BAB I
PENDAHLUAN
1.1 Latar BelakangKemajuan jaman saat ini sangatlah pesat, oleh
karna itu kita di tuntut untuk maju dan terus berkembang. Salah
satunya dengan pamahaman mesin mesin kompleks. Praktikum, salah
satu cara yang dapat dilakukan agar mahasiswa dapat memahami proses
permesinan secara lebih baik. Dan dengan adanya praktikum ini
mahasiswa dituntut agar bisa mengoprasikan mesin mesin ini, agar
bisa bersaing di dunia usaha.
Praktikum ini juga bertujuan agar mahasiswa dapat mencapai
kelulusan. Karena praktikum merupakan salah satu syarat agar
mahasiswa dapat lulus dengan baik dalam mata kuliah proses
produksi. Adapun mesin mesin yang digunakan dalam praktikum ini
adalah mesin bubut, mesin frais dan mesin las. Adapun alat alat
pembantu yang di gunakan seperti alat kerja bangku, kikir, snei,
tap, dsb. Mahasiswa di tuntut kompleks agar bisa menggunakan alat
alat ini secara mahir dengan teori teori yang sudah diberikan.
1.2 Tujuan PraktikumMeninjau dari latar belakang di atas tujuan
praktikum ini adalah aga mahasiswa atau peserta paktek dapat
menentukan lingkup permasalahannya :
1. Cara cara yang benar dalam mengoprasikan mesin mesin perkakas
secara aman dan sesuai prosedur. Mengutakan keselamatan kerja,
keselamatan pekerja dan alatnya.
2. Dapat menggunakan alat ukur sehingga produk yang dihasilakan
presisi dan sesuai dengan standart ISO.
3. Dapat mengetahui proses pekerjaan pengelasan dengan membuat
meja serta kursi
4. Dapat mengoprasikan mesin frais secara baik dengan membuat
balok ber alur dan berpola lubang di tengah nya
5. Dapat menggunakan mesin bubut serta alat kerja bangku dengan
kompleks untuk membuat baut.
6. Peserta dapat bekerja secara baik dalam individu maupun
kelimpok
1.3 Batasan MasalahUntuk menghindari meluasnya pembahasan
masalah yang ada, maka dalam pembuatan laporan praktikum ini di
perlukan batasan masalah,diantaranya :1. Pengerjaan proses
pembuatan baut M12 X 1,25 di lakukan di bengkel laboratorium
Universitas Wahid Hasyim Semarang.2. Peserta praktikum harus sudah
memahami mesin-mesin dan peralatan yang sudah ada.3. Tidak akan
membahas proses benda kerja lainnya, selain pembuatan baut M12 X
1,25 , baja kotak berlubang , dan meja kursiBAB II
LANDASAN TEORI2.1 Mesin Bubut
Gambar 1.1 (Mesin bubut)Proses bubut adalah proses pemesinan
untuk menghasilkan bagian bagian bagian mesin berbentuk silindris
yang dikerjakan dengan menggunakan Mesin Bubut. . Jenis yang paling
tua dan paling umum adalah pembubut (Lathe) yang melepas bahan
dengan memutar benda kerja terhadap pemotong mata tunggal. Suku
cadang yang harus di mesin dapat di pegang antara kedua pusatnya,
di pasangkan pada plat muka, di dukung dalam pencekam rahang atau
di pegang dalam pencekam yang di tarik ke dalam atau leher
(collet).Meski mesin ini terutama di sesuaikan untuk pekerjaan
silindris, tapi juga dapat dipakai untuk beberapa kepentingan lain.
Permukaan rata dapat di capai dengan menyangga benda kerja pada
pelat muka atau dalam pencekam. Benda kerja yang di pegang dalam
cara ini dapat di beri pusat, di gurdi, di bor atau di lebarkan
lubangnya. Sebagai tambahan, pembubut dapat di gunakan untuk
membuat kenob, memotong ulir dan membuat tirus. Jadi, sifat-sifat
dari mesin ini selain dapat di atur putaran benda kerjanya dengan
cara memindahkan handle, tebal sayatan dan kecepatan potong juga
dapat di atur. Semua ini di sesuaikan dengan keperluan dan
kemampuan mesin itu sendiri. Alat bantu di dalam pekerjaan membubut
yang paling penting adalah pahat bubut, yaitu pisau sayat yang
terbuat dari bahan baja kecepatan tinggi (High Speed Steel). Adapun
bentuknya bermacam-macam, menurut jenis pekerjaan yang di
kehendaki. Bentuk pahat bubut di antaranya adalah pahat sayat rata
kiri dan kanan, pahat potong, pahat ulir, pahat dalam, dan
lain-lain. Alat bantu yang lain adalah jangka sorong, jangka
bengkok, jangka kaki, balok penggaris, kikir, kaca mata pelindung,
dan lain-lain. Mesin bubut terdiri dari 4 bagian, yaitu : bangku,
kepala tetap, kepala lepas, dan eretan. Bangku adalah sebagai
landasan atau rel dari pada suatu eretan dan sebagai kedudukan
kepala lepas. Kepala tetap adalah kedudukan pencekam untuk menjepit
/ mengikat benda kerja. Kepala tetap di hubungkan dengan poros
utama yang akan berputar selama operasi berlangsung. Eretan adalah
kedudukan tempat pahat, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan
sepanjang bangku dan dapat bergerak melintang maju-mundur. Semua
ini dapat bergerak secara manual atau otomatis. Kepala lepas
gunanya untuk mencekam benda kerja yang panjang, dan dapat juga
untuk mengebor dengan menggunakan alat bantu chuck bor.2.1.1
Penggolongan Mesin Bubut
A. Pembubut Kecepatan
1. Pengerjaan kayu
2. Pemusingan logam3. Pemolesan
B. Pembubut Mesin
1. Penggerak puli kerucut bertingkat
2. Penggerak roda gigi tangan
3. Penggerak kecepatan
C. Pembubut Bangku
D. Pembubut Ruang Perkakas
E. Pembubut Kegunaan Khusus
F. Pembubut Turet
1. Horisontal
a. Jenis ram
b. Jenis sadel
2. Vertikal
a. Stasiun tunggal
b. Stasiun banyak
3. Otomatis
G. Pembubut Otomatis
H. Mesin Ulir Otomatis
1. Spindel tunggal
2. Spindel banyak
I. Fris Pengebor Vertikal
2.1.2 Konstruksi Mesin Bubut
Pada gambar 1.2, diperlihatkan nama-nama bagian atau komponen
yang umum dari mesin bubut. Jenis ini mempunyai kepala tetap berisi
roda gigi dan mendapatkan daya dari motor yang di sambungkan dengan
sabuk V. Pengendali pada kepala tetap bisa mengatur kecepatan
sampai 27 variasi kecepatan.
Gambar 1.2Ekor tetap bisa di stel sepanjang bangku untuk
menampung panjang stok yang berbeda-beda. Pergerakannya di atur
dengan penyetel roda dan di lengkapi dengan ulir pengencang pada
dasarnya untuk menyetel kelurusan dan untuk pembubutan tirus.
Sekrup pengarah adalah poros panjang berulir yang terletak agak
di bawah dan sejajar dengan bangku, memanjang dari kepala tetap
sampai ekor tetap. Di hubungkan dengan roda gigi pada kepala tetap
dan putarannya bisa di balik. Di pasang ke kereta luncur dan bisa
dipasang atau di lepas dari kereta luncur selama operasi. Ulir
pengarah hanya untuk membuat ulir saja dan bisa di lepas kalau
tidak di pakai.
Batang hantaran terletak di bawah ulir pengarah yang berfungsi
untuk menyalurkan daya dari kotak pengubah cepat (quick chenge box)
untuk menggerakkan mekanisme apron dalam arah melintang atau
memanjang.
Kereta luncur terdiri dari perletakan majemuk, sadel pahat dan
apron. Konstruksinya kaku karena harus menyangga dan memandu pahat
potong. Dilengkapi dengan dua hantaran tangan untuk memandu pahat
dalam arah menyilang. Roda tangan yang atas mengendalikan gerakan
perletakan majemuk dan roda tangan di bawah untuk menggerakkan
kereta luncur sepanjang landasan.
Apron yang terletak pada kereta luncur berisi kendali, roda gigi
dan mekanisme lain untuk menghantar kereta luncur baik dengan
tangan atau dengan daya. Ukuran mesin bubut di nyatakan dalam
diameter benda kerja yang dapat di putar, sehingga sebuah mesin
bubut 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan benda kerja
sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang di perlukan dari sebuah
mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan
dalam panjang maksimum benda kerja di antara kedua pusat mesin
bubut, sebagian pabrik lainnya menyatakan dalam panjang bangku.
Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam
desainnya tersebut tergantung pada jenis produksi atau jenis benda
kerja.Pembubut Kecepatan (speed lathe) adalah mesin bubut yang
mempunyai konstruksi sederhana dan terdiri dari bangku, kepala
tetap, ekor tetap dan peluncur yang dapat di stel untuk mendukung
pahat. Di gunakan untuk pemahatan tangan dan kerja ringan, maka
mesin bubut di operasikan pada kecepatan tinggi. Mesin jenis ini
biasanya di pakai untuk membubut kayu, atau untuk membuat pusat
pada silinder logam sebelum di kerjakan lebih lanjut oleh mesin
bubut mesin.
Pembubut mesin, mendapatkan namanya dari mesin bubut
pertama/lama yang digerakkan oleh mesin setelah sebelumnya di
gerakkan dengan sabuk atas (overhead belt). Yang membedakannya dari
bubut kecepatan adalah tambahan untuk pengendalian kecepatan
spindel dan untuk penyanggaan dan pengendalian hantaran pahat
tetap. Kepala tetap di lengkapi dengan puli kerucut empat tingkat
yang menyediakan empat kisaran kecepatan spindel jika di hubungkan
dengan puli kerucut akan memberikan tambahan empat variasi
kecepatan.
Pembubut Bangku adalah mesin bubut kecil yang terpasang pada
bangku kerja. Desainnya mempunyai kesamaan dengan mesin bubut
kecepatan atau mesin hanya berbeda dalam ukuran dan pemasangannya.
Di buat untuk benda kecil dan mempunyai kapasitas ayunan maksimum
sebesar 250 mm pada pelat muka.
Pembubut Ruang Perkakas adalah mesin bubut untuk pembuatan
perkakas kecil, alat ukur, die dan komponen presisi lainnya. Mesin
ini di lengkapi dengan segala perlengkapan yang di perlukan untuk
membuat pekerjaan perkakas yang teliti.
2.1.3 Operasi Bubut
Operasi bubut yang beraneka ragam mencakup pembubutan,
pengeboran, pengerjaan tepi, penguliran dan pembubutan tirus. Untuk
operasi ini, sebuah pemotong mata tunggal di hantarkan di sepanjang
benda kerja yang berputar. Menggurdi dan meluaskan lubang (reaming)
memerlukan pemotong dari jenis lain.2.1.4 Alat alat Perlengkapan
mesin Bubut
Pencekam
Pencekam ini ada yang tiga ( 3 ) rahang dan empat ( 4 ) rahang.
Pencekam ini digunakan untuk memegang benda kerja. Penyangga
Penyangga dipakai biasanya pada saat membubut benda kerja yang
panjang agar benda kerja tidak bengkok atau melengkung
ditengah.
Center ( pelurus )
Digunakan untuk menetapkan benda kerja agar posisi lurus segaris
sehingga benda kerja tidak oleng pada saat berputar.
Pahat
Digunakan untuk memotong benda kerja atau dengan kata lain pahat
adalah, sebagai alat potong pada mesin bubut.
Pahat bubut di kelompoan menjadi 4 antara lain:1. Sepotong pahat
pejal dari baja karbon atau sayat cepat yang langsung di jepit pada
pemegang pahat.
2. Tangkai gagang pahat (tool holder bits) dari baja sayat cepat
dengan penampang persegi atau bundar. Dipegang pada
pemegang-pemegang pahat.
3. Pahat-pahat yang di tip dari berbagai jenis.
4. Perkakas-perkakas khusus misalnya : pahat gerek, batang gerek
yang memegang mata pahat, dee bits, berbagai macam perkakas lain
dan perkakas kartel.
Gambar 1.3Dalam gambar 1.3diperlihatkan berbagai jenis perkakas
pejal dan dalam gambar 1.4. di perlihatkan tiga macam pemegang
pahat, satu lurus dan dua lainnya menekuk (kekiri dan ke kanan)
dengan di lengkapi mata pahat. Keuntungan dari mata pahat ini
(bits) adalah keekonomisan dari pemakaian baja sayat cepat yang
mahal dan bisa di lepas dari pemegangnya untuk diasah atau diganti
dengan mata pahat yang baru, dan pemasangannya lagi hanya perlu
sedikit penyetelan.
Gambar 1.4. Pemegang Pahat Lurus, Bubut Kanan, Bubut Kiri dan
Pahat-Pahat
Bubut yang di Tip (kanan) . Macam Macam Pemegang Pahat
Bubut.
Keadaan dan bentuk pahat yang akan digunakan dalam melakukan
sebuah proses
mengoperasikan mesin bubut harus dalam keadaan baik, supaya
memperoleh hasil yang berkualitas dari pekerjaan tersebut.Untuk itu
Bentuk yang benar dari alat mesin bubut tergantung pada :
Bentuk bahan yang akan dipotong
Bentuk potongan yang akan di bentuk
Rata-rata putaran2.2 Mesin Frais
2.2.1 Pengertian Mesin Frais
Proses pemesinan freis (milling) adalah proses penyayatan benda
kerja menggunakan menggunakan alat potong dengan mata potong jamak
yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak
yang mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses pemesinan lebih
cepat. Permukaan yang disayat bisa berbentuk datar, menyudut, atau
melengkung terus. Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk
kombinasi dari beberapa bentuk. Terjadinya pemotongan/penyayatan
dengan kedalaman yang disesuaikan karena alat potong yang berputar
dan gigi potong yang menyentuh permukaan benda kerja yang dijepit
pada ragum meja mesin milling menghasilkan benda produksi sesuai
dengan gambar kerja yang dikehendaki. Adapun perinsip-perinsip
pemotongan pada proses fraiser dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. prinsip pemotongan pada mesin frais (milling)
Dengan prinsip-prinsip pemotongan diatas, kita dapat melakukan
pembuatan benda kerja dengan berbagai bentuk-bentuk
diantaranya:
a. Bidang rata datar
b. Bidang rata miring menyudut
c. Bidang siku
d. Bidang sejajar
e. Alur lurus atau melingkar
f. Segi beraturan atau tidaak beraturan
g. Pengeboran lubang atau memperbesar lubang dan lain-lain.2.2.2
Mesin Milling Mesin yang digunakan untuk memegang benda kerja,
memutar pisau, dan penyayatannya disebut mesin milling. Ada dua
jenis mesin milling sesuai dengan cara kerjanya, seperti pada
gambar 2.2
Gambar 2.2 Skematik dari gerakan-gerakan dan komponen-komponen
dari ( a ).mesin frais vertikal tipe coloum and knee dan ( b )
mesin frais horisontal tipe koloum and knee
Mesin milling ada yang dikendalikan secara konvensional dan ada
yang dengan bantuan CNC. Mesin konvensional manual posisi
spindelnya ada dua macam yaitu horizontal dan vertikal. Mesin
milling dengan kendali CNC hampir semuanya adalah mesin frais
vertikal. Mesin milling konvensional cara pengerjaannya dilakukan
secara manual oleh operator. Sedangkan mesin milling cnc
dikendalikan oleh komputer, sehingga semua gerakan yang berjalan
sesuai dengan program yang diberikan, keuntungannya yaitu mesin
mampu diperintah untuk melakukan pekerjaan secara mengulang gerakan
yang sama secara terus menerus dengan tingkat ketelitian yang
sama.2.2.4 Metode Pemotongan Benda Kerja 1. Pemotongan searah benda
kerja (down milling), yang dimaksud pemotongan searah adalah
pemotongan yang datangnya benda kerja searah dengan putaran isi2.
potong cutter. Pada pemotongan ini hasilnya kurang baik karena meja
(benda kerja) cenderung tertarik oleh cutter diperlihatkan pada
gambar 2.3.
Gambar 2.3 pemotongan searah benda kerja ( down milling )
2. Pemotongan berlawanan arah benda kerja (up milling), yang
dimaksud pemotongan berlawanan arah adalah pemotongan yang
datangnya benda kerja berlawanan dengan arah putaran sisi potong
cutter disajikan dalam gambar 2.4.Pada pemotongan ini hasilnya
dapat maksimal karena meja (benda kerja) tidak tertarik oleh
cutter.
Gambar 2.4 pemotongan berlawanan benda kerja ( up milling )
3. Pemotong netral, pemotong netral yaitu pemotong yang terjadi
apabila lebar benda yang disayat lebih kecil dari ukuran diameter
pisau atau diameter pisau tidak lebih besar dari bidang yang
disayat. Pemotong jenis ini hanya berlaku untuk mesin frais
vertikal.2.2.5 Parameter Yang Dapat Diatur Pada Mesin Frais
Parameter yang dapat diatur pada mesin milling yaitu parameter
yang dapat diatur secara langsung oleh operator mesin ketika sedang
mengoperasikan mesin. Parameter tersebut yaitu putaran spindel (n),
gerak makan (f), dan kedalaman potong (a). Putaran spindel bisa
langsung diatur dengan cara mengubah posisi handle pengatur putaran
mesin. Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle gerak
makan sesuai dengan tabel f yang ada dimesin. Kedalaman potong
diatur dengan cara menaikkan benda kerja, atau dengan cara
menurunkan pisau.Putaran spindel (n) ditentukan berdasarkan
kecepatan potong. Kecepatan potong ditentukan oleh kombinasi
material pisau dan material benda kerja. Kecepatan potong adalah
jarak yang ditempuh oleh satu titik (dalam satuan meter ) pada
selubung pisau dalam waktu satu menit. Rumus kecepatan potong
identik dengan rumus kecepatan potong pada rumus mesin lathe. Pada
mesin milling besarnya diameter yang digunakan adalah diameter
pisau. Rumus kecepatan potong;
Dengan :
Cs = kecepatan potong (m/menit)
d = diameter pisau (mm)
n = putaran mesin (rpm)
karena nilai kecepatan potong untuk setiap jenis bahan sudah
ditetapkan secara baku, maka parameter yang dapat diatur adalah
putaran spindel (n). Dengan demikian rumus untuk menghitung putaran
spindel menjadi :
nilai kecepatan potong yang telah baku dapat dilihat pada tabel
2.5
BAHAN CUTTER HSSCUTTER CARBIDE
HALUSKASARHALUSKASAR
Baja perkakas75-10024-45185-230110-140
Baja karbon rendah 70-9025-40170-21590-120
Baja karbon menengah60-8520-40140-18575-110
Besi cor kelabu40-4525-30110-14060-75
Kuningan 85-10045-70185-215120-150
Alumunium70-11030-45140-21560-90
Setelah kecepatan potong di ketahui ,maka kecepatan pemakanan
harus di tentukan .Kecepatan pemakan adalah jarak tempuh gerak maju
pisau/benda kerja dalam satuan milimeter permenit atau feet
permenit.pada gerak putar ,kecepatan pemakan (f)adalah gerak maju
alat potong atau benda kerja dalam (n)putaran benda kerja/pisau
permenit.pada mesin miiling,kecepatan pemakan dinyatakan dalam
satuan milimeter permenit dimana dalam pemakaianya perlu
disesuaikan dengan jumlah mata potong pisau yang
digunakan.Kecepatan pemakain tiap mata potong pisau frais,(f) untuk
setiap jenis pisau dan setiap jenis bahan sudah dibakukan . Adapun
nilai kecepatan pemakan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Kecepatan pemakanan ( feeding ) pergigi untuk HSS
Pisaufeed/tooth ( mm)
spiral ( slab ) mill ( up to 300 helix angle of tooth )0,1 +
0,25
spiral mill ( 300 + 000 helix angle )0,05 + 0,2
face mill and shell end Mel0,1 + 0,5
end Mill0,1 + 0,25
Faw0,05 + 0,1
slotting cutter0,05 + 0,15
form cutter0,05 + 0,2
Kedalaman potong (a) ditentukan berdasarkan selisih tebal benda
kerja awal terhadap tebal benda kerja akhir.2.3 Pengelasansecara
umum Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam
atau lebih dengan menggunakan energi panas yang menyebabkan logam
disekitar lasan mengalami sirkulasi thermal, sehingga logam
disekitar lasan mengalami perubahan metalurgi yang rumit, deformasi
dan tegangan-tegangan thermal. Hal ini erat hubungannya dengan
ketangguhan, cacat las dan retak serta mempunyai pengaruh yang
fatal terhadap keamanan dari kontruksi yang di las.
Berdasarkan definisi AWS (American welding society) pengelasan
adalah proses penyambungan material antara metal atau non metal
yang menghasilkan satu bagian yang menyatu dengan memanaskan
material yang akan disambung pada suhu tertentu
Berdasarkan definisi dari Deutche Industries Normen (DIN), las
adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair.Dari definisi tersbut
dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat
dari beberapa batang logam yang menggunakan energi panas.
Dalam pengertian lain, las adalah penyambungan dua buah logam
sejenis maupun tidak sejenis dengan cara memanaskan (mencairkan)
logam tersebut di bawah atau di atas titik leburnya, disertai
dengan atau tanpa tekanan dan disertai atau tidak disertai logam
pengisi.
2.3.1 Teknik Pengelasan Berdasarkan cara kerjaBerdasarkan cara
kerjanya cara pengelasan terbagi menjadi tiga kelas utama yaitu
sebagai berikut : Pengelasan cair adalah dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik,
atau semburan api gas yang terbakar. Pengelasan tekan adalah cara
pengelasan di mana sambungan dipanaskan kemudian ditekan hingga
menjadi satu. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan
diikat dan disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai
titik cair rendah, dalam cara ini logam induk tidak turut
mencair.
Cara pengelasan yang paling banyak digunakan saat ini adalah
pengelasan cair dengan busur listrik (las busur listrik) dan gas
(las gas).
Menurut Harsono Wiryosumarto bahwa untuk kontruksi baja umum
proses pengelasan cair dengan busur (las busur listrik). Adapun
jenis pengelasan cair dengan busur terbagi menjadi tiga yaitu :
Las busur listrik dengan elektroda terbungkus. Las busur listrik
dengan pelindung gas CO2.
Las busur listrik terendam.
2.3.2 Klasifikasi Las Berdasarkan Sambungan dan Bentuk
Alurnya.Bentuk bentuk sambungan uji
1 fillet atau sambungan siku terdiri dari
1F,2F,3F,4F2 groove atau tumpul plat terdiri dari
1G,2G,3G,4G3 groove atau tumpul pipa terdiri dari
1G,2G,5G,6GBentuk bentuk sambungan umum
1. Sambungan Las Dasar
Sambungan las pada konstruksi baja pada dasarnya dibagi menjadi
sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan
tumpang.Sebagai perkembangan sambungan dasar di atas terjadi
sambungan silang, sambungan dengan penguat dan sambungan sisi yang
ditunjukan pada gambar 3.1 Jenis-jenis sambungan dasardi bawah
ini.
Gambar 3.1. Jenis-jenis sambungan dasar
(Wiryo Sumarto H, 1994, 157)
2. Sambungan Tumpul
Sambungan tumpul adalah jenis sambungan las yang paling efisien,
sambungan ini terbagi menjadi dua yaitu :
1) Sambungan penetrasi penuh
2) Sambungan penetrasi sebagian
Sambungan penetrasi penuh terbagi lagi menjadi sambungan tanpa
plat pembantu dan sambungan dengan plat pembantu. Bentuk alur dalam
sambungan tumpul sangat mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan
jaminan sambungan.
Pada dasarnya dalam pemilihan bentuk alur harus mengacu pada
penurunan masukan panas dan penurunan logam las sampai harga
terendah yang tidak menurunkan mutu sambungan.
3. Sambungan bentuk T dan bentuk silangSambungan bentuk T dan
bentuk silang ini secara garis besar terbagi menjadi dua jenis
seperti pada gambar 3.2, yaitu :
1) Jenis las dengan alur datar
2) Jenis las sudut
Dalam pelaksanaan pengelasan mungkin ada bagian batang yang
menghalangi, hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut
alur.
Gambar 3.2. Macam-macam sambungan T
(Wiryosumarto H, 1994 : 159)
4. Sambungan Tumpang
Sambungan tumpang dibagi menjadi tiga jenis seperti yang
ditunjukan pada gambar Gambar 3.3 Sambungan Tumpang dikarenakan
sambungan jenis ini tingkat keefisienannya rendah, maka jarang
sekali jarang sekali digunaka untuk pelaksanaan sambungan
konstruksi utama.
Gambar 3.3. Sambungan Tumpang
(Wiryosumarto H, 1994 : 160)
5. Sambungan Sisi
Sambungan sisi dibagi menjadi dua seperti ditunjukan pada gambar
3.4, yaitu :
1. Sambungan las dengan alur :Untuk jenis sambungan ini platnya
harus dibuat alur terlebih dahulu.2. Sambungan las ujung :
Sedangkan untuk jenis sambungan ini pengelasan dilakukan pada ujung
plat tanpa ada alur. Sambungan las ujung hasilnya kurang memuaskan,
kecuiali jika dilakukan pada posisi datar dengan aliran listrik
yang tinggi. Oleh karena itu, maka pengelasan jenis ini hanya
dipakai untuk pengelasan tambahan atau pengelasan sementara pada
pengelasan plat-plat yang tebal.
Gambar 3.4. Sambungan Sisi
(Wiryosumarto H, 1994 : 161)
6. Sambungan Dengan Plat Penguat
Sambungan ini dibagi dalam dua jenis yaitusambungan dengan plat
penguat tunggal dan sambungam dengan plat penguat ganda seperti
yang ditunjukan pada gambar 3.5. Sambungan jenis ini mirip dengan
sambungan tumpang, maka sambungan jenis ini pun jarang digunakan
untuk penyambungan konstruksi utama.
Gambar 3.5. Sambungan Dengan Penguat
(Wiryosumarto H, 1994 : 161)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan las, oleh karena
itu penyambungan dalam proses pengelasan harus memenuhi beberapa
syarat, antaralain :
1. Benda yang dilas tersebut harus dapat cair atau lebur oleh
panas
2. Bahwa antara benda-benda padat yang disambungkan tersebut
terdapat kesesuain sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau
meninggalkan sambungan tersebut.
3. Cara-cara penyambungan harus sesuai dengan sifat benda padat
dan tujuan dari penyambungannya.
4. Perhitungan kekuatan las, seperti pada rumus di bawah ini
:Tegangan Total :
(Zainul Achmad, 1999: 59)Dengan :
F = Gaya yang bekerja (N)
= Tegangan total (N/mm)
H = Tinggi plat (mm)
A = Luas penampang (A = 2.a.)
a = Lebar pengelasan (mm)
= Panjang las
2.3.3 Menentukan besarnya arus listrik Besar arus dan tegangan
listrik yang digunakan dalam pengelasan harus diatur sesuai
kebutuhan.Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan tergantung dari
besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan. Tidak ada aturan
pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang digunakan.Hal ini
berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh manusia
tidak akan mampu menahan arus listrik dengan tegangan yang
tinggi.Tegangan listrik yang digunakan pada mesin las (tegangan
pada ujung terminal) berkisar 55 volt sampai 85 volt.Tegangan ini
disebut sebagai tegangan pembakaran.Bila nyala busur listrik sudah
terjadi maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai 40 volt.Tegangan
ini disebut dengan tegangan kerja.Besar kecilnya tegangan kerja
yang terjadi tergantung dari besar kecilnya diameter
elektroda.Semakin besar arus yang terjadi.
Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan yang
dilakukan hanya besar arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus
dilakukan dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang
digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh
amperemeter (alat untuk mengukur besar arus listrik) yang terletak
pada mesin las.Pada masing-masing las, arus minimum dan arus
maksimum yang dapat dicapai berbeda-beda, pada umunya berkisar 100
ampere sampai 600 ampere. Pemilihan besar arus listrik tergantung
dari beberapa faktor, antara lain: diameter elektroda yang
digunakan, tebal benda kerja, jenis elektroda yang digunakan,
polaritas kutub -kutubnya dan posisi pengelasan
pengaruh arus terhadap kualitas hasil pengelasan
Bila arus terlalu rendah (kecil), akan menyebabkan:
a. Penyalaan busur listrik sukar dan busur listrik yang terjadi
tidak stabil,
b. Terlalu banyak tumpukan logam las karena panas yang terjadi
tidak mampu melebihkan elektroda dan bahan bakar dengan baik,
c. Penembusaun kurang baik,
d. Pinggiran-pinggiran dingin.
2.3.5 Pengaruh kecepatan elektroda pada hasil lasUntuk
menghasilkan rigirigi las yang rata dan halus, kecepatan tangan
menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil.
Apabila elektroda di gerakkan:a. Tepat dan stabil, menghasilkan
daerah perpaduan dengan bahan dasar dan perembesan luasnya
baik.
b. Terlalu cepat, menghasilkan perembesan las yang dangkal
karena pemanasan bahan bakar dasar
c. Terlalu lambat, menghasilkan alur yang lebar (lihat gambar).
Hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi las, terutama bila bahan
dasar yang dilas tipis.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM1.1 Pembuatan poros berulir M12 X 1,25Bahan
: AS ST 40 1.1.1 Alat pembuatan:
1. Mesin bubut
2. Pahat bubut
3. Mesin gergaji
4. Senai M14x1,255. Tap M12x1.56. Mata bor ukuran 10mm7. Vernier
caliper/Jangka Sorong
1.1.2 Urutan pengerjaan :1. Memotong benda kerja sesuai dengan
ukuran menggunakan mesin gergaji
2. Membuat benda kerja dengan mesin bubut ,dengan ukuran :
Panjang total 100mm 12 panjang 58,50 mm 25 panjang 41,5 mm 3.
Membuat Tirus dengan sudut 45 derajat 4. Membuat Lubang 10mm
5. Membuat ulir dalam dengan mempergunakan Tap M12x1.56. Membuat
ulir luar dengan mempergunakan snai M14x1.251.1.3 Pengerjaan
permesinan pada mesin bubut
a. Setelah benda kerja dipotong dengan ukuran yang ditentukan
kemudian benda kerja dicekam pada mesin bubut.
b. Kemudian benda kerja disetting kelurusan dan kecenterannya
dengan menggunakan dial indicator ( jika ada ) atau benda bantu
lain. Dengan cara memutar benda kerja secara perlahan dan
menempelkan jarum pengindera dial indicator hingga ukuran tiap sisi
putarannya sama.c. Setelah itu pahat bubut dipasang dan diset agar
center dengan benda kerja untuk pemakanannya.
d. Atur kecepatan putaran spindle dan kecepatan
pemakanannya.
e. Kemudian melalui langkah pembubutan pada permukaan bekas
potongan hingga diperoleh permukaan yang rata.
f. Setelah itu dilakukan pembubutan sepanjang 58,50 mm dengan
kedalaman 1 mm secara berulang ulang hingga diperoleh diameter
benda kerja 14 mm dan pemakanan dengan kedalaman 0,5 mm sebanyak 2x
untuk finishing hingga diperoleh diameter 14 mm.g. Setelah selesai
kemudian dilakukan pembubutan tirus dengan sudut 45 derajat.h.
Setelah itu benda kerja dibalik dan dicekam pad asisi baliknya pada
permukaan yang berdiameter 14 mm dan diset seperti proses awal.
i. Kemudian pada permukaan depannya dibubut agar panjang
mencapai 100mmj. Dan di bubut agar berdiameter 25mmk. Setelah itu
dilakukan pembuatan lubang dengan menggunakan mata bor 10mm.l.
Kemudian benda kerja dilepas dari cekam.
1.1.4 Langkah pembuatan ulir dalam
a. Benda kerja dipasang pada ragum untuk di Tap ulir dalam pada
lubang diameter 10mm.b. Siapkan Tap ukuran M12 X 1,5 dan lakukan
pengetapan dengan ukuran tap yang kecil terlebih dahulu sampai
ukuran yang besar.1.1.5 Langkah pembuatan ulir luar
a. Benda kerja dibalik untuk di Snai ulir luar pada diameter
14mm.b. Siapkan Snai dengan ukuran M14 X 1,25mm, benda kerja
dibalik dan lakukan pengerjaan secara perlahan hingga membentuk
ulir luar ukuran M14 X 1,25.1.2 Pembuatan Baja Kotak
BerlubangBahan: Alumunium3.2.1. Alat Pembuatan:
1. Mesin Frais2. End mill
3. Mesin gergaji
4. Vernier Kaliper/Jangka sorong
5. Ragum6. Pararel atau ganjal perata3.2.2. Urutan Proses
Pengerjaan :
1. Memotong benda kerja sesuai ukuran yang di butuhkan dengan
menggunakan mesin gergaji.
2. Membuat Benda kerja dengan ukuran :
Panjang 49mm , Lebar 49 mm , dan Tinggi 30mm
Mengefrais permukaan atas benda kerja hingga menjadi panjang
39mm,Lebar39mm,dan tinggi 5mm
Membuat Lubang persegi ditengah permukaan atas benda kerja
dengan ukuran panjang sisi nya 10mm dan kedalaman 5mm
3.2.3 Pengerjaan pada mesin frais:
a. Setelah benda kerja dipotong dengan ukuran yang ditentukan
kemudian benda kerja dicekam pada ragum mesin frais.
b. Benda kerja di seting agar lurus dan tentukan titik 0 pada
dengan menempelkan end mill pada benda kerja.c. Setelah itu lakukan
pemakanan pada permukaan atas dengan kedalaman 1mm hingga kedalaman
4mm dan lebar 5mm, untuk finishing lakukan pemakanan sedalam 0,5mm
sebanyak 2x hingga memperoleh kedalaman 5mm.
d. Kemudian beri lubang persegi pada permukaan atas benda kerja
,tentukan titik tengah permukaannya dan lakukan pemakanan dengan
kedalaman 1mm hingga memperoleh ukuran lubang persegi dengan ukuran
sisinya 10mm dan kedalaman 5mm.
e. Selanjutnya benda kerja dibalik,dan lakukan proses pemakanan
dengan pada permukaan agar memperoleh ukuran tinggi benda kerja
30mm.f. Finish, baja kotak berlubang telah jadi.
3.3 Pembuatan 1 set meja santai
3.3.1 Pembuatan 1 set bangku santai, material yang digunakan
antara lain:
1. hollow 40x40x1,0 mm
2. papan triplex 1200x2400 mm
3. cutting whell ( 355x3x25.4 mm
4. Disk grinder ( 105x1x16 mm
5. emery whell (roda pengasah/batu gerinda) 100x6x16 mm
6. electrode -RB E6013( 2.0x300 mm
7. amplas grid 100
8. skrup bord
9. dempul
10. cat
3.3.2 Peralatan yang digunakan antara lain:
1. welding machine ( mesin las/travo) SMAW
2. steel cutting machine ( cutting )
3. hand grinding machine (gerinda tangan)
4. Mesin bor
5. meter (meteran)
6. siku
7. waterpass
8. martil penitik
9. risttick (gerinda kawat/ sikat kawat)
10. kuas cat
3.3.3 Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam bekerja
antara lain:
1. kacamata las / topeng las
2. sarung tangan tahan panas
3. ear muff / ear plug
4. sepatu safety
3.3.4 Persiapan kerja
1 Pakai APD sesuai dengan jenis pekerjaan dan mengikuti
instruktur kerja praktikum.
2 Pemotongan menggunakan cutting whell ( 355x3x25.4 mm
Potong material hollow 40x40x1.0 mm dengan ukuran sebagai
berikut:
Panjang 2400 mm dengan ke dua ujung di filled dengan sudut 45
sebanyak 4 batang
Panjang 480 mm dengan kedua ujung difilled dengan sudut 45
sebanyak 2 batang
Panjang 472 mm sebanyak 3 batang untuk kerangka tengah dan
spankres kaki meja
Panjang 380 mm dengan kedua ujung difilled dengan sudut 45
sebanyak 2 batang
Panjang 372 mm sebanyak 3 batang untuk kerangka tengah dan
spankres kaki kursi
Panjang 696 mm sebanyak 4 batang (kaki meja)
Panjang 396 mm sebanyak 4 batang (kaki kursi)
Panjang 2392 mm sebanyak 2 batang (sandaran kaki meja dan
kursi)
Panjang 54 mm sebanyak 1 batang
Panjang 200 mm sebanyak 2 batang untuk penghubung antara kaki
meja dan kursi
3.3.5 Proses Pengerjaan Pengelasan
Pengelasan menggunakan mesin las SMAW dengan elektroda E6013
2.0x300 mm
rangkai potongan hollow menjadi persegi menggunakam batang
hoolow dengan ukuran 2400x480 untuk rangka atas meja kemudian
cantum ujung sambungan,gunakan siku 90 atau diagonal pada sudut
sambungan pastikan diagonal nya presisi kemdian las penuh di semua
sambungan.
Cantum ke-4 kaki meja satu-persatu pastikan tegak lurus,kemudian
las penuh pada semua sambungan kaki
Cantum krangka tengah dan spankres kaki kemudian las penuh pada
semua sambungan
lakukan hal serupa pada perakitan kursi dengan ukuran yang telah
ditentukan
Cantum batang hubung dengan kaki meja dan kursi kemudian las
penuh pada sambungan tersebut
Cek pada semua bagian sambungan hasil lasan
3.3.6 Proses Finishing
Gerinda pada hasil lasan yang kasarkemudian grinda dengan
ristick untuk menghilangkan karat setelah bersih kemudian dempul
pada sambungan las untuk menutup pori-pori yang besar setelah
kering amplas pada bagian yang di dempul sampai halus
Pasang papan di krangka meja dan kursi dengan skrup bord
Dan yang terakhir lakukan pengecatan
Gambar...hasil akhir meja
BAB IV
PENUTUP
4.1 KesimpulanSetelah melakukan praktikum yang dilaksanakan di
Bengkel Laboratorium Universitas Wahid Hasyim Semarang, maka kami
dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Setiap mahasiswa (praktikan) dapat mengetahui dan memahami
secara keseluruhan dalam menggunakan mesin-mesin, alat-alat dan
peralataan kerja bangku dan alat bantu lainnya yang umum digunakan
di bengkel-bengkel kerja di lapangan, terutama yang ada pada
bengkel laboratorium teknik mesin Unwahas.2. Kecepatan dan
ketepatan dalam mengatasi suatu kendala, sangat menentukan
keberhasilan praktikum proses produksi ini dengan baik, efektif dan
efisien. Kelalaian dan kesalahan praktikan dalam praktikum akan
menimbulkan suatu hambatan dan kendala.
3. Kedisiplinan dan kerjasama satu kelompok dalam menyelesaikan
setiap proses pengerjaan pembuatan suatu benda kerja menjadi
perhatian sangat penting, baik dalam membagi tugas pekerjaan,
pembagian waktu kerja dan giliran waktu kerja. Sehingga dapat
menyelesaikan benda kerja tepat pada waktu yang telah
ditentukan
4. Setiap peserta praktikan akan mengetahui dan memahami
prosedur keselamatan dalam bekerja yang aman demi keselamatan dan
kesehatan pekerja, mesin , alat dan peralatan, serta lingkungan
kerja sekitarnya.4.2 SaranSebaiknya dalam pelaksanaan praktikum
proses produksi para praktikan harus mengetahui dan memahami
terlebih dahulu tentang bagaimana cara pengoprasian
mesin,penggunaan alat dan peralatan ,sehingga proses praktikum
semakin efektif . Diharapkan setelah lulus dari bangku kuliah
nantinya menjadi calon tenaga kerja yang handal, mandiri dan siap
bersaing dengan calon tenaga kerja lainnya.
Pentingnya pihak universitas untuk menambah mesin-mesin, alat
dan peralatan yang belum tersedia, supaya praktikan berikutnya
dapat lebih banyak mengenal dan memahami serta bertambah wawasannya
dengan semakin banyak mesin dan peralatan yang diketahui, maka akan
semakin bisa siap bekerja bila sudah terjun langsung di dunia kerja
nyata. Peran pemerintah untuk membantu memberikan
kemudahan-kemudahan dan bantuan pengadaan mesin dan peralatan untuk
setiap kampus juga perlu di tingkatkan, supaya lulusan yang
dihasilkan siap bekerja semua, bukan menjadi pengangguran yang akan
membebani pemerintah.
Penulis belum bisa berbuat banyak dalam penyusunan tugas laporan
ini, karena keterbatasan wawasan dan ilmu pengetahuan serta
ketrampilan penulis. Sehingga diakhir penyusunan ini, penulis
berharap banyak kepada pembaca atas kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, sebab laporan ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2014. Petunjuk Praktikum Proses Produksi. Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Wahid Hasyim Semarang:
Semarang
Daryanto. 1987. Alat Perkakas Bengkel. PT.Bina Aksara :
Jakarta
NN, 2002, BUKU INFORMASI PENGOPERASIAN MESIN BUBUT 50-006-1, RI-
Bahan Pelatihan Nasional : Jakarta
Philip F.Ostwald, dkk,1979.Teknologi Mekanik. Erlangga:
Jakarta.Schomatz. Alols, dkk. 1985. Pengejaan Logam Dengan Mesin:
Angkasa : Bandung
modul mengelas dengan las busur metal manual versi
08-05-2006
http://cimpok.blogspot.de/2011/11pengelasan.htmlmodul pelatihan
dan pemagangan las busur listrik manual tahun 2012 Disnakertran
surakarta
_1484948855.unknown
_1484948857.unknown
_1484948858.unknown
_1484948856.unknown
_1484948854.unknown