondisi tertentu seperti
pasien penderita maag.Namun pada keaadaan
defisiensi vitamin C pasien tersebut harus segera
diberikan suplemen vitamin C. Oleh sebab itu
vitamin c dibuat dalam bentuk sediaan injeksi.
Injeksi intravena vitamin C dapat menyebabkan
pusing dan pingsan, oleh sebab itu vitamin C
dibuat dalam bentuk injeksi intra muscular,
walaupun pemberian secara IM akan meninggalkan
rasa sakit ditempat suntikan. Pemerian obat IM
memberikan efek obat yang kurang tepat, tetapi
biasanya efek berlangsung lebih lama dari yang
dihasilkan
Page 70
4. Pemberian intrathekal-intraspinal
Penyuntikan langsung ke dalam cairan
serebrospinal pada beberapa temapt. Cara ini berbeda
dengan cara spinal anastesi. Kedua pemberian ini
mensyaratkan sediaan dengan kemurniaannya yang
sangat tinggi, karena daerah ini ada barier (sawar)
darah sehingga daerahnya tertutup.
Sediaan intraspinal anastesi biasanya dibuat
hiperbarik yaitu cairannya mempunyai tekanan barik
lebih tinggi dari tekanan barometer. Cairan sediaan
akan bergerak turun karena gravitasi, oleh sebab itu
harus pada posisi pasien tegak
5. Intraperitoneal
Penyuntikan langsung ke dalam rongga perut,
dimana obat secara cepat diabsorbsi. Sediaan
intraperitoneal dapat juga diberikan secara
intraspinal, im,sc, dan intradermal
6. Intradermal
Cara penyuntikan melalui lapisan kulit
superficial, tetapi volume pemberian lebih kecil
Page 71
dari sc, absorbsinya sangat lambat sehingga onset
yang dapat dicapai sangat lambat.
7. Intratekal
Digunakan khusus untuk bahan obat yang akan
berefek pada cairan serebrospinal. Digunakan untuk
infeksi ssp seperti meningitis, juga untuk
anestesi spinal.Intratekal umumnya diinjeksikan
secara langsung pada lumbar spinal atau ventrikel
sehingga sediaan dapat beResep.rpenetrasi masuk ke
dalam daerah yang berkenaan langsung pada SSP.
3.10 Managemen Farmasi di Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo
Pelayanan farmasi yang dilaksanakan di beberapa
Apotik RS Dr.Reksodiwiryo Padang sudah berjalan sesuai
dengan SPO ( Standar Prosedur Operasional ). Di
antaranya di Apotik Pelengkap dan Apotik BPJS.
1. Jenis Pasien yang dilayani pada Apotik BPJS.
Pasien BPJS
Page 72
Merupakan pasien peserta program BPJS. Setiap
pengambilan obat harus menyertakan syarat-
syarat antara lain :
1.Resep Obat.
2.Fotokopi kartuJamkesmas/ BPJS.
3.Kertas kuning Pendaftaran Pasien.
Obat yang di berikan adalah Obat yang
diresepkan Berdasarkan Obat yang tertera
didalam Daftar E-Katalog.
2. Jenis Pasien yang dilayani pada Apotik Pelengkap.
a.Pasien BPJS
Merupakan pasien peserta program BPJS, dimana
mereka membayar iuran BPJS setiap bulannya.
b.Pasien Umum
Merupakan pasien yang dikenakan biaya
disetiap pengambilan obat dengan membayar
sejumlah harga obat yang telah ditulis pada
resep di kasir.
Page 73
3. Pengambilan Obat serta Cara Pemberiannya
Pada Apotik RS
a.Menggunakan resep obat
b.Pemberian obat berdasarkan status pasien.
c.Obat langsung diberikan kepada keluarga
pasien atau kepada perawat ruangan.
4.Beberapa Obat dan Alkes yang terdapat di Apotik
Pelengkap.
a.Oral
1. Ranitidine Tab
2. Ciprofloxacin Tab
3. Domperidone Tab
4. Methyl prednisolon Tab
5. Pyrazinamide
6. Spironolakton
7. Lansoprazol Tab
b.Injeksi
1. Asam Tranexamat inj
Page 74
2. Cefotaxime inj
3. Cefuroxime inj
4. Ceftriaxone inj
5. Ceftazidime inj
6. Ranitidine inj
7. Ketorolac inj
c.Alkes
1. Giving blood
2. Giving set
3. Folley catheter
4. IV catheter
5. Stomach tube dan Urine bag
d.Infus
1. Ringer laktat
2. NaCl 0.9 %
3. Glucosa 5 %
4. Aminofusin L 600
5. Triofusin
6. Tutofusin
7. Aminofusin hepar
Page 75
3.11 Resep
3.11.1 Pengertian Resep
a. Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang
dokter, dokter gigi, dan dokter hewan yang di beri izin
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyiapkan dan
atau membuat, meracik, dan menyerahkan obat kepada
pasien.
Dokter gigi di beri izin menulis resep dari segala
macam obat untuk pemakaian gigi, dan mulut dengan cara
injeksi/ parenteral atau cara pakai lainnya. Sedangkan
pembiusan atau pati rasa secara umum tetap
dilarang,bagi dokter gigi sesuai surat edaran (SE) dari
Depkes RI No. 19/Ph/62 2 Mei 1962.
Dokter hewan diberi izin untuk menulis resep dari
segala macam obat yang digunakan khusus untuk hewan.
Page 76
Resep asli tidak boleh diberikan kembali setelah
obatnya diambil oleh pasien, hanya dapat diberikan copy
resep/ salinan resepnya.
Resep asli tersebut diberikan di apotik dan tidak
boleh diperlihatkan oleh orang lain kecuali diminta
oleh:
1. Dokter yang menulisnya atau yang merawatnya
2. Pasien yang bersangkutan
3. Pegawai(kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang
ditugaskan untuk memeriksa, serta
4. Yayasan dan lembaga lain yang menanggung biaya
pasien.
Resep disebut juaga formulae medicae terdiri atas:
a. Formula officinalis yaitu reesp yang
tercantum dalam buku farmakope atau buku
lainnya dan merupakan standar ( resep
standar)
Page 77
b. Formula magistralis yaitu resep yang ditulis
oleh dokter.
Resep selalu dimulai dengan tanda R/ yang artinya
Recipe = ambillah. Dibelakang tanda ini biasanya
baru tertera nama dan jumlah obat.
Umumnya resep ditulis dalam bahasa latin. Jika
tidak jelas atau tidak lengkap, apoteker harus
menanyakan pada dokter penulis resep tersebut.
Komponen resep menurut fungsi terbagi atas:
1. Remedium cardinale, bahan/ obat yang berkhasiat
utama
2. Remidium adjuvantia/ adjuvants, bahan / obat yang
menunjang bekerjanya bahan obat utama.
3. Corrigents, bahan/ obat tambahan guna memperbaiki
warna, rasa, dan bau obat utama.
Corigen dapat berupa :
Page 78
a. Corrigen actionis, yaitu obat yang
memperbaiki/ menambah efek obat utama.
b. Corrigen saporis (memperbaiki rasa)
c. Corrigen odoris ( memperbaiki bau )
d. Corrigen coloris ( memperbaiki warna )
e. Corrigen solubilis ( memperbaiki kelarutan
dari obat utama )
4. Constituen/ vehiculum / eksipiens yaitu bahan
tambahan yang dipakai sebagai bahan pengisi dan
pemberi bentuk untuk memperbesar volume obat.
b. Resep yang lengkap
Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai
berikut :
1.Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter,
dokter gigi atau dokter hewan.
Page 79
2.Tanggal penulisan resep ( inscriptio)
3.Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan
resep ( invocatio)
4.Nama setiap obat dan komposisinya
( praescriptio/ ordonatio )
5.Aturan pemakaian obat yang tertulis
( signatura )
6.Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep
sesuai dengan perturan perundang-undangan
yang berlaku ( subscriptio )
7.Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya
untuk resep dokter hewan
8.Tanda seru dan / atau paraf dokter untuk
resep yang melebihi dosis maksimalnya.
c. Resep yang mengandung Narkotik
Resep yang mengandung narkotik tidak boleh ada
tulisan atau tanda iter (iterasi) yang berarti untuk
Page 80
dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus) yang berarti
pemakaian diketahui.Resep yang mengandung narkotik ini
tidak boleh diulang, tetapi harus dengan resep
baru.Resep-resep yang mengandung narkotik harus harus
disimpan terpisah dari resep lainnya.
d. Resep yang memerlukan penanganan segera
Dokter dapat memberi tanda dibagian kanan atas
resepnya dengan kata-kata: Cito (segera), Statim
(penting), Urgent (sangat penting), P.I.M (periculum
in mora) artinya berbahaya jika ditunda. Urutan yang
didahulukan adalah PIM, Urgent, Statim,Cito.
e. Resep yang dapat atau tidak dapat diulang
Jika dokter mengkehandaki agar resepnya dapat
diulang, maka dalam resep ditulis kata “iter/iteratur”
dan berapa kali resep boleh diulang.
Jika dokter mengkehendaki agar resepnya tidak
boleh diulang tanpa sepengetahuannya, maka dapat
Page 81
dituliskan pada resep tersebut dengan kata “n.i” =ne
iteratur (tidak dapat diulang).
Resep yang tidak boleh diulang adalah resep yang
mengandung obat-obatan narkotik, psikotropik dan obat
keras yang ditetapkan oleh pemerintah/Menkes R.I.
3.11.2 Salinan Resep (Copy Resep)
(Apograph, examplum, atau afschrift)
Salinan Resep
Salinan resep adalah salinan yang dibuat oleh
apotek, bukan hasil fotokopi.
Salinan resep selain memuat semua keteranagn yang
termuat dalam resep asli harus memuat pula:
1.Nama dan alamat apotek
2.Nama dan nomor S.I.K Apoteker Pengelola Apotek
3.Tanda tangan atau paraf Apoteker Pengelola Apotek
4.Tanda “det”=”detur”untuk obat yang belum
diserahkan
Page 82
5.Nomor resep dan tanggal pembuatan
Salinan resep atau resep hanya boleh diperlihatkan
kepada dokter penulis resep, penderita yang
bersangkutan, petugas kesehatn atau petugas lain yang
berwenang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3.11.3 Pengelola Resep yang Telah Dikerjakan
Resep yang telah dibuat, disimpan menurut urutan
tanggal dan nomor penerimaan/ pembuatan resep. Resep
yang mengandung narkotik harus:
1. Dipisahkan dari resep lainnya
2.Tandai dengan garis merah dibawah nama obatnya.
3.Setiap akhir bulan dinuat pelaporan
4.Resep yang telah disimpan melebihi 3 tahun dapat
dimusnahlkan dengan cara dibakar atau dengan cara
lain yang memadai. Pemusnahan resep dilakukan oleh
Apoteker Pengelola Apotik (APA) bersama dengan
sekurang-kurangnya seorang petugas Apotik.
Page 83
3.11.4 Penyerahan Obat
Penyerahan oabt dan perbekalan kesehatn dibidang
farmasi atas dasar fresep harus dilengkapi dengan
etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket warna
biru untuk obat luar.
Yang dimaksud obat luar dalam adalah obat yang
digunakan melalui mulut dan masuk kedalam kerongkongan
kemudian keperut/saluran pencernaan (oral), sedangkan
yang dimaksud obat luar adalah obat yang digunakan
melalui kulit, mata, hidung, telinga, vagina, rektum,
dan termasuk pula obat parenteral/injeksi/ obat suntik
dan obat kumur.
3.11.5 Etiket Obat
Pada etiket harus tercantum:
1. Nama dan alamat apotek
2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek
3. Nomor dan tanggal pembuatan
Page 84
4. Nama pasien
5. Aturan pemakaian
6. Tanda lain yang diperlukan, misalnya: Kocok
dahulu, Tidak boleh diulang tanpa resep baru
dari dokter.
3.11.6 Penyerahan Obat Bebas dan Bebas Terbatas
Penyerahan obat bebas dan bebas terbatas
yang dibuat oleh apotek itu sendiri tanpa resep harus
disertai dengan nota penjualan, yang dilengkapi dengan
etiket warna putih untuk obat dalam dan etiket biru
untuk obat luar yang memuat:
1. Nama apotek dan alamat
2. Nama dan nomor SIK Apoteker Pengelola Apotek
3. Nama dan jumlah obat
4. Aturan pemakaian
5. Tanda lain yang diperlukan, misalnya: obat gosok,
obat kumur, obat batuk, kocok dahulu.
Page 85
BAB IV
KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
4.1 Waktu Dan Tempat
Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan di
instalasi farmasi RS Dr.Reksodiwiryo Padang.Kegiatan
ini dilakukan pada tanggal 09 Februari sampai dengan 28
Februari 2015.
4.2 Kegiatan Pelaksanaan
Page 86
Tempat di laksanakan kegiatan ini adalah Instalasi
Farmasi RS Dr.Reksodiwiryo Padang, yaitu pada apotik di
instalasi farmasi berikut :
1. Apotik BPJS
2. Apotik Pelengkap
3. Gudang Obat
4.2.1. Apotik BPJS
Apotik BPJS dipimpin oleh seorang apoteker dan
dibantu oleh beberapa Asisten Apoteker. Apotik ini
melaksanakan fungsi resep perorangan dari poliklinik
peserta BPJS.
Jenis poli yang di layani oleh Apotik BPJS :
1. IGD
2. Poli THT
3. Poli Syaraf
4. Poli Mata
5. Poli Paru
6. Poli Kebidanan
Page 87
7. Poli Anak
8. Poli Jantung
9. Poli Gigi dan Mulut
10. Poli Orthopedi
11. Poli Penyakit Dalam
12. Poli fisioterapi
13. Poli bedah
Prosedur pelayanan resep di Apotik BPJS :
1. Periksa kelengkapan resep, harus sesuai dengan
ketentuan resep.
2. Resep diberi nomor, 1 bagian di tempelkan pada
bagian resep dan bagian lain diserahkan kepada
pasien.
3. Lakukan pengecekan atau konseling, obat yang
diberikan sesuai dengan jenis dan jumlah standar
obat yang ada.
4. Data obat yang ada dalam resep di entrikan dalam
komputer.
5. Pembuatan etiket obat sesuai pada resep.
Page 88
6. Lakukan peraciakan obat sesuai dengan permintaan
dari dokter yang tertulis pada resep dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik bersamaan
dengan etiketnya.
7. Lakukan pengecekan kembali atas nama, jenis obat
yang diberikan, cara dan waktu pakai.
8. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor
resep, nama, alamat dan identitas lainnya.
Kegiatan yang dilakukan di Apotik BPJS :
1. Melayani resep yang telah memenuhi syarat yaitu
menyertakan foto kopi kartu Askes atau BPJS dan
hasil pemeriksaan labor (untuk beberapa obat
tertentu) serta selembar resep.
2. Untuk permintaan obat1 bulan, resep dan
kelengkapan lainnya diserahkan 2 rangkap oleh
pasien kepada petugas apotik.
Page 89
3. Setelah semua syarat telah di lengkapi maka
petugas kemudian memberikan nomor pada resep
tersebut.
4. Resep kemudian di entri ke komputer.
5. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada
resep.
6. Membuat copi resep untuk obat yang tidak ada atau
stock obat kosong.
7. Mengecek obat yang telah disiapkan apakah sesuai
dengan permintaan dan etiketnya.
8. Setelah benar, petugas apotik akan menyerahkan
obat sesuai dengan nomor resep,nama,alamat dan
keterangan lain.
4.2.2. Apotik Pelengkap
Apotik Pelengkap di pimpin oleh seorang
apoteker penanggung jawab dan dibantu oleh beberapa
Asisten Apoteker. Apotik ini melayani resep dari IGD,
resep dari ruang rawat inap, dan resep dari luar rumah
Page 90
sakit yang terbagi atas 3 shift jaga yaitu pagi,sore
dan malam karena pelayanan yang dilakukan dalam 24 jam.
Prosedur pelayanan resep di Apotik Pelengkap :
1. Dokter menuliskan setiap resep obat yang
dibutuhkan pada kertas resep.
2. Perawat ruangan mengambil obat dengan menggunakan
kertas resep dan mencatat di buku obat di ruangan.
3. Bila ada masalah atau keraguan tentang obat maka
Asisten Apoteker (AA) berkonsultasi dengan
Apoteker penanggung jawab atau dokter
bersangkutan.
4. Setelah dinyatakan benar, AA mengentrikan obat
pada komputer sesuai dengan prosedur dan status
pasien ( BPJS dan Umum ).
5. AA menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada
resep.
6. Obat yang sudah disiapkan diserahkan pada perawat
ruangan untuk diberikan ke pasien .
Hal – hal yang dilakukan di Apotik Pelengkap:
Page 91
1. Melayani permintaan obat atau alkes sesuai dengan
permintaan pada resep.
2. Membuat copy resep untuk obat atau alkes yang
tidak termasuk dalam daftar E-
katalog atau stock obat tersebut kosong.
3. Mencatat dan mengentri barang yang masuk dan
keluar pada komputer.
4. Membuat laporan untuk obat-obat expire date untuk
di kembalikan ke gudang untuk dimusnahkan.
5. Mengecek barang – barang yang masuk dari gudang.
6. Penerimaan obat-obat dan alkes yang dipesan dari
PBF.
3.2.3.Gudang Farmasi
Gudang farmasi adalah suatu tempat dimana obat
diterima dan disimpan untuk kemudian di salurkan atau
di distribusikan ke apotik rumah sakit.
Gudang farmasi terbagi 2 :
1. Gudang Kering
Page 92
2. Gudang Basah
3. Gudang Pembalut
Tugas dan Fungsi Gudang Farmasi :
1. Menerima barang farmasi dari panitia penerimaaan
barang farmasi.
2. Menyimpan barang secara profesional.
3. Menjaga keamanan barang farmasi baik stabilitas
maupun keamanan dari pencurian.
4. Mendistribusikan barang farmasi sesuai ketentuan
yang ditetapkan.
5. Mengendalikan stock yang ada di gudang farmasi.
6. Melaksanakan tertib administrasi dengan baik dan
benar.
7. Menyusun kebutuhan barang farmasi, kebutuhan rumah
sakit secara profesional.
8. Membuat laporan secara berkala.
Page 93
Ruangan pada gudang farmasi terbagi atas :
1. Transito In atau penerimaan
Merupakan tempat penerimaan atau pemeriksaan obat
dan perbekalan farmasi.
2. Gudang sentral atau Gudang induk.
Merupakan tempat penyimpanan obat dan perbekalan
farmasi dari transito In dimana penyimpanannya di
sesuaikan dengan jenis, suhu, bentuk, sifat, dan
kegunaannya.
3. Transito Out
Merupakan tempat pendistribusian obat dan
perbekalan farmasi yang akan diberikan pada depo-
depo farmasi.
Page 94
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari Praktek kerja Lapangan yang telah
dilaksanakan pada masing-masing Apotik farmasi di RS
Dr.Reksodiwiryo Padang yaitu di Apotik Pelengkap Dan
Apotik BPJS dapat di ambil kesimpulan :
1. Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo merupakan rumah
sakit yang telah mendapat akreditasi dari
kementrian kesehatan dengan kategori 5
pelayanan. Rumah Sakit Dr.Reksodiwiryo juga
bertindak mengadakan kerjasama dengan Jasa
Raharja untuk menangani korban kecelakaan lalu
lintas.
Page 95
2. Kegiatan pelayanan farmasi RS Dr.Reksodiwiryo
Padang belumseutuhnya berjalan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
ditetapkan. Namun akan dipenuhi secara
bertahap.
3. Pelayanan farmasi ditujukan kepada pasien umum,
Askes, Jamkesmas,Dinas. Pelayanan farmasi dapat
dilakukan di unit rawat jalan, rawat inap dan
IGD.Apotik BPJS khusus melayani resep pasien
BPJS.Apotik Pelengkap melayani resep pasien
umum, IGD, dan pasien rawat inap 24 jam.Apotik
Pelengkap memberikan obat dengan sistem UDDS.
4. Pelayanan farmasi klinis sudah mulai
dilaksanakan tetapi belum seluruhnya karena
keterbatasan sumber daya manusia dan peralatan.
1.2. Saran
1. Agar dilakukan pengoptimalan farmasi klinis di
rumah sakit dengan meningkatkan SDM melalui
penyelenggaraan pelatihan-pelatihan di bidang
Page 96
farmasi klinis bagi tenaga farmasi dan
melengkapi saran dan prasarana yang mendukung
program ini.
2. Agar bangunan instalasi farmasi sesuai dengan
ketentuan yang diatur sebagaimana standard
bangunan yang efektif dan efisien, sehingga
tercipta suasana dan kenyamanan dalam melakukan
pelayanan kefarmasian. Namun perbaikan bangunan
tersebut akan dilakukan secara bertahap.
3. Agar farmasis menjalin kerja sama yang lebih
erat dengan tenaga kesehatan lainnya terutama
dengan pengoptimalisasian pelayanan farmasi
klinis, seperti melakukan visite bersama ke
ruangan agar tercipta suatu bentuk komunikasi
yang lebih baik dari setiap profesi dan
tercapainya system pelayanan yang optimal bagi
masyarakat.
Page 97
Daftar Pustaka
1. Syamsuni,H.A.2006.Ilmu Resep.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC.
2. Anief,Moh. 2008.Ilmu Meracik
Obat.Yogyakarta:Universitas Gadja Mada.
3. http:// ocw.usu.ac.id/...sediaan-
steril/fkc_232_slide_ruang_lingkup_steril.pdf. diakses 20 februari
2015.
4. http://nikenprawesti28.blogspot.com/2013/05/
sediaan-steril.html. diakses 20 februari 2015 :