Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR
(VII. Menghitung Indeks Erosivitas Hujan(R) dengan Rumus Bolls)
Oleh :
Kelompok : 1 (satu)
Kelas / Hari / Tanggal : A1/Kamis, 10 Mei 2012
Nama dan NPM : 1. Said Panji P (240110090001)
2. Rimba Yudha (240110090002)
3. Tafsir (240110090003)
4. Nilam Qalby (240110090004)
5. Rizqi Hasan (240110090005)
6. Iwan Feby H (240110090006)
Assisten : Riando Simbolon
LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR
JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daerah penelitian Sub DAS Cikumutuk terletak pada lereng Gunung
Cakrabuana, Desa Cilampuyang, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa
Barat. Secara geologi daerah ini merupakan hasil erupsi gunung api tua yaitu Gn.
Cakrabuana sekitar Awal Pleistocene, Kwarter. setelah itu ditutupi endapan abu
vulkanik yang berasal dari letusan gunung api sekitarnya dari jaman Pertengahan
Pleistocene sampai Holocene.
Faktor klimatologi yaitu curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi
menyebabkan daerah ini mengalami proses pelapukan dan erosi yang tinggi juga.
Hal ini terlihat pada geomorfologi daerah tersebut yang cukup terjal pada hulu
sungai Ci Kumutuk dan sepanjang lereng pembatas DAS. Studi kandungan air
pada tanah berdasarkan sifat fisik tanah berguna untuk mengetahui karakteristik
tanah terhadap jumlah kandungan air volumetrik/kebasahan volume yang mampu
ditampung dari hujan. Studi ini mencakup analisis hubungan massa dan volume
penyusun tanah dalam menentukan nilai-nilai parameter sifat fisik tanah seperti
kerapatan bahan padatan (Ps), kerapatan massa kering (Pb), porositas (f),
perbandingan pori (e), kebasahan massa (w), kebasahan volume (0), derajat
kejenuhan (s) dan porositas terisi udara (fa).
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber data analisis pada
pemboran dangkal sedalam 0.8 m selama 5 minggu disertai oleh uji sampel
gravimetrik, beberapa parameter uji sifat fisik tanah dan data lain yang
melengkapi kondisi geologi, hidrogeologi serta karakteristik tanah. Data lain ini
diperoleh dari referensi penelitian-penelitian sebelumnya.
Dari hasil pengolahan data ini diperoleh karakteristik tanah berdasarkan sifat
fisik tanah pada tiap kedalaman, perubahan kandungan air volumetrik/kebasahan
volume akibat hujan, karakteristik kandungan air terhadap kemiringan lereng dan
jumlah kandungan air pada tanah terukur berdasarkan dari volume kandungan
air/kebasahan volume.
Page 3
Dari hasil analisis sifat fisik tanah diharapkan dapat digunakan untuk
pengelolaan lahan dalam rangka konservasi lahan dan mempertahankan daya
dukung lingkungan. Hasil analisa kelembapan tanah atau kandungan air pada
tanah dangkal terukur untuk luas lahan 110 ha per-kedalaman 0.8 m, diperoleh
jumlah kandungan air ± 215.000 m3. Berarti untuk daerah penelitian terdapat 25%
kandungan air pada tanah dari total volume terukur.
Untuk menyatakan bahwa pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat sudah sesuai
dengan fungsi pelestarian lingkungan, tidak hanya dilihat dari segi keuntungan
sosial ekonomi saja, tetapi juga harus diperhatikan kondisi erosi dan tata air yang
terjadi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa hutan rakyat pada
umumnya dapat meningkatkan penghasilan petani sampai 52,13 % per tahun
(Donie, 1996). Selain itu untuk perbaikan sifat fisik tanah, hutan rakyat juga dapat
meningkatkan kandungan bahan organik tanah (Triwilaida, 1997), serta yang
lebih penting lagi, hutan rakyat juga dapat berfungsi sebagai pengatur tata air dan
dapat menurunkan limpasan permukaan dan laju erosi (Nugroho, 1999). Hasil
penelitian Donie (2000) menunjukkan bahwa tanaman sengon dan kopi dapat
meningkatkan pendapatan petani 3 secara kontinyu sebesar Rp.
5.660.000,-/ha/tahun, dimana produksi kopi berumur 5 - 7 tahun adalah 0,5 - 0,7
kg (kering)/batang.
Manfaat terhadap aspek konservasi bisa terlihat dari penerapan teknik yang
ada. Penelitian erosi pada fase pertumbuhan kopi dan sengon yang diduga dapat
mengakibatkan erosi terbesar hingga kini belum tersedia. Oleh karena itu
diperlukan informasi tentang besarnya erosi dan limpasan yang terjadi pada
pengusahaan hutan rakyat campuran kopi dan sengon. Informasi ini akan berguna
untuk para pengelola dalam menerapkan praktek konservasi tanah pada saat yang
tepat.
Tanah adalah bagian kulit bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik.
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi, karena tanah
mampu mendukung kehidupan tumbuhan dimana tumbuhan menyediakan
makanan dan oksigen kemudian menyerap karbon dioksida dan nitrogen.
Erosivitas hujan adalah besarnya tenaga kinetik hujan yang menyebabkan
terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah.
Page 4
Erosivitas hujan sebagian besar terjadi karena pengaruh jatuhan butir-butir hujan
langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah.
Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetic (E) dari
satu kejadian hujan maksimum 30 menit (I30). Kehilangan tanah karena erosi
percikan, erosi lembar dan erosi alur berhubungan erat dengan EI 30. Penggunaan
Intensatas hujan 30 menit maksimum menunjukkan bahwa tidak seluruh hujan
berpengaruh nyata terhadap jumlah tanah yang hilang. Hujan dengan intensitas
kecil berpengaruh sangat kecil terhadap hilangnya tanah dari suatu tempat.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan
garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove
Dampak dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan
air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan
tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan
banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat
tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan
mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Hal ini terjadi karena pada peristiwa
erosi terjadi penipisan terhadap lapisan permukaan tanah (top soil).
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu
menggunakan penakar hujan atau menggunakana aautomatik rain gauge yang
menghasilkan grafik hujan pada kertas pias selama 24 jam. Oleh karena alat
penakar hujan otomatis jarang terdapat di setiap tempat pengamatan hujan maka
Bolls membuat perhitungan curah hujan (indeks erosivitas hujan) yang didasarkan
pada data pengamatan curah hujan dari 47 stasuin cuaca, selama 38 tahun di pulau
Jawa.
1.2. Tujuan
Page 5
Mahasiswa diharapkan dapat melakukan perhitungan Indeks Erosivitas hujan (R)
dengan menggunakan rumus Bolls dari data curah hujan harian yang diperoleh.
1.3. Metodologi Pengamatan dan Pengukuran
1.3.1 Alat dan Bahan
Alat tulis
Kalkulator
1.3.2 Prosedur Praktikum
Dari data yang telah kita dapatkan menghitung jumlah curah hujan selama
1 bulan tersebut.
Menghitung berapa jumlah hari terjadinya hujan selama 1 bulan tersebut.
Mencari data maksimum setiap bulannya.
Memasukkan kedalam rumus perhitungan bolls
`(Rm)EI30 = 6,119 RAIN m1,21 x DAY m-0,474 x MAX P m0,526
Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limpasan Hujan (Run-Off)
Perhitungan debit limpasan (run off) menggunakan Metoda Rasional dengan
formula :
Data – data pendukung :
• Data curah hujan harian maksimum selama 24 jam (mm) – tahunan
• Panjang sungai induk
• Beda tinggi (ketinggian)
• Peta tata guna lahan/land cover (penentuan nilai C)
• Luas DAS
2.2. Banjir
Perhitungan perkiraan banjir menggunakan Metode Haspers dengan formula :
...........(2)
dimana :
α = koefisien run off
β = koefisien reduksi
f = luas daerah aliran (km2)
q = hujan maksimum ( m3/ km2/ dt)
Q = debit banjir (m3 / dt)
Data-data pendukung :
• Data curah hujan harian maksimum selama 24 jam (mm) – tahunan
• Panjang sungai induk
............(1)
Page 7
• Beda tinggi (ketinggian)
• Luas DAS
2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai bentang lahan yang dibatasi
oleh pembatas topografi (topography devide), yang menangkap, menampung dan
mengalirkan air hujan ke suatu outlet ( Tim IPB, 2002).
Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai mengartikan Daerah
Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk
secara alamiah, dimana air meresap dan atau mengalir melalui sungai dan anak-
anak sungainya.
Selanjutnya menurut Kamus Tata Ruang, 1997 mengartikan Daerah Aliran
Sungai (DAS) sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya
sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air
yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya
serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam
sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah sekitar sungai, meliputi
Page 8
punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua
curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara
sungai (Kamus Tata Ruang, 1997)
Berdasarkan hal tersebut, maka DAS dapat didefinisikan sebagai suatu daerah
tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, mempunyai pembatas
wilayah topografi, berfungsi menangkap, menampung dan mengalirkan air hujan
kesuatu outlet yang berupa suatu kesatuan sungai dengan anak-anak sungainya
yang berada dalam DAS tersebut. Batas wilayah suatu DAS berupa punggung
bukit atau gunung/pegunungan.
Dengan tingkat erosifitas yang tinggi, material tererosi yang berupa lapisan
tanah atas akhirnya terendapkan pada dasar muara sungai, bendung atau waduk
sehingga menyebabkan daya tampung air menurun tajam. Hal ini sering
mengakibatkan terjadinya banjir dimusim hujan dan kekurangan air atau bahkan
kekeringan lahan persawahan produktif dimusim kemarau di wilayah hilir.
Tampaknya kerusakan DAS ini masih sangat kurang disadari oleh berbagai pihak
akan potensi ancamannya terhadap kelestarian ketahanan pangan nasional dan
kehidupan pada umumnya
1. Kemiringan Lahan
Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam derajat/persen (%)
yang menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat.
Kemiringan lahan dapat digolongkan dalam 7 (tujuh) golongan sebagai
berikut:
a. Datar : kemringan lahan antara 0 - 3%
b. Landai/ berombak : kemiringan lahan antara 3 – 8%
Page 9
c. Bergelombang : kemiringan lahan antara 8 – 15%
d. Berbukit : kemiringan lahan antara 15 – 30%
e. Agak Curam : kemiringan lahan antara 30 – 45%
f. Curam : kemiringan lahan antara 45 – 65%
g. Sangat Curam : kemiringan lahan antara > 65%
2. Konservasi lahan
Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan
memperhatikan kelas kemampuan-nya dan dengan menerapkan kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air agar lahan dapat digunakan secara lestari.
3. Daerah Tangkapan Air
Daerah tangkapan air adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pembatas
topografi berupa punggung-punggung bukit atau gunung yang menampung
air hujan yang
4. Terasering
Terasering adalah bangunan konservasi tanah (pengawetan tanah) yang
dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran peresapan, saluran
pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai
pengendali erosi.
5. Guludan
Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa pematang dengan ukuran
tinggi dan lebar tertentu yang dibuat sejajar garis kontur/memotong arah
lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai
pengendali erosi.
6. Saluran Pembuangan Air (SPA)
Saluran pembungan air adalah saluran dengan ukuran tertentu yang dibuat
tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan terjunan yang berfungsi
menampung dan menyalurkan aliran permukaan.
7. Erosi
Erosi adalah peristiwa pindahnya / terangkutnya tanah / bagian – bangian
tanah ke suatu tempat atau ketempat lain oleh media alami.
8. Erosi Lembar (Sheet Erosion)
Page 10
Erosi lemabar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan yang merata
tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah.
9. Erosi Alur( Riil Erosion)
Erosi alur (riil erosioan) adalah suatu proses erosi yang terkonsentrasi dan
mengalir pada tempat- tempat tertentu dipermukaan tanah sehingga
pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.
10. Erosi Parit ( Gully Erosion)
Erosi parit (gully erosion) adalah proses erosi yang hampir sama dengan
proses erosi alur, tetapi saluran – saluran yang terbentuk sudah sedemikian
dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
2.4. Sifat Fisik Tanah
Jenis tanah penutup (pelapukan) dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
f Kelompok tanah berasal dari pelapukan batuan metamorfik (malihan) yang
bertekstur sedang-kasar, bersifat asam dan sangat teroreh. Komposisi
tanah dan proporsi : Dystropepts (D), Humitropepts (F) dan Troporthents
(T). Jenis -jenis tanah ini merupakan hasil pelapukan dari batuan sedimen,
batuan plutonik dan metamorfik (malihan), jenis tanah Dystropepts yang
menempati lereng atas, sedangkan jenis Humitropep menempati lereng
bagian tengah dan jenis Troporthents menempati lereng bagian bawah.
f Kelompok tanah berasal dari pelapukan batuan volkanik tufa toba yang
bersifat masam dan bertekstur halus dan cukup teroreh. Komposisi tanah
dan proporsi : Dystropepts (F), Kandidults (F) dan Tropaquepts (F). Di
daerah yang kering dengan drainage yang baik akan dijumpai jenis tanah
Dystropepts dan Kandidults, sedangkan pada bagian lembah sering/selalu
dijumpai jenis tanah Tropaquepts.
2.5. Pengaruh Kedudukan Dan Sifat Fisik Batuan
Kedudukan batuan memberikan pengaruh terhadap kestabilan lereng DAS
Bahorok, yaitu kontak tidak selaras antara batuan yang berumur Pra-Tersier
(Karbon-Perm): wake malihan, batusabak, arenit kuarsa, batulanau malihan dan
konglomerat malihan (Formasi Bahorok) dan batuan berumur Tersier yang
Page 11
dibawahnya (Batugamping Anggota Belumai-Formasi Peutu dan Batupasir
Formasi Bruksah), atau dengan Tufa Toba dan aluvial yang berumur kwarter.
Gerakan tanah dengan jenis longsoran bahan rombakan banyak dijumpai di
daerah hulu DAS Bahorok, hal ini disebabkan karena kedudukan batuan Tersier
atau Kwarter terletak tidak selaras di atas batuan batuan yang berumur Pre-Tersier
(Karbon-Perm), sehingga gerakan tanah cenderung bergerak dengan bidang
lincirnya sesuai dengan kemiringan bidang belah dari lapisan batuan malihan
(metamorf).
2.6. Curah Hujan
Berdasarkan analisis data curah hujan harian dari tahun 1996 hingga kejadian
bencana, curah hujan yang terjadi di atas 100 mm/hari ternyata bayak terjadi pada
tahun -tahun sebelumnya dan hujan tersebut tidak menyebabkan banjir bandang,
bahkan pada tanggal 6 Juni 1996 curah hujan yang terjadi pernah mencapai 235
mm/hari, namun di Sungai Bahorok tidak terjadi banjir bandang. Demikian pula
dengan bulan september 2003, pernah terjadi hujan 120 mm/hari dan 110
mm/hari, tetapi Sungai Bahorok tidak mengalami banjir bandang. Artinya, curah
hujan tersebut bukan merupakan faktor satu-satunya yang menimbulkan banjir
bandang.
2.7. Pengaruh Faktor Aktivitas Manusia
Banyak peristiwa gerakan tanah terjadi atau terbentuk lebih cepat karena
dipicu oleh aktivitas manusia yang bertindak sebagai penyebab gerakan tanah,
yaitu berupa penambahan beban pada lereng, pemotongan lereng, getaran mesin
atau ledakan dan pengolahan lahan. Dalam hal ini daerah DAS bahorok tidak
dijumpai adanya pengaruh aktifitas manusia.
2.8. Erodibilitas Tanah
Erodibilitas tanah menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak
hujan. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur (pasir sangat halus, debu, dan
liat), struktur tanah, permeabilitas, dan kandungan bahan organik tanah
Page 12
(Wischmeier et al., 1971). Nilai K dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
Hammer (1978), yaitu:
K = 2,713 M1,14 (10-4) (12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3) ........(3)
dimana:
K = erodibilitas tanah
M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a = % bahan organik (% C organik x 1,724)
b = kode struktur tanah
c = kode permeabilitas tanah
Erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan menggunakan peta Iso-erodent
(Bols, 1978) untuk Pulau Jawa dan Madura atau menggunakan data curah hujan.
Data curah hujan (bulanan) digunakan untuk menghitung nilai RM dengan rumus:
RM = 2.21 (Rain)m 1.36 ..............(4)
dimana:
RM = erositas hujan bulanan
(Rain)m = curah hujan bulanan (cm).
Pada metode USLE, prakiraan besarnya erosi adalah dalam kurun waktu
tahunan sehingga angka rata-rata factor R dihitung dari data curah hujan tahunan
sebanyak mungkin dengan persamaan sebagai berikut :
........(5)
..............(6)
dimana Lo = panjang lereng (m)
diman s = kemiringan lereng (%)
Diman, R = Erosivitas hujan rata-rata
N = Jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hjan)
X = Jumlah tahun atau musm hujan yang digunakan
E = Energi kinetic
K = Erodibilitas
L = Kemiringan
Page 13
S = Slope
C = Tanaman Penutup
P = Ffaktor konservasi tanah
Untuk mencarai indeks erosivitas hujan, dapat menggunakan rumus Bolls (1978)
sebagai berikut :
...........(7)
Dimana, Rm = Erosivitas curah hujan bulan rata-rata
RAINm = Jumlah curah hujam bulanan (cm)
DAYm = Jumlah hari hujan bulanan rata-rata pada bulan tertentu
MAXPm = jumlah hujan maxsimum selama 24 jam pada bulan terentu
(cm)
Page 14
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Percobaan
1. Tentukan Rm dan data curah hujan sebagai berikut :
No Tanggal Jam Jumlah (mm)1 3 April 09.00-12.00 362 15 April 14.00-22.00 503 26 April 12.00-12.30 12
Jawab :Dik : Rain m = 98 mm = 9,8 cm
Day m = 3 MaxPm = 50 mm = 5 cm
Dit : Rm ... ?Penyelesaian :(Rm)EI30 = 6,119 Rain m1,21 x Day m-0,474 x MaxPm0,526
= 6,119 (9,8)1,21 x (3)-0,474 x (5)0,526
= 134,1426 kj/ha2. Tentukan Indeks erosivitas hujan (R) bulanan dan tahunan dari data curah
hujan harian di DAS Cikumutuk Malangbong !
Jawab :Tabel 1. Data Curah Hujan DAS Cikumutuk Kec. Malangbong
Data CurahHujanHarian DAS CikumutukKecMalangbong 1999 (mm)Tgl Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des1 0.3 3.8 0.1 31.3 17.9 0 0 0 0 0 6 02 1.8 0 36.5 30.3 0 0 0 0 0 0 0 6.13 28.2 0 32.8 5.2 0 0 0 0 0 0 8 0.64 1.8 0.7 0 7.6 0 9.3 0.5 0 0 0 2.6 435 49.3 0 0 23.5 21.5 0 31.2 0 0 0 33 0.26 2 0 5.3 32.5 24.3 0 3.9 0 0 0 4.75 77 0.7 2.7 9.3 0.5 0 0 0 0 0 0 0.2 35.68 12.5 0 3.4 26.3 0 0 0 0 0 0 3 15.29 8 0.6 2.5 11.3 6.5 0 0 0 0 0 9.5 4
10 4 0.1 8.2 0.3 0.3 6.4 0 0 0 0 10 411 16 0 0 32.5 0 0 0 0 0 0 0 0.112 11.5 7 15.5 7.5 5.5 0 0 0 0 0 4.3 1.613 10.2 1.7 30.5 8.3 32.8 1.1 0 0 0 0.2 18 2.814 0.2 10 8 18.7 17.5 37.5 0 0 0 0.1 2 015 13.2 3.7 38 0.2 0.4 2.3 0 0 0 30.6 35 016 50.6 8.9 0.9 50.5 2.4 0 0 0.3 0 0.2 15.4 5.417 13.3 56.2 0.4 1.25 0 0 2 0 0 41 12.2 0.418 20.5 4.4 0 0.2 0 0 0 0 0 0 6.25 019 0.7 13.5 0 0.1 0 0 0 0 0 8 33.5 0.5
Page 15
20 1.05 9.6 21.9 0.6 0.4 0 0 0 0 2 25.5 48.621 1.55 15.8 0 0 5.1 0 0 0 0 7.5 43 30.422 1.35 24.3 0.3 0 0 8.5 0 0 0 0 0 8.223 2.8 0.7 0.3 0 0 2.5 0 0 0 0 33.5 7624 9.4 30.3 20.6 1.2 0 0 0 0 0 11.4 0.1 2725 5.7 0.1 56.4 0 0 0 0 2.5 0 45 10.25 0.226 0 26 17.2 1.6 0 0 0 0 0 0.1 26 19.427 36.1 16.5 3.2 0 0 0.2 0 0 17.5 9.7 76.3 028 5 2.7 56.2 0 5 0 0 0 0 7.15 0.1 429 45.3 0.1 0 0 2.8 0 0 0 19 22 430 24.5 38.2 21.5 15.5 0 0 0 0 0 0 2.431 14.6 6.1 0 0 0 0 8
Total 392,15 239,3 411,9 312,95 155,1 70,6 37,6 2,8 17,5 189.95 440.45 346.7Rm 242,65 163,40 297,2 209,25 90,96 46,06 28,65 0,445 16,13 131,77 370,17 282,29R 324,70 165,86 347,14 238,91 91,96 31,53 13,38 0,39 4,73 121,11 380,26 247,61
Bulan Januari :
Rain m = 39,215 cm
Day m = 30
MaxPm = 5,06 cm
(Rm)EI30 = 242,65 kj/ha
Bulan Februari :
Rain m = 23,23 cm
Day m = 22
MaxPm = 5,62 cm
(Rm)EI30 = 157,635 kj/haBulan Maret :
Rain m = 41,19 cm
Day m = 25
MaxPm = 5,64 cm
(Rm)EI30 = 297,254 kj/ha
Bulan April :
Rain m = 28,045 cm
Day m = 23
MaxPm = 5,05 cm
(Rm)EI30 = 183,25 kj/haBulan Mei :
Rain m = 15,51 cm
Day m = 14
MaxPm = 3,28 cm
(Rm)EI30 = 90,24 kj/ha
Bulan Juni :
Rain m = 7,06 cm
Day m = 9
MaxPm = 3,75 cm
(Rm)EI30 = 46,06 kj/haBulan Juli : Bulan Agustus :
Page 16
Rain m = 3,76 cm
Day m = 4
MaxPm = 3,12 cm
(Rm)EI30 = 28,65 kj/ha
Rain m = 0,28 cm
Day m = 2
MaxPm = 0,25 cm
(Rm)EI30 = 0,455 kj/haBulan September :
Rain m = 1,75 cm
Day m = 1
MaxPm = 1,75 cm
(Rm)EI30 = 16,165 kj/ha
Bulan Oktober :
Rain m = 18,995 cm
Day m = 15
MaxPm = 30,6 cm
(Rm)EI30 = 361,29 kj/haBulan November :
Rain m = 44,045 cm
Day m = 26
MaxPm = 76,3 cm
(Rm)EI30 = 1109,87 kj/ha
Bulan Desember :
Rain m = 34,67 cm
Day m = 25
MaxPm = 48,6 cm
(Rm)EI30 = 749,155 kj/ha
Nama Stasiun: Cibiru/Cisurupan
Kecamatan : Cibiru l.S. : Kabupaten : Bandung B.T. : Daerah Aliran : S. Citarum Tipe Alat : Manual Propinsi : Jawa Barat Pemilik : Dinas Pengairan
1
Rekapan data Hujan Maksimum
TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
rata-rata
1998 4,1 5,1 7,4 2,2 2,2 2,3 7,2 0,3 3,5 3,4 3,1 8,5 4,11999 6,9 1,4 3,3 3,6 1,8 2,4 1,6 0,3 0,0 2,3 6,8 4,1 2,92000 4,5 2,3 5,5 3,3 6,6 3,2 3,1 1,2 3,0 4,6 2,3 2,2 3,52001 4,1 2,8 1,9 5,5 4,8 2,1 0,4 0,0 2,3 3,0 2,0 3,0 2,72002 4,7 2,0 8,6 5,1 0,3 1,6 2,4 2,8 2,3 2,6 4,6 5,1 3,52003 5,0 5,2 3,5 2,7 2,4 0,6 0,0 0,3 1,3 5,5 3,1 3,2 2,72004 7,3 6,0 6,0 2,7 3,4 0,4 0,0 0,0 0,5 0,7 2,0 2,4 2,62005 5,1 8,2 9,1 4,2 0,0 2,2 3,2 2,5 1,2 5,1 2,4 4,7 4,0
Page 17
2006 3,9 4,6 2,5 5,1 2,7 0,0 1,7 0,0 0,0 1,3 2,3 3,4 2,32007 5,8 5,8 2,2 4,6 3,6 2,1 1,8 0,0 0,0 4,2 4,4 8,2 3,52008 5,0 3,5 5,4 5,3 2,4 1,7 0,2 3,0 3,1 9,0 6,2 8,4 4,42009 3,0 8,1 13,7 7,0 5,1 7,1 0,7 0,0 0,8 3,2 3,3 6,1 4,8Rata2 4,9 4,6 5,8 4,3 2,9 2,1 1,9 0,9 1,5 3,7 3,5 4,9
2
Rekapan data jumlah Curah Hujan
TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
rata-rata
1998 21,3 23,5 43,1 13,1 6,0 7,4 20,5 0,9 6,3 15,2 18,9 27,4 17,01999 18,1 6,3 13,0 14,3 5,0 2,9 2,0 0,3 0,0 7,0 28,3 14,4 9,32000 14,9 10,1 21,3 18,7 18,6 4,5 5,6 1,9 3,0 17,2 16,5 4,4 11,42001 23,9 9,9 9,6 24,9 16,8 5,3 1,0 0,0 5,6 12,7 8,6 4,4 10,22002 34,7 5,6 34,1 16,7 0,8 1,8 8,8 4,0 9,1 12,2 18,9 26,9 14,52003 22,0 29,0 17,5 10,6 5,7 0,8 0,0 0,4 4,5 21,6 9,5 13,2 11,22004 39,8 23,1 24,7 9,0 16,7 0,7 0,0 0,0 2,4 4,5 17,7 22,0 13,42005 28,5 36,3 46,4 15,0 0,0 7,4 6,8 4,2 2,9 19,4 9,6 21,1 16,42006 20,4 27,5 5,2 28,1 10,6 0,0 1,7 0,0 0,0 3,9 20,2 27,1 12,12007 24,1 34,9 12,8 20,5 14,9 4,9 1,9 0,0 0,0 8,1 19,0 27,0 14,02008 23,4 8,1 36,0 21,8 6,5 3,1 0,2 3,3 6,1 12,0 44,2 30,6 16,32009 12,0 29,8 52,0 21,7 17,6 16,7 0,9 0,0 1,2 10,0 20,6 30,7 17,8Rata2 23,6 20,3 26,3 17,9 9,9 4,6 4,1 1,2 3,4 12,0 19,3 20,8
3
Rekapan data Jumlah Hari Hujan
TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
rata-rata
1998 17,0 20,0 28,0 15,0 11,0 10,0 9,0 4,0 5,0 16,0 21,0 19,0 14,61999 21,0 13,0 17,0 15,0 9,0 5,0 3,0 1,0 0,0 13,0 21,0 14,0 11,02000 14,0 13,0 15,0 22,0 9,0 6,0 5,0 2,0 1,0 17,0 19,0 8,0 10,92001 20,0 16,0 19,0 18,0 13,0 9,0 5,0 0,0 3,0 10,0 10,0 3,0 10,52002 22,0 12,0 22,0 15,0 5,0 2,0 9,0 4,0 7,0 8,0 16,0 17,0 11,62003 12,0 18,0 18,0 11,0 7,0 2,0 0,0 2,0 9,0 13,0 13,0 17,0 10,22004 27,0 16,0 17,0 10,0 14,0 2,0 0,0 0,0 12,0 18,0 25,0 28,0 14,12005 20,0 22,0 18,0 10,0 0,0 12,0 7,0 7,0 3,0 12,0 12,0 21,0 12,02006 25,0 19,0 13,0 20,0 13,0 0,0 1,0 0,0 0,0 11,0 26,0 27,0 12,92007 18,0 22,0 15,0 22,0 9,0 7,0 2,0 0,0 0,0 10,0 23,0 20,0 12,32008 16,0 17,0 27,0 14,0 7,0 4,0 1,0 5,0 7,0 7,0 23,0 17,0 12,12009 15,0 18,0 18,0 14,0 13,0 8,0 2,0 0,0 2,0 10,0 16,0 14,0 10,8Rata2 18,9 17,2 18,9 15,5 9,2 5,6 3,7 2,1 4,1 12,1 18,8 17,1
4 Rekap Rata-rata
Tahun Hujan Maksimum jumlah Curah Hujan Jumlah Hari Hujan1998 4,1 17,0 14,61999 2,9 9,3 11,02000 3,5 11,4 10,9
Page 18
2001 2,7 10,2 10,52002 3,5 14,5 11,62003 2,7 11,2 10,22004 2,6 13,4 14,12005 4,0 16,4 12,02006 2,3 12,1 12,92007 3,5 14,0 12,32008 4,4 16,3 12,12009 4,8 17,8 10,8Rata2 3,4 13,6 11,9
0
50
100
150
200
250
300
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Bulan
Cibiru
Jatiroke
Rancaekek
Page 19
3.2. Pembahasan
Praktikum kali ini akan dilakukan resitasi penghitungan erosivitas hujan. Data
curah hujan yang diberikan sejak tahun 1998 hingga 2009 didapatkan dari stasiun
curah hujan Cibiru/Cisurupan, kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung, Daerah
Airan Sungai Citarum, Propinsi Jawa Barat.
Tabel 2. Rekap Curah Hujan Tahunan
Rata-rata
TahunHujan
Maksimum (cm)
jumlah Curah Hujan
(cm)
Jumlah Hari
Hujan
Rumus
Bolls A
(ton/ha/thn)
1998 4.1 17.0 14.6 123.2
Page 20
1999 2.9 9.3 11.0 58.3
2000 3.5 11.4 10.9 77.7
2001 2.7 10.2 10.5 63.7
2002 3.5 14.5 11.6 103.5
2003 2.7 11.2 10.2 75.6
2004 2.6 13.4 14.1 84.4
2005 4.0 16.4 12.0 133.9
2006 2.3 12.1 12.9 83
2007 3.5 14.0 12.3 97.6
2008 4.4 16.3 12.1 129.6
2009 4.8 17.8 10.8 173.17
Rata2 3.4 13.6 11.9 100.31
Tabel diatas akan menjelaskan analisis data curah hujan dalam 12 tahun
terakhir. Rata-rata hujan maksimum (cm) tertinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu
4.8 cm dengan rata-rata jumlah curah hujan (cm) tertinggi pula yaitu 17.8 cm
walaupun jumlah hari hujan pada tahun tersebut tidak merupakan jumlah hari
hujan tertinggi dalam 12 tahun yaitu 10.8 namun pada perhtungan rumus bolls
jumlah tanah yang hilang akibat erosi pada tahun 2009 merupakan jumlah yang
paling besar dengan nilai 173.17 ton/ha/thn. Hal ini menunjukkan bahwa
penanganan konservasi tanah dan air dalam menangani erosi semakin meurun.
Rata-rata hujan maksimum terendah terdapat pada tahun 2006 yaitu 2.3 cm
dengan rata-rata jumlah curah hujan 12.1 dan rata-rata jumlah hari hujan yang
lebih banyak dibandingan tahun 2009 yaitu 12.9 hari dan jumlah tanah yang
hilang akibat erosi adalah sebesar 83 ton/ha/thn.
Rata-rata jumlah curah hujan tahun 1999 adalah yang paling rendah yaitu 9.3
cm sehingga mempengaruhi rata-rata jumlah tanah yang hilang pada perhitungan
rumus bolls yaitu 58.3 ton/ha/thn, nilai ini adalah yang terendah selama 12 tahun
data curah hujan tersebut.
Rata-rata jumlah hari hujan tahun 2003 adalah 10 hari termasuk rata-rata
jumlah hari hujan terrendah dari data diatas. Begitupula data rata-rata hujan
Page 21
maksimum 2.7 cm, dengan jumlah tanah yang hilang akibat erosi adalah sebesar
63.7 ton/ha/thn.
Jumlah hari hujan terbanyak pada data diatas adalah pada tahun 1998 dengan
nilai 14.6 atau 15 hari.
Dari literatur di dapatkan bahwa Soil Tolerance Erosion (STE) adalah 12
ton/ha/thn sedangkan dari 12 tahun data yang didapatkan pada stasiun curah hujan
diatas semua ada diatas ambang STE.
Grafik 1. Hujan Maksimum Rata-rata Bulanan
Grafik Hujan maksimum rata-rata bulanan menunjukkan bahwa bulan ke-3
yaitu maret dengan nilai 5.8 cm adalah yang memiliki nilai teringgi dibandingkan
bulan lain. Sedangkan nilai terendah ada pada bulan agustus dengan nilai 0.9.
Grafik 2. Jumlah Curah Hujan Bulanan Rata-rata
Grafik jumlah curah hujan bulanan rata-rata tertinggi ditunjukkan juga pada
bulan maret dengan nilai 26.3 cm sedangkan nilai terkecilnya terdapat pada bulan
agustus dengan nilai 1.2 cm.
Page 22
0
50
100
150
200
250
300
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Bulan
Cibiru
Jatiroke
Rancaekek
Grafik 3. Jumlah Hari Hujan Bulanan Rata-rata
Grafik hari hujan bulanan rata-rata tertinggi ditunjukkan pada bulan januari
dan maret yaitu 19 hari sedangkan nilai terrendah 2 hari yaitu pada bulan agustus.
Dari ketiga grafik diatas menunjukkan bahwa bulan maret memiliki nilai
tertinggi pada setiap aspek sehingga pada bulan ini juga diperkirakan
menghasilkan jumlah tanah yang hilang akibat erosi setiap terbanyak pada setiap
tahunnya. Berbeda halnya dengan bulan agustus pada ketiga grafik dalam waktu
12 tahun menunjukkan nilai terendah yang menandakan terjadinya puncak musim
kemarau pada 12 tahun terakhir.
Page 23
Selanjutnya adalah grafik perbandinga curah hujan di setiap satsiun yaitu
Cibiru, Jatiroke, dan Rancaekek yang menunjukan penyearbaran/distribusi hujan
di ketiga daerah tersebut. dari ketiga tempat tersebut rancaekek mendapatkan
jumlah curah hujan bulanan rata-rata (mm).
Page 24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
1. Pada data Data curah hujan yang diberikan sejak tahun 1998 hingga 2009
didapatkan dari stasiun curah hujan Cibiru/Cisurupan, kecamatan Cibiru,
Kabupaten Bandung, Daerah Airan Sungai Citarum, Propinsi Jawa Barat
dengan Soil Tolerance Erosion (STE) diatas 12 ton/ha/thn yaitu rata-rata
100.31 ton/ha/thn selama 12 tahun data.
2. Bulan Maret pada data curah hujan menyumbang tingkat erosivitas yang
paling tinggi sedangkan yang paling rendah terdapat pada bulan maret.
3. Jumlah tanah yang tererosi paling banyak ada pada tahun 2009 dengan nilai
173.3 ton/ha/tahun.
4. Jumah hujan yang tererosi yang ditunjukkan pada tahun 2009 tersebut pada
perhitungan rumus bolls dipengaruhi oleh rata-rata hujan maksimum pertahun
dan rata-rata jumlah curah hujan pertahun yang masuk dalam faktor R pada
rumus bolls.
5. Jumlah tanah yang tererosi yang paling rendah nilainya pada tahun 1999 yaitu
58.3 ton/ha/tahun
6. Dari ketiga stasiun curah hujan yaitu Cibiru, Jatiroke, dan Rancaekek yang
menunjukan penyearbaran/distribusi hujan di ketiga daerah tersebut. dari
ketiga tempat tersebut rancaekek mendapatkan jumlah curah hujan bulanan
rata-rata (mm).
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah :
1. Ketelitian dalam perhitungan diutamakan.
2. Pengolahan data yang akurat memberikan hasil yang baik.
Page 25
DAFTAR PUSTAKA
Achlil, K. 1995. Lahan Kritis. Pengertian dan Kriteria. Booklet Seri IPTEK No. 1,
1995. Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor
Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penerbit IPB, Bogor.
Bols, P.L. 1978. Iso Erodents Map of Java Madura. Technical Assistant Project
ATA 105, Soil Research Institute, Bogor, Indonesia. 39 pp.
Soil Survey Staff, 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat, Bogor.
ITB. 2001. Konservasi Tanah: http://mining.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbmining-
gdl-s1-2001-petraparul-323. Diakases pada 23 Mei 2012 pukul 15.24
Wikipedia. Tanah : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah. Diakses pada 23 Mei 2012
pukul 15.29
Page 26
LAMPIRAN
Gambar 1. Laporan Resitasi Sementara