PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS
ANTI DIABETES
Kelas B Semester 6
Kelompok 1 :Rakha Jati Prasetyo1112102000028
Hana Youlanda1112102000033
Irham Pratama Putra1112102000036
Ade Rachma Islamiah1112102000037
Umi Kulsum1112102000043Nursetyowati Rahayu1112102000049
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting dan memiliki peranan yang
sangat besar dalam mencapai kualitas kehidupan masyarakat yang
tinggi. Kesehatan yang kurang diperhatikan tentunya akan
memengaruhi hidup masyarakat, baik secara individu maupun
lingkungan sekitarnya. Penurunan kualitas kesehatan tentunya harus
diperbaiki, seperti dengan mengubah pola hidup, menambah asupan
makanan yang sehat dan seimbang, dan mengonsumsi obat.
Obat adalah salah satu bagian yang penting dalam pelayanan
kesehatan, guna menangani penyakit dengat tujuan pencegahan maupun
pengobatannya. Bak dua sisi mata uang, obat juga merupakan racun
yang pada penggunaanya diperlukan ilmu dan para ahli yang kompeten
di bidang obat-obatan. Di Indonesia, orang yang ahli di bidang
pengobatan adalah apoteker. Apoteker, bersama asisten, dan tenaga
kefarmasian yang lain bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan
kepada pasien, serta mengawasi penggunaanya untuk meghindari
kesalahan. Pelayanan ini bisa disebut dengan pelayanan
kefarmasian.
Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pelayanan jasa yang
sangat penting yang dilakukan baik di rumah sakit maupun di
lingkungan masyarakat seperti apotek. Pelayanan kefarmasian
merupakan pelayanan yang wajib dilakukan apoteker klinis dalam
meningkatkan kesehatan, baik pasien secara individu maupun
masyarakat secara luas. Beberapa hal yang dilakukan adalah
menyediakan obat yang dibutuhkan pasien, serta melakukan konseling
untuk mengedukasi masyarakat mengenai obat yang dikonsumsinya.
Kegiatan pelayanan farmasi tentunya memerlukan ilmu dan standar
kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kefarmasian. Pada
proses penyediaan obat racik, resep harus dilihat kelengkapan dan
keraisonalannya, guna menghindari kemungkinan kesalahan dokter
penulis resep. Ilmu komunikasi yang menjadi dasar dalam pemberian
konseling tentunya harus dikombinasikan dengan ilmu farmasi klinis
yang meliputi indikasi obat, aturan pakai obat, penyimpanan obat,
efek samping, kontraindikasi, interaksi obat, mekanisme kerja obat
tersebut, dll. Hal-hal tersebut harus diinformasikan kepada pasien
atau keluarga pasien untuk menghindari kesalahan penggunaan
obat.
Pelayanan ini menjadi sangat penting karena semua proses
penebusan resep, baik di rumah sakit maupun di apotek dilakukan
oleh tenaga kefarmasian yang dipertanggungjawabkan oleh apoteker.
Tanpa adanya pelayanan farmasi, pelayanan kesehatan secara
keseluruhan akan pincang dan berimbas pada kualitas kesehatan
masyarakat.
Farmasis/apoteker sebagai professional kesehatan yang terlatih,
memiliki peranan yang penting dalam mengatasi masalah kesehatan
yang terkait dengan obat. Farmasis berperan dalam meningkatkan
akses terhadap pelayanan kesehatan. Federasi farmasis
internasional/FIP dan organisasi kesehatan dunia/WHO telah
mengeluarkan suatu panduan bagi farmasi dalam melaksanakan praktek
profesinya dalam bentuk Good Pharmacy Practice (GPP). GPP merupakan
praktek farmasi yang mampu merespon kebutuhan masyarakat pengguna
jasa farmasis dengan memberikan pelayanan yang terbaik yang tujuan
akhirnya adalah agar masyarakat mendapatkan manfaat/khasiat terbaik
dari obat yang mereka gunakan. GPP ini semakin memantapkan peran
farmasis yang lebih berorientasi kepada pasien (patient
oriented).
Apoteker/Farmasis Indonesia sebagai bagian dari farmasis dunia
tentunya juga harus memberikan konstribusi yang maksimal dalam
melaksanakan praktek profesinnya. Ikatan Apoteker Indonesai telah
mengeluarkan Sembilan kompetensi apoteker Indonesia sebagai berikut
:
Dengan adanya Sembilan kompetensi tersebut, diharapkan apoteker
Indonesia dapat memberikan konstribusi terbaiknya terhadap
kesehatan masyarakat Indonesia.Dalam menjalankan praktik
kefarmasian, tentunya farmasis harus menguasai terapi dari penyakit
yang diderita pasien, terutama pengobatan dari penyakit yang sering
menjangkiti masyarakat, seperti penyakit infeksi dan penyakit
degeneratif.
Di masa kini, dengan perubahan gaya hidup yang menjadi lebih
praktis, penyakit degeneratif menjadi lebih menyebar. Dahulu yang
semula dijangkiti oleh masyarakat Amerika dan Eropa, kinipun
diderita oleh masyarakat Indonesia. Berkembangnya penyakit
degeneratif ini disebabkan terutama berubahnya gaya hidup di
masyarakat yang menjadi lebih praktis. Makanan dan minuman yang
dikonsumsi tidak lagi memiliki gizi yang cukup dan seimbang,
melainkan makanan yang praktis diolah dan mengandung gizi yang
buruk dan berkalori tinggi. Makanan tersebut biasanya mengandung
lemak dan minyak jahat yang dapat merusak berbagai organ di
tubuh.
Salah satu penyakit degenerative yang memiliki jumlah penderita
tinggi dalah diabetes. Diabetes merupakan salah satu dari penyebab
kematian tertinggi, dan merupakan salah satu penyebab komplikasi
penyakit. Diabetes yang tidak ditangani dapat menyebabkan
komplikasi ke hipertensi, gangguan pada jantung, ginjal, mata,
dll.
Edukasi dan konseling mengenai penyakit diabetes sangat perlu
dilakukan oleh tenaga kesehatan, khususnya pengobatannya oleh
farmasis. Penyakit diabetes yang dibiarkan akan menyebabkan
kompikasi yang merugikan masyarakat. Problema kesehatan masyarakat
yang berlangsung seumur hidup, tentunya akan mengganggu kinerja
pekerjaan masyarakat, yang berimbas pada menurunnya devisa negara.
Oleh karena itu farmasis sangat perlu melakukan tindakan edukasi
pencegahan dan pengobatan penyakit diabetes.
2. Tujuan Praktikum
Praktikum farmasi praktis ini bertujuan untuk: Melatih mahasiswa
farmasi FKIK UIN Jakarta dalam menjalankan praktik kefarmasian.
Memberikan bekal kompetensi konseling penyakit dan pengobatan
diabetes dalam menjalankan praktik kefarmasian.
3. Standar Kompetensi
Mahasiswa diharapkan lebih siap dan mampu melaksanakan praktek
profesi di tengah masyarakat setelah lulus dari FKIK UIN
Jakarta.
BAB II
LANDASAN TEORI1. Pengertian Diabetes
Sel tubuh manusia memerlukan glukosa agar dapat beraktivitas
normal. Glukosa masuk ke dalam sel dengan bantuan insulin yang
dihasilkan oleh pankreas. Jika produksi insulin terganggu atau
sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten
terhadap insulin) maka akan menyebabkan penumpukan glukosa di dalam
darah (hiperglikemia). Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes
melitus.
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh
sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh
kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO,
1999).Kontrol glukosa darah pada pasien diabetes mellitus menjadi
hal yang penting. Hiperglikemia dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan sistem syaraf. Selain
itu, kurangnya input glukosa ke dalam sel akan mengakibatkan sel
tubuh tidak dapat beraktivitas normal.2. Klasifikasi
DiabetesKlasifikasi Diabetes Mellitus Berdasarkan Etiologinya (ADA,
2003)
1.Diabetes Mellitus Tipe 1:
Destruksi sel umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin
absolut
A. Melalui proses imunologik (Otoimunologik)
B. Idiopatik
2.Diabetes Mellitus Tipe 2
Bervariasi, mulai yang predominan resistensi insulin disertai
defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin
bersama
resistensi insulin
3.Diabetes Mellitus Tipe Lain
A. Defek genetik fungsi sel
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit eksokrin pankreas
D. Endokrinopati
E. Diabetes karena obat/zat kimia: Glukokortikoid, hormon
tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilantin,
interferon
F. Sidroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner,
Huntington,
Chorea, Prader Willi
4.Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan, umumnya
bersifat
sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM Tipe 2
5.Pra-diabetes:
A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa
Terganggu)
B. IGT (Impaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa
Terganggu)
3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus
Tenaga kesehatan sepatutnya memberi perhatian khusus pada pasien
yang memiliki resiko diabetes tinggi dan menyarankan beberapa
pemeriksaan untuk mengetahui kadar glukosa darahnya agar tidak
terlambat memberikan bantuan penanganan. Karena makin cepat kondisi
diabetes melitus diketahui dan ditangani, makin mudah untuk
mengendalikan kadar glukosa darah dan mencegah
komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi. Adapun faktor resiko
Diabetes Mellitus:RiwayatDiabetes dalam keluarga
Diabetes Gestasional
Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
Kista ovarium (Polycystic ovary syndrome)
IFG (Impaired fasting Glucose) atau IGT (Impaired glucose
tolerance)
Obesitas>120% berat badan ideal
Umur20-59 tahun : 8,7%
> 65 tahun : 18%
Hipertensi>140/90mmHg
HiperlipidemiaKadar HDL rendah 250mg/dl
Faktor-faktor lainKurang olah raga
Pola makan rendah serat
4. Gejala Klinis
Gejala tipikal yang sering dirasakan penderita diabetes antara
lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (sering haus),
dan polifagia (banyak makan/mudah lapar). Selain itu sering pula
muncul keluhan penglihatan kabur, koordinasi gerak anggota tubuh
terganggu, kesemutan pada tangan atau kaki, timbul gatal-gatal yang
seringkali sangat mengganggu (pruritus), dan berat badan menurun
tanpa sebab yang jelas.
a) Pada DM Tipe I gejala klasik yang umum dikeluhkan adalah
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, cepat
merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan pruritus (gatal-gatal
pada kulit).
b) Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak
ada. DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan
baru dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah
berkembang dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2
umumnya lebih mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya
penglihatan makin buruk, dan umumnya menderita hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, dan juga komplikasi pada pembuluh darah
dan syaraf.5. Pencegahan Penyakit Diabetes
Diabetes tipe I sulit untuk dicegah karena terkait dengan imun.
Tetapi diabetes tipe 2 dapat dicegah dengan menerapkan pola makan
yang sehat (rendah lemak, tinggi serat) dan rutin melakukan
olahraga.6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Diagonosis DM dapat dipastikan apabila hasil pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu 200 mg/dl dan hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah puasa 126 mg/dl. Pada penatalaksanaan diabetes mellitus,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa
obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila dalam langkah
pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat
dikombinasi dengan langkah farmakologis berupa terapi insulin atau
terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya.
Adapun tujuan terapi diabetes mellitus:a) Mengontrol kadar gula
darah
b) Menurunkan resiko terjadinya komplikasi penyakit
mikrovaskular dan makrovaskular
c) Memperbaiki gejala yang timbul (polifagia, poliuria, dll)
d) Mengurangi mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup
(Dipiro)
Terapi yang dapat diberikan pada pasien Diabetes Mellitus,
antara lain:a) Terapi non-farmakologi:
Diet
Diet yangdianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak. Pada pasien DM
tipe 1, perhatian utamanya pada regulasi administrasi insulin
dengan diet seimbang untuk mencapai dan memelihara berat badan yang
sehat. Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi
resistensi insulin dan memperbaiki respon sel-sel terhadap stimulus
glukosa. Olahraga
Berolahraga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar
gula darah tetap normal. Beberapa contoh olah raga yang disarankan,
antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang, dan lain
sebagainya.b) Terapi Farmakologi
INSULIN Nama sediaan
Actrapis HM
Actrapis HM Penfil
Insulatard HM
Insulatard HM Penfil
Monotard HM
Protamine Zinc Sulfat
Humulin 20/80
Humulin 30/70
Humulin 40/60
Mixtard 30/70 Penfil
Mekanisme kerja
Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi
pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa
hepatic.
Data farmakokinetik
Indikasi
DM tipe 1, DM tipe 2 yang gula darahnya tidak dapat dikendalikan
dengan diet dan antidiabetik oral, DM dengan berat badan yang
menurun cepat, Dm dengan komplikasi akut, DM paska bedah pancreas,
ketoasidosis dan koma hyperosmolar, DM dengan kehamilan.Interaksi
obat
Efek samping : hipoglikemia, reaksi alergi SULFONILUREANama
sediaan Klorpropamid
Glikazin
Glibenklamid
Glipizin
Glikuidon
Glimepiride
Tolbutamid
Mekanisme kerja
Sulfonylurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pancreas
sehingga hanya efektif bila sel beta pancreas masih dapat
berproduksi.Interaksi obat
Data farmakokinetik
BIGUANIDA
Nama sediaan : Metformin Hidroklorida
Mekanisme kerjaBiguanida bekerja menghambat gluconeogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan.
Data farmakokinetikBioavaibilitas absolut metformin IR 500 mg
yang diberikan dalam kondisi puasa adalah sekitar 50-60%. Makanan
menghambat absorpsi metformin. Metformin diekskresikan tidak
berubah ke dalam urin dan tidak mengalami metabolism hepatic atau
eksresi melalui kantung empedu. Waktu paruh eliminasi sekitar 17,6
jam.
Interaksi obat TIAZOLIDINDION
Nama sediaan
Pioglitazone
Rosiglitazone Mekanisme kerja
Tiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan
jaringan adipose dan menghambat gluconeogenesis hepatic. Data
farmakokinetik
Interaksi obat
PENGHAMBAT -GLUKOSIDASE Nama sediaan
Akarbosa
Miglitol Mekanisme kerja
Akarbosa bekerja menghambat -glukosidase sehingga mencegah
penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan
demikian memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat. Data
farmakokinetik
Konsentrasi plasma puncak akan bertahan 14-24 jam setelah
konsumsi obat, sedangkan konsentrasi plasma puncak dari zat aktif
akan bertahansekitar 1 jam. Akarbosa dimetabolisme di saluran cerna
oleh bakteri intestinal dan enzim pencernaan. Fraksi metabolit ini
diabsorpsi (34% dari dosis) dan dieksresikan melalui urin.
Interaksi obat
7. Hal yang Harus Diperhatikan
Jika pasien diabetes juga mengonsumsi obat lain harus
diperhatikan kemungkinan timbulnya efek merugikan dari kombinasi
obat diabetes dengan obat tersebut
Pemantauan kadar gula darah secara teratur juga diperlukan untuk
mengetahui resiko terjadinya hipoglikemia
Kepatuhan pasien untuk mengonsumsi obat merupakan hal yang
penting agar tujuan terapi dapat tercapai
BAB III
PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Langkah Pelayanan Resep
Penerimaan resep Cek kelengkapan resepPetugas apotik mengecek
apakah resep sudah sesuai syarat dan kaidah kelengkapannnya.
Apabila ada yang belum lengkap, catat dan tandai.
Catat riwayat pengobatanSetelah resep di cek kelengkapannya,
selanjutnya tanyakan perihal riwayat pengobatan pasien apakah
memiliki alergi terhadap obat yang diresepkan atau tidak. Lalu,
catat untuk selanjutnya di analisa. Analisis rasionalitas obat
Pada langkah ini, apoteker bertugas untuk menganalisa tepat
indikasi, dosis, cara pemakaian obat yang diresepkan apakah sesuai
untuk pasien dengan mempertimbangkan riwayat yang pada langkah
sebelumnya telah dicatat. Apabila menemukan analisa yang tidak
rasional dengan yang seharusnya, diskusikan dengan dokter yang
mengeluarkan resep tersebut. Setelah sudah berdiskusi dengan
dokter, catat dan ubah bila diperlukan. Penyiapan obat Penyiapan
etiket Penyiapan obat masuk ke wadah dan beri etiketPetugas apotik
pada langkah ini menyiapkan etiket obat sesuai pemakaian obat yang
seharusnya untuk mempermudah pasien dalam penggunaannya Pemeriksaan
akhir Kesesuaian obat dengan resepPastikan obat sesuai dengan resep
yang telah di analisa sebelumnya Buat kopi resepSetelah obat sudah
sesuai dengan resep, buat salinan resep sebagai arsip apotik untuk
disimpan Penyiapan materi informasiSelanjutnya menyiapkan materi
informasi secara tertulis berisi indikasi, efek samping, interaksi
obat, dan cara pemakaian obat untuk disampaikan ke pasien.
Penyerahan obat dan pemberian konseling Penyerahan obatObat yang
telah disiapkan diserahkan dengan memberitahu harga obat tersebut
Pemberian konselingMateri informasi yang telah dibuat oleh apoteker
selanjutnya harus disampaikan kepada pasien lewat konseling ini,
guna memberi arahan kepada pasien tentang penggunaan obat yang
benar. Selanjutnya, materi tertulis tersebut diberikan kepada
pasien sebagai pengingat disaat pasien lupa.BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasila) Resep
b) Kopi Resep
c) Informasi obat
NoNama Obat
(Kandungan)IndikasiAturan pakaiEfek sampingInteraksi
obatInformasi lain
1Daonil
(glibenklamid 5 mg)Diabetes mellitus pada orang dewasaAwal :
sehari 2,5 mg, dinaikkan 2,5 mg dengan interval 3-5 hari sampai
metabolik tercapai.Hiperglikemia/ gangguan GI, berkeringat, kulit
lembab, cemas, takikardi, hipertensi, palpitasi, angina pektoris,
aritmia jantung, gangguan daya penglihatan sementara, reaksi
hipersensitivitas. Jarang: diskrasia darah.Efek penuruan kadar gula
darah bertambah jika diberikan dengan insulin & antidiabetik
oral lai, ACE inhibitor, teroid anabolik & hormon seks pria,
azapropazon, kloramfenikol, derivat kumarin, siklofosfamid,
disopiramid, fenfluramin, feniramidol, fibrat, fluoksetin,
ifosfamid, MAOI, mikonazol, oksifenbutazon, dll.
Kontraindikasi :Diabetes mellitus tipe 1, diabetes penguraian
metabolik, koma diabetik, gangguan ginjal parah, kehamilan, dan
menyusui
2AmoxicilinInfeksi saluran pernafasan kronik dan akutDewasa
Awal : Sehari 2 x 12,5 mg.
Pemeliharaan : Sehari 2 x 25 mg dapat ditingkatkan setelah 2-4
minggu.
Dosis maksimal : Sehari 3 x 50 mg.
AnakDosis awal : 0,3 mg/Kg/BB/hari.
Dosis maksimal : 0,6 mg/Kg/ hari dalam 2-3 dosis terbagi
Pada pasien yang hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi
seperti urtikaria, ruam kulit, pruritus, angioedema dan gangguan
saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan
stomatitisPasien dengan reaksi alergi terhadap penisilina.-
3Corsamag
(Mg trisilikat 300 mg, Al(OH)3 300 mg, simetikon 50 mg)Nyeri
epigastrik, rasa kembung, distres, mual yang berhubungan dengan
ulkus lambung & duodenum, hiperasiditas lambung.Dewasa: 1-2
tab, anak -1 tab. Diberikan 3-4 x/hari, 1-2 jam setelah makan &
menjelang tidur malam.Diare, konstipasi.Mempengaruhi absorpsi
tetrasiklin & simetidin.Perhatian: kerusakan ginjal, diet
rendah fosfat, penggunaan jangka panjang. Anak < 6 tahun.
d) Etiket
e) Percakapan konsling
Percakapan Apoteker dengan Pasien (Mencari Informasi Kelengkapan
Resep yang Kurang dan Riwayat Pasien) :
A : Pasien dengan nama Inda !
I : Iya saya
A : Oke, baik, saya apoteker Umi kulsum dari Apotek Prodi
Farmasi FKIK UIN, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan apakah
ibu inda bersedia meluangkan waktu ?
I : Iya saya bersedia
A : Baik, kalau begitu apakah boleh saya tahu alamat ibu?
I : Boleh, Ciputat Mbak.
A : Apakah inda selama ini mengalami rasa sakit di bagian perut
pada saat buang air kecil?
I : Tidak
A : Baik, apakah pasien saat ini sedang mengkonsumsi obat
tertentu?
I : Tidak
A : Apakah ibu inda sedang mengkonsumsi obat herbal/tradisional
akhir-akhir in?
I : Iya, saya suka minum jus bawang putih yang direbus karena
tekanan darah tinggi
A : Baik. Apakah pasien ibu inda memiliki alergi terhadap obat
tertentu?
I : Tidak.A : Baik, terima kasih atas informasi dan waktunya,
mohon ibu ditunggu sebentar saya akan segera menyiapkan obat untuk
pasien Inda.I : Iya, sama-sama mbak.
Percakapan Apoteker dengan Dokter (Konfirmasi Peresepan dan
Obat):
A : Assalamualaikum, saya apoteker Umi kulsum dari Apotek Prodi
Farmasi FKIK UIN, saya ingin menanyakan beberapa obat dengan Dokter
terkait dengan resep yang Dokter berikan kepada pasien yang bernama
Ny. Inda apakah dokter ada waktu?
D : Waalaikumussalam, iya silahkan!
A : Terimakasih. Saya ingin menginformasikan mengenai obat yang
dokter resepkan bahwa obat Daonil memiliki interaksi obat Ciproxin
diganti dengan yang lain Dokter?
D : Oh begitu. silahkan untuk diganti dengan amoxcilin.
A : Baik, terimakasih Dokter atas waktunya. Assalamualaikum.
D : Iya sama-sama. Waalaikumussalam.
Apoteker dengan pasien.
Apoteker: Assalamualaikum, bu.
Pasien: Waalaikumussalam.
Apoteker: Perkenalkan saya umi, saya adalah seorang apoteker di
klinik ini. Apa benar ibu inda?
Pasien: Iya benar bu.
Apoteker : Apakah ibu memiliki waktu sebentar, saya ingin
memberikan beberapa informasi terkait obat-obat yang diresepkan
untuk inda.
Pasien: Kira-kira berapa lama ya bu?
Apoteker : Kurang lebih 15 menit bu.
Pasien: Baiklah bu.
Apoteker : Keluhan apa saja yang ibu rasakan belakangan ini?
Pasien: Akhir-akhir ini saya merasa pusing dan lemas.
Apoteker: Apa sebelumnya ibu pernah mengalami sakit? Atau
informasi apa yang ibu tahu berdasarkan diagnosa dari dokter?
Pasien: Saya punya maag.
Apoteker: Oh baiklah, apa ibu sedang menggunakan obat lain?
Pasien: Tidak ada bu.
Apoteker : Bagaimana dengan obat herbal atau obat tradisional?
Apa ibu sedang mengunakannya atau tidak?
Pasien:Ya bu, saya sering memakan bawang putih dengan cara
dikunyah. Katanya dapat menurunkan tekanan darah saya.
Apoteker:Apa ibu mempunyai alergi terhadap makanan, obat, atau
yang lainnya?
Pasien: Tidak ada bu.
Apoteker:Maaf ibu, apakah dokter yang meresepkan obat ini telah
memberitahukan beberapa informasi terkait penggunaan dari obat-obat
ini?
Pasien: Belum bu.
Apoteker:Baiklah bu kalau begitu saya akan menjelaskan beberapa
informasi terkait obat yang diresepkan dokter kepada bu terkait
penggunaannya.
Pasien: Baik bu.
Apoteker: Jadi bu, dalam resep ini terdapat tiga obat yang harus
ibu minum. Pertama ada daonil. Daonil ini adalah obat antidiabetes
bu, fungsinya untuk menurunkan dan mengontrol kadar gula darah ibu.
Obat ini diminum satu kali sehari pada pagi hari saat makan ya bu.
Jadi ibu meminum obat ini ketika ibu sedang makan pagi, bersamaan
dengan makanan yang ibu makan. Kedua, adalah corsamag. Corsamag
adalah obat maag ya bu, untuk mengurangi dan meredakan rasa nyeri
di perut ibu. Penggunaannya 3x sehari setelah makan sekitar 1 2
jam. Terakhir adalah amoxcilin. adalah antibiotik bu. Diberikan
antibiotik ini karena diduga rasa sakit pada perut bu adalah akibat
adanya infeksi dari bakteri, sehingga oleh dokter meresepkan
antibiotik ini. Penggunaannyas tiga kali sehari, Dan untuk
antibiotik ini harus dihabiskan ya bu. Apabila tidak dihabiskan
maka akan terjadi resistensi di mana apabila bu sakit dan
membutuhkan antibiotik ini, ibu tidak akan bisa menggunakannya
lagi, sehingga akan membahayakan kesehatan ibu nantinya.
Apoteker: Apa ada yang ingin ibu tanyakan dari informasi yang
telah saya sampaikan tadi?
Pasien: Tidak ada bu.
Apoteker: Maaf bu, apa ibu bisa mengulangi informasi yang telah
saya sampaikan tadi, untuk memastikan tidak ada informasi yang lupa
saya sampaikan.
Pasien: Baik bu, obat yang diresepkan dokter kepada saya ada 3.
Daonil, obat diabetes, diminum satu kali sehari pada pagi hari saat
makan. Corsamag, obat maag, diminum 3 kali sehari setelah makan
sekitar 1 2 jam. Yang terakhir antibiorik amoxcilin, diminum tiga
kali sehari sesudah makan.
Apoteker: Baiklah ibu, saya harap ibu dapat meminum obat-obat
ini sesuai dengan informasi yang telah saya sampaikan tadi dan
harus teratur ya ibu, apabila ibu meminum obatnya tidak teratur,
maka obatnya tidak akan menghasilkan efek terapi yang diinginkan,
bahkan dapat memperparah penyakit ibu saat ini.
Pasien: Baik bu.
Apoteker: Oya, satu hal lagi bu. Pada resep ini terdapat tanda
iter 2x yang berarti ketika obat-obat yang diresepkan ini habis,
ibu dapat menebus kembali obat ini sebanyak 2x, ibu tinggal
menyerahkan kopi resep ini saja kepada apoteker yang sedang
bertugas di apotek.
Pasien: Oh, jadi saya boleh menebus obat-obat ini lagi bu ketika
habis tanpa harus pergi ke dokter?
Apoteker: Iya bu, tapi hanya untuk 2x pengulangan, setelahnya
ibu harus pergi ke dokter untuk meminta resep yang baru.
Pasien: Oh, begitu ya bu, terima kasih banyak bu atas
informasinya.
Apoteker: Iya ibu sama-sama. Maaf ibu, ini ada daftar harga
obat-obatnya ibu.
Pasien: Terima kasih banyak bu. Saya pamit pulang,
assalamualaikum.
Apoteker: Sama-sama bapak. Waalaikumussalam.
2. Pembahasan
Dalam resep harus memuat informasi seperti di bawah ini :
a. Nama, alamat, dan nomor izin praktek Dokter, Dokter gigi, dan
Dokter Hewan.
b. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
c. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep. Nama setiap
obat atau komposisi obat (invocatio).
d. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
e. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku (subscriptio).
f. Jenis hewan dan nama serta alamat pemiliknya untuk resep
Dokter hewan.
g. Tanda seru dan paraf Dokter untuk resep yang mengandung obat
yang jumlahnya melebihi dosis maksimal (Anief, 2010).
Pada resep tersebut juga terdapat iter atau iteratur yang
artinya pengulangan resep. Pengulangan resep ini berdasarkan dokter
yang menghendakinya untuk pengobatan pasien Untuk pengulangan resep
ini ada aturannya yaitu.
1. Kopi resep yang mengandung obat bebas atau bebas terbatas
dapat diulang dengan ketentuan penderita memperoleh informasi yang
jelas, baik tertulis (dalam kemasan asli yang dilengkapi brosur)
maupun secara lisan dari apoteker.
2. Kopi resep yang telah diberikan seluruh obatnya dapat berlaku
lagi bila kopi tersebut telah diketahui dan disetujui kembali oleh
dokter yang berangkutan. Akan tetapi, hal ini sekarang jarang
terjadi.
3. Untuk resep yang mengandung narkotika, tidak boleh ada tanda
iter. Obat jenis ini selalu memerlukan resep baru, kecuali bila
baru diambil sebagian.
Dalam hal rasionalitas obat, terdapat beberapa ketidakrasionalan
pada obat-obat yang diresepkan, diantaranya sebagai berikut:
Antihiperglikemia (Daonil), biasanya dianjurkan penggunaannya
pada pagi hari saat makan. Namun dalam resep antihiperglikemi
penggunaannya dituliskan pada malam hari.
Ciproxin untuk infeksi saluran nafas biasanya diberikan dua kali
sehari sedangkan pada resep diberikan satu kali sehari. Penggunaan
ciproxin satu kali sehari (dosis tunggal per oral) adalah untuk
infeksi organ kelamin (gonore akut). Selain itu, pada resep
ciproxin diberi keterangan iter 2x. Penggunaan antibiotik
seharusnya tidak boleh diulang, apalagi hingga tiga kali
pengulangan (3 bulan). Seperti yang kita ketahui antibiotik
merupakan golongan obat keras yang pemakaiannya harus benar-benar
dikontrol. Sebab jika tidak digunakan dengan benar dapat
menyebabkan terjasinya resistensi. Tindakan dari apoteker
seharusnya menghubungi dokter yang bersangkutan untuk
mengkonfirmasi ulang dari obat yang akan digunakan pasien sehingga
tidak terjadi kesalahan berikutnya.
Penggunaan obat Daonil dengan komposisi Glibenklamid untuk
indikasi diabetes melitus tipe 2 dan antibiotik Ciproxin yang
memiliki komposisi Siprofoksasin. Pada penggunaan obat ini akan
memberikan interaksi yang merugikan untuk pasien jika digunakan
dalam waktu yang panjang. Antibiotik siprofoksasin akan
meningkatkan kerja dari Glibenklamid sehingga semakin menurunkan
gula darah pasien dan akibatnya pasien akan mengalami hipoglikemia.
Jika hipoglikemia ini tidak tertangani, maka akan berdampak sangat
buruk bagi pasien. Selain itu, penggunaan secara terpisah juga
tidak memberikan solusi yang baik, karena Glibenklamid merupakan
long action drug sehingga bioavaibilitas bisa hingga 24 jam dan
efek samping hipoglikemia bisa terlihat selama 12-24 jam. Solusi
yang tepat untuk pemilahan obat bagi pasien ini yaitu mengganti
antibiotik yang digunakan agar tidak terjadi interaksi obat yang
merugikan pasien.
Penyerahan obat dan pembahasan konseling
Konseling merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
Asuhan Kefarmasian, karena dalam melakukan pelayanan kefarmasian
seorang apoteker harus memberikan informasi tentang obat dan cara
pengobatannya dengan harapan dapat memberikan pemahaman pasien
tentang peranan obat pada penyembuhan penyakitnya. Sehingga pasien
patuh dalam minum obat.
Kemampuan berinteraksi dengan pasien sangat perlu untuk dikuasai
dan dipahami oleh seorang apoteker. Konseling yang dilakukan oleh
seorang apoteker berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana pasien
tersebut patuh minum obat dan sesuai dengan pemakaian yang benar.
Namun, tidak jarang apoteker kurang berinteraksi dengan pasien
untuk memberikan informasi mengenai penggunaan obat. Sehingga
tujuan dari terapi tidak tercapai.
Untuk percakapan konseling antara apoteker dan pasien, apoteker
harus memberikan informasi-informasi penting terkait obat yang
diresepkan dokter kepada pasien. Pertama, ketika apoteker bertatap
muka dengan pasien, apoteker mengucapkan salam, menyapa dan harus
bersikap ramah sehingga pasien merasa dekat dengan apoteker dan
akan timbul rasa nyaman serta rasa percaya dari pasien kepada
apoteker. Kemudian apoteker meminta kesediaan waktu kepada pasien
untuk menjelaskan info terkait obat, jika pasien telah
menyetujuinya tahap konseling dimulai.
Tahap awal, tanyakan kepada pasien apa saja hal-hal yang telah
disampaikan dokter terkait obat dan penyakit pasien, cara
pemakaian, dan harapan setelah minum obat. Kemudian, karena resep
yang akan dibeli merupakan kopi resep yang berarti pasien telah
mengkonsumsi obat-obat tersebut sebelumnya, tanyakan kondisi atau
perubahan yang dirasakan pasien termasuk keluhan-keluhan yang
mungkin terjadi selama mengkonsumsi obat tersebut. Setelah itu
tanyakan hal-hal yang terdapat pada lampiran lembar riwayat
pengobatan pasien.
Apoteker memberikan obat kepada pasien satu persatu sambil
menjelaskan bentuk sediannya, cara pemberian/rute pemberian, dosis,
aturan pakai, indikasi/kegunaan obat, tempat penyimpanan obat, efek
samping obat. Jika pasien lupa minum obat, beri tahu bahwa pasien
jangan minum obat ganda pada waktu berikutnya, misalnya seharusnya
siang hari satu tablet tapi karena pagi lupa minum obat, pasien
mengkonsumsi dua tablet pada siang hari. Obat yang lupa diminum,
dilewatkan saja dan minum obat pada waktu minum obat
berikutnya.Lalu karena didalam resep tersebut terdapat obat
antibiotik, pasien ditekankan akan pentingnya meminum obat-obat
tersebut dengan menjelaskan manfaat yang akan dirasakan jika patuh
meminum obat. Jelaskan pula kerugian jika tidak patuh minum obat,
kurangnya kepatuhan pasien dalam menggunakan obat akan berdampak
pengobatan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan selain itu biaya
yang dilekuarkan akan jauh lebih besar. Selain itu berikan juga
saran/masukan terkait terapi non-farmakologi yang mendukung
kesembuhan pasien, dalam hal ini pasien dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi makanan/minuman yang mengandung terlalu banyak gula,
kue-kue manis, makanan berminyak & pedas, minuman dingin,
hindari asap rokok dan debu karena hal-hal tersebut berkaitan
dengan masalah infeksi saluran nafas dan batuk yang diderita pasien
tersebut. Apoteker juga disarankan memberikan nomor kontak yang
dapat dihubungi jika sewaktu-waktu pasien membutuhkan bantuan
tentang masalah pengobatannya. Terakhir, pasien diminta mengulang
informasi terkait pemberian obat untuk meyakinkan dia telah paham
dan mengerti terkait masalah terapi obatnya, apoteker harus
menggunakan bahasa yang sopan dan ramah agar tidak menyakiti dan
dianggap merendahkan ataupun menyinggung pasien.
BAB V
KESIMPULANNama pasien
: Ny. IndaUmur pasien
: 40 tahun
Penyakit dan keluhan pasien: Diabetes dan infeksi saluran
nafas,
keluhan lemas, mudah lelah, tenggorokan gatal & batukObat
yang diberikan: Daonil 1x sehari diminum pagi hari sebelum
makan
Corsamag 3x sehari diminum 1 jam sebelum makan
Amoxilin 3x sehari diminum setelah makan
Harga obat total: DaonilRp. 75.000
CorsamagRp. 3.750
AmoxilinRp. 7.500
Total
Rp. 85.750SARAN
Apoteker harus lebih teliti dalam menganalisa rasionalitas obat
yang diresepkan untuk meminimalisir terjadinya interaksi obat
maupun polifarmasi. Selain itu apoteker harus dapat memahami
obat-obat yang dapat diberikan maupun tidak dapat diberikan melalui
copi resep.DAFTAR PUSTAKA1. STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 2. Anonim. 2011. ISO Indonesia Volume 46
2011 s/d 2012. Ikatan Apoteker Indonesia. ISSN 0854 4492.
3. Anonim. 2011. MIMS Indonesia Volume 12. ISSN 1907 6142.4.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rja&uact=8&ved=0CDIQFjAD&url=http%3A%2F%2Fbinfar.kemkes.go.id%2F%3Fwpdmact%3Dprocess%26did%3DMTc2LPenyiapan
Obat
Analisis Rasionalitas Obat
Penerimaan Resep
Pemeriksaan Akhir
Penyerahan Obat dan Pemberian Konseling
APOTEK NABILAH
Jl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910
APA : Umi Kulsum , S.Si, Apt
Nama dokter : dr. Andi
Alamat dokter : ciputat
Nama pasien : Ny. inda
Alamat pasien : ciputat
Tanggal resep : 30/03/2014
Iter 2 x
R/ Daonil XXX
S1 dd 1
________________ det orig
R/ Corsamag XV
S 3 dd 1
________________ det orig
Ne det. R/ Amoxcillin XV
S 3 dd 1
p.c.c
Pro:
Umur:
Alamat:
APOTEK NABILAH
Jl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910
APA : Umi Kulsum , S.Si, Apt
No resep : 18 tanggal:30/03/15
Nama pasien: Ny. Inda
daonil tablet
1x sehari
pagi hari sebelum makan
p.c.c
Pro:
Umur:
Alamat:
APOTEK NABILAH
Jl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910
APA : Umi Kulsum , S.Si, Apt
No resep : 18 tanggal:30/03/15
Nama pasien: Ny. Inda
Corsamag
3x sehari
1 jam sebelum makan
p.c.c
Pro:
Umur:
Alamat:
APOTEK NABILAH
Jl. Kertamukti no100, Ciputat
Telp 02179432222
SIA : 12345678910
APA : Umi Kulsum , S.Si, Apt
No resep : 18 tanggal:30/03/15
Nama pasien: Ny. Inda
Amoxilin
3x sehari
setelah makan
p.c.c
Pro:
Umur:
Alamat: