LAPORAN PRAKTIKUMMK ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH
341)PEMELIHARAAN KARET TM
Disusun oleh :Kelompok 18Yustia Yulianti A24120103Yusmadi
A24130004I Gusti Ayu Widyastiti A34120056Fitri Munggarani
I34120087Yudiansyah Eka Saputra 134120165
Asisten :Ahmad ArifA24110138Lisa SentaniA24110167Nawar Lina
S.A24110048
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIANINSTITUT
PERTANIAN BOGOR2015PENDAHULUAN
Latar BelakangKaret merupakan tanaman perkebunan yang menjadi
salah satu komoditi ekspor Indonesia. Peluang pasar dunia masih
terbuka bagi Indonesia untuk menjadi salah satu negara produsen
lateks terbesar di dunia. Luas perkebunan karet Indonesia pada
tahun 2005 adalah 4.363.510 ha, dari total area perkebunan karet di
Indonesia 88,26% di antaranya merupakan perkebunan rakyat, 6,30%
perkebunan swasta, dan hanya 5,45% yang milik negara (Tim Penulis
PS, 2008).Masalah utama dalam pengembangan karet di Indonesia
adalah rendahnya kualitas dan produksi karet Indonesia. Produksi
lateks ditentukan oleh kondisi kesuburan tanah suatu lahan, kondisi
agroklimat, pemeliharaan sejak masa bibit dan TBM, serta jenis klon
karet yang digunakan. Sebagian besar perkebunan karet di Indonesia
telah menggunakan klon-klon unggul untuk memperoleh produksi lateks
yang tinggi. Pemakaian klon-klon karet unggul di perkebunan
menyebabkan jumlah unsur hara yang diangkut dari tanah oleh tanaman
meingkat secara signifikan. Klon-klon karet unggul cenderung
membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang tinggi sedangkan
penambahan unsur hara secara alami pada tanah berjalan lambat
sehingga pemupukan sangat penting untuk dilakukan untuk menjaga
produktivitas karet dan menjaga kesuburan tanah (Hardjowigeno,
1995). Kualitas dan kuantitas hasil produksi karet dapat dijaga
dengan kegiatan pemeliharaan yang baik. Kegiatan pemeliharaan karet
meliputi pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan
penyakit, serta konservasi lahan. Pengendalian gulma dan pemupukan
adalah dua kegiatan yang sangat dominan pada pertanaman karet.
Pemupukan menjadi salah satu usaha yang diandalkan untuk mengatasi
rendahnya tingkat produtivitas tanaman karet. Pemupukan yang akan
dilakukan pada pertanaman karet harus disertai dengan pengendalian
gulma. Gulma yang ada di jalur tanam harus dibersihkan dan kondisi
gawangan dijaga dalam kondisi W2 yaitu hanya ditumbuhi oleh gulma
lunak.Pemeliharaan tanaman karet penting dilakukan sejak masih
dalam tahap pembibitan, TBM, hingga TM dan panen. Karet akan
memasuki masa TM setelah berumur 5 sampai 6 tahun. Setelah memasuki
masa TM perlu diketahui kriteria matang sadap untuk memulai proses
penyadapan pada kebun yang baru pertama kali disadap. Suatu kebun
dapat dinyatakan telah memasuki matang sadap apabila keliling lilit
batang pada ketinggian 1 m di atas tanah telah mencapai 45 cm.
Apabila 60% dari populasi tanaman telah mencapai kriteria tersebut
maka perkebunan tersebut sudah siap untuk panen.
TujuanMenentukan jenis kegiatan yang termasuk dalam pemeliharaan
TM karet, melaksanakan pekerjaan pengendalian gulma dan pemupuka TM
karet, serta menetapkan kriteria tanaman yang telah matang
sadap.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemupukan pada TBM mempunyai tujuan untuk memperoleh tanaman
yang subur dan sehat, sehingga lebih cepat tercapainya matang sadap
dan agar tanaman cepat menutup sehingga dapat menekan pertumbuhan
gulma. Pemberian pupuk secara berkala dan dengan frekuensi yang
tinggi dapat mengurangi kehilangan hara disebabakan proses
pencucian dan dosis pupuk tahunan dapat diserap akar tanaman lebih
efesien (Adiwiganda, 1995).Pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM)
mempunyai dua tujuan yaitu untuk meningkatkan hasil dan
mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan
pertumbuhan tanaman pokok. Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setiap
tahun. Menurut Setyamidjaja (1993), dosis setiap aplikasi
berdasarkan jenis tanah sebagai berikut : 1. Jenis tanah latosol :
280 gr Urea, 133,3 gr TSP, 180 gr KCL per pohon 2. Jenis tanah PMK
: 280 gr Urea, 324 gr TSP, 156 gr ZK per pohon Pemupukan tanaman
produktif yang dilakukan dengan dosis yang tepat dan teratur dapat
mempercepat pemulihan bidang sadapan, memberi kenaikan produksi
10-20%, meningkatkan resistensi tanaman terhadap gangguan hama
penyakit dan tingkat produksi yang tinggi dapat dipertahankan dalam
jangka waktu lebih lama (Setyamidjaja, 1993). Areal pertanaman
karet, baik tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah
menghasilkan (TM) harus bebas dari gulma seperti alang
alang,Mekania,Eupatorium,dll sehingga tanaman dapat tumbuh dengan
baik (Maryadi, 2005).Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada
saat penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan pada tanaman
karet harus dilakukan dengan dosis yang seimbang dua kali pemberian
dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu Juli/Agustus. Seminggu
sebelum pemupukan, gawangan lebih dahulu digaru dan piringan
tanaman dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua minggu
lebih dahulu dari Urea dan KCl. Sementara itu untuk tanaman
kacangan penutup tanah, diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang
pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun ke-2 (TBM-2)
apabila pertumbuhannya kurang baik (Nazaruddin dan Paimin,
1998).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan WaktuKegiatan praktikum dilaksanakan di Kebun
Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada Rabu 13 Mei 2015 dimulai
pukul 07.00 hingga 09.00.
Bahan dan AlatBahan yang digunakan dan praktikum ini antara lain
10 tanaman karet menghasilkan, 1 kg pupuk urea, 1 kg SP-18, dan 1
kg KCl. Alat yang digunakan adalah 2 cangkul, 2 parang, ember, tali
rafia, dan meteran.
Metode KerjaPada praktikum pemeliharaan TM karet ini,
masing-masing kelompok mendapat bagian memelihara dan mengamati 10
tanaman karet TM. Hal yang pertama dilakukan adalah membersihkan
gulma yang ada di sekeliling tanaman (radius 1 m dari barisan
tanaman karet) dengan menggunakan cangkul dan parang yang telah
disediakan. Kemudian setelah penyiangan gulma selesai dilakukan,
maka dibuatlah alur melingkar (piringan) pada masing-masing tanaman
untuk dilakukan pemupukan, dosis pupuk yang digunakan adalah 1 kg
urea, 1 kg SP-18, dan 1 kg KCl pertanaman, setelah pupuk dibagikan
merata maka alur ditutup dengan tanah, agar pupuk menyerap dan
tidak berceceran. Hal yang terakhir dilakukan adalah pengukuran
lilit batang tanaman karet pada ketinggian 1 m di atas permukaan
pertautan, pengukuran dilakukan pada 10 tanaman per kelompok yang
telah ditentukan sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum lapang yang dilakukan tanggal 13 Mei 2015
dilakukan pengendalian gulma yang ada di sekeliling TM karet dengan
radius 1 m dari barisan tanaman karet. Pengendalian gulma sebelum
pemupukan bertujuan agar pupuk yang diberikan sepenuhnya dapat
dimanfaatkan oleh tanaman karet. Seluruh permukaan tanah di
sekeliling TM karet tersebut dibersihkan dari gulma hingga kondisi
Wo. Kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kondisi Wo pada piringan TM karet
Selain itu dilakukan juga pemupukan pada TM karet dengan
mengalur. Alur pupuk dibuat dengan jarak 1 m dari barisan tanaman
karet. Pemupukan pada TM karet dilakukan dengan menyebar pupuk
secara merata pada alur yang telah dibuat. Pupuk yang sudah disebar
dengan merata pada alur pupuk kemudian ditutup dengan tanah.
Pemupukan pada TM karet bisa dilihat pada Gambar 2. Pengukuran
lilit batang pada 10 tanaman dilakukan dengan melilitkan tali rafia
pada batang kemudian diukur dengan meteran. Pengukuran lilit batang
dilakukan pada ketinggian 1 m di atas permukaan tanah. Hasil
pengukuran lilit batang dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 2. Pemupukan pada TM karet
Tabel 1. Diameter Batang Tanaman Karet Fase TM Kebun Percobaan
Cikabayan Tanggal 13 Mei 2015Tanaman Karet TMDiameter Batang
Tanaman Karet (cm)
130
228
315
425
520
621
721
823
910
1019
Rata-rata21
Berdasarkan Tabel 1, rata-rata lilit batang atau diameter batang
tanaman karet yang diukur adalah 21 centimeter (cm), berdasarkan
data tersebut maka tanaman karet belum memenuhi kriteria untuk
disadap. Menyadap adalah salah satu cara memanen getah keret.
Suwarto et al., (2015) menyebutkan ada beberapa kriteria tanaman
karet dapat disadap, diantaranya: (a) lilit batang >45 cm diukur
setinggi 1 m dari pertautan okulasi, (b) sekitar 60% dari populasi
memenuhi kriteria poin a. Pada kondisi normal karet disadap pada
usia 5-6 tahun setelah tanam. Pernyataan menenai kriteria matang
sadap tanaman karet juga sama seperti yang dikemukaan oleh Pusat
Penelitian Karet Sumbawa (2003) dalam publikasi World Agroforestry
Centre (2005) yang mana mengemukaan pula standar lilit batang atau
diameter tanaman karet, standar tersebut tercantum dalam tebel
berikut:Tabel 2. Standar Lilit Batang Tanaman KaretUmur
(bulan)Lilit Batang (cm)Umur (bulan)Lilit Batang (cm)
1210,583627,69
1814,354232,34
2418,554836,88
Umur (bulan)Lilit Batang (cm)Umur (bulan)Lilit Batang (cm)
3023,055438,35
6045,25
Berdasarkan tebel 2 dan data dari tabel 1 maka dapat disimpulkan
pula bahwa tanaman karet yang di ukur lilit batangnya umurnya
berkisar antara 18-36 bulan. Artinya belum cukup umur untuk
dilakukan penyadapan karena masih dibawah usia tanaman karet siap
sadap yaitu sekitar 5-6 tahun atau 60 bulan lebih.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanPemeliharaan TM karet dilakukan untuk menkondisikan
pertumbuhan vegetatif tanaman selalu dalam kondisi optimal sehingga
dapat berproduksi tinggi. Kegiatan yang dilakukan dalam
pemeliharaan TM karet adalah pengendalian gulma dan pemupukan.
Kriteria tanaman yang telah matang sadap diantaranya memiliki lilit
batang >45 cm yang diukur setinggi 1 m dari pertautan okulasi
dan sekitar 60% dari populasi memenuhi kriteria diameter lilit
batang tersebut. Pada kondisi normal karet disadap pada usia 5-6
tahun setelah tanam.
SaranSecara keseluruhan praktikum sudah berjalan dengan cukup
baik, hanya saja dalam proses penyadapan terdapat beberapa
ketidaksesuaian penjelasan kegiatan antara dosen praktikum dan
asisten praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda et al,.1995. Tinjauan pemendekan masa remaja tanaman
karet di PT Goodyear Sumatera Plantation dan PT Perkebunan IV
Pamela. Warta, Pusat Penelitian Karet AP2I. 14(2):
51-62Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akapress. Jakarta.[ICRAF]
World Agroforestry Centre. 2005. Penyadapan tanaman karet: sistem
wanatani karet. SEA Regional Office. Bogor.Maryadi. 2005. Manajemen
Agrobisnis Karet. Gadjah Mada University
Press.Yogyakarta.Nazaruddin, F.B. Paimin. 1998. Karet. Penebar
Swadaya. Jakarta.Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya dan
Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta .Suwarto, Supijatno, S. Zaman, A.
Junaedi, Hariyadi, A. Wachjar, A.P. Lontoh, D. Guntoro, S. Yahya,
Sudrajat, A. Kurniawati. 2015. Panduan praktikum ilmu tanaman
perkebunan. Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB. Bogor.[Tim
Penulis PS]. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya.
Jakarta.
LAMPIRAN
Kondisi sebelum pengendalian gulma Kondisi setelah pengendalian
gulma
Pemupukan pada TM karet Pengukuran lilit batang TM karet