LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID (Ekstrak Psidium guajava) Disusun oleh: Nama : Fitri Ramadhani NIM : 201210410311157 Kelas : Farmasi D Kelompok : 4 PROGRAM STUDI FARMASI
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOID
(Ekstrak Psidium guajava)
Disusun oleh:
Nama : Fitri Ramadhani
NIM : 201210410311157
Kelas : Farmasi D
Kelompok : 4
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
1. Judul
Identifikasi senyawa golongan alkaloida dari ekstrak Psidium guajava.
2. Tujuan KegiatanMahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan flavonoid dalam tanaman.
3. Tinjauan
a. Tinjauan Tanaman Piper nigrum L.
Klasifikasi
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spessies : Psidium guajava, L.
Morfologi tanaman
Habitus : Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil,
tinggi 2-10 m, percabangan banyak.
Batang : berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat
kehijauan.
Daun : tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda
berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun
berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal
membulat, tepi rata agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip,
panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau.
Buah : tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3
bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat
telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal,
buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau
merah jambu. Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras,
berwarna kuning kecokelatan
Kandungan kimia
Beberapa zat aktif Psidium guajava adalah sebagai berikut:
Daun mengandung tannin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak,
dammar, zat samak, triterpenoid, asam malat. Tanin secara ilmiah
didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang mempunyai berat molekul
tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti
karboksil) sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein.
Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalam air, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidak larut dalam petroleum eter, benzene dan eter. Struktur dan kelas tanin sebagai berikut :
Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare,
antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah
berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
b. Tinjauan Senyawa Golongan Flavonoida
Flavonoid merupakan sejenis senyawa fenol terbesar yang ada,
senyawa ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar bisa
ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai
vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh
sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan. Bagian
tanaman yang bertugas untuk memproduksi flavonoid adalah bagian akar
yang dibantu oleh rhizobia, bakteri tanah yang bertugas untuk menjaga dan
memperbaiki kandungan nitrogen dalam tanah.
Klasifikasi senyawa alkaloida
Struktur flavonoid memiliki 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzena
yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom
karbon. Dapat ditulis sebagai berikut C6-C3-C6 (Manitto, 1992).
Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu flavonoid (1,3-
diarilpropana), isoflavonoid (1,2-diarilpropana), neoflavonoid (1,1-
diarilpropana)
Flavonoid merupakan istilah yang dikenakan pada suatu
golongan besar senyawa yang berasal dari kelompok
senyawa yang paling umum yaitu senyawa flavon
Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung
pada tingkat oksidasi rantai propana dari sistem 1,3-
diarilpropana. Beberapa jenis struktur flavonoid alami yaitu :
Sifat fisika kimia senyawa golongan alkaloida
Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan
bersifat kurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon,
flavon, serta flavonol yang termetoksi. Karena sifatnya yang kurang polar
maka aglikon cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform.
Flavonoid glikosida adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada
senyawa ini satu gugus hidroksil terikat pada satu gugus gula, flavonoid ini
disebut flavonoid O-glikosida. Selain itu juga terdapat flavonoid C-
glikosida dimana gula terikat langsung pada inti benzena dengan ikatan
karbon - karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan flavonoid mudah larut
dalam air (Markham, 1988).
c. Cara mengidentifikasi alkaloid
1. Isolasi Dengan metanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua
tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan
metanol:air (1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong
buchner, lalu kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume
mula-muIa, atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi
menggunakan pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah)
dapat dibebaskan dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti
lemak, terpen, klorofil, santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai
kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama,
Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan
fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk
bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat
diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O
Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan
ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol
diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering,
mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin.
Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari
komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan
kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam
mengisolasi flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan
pemisahan flavonoid berdasarkan sifat kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian
ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak
etano lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil
eter dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu
fraksi kloroform, butanol dan dietil eter.
4. Prosedur Kerja
a. Preparasi sampel
1. 0,3 gram ekstrak dikocok dengan 3 ml n-heksana berkali-kali dalam
tabung reaksi sampai ekstrak n-heksan tidak berwarna.
2. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol dan dibagi menjadi 4 bagian,
masing-masing disebut sebagai larutan IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
b. Reaksi warna
1. Uji Bate-Smith dan Metcalf
1) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIB ditambah 0,5 ml HCl pekat
dan diamati perubahan warna terjadi, kemudian dipanaskan di atas
penangas air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi.
2) Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu
menunjukkan adanya senyawa leukoantosianin (dibandingkan dengan
blanko).
2. Uji Wilstater
1) Larutan IIIA sebagai blanko, larutan IIIC ditambah 0,5 ml HCl pekat
dan 4 potong magnesium.
2) Diamati perubahan warna yang terjadi, diencerkan dengan 2 mL air
suling, kemudian ditambah 1 mL butanol.
3) Diamati warna yang terjadi disetiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya
flavonol, merah tua menunjukkan adanya flavon.
c. Kromatografi Lapis Tipis
1. Larutan IIID ditotolkan pada fase diam.
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
Fase diam : lapisan tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)
Fase gerak : kloroform : aseton : asam formiat (6:6:1)
Penampak noda : - pereaksi sitrat borat atau
- uap ammonia atau
- Asam sulfat 10%
2. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda berwarna kuning
intensif.
3. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang secara
perlahan ketika ammonia akan hilang secara perlahan ketika amonianya
menguap meninggalkan noda.
4. Sedangakan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat
sifatnya permanen.
5. Hasil dan Pembahasan
a. Reaksi Warna
1. Uji bate-Smith dan Metcalf
Blanko negatif
Hasil
Blanko Kuning Kuning
Setelah ditambah pereaksi
Semua larutan warna merah (negatif)
Warna merah terlihat sebagian cairan berbentuk cincin (positf)
2. Uji Wilstater
Negatif positif perbandingan positif
Hasil
Blanko Kuning Kuning
Setelah ditambah pereaksi
Cairan berwarna kuing terang dan tidak terdapat cincin jingga (negatif)
Cairan berwarna kning dan terdapat cincin jingga (positif)
b. Kromatografi Lapis Tipis
Sebelum dieluasi (254nm)
Setelah di eluasi (365nm)
plat setelah disemprot uap amonia
Setelah dieluasi dan disemprot uap ampnia timbul noda kuning intensif. Lalu
ditentukan nilai Rf
Penampak noda dengan pelarut etanol
Warna noda Harga Rf
Noda 1 Kuning samar 4,8 cm /8 cm = 0,600 cm
Noda 2 Kuning 5,4 cm /8 cm = 0,675 cm
Noda 3 Kuning intensif 5,9 cm/8 cm =0,738 cm
Penampak noda ini semuanya positif flavonoid
Penampak noda dengan pelarut n-heksan
Warna noda Harga Rf
Noda 1 Kuning intensif 4,5 cm /8cm = 0,56 cm
Noda 2 Kuning intensif 6 cm /8 cm = 0,75 cm
Penampak noda ini semuanya positif flavonoid
Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya senyawa
golongan flavonoida pada ekstrak Psidium guajava atau disebut jambu biji
dalam bahasa Indonesia. Terdapat 2 jenis pengujian untuk mengidentifikasi
senyawa-senyawa yanga ada dalam ekstrak jambu biji.
Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan ekstraksi daun jambu biji
menggunakan 2 pelarut yaitu n-heksan dan etanol. Ekstrak dicuci dengan n-
heksan berkali-kali sampai filtrat tidak berwarna hijau, proses ekstraksi
menggunakan n-heksan bertujuan untuk menarik senyawa non polar yang ada
pada ekstrak jambu biji. Kemudian residu hasil dari ekstraksi pertama
dilarutkan dalam etanol, pelarutan kedua ini bertujuan untuk menarik
senyawa polar dan semipolar. Larutan kemudian dibagi 3 bagian, dari
persiapan sampel ini diperoleh larutan IIIA, IIIB, IIIC, dan IIID.
Pada uji flavonoid yang pertama adalah pengujian warna, yang pertama
uji Bate-Smith dan Metcalf. Pada uji uji Bate-Smith dan Metcalf larutan IIIB
ditambah dengan 0,5ml HCl pekat untuk menghidrolisis dan memutus ikatan
glikosida. Hidrolisis ini untuk menghidrolisis antosianin menjadi aglikon
antosianin, yaitu antosianidin, tetapi tidak ada perubahan warna yang terjadi,
kemudian lautan dipanaskan diatas penangas air untuk mempercepat
terjadinya hidrolisis. Namun, hasil uji warna ini pada kelompok kami tidak
menunjukkan hasil yang positif, ditandai dengan larutan berubah semua
menjadi warna merah gelap karena pemanasan terlalu lama. Sedangkan untuk
hasil positifnya ditunjukkan dengan adanya cincin warna merah terang atau
ungu pada sebagian larutan, hal ini menunjukkan adanya leukoantosianin.
Uji warna yang kedua yaitu uji Wilstater. Lautan IIIC ditambah dengan
0,5 ml HCl pekat dan 4 potong Magnesium. Penambahan ini untuk reaksi
reduksi menjadikan suatu flavonol, flavanon, flavonon dan xanton.
Penambahan asam akan menyebabkan perubahan warna ketika reduksi
berlangsung. Kemudian larutan tersbut diencerkan dengan air suling dan
ditambah dengan butanol sehingga terbentuk 2 lapisan antara larutan fase
butanol yang ada pada bagian bawah. Diamati warna yang terjadi antara
kedua cairan (pada tiap lapisan). Tetapi tidak terjadi perubahan warna dan
dikatakan ekstrak tidak mengandung flavonoid, hal ini dapat terjadi karena
kadar flavonoid pada sampel yang kami dapatkan sangat rendah, sehingga
tidak dapat terdeteksi pada uji warna kali ini. Sedangkan untuk hasil
positifnya, didalam larutan terdapat cincin jingga pada setiap lapisan.
Untuk kedua uji warna ini hasilnya tidak sesuai dengan teori yang ada,
dimana hasil praktikum kami untuk uji warna semuanya negatif, hal ini
disebabkan karena kadar flavonoida yang sangat sedikit dalam ekstrak yang
kami dapatkan. Kemungkinan lainnya adalah terjadi reaksi positif palsu yang
disebabkan karena hidrolisa yang kurang sempurna atau redukasi magnesium
yang kurang, serta kurangnya pembentukan pigmen warna. Sehingga tidak
dapat memberikan warna yang sesuai pada uji wilstater.
Selanjutnya uji yang terakhir adalah uji KLT, dengan fase diam kiesel gel
GF 254, fase gerak butanol-asam asetat glasial-air (4:1:5) dengan penampak
noda uap amoniak. Larutan IIID ditotolkan pada lempeng sebanyak 5x dan
ditotolkan residu yang telah diuapkansebanyak 5x sebagai perbandingan
dengan pelarut n-heksan dan etanol. Kemudian lempeng dieluasi dalam
chamber, ditunggu hingga garis batas atas pada lempeng. Sebelum disemprot,
lempeng diamati dibawah sinar UV (254nm) untuk melihat penampak noda
Kemudian disemprot dengan ewarna noda uap amoniak dan kemudian
dipanaskan sampai terbentuk warna kuning. Noda kuning yang ditimbulkan
oleh uap amoniak akan hilang secara perlahan ketika amonianya menguap
meninggalkan noda. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda
berwarna kuning intensif, hasil KLT menunjukkan hasil yang positif.
6. Kesimpulan
1. Untuk mengidentifikasi senyawa flavonoida pada ekstrak Psidium
guajava dapat digunakan dengan 2 pengujian, yaitu uji warna ( Uji Bate-
Smith dan Metcalf) dan uji KLT
2. Untuk uji warna menunjukkan hasil negatif, disebabkan oleh kadar
flavonoid yang terlalu kecil
3. Untuk uji KLT menunjukkan hasil positif ditandai dengan adanya
penampak noda berwarna kuning intensif