Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di em- pat sisinya sehingga dinamai jam gadang, sebutan bahasa Minang- kabau yang berarti ”jam besar”. Laporan Provinsi| 123
16
Embed
Laporan Provinsi| 123 Sumatera Barat€¦ · Sumbar paling buruk di Sumatera. Kondisi tersebut menunjukkan masih adanya persoalan terkait pemenuhan kebu-tuhan dasar, seperti pendidikan,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sumatera Barat
Jam GadangJam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di em-pat sisinya sehingga dinamai jam gadang, sebutan bahasa Minang-kabau yang berarti ”jam besar”.
Laporan Provinsi| 123
Ibu Kota : PadangLuas Wilayah : 42.013 km2
Jumlah Penduduk : 4,85 jutaKepadatan Penduduk : 122 jiwa/km2
Jumlah Rumah Tangga Miskin : 529.392Jumlah Penduduk Miskin : 2.365.085Angka Kemiskinan : 43,6%Keparahan Kemiskinan : 42,22%Indeks Kemiskinan Multidimensi : 0,184
168.583
IKM
360.810
1.612.027
48,2% 36,2%
42,0%42,3%
0,1520,204
753.058
Profil Sumatera Barat2014
Karakter Kemiskinan Perbandingan Kemiskinan Multidimensi
Desa Kota
Keterangan Simbol Kemiskinan Multidimensi
Persentase Penduduk Miskin
KeparahanKemiskinanMultidimensi
Penduduk Miskin Kota
IndeksKemiskinanMultidimensi
IKM
RT Miskin
Keterangan1) Semua perhitungan kecuali pada jumlah penduduk miskin IKM menggunakan standar rumah tangga2)PDRB/kapita tanpa Migas3)Data Agustus 20144)Data 2013
124 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
Keterangan Simbol Karakteristik
Aksesair bersih
PartisipasiSekolah
MelekHuruf
PembantuKelahiran
Bahan Ba-kar untukMemasak
SumberPenerangan
Kondisi Atap Lantai Dinding
Kepemilikan Aset Rumah
Gizi Seimbang Anak Balita
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Sanitasi
Peta Kemiskinan MultidimensiProvinsi Sumatera Barat
2013
>50 40-50 30-40 20-30 <20 n.a.
Keterangan RT Miskin (%)
Jumlah RT Miskin (dalam ribu)
PADANG PARIAMAN
KOTA PARIAMANKOTA PADANG PANJANG
KOTA SOLOK
KOTA BUKITTINGGI
KOTA PADANG
AGAMTANAH DATAR
PASAMAN BARAT
KOTA SAWAHLUNTO
SIJUNJUNG
KOTA PAYAKUMBUH
LIMA PULUH KOTA
PASAMAN
SOLOKDHARMASRAYA
PESISIR SELATAN
KEPULAUAN MENTAWAI
SOLOK SELATAN
5
17
43
44
23
3445
45
45
36
1516
54
713
4
3
89
Laporan Provinsi| 125
Profil Kemiskinan Multidimensi
Pencapaian Sumatera Barat dalam pen-ingkatan kesejahteraan masyarakatnya ter-golong berhasil di lingkup nasional. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumatera Barat pada tahun 2014 telah mencapai 69,36 atau lebih tinggi daripada nasional yang sebesar 68,90. Sayangnya, wilayah yang tersohor dengan sebutan ”Bumi Minangka-bau” ini masih menyimpan persoalan kemi-skinan multidimensi yang belum tuntas terata-si hingga saat ini.
Penanganan kemiskinan multidimensi yang belum optimal di Sumatera Barat di-tunjukkan melalui besarnya Indeks Kemi-skinan Multidimensi yang justru lebih tinggi dibandingkan dengan nasional. Pada tahun 2014 Indeks Kemiskinan Multidimensi provinsi ini, yaitu 0,184, jauh di atas indeks nasion-al yang sebesar 0,124, seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Angka tersebut menduduk-kannya di urutan ke-11 di antara 33 provinsi di Indonesia. Indeks Kemiskinan Multidimensi
Sumbar paling buruk di Sumatera.Kondisi tersebut menunjukkan masih
adanya persoalan terkait pemenuhan kebu-tuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan standar kualitas hidup yang dialami oleh sebagian masyarakat Sumatera Barat. Kon-disi kemiskinan multidimensi provinsi ini relatif tetap selama 2012-2014. Hal ini ditunjukkan dari jumlah rumah tangga miskin multidimensi yang tidak berkurang banyak selama kurun waktu tiga tahun tersebut. Pada tahun 2014, tercatat masih lebih dari setengah juta rumah tangga atau sekitar 46,2 persen dari kes-eluruhan rumah tangga di provinsi ini yang tergolong miskin multidimensi. Sejalan den-gan hal ini, terdapat sekitar 2,4 juta jiwa penduduk yang miskin multidimensi.
Pergerakan tiga indikator kemiskinan multidimensi tidak menunjukkan perubahan yang cukup berarti, baik dari sisi angka kem-iskinan, tingkat keparahan kemiskinan, mau-pun indeks kemiskinan. Dari sisi keparahan, kemiskinan yang dialami masyarakat miskin di Sumbar selama dua tahun sejak 2012 pun
Analisis Kemiskinan MultidimensiSumatera Barat
Tabel 1 Profil Kemiskinan Multidimensi Sumatera Barat 2012-2014
126 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
cenderung semakin buruk. Pada tahun 2013 sempat membaik menjadi 41,1 persen, yang setahun sebelumnya 41,5 persen. Kemudian pada tahun 2014 memburuk menjadi 42,2 persen.
Angka Kemiskinan Multidimensi
Selama kurun 2012-2014, angka kemis-kinan multidimensi dan angka kemiskinan moneter menunjukkan pola yang berbeda. Angka kemiskinan multidimensi menunjukkan pola yang tidak ajek, di mana pada tahun 2013 turun, tetapi pada tahun 2014 naik sebesar 0,6 persen. Sementara itu angka kemiskinan moneter selama kurun waktu yang sama mempunyai pola yang ajek, terus turun dari tahun ke tahun.
Grafik 1 menunjukkan bahwa jika meng-gunakan pendekatan moneter, tercatat kem-iskinan Sumatera Barat pada tahun 2012 turun dari 8,0 persen menjadi 7,56 persen tahun 2013. Penurunan ini terus berlanjut di tahun 2014 menjadi 6,89 persen. Dengan menggunakan pendekatan multidimensi, ter-lihat adanya fluktuasi penurunan angka kem-iskinan Sumatera Barat. Pada tahun 2013, angka kemiskinan multidimensi turun dari 54,4 persen menjadi 43,0 persen. Pada tahun 2014 justru meningkat menjadi 43,6 persen. Setelah keadaan kemiskinan multidimensi cenderung membaik, tetapi pada tahun beri-
kutnya justru kembali memburuk, atau dap-at dikatakan peningkatan ini mencerminkan adanya peningkatan rumah tangga yang terdeprivasi dalam 4-5 indikator kemiskinan yang ditetapkan.
Jika dibandingkan dengan antarwilayah, Kabupaten Kepulauan Mentawai memili-ki angka kemiskinan multidimensi tertinggi, sebesar 76,7 persen. Kemudian disusul Kabu-paten Pasaman Barat dan Kabupaten Pasa-man masing-masing sebesar 57,2 persen dan 56,1 persen. Angka kemiskinan multidimen-sinya terendah berada di Kota Solok, yaitu 21,8 persen.
Dengan melihat perbandingan kemiskinan multidimensi antara desa dan kota, kita dap-at mengetahui bagaimana pemetaaan kon-sentrasi kemiskinan multidimensi di Sumatera Barat. Pada tahun 2014, hampir setengah dari rumah tangga perdesaan di Sumatera Barat masuk dalam kategori miskin multidi-mensi, sedangkan di perkotaan sebesar 36,2 persen rumah tangganya masuk dalam kat-egori miskin multidimensi. Secara nasional, pada saat yang sama, kemiskinan multidi-mensi di perdesaan hanya 40,8 persen dan perkotaan 18,5 persen, seperti terlihat pada Grafik 2. Hal ini memperlihatkan, baik di perdesaan maupun perkotaan, rasio antara jumlah rumah miskin multidimensi terhadap total rumah tangga miskin multidimensi di se-tiap wilayah Sumatera Barat sangat tinggi
Grafik 1 Perbandingan Angka Kemiskinan Multidimensi dengan Angka Kemiskinan Moneter (%)
Laporan Provinsi| 127
dibandingkan dengan rerata nasional. Penurunan angka kemiskinan multidimensi
di perkotaan maupun di perdesaan Sumat-era Barat juga terlihat lebih lambat diband-ingkan nasional. Dari tahun 2012 sampai ta-hun 2014, angka kemiskinan multidimensi di perdesaan secara nasional mampu diturun-kan sekitar 6,8 persen, sedangkan penurunan angka kemiskinan multidimensi di perdesaan Sumatera Barat hanya mampu diturunkan se-kitar 4,9 persen. Akan tetapi, di perkotaan angka kemiskinan multidimensi di provinsi ini justru meningkat. Jika secara nasional ter-
dapat penurunan angka kemiskinan multidi-mensi di perkotaan sekitar 3,7 persen, kem-iskinan multidimensi di perkotaan Sumatera Barat malah meningkat sekitar 3,1 persen. Hal ini memberi makna terdapat deprivasi kualitas hidup rumah tangga perkotaan di Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir.
Keparahan Kemiskinan Multidimensi
Sama halnya dengan angka kemiskinan multidimensi. Pada kurun waktu 2012-2014, keparahan kemiskinan multidimensi cend-
53,1
33,1
45,4 47,6
22,2
35,0
49,3
33,1
43,0 42,2
19,4
30,8
48,2
36,2
43,6 40,8
18,5
29,7
-
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Barat Nasional
20122013
2014
Grafik 2 Angka Kemiskinan Multidimensi (%) Menurut Desa-Kota
Grafik 3 Keparahan Kemiskinan Multidimensi (%) menurut Desa – Kota
42,0
40,2
41,5
43,4
40,3
42,4
41,5
40,2
41,1
42,7
39,6
41,8 42,3
42,0 42,2 42,7
40,0
41,8
37,0
38,0
39,0
40,0
41,0
42,0
43,0
44,0
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Barat Nasional
20122013
2014
128 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
erung fluktuatif. Setelah sempat membaik di tahun 2013, kemudian memburuk di tahun 2014. Tidak hanya angka kemiskinan multi-dimensi yang lebih tinggi daripada rerata nasional, keparahan kemiskinan multidimensi di Sumatera Barat juga terlihat lebih tinggi.
Grafik 3 menunjukkan bahwa keparahan kemiskinan multidimensi secara nasional pada tahun 2014 sebesar 41,8 persen, sedangkan keparahan kemiskinan multidimensi di Suma-tera Barat sekitar 43,2 persen. Pada tahun 2012-2013, baik secara nasional maupun di Sumatera Barat terlihat adanya penurunan keparahan kemiskinan multidimensi, tetapi pada tahun 2014 mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan nasional, peningkatan keparahan kemiskinan multidimensi di Sumat-era Barat lebih besar, yaitu 1,1 persen. Men-ingkatnya keparahan kemiskinan multidimen-si ini bermakna semakin parahnya kemiskinan pada kelompok miskin.
Dilihat dari perbandingan kondisi an-tara desa dan kota, tingkat keparahan kem-iskinan di perdesaan terlihat lebih berat dibandingkan perkotaan. Hal ini tergambar dari angka keparahan kemiskinan multidi-mensi di perdesaan Sumatera Barat yang lebih tinggi daripada perkotaan. Semenjak tahun 2012 sampai tahun 2014, keparahan kemiskinan multidimensi di perdesaan selalu
di atas keparahan kemiskinan multidimensi di perkotaan. Di tahun 2012, keparahan kem-iskinan multidimensi di perdesaan tercatat sebesar 42,0 persen dan pada saat yang sama, keparahan kemiskinan multidimensi di perkotaan sebesar 40,2 persen. Di tahun 2013, keparahan kemiskinan multidimensi di perdesaan mampu diturunkan lebih besar yaitu sekitar 0,5 persen, sedangkan kepara-han kemiskinan multidimensi perkotaan cend-erung tetap.
Sementara itu, pada tahun 2014, kepa-rahan kemiskinan multidimensi di perdesaan maupun perkotaan sama-sama mengalami peningkatan. Di perdesaan terjadi pening-katan keparahan kemiskinan multidimensi sebesar 0,9 persen, sedangkan di perkotaan terjadi peningkatan sebesar 1,8 persen. Pen-ingkatan ini memberi gambaran bahwa pro-gram penanggulangan kemiskinan relatif be-lum mampu mengurangi tingkat keparahan kemiskinan di Sumatera Barat.
Lima kabupaten/kota dengan kepara-han kemiskinan multidimensi terparah ada-lah Kabupaten Pasaman (43,3 persen), Ka-bupaten Solok (42,6 persen), Kabupaten Pasaman Barat (42,5 persen), Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung (42,4 persen) dan Ka-bupaten Kepulauan Mentawai (41,6 persen). Adapun lima kabupaten/kota dengan kepa-
0,223
0,133
0,188 0,207
0,090
0,149
0,204
0,133
0,177 0,180
0,077
0,129
0,204
0,152
0,184 0,174
0,074
0,124
-
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
Desa Kota Desa + Kota Desa Kota Desa + Kota
Sumatra Barat Nasional
2012 2013 2014
Grafik 4 Indeks Kemiskinan Multidimensi Menurut Desa-Kota
Laporan Provinsi| 129
rahan kemiskinan multidimensi terkecil ada-lah Kota Sawahlunto (38,4 persen), Kota Pa-dang Panjang (38,7 persen), Kota Bukittinggi (38,7 persen), Kota Padang (39,8 persen), dan Kota Solok (39,9 persen).
Indeks Kemiskinan Multidimensi
Secara nasional, Indeks Kemiskinan Multi-dimensi di Sumatera Barat berada pada per-ingkat ke-11 dari 33 provinsi di Indonesia. Semakin kecil peringkatnya, berarti semakin buruk dalam hal kemiskinan multidimensinya. Dengan nilai Indeks Kemiskinan Multidimen-si sebesar 0,184 pada 2014, Indeks Kemi-skinan Multidimensi Sumatera Barat berada di atas Indeks Kemiskinan Multidimensi Na-sional. Secara nasional, Indeks Kemiskinan Multidimensi pada tahun yang sama sebesar 0,1242. Hal ini menandakan masih tingginya kemiskinan multidimensi di Provinsi Sumatera Barat yang terdeprivasi dalam 11 indikator kemiskinan.
Hal yang sama terjadi di perdesaan mau-pun perkotaan. Grafik 4 menunjukkan bahwa di perkotaan, Indeks Kemiskinan Multidimensi Sumatera Barat sebesar 0,152, sedangkan di perkotaaan nasional hanya sekitar 0,074. Pada wilayah perdesaan, Indeks Kemiskinan Multidimensi Sumatera Barat sebesar 0,204, jauh lebih tinggi daripada tingkat nasional sebesar 0,174. Perbaikan Indeks Kemiskinan Multidimensi dalam tiga tahun terakhir juga tidak memperlihatkan perkembangan yang berarti. Jika pada tahun 2012, Indeks Kem-iskinan Multidimensi Sumatera Barat sebesar 0,188, sampai dengan tahun 2014, Indeks Kemiskinan Multidimensi hanya mampu di-turunkan menjadi 0,184.
Sementara itu, di tingkat kabupaten/kota, daerah dengan Indeks Kemiskinan Multidimensi tertinggi adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai (0,319), kemudian dii-kuti Kabupaten Pasaman Barat (0,244), Ka-bupaten Pasaman (0,243), dan Kabupaten Solok (0,226). Kabupaten/kota yang memi-liki Indeks Kemiskinan Multidimensi terkecil antara lain Kota Solok (0,087), Kota Padang Panjang (0,097), Kota Sawahlunto (0,101), dan Kota Bukittinggi (0,105).
Kesimpulan dan RekomendasiKesimpulan
Berdasarkan karakteristik kemiskinan multidimensi, persoalan yang dominan di Sumbar adalah akses air bersih, sanitasi yang layak, sumber penerangan yang lay-ak, akses bahan bakar untuk memasak yang layak, dan akses pada layanan pendidikan pra sekolah. Bahkan, rumah tangga miskin yang memiliki masalah akses air bersih dan sanitasi cenderung meningkat.
Empat dari lima rumah tangga miskin tidak mampu mengakses air bersih yang la-yak. Penggunaan air bersih baik terutama untuk dikonsumsi. Kondisi ini akan berimpli-kasi luas terhadap upaya mencegah terjadi-nya risiko sakit pada kelompok miskin. Perso-alan akses minum ini juga banyak dijumpai di rumah tangga miskin perkotaan.
Masih banyak rumah tangga miskin yang memiliki sanitasi yang tidak layak. Ada dela-pan dari sepuluh rumah tangga yang tidak mampu mengakses tempat buang air be-sar yang sehat. Bahkan, kedua indikator ini menunjukkan tren memburuk. Padahal, berb-agai program air bersih sudah dilakukan, seperti Pamsimas dan Environmental Services Program (ESP) dari USAID.
Indikator lain yang menjadi persoalan di Sumbar adalah akses terhadap sumber pen-erangan. Sekitar tujuh dari sepuluh rumah tangga miskin tidak mampu mengakses listrik. Seandainya mereka mampu pun akses listri-knya masih disubsidi oleh pemerintah. De-mikian pula dengan akses bahan bakar un-tuk memasak. Hampir sebagian besar rumah tangga miskin tidak dapat mengakses bahan bakar untuk memasak yang layak seperti elpiji. Kondisi tersebut secara rinci tergambar pada Grafik 5.
Persoalan kemiskinan multidimensi di mas-yarakat kebanyakan terkonsentrasi di per-desaan. Namun, ada pula beberapa indika-tor yang cukup besar terjadi di perkotaan. Misalnya, kebanyakan rumah tangga miskin yang mengalami masalah tersebut terdapat di perdesaan. Meskipun tidak sedikit juga rumah tangga perkotaan yang mengalami
130 | Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014
yang dilakukan sering kali kurang dap-at menjawab persoalan utama kemiskinan yang dihadapi kelompok rumah tangga mi-skin. Berdasar karakteristik persoalan kemi-skinan multidimensi di Sumbar, kegiatan pen-gentasan warga miskin di Sumatera Barat perlu difokuskan pada kantong-kantong kemiskinan, daerah perdesaan, dan pesisir pantai. Selain itu, wilayah perkotaan pun perlu diperhatikan terutama di wilayah per-mukiman kumuh. Hampir semua persoalan kemiskinan ada di Kota Padang dan Kabu-paten Pasaman Barat.
Kegiatan pengentasan warga miskin ha-rus mampu menurunkan angka kemiskinan multidimensi di Sumatera Barat. Evaluasi ter-hadap program bantuan kemiskinan dap-at diarahkan pada pemanfaatan program pada masyarakat miskin. Ada program ban-tuan kemiskinan yang tidak dimanfaatkan secara efektif oleh kelompok rumah tangga miskin sehingga orientasi program tidak ber-jalan dengan baik. Hal ini menyebabkan kesalahan sasaran program penanggulang-an kemiskinan. Dengan kondisi ini, menjadi sebuah ironi bagi program kemiskinan itu sendiri. Seberapa besar rumah tangga mis-kin di Sumatera Barat yang memanfaatkan program bantuan kemiskinan?
Dengan memperhatikan permasalahan utama yang dialami oleh rumah tangga mi-skin di Sumatera Barat, upaya penanggu-langan kemiskinan multidimensi di provinsi ini perlu diarahkan sebagai berikut:
1. Peningkatan akses air bersih di Kota Padang, Kabupaten Pasaman Barat, Limapuluh Kota, dan Padang Pariaman.
2. Perbaikan sanitasi di Kabupaten Pasaman Barat, Solok, Limapuluh Kota, dan Kota Padang.
3. Peningkatan akses sumber pene-rangan di Kabupaten Pasaman Barat, Solok, Padang Pariaman, dan Kota Padang.
4. Perbaikan akses bahan bakar un-tuk memasak di Kota Padang, Ka-bupaten Pasaman Barat, Padang Pariaman, dan Limapuluh Kota.
5. Peningkatan akses pendidikan prasekolah di Kota Padang, Kabu-paten Pasaman Barat, Pesisir Sela-tan, dan Padang Pariaman.