-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikologi kerja sangat erat kaitannya dengan beban kerja. Beban
kerja yang
harus ditanggung dalam suatu unit organisasi erat kaitannya
dengan efisiensi dan
efektivitas suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan beban kerja
tersebut termasuk
pada pengaturan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya
penting
dalam perusahaan. Dampak beban kerja mental berlebih menyebabkan
kelelahan,
yang dapat menimbulkan kelalaian dalam menjalankan tugasnya
hingga dapat
menyebabkan kecelakaan dalam pekerjaan.
Psikologi kerja adalah beban yang dialami atau diterima oleh
seseorang
ketika ia sedang melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis
adalah aspek yang
tidak nyata, yang hanya dapat diukur berdasarkan akibat yang
ditimbulkan dan
dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap saat. Perhitungan
beban psikologis
seorang pekerja dapat dilakukan berdasarkan hasil pekerjaan
faktor yang dapat
diukur secara objektif maupun tingkah laku, dan penuturan si
pekerja sendiri yang
dapat diidentifikasikan.
PT. RSK&E merupakan suatu perusahaan yang bergerak di
bidang
manufaktur. Karyawan pada perusahaan ini dituntut untuk mampu
dan terampil
serta mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meningkatkan
produktivitas
kerja karyawan. Di perusahaan ini, analisa beban kerja (workload
analysis) cukup
mendapat perhatian yang serius karena pada prinsipnya bertujuan
untuk membuat
proses organisasi lebih efektif dan efisien. Salah satu faktor
keberhasilan suatu
perusahaan sangat bergantung pada kemampuan manajer dalam
mengorganisir
karyawan dimana faktor-faktor penentu yang dapat meningkatkan
kemauan dan
kemampuan karyawan dalam memenuhi target yang ditetapkan juga
harus
-
2
diperhatikan. Pengukuran beban kerja yang dilakukan adalah
secara subjektif
dengan menggunakan metode NASA-TLX (National Aeronautics and
Space
Administration-Task Load Index).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Berapa beban kerja yang diperoleh pada task 1 dan task 2?
2. Berapa perbandingan beban kerja antara task 1 dan task 2?
3. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi psikologi kerja?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pengukuran waktu kerja ini bertujuan
untuk:
1. Menghitung beban kerja pada task 1 dan task 2.
2. Membandingkan beban kerja pada task 1 dan task 2.
3. Menentukan faktor-faktor yang memengaruhi psikologi
kerja.
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi
masalah pada
pengukuran waktu kerja yang meliputi:
1. Pengukuran beban kerja mental didapat dari data-data
kualitatif berdasarkan
task 1 dan task 2. Task 1 adalah Tes Koran (Newspaper Test) dan
task 2
adalah Toyota Game.
2. Pengukuran beban kerja mental secara subjektif menggunakan
metode NASA-
TLX (National Aeronautics and Space Administration Task Load
Index).
3. Perhitungan perbandingan beban kerja mental task 1 dan task 2
menggunakan
software SPSS.
4. Penelitian dilakukan di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja
& Ergonomi FT
Untirta.
-
3
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan, penulis membagi dalam beberapa bab
sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian,
batasan masalah, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori yang relevan dengan pemecahan
masalah atau
pencapaian tujuan dari penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metodologi yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelititan
meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan
secara ringkas
disertai diagram alirnya.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi data beban kerja operator pada task 1 dan task 2,
uji kenormalan
data, perbandingan beban kerja mental pada masing-masing
task.
BAB V ANALISA
Bab ini menjelaskan analisa mengenai beban kerja mental pada
task 1 dan task 2,
perbandingan beban kerja task 1 dan task 2, faktor-faktor yang
memengaruhi
psikologi kerja, hasil newspaper test.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
-
4
Bab ini menyimpulkan inti dari seluruh uraian di atas dan
memberikan saran bagi
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psikologi Kerja
Psikologi berasal dari bahasa yunani yaitu psycho yang berarti
jiwa dan logos
yang berarti ilmu. Secara umum pengertian psikologi adalah ilmu
yang
mempelajari tentang kejiwaan dan tingkah laku manusia. Psikologi
memiliki
beberapa sub bidang seperti psikologi pendidikan, psikologi
klinis, psikologi
sosial, psikologi perkembangan, psikologi lintas budaya,
psikologi industri &
organisasi dan psikologi lingkungan. Psikologi industri dan
organisasi (PIO)
merupakan bidang khusus yang memfokuskan perhatian pada
penerapan-
penerapan ilmu psikologi bagi masalah-masalah individu dalam
perusahaan,
secara khusus menyangkut penggunaan sumber daya manusia dan
perilaku
organisasi.
Psikologi industri adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
di tempat
kerja dalam hubungannya dengan aspek pekerjaan untuk menurunkan
masalah
-
5
manusia dalam melakukan suatu pekerjaan. Ilmu ini berfokus pada
pengambilan
keputusan kelompok, semangat kerja karyawan, motivasi kerja,
produktivitas,
stres kerja, seleksi pegawai, strategi pemasaran, rancangan alat
kerja, dan berbagai
masalah lainnya. (Pappu, 2002)
Pekerjaan akan menimbulkan reaksi psikologis bagi pekerja yang
melakukan
pekerjaan tersebut, baik reaksi positif maupun negatif. Reaksi
yang bersifat
positif, yaitu senang, bergairah, merasa bahagia, dan
sebagainya. Sedangkan
reaksi yang bersifat negatif, yaitu bosan, acuh, tidak serius
dan sebagainya.
Definisi kerja adalah semua aktivitas manusia yang untuk
menjamin kelangsungan
hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat keseluruhan.
(Lehman,
1953)
Psikologi kerja merupakan beban yang dialami atau diterima oleh
pekerja
ketika ia melakukan suatu pekerjaan. Aspek psikologis hanya
dapat diukur
berdasarkan akibat yang ditimbulkan dan merupakan aspek yang
tidak nyata.
Aspek psikologis dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap
saat. Seiring dengan
berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat berubah.
(Laboratorium RSK&E,
2013)
Beberapa fungsi psikologi, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013)
:
1. Untuk menjelaskan apa, bagaimana dan mengapa suatu tingkah
laku dapat
terjadi.
2. Untuk memprediksikan atau meramalkan apa, bagaimana dan
mengapa
tingkah laku tersebut terjadi.
3. Untuk mengendalikan tingkah laku pekerja sesuai dengan yang
diinginkan.
2.2 Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk melakukan aktivitas kerja
sehari-hari yang
memungkinkan manusia untuk dapat menggerakan tubuh dan
melakukan
pekerjaan. Pekerjaan mempunyai arti penting bagi kemajuan dan
peningkatan
-
6
prestasi, namun di pihak lain dengan pekerjaan tubuh akan
menerima beban dari
luar tubuhnya. (Laboratorium RSK&E, 2013)
Beban kerja (workload) merupakan sebuah isue yang semakin
popular
diperbincangkan, baik di forum ilmiah, di lingkungan pendidikan
maupun di
lingkungan perusahaan. Beban kerja timbul sebagai reaksi akibat
terjadinya
kelelahan yang dialami pekerja dalam bekerja secara terus
menerus. Kelelahan
dapat terjadi karena beberapa faktor seperti kerja otot statis,
stasiun kerja yang
tidak ergonomis, kondisi kesehatan pekerja dan masalah fisik
pekerjaan itu
sendiri. Beban kerja yang tinggi dapat mengurangi tingkat
kewaspadaan
(vigilance) pekerja dan berkurangnya daya ingat sesaat, yang
pada akhirnya
mempengaruhi keputusan untuk mengambil suatu tindakan dalam
melakukan
suatu pekerjaan. (Dwi Cahyadi, 2012)
Beban kerja (workload) merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang
pekerja untuk menerima suatu pekerjaan sesuai dengan beban
(demand) yang
dibebankan kepada pekerja tersebut untuk mencapai tingkat
performansi tertentu.
Beban kerja juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan tubuh
seorang pekerja
dalam menerima suatu pekerjaan. Beban kerja merupakan sesuatu
yang muncul
dari interaksi antara tuntutan tugas-tugas, lingkungan yang
digunakan sebagai
tempat kerja, keterampilan pekerja, perilaku dan persepsi dari
pekerja. Beban
kerja dibedakan menjadi beban mental dan beban fisik. (Nussbaum,
2007)
Beban kerja fisik merupakan beban kerja yang timbul akibat
aktivitas fisik
pekerja. Misalnya pada perawat, beban kerja fisik perawat
meliputi mengangkat
pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi,
mendorong
peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong
brankart pasien
dan sebagainya. (Murni Kurnia, 2012)
Beban kerja mental (mental workload) merupakan beban kerja yang
timbul
dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, beban kerja mental
terbentuk secara
kognitif (pikiran). Beban kerja mental dapat didefinisikan
sebagai evaluasi
-
7
operator atau pekerja terhadap selang kewaspadaan (kapasitas
ketika sedang
termotivasi dengan beban kerja yang ada) ketika melakukan suatu
pekerjaan
mental (metacontroller activity) untuk mencapai tujuan tertentu
dalam melakukan
suatu pekerjaan. Misalnya pada perawat, beban kerja mental yang
dialami
perawat, diantaranya bekerja shift atau bergiliran,
mempersiapkan rohani mental
pasien dan keluarga terutama bagi yang akan melaksanakan operasi
atau dalam
keadaan kritis, bekerja dengan keterampilan khusus dalam merawat
pasien serta
harus menjalin komunikasi dengan pasien. (Hancock, et all
1988)
2.2.1 Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja
Beban kerja seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi beban kerja seseorang, yaitu faktor
eksternal dan faktor
internal. (Laboratorium RSK&E, 2013)
2.2.1.1 Faktor Eksternal
Faktor eksernal yang mempengaruhi beban kerja merupakan faktor
beban
kerja yang berasal dari luar tubuh seorang pekerja. Hal yang
termasuk kedalam
faktor eksternal beban kerja antara lain adalah tugas,
organisasi dan lingkungan
kerja. (Laboratorium RSK&E, 2013)
1. Tugas
Tugas yang dilakukan oleh seorang pekerja baik berupa fisik
maupun mental.
Tugas-tugas yang bersifat fisik, seperti sikap kerja, peralatan,
beban yang
diangkat, sarana informasi dan sebagainya. Sedangkan tugas-tugas
yang
bersifat mental, seperti tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung
jawab terhadap
pekerjaan, dan sebagainya.
2. Organisasi
-
8
Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, seperti
lamanya
waktu bekerja, lamanya waktu beristirahat, model struktur
organisasi, waktu
kerja malam, sistem pelimpahan tugas dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja, yaitu
lingkungan
kerja fisik, lingkungan kerja kimiawi, liingkungan kerja
biologis dan
lingkungan kerja psikologis. Lingkungan kerja fisik, seperti
intersitas
penerangan, kebisingan, temperatur ruangan dan sebagainya.
Lingkungan
kerja kimiawi, seperti debu, gas-gas pencemar udara dan
sebagainya.
Lingkungan kerja biologis, seperti bakteri, virus, jamur,
parasit dan
sebagainya. Lingkungan kerja psikologis, seperti pemilihan dan
penempatan
tenaga kerja, hubungan antara pimpinan dan pekerja maupun
hubungan antar
sesama pekerja.
2.2.1.2 Faktor Internal
Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari
dalam tubuh
pekerja sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal
yang dialami.
Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain, berat ringannya
strain dapat dinilai
secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif,
yaitu penilaian melalui
perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian secara
subjektif dapat dilakukan
berdasarkan dengan harapan, keinginan, kepuasan dan sebagainya.
Faktor internal
meliputi faktor somatis dan faktor psikis. (Laboratorium
RSK&E, 2013)
1. Faktor somatis
Faktor somatis merupakan faktor internal yang berkaiitan dengan
jenis
kelamin pekerja, umur pekerja, ukuran tubuh pekerja, kondisi
kesehatan
pekerja, status gizi pekerja dan sebagainya.
2. Faktor psikis
-
9
Faktor psikis merupakan faktor yang berkaitan dengan motivasi,
persepsi
pekerja, kepercayaan, keinginan, kepuasan pekerja dan
sebagainya.
Hubungan antara kinerja pekerja dengan beban kerja dapat dilihat
dalam
kurva yang berbentuk U terbalik. Jika tingkat beban kerja
seseorang rendah, maka
orang tersebut akan mudah bosan dan cenderung kehilangan
ketertarikan terhadap
pekerjaan yang dilakukan. Jika tingkat beban kerja seseorang
tinggi, maka orang
tersebut akan mudah kelelahan dan kehilangan semangat untuk
melakukan
pekerjaan. (Laboratorium RSK&E, 2013)
Kurangnya perhatian seorang pimpinan terhadap cara kerja para
pekerjanya
akan menimbulkan kebosanan pada kalangan pekerja, dan akibat
dari kebosanan
tersebut pekerja akan mencari alternatif pekerjaan lain atau
mencari versi
pekerjaan lain yang tidak mereka kuasai untuk menghindari
kebosanan. Tingkah
laku para pekerja ini dapat beakibat buruk bagi pekerjaan karena
dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Oleh karena itu, pengukuran
beban kerja pada
seorang pekerja perlu dilakukan untuk mengetahui beban kerja
yang dialaminya
dan mengevaluasi metode kerja serta memperbaiki sistem kerja
yang telah ada
agar menjadi lebih baik. (Laboratorium RSK&E, 2013)
2.2.2 Kriteria Pengukuran Beban Kerja Mental
Beberapa kriteria yang harus dimiliki untuk melakukan pengukuran
beban
kerja mental terhadap pekerja, yaitu (Laboratorium RSK&E,
2013) :
1. Sensitivitas
Kriteria sensitivitas merupakan suatu pengukuran yang dapat
membedakan
situasi antara tugas yang satu dengan tugas yang lainnya
berdasarkan intuisi
atau perasaan untuk melihat perbedaan tingkat beban kerja
mental.
2. Selektivitas
Kriteria selektivitas merupakan suatu pengukuran yang tidak
mempengaruhi
bagian kerja mental secara umum seperti beban fisik dan beban
emosional.
-
10
3. Interferensi
Kriteria interferensi merupakan suatu pengukuran yang tidak
harus
berhubungan dengan pemilihan tugas atau pekerjaan beban kerja
pada
pekerja.
4. Reabilitas
Kriteria rebilitas merupakan suatu pengukuran yang dilakukan
secara benar
atau nyata dan dapat dipercaya, hasil dari pengukuran tersebut
dapat diulang
setiap saat.
5. Dapat diterima
Yang dimakksud dengan kriteria dapat diterima yaitu teknik
pengukuran
beban kerja yang dilakukan harus dapat diterima oleh manusia
atau pekerja
yang sedang diukur.
2.2.3 Metode Pengukuran Beban Kerja
Untuk mengukur besarnya beban mental yang dialami pekerja
dapat
dilakukan melalui beberapa metode. Beberapa metode pengukuran
beban kerja
dapat dilakukan secara umum ada tiga cara, yaitu (Laboratorium
RSK&E, 2013) :
2.2.3.1 Pengukuran Beban Kerja Secara Objektif
Pengukuran beban kerja secara objektif meliputi pengukuran
denyut jantung,
pengukuran waktu kedipan mata dan pengukuran dengan metode lain.
Pada
pengukuran denyut jantung, peningkatan denyut jantung berkaitan
dengan
meningkatnya level pembebanan kerja. Pada pengukuran waktu
kedipan mata,
pekerjaan yang membutuhkan atensi visual berasosiasi dengan
kedipan mata
yang lebih sedikit dan durasi kedipan lebih pendek.
(Laboratorium RSK&E, 2013)
-
11
2.2.3.2 Pengukuran Beban Kerja Secara Pemilihan Tugas
Pengukuran beban kerja secara pemilihan tugas dilakukan
dengan
menggunakan metode SWAM (Statistical Workload Assessement
Model). Metode
SWAM merupakan pengukuran untuk menganalisa tugas beban kerja
mental yang
sederhana atau ringan yang membagi tugas dengan waktu yang
diberikan. Namum
metode ini memiliki kelemahan sehingga metode ini tidak banyak
digunakan.
Kelemahan tersebut yaitu tidak dapat memasukan jumlah data yang
benar
kedalam beberapa tugas sehingga waktu yang tersedia tidak dapat
berjalan lancar
dan pengukuran beban kerja mental yang dihasilkan tidak
spesifik. (Laboratorium
RSK&E, 2013)
2.2.3.3 Pengukuran beban kerja secara subjektif
Pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran
beban kerja
mental dimana sumber data yang diolah merupakan data-data
kualitatif. Beberapa
jenis pengukuran secara subjektif yang telah dilakukan, yaitu
pengukuran dengan
NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task
Load Index),
pengukuran dengan metode SWAT (Subjektive Workload Assessement
Technique)
dan pengukuran dengan metode MCH (Modified Cooper Harper
Scaling).
(Laboratorium RSK&E, 2013)
A. NASA TLX (National Aeronautics and Space Administration-Task
Load
Index)
NASA-TLX merupakan metode pengukuran subjektif yang sering
digunakan
dalam pengukuran beban kerja mental pada individu atau pekerja
di berbagai
industri atau perusahaan. Pada metode NASA TLX ini, terdapat
beberapa
komponen yang akan diukur dari setiap individu. Pada komponen
kebutuhan
mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi,
skala yang
-
12
digunakan adalah rendah hingga tinggi. Sedangkan untuk
pengukuran
performansi digunakan skala baik hingga buruk. (Raras Mayang,
2012)
NASA TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional
yang
memberikan kuantifikasi beban kerja yang berdasarkan pada
rata-rata bobot
ratting yang didasarkan pada 6 sub skala. 6 sub skala yang
dilakukan dalam
metode NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :
1. Kebutuhan mental atau mental demand (MD)
Pekerjaan-pekerjaan dengan tipe memikir, memutuskan,
menghitung,
mengingat, melihat, mencari, dan sebagainya. Disimbolkan
dengan
pertanyaan, apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit,
apakah
pekerjaan tersebut sederhana atau kompleks dan apakah
pekerjaan
tersebut pasti atau penuh toleransi.
2. Kebutuhan fisik atau physical demand (PD)
Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan hal fisik,
seperti
mendorong, menarik, mengangkat, memutar, membelokan dan
sebagainya. Disimbolkan dengan pertanyaan apakah pekerjaan
tersebut
berat atau ringan, apakah pekerjaan tersebut lambat atau cepat
dan
apakah pekerjaan tersebut memiliki waktu yang cukup untuk
istirahat
atau tidak.
3. Kebutuhan waktu atau temporal demand (TD)
Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan waktu.
Disimbolkan
dengan pertanyaan ada tidaknya tekanan waktu dalam pekerjaan
tersebut
dan apakah waktu yang tersedia dalam pekerjaan tersebut cukup,
kurang,
atau banyak.
4. Performansi atau own performance (OP)
Berhubungan dengan tingkat kesuksesan dalam mencapai suatu
tujuan
dalam pekerjaan. Disimbolkan dengan seberapa besar tingkat
kesuksesan
-
13
dalam melakukan pekerjaan untuk menyelesaikan tuuan
pekerjaan
tersebut.
5. Usaha atau effort (EF)
Berhubungan dengan tingkat usaha yang dilakukan. Disimbolkan
dengan
pertanyaan seberapa besar usaha yang dilakukan atau dikeluarkan
secara
mental maupun secara fisik untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
6. Stress atau frustation level (FR)
Berhubungan dengan stres. Disimbolkan dengan pertanyaan
seberapa
besar tingkat keamanan dalam melakukan suatu pekerjaan, aman
atau
tidak aman. Seberapa tingkat stres yang dialami dalam melakukan
suatu
pekerjaan dan seberapa termotivasinya pekerja dalam melakukan
suatu
pekerjaan.
Terdapat beberapa nilai yang menunjukan besarnya tingkat beban
kerja dan
diklasifikasikan kedalam sebuah tabel. Klasifikasi beban kerja
berdasarkan
analisa NASA TLX, yaitu (Laboratorium RSK&E, 2013) :
Tabel 2.1 Klasifikasi Beban Kerja Berdasarkan NASA TLX
0 20 Sangat Rendah
21 40 Rendah
41 60 Sedang
61 80 Tinggi
81 100 Sangat Tinggi
Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur berdasarkan
metode
NASA TLX dapat dilihat pada tabel penjelasan indikator beban
mental
dibawah ini (Ade Sri, 2013):
-
14
Tabel 2.2 Indikator Beban Mental Berdasarkan Metode NASA TLX
-
15
Langkah-langkah pengukuran beban kerja dengan menggunakan
metode
NASA TLX adalah sebagai berikut (Meshkati, 1988) :
1. Pembobotan
Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi
yang
berbeda dengan metode perbandingan berpasangan. Total
perbandingan
berpasanganuntuk keseluruhan dimensi (6 dimensi) yaitu 15.
Jumlah tally
untuk masing-masing dimensi inilah yang akan menjadi bobot
dimensi.
2. Pemberian Rating
Dalam tahap ini, responden diminta memberikan
penilaian/rating
terhadap keenam dimensi beban mental. Penilaian yang
diberikan
tergantung pada responden.
Skor akhir beban mental nasa TLX diperoleh dengan mengalikan
bobot
dengan rating setiap dimensi, kemudian dijumlahkan dan dibagi
15.
bobot rating
-
16
Skor =
15
B. SWAT (Subjektive Workload Assessement Technique)
Metode SWAT (Subjective Workload Assesment Tehnique) merupakan
salah
satu cara untuk mengukur beban kerja mental yang dikembangkan
oleh Harry
G. Armstrong untuk menjawab berbagai pertanyaan, seperti
bagaimana cara
mengukur beban kerja mental dalam lingkungan yang sebenarnya
(Real
World Environtment) secara alamiah dan obyektif dari sumber data
yang
bersifat kualitatif. Metode pengukuran subjektif beban kerja
SWAT memiliki
kelemahan, yaitu sangat tidak sensitif untuk beban kerja mental
yang
rendah dan itu memerlukan waktu penyortiran serta memakan tugas
pra
prosedur. (Kurniawan Yuli, 2011)
Metode ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan
akan
pengukuran subjektif yang dapat digunakan secara langsuung
dalam
pekerjaan. Pada metode ini tanggapan hanya diberikan melalui
tiga
deskriptor pada masing-masing faktor atau dimensi. Faktor atau
dimensi yang
dimaksud, yaitu beban waktu (time load), beban mental (mental
effort load)
dan beban psikologis (psychological stress load). Ada dua
tahapan pekerjaan
dalam melakukan metode SWAT ini, yaitu scale development dan
event
scoring. (Laboratorium RSK&E, 2013)
C. MCH (Modified Cooper Harper Scaling)
MCH adalah skala rating yang paling banyak digunakan untuk
menilai
kualitas penanganan pada suatu pekerjaan. Sejak tahun 1960,
beban mental
yang dipaksakan oleh tugas kontrol manual khususnya pada
kualitas handling
pesawat telah diukur oleh skala cooper, yaitu Cooper-Harper (CH)
dan kini
metode tersebut telah dimodifikasi menjadi Modified Cooper
Harper scaling
-
17
(MCH). Skala MCH adalah salah satu skala yang lebih divalidasi
untuk
pengukuran beban kerja subjektif pada kualitas penanganan
pesawat. Skala
tersebut terdiri dari 10 titik skala dengan format pohon
keputusan. Hal
tersebut membuat suatu ketentuan untuk melaksanakan tugas
penilaian secara
berurutan, untuk mencapai peringkat akhir secara disengaja dan
hati-hati.
Skala tersebut juga dapat diterapkan pada jenis beban kerja
tugas, terutama
untuk sistem yang mungkin memuat persepsi, meditasi dan
kegiatan
komunikasi dalam tugasnya. Nilai skala MCH yang terdiri dari 10
titik skala
dengan format pohon keputusan berkisar mulai dari titik 1 yaitu
mudah
hingga titik 10 yaitu mustahil. (Kurniawan Yuli, 2011)
2.3 Stres dan Burnout
Aspek lain dari psikologi kerja yang sering terjadi pada pekerja
dan menjadi
masalah bagi kesehatan peerja adalah stres dan burnout. Beban
kerja berlebih
dapat memicu timbulnya stres pada pekerja. Hampir semua pekerja
mengalami
stres, baik pada tingkat pimpinan maupun pekerjanya. Lingkungan
tempat bekerja
juga berpengaruh pada timbulnya stres, lingkungan kerja yang
kurang baik sangat
berpotensi untuk menimbulkan stres pada pekerjanya. Misalnya
pada perawat,
beban kerja yang berlebih pada perawat dapat memicu timbulnya
stres dan
burnout. Perawat yang mengalami stres dan burnout memungkinkan
mereka
untuk tidak dapat menampilkan performa kerja mereka secara
efektif dan efisien
dikarenakan kemampuan fisik dan kognitif mereka menjadi
berkurang. (Dewi
Kurnia, 2012)
Stres yang timbul pada pekerja di lingkungan kerja tidak dapat
dihindarkan,
namun agar tidak mengganggu pekerjaan hal yang harus dilakukan
adalah
mengelola, mengatasi atau mencegah terjadinya stres dengan
mengidentifikasi
penyebab terjadinya stres pada pekerja di lingkungan kerja atau
stressor. Setelah
mengetahui penyebab stres pada pekerja, dilakukan
pelatihan-pelatihan bagi
-
18
pekerja untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam melaksanakan
pekerjaan
mereka dan meningkatkan higiene atau kondisi lingkungan kerja
serta
meningkatkan hubungan antar pekerja. (Laboratorium RSK&E,
2013)
Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik atau
mental yang
kurang baik akibat situasi kerja yang berat dalam jangka waktu
panjang.
Kejenuhan kerja atau burnout adalah suatu kondisi fisik, emosi
dan mental
pekerja yang sangat drop yang diakibatkan oleh situasi kerja
yang sangat
menuntut dalam jangka waktu yang cukup panjang. (Muslihudin,
2009)
Kejenuhan kerja merupakan sesuatu hal yang sering dialami
pekerja dalam
setiap pekerjaan, perawat merupakan salah satu profesi yang
beresiko tinggi untuk
mengalami stres dan beban kerja tinggi yang berakibat kejenuhan.
Kinerja
perawat adalah sesuatu yang dapat dirasakan langsung oleh para
pasien. Apabila
kinerja perawat buruk akan menyebabkan penurunan mutu pelayanan
perawat
bagi para pasien. Kejenuhan seringkali membuat pikiran kita
menjadi terasa penuh
dan mulai kehilangan rasional. Hal ini dapat menyebabkan
keletihan mental dan
emosional dan membuat minat terhadap pekerjaan dan motivasi
menurun, pada
akhirnya kualitas kerja akan menurun. Kejenuhan kerja juga dapat
menjadi suatu
masalah bagi organisasi apabila mengakibatkan kinerja menurun.
Karena jika
kinerja kerja menurun, maka produktivitas juga menurun. (Dale,
2011)
2.4 Newspaper Test (Pauli Krapelin Test)
Newspaper test merupakan tes menghitung deretan angka di atas
kertas
sebesar kertas koran. Tes tersebut disebut juga dengan pauli
kraepelin test. Tes
pauli krapelin dikembangkan pertama kali oleh seorang psikiater
bernama Emil
Kraepelin. Newspaper test ini bertujuan untuk mengukur karakter
seseorang pada
beberapa aspek tertentu, yaitu (Akbar Sidiq, 2012) :
Aspek keuletan (daya tahan)
-
19
Aspek kemauan atau kehendak individu
Aspek Emosi
Aspek penyesuaian diri
Aspek stabilitas diri
Dalam tes ini responden hanya diminta untuk mengerjakan
hitungan
sederhana, yaitu menjumlahkan deretan angka-angka. Namun yang
menjadi
masalah adalah jumlah deretan angka yang diberikan sangat
banyak, yaitu sebesar
lembaran koran. Sehingga tes tersebut menuntut konsentrasi,
ketelitian, stabilitas
emosi dan daya tahan yang prima dari responden. Semakin banyak
kesalahan
yang dibuat, menunjukkan bahwa responden tidak teliti, tidak
cermat, tidak hati-
hati dan kurang memiliki daya tahan yang cukup terhadap stres
atau tekanan
pekerjaan. (Akbar Sidiq, 2012)
Contoh Tes Koran Pauli Kraepelin
Jumlahkan deret angka-angka berikut (dibawah dan diatasnya)
dan
tulislah jawabannya diantara kedua angka yang anda
jumlahkan.
3 9
5 8
2 9
9 2
7 3
4 1
7 8
Keterangan :
Pada contoh diatas, angka yang dicetak tebal adalah jawaban
penjumlahan
dari dua bilangan yang berdekatan (yang dibawah dan diatasnya).
7+7 = 14 ; 7+2=
9 dan seterusnya. Jika hasil penjumlahan lebih dari dua digit,
maka ditulis digit
terakhirnya saja. Misal 4+9= 13 (ditulis angka 3 saja)
-
20
2.5 Toyota Game
Jika pekerja berkonsentrasi pada pekerjaannya terlalu lama, mak
tingkat
kesigapannya akan semakin berkurrang. Oleh karena itu perlu
dilakukan tes untuk
menguji kesigapan dan kewaspadaan pekerja. Tes yang tepat untuk
menilai
kewaspadaan / vigilance adalah tes terhadap waktu reaksi, di
mana waktu sering
digunakan sebagai cara untuk menilai kemampuan dalam melakukan
tugas-tugas
yang berhubungan dengan beban kerja. Tes tersebut dilakukan
dengan
menggunakan suatu metode permainan (games) sebagai suatu metode
untuk
mengukur tingkat beban kerja terhadap waktu. Di beberapa negara
maju, games
dapat digunakan untuk menilai tingkat konsentrasi, kewaspadaan,
dan kerja sama
team dalam suatu kegiatan simulasi. Semakin lama waktu luang
yang digunakan
bagi si pemain untuk bekonsentrasi pada gamenya, maka akan
semakin berkurang
tingkat kesigapannya. (Lewis dan Maylor, 2007).
Dengan games yang memanfaatkan fungsi tingkatan waktu diharapkan
dapat
menjadi suatu alternatif metode untuk dapat mengukur dan
menunjukkan bahwa
terjadinya beban kerja dalam suatu pekerjaan bisa terjadi karena
adanya faktor
kelelahan yang terkait dengan hubungan faktor waktu yang
ditekankan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Tes toyota game merupakan tes
memasangkan
ring dan mur kedalam baut dengan jarak yang telah di tentukan
dan dengan waktu
yang telah ditetapkan. Di dalam tes ini, responden diminta untuk
memasangkan
ring dan baut kedalam sebuah baut yang telah disediakan agar
menjadi sebuah
produk. Jarak antar kepala baut dan mur, serta mur dan mur
lainnya telah
ditentukan. Responden diminta membuat produk tersebut sebanyak
yang mereka
bisa dalam batas waktu yang telah di tetapkan. Banyaknya jumlah
produk
menentukan tingkat ketelitian, kesigapan dan kewaspadaan
responden. Hal
tersebut dapat dilihat dari produk yang dihasilkan, jika jarak
antar mur maupun
antar kepala baut dan mur tidak sesuai, maka dapat dikatakan
bahwa produk yang
-
21
dihasilkan gagal dan responden kurang teliti dan kurang waspada
dalam
mengerjakannya. (Dwi Cahyadi, 2012)
Peranan games atau permainan dalam mengukur hubungan antara
beban kerja
terhadap waktu, yaitu sebagai alternatif metode untuk
menunjukkan bahwa beban
kerja bisa terjadi karena adanya faktor waktu penyelesaian dalam
suatu pekerjaan.
Dalam hal ini games adalah sebagai sarananya. (Dwi Cahyadi,
2012)
-
22
-
23
Mulai
Teori Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data 11. Data beban kerja operator pada test 12.
Data beban kerja operator pada test 2
1. Penghitungan beban kerja metode menggunakan metode NASA TLX2.
Pengajian paired sample T-Tesk secara manual dan menggunakan
software SPSS 15
Analisah Data
Selesai
Batasan Masalah
Melakukan Aktifitas Test 1
Pengisian Kuisioner Test 1
Melakukan Aktifitas Test 2
Pengisian Kuisioner Test 2
Pengolahan Data
Uji Knormalan Data
Data Berdistribusi
Normal
Simpulan dan Saran
Tidak
Ya
-
24
3.2 Deskripsi Flow Chart Penelitian
Berikut ini adalah deskripsi dari flow chart penelitian:
1. Mulai Memulai penelitian.
2. Studi Pendahuluan Mencari referensi dan materi-materi yang
berhubungan dalam pembahasan
kali ini.
Perumusan Masalah
Merumuskan masalah-masalah yang berkaitan dalam penelitian.
3. Tujuan Penelitian dan Batasan Masalah Tujuan penelitian
adalah jawaban dari perumusan masalah dan akan dibahas
dalam kesimpulan. Sedangkan batasan masalah adalah pembatasan
satu atau
lebih masalah yang telah dipaparkan di latar belakang masalah
yang akan
diselesaikan di penelitian ini.
4. Melakukan kegiatan task 1 dan task 2 Melakukan kegiatan task
1 dengan menghitung angka-angka yang telah
disiapkan yang dinamakan Newspaper Test. Sedangkan kegiatan task
2 membuat produk baut dan mur dengan cara dirangkai, tes ini
dinamakan
Toyota Game.
5. Mengisi kuisioner NASA TLX task 1 dan task 2 Mengisi
kuisioner tentang perhitungan beban kerja setelah melakukan
kegiatan task 1 dan task 2 dengan metode subjektif, yaitu NASA
TLX.
6. Pengumpulan Data Mengumpulkan data kuisioner yang telah
diisi.
7. Pengolahan Data Mengolah data yang telah dikumpulkan dengan
software SPSS 20.
8. Uji Kenormalan Data Setelah diolah data dapat dilihat normal
atau tidaknya. Jika tidak normal
maka pengumpulan data akan diulang dengan menggunakan bilangan
acak,
jika data normal maka dilanjutkan dengan didapatkan nilai skor
beban mental,
dan membandingkan kedua task tersebut. III-3
-
25
9. Nilai skor beban kerja masing-masing task Perbandingan beban
task 1 dan task 2 adalah hasil dari pengolahan data yang datanya
sudah teruji
kenormalannya. Sedangkan perbandingan beban task 1 dan task 2
adalah
membandingkan adanya kesamaan atau perbedaan antara beban kerja
task 1
dan task 2.
10. Analisa Hasil Pengolahan Data Menganalisis hasil pengolahan
data yang telah didapatkan.
11. Simpulan dan Saran Simpulan adalah jawaban dari tujuan, dan
saran agar penelitian selanjutnya
dapat lebih baik.
12. Selesai Selesai penelitian.
-
26
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2
yaitu
newspaper test dan toyota game. Untuk mendapatkan data beban
kerja digunakan
metode NASA TLX (National Aeronautics Space Administration -
Task Load
Index). Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah
sebagai berikut.
4.1.1 Data Beban Kerja Operator Pada Task 1
Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task
1 berupa
newspaper test adalah sebagai berikut:
-
27
4.1.2 Data Beban Kerja Operator Pada Task 2
Berdasarkan pengamatan hasil data beban kerja operator pada task
2 berupa
toyota game adalah sebagai berikut:
4.2 Pengolahan data
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada task 1 dan task 2,
untuk
mengetahui perhitungan beban kerja, kenormalan data, dan
perbandingan beban
kerja mental maka dilakukan pengolahan data beban kerja
berdasarkan kuisioner
NASA TLX. Hasil data yang diperoleh dari 13 operator adalah
sebagai berikut.
4.2.1 Contoh Perhitungan Beban Kerja Mental
-
28
Contoh perhitungan beban kerja mental dengan metode NASA TLX
dari
operator Alfian Kello .
Hari/Tanggal : Selasa/5 Maret 2013
Nama/Operator : Alfian Kello
Task : 1
Jenis Pekerjaan : Newspaper test
Shift : 1
1. Penjelasan indikator yang diukur
Berikut adalah penjelasan indikator beban mental yang
diukur.
2. Pembobotan
-
29
Pilihlah salah satu (beri tanda) dari pasangan kategori ini yang
menurut anda
lebih signifikan atau dominan menjadi sumber dari beban kerja
mental.
Contoh :
Jika anda merasa bahwa dalam melakukan pekerjaan, fisik anda
lebih
berperan daripada mental maka lingkari kolom PD pada pasangan
kategori
PD/MD. Lanjutkan untuk pasangan kategori lainnya.
3. Peratingan
Berilah point dan skor pada kolom skala untuk menunjukan berapa
skala dari
low hingga high (0-100) untuk menunjukan point yang anda pilih
berdasarkan
pertanyaan yang diberikan.
Contoh :
Jika anda merasa bahwa aktivitas mental dan perseptual anda
dituntut tinggi
untuk melakukan pekerjaan maka menyatakan secara subjektif dalam
skala 0-100.
Lanjutkan untuk kategori lainnya.
A. Newspaper Test
1. Pembobotan
-
30
Keterangan: Kategori yang di bold adalah kategori yang operator
pilih
2. Peratingan
Tabel pengamatan task 1 newspaper test sebagai berikut:
-
31
-
32
3. Perhitungan Beban Kerja
4.2.2 Uji Kenormalan Data
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mendeteksi apakah data
yang akan
digunakan sebagai pangkal tolak pengujian hipotesis merupakan
data empirik
yang memenuhi hakikat naturalistik. (Zulkifi Matondang,
1992)
a. Menentukan hipotesa awal
H0 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal.
b. Menentukan tingkat kepercayaan
= 100% - 95% = 5% = 0,05
95% confidence adalah tingkat keyakinan kita dalam melakukan
perhitungan.
-
33
c. Kesimpulan
H0 diterima karena Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti sampel
berasal dari populasi
berdistribusi normal.
4.2.3 Perbandingan Beban Kerja Mental Pada Masing-masing
Task
a. Perhitungan Manual
-
34
Contoh perhitungan:
a.
b.
c.
Berikut ini adalah pengolahan data untuk membandingkan beban
kerja mental
masing-masing task secara manual:
1. Menentukan hipotesa awal
-
35
H0 = beban kerja task 1 = beban kerja task 2
H1 = beban kerja task 1 beban kerja task 2
2. Menentukan
= 100% - 95%
= 5% = 0,05
95% confidence interval merupakan tingkat keyakinan dalam
melakukan
perhitungan karena terdapat 2 tail, maka nilai dibagi 2,
sehingga
sebesar
0,025.
3. Menentukan t hitung
= 2,53
4. Menentukan ttabel
ttabel = t/2 = t(0.025,12)
ttabel = 2,197
-
36
5. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh bahwa thitung =
2,53 dan ttabel =
2,197, sehingga thitung < ttabel yang berarti hipotesa H0
diterima yang berarti
beban kerja task 1 = beban kerja task 2.
b. Menggunakan Software SPSS
Hipotesa : H0 = Beban Kerja Task 1 = Beban Kerja Task 2
H1 = Beban Kerja Task 1 Beban Kerja Task 2
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS 15
didapatkan hasil
berupa mean yang menunjukan nilai rata-rata dari masing-masing
task yaitu
70,6369 untuk task 1 dan 64,0485 untuk task 2, N menunjukan
banyaknya data
yang diambil yaitu 6 data. Nilai Correlation 0,459 < 1 yang
menunjukan ada
hubungan korealasi yang rendah antara task 1 dan task 2.
-
37
Dari hasil perhitungan software SPSS 20, diperoleh nilai t
sebesar 2,528.
Nilai t tersebut lebih kecil dari t tabel (ttabel = 2,197)
sehingga menunjukkan bahwa
hipotesa H1 diterima yang berarti beban kerja task 1 = beban
kerja task 2. Pada uji
kenormalan data, didapatkan hasil H0 diterima karena Sig.
(2-tailed) > 0,05 berarti
sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
-
38
BAB V
ANALISA
5.1 Analisa Beban Kerja Mental Task 1
Berdasarkan pengamatan pada task 1 yaitu berupa Newspaper Test.
Dalam
newspaper test ini operator banyak mendapatkan beban mental.
Beban kerja
mental yang ada pada pekerjaan ini yang paling dominan yaitu
sesuai dengan 6
kategori ialah kebutuhan mental atau mental demand (MD) karena
operator
bekerja dengan memikir, menghitung, dan melihat secara sulit
dengan kompleks.
Selain itu juga kebutuhan waktu sangat berpengaruh terhadap
pekerjaannya dan
kondisi yang stres pada operator karena dipengaruhi oleh
kebisingan pada ketukan
palu saat bekerja sehingga konsentrasi operator menjadi
terganggu.
NASA-TLX adalah salah satu metode perhitungan yang digunakan
pada
beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 1
yang dilakukan
terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban
kerja sebesar 70,64.
Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa
NASA-TLX terdapat
pada tingkat tinggi untuk beban kerja. Itu artinya banyak
hal-hal yang
memengaruhi, berdasarkan analisa NASA-TLX ada 6 sub skala yaitu:
kebutuhan
mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi, usaha,
dan stres.
Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada kelompok 3
yang terdiri
dari operator Laura Natalia Sitorus 68; Diega Febriana 82; Gagah
Anugerah A.
76; Fajar Rido Butar. B 72; Ferdwin Auliakbar 60; Andi Rahayu
72,67; Ulfi Silvia
62,678; Faisal Umam 73,67; Sastrawan Wijaya 48; Gina Andini
82,3; Puput
Puspitasari 71,3; Rizki Akbar Rismawan 73,67; Alfian Kello
76
Hal demikian menggambarkan bahwa operator Gina Andini
mendapatkan
kebutuhan mental yang sangat tinggi untuk menghitung, memikir,
mengingat
-
39
dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator Sarmidi
cenderung lebih kecil
hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu mendapatkan
beban kerja
yang besar. Untuk operator lainnya itu relatif mendapatkan beban
kerja mental
pada sub kebutuhan waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya.
5.2 Analisa Beban Kerja Mental Task 2
Berdasarkan pengamatan pada task 2 yaitu berupa Toyota Game.
Dalam
toyota game ini operator banyak mendapatkan beban mental. Beban
kerja mental
yang ada pada pekerjaan ini yaitu sesuia dengan 6 kriteria pada
NASA-TLX ialah
paling dominan kebutuhan fisik atau Physical Demand (PD) karena
pada
pekerjaan ini diperlukan pekerjaan memutar. Selain itu juga
kebutuhan waktu
sangat diperlukan karena untuk menghasilkan produk yang banyak
dengan waktu
yang singkat.
NASA-TLX merupakan salah satu metode perhitungan yang digunakan
pada
beban kerja mental pekerjaan ini. Dari penelitian pada task 2
yang dilakukan
terhadap 6 operator, maka diperoleh nilai rata-rata hasil beban
kerja sebesar 64,5.
Nilai tersebut dalam klasifikasi beban kerja menurut analisa
NASA-TLX terdapat
pada tingkat sedang untuk beban kerja. Itu artinya tidak terlalu
banyak hal-hal
yang memengaruhi, berdasarkan pada analisa NASA-TLX ada 6 sub
skala yaitu:
kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, performansi,
usaha, dan
stres. Setelah melakukan penelitian beban kerja mental pada
kelompok 3 yang
terdiri dari operator Laura Natalia Sitorus 76,67; Diega
Febriana 70,67; Gagah
Anugerah A. 67,33; Fajar Rido Butar B. 72; Ferdwin Auliakbar 44;
Andi Rahayu
61,33; Ulfi Silvia 66,67; Faisal Umam 55,67; Sastrawan Wijaya
55,33; Gina
Andini 62,3; Puput Puspitasari 62; Rizki Akbar Rismawan 71,33;
Alfian Kello
67,33.
-
40
Hal demikian menggambarkan bahwa operator Laura Natalia
Sitorus
mendapatkan beban kerja mental yang sangat tinggi untuk
menghasilkan tingkat
kesuksesan dalam pekerjaan tersebut, sedangkan pada operator
Sarmidi cenderung
lebih kecil hal ini bisa disebabkan karena operator tidak begitu
mendapatkan
beban kerja yang besar atau lebih tenang. Untuk operator lainnya
itu relatif
mendapatkan beban kerja mental pada sub tingkat kesuksesan
dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
5.3 Analisa Perbandingan Beban Kerja Task 1 dan Task 2
Perbandingan beban kerja mental pada task 1 dan task 2 dilakukan
untuk
mengetahui apakah task 1 dan task 2 memiliki kesamaan atau
berbeda,
perbandingan tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu
perhitungan manual dan
perhitungan dengan menggunakan software SPSS. Berdasarkan
perhitungan
manual uji T diperoleh nilai thitung sebesar 2,53 dan ttabel
sebesar 2,19. Dikarenakan
thitung > ttabel, sehingga Hipotesa H1 diterima yang berarti
bahwa beban kerja task 1
beban kerja task 2. Dari hasil perhitungan software SPSS20
diperoleh nilai Sig.
(2-tailed) sebesar 0,027. Dikarenakan nilai Sig. (2-tailed) <
0,05 menunjukan
bahwa Hipotesa H1 diterima yang berarti bahwa beban kerja task 1
beban kerja
task 2. Dan nilai Lower-Upper tidak melalui nol yaitu 0,90932
dan 12,26760
menandakan bahwa task 1 dan task 2 memiliki perbedaan. Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa task 1 dan task 2 memiiki perbedaan. Hal
tersebut terjadi
karena perbedaan faktor eksternal dari kedua task tersebut.
-
41
5.4 Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psikologi Kerja
Berdasarkan pengamatan pada task 1 dan task 2 yaitu newspaper
test dan
toyota game didapatkan hasil bahwa untuk mengukur beban kerja
mental secara
subjektif pada praktikum kali ini dengan menggunakan metode
NASA-TLX.
NASA-TLX merupakan suatu prosedur penilaian multidimensional
yang
memberikan kuantifikasi beban kerja berdasarkan pada rata-rata
bobot rating yang
didasarkan pada 6 sub skala yaitu: kebutuhan mental, kebutuhan
fisik, kebutuhan
waktu, performansi, usaha, dan stres.
Dari pengamatan yang dilakukan bahwa kebanyakan operator
mengalami
beban kerja mental dengan kriteria tekanan waktu pada pekerjaan
newspaper test,
sedangkan pada pekerjaan toyota game kebanyakan operator
mengalami beban
kerja mental pada kebutuhan mental tingkat kesuksesan, dan usaha
dalam
melakukan pekerjaannya. Hal ini dapat memberikan dampak
psikologi bagi
operatornya maka perlu ada perbaikan seperti, diberikannya waktu
istirahat yang
cukup, kondisi lingkungan motivasi, dan lain-lain.
Kondisi tersebut merupakan faktor-faktor dari beban kerja
mental. Ada 2
faktor beban kerja mental yaitu internal dan eksternal. Pada
task 1 dan task 2
terdapat faktor-faktor yang memengaruhi beban kerja mental,
yaitu: Task 1,
Faktor internal berpengaruh terhadap kerja operator yaitu pada
faktor kebisingan,
psikis, motivasi, dan somatis seperti kondisi kesehatan.
Operator dituntut untuk
melakukan pekerjaannya dengan baik untuk melakukan suatu
perbaikan sistem
kerja pada PT. RSK&E. Sedangkan Eksternal yaitu: Lingkungan
kerja fisik yang
digunakan untuk melakukan pekerjaan tidak memberikan kenyamanan
bagi
operator dalam melaksanakan pekerjaannya akan menambah beban
kerja
mental, karena ketika operator sedang melakukan pekerjaan
terdapat suara
bising ketukan secara spontan yang menggangu maupun memecah
konsentrasi
operator. Hal tersebut membuat kinerja operator mengalami
penurunan. Tugas-
tugas yang bersifat mental yaitu tingkat kesulitan pekerjaan
yang dapat
-
42
dikatakan sulit, dikarenakan dibutuhkan kegiatan melihat,
memikir,
konsentrasi, konsistensi yang cukup baik dalam mengerjakan
pekerjaan
tersebut. Selain beberapa ketrampilan tersebut, operator
dituntut
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan waktu yang sangat
cepat.
Setelah itu pada Task 2 ada Internal dan Eksternal. Faktor
internal yang
terdapat pada pekerjaan task 2 merupakan faktor psikis yaitu
faktor motivasi.
Berbeda dengan task 1, pada task 2 pekerjaan yang dilakukan oleh
operator
ditentukan dengan cermat oleh PT. RSK&E. Setelah dilakukan
penilaian maka
untuk operator yang menghasilkan produktivitas tertinggi akan
diberikan
penghargaan. Dengan penghargaan tersebut operator termotivasi
untuk
melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin guna mencapai
produktivitas kerja
yang tinggi. Eksternal yaitu tugas-tugas yang sifatnya fisik
pada task 2 dapat
dikatakan tidak membutuhkan banyak energi untuk
menyelesaikannya, namun
dibutuhkan tingkat ketelitian yang cukup tinggi, konsistensi,
dan kecepatan.
Operator dituntut untuk melakukan pekerjaan tersebut dengan
cepat, namun tetap
dalam ukuran yang telah ditetapkan.
Sebagian besar operator mengalami kelelahan atau jenuh dengan
tugas yang
monoton, hal tersebut membuat kinerja operator menurun sebanding
dengan jumlah
waktu yang ditempuh dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Hal
ini dapat
diperbaiki dengan pemberian tugas-tugas yang baru atau ada waktu
istirahat yang
cukup. Lingkungan kerja fisik yang kurang baik, hal tersebut
dikarenakan
temperatur ruangan kurang sejuk untuk pekerjaan yang membutuhkan
kerja fisik.
-
43
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pengamatan mengenai beban kerja
mental
terhadap task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah sebagai
berikut :
1. Nilai rata-rata beban kerja mental dengan menggunakan metode
NASA TLX
pada Task 1 sebesar 70,64 dan task 2 sebesar 64,05, dalam
klasifikasi beban kerja,
pekerjaan task 1 dan task 2 termasuk beban kerja tinggi.
2. Berdasarkan perhitungan manual uji T diperoleh nilai thitung
sebesar 2,53 dan
ttabel sebesar 2,19. Dikarenakan thitung > ttabel, sehingga
Hipotesa H1 diterima
yang berarti bahwa beban kerja Task 1 beban kerja Task 2. Maka
terdapat
perbedaan beban kerja mntal antara task 1 dan task 2.
3. Pada task 1 dan task 2 terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja
mental, yaitu faktor internal antara lain motivasi, keinginan
dan juga
kepuasan, faktor eksternal pada task 1 meliputi lingkungan kerja
fisik yang kurang
baik dengan adanya gangguan spontan berupa suara bising, tingkat
kesulitan
pekerjaan yang cukup sulit karena dibutuhkan ketelitian,
pemikiran, dan
kecepatan sedangkan pada task 2, yaitu tugas fisik yang
diberikan yaitu memutar
benda secara terus menerus dengan ketelitian jarak serta
memindahkannya dan lingkungan kerja fisik dengan temperatur yang
kurang
sejuk.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan oleh PT. RSK&E untuk pengamatan
terhadap beban
kerja task 1 dan task 2 pada psikologi kerja adalah seagai
berikut :
1. Dalam melakukan pengukuran beban kerja mental sebaiknya
pengamat
memahami secara mendalam mengenai indikator beban kerja mental
dari metode
NASA TLX.
2. Melakukan pengamatan secara sistematis.