Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR (VII. Menghitung Indeks Erosivitas Hujan(R) dengan Rumus Bolls) Oleh : Kelompok : 1 (satu) Kelas / Hari / Tanggal : A1/Kamis, 10 Mei 2012 Nama dan NPM : 1. Said Panji P (240110090001) 2. Rimba Yudha (240110090002) 3. Tafsir (240110090003) 4. Nilam Qalby (240110090004) 5. Rizqi Hasan (240110090005) 6. Iwan Feby H (240110090006) Assisten : Riando Simbolon
35

Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Oct 28, 2015

Download

Documents

Taff Tafsir

Lapak TPTA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGAWETAN TANAH DAN AIR

(VII. Menghitung Indeks Erosivitas Hujan(R) dengan Rumus Bolls)

Oleh :

Kelompok : 1 (satu)

Kelas / Hari / Tanggal : A1/Kamis, 10 Mei 2012

Nama dan NPM : 1. Said Panji P (240110090001)

2. Rimba Yudha (240110090002)

3. Tafsir (240110090003)

4. Nilam Qalby (240110090004)

5. Rizqi Hasan (240110090005)

6. Iwan Feby H (240110090006)

Assisten : Riando Simbolon

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah penelitian Sub DAS Cikumutuk terletak pada lereng Gunung

Cakrabuana, Desa Cilampuyang, Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa

Barat. Secara geologi daerah ini merupakan hasil erupsi gunung api tua yaitu Gn.

Cakrabuana sekitar Awal Pleistocene, Kwarter. setelah itu ditutupi endapan abu

vulkanik yang berasal dari letusan gunung api sekitarnya dari jaman Pertengahan

Pleistocene sampai Holocene.

Faktor klimatologi yaitu curah hujan dan intensitas sinar matahari yang tinggi

menyebabkan daerah ini mengalami proses pelapukan dan erosi yang tinggi juga.

Hal ini terlihat pada geomorfologi daerah tersebut yang cukup terjal pada hulu

sungai Ci Kumutuk dan sepanjang lereng pembatas DAS. Studi kandungan air

pada tanah berdasarkan sifat fisik tanah berguna untuk mengetahui karakteristik

tanah terhadap jumlah kandungan air volumetrik/kebasahan volume yang mampu

ditampung dari hujan. Studi ini mencakup analisis hubungan massa dan volume

penyusun tanah dalam menentukan nilai-nilai parameter sifat fisik tanah seperti

kerapatan bahan padatan (Ps), kerapatan massa kering (Pb), porositas (f),

perbandingan pori (e), kebasahan massa (w), kebasahan volume (0), derajat

kejenuhan (s) dan porositas terisi udara (fa).

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber data analisis pada

pemboran dangkal sedalam 0.8 m selama 5 minggu disertai oleh uji sampel

gravimetrik, beberapa parameter uji sifat fisik tanah dan data lain yang

melengkapi kondisi geologi, hidrogeologi serta karakteristik tanah. Data lain ini

diperoleh dari referensi penelitian-penelitian sebelumnya.

Dari hasil pengolahan data ini diperoleh karakteristik tanah berdasarkan sifat

fisik tanah pada tiap kedalaman, perubahan kandungan air volumetrik/kebasahan

volume akibat hujan, karakteristik kandungan air terhadap kemiringan lereng dan

jumlah kandungan air pada tanah terukur berdasarkan dari volume kandungan

air/kebasahan volume.

Page 3: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Dari hasil analisis sifat fisik tanah diharapkan dapat digunakan untuk

pengelolaan lahan dalam rangka konservasi lahan dan mempertahankan daya

dukung lingkungan. Hasil analisa kelembapan tanah atau kandungan air pada

tanah dangkal terukur untuk luas lahan 110 ha per-kedalaman 0.8 m, diperoleh

jumlah kandungan air ± 215.000 m3. Berarti untuk daerah penelitian terdapat 25%

kandungan air pada tanah dari total volume terukur.

Untuk menyatakan bahwa pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat sudah sesuai

dengan fungsi pelestarian lingkungan, tidak hanya dilihat dari segi keuntungan

sosial ekonomi saja, tetapi juga harus diperhatikan kondisi erosi dan tata air yang

terjadi. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa hutan rakyat pada

umumnya dapat meningkatkan penghasilan petani sampai 52,13 % per tahun

(Donie, 1996). Selain itu untuk perbaikan sifat fisik tanah, hutan rakyat juga dapat

meningkatkan kandungan bahan organik tanah (Triwilaida, 1997), serta yang

lebih penting lagi, hutan rakyat juga dapat berfungsi sebagai pengatur tata air dan

dapat menurunkan limpasan permukaan dan laju erosi (Nugroho, 1999). Hasil

penelitian Donie (2000) menunjukkan bahwa tanaman sengon dan kopi dapat

meningkatkan pendapatan petani 3 secara kontinyu sebesar Rp.

5.660.000,-/ha/tahun, dimana produksi kopi berumur 5 - 7 tahun adalah 0,5 - 0,7

kg (kering)/batang.

Manfaat terhadap aspek konservasi bisa terlihat dari penerapan teknik yang

ada. Penelitian erosi pada fase pertumbuhan kopi dan sengon yang diduga dapat

mengakibatkan erosi terbesar hingga kini belum tersedia. Oleh karena itu

diperlukan informasi tentang besarnya erosi dan limpasan yang terjadi pada

pengusahaan hutan rakyat campuran kopi dan sengon. Informasi ini akan berguna

untuk para pengelola dalam menerapkan praktek konservasi tanah pada saat yang

tepat.

Tanah adalah bagian kulit bumi yang terdiri dari mineral dan bahan organik.

Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi, karena tanah

mampu mendukung kehidupan tumbuhan dimana tumbuhan menyediakan

makanan dan oksigen kemudian menyerap karbon dioksida dan nitrogen.

Erosivitas hujan adalah besarnya tenaga kinetik hujan yang menyebabkan

terkelupas dan terangkutnya partikel-partikel tanah ke tempat yang lebih rendah.

Page 4: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Erosivitas hujan sebagian besar terjadi karena pengaruh jatuhan butir-butir hujan

langsung di atas tanah dan sebagian lagi karena aliran air di atas permukaan tanah.

Faktor erosivitas hujan merupakan hasil perkalian antara energi kinetic (E) dari

satu kejadian hujan maksimum 30 menit (I30). Kehilangan tanah karena erosi

percikan, erosi lembar dan erosi alur berhubungan erat dengan EI 30. Penggunaan

Intensatas hujan 30 menit maksimum menunjukkan bahwa tidak seluruh hujan

berpengaruh nyata terhadap jumlah tanah yang hilang. Hujan dengan intensitas

kecil berpengaruh sangat kecil terhadap hilangnya tanah dari suatu tempat.

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus

laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan

garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah

pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun

manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk

mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove

Dampak dari erosi adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan

air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan

tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan

banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan

pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat

tingginya sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan

mempengaruhi kelancaran jalur pelayaran. Hal ini terjadi karena pada peristiwa

erosi terjadi penipisan terhadap lapisan permukaan tanah (top soil).

Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan cara manual, yaitu

menggunakan penakar hujan atau menggunakana aautomatik rain gauge yang

menghasilkan grafik hujan pada kertas pias selama 24 jam. Oleh karena alat

penakar hujan otomatis jarang terdapat di setiap tempat pengamatan hujan maka

Bolls membuat perhitungan curah hujan (indeks erosivitas hujan) yang didasarkan

pada data pengamatan curah hujan dari 47 stasuin cuaca, selama 38 tahun di pulau

Jawa.

1.2. Tujuan

Page 5: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Mahasiswa diharapkan dapat melakukan perhitungan Indeks Erosivitas hujan (R)

dengan menggunakan rumus Bolls dari data curah hujan harian yang diperoleh.

1.3. Metodologi Pengamatan dan Pengukuran

1.3.1 Alat dan Bahan

Alat tulis

Kalkulator

1.3.2 Prosedur Praktikum

Dari data yang telah kita dapatkan menghitung jumlah curah hujan selama

1 bulan tersebut.

Menghitung berapa jumlah hari terjadinya hujan selama 1 bulan tersebut.

Mencari data maksimum setiap bulannya.

Memasukkan kedalam rumus perhitungan bolls

`(Rm)EI30 = 6,119 RAIN m1,21 x DAY m-0,474 x MAX P m0,526

Page 6: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Limpasan Hujan (Run-Off)

Perhitungan debit limpasan (run off) menggunakan Metoda Rasional dengan

formula :

Data – data pendukung :

• Data curah hujan harian maksimum selama 24 jam (mm) – tahunan

• Panjang sungai induk

• Beda tinggi (ketinggian)

• Peta tata guna lahan/land cover (penentuan nilai C)

• Luas DAS

2.2. Banjir

Perhitungan perkiraan banjir menggunakan Metode Haspers dengan formula :

...........(2)

dimana :

α = koefisien run off

β = koefisien reduksi

f = luas daerah aliran (km2)

q = hujan maksimum ( m3/ km2/ dt)

Q = debit banjir (m3 / dt)

Data-data pendukung :

• Data curah hujan harian maksimum selama 24 jam (mm) – tahunan

• Panjang sungai induk

............(1)

Page 7: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

• Beda tinggi (ketinggian)

• Luas DAS

2.3. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) diartikan sebagai bentang lahan yang dibatasi

oleh pembatas topografi (topography devide), yang menangkap, menampung dan

mengalirkan air hujan ke suatu outlet ( Tim IPB, 2002).

Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 1991 tentang Sungai mengartikan Daerah

Aliran Sungai (DAS) sebagai suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk

secara alamiah, dimana air meresap dan atau mengalir melalui sungai dan anak-

anak sungainya.

Selanjutnya menurut Kamus Tata Ruang, 1997 mengartikan Daerah Aliran

Sungai (DAS) sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya

sedemikian rupa, sehingga merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air

yang berasal dari air hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanannya

serta pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam

sekelilingnya demi keseimbangan daerah tersebut; daerah sekitar sungai, meliputi

Page 8: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua

curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara

sungai (Kamus Tata Ruang, 1997)

Berdasarkan hal tersebut, maka DAS dapat didefinisikan sebagai suatu daerah

tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, mempunyai pembatas

wilayah topografi, berfungsi menangkap, menampung dan mengalirkan air hujan

kesuatu outlet yang berupa suatu kesatuan sungai dengan anak-anak sungainya

yang berada dalam DAS tersebut. Batas wilayah suatu DAS berupa punggung

bukit atau gunung/pegunungan.

Dengan tingkat erosifitas yang tinggi, material tererosi yang berupa lapisan

tanah atas akhirnya terendapkan pada dasar muara sungai, bendung atau waduk

sehingga menyebabkan daya tampung air menurun tajam. Hal ini sering

mengakibatkan terjadinya banjir dimusim hujan dan kekurangan air atau bahkan

kekeringan lahan persawahan produktif dimusim kemarau di wilayah hilir.

Tampaknya kerusakan DAS ini masih sangat kurang disadari oleh berbagai pihak

akan potensi ancamannya terhadap kelestarian ketahanan pangan nasional dan

kehidupan pada umumnya

1. Kemiringan Lahan

Kemiringan lahan adalah besaran yang dinyatakan dalam derajat/persen (%)

yang menunjukkan sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi tempat.

Kemiringan lahan dapat digolongkan dalam 7 (tujuh) golongan sebagai

berikut:

a. Datar : kemringan lahan antara 0 - 3%

b. Landai/ berombak : kemiringan lahan antara 3 – 8%

Page 9: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

c. Bergelombang : kemiringan lahan antara 8 – 15%

d. Berbukit : kemiringan lahan antara 15 – 30%

e. Agak Curam : kemiringan lahan antara 30 – 45%

f. Curam : kemiringan lahan antara 45 – 65%

g. Sangat Curam : kemiringan lahan antara > 65%

2. Konservasi lahan

Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan

memperhatikan kelas kemampuan-nya dan dengan menerapkan kaidah-

kaidah konservasi tanah dan air agar lahan dapat digunakan secara lestari.

3. Daerah Tangkapan Air

Daerah tangkapan air adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pembatas

topografi berupa punggung-punggung bukit atau gunung yang menampung

air hujan yang

4. Terasering

Terasering adalah bangunan konservasi tanah (pengawetan tanah) yang

dibuat sejajar garis kontur yang dilengkapi saluran peresapan, saluran

pembuangan air (SPA) serta tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai

pengendali erosi.

5. Guludan

Guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa pematang dengan ukuran

tinggi dan lebar tertentu yang dibuat sejajar garis kontur/memotong arah

lereng yang dilengkapi tanaman penguat teras yang berfungsi sebagai

pengendali erosi.

6. Saluran Pembuangan Air (SPA)

Saluran pembungan air adalah saluran dengan ukuran tertentu yang dibuat

tegak lurus kontur serta dilengkapi dengan bangunan terjunan yang berfungsi

menampung dan menyalurkan aliran permukaan.

7. Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya / terangkutnya tanah / bagian – bangian

tanah ke suatu tempat atau ketempat lain oleh media alami.

8. Erosi Lembar (Sheet Erosion)

Page 10: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Erosi lemabar (sheet erosion) adalah pengangkutan lapisan yang merata

tebalnya dari suatu permukaan bidang tanah.

9. Erosi Alur( Riil Erosion)

Erosi alur (riil erosioan) adalah suatu proses erosi yang terkonsentrasi dan

mengalir pada tempat- tempat tertentu dipermukaan tanah sehingga

pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut.

10. Erosi Parit ( Gully Erosion)

Erosi parit (gully erosion) adalah proses erosi yang hampir sama dengan

proses erosi alur, tetapi saluran – saluran yang terbentuk sudah sedemikian

dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

2.4. Sifat Fisik Tanah

Jenis tanah penutup (pelapukan) dapat dibagi menjadi 2 kelompok:

f Kelompok tanah berasal dari pelapukan batuan metamorfik (malihan) yang

bertekstur sedang-kasar, bersifat asam dan sangat teroreh. Komposisi

tanah dan proporsi : Dystropepts (D), Humitropepts (F) dan Troporthents

(T). Jenis -jenis tanah ini merupakan hasil pelapukan dari batuan sedimen,

batuan plutonik dan metamorfik (malihan), jenis tanah Dystropepts yang

menempati lereng atas, sedangkan jenis Humitropep menempati lereng

bagian tengah dan jenis Troporthents menempati lereng bagian bawah.

f Kelompok tanah berasal dari pelapukan batuan volkanik tufa toba yang

bersifat masam dan bertekstur halus dan cukup teroreh. Komposisi tanah

dan proporsi : Dystropepts (F), Kandidults (F) dan Tropaquepts (F). Di

daerah yang kering dengan drainage yang baik akan dijumpai jenis tanah

Dystropepts dan Kandidults, sedangkan pada bagian lembah sering/selalu

dijumpai jenis tanah Tropaquepts.

2.5. Pengaruh Kedudukan Dan Sifat Fisik Batuan

Kedudukan batuan memberikan pengaruh terhadap kestabilan lereng DAS

Bahorok, yaitu kontak tidak selaras antara batuan yang berumur Pra-Tersier

(Karbon-Perm): wake malihan, batusabak, arenit kuarsa, batulanau malihan dan

konglomerat malihan (Formasi Bahorok) dan batuan berumur Tersier yang

Page 11: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

dibawahnya (Batugamping Anggota Belumai-Formasi Peutu dan Batupasir

Formasi Bruksah), atau dengan Tufa Toba dan aluvial yang berumur kwarter.

Gerakan tanah dengan jenis longsoran bahan rombakan banyak dijumpai di

daerah hulu DAS Bahorok, hal ini disebabkan karena kedudukan batuan Tersier

atau Kwarter terletak tidak selaras di atas batuan batuan yang berumur Pre-Tersier

(Karbon-Perm), sehingga gerakan tanah cenderung bergerak dengan bidang

lincirnya sesuai dengan kemiringan bidang belah dari lapisan batuan malihan

(metamorf).

2.6. Curah Hujan

Berdasarkan analisis data curah hujan harian dari tahun 1996 hingga kejadian

bencana, curah hujan yang terjadi di atas 100 mm/hari ternyata bayak terjadi pada

tahun -tahun sebelumnya dan hujan tersebut tidak menyebabkan banjir bandang,

bahkan pada tanggal 6 Juni 1996 curah hujan yang terjadi pernah mencapai 235

mm/hari, namun di Sungai Bahorok tidak terjadi banjir bandang. Demikian pula

dengan bulan september 2003, pernah terjadi hujan 120 mm/hari dan 110

mm/hari, tetapi Sungai Bahorok tidak mengalami banjir bandang. Artinya, curah

hujan tersebut bukan merupakan faktor satu-satunya yang menimbulkan banjir

bandang.

2.7. Pengaruh Faktor Aktivitas Manusia

Banyak peristiwa gerakan tanah terjadi atau terbentuk lebih cepat karena

dipicu oleh aktivitas manusia yang bertindak sebagai penyebab gerakan tanah,

yaitu berupa penambahan beban pada lereng, pemotongan lereng, getaran mesin

atau ledakan dan pengolahan lahan. Dalam hal ini daerah DAS bahorok tidak

dijumpai adanya pengaruh aktifitas manusia.

2.8. Erodibilitas Tanah

Erodibilitas tanah menunjukkan tingkat kepekaan tanah terhadap daya rusak

hujan. Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh tekstur (pasir sangat halus, debu, dan

liat), struktur tanah, permeabilitas, dan kandungan bahan organik tanah

Page 12: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

(Wischmeier et al., 1971). Nilai K dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

Hammer (1978), yaitu:

K = 2,713 M1,14 (10-4) (12 - a) + 3,25 (b - 2) + 2,5 (c - 3) ........(3)

dimana:

K = erodibilitas tanah

M = (% debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)

a = % bahan organik (% C organik x 1,724)

b = kode struktur tanah

c = kode permeabilitas tanah

Erosivitas hujan (R) dapat dihitung dengan menggunakan peta Iso-erodent

(Bols, 1978) untuk Pulau Jawa dan Madura atau menggunakan data curah hujan.

Data curah hujan (bulanan) digunakan untuk menghitung nilai RM dengan rumus:

RM = 2.21 (Rain)m 1.36 ..............(4)

dimana:

RM = erositas hujan bulanan

(Rain)m = curah hujan bulanan (cm).

Pada metode USLE, prakiraan besarnya erosi adalah dalam kurun waktu

tahunan sehingga angka rata-rata factor R dihitung dari data curah hujan tahunan

sebanyak mungkin dengan persamaan sebagai berikut :

........(5)

..............(6)

dimana Lo = panjang lereng (m)

diman s = kemiringan lereng (%)

Diman, R = Erosivitas hujan rata-rata

N = Jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hjan)

X = Jumlah tahun atau musm hujan yang digunakan

E = Energi kinetic

K = Erodibilitas

L = Kemiringan

Page 13: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

S = Slope

C = Tanaman Penutup

P = Ffaktor konservasi tanah

Untuk mencarai indeks erosivitas hujan, dapat menggunakan rumus Bolls (1978)

sebagai berikut :

...........(7)

Dimana, Rm = Erosivitas curah hujan bulan rata-rata

RAINm = Jumlah curah hujam bulanan (cm)

DAYm = Jumlah hari hujan bulanan rata-rata pada bulan tertentu

MAXPm = jumlah hujan maxsimum selama 24 jam pada bulan terentu

(cm)

Page 14: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Percobaan

1. Tentukan Rm dan data curah hujan sebagai berikut :

No Tanggal Jam Jumlah (mm)1 3 April 09.00-12.00 362 15 April 14.00-22.00 503 26 April 12.00-12.30 12

Jawab :Dik : Rain m = 98 mm = 9,8 cm

Day m = 3 MaxPm = 50 mm = 5 cm

Dit : Rm ... ?Penyelesaian :(Rm)EI30 = 6,119 Rain m1,21 x Day m-0,474 x MaxPm0,526

= 6,119 (9,8)1,21 x (3)-0,474 x (5)0,526

= 134,1426 kj/ha2. Tentukan Indeks erosivitas hujan (R) bulanan dan tahunan dari data curah

hujan harian di DAS Cikumutuk Malangbong !

Jawab :Tabel 1. Data Curah Hujan DAS Cikumutuk Kec. Malangbong

Data CurahHujanHarian DAS CikumutukKecMalangbong 1999 (mm)Tgl Jan Feb Mar Aprl Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des1 0.3 3.8 0.1 31.3 17.9 0 0 0 0 0 6 02 1.8 0 36.5 30.3 0 0 0 0 0 0 0 6.13 28.2 0 32.8 5.2 0 0 0 0 0 0 8 0.64 1.8 0.7 0 7.6 0 9.3 0.5 0 0 0 2.6 435 49.3 0 0 23.5 21.5 0 31.2 0 0 0 33 0.26 2 0 5.3 32.5 24.3 0 3.9 0 0 0 4.75 77 0.7 2.7 9.3 0.5 0 0 0 0 0 0 0.2 35.68 12.5 0 3.4 26.3 0 0 0 0 0 0 3 15.29 8 0.6 2.5 11.3 6.5 0 0 0 0 0 9.5 4

10 4 0.1 8.2 0.3 0.3 6.4 0 0 0 0 10 411 16 0 0 32.5 0 0 0 0 0 0 0 0.112 11.5 7 15.5 7.5 5.5 0 0 0 0 0 4.3 1.613 10.2 1.7 30.5 8.3 32.8 1.1 0 0 0 0.2 18 2.814 0.2 10 8 18.7 17.5 37.5 0 0 0 0.1 2 015 13.2 3.7 38 0.2 0.4 2.3 0 0 0 30.6 35 016 50.6 8.9 0.9 50.5 2.4 0 0 0.3 0 0.2 15.4 5.417 13.3 56.2 0.4 1.25 0 0 2 0 0 41 12.2 0.418 20.5 4.4 0 0.2 0 0 0 0 0 0 6.25 019 0.7 13.5 0 0.1 0 0 0 0 0 8 33.5 0.5

Page 15: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

20 1.05 9.6 21.9 0.6 0.4 0 0 0 0 2 25.5 48.621 1.55 15.8 0 0 5.1 0 0 0 0 7.5 43 30.422 1.35 24.3 0.3 0 0 8.5 0 0 0 0 0 8.223 2.8 0.7 0.3 0 0 2.5 0 0 0 0 33.5 7624 9.4 30.3 20.6 1.2 0 0 0 0 0 11.4 0.1 2725 5.7 0.1 56.4 0 0 0 0 2.5 0 45 10.25 0.226 0 26 17.2 1.6 0 0 0 0 0 0.1 26 19.427 36.1 16.5 3.2 0 0 0.2 0 0 17.5 9.7 76.3 028 5 2.7 56.2 0 5 0 0 0 0 7.15 0.1 429 45.3   0.1 0 0 2.8 0 0 0 19 22 430 24.5   38.2 21.5 15.5 0 0 0 0 0 0 2.431 14.6   6.1   0   0 0 0 8  

Total 392,15 239,3 411,9 312,95 155,1 70,6 37,6 2,8 17,5 189.95 440.45 346.7Rm 242,65 163,40 297,2 209,25 90,96 46,06 28,65 0,445 16,13 131,77 370,17 282,29R 324,70 165,86 347,14 238,91 91,96 31,53 13,38 0,39 4,73 121,11 380,26 247,61

Bulan Januari :

Rain m = 39,215 cm

Day m = 30

MaxPm = 5,06 cm

(Rm)EI30 = 242,65 kj/ha

Bulan Februari :

Rain m = 23,23 cm

Day m = 22

MaxPm = 5,62 cm

(Rm)EI30 = 157,635 kj/haBulan Maret :

Rain m = 41,19 cm

Day m = 25

MaxPm = 5,64 cm

(Rm)EI30 = 297,254 kj/ha

Bulan April :

Rain m = 28,045 cm

Day m = 23

MaxPm = 5,05 cm

(Rm)EI30 = 183,25 kj/haBulan Mei :

Rain m = 15,51 cm

Day m = 14

MaxPm = 3,28 cm

(Rm)EI30 = 90,24 kj/ha

Bulan Juni :

Rain m = 7,06 cm

Day m = 9

MaxPm = 3,75 cm

(Rm)EI30 = 46,06 kj/haBulan Juli : Bulan Agustus :

Page 16: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Rain m = 3,76 cm

Day m = 4

MaxPm = 3,12 cm

(Rm)EI30 = 28,65 kj/ha

Rain m = 0,28 cm

Day m = 2

MaxPm = 0,25 cm

(Rm)EI30 = 0,455 kj/haBulan September :

Rain m = 1,75 cm

Day m = 1

MaxPm = 1,75 cm

(Rm)EI30 = 16,165 kj/ha

Bulan Oktober :

Rain m = 18,995 cm

Day m = 15

MaxPm = 30,6 cm

(Rm)EI30 = 361,29 kj/haBulan November :

Rain m = 44,045 cm

Day m = 26

MaxPm = 76,3 cm

(Rm)EI30 = 1109,87 kj/ha

Bulan Desember :

Rain m = 34,67 cm

Day m = 25

MaxPm = 48,6 cm

(Rm)EI30 = 749,155 kj/ha

Nama Stasiun: Cibiru/Cisurupan

Kecamatan : Cibiru   l.S.   :    Kabupaten : Bandung B.T. :  Daerah Aliran : S. Citarum Tipe Alat : Manual  Propinsi : Jawa Barat Pemilik   : Dinas Pengairan  

1

Rekapan data Hujan Maksimum  

TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

rata-rata

1998 4,1 5,1 7,4 2,2 2,2 2,3 7,2 0,3 3,5 3,4 3,1 8,5 4,11999 6,9 1,4 3,3 3,6 1,8 2,4 1,6 0,3 0,0 2,3 6,8 4,1 2,92000 4,5 2,3 5,5 3,3 6,6 3,2 3,1 1,2 3,0 4,6 2,3 2,2 3,52001 4,1 2,8 1,9 5,5 4,8 2,1 0,4 0,0 2,3 3,0 2,0 3,0 2,72002 4,7 2,0 8,6 5,1 0,3 1,6 2,4 2,8 2,3 2,6 4,6 5,1 3,52003 5,0 5,2 3,5 2,7 2,4 0,6 0,0 0,3 1,3 5,5 3,1 3,2 2,72004 7,3 6,0 6,0 2,7 3,4 0,4 0,0 0,0 0,5 0,7 2,0 2,4 2,62005 5,1 8,2 9,1 4,2 0,0 2,2 3,2 2,5 1,2 5,1 2,4 4,7 4,0

Page 17: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

2006 3,9 4,6 2,5 5,1 2,7 0,0 1,7 0,0 0,0 1,3 2,3 3,4 2,32007 5,8 5,8 2,2 4,6 3,6 2,1 1,8 0,0 0,0 4,2 4,4 8,2 3,52008 5,0 3,5 5,4 5,3 2,4 1,7 0,2 3,0 3,1 9,0 6,2 8,4 4,42009 3,0 8,1 13,7 7,0 5,1 7,1 0,7 0,0 0,8 3,2 3,3 6,1 4,8Rata2 4,9 4,6 5,8 4,3 2,9 2,1 1,9 0,9 1,5 3,7 3,5 4,9  

2

Rekapan data jumlah Curah Hujan  

TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

rata-rata

1998 21,3 23,5 43,1 13,1 6,0 7,4 20,5 0,9 6,3 15,2 18,9 27,4 17,01999 18,1 6,3 13,0 14,3 5,0 2,9 2,0 0,3 0,0 7,0 28,3 14,4 9,32000 14,9 10,1 21,3 18,7 18,6 4,5 5,6 1,9 3,0 17,2 16,5 4,4 11,42001 23,9 9,9 9,6 24,9 16,8 5,3 1,0 0,0 5,6 12,7 8,6 4,4 10,22002 34,7 5,6 34,1 16,7 0,8 1,8 8,8 4,0 9,1 12,2 18,9 26,9 14,52003 22,0 29,0 17,5 10,6 5,7 0,8 0,0 0,4 4,5 21,6 9,5 13,2 11,22004 39,8 23,1 24,7 9,0 16,7 0,7 0,0 0,0 2,4 4,5 17,7 22,0 13,42005 28,5 36,3 46,4 15,0 0,0 7,4 6,8 4,2 2,9 19,4 9,6 21,1 16,42006 20,4 27,5 5,2 28,1 10,6 0,0 1,7 0,0 0,0 3,9 20,2 27,1 12,12007 24,1 34,9 12,8 20,5 14,9 4,9 1,9 0,0 0,0 8,1 19,0 27,0 14,02008 23,4 8,1 36,0 21,8 6,5 3,1 0,2 3,3 6,1 12,0 44,2 30,6 16,32009 12,0 29,8 52,0 21,7 17,6 16,7 0,9 0,0 1,2 10,0 20,6 30,7 17,8Rata2 23,6 20,3 26,3 17,9 9,9 4,6 4,1 1,2 3,4 12,0 19,3 20,8  

3

Rekapan data Jumlah Hari Hujan  

TahunJan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

rata-rata

1998 17,0 20,0 28,0 15,0 11,0 10,0 9,0 4,0 5,0 16,0 21,0 19,0 14,61999 21,0 13,0 17,0 15,0 9,0 5,0 3,0 1,0 0,0 13,0 21,0 14,0 11,02000 14,0 13,0 15,0 22,0 9,0 6,0 5,0 2,0 1,0 17,0 19,0 8,0 10,92001 20,0 16,0 19,0 18,0 13,0 9,0 5,0 0,0 3,0 10,0 10,0 3,0 10,52002 22,0 12,0 22,0 15,0 5,0 2,0 9,0 4,0 7,0 8,0 16,0 17,0 11,62003 12,0 18,0 18,0 11,0 7,0 2,0 0,0 2,0 9,0 13,0 13,0 17,0 10,22004 27,0 16,0 17,0 10,0 14,0 2,0 0,0 0,0 12,0 18,0 25,0 28,0 14,12005 20,0 22,0 18,0 10,0 0,0 12,0 7,0 7,0 3,0 12,0 12,0 21,0 12,02006 25,0 19,0 13,0 20,0 13,0 0,0 1,0 0,0 0,0 11,0 26,0 27,0 12,92007 18,0 22,0 15,0 22,0 9,0 7,0 2,0 0,0 0,0 10,0 23,0 20,0 12,32008 16,0 17,0 27,0 14,0 7,0 4,0 1,0 5,0 7,0 7,0 23,0 17,0 12,12009 15,0 18,0 18,0 14,0 13,0 8,0 2,0 0,0 2,0 10,0 16,0 14,0 10,8Rata2 18,9 17,2 18,9 15,5 9,2 5,6 3,7 2,1 4,1 12,1 18,8 17,1  

4 Rekap   Rata-rata

Tahun Hujan Maksimum jumlah Curah Hujan Jumlah Hari Hujan1998 4,1 17,0 14,61999 2,9 9,3 11,02000 3,5 11,4 10,9

Page 18: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

2001 2,7 10,2 10,52002 3,5 14,5 11,62003 2,7 11,2 10,22004 2,6 13,4 14,12005 4,0 16,4 12,02006 2,3 12,1 12,92007 3,5 14,0 12,32008 4,4 16,3 12,12009 4,8 17,8 10,8Rata2 3,4 13,6 11,9

0

50

100

150

200

250

300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Bulan

Cibiru

Jatiroke

Rancaekek

Page 19: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

3.2. Pembahasan

Praktikum kali ini akan dilakukan resitasi penghitungan erosivitas hujan. Data

curah hujan yang diberikan sejak tahun 1998 hingga 2009 didapatkan dari stasiun

curah hujan Cibiru/Cisurupan, kecamatan Cibiru, Kabupaten Bandung, Daerah

Airan Sungai Citarum, Propinsi Jawa Barat.

Tabel 2. Rekap Curah Hujan Tahunan

  Rata-rata  

TahunHujan

Maksimum (cm)

jumlah Curah Hujan

(cm)

Jumlah Hari

Hujan

Rumus

Bolls A

(ton/ha/thn)

1998 4.1 17.0 14.6 123.2

Page 20: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

1999 2.9 9.3 11.0 58.3

2000 3.5 11.4 10.9 77.7

2001 2.7 10.2 10.5 63.7

2002 3.5 14.5 11.6 103.5

2003 2.7 11.2 10.2 75.6

2004 2.6 13.4 14.1 84.4

2005 4.0 16.4 12.0 133.9

2006 2.3 12.1 12.9 83

2007 3.5 14.0 12.3 97.6

2008 4.4 16.3 12.1 129.6

2009 4.8 17.8 10.8 173.17

Rata2 3.4 13.6 11.9 100.31

Tabel diatas akan menjelaskan analisis data curah hujan dalam 12 tahun

terakhir. Rata-rata hujan maksimum (cm) tertinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu

4.8 cm dengan rata-rata jumlah curah hujan (cm) tertinggi pula yaitu 17.8 cm

walaupun jumlah hari hujan pada tahun tersebut tidak merupakan jumlah hari

hujan tertinggi dalam 12 tahun yaitu 10.8 namun pada perhtungan rumus bolls

jumlah tanah yang hilang akibat erosi pada tahun 2009 merupakan jumlah yang

paling besar dengan nilai 173.17 ton/ha/thn. Hal ini menunjukkan bahwa

penanganan konservasi tanah dan air dalam menangani erosi semakin meurun.

Rata-rata hujan maksimum terendah terdapat pada tahun 2006 yaitu 2.3 cm

dengan rata-rata jumlah curah hujan 12.1 dan rata-rata jumlah hari hujan yang

lebih banyak dibandingan tahun 2009 yaitu 12.9 hari dan jumlah tanah yang

hilang akibat erosi adalah sebesar 83 ton/ha/thn.

Rata-rata jumlah curah hujan tahun 1999 adalah yang paling rendah yaitu 9.3

cm sehingga mempengaruhi rata-rata jumlah tanah yang hilang pada perhitungan

rumus bolls yaitu 58.3 ton/ha/thn, nilai ini adalah yang terendah selama 12 tahun

data curah hujan tersebut.

Rata-rata jumlah hari hujan tahun 2003 adalah 10 hari termasuk rata-rata

jumlah hari hujan terrendah dari data diatas. Begitupula data rata-rata hujan

Page 21: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

maksimum 2.7 cm, dengan jumlah tanah yang hilang akibat erosi adalah sebesar

63.7 ton/ha/thn.

Jumlah hari hujan terbanyak pada data diatas adalah pada tahun 1998 dengan

nilai 14.6 atau 15 hari.

Dari literatur di dapatkan bahwa Soil Tolerance Erosion (STE) adalah 12

ton/ha/thn sedangkan dari 12 tahun data yang didapatkan pada stasiun curah hujan

diatas semua ada diatas ambang STE.

Grafik 1. Hujan Maksimum Rata-rata Bulanan

Grafik Hujan maksimum rata-rata bulanan menunjukkan bahwa bulan ke-3

yaitu maret dengan nilai 5.8 cm adalah yang memiliki nilai teringgi dibandingkan

bulan lain. Sedangkan nilai terendah ada pada bulan agustus dengan nilai 0.9.

Grafik 2. Jumlah Curah Hujan Bulanan Rata-rata

Grafik jumlah curah hujan bulanan rata-rata tertinggi ditunjukkan juga pada

bulan maret dengan nilai 26.3 cm sedangkan nilai terkecilnya terdapat pada bulan

agustus dengan nilai 1.2 cm.

Page 22: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

0

50

100

150

200

250

300

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des

Bulan

Cibiru

Jatiroke

Rancaekek

Grafik 3. Jumlah Hari Hujan Bulanan Rata-rata

Grafik hari hujan bulanan rata-rata tertinggi ditunjukkan pada bulan januari

dan maret yaitu 19 hari sedangkan nilai terrendah 2 hari yaitu pada bulan agustus.

Dari ketiga grafik diatas menunjukkan bahwa bulan maret memiliki nilai

tertinggi pada setiap aspek sehingga pada bulan ini juga diperkirakan

menghasilkan jumlah tanah yang hilang akibat erosi setiap terbanyak pada setiap

tahunnya. Berbeda halnya dengan bulan agustus pada ketiga grafik dalam waktu

12 tahun menunjukkan nilai terendah yang menandakan terjadinya puncak musim

kemarau pada 12 tahun terakhir.

Page 23: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

Selanjutnya adalah grafik perbandinga curah hujan di setiap satsiun yaitu

Cibiru, Jatiroke, dan Rancaekek yang menunjukan penyearbaran/distribusi hujan

di ketiga daerah tersebut. dari ketiga tempat tersebut rancaekek mendapatkan

jumlah curah hujan bulanan rata-rata (mm).

Page 24: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

1. Pada data Data curah hujan yang diberikan sejak tahun 1998 hingga 2009

didapatkan dari stasiun curah hujan Cibiru/Cisurupan, kecamatan Cibiru,

Kabupaten Bandung, Daerah Airan Sungai Citarum, Propinsi Jawa Barat

dengan Soil Tolerance Erosion (STE) diatas 12 ton/ha/thn yaitu rata-rata

100.31 ton/ha/thn selama 12 tahun data.

2. Bulan Maret pada data curah hujan menyumbang tingkat erosivitas yang

paling tinggi sedangkan yang paling rendah terdapat pada bulan maret.

3. Jumlah tanah yang tererosi paling banyak ada pada tahun 2009 dengan nilai

173.3 ton/ha/tahun.

4. Jumah hujan yang tererosi yang ditunjukkan pada tahun 2009 tersebut pada

perhitungan rumus bolls dipengaruhi oleh rata-rata hujan maksimum pertahun

dan rata-rata jumlah curah hujan pertahun yang masuk dalam faktor R pada

rumus bolls.

5. Jumlah tanah yang tererosi yang paling rendah nilainya pada tahun 1999 yaitu

58.3 ton/ha/tahun

6. Dari ketiga stasiun curah hujan yaitu Cibiru, Jatiroke, dan Rancaekek yang

menunjukan penyearbaran/distribusi hujan di ketiga daerah tersebut. dari

ketiga tempat tersebut rancaekek mendapatkan jumlah curah hujan bulanan

rata-rata (mm).

4.2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah :

1. Ketelitian dalam perhitungan diutamakan.

2. Pengolahan data yang akurat memberikan hasil yang baik.

Page 25: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

DAFTAR PUSTAKA

Achlil, K. 1995. Lahan Kritis. Pengertian dan Kriteria. Booklet Seri IPTEK No. 1,

1995. Balai Teknologi Pengelolaan DAS Surakarta

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor

Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penerbit IPB, Bogor.

Bols, P.L. 1978. Iso Erodents Map of Java Madura. Technical Assistant Project

ATA 105, Soil Research Institute, Bogor, Indonesia. 39 pp.

Soil Survey Staff, 1998. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua Pusat Penelitian

Tanah dan Agroklimat, Bogor.

ITB. 2001. Konservasi Tanah: http://mining.lib.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbmining-

gdl-s1-2001-petraparul-323. Diakases pada 23 Mei 2012 pukul 15.24

Wikipedia. Tanah : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanah. Diakses pada 23 Mei 2012

pukul 15.29

Page 26: Laporan Praktikum TPTA VII Kelompok 1 Shift A1

LAMPIRAN

Gambar 1. Laporan Resitasi Sementara