LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH Dosen Pengampu : Ir. Warmanti Mildaryani, MP “PENGAMBILAN CONTOH TANAH, MORFOLOGI TANAH, KADAR LENGAS TANAH, KADAR BAHAN ORGANIK TANAH, KADAR KAPUR EKIVALEN/SETARA TANAH, TEKSTUR TANAH, STRUKTUR TANAH, KONSISTENSI DENGAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG TANAH DAN PH TANAH” “TANAH LATOSOL” Disusun Oleh : Abdul Mufti Putra 13011037 Ikhsan Adi Putra 13011033 Irfan Khan 13011038 Suhandrik Pasaribu 13011039 Widagdo Suripto 13011032 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUMDASAR ILMU TANAH
Dosen Pengampu : Ir. Warmanti Mildaryani, MP
“PENGAMBILAN CONTOH TANAH, MORFOLOGI TANAH, KADAR LENGAS TANAH, KADAR BAHAN ORGANIK TANAH, KADAR KAPUR
EKIVALEN/SETARA TANAH, TEKSTUR TANAH, STRUKTUR TANAH, KONSISTENSI DENGAN ANGKA-ANGKA ATTERBERG TANAH
DAN PH TANAH”
“TANAH LATOSOL”
Disusun Oleh :
Abdul Mufti Putra 13011037Ikhsan Adi Putra 13011033Irfan Khan 13011038Suhandrik Pasaribu 13011039Widagdo Suripto 13011032
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGIFAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTAYOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Dasar Ilmu Tanah ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah
Dasar Ilmu Tanah pada Fakultas Agroindustri Program Studi Agroteknologi Universitas
Mercu Buana Yogyakarta.
Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Warmanti Mildaryani, MP selaku dosen pengampu Mata Kuliah Dasar Ilmu
Tanah.
2. Agus Abudharin Munif selaku asisten dosen yang membantu kelancaran jalannya
praktikum.
3. Staf Laboraturium Ilmu Tanah Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana
Yogyakarta yang membantu kelancaran jalannya praktikum.
4. Semua teman-teman dan sahabat-sahabat dari program studi agroteknologi angkatan
2013.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran
dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan laporan yang akan
datang. Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 20 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................ vii
Acara I PENGAMBILAN CONTOH TANAH.......................................................... 1
1.1. Tujuan Praktikum................................................................................. 2
Laporan Sementara 1. Pengambilan Contoh Tanah........................................................ 82
Laporan Sementara 2. Morfologi Tanah........................................................................... 83
Laporan Sementara 3. Kadar Lengas Tanah.................................................................... 84
Laporan Sementara 4. Penetapan Kadar Bahan Organik Tanah.................................. 87
Laporan Sementara 5. Kadar Kapur Ekivalen/Setara Tanah........................................ 88
Laporan Sementara 6. Penentuan Tekstur Tanah........................................................... 89
Laporan Sementara 7. Struktur Tanah............................................................................. 92
Laporan Sementara 8. Konsistensi dengan Angka-angka Atterberg Tanah................. 96
Laporan Sementara 9. Reaksi Tanah : pH Tanah............................................................ 101
ACARA I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
ACARA I
PENGAMBILAN CONTOH TANAH
1.1. Tujuan Praktikum
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui teknik pengambilan
contoh tanah.
1.2. Landasan Teori
Contoh tanah adalah suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horizon/lapisan/solum) dengan sifat-sifat yang akan diteliti. Sifat-sifat
fisika tanah, dapat kita analisis melalui dua aspek, yaitu disperse dan fraksinasi. Untuk
mencari atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh
tanah dengan 3 cara yaitu : pengambilan dalam keadaan agregat tidak terusik,
pengambilan tanah tidak terusik dan pengambilan tanah terusik (Agus, 1998).
Menurut Hardjowigeno (1992), teknik pengambilan contoh tanah ada 4 cara,
yaitu :
1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample), digunakan untuk penetapan-penetapan
berat volume (bulk density), porositas tanah, kurva pH dan permeableitas.
2. Contoh tanah dengan agregrat utuh (undisturbed soil agregrat) digunakan untuk
penetapan agregrat dan nilai COLE (Coeffisient of Linear Extensibility).
3. Cntoh tanah terganggu atau tidak utuh (disturbed soil sample), digunakan untuk
penetapan-penetapan kadar air, tekstur, konsistemsi dan batas-batas angka atterberg,
warna dan sebagainya.
4. Contoh tanah dari suatu profil yaitu gabungan dari cara pengambilan contoh tanah
utuh, tanah agregrat utuh, dan tanah terganggu/tidak utuh.
Fraksinasi adalah penganalisisan sifat-sifat fisika tanah dengan cara memisahkan
butir-butir primer tanah tersebut. Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah,
kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah dengan tiga cara, yaitu : tidak
terusik, terusik, agregat tidak terusik. Menurut (Soegiman (1982), untuk mencari dan
atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan pengambilan contoh tanah
dengan tiga cara, yaitu :
1) Contoh tanah tidak terusik, yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi atau
berat volume, agihan ukuran pori, dan untuk permeabilitas
2) Contoh tanah terusik, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan.
3) Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik, yang diperlukan untuk penetapan
agihan ukuran agregrat dan derajad kemantapan agregrat.
1.3. Metodologi Praktikum
A. Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2014 di Dusun Sorogaten,
Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
B. Bahan dan alat
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Pengambilan tanah utuh
1. Tabung kuningan/cooper ring/ring sample
2. Sekop, cangkul atau cetok
3. Pisau yang tajam dan tipis
b. Pengambilan tanah tidak utuh/terganggu
1. Kantong plastik yang berukuran cukup untuk diisi kira-kira 2 kg contoh
tanah, plastik dan label
2. Spidol
3. Cangkul
C. Cara kerja
a. Pengambilan tanah utuh
1. Meratakan dan membersihkan lapisan tanah atas yang akan diambil,
kemudian letakkan tabung tegak pada lapisan tanah tersebut.
2. Menggali tanah disekitar tabung dengan sekop atau cetok
3. Mengiris dan menghaluskan potongan tanah disekita tabung hingga
mendekati tabung.
4. Menekan tabung hingga ¾ masuk kedalam tanah.
5. Meletakkan tabung lain diatas tabung pertama.
6. Menekan lagi tabung tersebut sampai permukaan tabung pertama masuk
kedalam tanah sekitar 1 cm.
7. Tabung beserta contoh tanah didalamnya diambil dengan sekop atau cangkul
8. Memisahkan tabung kedua dari tabung pertama dengan hati-hati, kemudian
potonglah tanah berlebih pada bagian atas dan bawah tabung pertama hingga
rata.
9. Menutup tabung yang berisi contoh tanah tersebut dengan plastik penutup
dan simpan kedalam kotak khusus yang telah disediakan.
b. Pengambilan tanah tidak utuh/terganggu
1. Menggali tanah sampai kedalaman yang diinginkan.
2. Mengambil dan memasukkan contoh tanah kedalam kantong plastik. Beri
tanda (nomor dan kode) pada label. Bungkus label dengan plastik kecil,
masukkan kedalam kantong plastik lalu diikat dengan karet gelang.
Pemberian tan da dapat juga pada plastik pembungkus tanah
1.4. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berupa tanah utuh
yang berada pada tabung dan tanah tidak utuh/terganggu dalam bentuk bongkahan
yang ada didalam plastik.
B. Pembahasan
Pengambilan contoh tanah merupakan tahap awal dan terpenting dalam
program uji tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah ini bertujuan untuk
mengetahui sifat-sifat tanah pada suatu titik pengamatan. Prinsipnya adalah hasil
analisis sifat fisik tanah dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat fisik
tanah di lapangan.
Pada praktikum ini digunakan 2 (dua) cara pengambilan contoh tanah yaitu
contoh tanah utuh dan contoh tanah tidak utuh/terganggu. Pada pengambilan contoh
tanah utuh menggunakan alat berupa cooper ring yang telah memenuhi syarat Area
Ratio <0,1 untuk menghindari kerusakan (perubahan sifat fisik) tanah akibat
tekanan-tekanan mendatar. Pengambilan contoh tanah ini dilakukan dengan
menekan cooper ring pada kedalaman tertertu diatas lapisan tanah atas yang telah
bersih menggunakan cooper ring yang lain. Kemudian cooper ring yang masuk
kedalam tanah diambil menggunakan cangkul dan diratakan bagian atas dan
bawahnya jika ada tanah berlebih yang ikut terambil dan dimasukkan kedalam
plastik. Pada pengambilan contoh tanah tidak utuh/terganggu dilakukan dengan
menggali tanah yang akan diambil menggunakan cangkul sehingga didapatkan
bongkahan kemudian dimasukkan kedalam plastik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh tanah, antara lain :
1. Permukaan tanah yang akan diambil harus bersih dari rumput-rumputan, sisa
tanaman, bahan organik, dan batu-batuan atau kerikil.
2. Alat-alat yang digunakan bersih dari kotoran-kotoran dan tidak berkarat.
Kantong plastik wadah contoh tanah sebaiknya masih baru, belum dipakai untuk
keperluan lain.
3. Jangan mengambil contoh tanah dari selokan, bibir teras, bekas pembakaran
sampah atau sisa tanaman, dan bekas penggembalaan ternak.
1.5. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Pengambilan contoh tanah diantaranya dapat dilakukan dengan cara mengambil
contoh tanah utuh dan contoh tanah tidak utuh/terganggu.
2. Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan dengan menekan cooper ring pada
kedalaman tertertu diatas lapisan tanah atas yang telah bersih menggunakan cooper
ring yang lain.
3. Pada pengambilan contoh tanah tidak utuh/terganggu dilakukan dengan menggali
tanah yang akan diambil menggunakan cangkul sehingga didapatkan bongkahan
kemudian dimasukkan kedalam plastik
ACARA II
MORFOLOGI TANAH
ACARA II
MORFOLOGI TANAH
2.1. Tujuan Praktikum
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengenal dan mengamati bentuk profil tanah
2. Menggambar suatu profil tanah
2.2. Landasan Teori
Tanah adalah lapisan terluar bumi yang memilki lapisan-lapisan (horizon).
Horizon tanah terdiri dari horizon O, A, E, B, dan C. Lapisan tanah ini terbentuk karena
proses yang terjadi dalam pembentukan tanah. Pada dasarnya tanah terbentuk dari dari
lapisan batuan yang paling besar (bahan induk) menjadi partikel yang lebih kecil (pasir,
debu dan liat). Selain itu kandungan tanah yang ada dipengaruhi oleh bahan mineral dan
penambahan bahan-bahan organik yang berasal dari proses terbentuknya tanah.
Kandungan tanah membuat tanah ini memiliki ciri-ciri yang dapat diperhatikan secara
langsung (morfologi) seperti warna, bentuk dan batasan-batasan. Tanah lapisan atas
warnanya lebih gelap (hitam) dibanding tanah lapisan bawah yang berwarna terang
(abu-abu atau kebiruan) (Foth,1994).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat lubang
dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan tanah
yang diberlukan dalam kegiatan penelitian. Tanah merupakan tbuh alam yang
berbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forses) terhadap
pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-bahan koloid.
(Hakim,2007)
Selain itu, profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas
hingga bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-
E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah,
meskipun tanah terdiri dari beberapa horison, namun bagi tetanaman yang sangat
penting adalah horizon O-A (lapisan atas) yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah
30cm, bahkan bagi tanaman berakar dangkal seperti padi, palawija dan sayuran yang
berperan adalah kedalaman dibawah 20cm (Lopulisa, 2004)
Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara
horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu
haruslah diperi secara lengkap. Pemberian warna tanah juga perlu memperhatikan
hubungan antara pola warna dengan struktur tanah kesarangan tanah. Agregat tanah
yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu
seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman
pemberian warna tanah yang dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat
(USDA). (Poerwidodo, 1991)
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi tanah
dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat,
adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis
tanah berbeda amat besar. (Foth, 1998)
Tiap jenis dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari sifat-sifat fisis
maupun kimianya. Oleh karena itu, profil tanah adalah penampang vertikal pada tanah
sampai lapisan bahan induk dari tanah. Solum tanah merupakan penampang tanah yang
dimulai dari horizon A sampai horizon B. (Nurhajati, 1986)
Tanah membentuk lingkungan untuk sistem perakaran yang rumit pada tumbuhan
dan bagian bawah tanah lainnya. Seperti rhizome, subang dan umbi lapis maupun untuk
sejumlah jasad tanah. Karena itu penting untuk memahami bagaimana lingkungan yang
rumit itu dapat beragam dan bagaimana menyediakan medium untuk pertumbuhan akar
tumbuhan dan tempat untuk bertaut (Ewusia, 1990).
2.3. Metodologi Praktikum
A. Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 22 Juni 2014 di Dusun Sorogaten,
Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta.
B. Bahan dan alat
1. Bor tanah
2. Cangkul
3. Pisau belati
4. Altimeter
5. Mistar kayu/gulung
6. Buku warna tanah
7. H2O2 dan HCL 1 N
C. Cara kerja
1. Memilih suatu tempat yang mewakili suatu kawasan/lahan, tentukan batas-
batasnya dengan pengeboran. Penentuan batas ini bertujuan untuk membuat
baku masing-masing satuan tanah (klasifikasi) sebagai pembanding terhadap
satuan tanah lainnya.
2. Menggali lubang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 1,5 m, dan panjang 2 m.
Dinding profil tanah dibuat menghadap ke utara, dan untuk masuk ke lubang
dibuatkan tangga.
3. Menentukan batas-batas horizon tanah, ketebalannya, dan amati masing-masing
horizon mengenai ciri-cirinya.
4. Mencatat pula ciri-ciri morfologi lahan di sekitar profil tanah, ukur tinggi tempat
dengan altimeter dan gambar penampang profil tanah yang diamati.
2.4. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Gambar 1. Profil tanah
Tabel 1. Horizon tanah
Horizon Ketebalan Keterangan
O 5 cmWarna gelap, berupa serasah/sisa-sisa tanaman dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah
A 16 cmWarna agak gelap, horizon mineral berbahan organik tanah tinggi
E 32 cm
Warna terang, horizon mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar BOT, liat silikat, Fe, dan Al rendah tetapi pasir dan debu kuarsa dan mineral resisten lainnya tinggi
B 65 cm Horizon illuvial (akumulasi bahan eluvial)
Horizon B
Horizon E
Horizon AHorizon O
- Ketinggian tempat 450 mdpl
- Ciri-ciri morfologi lahan disekitar profil tanah yaitu semi tandus, tanaman yang
tumbuh adalah tanaman kelapa dan ilalang.
- Kandungan kapur tinggi, diketahui dengan meneteskan HCL 1 N pada contoh
tanah yang mengakibatkan tanah berbuih karena ada reaksi antara HCL dengan
CaCO3.
B. Pembahasan
Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga
bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiri dari horison-horison O-A-E-B-
C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah.
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan biologi
tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan dan klasifikasi
tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan pengolahan tanah yang
lebih tepat, adapun faktor-faktor pembentuk tanah, maka potensi untuk membentuk
berbagai jenis tanah berbeda amat besar. (Foth, 1998)
Pada praktikum kali ini pengamatan dilakukan di Dusun Sorogaten, Desa
Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta. Dari
pengamatan yang telah dilaksanakan diketahui bahwa profil tanah yang tersingkap
terdiri dari horizon O dengan ketebalan 5 cm, horizon A dengan ketebalan 16 cm,
horizon E dengan ketebalan 32 cm dan horizon B dengan ketebalan 65 cm. Horizon
C dan horizon R tidak terlihat karena jauh berada didalam tanah sehingga yang
dapat diamati hanya sampai horizon B.
Horizon O berwarna gelap, dikarenakan horizon ini merupakan berupa
serasah/sisa-sisa tanaman dan bahan organik tanah hasil dekomposisi serasah.
Horizon A berwarna agak gelap, dikarenakan horizon ini merupakan horizon
mineral berbahan organik tanah tinggi. Horizon E berwarna terang karena horizon
ini merupakan horizon mineral yang telah tereluviasi (tercuci) sehingga kadar BOT,
liat silikat, Fe, dan Al rendah tetapi pasir dan debu kuarsa dan mineral resisten
lainnya tinggi dan horizon B berwarna terang juga, merupakan hasil akumulasi
bahan-bahan yan tercuci dari horizon diatasnya.
Tanah yang diamati profil tanahnya mengandung kapur yang tinggi, diketahui
dengan meneteskan HCL 1 N pada contoh tanah yang mengakibatkan tanah berbuih
karena ada reaksi antara HCL dengan CaCO3. Keadaan disekitar profil tanah yaitu
semi tandus, hanya ilalang dan tanaman kelapa yang tumbuh. Untuk tanah seperti
ini, untuk mendapatkan tanah yang baik sehingga dapat ditanami komoditas lain
diperlukan pengolahan tanah yang sangat kompleks.
2.5. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Profil tanah merupakan irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga bebatuan
induk tanah (regolit).
2. Profil tanah yang diamati terdiri dari horizon O,A,E dan B
3. Horizon O memiliki ketebalan 5 cm, horizon A memiliki ketebalan 16 cm, horizon
E memiliki ketebalan 32 cm dan horizon B memiliki ketebalan 65 cm.
ACARA III
KADAR LENGAS TANAH
ACARA III
KADAR LENGAS TANAH
3.1. Tujuan Praktikum
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah menetapkan kadar lengas contoh
tanah latosol.
3.2. Landasan Teori
Tanah Latosol disebut juga sebagai tanah Inceptisol. Tanah ini mempunyai
lapisan solum tanah yang tebal sampai sangat tebal, yaitu dari 130 cm sampai 5 meter
bahkan lebih, sedangkan batas antara horizon tidak begitu jelas. Warna dari tanah
latosol adalah merah, coklat sampai kekuning-kuningan. Kandungan bahan organiknya
berkisar antara 3-9 % tapi biasanya sekitar 5% saja. Reaksi tanah berkisar antara pH
4,5-6,5 yaitu dari asam sampai agak asam. Tekstur seluruh solum tanah ini umumnya
adalah liat, sedangkan strukturnya remah dengan konsistensi adalah gembur. Dari
warna bisa dilihat unsur haranya, semakin merah biasanya semakin miskin. Pada
umumnya kandungan unsur hara ini dari rendah sampai sedang. Mudah sampai agak
sukar merembes air, oleh sebab itu infiltrasi dan perkolasinya dari agak cepat sampai
agak lambat, daya menahan air cukup baik dan agak tahan terhadap erosi (Soepardi,
1983).
Pada umumnya tanah Latosol ini kadar unsur hara dan organiknya cukup rendah,
sedangkan produktivitas tanahnya dari sedang sampai tinggi. Tanah in memerlukan
input yang memadai. Tanaman yang bisa ditanam didaerah ini adalah padi
(persawahan), sayur-sayuran dan buah-buahan, palawija, kemudian kelapa sawit, karet,
cengkeh, kopi dan lada. Secara keseluruhan tanah Latosol atau Inceptisol ini
mempunyai sifat-sifat fisik yang baik akan tetapi sifat-sifat kimianya kurang baik
(Soepardi, 1983).
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam tanah yang terikat oleh berbagai
kakas (matrik,osmosis, dan kapiler). Kakas ini meningkat sejalan dengan peningkatan
permukaan jenis zarah dan kerapatan muatan elektrostatik zarah tanah. Tegangan lengas
tanah juga menentukan beberapa banyak air yang dapat diserap tumbuhan. Bagian
lengas tanah yang tumbuhan mampu menyerap dinamakan air ketersediaan
(Notohadiprabowo,2006).
Keberadaan lengas tanah dipengaruhi oleh energi pengikat spesifik yang
berhubungan dengan tekanan air. Status energi bebas (tekanan) lengas tanah
dipengaruhi oleh perilaku dan keberadaannya oleh tanaman. Lengas tanah dipengaruhi
oleh keberadaan gravitasi dan tekanan osmosis apabila tanah dilakukan pemupukan
dengan konsentrasi tinggi (Bridges, 1979).
Di dalam tanah, air berada di dalam ruang pori diantara padatan tanah. Jika tanah
dalam keadaan jenuh air, semua ruang pori tanah terisi air. Dalam keadaan ini jumlah
tanah yang disimpan didalam tanah merupakan jumlah air maksimum disebut kapasitas
penyimpanan air maksimum. Selanjutnya jika tanah dibiarkan mengalami pengeringan,
sebagian ruang pori akan terisi udara dan sebagian lainnya terisi air. Dalam keadaan ini
tanah dikatakan tidak jenuh (Hillel,1983).
Di dalam tanah air dapat bertahan tetap berada di dalam ruang pori karena adanya
berbagai gaya yang yang bekerja pada air tersebut. Untuk dapat mengambil air dari
rongga pori tanah diperlukan gaya atau energi yang diperlukan untuk melawan energi
yang menahan air. Gaya – gaya yang menahan air hingga bertahan dalam rongga pori
berasal dari absorbsi molekul air oleh padatan tanah, gaya tarik menarik antara molekul
air, adanya larutan garam dan gaya kapiler (Yong et al.,1975).
Jumlah air tanah yang bermanfaat untuk tanaman mempunyai batas – batas
tertentu. Seperti pada kekurangan air, kelebihan air dapat merupakan kesukaran. Air
yang kelebihan itu tidaklah beracun, akan tetapi kekurangan udara pada tanah – tanah
yang tergenanglah yang menyebabkan kerusakan. Tanaman dapat ditanam dengan
memuaskan dalam larutan air bila aerasi diberikan dengan baik (Kelly,2002).
Penetapan kadar lengas tanah dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Metode langsung diartikan sebagai metode dimana air dikeluarkan dalam sampel,
misalnya melalui evaporasi, selanjutnya jumlah air yang dikeluarkan tersebut
ditentukan. Cara yang paling umum digunakan dalam menentukan jumlah air yang
dikeluarkan adalah dengan mengukur kehilangan berat sampel (Gardner, 1986).
Penetapan kadar lengas secara tidak langsung dilakukan dengan mengevaluasi
perubahan sifat-sifat bahan yang berkorelasi dengan keberadaan air dalam tanah. Dua
dari sifat-sifat tersebut yang paling banyak digunakan adalah : (i) jumlah dan laju
penyebaran neutron, dan (ii) konduktivitas dan kapasitansi listrik dalam tanah (Gardner,
1986).
3.3. Metodologi Praktikum
A. Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 06 Juni 2014 di Laboratorium Tanah
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
B. Bahan dan alat
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Contoh tanah kering angin gumpalan, diameter 2mm dan 0,5 mm (Latosol)
2. 9 buah botol timbang kuningan
3. Timbangan analitis (ketelitian 0,001 gr)
4. Alat pengering (oven)
5. Eksikator
C. Cara kerja
1. Menimbang botol timbangan kuningan kosong, bersih dan bertutup [misal
beratnya a gram]
2. Memasukkan contoh tanah kedalam botol timbangan sampai separuh penuh,
timbang botol berisi tanah dan bertutup [misal beratnya b gram]
3. Dengan tutup terbuka masukkan botol timbangan berisi tanah kedalam oven
selama paling sedikit 4 jam dengan suhu antara 1050 C – 1100 C. lebih lama
lebih baik untuk mencapai berat konstan.
4. Setelah 4 jam botol timbang berisi tanah kering ditutup rapat, lalu dinginkan
dalam eksikator/desikator, kemudian ditimbang.
5. Memasukkan lagi botol timbang seperti langkah ke-4 untuk mendapatkan berat
konstan kering mutlak [misal c gram]
3.4. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Dengan kandungan air yang tinggi ini, tanah latosol dapat melekat pada alat
pengolah tanah seperti bajak atau cangkul. Bila air berkurang maka melekatnya
tanah pada alat pengolah juga berkurang, sehingga bila kadar air terus berkurang
akhirnya tanah tidak dapat melekat lagi.
Temperatur dan perubahan udara merupakan perubahan iklim dan berpengaruh
pada efisiensi penggunaan air tanah dan penentuan air yang dapat hilang melalui
saluran evaporasi permukaan tanah. Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh
pada air tanah yang tersedia adalah hubungan tegangan dan kelembaban, kadar
garam, kedalaman tanah, strata dan lapisan tanah. Banyaknya kandungan air tanah
berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh tekstur
tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih
kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari
pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat (Hardjowigeno, 1992).
8.5. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Batas cair (BC) tanah contoh tanah latosol sebesar 90,09%
2. Batas lekat (BL) tanah contoh tanah latosol sebesar 79,34%
3. Batas gulung (BG) tanah contoh tanah latosol sebesar 52,20%
4. Batas berubah warna (BBW) tanah contoh tanah latosol sebesar 20%
5. Jangka olah (JO) tanah contoh tanah latosol sebesar 27,14%
6. Indeks plastisitas (IP) tanah contoh tanah latosol sebesar 37,89%
7. Persediaan air maksimum (PAM) dalam tanah contoh tanah latosol sebesar 70,09%
8. Berdasarkan harkat angka-angka atterberg, tanah latosol memiliki konsistensi tanah
yang sangat tinggi.
ACARA IX
REAKSI TANAH : pH TANAH
ACARA IX
REAKSI TANAH : pH TANAH
9.1. Tujuan Praktikum
Secara umum, tujuan dari praktikum ini adalah menetapkan pH tanah dalam
larutan H2O dan KCL contoh tanah latosol.
9.2. Landasan Teori
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah
tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH- yang
jumlahnya berbading terbalik dengan ion H+. Kemasaman tanah terdapat pada daerah
dengan curah hujan tinggi, sedangkan pengaruhnya sangat besar pada tanaman,
sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat tanah yang
sangat penting (Foth, 1991).
Kemasaman tanah merupakan salah satu sifat penting sebab terdapat hubungan
pH dengan ketersediaan unsur hara juga terdapat beberapa hubungan antara pH dan
semua pembentukan serta sifat-sifat tanah. Pada umumnya pH tanah ditentukan oleh
pencampuran satu bagian air suling untuk mendapatkan tanah dan air samapai
mendekati keseimbangan dan setelah itu baru diukur pH suspensi tanah
(Poerwowidodo, 1991).
Kemasaman pH tanah secara sederhana merupakan ukuran aktivitas H+ dan
dinyatakan sebagai –log 10 (H+). Secara praktikal ukuran logaritma aktivitas atau
konsentrasi H+ ini berarti setiap perubahan satu unit pH tanah berarti terjadi perubahan
10 kali dari kemasaman atau kebasahan. Pada tanah yang mempunyai pH 6,0 berarti
tanah tersebut mempunyai H+ aktif sebanyak 10 kali dibandingkan dengan tanah yang
mempunyai pH 7,0.
Sebagian besar tanah-tanah produktif, mulai dari hutan humid dan sub humid
hingga padang rumput di semiarid mempunyai pH bervariasi antara 4,0 hingga 8,0.
Nilai di atas atau dibawah variasi tersebut disebabkan oleh garam Na, dan Ca atau ion
H+ dan Al +3 dalam larutan tanah (Brady, 1990).
Pada umumnya pada larutan pertanian, penggunaan pH secara rutin dilakukan
untuk memonitor pengaruh raktek pengelolaan pertanian terhadap efisiensi penggunaan
N, kelarutan Al, dan hubungannya dengan dampak lingkungan. Sebagian besar lahan
yang mempunyai pH sangat rendah atau tinggi menguntungkan untuk pertumbuhan
tanaman. Apabila tanah bersifat masam dinetralisir dengan pemberian kapur.
Sebaliknya apabila tanah terlalu basa dapat diturunkan pHnya dengan pemberian
belerang. Tanah masam khususnya di daerah tropika mempengaruhi pertumbuhan
tanaman melalui beberapa cara. Apabila tanah (pH) rendah, maka satu atau lebih faktor
tanah yang tidak menguntungkan muncul dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman
terhambat (Gaur, 1981).
9.3. Metodologi Praktikum
A. Waktu pelaksanaan
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 4 Juli 2014 di Laboratorium Tanah
Universitas Mercu Buana Yogyakarta.
B. Bahan dan alat
Bahan dan alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Contoh tanah asli gumpalan (Latosol)
2. KCL 1 N dan H2O
3. 2 buah beaker glass 100 ml
4. Alat pH meter elektrode
5. Termometer
6. Gelas ukur
7. Botol pemancar air
C. Cara kerja
1. Menimbang contoh tanah sebanyak 10 gram dengan beaker glass. Tambahkan air
suling sebanyak 25 ml (1:25), lalu diaduk-aduk untuk melarutkan tanah selama
jangka waktu 30 menit dengan batang kaca pengaduk
2. Biarkan larutan tanah itu mengendap selama 30 menit
3. Setelah larutan mengendap, ukur pHnya dengan cara sebagai berikut :
a. Siapkan alat pH meter dengan menyambungkan elektrode pada meternya
b. Siapkan elektrode pada larutan penyangga pH 7 dan tekan tombol pada tanda
“ON”, sesuaikan keadaan tombol “TEMP” pada angka temeratur larutan
penyangga pH 7 dan aturlah tombol “CALIB” hingga terbaca angka 7,00 pada
layar pH meter
c. Cuci elektrode dengan pancaran air suling di bagian ujungnya sampai bersih
d. Celupkan elektrode pada larutan penyangga pH 4 dan tombol “TEMP” agar
sesuai dendan temperatur larutan penyangga pH 4, kemudian aturlah tombol
“SLOPE” hingga terbaca angka 4,00 pada layar pH meter
e. Cucilah lagi elektrode dengan air suling hingga bersih dengan pancaran air
f. Dengan mengikuti langkah dari a sampai e, maka dengan begitu pH meter
telah terkalibrasi dan siap digunakan untuk mengukur pH meter yang diteliti
4. Laksanakan langkah-langkah ke-1 sampai ke-2 dengan menggunakan larutan
KCl 1N untuk menentukan pH potensialnya.
9.4. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil yaitu pH tanah dalam
H2O sebesar 5,62 pada suhu 28,5˚C.
B. Pembahasan
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di
dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam
tanah tersebut (Foth, 1991).
Hubungan antara pH tanah dengan kemasaman tanah adalah bahwa pH tanah
merupakan suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan, yang
berkesetimbangan dengan H tidak terdisosiasi dari senyawa-senyawa dapat larut dan
tidal larut yang ada didalam sistem. Dengan demikian, intensitas kemasaman dari
suatu sistem (dalam hal ini adalah tanah) dinyatakan dengan pH dan kapasitas
kemasaman dinyatakan dengan takaran H+ terdisosiasi ditambah H+ tidak
terdososiasi di dalam sistem (tanah). Sistem tanah yang dirajai oleh ion-ion H+ akan
bersuasana asam, yang dengan demikian pH tanah juga akan naik.
Analisis pH tanah dalam praktikum ini dilakukan dengan menggunakan pH
meter elektorde. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa pH
tanah contoh tanah latosol dalam H2O sebesar 5,62 pada suhu 28,5˚C. Menurut
Soepardi (1983), reaksi tanah latosol berkisar antara pH 4,5-6,5 yaitu dari asam
sampai agak asam. Menurut Kalpage (1974), tanah latosol bereaksi masam sampai
sangat masam dan fiksasi ion fosfat tinggi. Masalah kemasaman ini akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tapi pengapuran kurang nyata pengaruhnya
karena kapasitas pertukaran basa rendah sehingga penambahan bahan kapur akan
meninggalkan efek residu yang sangat terbatas atau kecil.
Menurut Brady (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah,yang
menyebabkan perbedaan nilai pH adalah :
1. Kejenuhan Basa (KB), apabila semakin besar kejenuhan basa,
semakintinggi pH tanah dan sebaliknya bila kejenuhan basa
rendah, maka pHrendah.
2. Sifat koloid, merupakan koloid organik mudah mendisosiasikan
ion H+kelarutan tanah dan sebaliknya untuk koloid Fe dan Al
hidroks oksida danliat silikat, pH tanah organik < pH tanah
mineral yang kaya Fe dan Alhidroks oksida atau liat silikat pada
kejenuhan basa yang sama.
3. Macam kation yang terjerap, koloid-koloid yang menjerap Na+
dan ion basa-basa yang lain akan mempunyai pH
tinggi.4.Jumlah curah hujan.
4. Drainase tanah internal
5. Tipe vegetasi
6. Aktivitas manusia
7. Ketersediaan unsur hara
8. Tekstur tanah dan stuktur tanah
9. Ketersediaan air
10. Bahan organik
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan pH tanah
antara lain:
1. Perbandingan tanah dengan air, faktor ini harus diperhatikan
karena perbandingan tersebut menentukan besar kecilnya pH,
jika perbandinganmenurun, maka elektroda tidak sempurna.
2. Kandungan garam-garam dalam larutan tanah, tanah-tanah
masam mengandung cukup garam-garam terlarut untuk
mengganggu pertumbuhan tanaman, terutama dengan
meningkatnya tekanan osmosis larutan tanah dan membatasi
larutan air. Keseimbangan CO2 udara dan CO2 tanah, CO2 yang
dihasilkan dari pernapasan melarut dalam larutan tanah
membentuk asam karbonatrendah. Pengaruh ini terlihat pada
tanah-tanah kapur dan tanah alkalilainnya untuk ribuan tahun,
yang menunjukkan bahwa terbentuknya asamkarbonat dalam
tanah mempunyai peranan yang kurang berarti dalam
menentukan pH tanah.
9.5. Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan
dengan nilai pH.
2. pH tanah contoh tanah latosol dalam H2O sebesar 5,62 pada suhu 28,5˚C.
3. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen H+ di dalam tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya Pengolahannya.. Sebelas Maret University Press : Surakarta.
Bridges,E.M.1979. World Soils. Cambridge Univ.Press.Cambridge, New York.
Darmawijaya, M. isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Djajakirana, 2001. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Bumi Aksara: Semarang.
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhtara Karya Aksara : Jakarta..
Foth, H. D, 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Jilid ke Enam . Erlangga. Jakarta.
Foth. H. D, 1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press, Jogyakarta.
Hakim. 1986. Dasar-Dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UB. Malang
Hakim. N, Yusuf Nyakpa, A. M Lubis, S. G. Nugroho, Rusdi Saul, Amin Diha, Go Bang Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, Ali Kemas. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta.
Harjadi, Sri Setyati, 2002, Pengantar Agronomi, PT. Gramedia Pustaka Utama;
Hillel,D.1983.Fundamental of Soil Physic.Academic Press.New York.
Islami, T. 1995. Klasifikasi Tanah. Aka press. Jakarta.
Kelly,J.F.2002. Holticultural Crops as Sources of Protein and Amino Acids.Hortsci. 7:11-13.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91- 97.
Madjid, Abdul. 2007. Bahan Organik Tanah. Universitas Sriwijaya. Palembang.
Mukhid,S.2010. Pengaruh Pemberian Lapisan Lempung Terhadap Peningkatan Lengas Tanah Pada Lahan Berpasir. Info Perpustakaan : Jurnalsaint dan Teknologi
Notohadiprawiro,T.2006. Pendayagunaan Pengelolaan Tanah untuk Proteksi Lingkungan. Jurnal Ilmiah STTL 4:11-26.
Pairunan A.K., L. Nanere, Arifin, Solo S.R. Samosir, R. Tangkaisari, J. L. Lalopua, B. Ibrahim dan H. Asmadi, 1997. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Bagian Timur, Makassar.
Priambada ,I. D., J . Widodo dan R.A. Sitompul. 2005. Impact of Landuse Intency on Microbal Community in Agrocosystem of Southern Sumatra International Symposium on Academic Exchange Cooperation Gadjah Mada University and Ibraki University. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Setyati, Sri, 1991. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Jakarta.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Saduran The Nature and Properties of Soils by Brady. 1983. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Soetjipto, dkk. 1992. Dasar - Dasar Irigasi. Erlangga: Jakarta.
Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Sutanto, Rachman . 2005 . Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan . Kanisius. Yogyakarta
Wallace, A., R.G and Teny. 2000. Handbook of Soil Conditioners Subsistance That Enhance the Physical Properties of Soil. Marcell Pecker Inc. New York: Amerika.
Watoni, A.H., dan Buchari. 2000. Studi Aplikasi Metode Potensiometri Pada Penentuan Kandungan Karbon Organik Total Tanah. JMS Vol. 5 No. 1, hal. 23 – 40.
Yani, A. 2003. Beberapa Pendekatan Pengukuran Karbon Tanah Gambut Di Jambi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Yong,R.N and B.P Warkentin.1975. Soil Properties and Behaviour. Elsevier, Amsterdam.