LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I PERCOBAAN V BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER OLEH : NAMA : NISRINA MUSLIHIN NIM : O1A114078 KELAS : B ASISTEN : LD. IRFAN ISLAMI, S.Farm JURUSAN FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIK I
PERCOBAAN V
BUFFER DAN KAPASITAS BUFFER
OLEH :
NAMA : NISRINA MUSLIHIN
NIM : O1A114078
KELAS: B
ASISTEN : LD. IRFAN ISLAMI, S.Farm
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan penyangga adalah suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang
paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH
larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan
sedikit asam kuat. Disamping itu larutan penyangga
merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam
lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah
dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut reaksi
asam-basa konjugasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH larutan
penyangga adalah penambahan garam-garam netral kedalam
larutan penyangga mengubah pH larutan dengan berubahnya
kekuatan ion. Perubahan kekuatan ion dan pH larutan
penyangga dapat pula disebabkan oleh pengenceran.
Penambahan air dalam jumlah cukup, jika tidak mengubah
pH dapat mengakibatkan penyimpangan positif atau
negatif sekalipun keci sekali karena air selain dapat
mengubah nilai koefisien kereaktifan ia juga dapat
bertidak sebagai asam lemah atau basa lemah. Nilai
pengenceran yang positif menunjukkan bahwa harga pH
akan naik akibat pengenceran sedang nilai pengenceran
negatif menunjukkan bahwa nilai pH turun dengan adanya
pengenceran larutan penyanggga. Oleh karena itu
dilakukan percobaan buffer dan kapasitas buffer untuk
mengamati langsung sifat dari larutan ini.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui
cara pembuatan larutan buffer, penetapan nilai pH dan
kapasitas buffer.
C. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat
membuat larutan buffer dan menetapkan pH serta kapasita
buffernya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Umum
Larutan buffer adalah larutan yang pH-nya dapat
dikatakan tetap, walaupun ditambahkan sedikit asam atau
sedikit basa. Biasanya larutan buffer mengandung asam
lemah beserta basa lemah konjugatnya dalam kosentrasi
yang hampir sama. Larutan buffer berperan besar dalam
mengontrol kelarutan ion-ion dalam larutan sekaligus
mempertahankan pH dalam proses biokimia maupun
fisiologis (Oxtoby, 2001).
Kapasitas buffer adalah kemampuan air laut untuk
mempertahankan kondisi tetap stabil, yang meliputi pH,
CO2, dan kalsium (Iswanto, 2011)
Keberadaan katalis buffer juga memiliki pengaruh
yang kuat terhadap laju pengerasan, reaksi degradasi
dan derajat pembentukan perekat MUF (Iswanto, 2011).
Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif
tinggi memiliki kapasitas buffer yang lebih besar, yang
artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion
asetat, akan mendorong ion H+ untuk berikatan dengan
ion asetat sehingga penurunan pH akibat ion H+ tidak
terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar, pada
kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel
produk korosi dapat terbentuk lebih seragam. Partikel-
partikel tersebut mampu membentuk lapisan pelindung
yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi
korosif terhadap permukaan logam. Sebaliknya, pada
kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH antara sisi
anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH
tersebut menyebabkan perbedaan potensial antara sisi
anodik dan katodik semakin tinggi sehingga proses
korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan
konsentrasi asam yang melebihi batas maksimum justru
menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif
karena laju pertumbuhan dari lapisan pelindung yang
terbentuk pada sistem dengan kapasitas buffer tinggi
lebih terkontrol dibandingkan di dalam sistem dengan
kapasitas buffer yang rendah (Santoso,2011).
Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif
tinggi memiliki kapasitas buffer yang lebih besar, yang
artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion
asetat, akan mendorong ion H+ untuk berikatan dengan
ion asetat sehingga penurunan pH akibat ion H+ tidak
terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar, pada
kondisi larutan yang lewat jenuh, partikel-partikel
produk korosi dapat terbentuk lebih seragam. Partikel-
partikel tersebut mampu membentuk lapisan pelindung
yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi
korosif terhadap permukaan logam. Sebaliknya, pada
kapasitas buffer yang rendah, perbedaan pH antara sisi
anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH
tersebut menyebabkan perbedaan potensial antara sisi
anodik dan katodik semakin tinggi sehingga proses
korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan
konsentrasi asam yang melebihi batas maksimum justru
menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif
karena laju pertumbuhan dari lapisan pelindung yang
terbentuk pada sistem dengan kapasitas buffer tinggi
lebih terkontrol dibandingkan di dalam sistem dengan
kapasitas buffer yang rendah.
Buffer juga dapat digunakan dalam melihat rentang
asam/basa, melalui diagram potensial-pH tidak dapat
mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh
trayek rentang pH sistem buffer. Walaupun demikian,
rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH
penting dalam kajian korosi baja karbon, karena daerah
itu meliput sebagian besar daerah peralihan korosi
aktif ke keadaan pasif (Bundjali, 2004).
Alkalinitas adalah ukuran kapasitas penyangga
medium kultur dalam daerah pH netral. Dengan demikian,
kapasitas medium untuk menerima proton adalah
alkalinitasnya. Alkalinitas medium adalah fungsi
bikarbonatnya, karbonate, dan bagian hidroksida . Dari
ketiga bagian tersebut , bikarbonat adalah yang paling
penting sebab paling bertanggung jawab atas kapasitas
penyanggayang netral. Kegagalan analisis rutin dalam
penerapan disebabkan karena tidak tersedianya seluruh
informasi yang diperlukan agar kinerja digester
memusakan. Hal ini disebabkan karena penentuan
alkalinitas hanya sampai pH 4,0. yang hanya terkait
dengan alkalinitas asetat dan alkalinitas bikarbonat.
Daerah penyanggaasetat hanya akan efektif pada pH 3,75
sampai pH 5,75 dan untuk pH lebih rendah dari itu tidak
dapat ditolerir oleh bakteri metanogen. (Padmono, 2007)
B.Uraian bahan
1. Asam Salisilat (Ditjen POM, 1979 : 56)
Nama resmi : Acidum Salicylicum
Nama lain : Asam salisilat
RM/BM : C7H6O3/ 138,12
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna
atau serbuk berwarna putih, hampir tidak
berbau:rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan
dalam 4 bagian etanol (95%) p: mudah
Larut dalam kloroform P dan dalam eter
P: larut dalam larutan Amonium asetat P,
dinatrium hidrogenfosfat P, kalium
sitrat P,dan Natrium sitrat P
Kegunaan : Keratolitikum,anti fungi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Akuades (Ditjen POM 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Air suling
RM/BM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih,tidak
berwarna,tidak berbau,tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan: Dalam wadah tertutup baik
3. Natrium Salisilat (Ditjen POM,1979,Hal.424)
Nama resmi : Natrii Salicylas
Nama lain : Natrium salisilat
RM/BM : C7H5NaO3/160,11
Pemerian : Hablur kecil atau bentuk sisik
tidak berwarna atau serbuk putih;
Tidak berbau atau berbau khas
lemah:rasa manis ,asin, tidak enak
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan
larut dalam 11 bagian etanol (95%) P
Kegunaan : Antipiretikum, analgetikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik,terlindung dari cahaya
4. Natrium hidroksida (Ditjen,POM,1979,Hal.412)
Nama resmi : Natrii Hidroxydum
Nama lain : Natrium hidroksida
RM/BM :NaOH/40,00
Pemerian : Bentuk batang,butiran,mssa hablur
atau keping,kering,keras,rapuh Dan
menujukkan susunan hablur,putih,mudah
meleleh basa. Sangat Alkalis dan
korosif,segera menyerap karbondioksida
Kelarutan : Sangat larut dalam air dan
dalam etanol (95%) P
Kegunaan : Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Etanol ( Dirjen POM,1979,Hal.65 )
Nama resmi : Aethanolum
Nama lain : Alkohol
RM/BM : C2H6O/46,07
Pemerian : Cairan tak
berwarna,jernih,mudah menguap dan
mudah bergerak; Bau khas; rasa
panas.mudah terbakar dengan
memberikan nyala yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam
air,dalam kloroform p dan dalam eter
P.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat Dan Bahan
1.Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini
adalah berupa
Statif
Filler
Klem
Erlenmeyer 100 ml
Buret
Labu takar 100 ml
Pipet tetes
Batang pengaduk.
2.Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah :
- Akuades
- Asam salisilat
- Natrium salisilat
- NaOH
- Indikator fenoftalein 0,5 %
- Alkohol 70%
B. Prosedur Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah:
a) Asam salisilat 0,1 M
-Dimasukkan kedalam erlenmeyer.
-Diteteskan indikator fenftalein sebanyak
5 tetes.
-Dititrasi dengan NaOH sampai dengan
terjadi perubahan warna.
-Catat perubahan pH yang terjadi.
Hasil Pengamatan
b) Natrium salisillat 0,1 M
-Dimasukkan kedalam erlenmeyer.
-Diteteskan indikator fenftalein sebanyak
5 tetes.
-Dititrasi dengan NaOH sampai dengan
terjadi perubahan warna.
Asam
Natrium
-Catat perubahan pH yang terjadi.
Hasil Pengamatan
c) Pembuatan Buffer
- Dimasukkan buffer asetat pH = 3 masing-
masing 25 ml asam salisilat dan 25 ml
natrium asetat
-Diteteskan indikator fenftalein sebanyak
6 tetes.
-Dititrasi dengan NaOH sampai dengan
terjadi perubahan warna.
-Diulangi pada pH 4 dan pH 5
Hasil Pengamatan
Asam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Pengamatan
1. Tabel Hasil Pengamatan
pH larutan NaOH (ml)KapasitasBufferr
pH 3 21 ml 3pH 4 20 ml 3,3
pH 5 13 ml 2,6
2. Perhitungan pH
a) pH 3
pH = pKa + log fifu
3 = 2,98 + log fifu
Asumsi pH = pKa = 3
pH = pKa + log fifu
3 = pKa + log fifu
3 = 3 + log
Log fifu = 3-3 = 0
fifu = 1
fi : fu = 1 : 1
b) pH 3
pH = pKa + log fifu
4 = 2,98 + log fifu
Asumsi pH = pKa = 3
pH = pKa + log fifu
4 = pKa + log fifu
4 = 3 + log
Log fifu = 4-3 = 1
fifu = 10
fi : fu = 10 : 1
c) pH 3
pH = pKa + log fifu
5 = 2,98 + log fifu
Asumsi pH = pKa = 3
pH = pKa + log fifu
5 = pKa + log fifu
5 = 3 + log
Log fifu = 5-3 = 2
fifu = 100 :
fi : fu = 1 : 1
3. Perhitungan Kapasitas Buffer
a)Buffer pH 3
β= volumetotalpHakhir−pHawal
β=21
10−3
β=3
b) Buffer pH 4
β= volumetotalpHakhir−pHawal
β=20
10−4
β=3,3
c) Buffer pH 5
β= volumetotalpHakhir−pHawal
β=13
10−5
β=2,6
B. Pembahasan
Larutan buffer adalah campuran asam/basa lemah dan
basa/asam konjugasinyayang dapat mempertahankan pH di
sekitar daerah kapasitas buffer. Adapun kapasitas
buffer adalah kemampuan mempertahankan pH. Larutan
penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi
suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh
basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini
disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi yang
mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa
konjugasinya, sehingga dapat mengikat baik ion H+
maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat
atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan.
Larutan penyangga atau larutan buffer merupakan
suatu asam/basa lemah yang dapat mempertahankan pH pada
penambahan sedikit asam atau basa, Suatu larutan yang
bertahan terhadap perubahan pH, bila suatu asam atau
basa ditambahkan dalam jumlah yang relatif sedikit
disebut larutan buffer (dapar). Suatu larutan yang
mengandung satu pasang asam-basa konjugasi merupakan
suatu contoh buffer. Asamnya bereaksi dengan tiap ion
hidroksida yang ditambahkan kepada larutan, dan basa
konjugatnya bergabung dengan ion hidrogen.
Larutan penyangga atau larutan dapar atau buffer
adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan
nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama
reaksi kimia berlangsung. Sifat yang khas dari larutan
penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit
dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan buffer dapat dibuat dari reaksi campuran
antara asam lemah dengan garamnya yang berasal dari
asam kuat atau basa lemah dengan garamnya yang berasal
dari basa kuat.
Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan
untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan
konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis
bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin
diketahui kadarnya). Titrasi yang melibatkan reaksi
antara asam dengan basa dikenal dengan istilah titrasi
asam basa.
Titrasi asam basa sering disebut juga titrasi
netralisasi. Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan
larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada
titrasi, dalam menganalisis sampel yang bersifat basa
maka digunakan larutan standar asam, metode ini dikenal
dengan asidimetri. Sebaliknya dalam menganalisis sampel
yang bersifat asam maka digunakan larutan standar yang
bersifat basa dan dikenal dengan alkalimetri. Dan pada
praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode
alkalimetri, yaitu menggunakan larutan basa sebagai
larutan standar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini yaitu pembuatan
larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah
larutan basa lemah dengan larutan asam konjugasinya dan
mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan basa
konjugasinya. Perubahan pH pada larutan penyangga
terjadi dengan perubahan kecil yang signifikan karena
sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan
sedikit asam atau basa. Penentuan kapasitas buffer
dilakukan untuk menunjukkan kekuatan larutan dalam
mempertahankan pH, pada larutan buffer pH 3 diperoleh
kapasitas buffer sebesar 3 , pada larutan buffer pH 4
diperoleh kapasitas buffer sebesar 3,3 dan pada
larutan buffer pH 5 diperoleh kapasitas buffer sebesar
2,6.
B. Saran
Adapun saran yang dapat saya sampaikan adalah
sebaiknya dalam melakukan percobaan ini sebaiknya para
praktikum melakukan dengan teliti agar mendapatkan
hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bundjali, Bunbun, dkk.,2004. Konstruksi Diagram
Potensial-pH untuk Baja Karbon dalam Buffer
Asetat secara Potensiodinamik Eksperimental.
Jurnal Matematika dan Sains . Vol. 9 No. 4,
Desember 2004, hal 307-312
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia ed. III.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Iswanto, Apri Heri, Tito Sucipto, Fauzi Febrianto.2011.
Keasaman Dan Kapasitas Penyangga Beberapa Jenis
Kayu Tropis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Hutan 4(1): 22-25 (2011).
Kuncoro Eko Budi. 2004. Akuarium Laut. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius.
Oxtoby, David W., 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Jakarta : Erlangga.
Padmono, Djoko.2007. Kemampuan Alkalinitas Kapasitas
Penyanggan (Buffer Capacity) Dalam Sistem
Anaerobik Fixed Bed Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian PenerapanTeknologi, Jakarta.
Vol. 8. No.2. Hal.119-127
Santoso, rendy wahyu. 2011. Pengaruh Konsentrasi
CH3COOH Terhadap Karakterisasi Korosi Baja Bs 970
Di Lingkungan CO2. Jurnal Penelitian Dosen.
Institut Teknologi Sepuluh November.