LAPORAN RESMI PRAKTIKUM DASAR-DASAR AGRONOMI ACARA V PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT PERKECAMBAHAN BIJI Disusun oleh Anggota Kel. : Imania Saptarini (11515) Fahmi Ekaputra (12147) Eristyana Yunindio S. (12156) Dini Rahmawati (12169) Fitrah Derry S. (12182) Ranny Yulia W. (12202) Gol / Kel : A2 / 5 Asisten : Harimurti Buntaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMDASAR-DASAR AGRONOMI
ACARA VPEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT
PERKECAMBAHAN BIJI
Disusun oleh
Anggota Kel. : Imania Saptarini (11515) Fahmi Ekaputra (12147)
Eristyana Yunindio S. (12156) Dini Rahmawati (12169) Fitrah Derry S. (12182) Ranny Yulia W. (12202)Gol / Kel : A2 / 5Asisten : Harimurti Buntaran
LABORATORIUM MANAJEMEN DAN PRODUKSI TANAMANJURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS GADJAH MADA
2011
ACARA V
PEMECAHAN DORMANSI DAN ZAT PENGHAMBAT
PERKECAMBAHAN BIJI
I. TUJUAN
1. Mengetahui penyebab terjadinya dormansi biji.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan mekanis dan khemis terhadap
perkecambahan biji berkulit keras.
3. Mengetahui pengaruh cairan buah terhadap perkecambahan biji.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan merupakan suatu proses pertumbuhan dari biji setelah mengalami
masa dormansi bila kondisi-kondisi sekelilingnya memungkinkan. Banyak faktor
yang berpengaruh dalam merangsang atau memacu proses perkecambahan ini, baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Beberapa faktor tersebut antara lain ketersediaan
air, suhu, udara (gas-gas), dan cahaya (Novijanto, 1996).
Beberapa biji tidak berkecambah ketika berada di bawah kondisi normalnya yang
baik untuk berkecambah yaitu persediaan air yang cukup, temperatur yang cocok dan
susunan atmosfer yang normal. Dormansi dapat disebabkan karena banyak hal. Mungkin
disebabkan karena ketidakmatangan embrio, air atau gas tidak dapat ditembus oleh lapisan
biji, perlakuan mekanis, suhu atau pencahayaan yang tidak sesuai, atau kehadiran substansi
penghambat perkecambahan ( Mayer and Mayber, 1963 ).
Dormansi benih adalah istilah yang digunakan untuk keadaan dimana benih yang
baik tidak bisa berkecambah meskipun berada pada kondisi/lingkungan yang sesuai untuk
perkecambahan. Dormansi benih merupakan suatu cara untuk mempertahankan diri dari
keadaan yang tidak menguntungkan, misalnya masa kering yang panjang, sehingga benih
tidak berkecambah secara serentak. Benih dikatakan sulit berkecambah bila waktu yang
diperlukan untuk berkecambah lebih dari seminggu dan memerlukan perlakuan
pendahuluan untuk mempercepat perkecambahannya. Dengan perlakuan pendahuluan,
benih dapat berkecambah lebih serentak. Jenis-jenis dormansi benih adalah (Mulawarman,
et al., 2002) :
a. Dormansi fisik
Dormansi fisik adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang tidak bias dilewati
air. Air sangat diperlukan untuk proses perkecambahan.
b. Dormansi mekanis
Dormansi mekanis adalah dormansi yang disebabkan oleh kulit biji yang keras,
sehingga tidak bias ditembus akar.
c. Dormansi kimia
Dormansi kimia disebabkan oleh adanya zat tertentu dalam benih yang menghambat
perkecambahan benih.
Karakteristik kulit biji yang keras misalnya pada golongan Cannaceae,
Convolvulaceae, Fabaceae, Geraniaceae, and Malvaceae. Tipe dormansi semacam ini
membuat biji tahan lama untuk disimpan bertahun-tahun, bahkan dalam temperature
penyimpanan yang hangat. Perkecambahan pada biji berkulit keras dapat dipercepat
dengan metode menghaluskan kulit atau menggemburkan kulit keras tersebut scarify
(Hartmann and Dale, 1975).
Banyak benih yang tidak berkecambah bila ditaruh pada keadaan normal dipandang
favorable untuk perkecambahan yaitu:persediaan air cukup, suhu yang cocok dan
kompetisi udara yang normal. Benih tersebut dapat ditunjukkan sebagai hidup, karena
dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan-perlakuan istimewa.
Benih-benih yang demikian dikatakan sedang tidur (dormant) atau dalam keadaan sedang
dormansi. Dormansi sendiri dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Dapat disebabkan
ketidakdewasaan embrio, ketidakpermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas-gas, halangan
perkembangan embrio oleh sebab-sebab mekanis, kebutuhan-kebutuhan khusus untuk suhu
atau cahaya, atau kehadiran bahan-bahan penghamabat perkecambahan. After ripening
adalah proses yang harus terjadi dalam embrio dan dapat terjadi hanya dengan waktu dan
tidak dapat disebabkan oleh cara -cara yang telah diketahui selain penyimpanan benih yang
cocok. After ripening sering terjadi selama penyimpanan kering. Dalam hal-hal lain
penyimpanan benih-benih dalam keadaan kering tidak menyebabkan after ripening. Benih-
benih harus disimpan dalam keadaan berimbibisi, biasanya dalam suhu rendah, supaya
after ripening berlangsung. Hal ini sering disebut dengan stratifikasi (Harjadi, 1986).
Dormansi (pembawaan atau diinduksikan) mempunyai fungsi-fungsi untuk mencegah
perkecambahan, bila keadaan untuk sementara masih menguntungkan, tetapi sebagai
konsekuensinya tidak lagi demikian bagi semai berikutnya, dan kedua untuk menjembatani
keadaaan tidak menguntungkan yang datang secara mendadak, baik yang bersifat biotik
maupun klimatik. Dormansi menurut pembawaan dapat disebabkan oleh (Van Der Pijl,
1990):
Lembaga yang rudimenter
Lembaga yang dari segi fisiologi belum masuk
Kulit biji yang sangat kuat tak tertembus air
Adanya zat-zat penghambat
Kualitas benih ditentukan antara lain oleh tingkat kemasakan biji yang dalam proses
perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemasakan buah. Benih yang berasal dari buah
yang masih muda kualitasnya akan jelek, karena benih akan menjadi tipis, ringan, dan
berkeriput apabila dikeringkan serta daya hidupnya sangat rendah. Dalam hal ini
kemungkinan embrio belum berkembang sempurna dan cadangan makanan pada
endosperm belum lengkap (Soetopo et al., 1989).
III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Agronomi Acara V yaitu Pemecahan Dormansi dan Zat
Penghambat Perkecambahan Biji dilaksanakan di Laboratorium Manajemen dan Produksi
Tanaman Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, pada
tanggal 22 Maret 2011. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: biji saga (Abrus
5.4 Grafik indeks vigor biji padi terhadap pengaruh coumarin
Dari grafik IV diketahui bahwa biji padi yang dapat mencapai titik tertinggi adalah juga
pada biji padi dengan perlakuan coumarin 0% dengan IVnya 5,3 pada hari pengamatan
kedua. Kemudian diikuti dengan perlakuan coumarin 25%, 50%, dan 100%. Semakin
tinggi IV menunjukkan bahwa semakin banyak biji yang berkecambah di hari tersebut.
Sedangkan perbedaan hari di mana IV mencapai titik tertinggi menunjukkan bahwa tingkat
perkecambahan biji padi tiap perlakuan berbeda.
VI. KESIMPULAN
1. Dormansi biji yang disebabkan oleh kerasnya biji menyebabkan kulit biji yang
keras sehingga impermeable terhadap air dan gas-gas, adanya zat penghambat dan embrio
yang rudimentair.
2. Pemecahan dormansi cara mekanis (mengamplas, mengikir, mengupas, memotong)
dapat mempercepat perkecambahan dibandingkan dengan tanpa perlakuan karena
pengamplasan menyebabkan kulit biji mudah dilewati air dan gas-gas.
3. Perlakuan khemis dengan menggunakan asam sulfat juga dapat memacu
perkecambahan biji.
4. Coumarin atau cairan daging buah yang terkandung dalam buah tomat dapat
menghambat perkecambahan biji.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, S. S. 1986. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Hartmann, H.T. dan Dale E.K. 1975. Plant Propagation Principles and Practices. Prentice-Hall, Inc., New Jersey.
Mayer, A. M. dan A. P. Mayber. 1963. The Germination of Seeds. Pergawon Press, Jerussalem.
Mulawarman., J. M., Roshetko, S. M. Sasongko dan D. Irianto. 2002. Pengelolaan
Benih Pohon. ICRAF & Winrock International. Bogor.
Novijanto, N. 1996. Pengaruh suhu dan lama perendaman terhadap mutu kecambah kacang hijau. Agrijournal III: 29-37.
Soetopo, L., Ainurrasyid, dan Sesanti B. 1989. Pengaruh kualitas benih terhadap pertumbuhan dan produksi lombok besar (Capsicum annum L.). Agrivita XII: 34-37.
Van Der Pijl, L. 1990. Asas-Asas Pemencaran Pada Tumbuhan Tinggi. Gadjah Mada