laporan praktikum kromatografi 2- arnis farida
2010PendahuluanEtanol yang nama lainnya alkohol, aethanolum, etil
alcohol, adalah cairan yang bening, tidak berwarna, mudah mengalir,
mudah menguap, mudah terbakar, higroskopik dengan karakteristik bau
spiritus dan rasa membakar, mudah terbakar dengan api biru tanpa
asap. Campur dengan air, kloroform, eter, gliserol, dan hampir
semua pelarut organic lainnya. Penyimpanan pada suhu 8-15C, jauh
dari api dalam wadah kedap udara dan dilindungi dari cahaya, serta
mempunyai rumus struktur sebagai berikut :CH3-CH2-OHKromatografi
gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk memisahkan
senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa tersebut harus
mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, utamanya dari
50 300C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau tidak stabil pada
temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi
agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas (Mardoni 2005). Dalam
kromatografi gas atau KG, fase gerak berupa gas lembam seperti
helium, nitrogen, argon bahkan hidrogen digerakkan dengan tekanan
melalui pipa yang berisi fase diam. Tekanan uap atau keatsirian
memungkinkan komponen menguap dan bergerak bersama-sama dengan fase
gerak yang berupa gas. Kromatografi gas merupakan metode yang
sangat tepat dan cepat untuk memisahkan campuran yang sangat
rumit.. Komponen campuran dapat diidentifikasi dengan menggunakan
waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat.
Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa
tertahan dalam kolom (Gritter 1991).Metode standar internal
dilakukan dengan menggunakan zat standar lain ( S) yang ditambahkan
ke dalam larutan standar X dan dalam larutan sampel yang mengandung
unsur X yang akan dianalisis dengan konsetrasi yang sama kemudian
larutan diukur pada panjang gelombang X dan panjang gelombang S
(untuk detektor UV). Kurva kalibrasi dibuat dengan mengalurkan
grafik hubungan (Ix/Is) terhadap konsentrasi (Cx) dari kurva
tersebut dapat diperoleh harga konsetrasi zat sample yang
dianalisis.Keterangan : Ix = intensitas sample pada panjang
gelombang maks cuplikanIs = intensitas sample pada panjang
gelombang mak zat standar lainCx = konsentrasi
cuplikanTujuanPercobaan bertujuan memisahkan dan menentukan kadar
etanol dengan metode standar internal menggunakan kromatografi
gas.ProsedurPemisahan etanol, larutan standar disiapkan dengan
berbagai konsentrasi standar yaitu 1%, 2%, 3% dan 4%. Untuk larutan
standar 1% yaitu dipipet 1.25 ml etanol dalam labu takar 25 ml,
untuk standar 2% dipipet 2.5 ml etanol, untuk standar 3% dipipet
3.75 ml etanol dan untuk standar dengan konsentrasi 4% dipipet 5 ml
etanol. Kemudian pada masing-masing labu takar ditambahkan 5 ml
standar internal n-propanol dan ditera dengan akuabides. Untuk
sampel dibuat dari 5 ml sampel alkohol dan 5 ml n-propanol lalu
ditera dengan akuabides dalam labu takar 25 ml. Selanjutnya
sebanyak 2 l larutan standar dan sampel diinjeksikan kedalam alat
kromatografi gas. Ditunggu dan dicatat waktu retensi dan luas
puncak dari komponen alkohol yang dianalisis.HasilTabel 1
Perbandingan luas area etanol dan n-propanolKonsentrasi standar (%)
Luas area Et-OH Luas area Pr-OH Et-OH/Pr-OH1 1696 5801 0.292 26168
71420 0.373 111921 152526 0.734 66884 62463 1.07Sampel 1 71984
671357 0.11Sampel 2 3756 45354 0.08Sampel 1 :y = a + bx0.11 = -0.06
+ 0.27xx = 0.6296 %x . FP = 0.6296 . 5 = 3.1481%Sampel 2 :y = a +
bx0.08 = -0.06 + 0.27xx = 0.5185 %x . FP = 0.5185 . 5 = 2.5925%x
rata-rata = (3.1481% + 2.5925%) /2 = 2.8703%PembahasanTerdapat tiga
metode analisis kuantitatif dengan menggunakan kromatografi gas,
yaitu metode standar kalibrasi, metode standar internal, dan metode
normalisasi area. Pada percobaan digunakan metode standar internal
dengan menambahkan standar internal yaitu n-propanol kedalam
standar etanol. Metode standar internal atau standar dalam, yaitu
metode yang digunakan apabila tinggi dan luas peak kromatografi
tidak hanya dipengaruhi oleh banyaknya contoh, tetapi juga oleh
fluktuasi laju aliran gas pengemban, temperatur kolom dan detektor,
dan sebagainya, yaitu oleh variasi faktor-faktor yang mempengaruhi
kepekaan dan respon detektor. Efek tersebut dapat dihilangkan
dengan metode standar internal yang diketahui dari zat pembanding
ditambah sampel yang akan dianalisis.Syarat untuk standar internal
yang efektif, yaitu pertama harus menimbulkan peak yang terpisah
sepenuhnya, tapi harus terelusi dengan komponen-komponen yang akan
diukur. Kedua, tinggi atau luas peak harus sama dengan tinggi atau
luas peak dari komponen-komponen yang akan diukur. Ketiga, secara
kimiawi harus serupa dengan sampel, tapi tidak diperoleh dalam
sample aslinya. Untuk menganalisis sampel, pada campuran/cuplikan
sampel ditambahkan standar internal n-propanol dengan kuantitas dan
volume yang sama yaitu 5 ml, maka dari angka banding akan teramati
luas-luas peak dan konsentrasi zat terlarut yang dapat dibaca pada
kurva. Angka banding untuk standar 1%, 2%, 3%, dan 4% masing-masing
sebesar 0.29, 0.37, 0.73, dan 1.07. Angka banding untuk sampel
pertama sebesar 0.11 dan untuk sampel kedua sebesar 0.08. Dari
angka banding tersebut dibuatlah kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi standar dalam persen dan rasio (angka banding). Kurva
kalibrasi yang dihasilkan dari injeksi sejumlah standar etanol
menghasilkan suatu garis lurus dengan nilai r (kelinieran) yaitu
0.9445. Kurva yang diperoleh tidak terlalu baik. Kurva yang baik
memiliki nilai r antara 0.99-1.00.Metode standar internal berfungsi
mengeliminasi kesalahan dalam proses injeksi dalam kromatografi
gas. Injeksi memiliki kemungkinan kesalahan yang besar. Saat
sebelum cuplikan mencapai detektor, cuplikan sudah menguap terlebih
dahulu sehingga yang masuk kedalam kolom sudah berkurang. Seperti
dalam percobaan, luas area standar 2% jauh lebih besar dibandingkan
luas area standar 1%, hal ini dapat dikarenakan kesalahan saat
injeksi (valve dan saat penginjeksian cuplikan sudah menguap).
Detektor yang lebih sering digunakan adalah FID (Flame Ionization
Detector). FID juga memiliki kekurangan, yaitu pengrusakan setiap
hasil yang keluar dari kolom sebagaimana yang terdeteksi. Jika akan
mengrimkan hasil ke spektrometer massa, misalnya untuk analisa
lanjut, detektor ini tidak dapat digunakan.SimpulanDari hasil
percobaan diperoleh kesimpulan bahwa kadar etanol dalam sampel
sebesar 2.8703%.Daftar PustakaGritter. 1991. Kromatografi. Bandung
: Penerbit ITB.Khopkar S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: Universitas IndonesiaPress.Mardoni, M.M.Yetty Tjandrawati
. 2005. Jurnal Perbandingan Metode Kromatografi Gas Dan Berat Jenis
Pada Penetapan Kadar Etanol Dalam Minuman Anggur.Underwood AL dan
Day RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Sopyan lis,penerjemah.
Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Quantitative Analysis.
Laporan Praktikum Pemisahan KimiaSenin, 23 Desember
2013Pemisahan Pigmen dalam TintaPERCOBAAN IIIPEMISAHAN PIGMEN DALAM
TINTAI.Tujuan PercobaanUntuk memisahkan dan mengidentifikasi zat
warna dalam tinta secara kromatografi dengan kapur tulis.
II.Tinjauan PustakaIstilah kromatografi berasal dari kata
latinchromaberarti warna dangraphienberarti menulis. Kromatografi
pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswestt (1903) seorang ahli
botani Rusia. Michael Tswestt dalam percobaannya berhasil
memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak
tumbuhan dengan menggunakan serbuk kalsium karbonat (CaCO3).
Hasilnya berupa pita-pita berwarna yang terlihat sepanjang kolom
sebagai hasil pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak tumbuhan.
Dari pita-pita berwarna tersebut muncul istilah kromatografi yang
berasal dari katachromadangraphein(Alimin, 2009).Kromatografi
adalah suatu metode pemisahan fisik, di mana komponen-komponen yang
dipisahkan didistribusikan di antara dua fasa, salah satu fasa
tersebut adalah suatu lapisan stasioner dengan permukaan yang luas,
yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang
landasan stasioner. Fasa stasioner bisa berupa padatan maupun
cairan, sedangkan fasa bergerak bisa berupa cairan maupun gas (Day,
R.A., 1999).Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan
distribusi molekul-molekul komponen di antara dua fase (fase gerak
dan fase diam) yang kepolarannya berbeda. Apabila molekul-molekul
komponen berinteraksi secara lemah dengan fase diam maka komponen
tersebut akan bergerak lebih cepat meninggalkan fase diam.
Keberhasilan pemisahan kromatografi bergantung pada daya interaksi
komponen-komponen campuran dengan fase diam dan fase gerak. Apabila
dua atau lebih komponen memiliki daya interaksi dengan fase diam
atau fase gerak yang hampir sama maka komponen-komponen tersebut
sulit dipisahkan (Hendayana, 1994).Menurut Mulja (1995),
berdasarkan asas terjadinya proses pemisahan maka kromatografi
dibedakan menjadi 4, yaitu:1.Kromatografi dengan asas
adsorpsiKromatografi jenis ini menggunakan fasa diam padat dan fasa
gerak cair atau gas. Pemisahan komponen-komponennya akan sangat
bergantung pada perbedaan polaritas molekul-molekul yang akan
dipisahkan.2.Kromatografi dengan asas partisiKromatografi jenis ini
memakai fasa diam cair dan fasa gerak cair. Pemisahan
komponen-komponen akan sangat tergantung pada perbedaan Kd
(Koefisien distribusi) molekul-molekul yang
dipisahkan.3.Kromatografi dengan asas filtrasiKromatografi jenis
ini memakai fasa padat yang mempunyai sifat filtrasi terhadap
komponen yang mempunyai massa molekul relatif (Mr) yang tinggi dan
fasa padat tersebut dimiliki oleh gel atau sejenisnya sedangkan
fasa geraknya adalah cairan. Kromatografi dengan dasar filtrasi ini
sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk (struktur dan ukuran
molekul).4.Kromatografi dengan asas suhu kritikPada dasarnya
merupakan pengembangan dari kromatografi gas, sebagai fasa mobil
dipakai CO2dalam keadaan superkritik. Secara teori, pemisahan
kromatografi yang paling baik akan diperoleh jika fase diam
mempunyai luas permukaan sebesar-besarnya sehingga terjadi
keseimbangan yang baik antara fase gerak dan fase diam. Persyaratan
kedua agar pemisahan baik adalah fase gerak bergerak dengan cepat
sehingga difusi yang terjadi sekecil-kecilnya. Untuk memperoleh
permukaan fase diam yang luas, maka penyerap atau fase diam harus
berupa serbuk halus. Sedangkan untuk memaksa fase gerak bergerak
cepat melalui fase diam yang berupa serbuk halus, harus digunakan
tekanan tinggi. Persyaratan tersebut menghasilkan teknikhigh
pressure liquid chromatography, yang selanjutnya lebih dikenal
sebagaihigh performance liquid chromatography(HPLC) atau
kromatografi cair kinerja tinggi.Menurut Sulistiani (2013),
berdasarkan teknik kerja yang digunakan, kromatografi terbagi
atas:1.Kromatografi kertasKromatografi kertas adalahkromatografi
yang menggunakan kertas selulosa murni yang mempunyai afinitas
besar terhadap air atau pelarut polar lainnya.Kromatografi
kertasdigunakan untukmemisahkan campuran dari substansinya menjadi
komponen-komponennya.Prinsip kerja kromatografi kertasPelarut
bergerak lambat pada kertas, komponen-komponen bergerak pada laju
yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada perbedaan
bercak warna.Cara penggunaan kromatografi kertasKertas yang
digunakan adalah Kertas Whatman No.1.Sampel diteteskan pada garis
dasar kromatografi kertas.Kertas digantungkan pada wadah yang
berisi pelarut dan terjenuhkan oleh uap pelarut.Penjenuhan udara
dengan uap, menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan
pergerakan pelarut pada kertas.2.Kromatografi kolomKromatografi
kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk
memisahkankomponen-komponen dalam
campuran.PrinsipkerjakromatografikolomDidasarkan padaabsorbsi
komponen2 campuran dengan afinitas berbeda terhadap permukaan fase
diam.Absorben bertindak sebagaifase diam dan fase geraknya adalah
cairan yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang
kolom.Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap absorben akan
secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil akan
mengikuti aliran pelarut.CarapenggunaankromatografikolomSampel yang
dilarutkan dalam sedikit pelarut, dituangkan melalui atas kolom dan
dibiarkan mengalir ke dalam adsorben (bahan penyerap).Komponen
dalam sampel diadsorbsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan
penyerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom.Dengan
penambahan pelarut secara terus menerus, masing-masing komponen
akan bergerak turun melalui kolom dan akan terbentuk pita yang
setiap zona berisi satu macam komponen.Setiap zona yang keluar
kolom dapat ditampung dengan sempurna sebelum zona yang lain keluar
kolom.3.Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis (KLT)
adalahcara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang digunakan.Kromatografi lapis
tipisdapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar
dikerjakan dengan kromatografi kertas.Prinsip
kerjakromatografilapistipisKLT menggunakan sebuah lapis tipis
silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau
logam atau plastik yang keras.Jel silika (atau alumina) merupakan
fase diam.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang
sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang
merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna.Cara
PenggunaankromatografilapistipisPada cara penggunaan KLT hampir
sama dengan penggunaan Kromatografi kertas, hanya saja pada KLT
fase diamnya menggunakan plat gelas/ logam/ Aluminium foil
sedangkan pada kromatografi kertas menggunakan kertas saring.
4.Kromatografi gasKromatografi gas adalahproses pemisahan
campuran menjadi komponen- komponennya dengan menggunakan gas
sebagai fase bergerak yang melewati suatu lapisan serapan (sorben)
yang diam.Prinsip kerja kromatografi gasGas pembawa (biasanya
menggunakan helium, argon / nitrogen) dengan tekanan tertentun
dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase
diam.Komponen sampel akan terabsorbsi oleh fase diam dengan
kecepatan berbeda.CarapenggunaankromatografigasSampel diinjeksikan
ke injektor yang suhunya telah diatur.Setelah sampel menjadi uap,
akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.Sehingga komponen
akan terabsorbsi oleh fase diam sampai terjadi pemisahan.Komponen
yang terpisah menuju detektor akan menghasilkan sinyal listrik yang
besarnya proporsional.Sinyal listrik tersebut akan diperkuat oleh
amplifier. Kromatogram akan dicatat oleh rekorder berupa
puncak.Faktor retardasi (Rf) merupakan parameter karakteristik
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga Rf
merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu komponen pada kromatogram
dan pada kondisi tetap merupakan besaran karakteristik dan
reproduksibel. Rf didefinisikan sebagai perbandingan jarak yang
ditempuh komponen terhadap jarak yang ditempuh pelarut (fase
bergerak) (Yasid, 2005).
III.Alat dan Bahan3.1AlatAlat yang digunakan dalam percobaan ini
antara lain gelas kimia, kaca arloji, pensil dan
penggaris.3.2BahanBahan yang digunakan dalam percobaan ini antara
lain tinta hitam, tinta merah, tinta biru, eluen (etanol 95%-air =
1:1) dan kapur tulis.
IV.Prosedur KerjaMeneteskan satu tetes tinta hitam dengan jarak
1 cm dari ujung bawah pada kapur tulis, mengusahakan bintik
tersebut sekecil mungkin ( 2mm). Mengulangi perlakuan tersebut
dengan menggunakan tinta merah dan tinta biru pada kapur tulis
lainnya. Kemudian meletakkan ketiga kapur tulis tersebut di atas
larutan dalam gelas kimia yang berisi campuran eluen. Bagian kapur
yang ada bintiknya harus ada di bawah, namun tidak sampi tercelup
eluen. Setelah itu menutup gelas kimia dengan kaca arloji.
Selanjutnya mengeluarkan kapur tersebut setelah eluen merambat naik
sampai hampir di ujung kapur tulis, dan memberi batas eluen lalu
mengeringkannya di udara. Mengamati hasilnya dan menghitung
Rf-nya.
V.Hasil dan Pembahasan5.1Hasil PengamatanNo.Kromatografi Kapur
Tulis
Jenis TintaEluenAnalitRf
1Tinta hitam6,1 cm6 cm0,98
2Tinta merah6,0 cm3,6 cm0,52
3Tinta biru6,3 cm3,3 cm0,52
5.2Analisis DataDiketahui:Jarak analit:Tinta hitam = 6 cmTinta
merah = 3,1 cmTinta biru = 3,3 cmJarak eluen:Tinta hitam = 6,1
cmTinta merah = 6,0 cmTinta biru = 6,3 cmDitanya: Rf tinta hitam,
tinta merah dan tinta biru = ....?Penyelesaian:Rf (Retordation
Factor/Rate of Flow)
= 0,98
= 0, 52
= 0,52
5.3PembahasanKromatografi merupakan pemisahan berdasarkan
kecepatan migrasi melalui fase diam (stationer phase) yang dibawa
oleh fase gerak (mobile phase). Kromatografi digunakan untuk
memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya.
Kromatografi mempunyai dua fase yaitu fase diam dan fase gerak.
Apabila fase diamnya zat padat disebut kromatografi serapan, dan
jika fase diamnya zat cair disebut kromatografi partisi.Percobaan
ini bertujuan untuk memisahkan dan mengidentifikasi pigmen dalam
tinta dengan menggunakan metode kromatografi kapur tulis. Ada 3
macam tinta yang digunkan, yaitu tinta hitam, tinta merah dan tinta
biru.Percobaan ini menggunakan metode kromatografi serapan
(absorbsi), di mana kapur tulis bertindak sebagai fase diam dan
eluen (etanol 95%-air = 1:1). Sebagai fae geraknya, dengantinta
ebagai analit. Prinsip kerjanya didasarkan pada absorbsi
komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda terhadap
permukaan fase diam. Absorben bertindak sebagai fase diam dan fase
geraknya adalah cairan yang mengalir membawa komponen campuran
sepanjang absorben. Sampel yang mempunyai afinitas besar terhadap
absorben akan secara selektif tertahan dan afinitasnya paling kecil
akan mengikuti aliran pelarut (Sulistiani, 2013). Afinitas
merupakan kecenderungan suatu unsur atau senyawa untuk membentuk
ikatan kimia dengan unsur atau senyawa lain.Langkah awal yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu mengukur jarak 1 cm pada tiap
ujung kapur. Digunakan 3 buah kapur pada percobaan ini, sesuai
banyaknya jenis tinta yang akan digunakan. Pengukuran ini bertujuan
untuk mengetahui jarak eluen pada masing-masing kapur, yaitu jarak
antara kedua garis pada ujung kapur yang telah diukur tadi. Setelah
itu meneteskan masing-masing tinta pada kapur tulis, yaitu pada
bagian garis yang telah dibuat tadi. Titik yang dibuat harus
sekecil mungkin ( 2 mm), agar pada saat perambatan, analit yang
terbawa oleh eluen tidak berhamburan sehingga pengukuran jarak
analit lebih mudah dilakukan (Kasman, 2010). Kemudian ketiga kapur
yang telah ditetesi tinta yang berbeda tersebut dimasukkan dalam
ebuah gelas kimia berisi eluen. Kapur dimasukkan dari bagian ujung
bawahnya, namun tinta tidak boleh tercelup ke dalam eluen karena
jika tercelup tinta akan langsung larut. Setelah itu didiamkan
hingga eluen merambat sampai hampir di ujung kapur. Pada saat
melakukan pendiaman, gelas kimia ditutup, dengan tujuan untuk
menjenuhkan atmosfer dalam gelas kimia oleh uap pelarut/eluen.
Penjenuhan udara dalam gelas kimia menghentikan penguapan pelarut,
dikarenakan eluen yang digunakan merupakan campuran senyawa organik
yang mudah menguap (Kasman, 2010). Pada metode kromatografi,
terdapat 2 buah gaya merambat, yaiut gaya gravitasi dan gaya
kapiler. Perlakuan ini melibatkan gaya merambat kapiler, yaitu gaya
merambat ke atas yang terjadi pada eluen dengan membawa molekul
analit. Kemudian kapur dikeluarkan dari gelas kimia dan
dikeringkan, agar batas perambatan tinta lebih mudah diamati.
Sealanjutnya jarak analit (jarak perambatan tinta) diukur lalu
dihitung Rf-nya dengan rumus:
Nilai Rf digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar
sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen
dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor
retensi.Dari hasil perhitungan maka diperoleh nilai Rf untuk tinta
hitam dengan jarak analit 6 cm dan jarak eluen 6,1 cm yaitu 0,98,
tinta merah dengan jarak analit 3,1 cm dan 6,0 cm yaitu 0,52,
sedangkan untuk tinta biru dengan jarak analit 3,3 cm dan jarak
eluen 6,3 cm yaitu 0,52.Hasil tersebut menunjukkan panjang ukuran
noda (analit) berbanding lurus dengan nilai Rf. Dengan kata lain,
semakin panjang ukuran noda analit maka semakin besar pula nilai Rf
yang diperoleh. Nilai Rf yang sama menunjukkan karakteristik yang
sama antara kedua analit. Menurut Day, R.A (1999), faktor yang
mempengaruhi daya serap absorben yaitu sifat komponen, sifat
absorben dan temperatur. Jika semua faktor lainnya sama, semakin
polar suatu komponen/senyawa maka semakin kuat senyawa tersebut
akan diabsorbsi; jika faktor-faktor lain sama, berat molekul yang
besar menyebabkan absorbsi; semakin polar zat pelarut, semakin
besar kecenderungannya untuk menguji tempat-tempat pada permukaan
yang diperebutkan dengan zat terlarut, dan oleh sebab itu zat
terlarut akan kurang diabsorbsi. Absorben-absorben yang paling
lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat dikarakterisasi
sebagai polar. Absorben-absorben seperti itu memperlihatkan
afinitas yang tinggi terhadap zat terlarut polar, terutama jika
polaritas dari zat terlarut tersebut rendah. Selain itu juga dapat
dipengaruhi afinitas analit, di mana analit dengan afinitas besar
akan lebih banyak tertahan sehingga nilai Rf kecil. Untuk
temperatur, daya serap meningkat seiring dengan menurunnya
temperatur.Menurut Clark (2012), nilai Rf untuk tinta dengan eluen
etanol yaitu 0,5-0,8. Hasil yang diperoleh pada tinta merah dan
biru sudah sesuai, namun nilai Rf pada tinta hitam tidak sesuai,
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di
atas.Selain kromatografi dengan kapur tulis, juga terdapat metode
kromatografi lainnya, yaitu kromatografi kertas. Menurut Khlepone
(2012), kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan
kromatografi partisi (kromatografi cair-cair) yang menggunakan
kertas sebagai padatan pendukung fase diam. Dalam kromatografi
kertas fase diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk
selulosa. Fase diam merupakan zat cair yaitu molekul H2O yang
terabsorbsi dalam selulosa kertas, sedangkan fase garak berupa
campuran pelarut yang akan mendorong senyawa untuk bergerak di
sepanjang kolom kapiler. Menurut Hendayana (1994), dibandingkan
dengan kromatografi dengan kapur tulis, metode kromatografi kertas
memiliki kelebihan. Selain karena metodenya sederhana dan lebih
mudah dilakukan, penerapan kromatografi kertas sangat luas,
mengingat banyak sekali senyawa polar yang dapat dipisahkan dengan
teknik ini, dan faktor kapasitas dan selektivitasnya dapat diatur
dengan memanipulasi komposisi fase gerak dalam air.
VI.Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:1.Kromatografi adalah proses pemisahan berdasarkan kecepatan
migrasi melalui fase diam yang dibawa oleh fase
gerak.2.Kromatografi dengan kapur tulis merupakan kromatografi
serapan dengan fase diam zat padat dan fase geraknya zat cair,
dalam percobaan ini fase diamnya kapur tulis dengan fase gerak
eluen (etanol 95%-air = 1:1).3.Rf atau faktor retardasi/faktor
retensi adalah perbandingan antara jarak yang ditempuh analit
dengan jarak yang ditempuh eluen.4.Nilai Rf yang diperoleh untuk
tinta hitam, merah dan biru berturut-turut adalah 0,98; 0,52; dan
0,52.5.Jika dibandingkan dengan kromatografi kapur tulis,
kromatografi kertas memiliki kelebihan, di antaranya waktu
pengerjaannya lebih cepat dan sederhana.
DAFTAR PUSTAKAAlimin. 2009.Kimia Analitik. UIN Alauddin.
Makassar.Clark, Jim. 2012.Kromatografi Kapur Tulis.
http://yvnz.blogspot.com. Diakses pada 14 November 2013. Palu.Day,
R.A dan A.L Underwood. 1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.Hendayana, Sumar. 1994.Kimia Pemisahan Metode Kromatografi
dan Elektroforesis Modern. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.Kasman.
2010.Fotometrik. SMAK. Makassar.Khlepone. 2012.Mengenal
Kromatografi. http//bisakimia.com. Diakses pada 14 November 2013.
Palu.Mulja. 1995.Kimia Analitik. Erlangga. Jakarta.Sulistiani, eva.
2013.Kromatografi.http://evasulistiani.blogspot.com. Diakses pada
14 November 2013.Palu.Yasid, Estien. 2005.Kimia Fisika untuk
Paramedis. ANDI. Yogyakarta. fessenden
Jadwal PersibTUNJUKKAN JADWAL BERDASARKANSemua
KompetisiPersibRabu, 18 Maret 2015
15:00Persibvs.Lao Toyota
Sabtu, 04 April 2015
15:30Persibvs.Semen Padang
Selasa, 07 April 2015
15:30Persibvs.Pelita Bandung Raya
Rabu, 15 April 2015
18:00Lao Toyotavs.Persib
Minggu, 19 April 2015
15:30PSMvs.Persib
Rabu, 22 April 2015
15:30Persiba Balikpapanvs.Persib
Rabu, 29 April 2015
18:00New Radiantvs.Persib
Minggu, 03 Mei 2015
15:30Sriwijayavs.Persib
Minggu, 10 Mei 2015
15:30Persibvs.Persebaya Surabaya
Rabu, 13 Mei 2015
Persibvs.Ayeyawady United
Minggu, 17 Mei 2015
15:30Persibvs.Gresik United
Jumat, 19 Juni 2015
19:00Perseru Seruivs.Persib
Selasa, 23 Juni 2015
19:00Persipuravs.Persib
Sabtu, 27 Juni 2015
21:00Persibvs.Bali United
Rabu, 01 Juli 2015
21:00Persibvs.Persiram
Minggu, 05 Juli 2015
21:00Perselavs.Persib
Kamis, 09 Juli 2015
21:00Aremavs.Persib
Sabtu, 25 Juli 2015
15:30Persibvs.Persija
Rabu, 29 Juli 2015
15:30Persibvs.Barito Putera
Senin, 03 Agustus 2015
19:00Pusamania Borneovs.Persib
Jumat, 07 Agustus 2015
15:30Mitra Kukarvs.Persib
Selasa, 18 Agustus 2015
15:30Persibvs.Mitra Kukar
Jumat, 21 Agustus 2015
15:30Persibvs.Pusamania Borneo
Jumat, 28 Agustus 2015
15:30Persijavs.Persib
Senin, 31 Agustus 2015
19:00Barito Puteravs.Persib
Rabu, 09 September 2015
15:30Persibvs.Persela
Sabtu, 12 September 2015
15:30Persibvs.Arema
Minggu, 20 September 2015
15:30Persiramvs.Persib
Rabu, 23 September 2015
15:30Bali Unitedvs.Persib
Kamis, 01 Oktober 2015
15:30Persibvs.Perseru Serui
Minggu, 04 Oktober 2015
15:30Persibvs.Persipura
Rabu, 14 Oktober 2015
15:30Gresik Unitedvs.Persib
Sabtu, 17 Oktober 2015
19:00Persebaya Surabayavs.Persib
Sabtu, 24 Oktober 2015
15:30Persibvs.Sriwijaya
Selasa, 03 November 2015
15:30Persibvs.Persiba Balikpapan
Jumat, 06 November 2015
15:30Persibvs.PSM
Kamis, 19 November 2015
Pelita Bandung Rayavs.Persib
Senin, 23 November 2015
Semen Padangvs.Persib
Semua waktu kick-off tercantum dalam WIB