LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA KOMODITAS KACANG TANAH DI DESA CARANG PULANG Oleh; Rani Farida A24062237 Restiana A24070145 Aminudi A34070003 Ida Parida A34070038 Irma Utami Siagian A34070057 Dosen Dr. Ir. I Wayan Winasa, Msi Dr. Ir. Abdul Munif, Msi Dr. Ir. Yayi Munara, Msi Dr. Ir. Widodo, Msc Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 2010
21
Embed
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG PENGENDALIAN …irmau07.student.ipb.ac.id/files/2011/02/laporan1.pdf · Mikroskop stereo, buku penunjang ... dengan cara mengayunkan jaring sebanyak lima
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
PADA KOMODITAS KACANG TANAH
DI DESA CARANG PULANG
Oleh;
Rani Farida A24062237
Restiana A24070145
Aminudi A34070003
Ida Parida A34070038
Irma Utami Siagian A34070057
Dosen
Dr. Ir. I Wayan Winasa, Msi
Dr. Ir. Abdul Munif, Msi
Dr. Ir. Yayi Munara, Msi
Dr. Ir. Widodo, Msc
Departemen Proteksi Tanaman
Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
2010
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman pangan yang
mendapatkan prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya
setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan,
bahan baku industri dan pakan ternak. Produktivitas kacang tanah di Indonesia baru
mencapai 1.20 ton/ha, jauh lebih rendah dibandingkan potensi hasilnya yang dapat
mencapai 2,5 ton/ha. Kacang tanah bagi masyarakat indonesia merupakan sumber
protein nabati kedua terbesar setelah kedelai. Namun, produksi kacang tanah di
indonesia belum optimal karena teknik produksi yang belum memadai dan minimnya
penggunaan benih unggul. Dampaknya kebutuhan dalam negeri yang meningkat tidak
bisa dipenuhi sehingga volume impor kacang tanah menjadi tinggi.
Faktor biotis merupakan salah satu penyebab penurunan produksi kacang
tanah. Faktor biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada
tanaman, seperti manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro
dan lain sebagainya. Hama penting kacang tanah adalah pengisap daun (Empoasca),
pengorok daun (Stomopteryx subsecivella), ulat jengkal (Plusia chalcites), ulat
grayak (Spodoptera litura), kumbang daun (Phaedonia inclusa). Sedangkan Penyakit
utama pada kacang tanah antara lain layu bakteri (Ralstonia solanacearum), bercak
daun, karat (Puccinia arachidis), dan busuk daun.
Konsep Pengendalian hama terpadu (PHT) dengan pemanfaatan musuh alami
sebagai agens hayati dalam mengendalikan hama dan penyakit perlu dikedepankan
dalam menekan penggunaan pestisida kimia yang berlebihan. Agens hayati
merupakan bagian dari suatu ekosistem yang sangat penting peranannya dalam
mengatur keseimbangan ekosistem tersebut. Secara alamiah, agens hayati merupakan
komponen utama dalam pengendalian alami yang dapat mempertahankan semua
organisme pada ekosistem tersebut berada dalam keadaan seimbang.
Tujuan
Praktikun ini bertujuan mengetahui jenis hama dan penyakit di ekosistem
pertanaman, mengetahui kelimpahan antropoda yang menghuni pertanaman dan
mengelompokannya berdasarkan perannya, menerapkan teknik sampeling dan teknik
pengamatan pada beberapa ekosistem pertanaman, menganalisis kelimpahan
antropoda yang menghuni ekosistem pertanaman dan kaitannya dengan intensitas
kerusakan dan praktek budidaya, dan untuk mengetahui tingkat kejadian dan
keparahan penyakit dan kaitannya dengan praktek budidaya.
BAB II BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Petakan lahan kacang tanah dengan unit contoh tanaman sebanyak 50
tanaman. Formalin untuk membantu membunuh dan mengawetkan artropoda yang
terperangkap dalam trap yang diletakan sejajar permuakaan tanah. Jaring untuk
menangkap dan mengamati serangga yang berada dipertanaman. Sekop, seng, gelas
bekas air mineral untuk membuat lubang perangkap (pitfall traps). Mikroskop stereo,
buku penunjang, cawan petri dan keperluannya lainnya utuk identifikasi artropoda
yang tertangkap.
Metode
Menemukan petak pertanaman kacang tanah yang diakan diamati. petak
tanaman yang representative untuk dilakukan pengamatan selama 5 minggu. Selanjut
dari petakan tersebut dipilih secara acak 50 tanaman sebagai unit tanaman contoh
dan cukup mewakili dari tanaman yang ada. Tanaman contoh diberi tanda berupa ajir
yang diberi nomor dan ditancapkan disebelah tanaman tersebut dilakukan saat
tanaman berumur 6 MST. Pengamatan unit tanaman meliputi tajuk tanaman berupa
gejala serangan hama dan penyakit, intensitas kerusakan hama, kejadian dan
keparahan penyakit. Pengamatan dilakukan sebanyak 5 kali dan dilakukan setiap
minggu sekali yaitu saat berumur 7 MST, 8 MST, 9 MST, 10 MST dan 11 MST.
Pengamatan dengan menggunakan lubang perangkap (pitfall traps) dilakukan
dengan membuat lubang perangkap sebanyak 5 lubang dengan menggunakan skop
tanah. Lubang yang telah dibuat kemudian diletakkan gelas bekas air mineral 240ml.
Gelas tersebut diisi dengan formalin 2% sekitar 60ml. Selanjutnya gelas dimasukkan
dan permukaan atas gelas diratakan dengan permukaan tanah. Gelas diberi atap agar
terhindar dari hujan. Perangkap dipasang selama 24 jam kemudian diangkat dan
dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi label. Pemasangan perangkap pada
kacang tanah diletakkan diareal pertanaman dengan jarak antar satu perangkap
dengan yang lain tidak ditentukan. lubang diharapkan merata pada areal pertanaman
kacang tanah. Pengamatan dengan menggunakan pitfall traps sebanyak 5 kali dalam
5 minggu dan setiap 1 kali pengamatan terdapat 5 kai ulangan. Pengamatan dimulai
dari tanaman berumur 6 MST sampai 10 MST.
Pengamatan menggunakan jaring serangga. Metode yang digunakan yaitu
dengan cara mengayunkan jaring sebanyak lima ayunan di bagian atas tajuk tanaman.
Waktu pengmatan dilaksanakan setiap seminggu sekali di pagi hari. Pengamatan
dilakukan sebanyak lima kali, dan setiap pengamatan dilakukan sebanyak lima
ulangan, dengan pola huruf “x” di dalam petak lahan. Hasil tangkapan dimasukkan
kedalam plastik untuk diidentifikasi dan dihitung jumlahnya. Pengamatan dimulai
dari tanaman berumur 6 MST sampai 10 MST.
Data hasil pengamatan 50 unti tanaman diolah dengan menggunakan rumus:
KP = (n/N )x 100%
Keterangan
KP = Kejadian Penyakit
N = Jumlah tanaman yang diamati
n = Jumlah tanaman yang terserang
Keparahan penyakit atau Intensitas kerusakan hama=((εnxv):(NxV))x100%
Keterangan
n = jumlah tanaman yang tergolong kedalam suatu kategori serangan
v = skor pada setiap kategori serangan
N = jumlah tanaman yang diamati
V = skor untuk kategori serangan terberat
Skor skala kerusakan
0 = Luas gejala 0 % (tidak ada gejala)
1 = Luas gejala 1-5%
2 = Luas gejala 6-10%
3 = Luas gejala 11-25%
4 = Luas gejala 26-40%
5 = Luas gejala 41-65%
6 = Luas gejala 66-100%
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah (Arachis hypogea) merupakan tanaman pangan berupa semak
dan termasuk kedalam ordo Leguminase, Famili Papilionaceae, Genus Arachis. Jenis
tanaman yang ada di Indonesia ada 2 ( dua ) tipe yaitu : Tipe tegak, jenis kacang ini
tumbuh lurus atau sedikit miring keatas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat
rumpun, umumnya pendek ( genjah ) dan kemasakan buahnya serempak. Tipe
menjalar, jenis ini tumbuh kearah samping, batang utama berukuran panjang, buah
terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah dan umumnya berumur
panjang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2000).
Tanaman kacang tanah bisa dipanen antara umur 100 - 110 hari, dengan tanda
tanda : kulit polong mengeras dan berwarna kehitaman, polong berisi penuh, kulit biji
tipis mengkilat dan tidak berair serta sebagian besar daun telah rontok (Liptan, 2000).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp menyatakan bahwa Curah hujan yang sesuai
untuk tanaman kacang tanah antara 800-1.300 mm/tahun. Suhu udara minimal untuk
tumbuhnya kacang tanah sekitar 28–32 oC. Kelembaban udara untuk tanaman kacang
tanah berkisar antara 65-75 %. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat
dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan
besarnya kacang. Jenis tanah yang sesuai yaitu gembur/bertekstur ringan dan subur
dan pH antara 6,0–6,5. Tanah berdrainase dan berserasi baik atau lahan yang tidak
terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah.
Ketinggian tempat yang ideal antara 500 m dpl. Beberapa jenis penyakit yang dapat
ditemui pada pertanaman kacang tanah menurut Infotech25 (2005) yaitu:
1. Penyakit Bercak Daun
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Cercospora arachidicola, mulai
menyerang tanaman pada saat berumur 3 minggu. Gejala serangan timbul bercak-
bercak bulat tidak teratur berwarna coklat dikelilingi lingkaran berwarna kuning.
Pengendaliannya dengan cara: (a) rotasi tanaman lain yang bukan merupakan
inang jamur bercak daun, (b) membakar sisa-sisa tanaman sakit dan membajak
lebih dalam, (d) menanam kacang tanah yang tahan penyakit tersebut, dan (e)
menyemprot dengan fungisida kloro takonil, metil tifronat pada umur 7 dan 9
minggu setelah tanam.
2. Penyakit Karat
Penyakit ini sering menyerang bersama-sama bercak daun. Gejala serangan,
timbul bercak kecil berwarna orange seperti karat berukuran 0,5-1 mm, serangan
berat daun menjadi kuning, tetapi tidak rontok. Pengendaliannya dengan cara: (a)
melakukan rotasi dengan tanaman lain, (b) mencabut, membakar atau
membenamkan tanaman sakit, (c) menanam varietas tahan atau toleran, dan (d)
menyemprot dengan fungisida markozeb, kloro takonil.
3. Penyakit Busuk Daun
Penyebab penyakit ini adalah cendawan Rhizoctonia solani atau Sclerotium
rolfsii, gejala serangannya kecambah roboh, busuk akar pada tanaman muda dan
busuk batang serta hawar daun pada tanaman dewasa. Pengendaliannya dengan
cara : (a) mencabut dan membakar tanaman sakit, (b) memperlancar drainase, (c)
menanam benih tidak terlalu dalam, dan (d) memberikan perlakuan pada benih
dengan fungisida thiram (tetra methyl thiuroma disulfide).
4. Penyakit Bakteri
Penyebab penyakit ini adalah Pseudomonas solanaccearum, gelala serangan pada
tanaman muda menjadi layu secara mendadak dengan daun tetap hijau dan diikuti
tanaman mati. Serangan pada tanaman lebih tua, proses kelayuan secara bertahap
dan kadang-kadang hanya sebagaian yang layu, kemudian perakaran dan polong
menjadi busuk berwarna coklat. Pengendaliannya dengan cara : (a) menanam
varietas tahan, (b) melakukan rotasi dengan tanaman bukan inang bakteri layu, (c)
mencabut tanaman sakit dan membakar, dan (d) menggunakan benih sehat.
5. Penyakit Virus
Penyakit virus yang umum menyerang dan merugikan adalah virus belang yang
disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV) dan Peanut Stripe Virus (PStV).
Gejala serangan pada tanaman muda adalah timbulnya bercak-bercak klorotik
melingkar yang selanjutnya berkembang menjadi belang-belang berwama hijau
dan daun yang sakit berwarna lebih pucat. Pengendaliannya dengan cara: (a)
mencabut dan membakar tanaman sakit, dan (b) mengendalikan vektor dengan
insektisida.
Menurut Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp beberapa teknik
pengendalian pada penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah antara lain:
Penyakit layu dengan cara pengendalian: penyemprotan Streptonycin atau
Agrimycin, 1 ha membutuhkan 0,5-1 liter. Agrimycin dalam kelarutan 200-400
liter/ha. Penyakit sapu setan dengan cara pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan
dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan). Penyakit
bercak daun dengan cara engendalian: penyemprotan dengan bubur Bardeaux 1 %
atau Dithane M 45, atau Deconil pada tanaman selesai berbunga, dengan interval
penyemprotan 1 minggu atau 10 hari sekali. Penyakit mozaik dengan cara
engendalian: penyemprotan dengan fungisida secara rutin 5-10 hari sekali sejak
tanaman itu baru tumbuh. Penyakit karat dengan cara engendalian: tanaman yang
terserang dicabut dan dibakar serta semua vektor penularan harus dibasmi.
Hama yang biasa menyerang tanaman kacang tanah menurut Kantor Deputi
Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi MIG Corp diantaranya:
1. Uret
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong akhirnya tanaman layu
dan mati. Pengendalian: menanam serempak, penyiangan intensif, tanaman
terserang dicabut dan uret dimusnahkan.
2. Ulat berwarna
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian:
penyemprotan insektisida Azodrin 15 W5C, Sevin 85 S atau Sevin 5 D. c) Ulat
grayak Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok.