LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN TANAH SAWAH Oleh : Golongan / Kelompok : A/ 6 Efia Alfionita (131510501099) Fitri Lailatul Q. (131510501088) Yoko Simbolon (131510501090) Hamzah Arif (131510501093) Erviana Dwi C. (131510501103)
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGOLAHAN TANAH SAWAH
Oleh :
Golongan / Kelompok : A/ 6
Efia Alfionita (131510501099)
Fitri Lailatul Q. (131510501088)
Yoko Simbolon (131510501090)
Hamzah Arif (131510501093)
Erviana Dwi C. (131510501103)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia berhasil menjadi negara swasembada pangan
pada tahu 1984-1989. Namun pada dekade 1990-an, petani mulai
kelimpungan menghadapi serangan hama, kesuburan tanah yang
merosot, ketergantungan pemakaian pupuk yang semakin
meningkat dan pestisida tidak manjur lagi, serta harga gabah
dikontrol pemerintah. Revolusi hijau bertumpu pada
penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk kimia
secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat
serangan organisme pengganggu, penggunaan varietas unggul
berdaya hasil tinggi, monokultur padi ganda untuk
meningkatkan hasil panen tahunan, dan berbagai bentuk
dukungan sektor publik sebagai perangsang petani (kredit
lunak, subsidi besar, dukungan harga, penyediaan prasarana
mahal). Melalui penerapan teknologi non-tradisional ini,
terjadi peningkatan hasil tanaman pangan berlipat ganda dan
memungkinkan penanaman tiga kali dalam setahun untuk padi
pada tempat-tempat tertentu, suatu hal yang sebelumnya tidak
mungkin terjadi, tetapi tanpa disadari, hal ini justru
menurunkan kesuburan tanah dan membuat hama menjadi resisten
terhadap pestisida kimia tersebut. Oleh karena itu, kini di
Indonesia mulai diterapkan sistem pertanian organik baik
untuk tanaman pangan maupun tanaman holtikultura.
Sistem sawah , merupakan teknik budidaya yang tinggi,
terutama dalam pengolahan tanah dan pengelolaan air, sehingga
tercapai stabilitas biologi yang tinggi, dan kesuburan tanah
dapat dipertahankan. Ini dicapai dengan sistem pengairan yang
sinambung dan drainase yang baik. Sistem sawah merupakan
potensi besar untuk produksi pangan, baik padi maupun
palawija. Di beberapa daerah, pertanian tebu dan tembakau
menggunakan sistem sawah namun yang paling banyak di temui
adalah sistem sawah untuk tanaman padi.
Memasuki era teknologi tinggi penggunaan alat-alat
pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan
proses pengolahan produksi pertanian. Salah satu alat yang
umum dan paling sering digunakan adalah Traktor . Traktor
merupakan sebuah alat bermesin yang memiliki kemampuan untuk
mengolah tanah. Fungsi traktor sekrang telah mengantikan
fungsi tenaga hewan seperti sapi dan kerbau dalam pengolahan
tanah. Traktor tangan (hand tractor) adalah sumber penggerak
dari implemen (peralatan) pertanian. Biasanya traktor tangan
digunakan untuk mengolah tanah. Namun sebenarnya traktor
tangan ini merupakan mesin yang serba guna, karena dapat
digunakan untuk tenaga penggerak implemen yang lain,
seperti : pompa air, alat prosesing, trailer, dan lain-lain.
Untuk meningkatkan kualitas pertanian haruslah
dibarengi dengan perbaikan dalam berbagai sektor yang turut
mendukung dalam bidang tersebut. Salah satu yang perlu
mendapatkan perhatian adalah produktivitas lahan yang
semakin hari semakin menurun. Perlu di lakukan perbaikan agar
tanah pertanian dapat berproduksi dengan optimal baik dengan
penggunaan pupuk organik, penggunaan alsintan secara tepat
maupun tenaga pengolah yang harus memperhatikan etika
lingkungan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi tanah sebelum dan sesuadah
dilakukan pengolahan tanah
2. Untuk mengetahui perbedaan pengolahan tanah tradisional
dan modern
3. Untuk mengetahui macam-macam jenis olah tanah serta
tahapan dalam mengolah tanah
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Bersama dengan tanah liat, humuslah menjadi sebab utama
dari daya adsorpsi tanah, sehingga tanah dapat mengikat
unsur-unsur makanan yang mutlak diperlukan oleh tanaman dan
lebih memperbesar daya tukar unsur. Karena humus sendiri
merupakan sumber dari garam-garam mineral. Humus mengandung
Nsekitar 5 %. Humus dapat meningkatkan pemakaian P dan
mencegah kemunduran K. Humus dapat mempertahankan sumber PH
tanah sekitar netral, jadi pada tanah pasir akan menjadi lebih
masam, dan pada tanah masam akan menjadi lebih alkalis karena
pengaruh humus (Aak, 2007).
Kondisi tanah bisa juga diperbaikai dengan pengolahan
yang berpengaruh terhadap struktur tanah, kemampuan menahan
air, erosi tanah, kemampuan infiltrasi, dan suhu. Pengolahan
tanah akan mengurangi pembentukan poros dan memecahkan
saluran kapiler-kapiler dalam tanah.lapisan yang diolah akan
mengering dengan cepat, tetapi kelembaban dibawah dapat
terkonservasi dengan baik. Pengolahan tanah dapat
menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih dan
mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama tanaman
yang lain atau untuk membantu mengendalikan erosi. Pengolahan
tanah membutuhkan unsur energi yang tinggi. Unsur ini dapat
dihasilkan dari dalam suatu usaha tani ataupun berasal dari
luar lahan. Pengolahan tanah bisa mengakibatkan efek negatif
atas kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan
organik. Jika tidak dikerjakan dengan baik, pengolahan tanah
bisa juga meningkatkan erosi (Reijtjes, 2011).
Penggunaan mesin-mesin berat di bidang pertanian telah
menimbulkan masalah tersendiri berkaitan dengan tingkat
kesuburan tanah. Pemadatan struktur tanah dan rusaknya
saluran air akan menurunkan daya serap tanah dan meningkatkan
erosi. Pemadatan struktur tanah menyebabkan tanak sulit
dibajak atau dicangkul dan menghambat proses perembesan air
serta mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan sistem
perakaran tanaman (Slikin, 2003).
Selain pengolahan tanah yang efektif, perlu dicermati
faktor ketersedian air bagi tanaman yaitu dengan
memperhatikan teknik pemberian air dalam proses pemeliharaan
tanamn tersebut. Pada kondisi kapasitas lapang, akar dapat
dengan mudah mengabsorbsi air. Air yang dekat dengan akar akan
bergerak dengan berlahan searah dengan akar. Titik layu
permanen adalah jumlah air didalam tanah pada akar-akar
didalam tanah tiadak mapu lagi menyerap air dari tanah. Air
tersedia adalah selisih antara kadar air pada kapasitas
lapang dengan kadar air pada titik layu permanen. Melalui akar
setiap tanaman mencoba mengabsorbsi air secukupnya dari tanah
untuk pertumbuhan dan perkembangannya yang erpenting adalah
bahwa air itu dalam keadaan yang mudah di adsorbsi oleh tanaman
(Intara, 2011).
Beberapa cara persiapan tanam yang baru diperkenalkan
dan sudah memenuhi kriteria pengolahan tanah konservasi yaitu
pengolahan tanah minimum (minimum tillage), tanpa pengolahan
tanah (zero tillage) dan penanaman secara tugal. Pengaruh
beberapa sistem pengolahan tanah tersebut terhadap erosi dan
aliran per-mukaan sudah banyak diteliti. Sinukaban (1981) dan
Johnson et al. (1979) menyim-pulkan bahwa pengolahan tanah
konser-vasi sangat efektif dalam menekan erosi dan aliran
permukaan. Keefektifan peng-olahan tanah konservasi menekan
erosi pada dasarnya terletak pada pengaruhnya terhadap peubah
kondisi permukaan tanah, antara lain persentase permu-kaaan
tanah yang tertutup, kekasaran permukaan dan guludan-guludan
kecil yang terbentuk, sisa tanaman dan gulma yang terbentuk,
dan erodibilitas (Mu’minah, 2009).
Tipe penggunaan lahan sangat peting bagi semua jenis
tanah untuk menjaga kesuburann tanah. Tanah sawah berbeda
dengan tanah lahan kering. Ciri utama tanah sawah adalah
identik dengan genangan air dalam waktu yang lama. Perubahan
kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat
mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara padi. Pada kebun
campuran, kandungan C-organik lebih tinggi (2,17 %) apabila
dibandingkan dengan lahan alang-alang (2,10 %) dan tegalan
(1,92 %) disebabkan juga oleh keragaman vegetasi pada kebun
campuran lebih banyak, sedangkan untuk lahan tegalan yang
ditanami tanaman semusim yakni jagung, kedelai, dan ubi kayu
hampir semua bagian tanaman terbawa panen, sehingga bahan
organik yang dikembalikan ke tanah sangat sedikit serta
ditambah dari efek pengolahan tanah yang intensif (Saridevi,
2013). Penggenangan tanah untuk lahan persawahan dapat
menyebabkan perubahan permanen pada sifat-sifat tanah asal yang
selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tingkat perkembangan
profil tanah dan klasifikasi tanah. Perkembangan tanah
dicirikan oleh terjadinya diferensiasi horizon sebagai wakil
proses pedogen baik fisik, kimia dan biologi yang oleh reaksi
dalam profil tanah terjadi penambahan bahan organik dan mineral
berupa bahan padatan, cair atau gas, menghilangnya bahan diatas
tanah, alih tempat bahan dari satu bagian ke bagian lain dalam
tubuh tanah, alih rupa senyawa mineral dan bahan organik di dalam
tubuh tanah (Rajamuddin, 2009).
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani jagung adalah
meningkatkan nilai tambah hasil usaha tani dengan mengolah
hasil panen menjadi bahan baku setengah jadi atau bahan jadi,
seperti pembuatan beras dan tepung jagung serta pembuatan
pakan ternak dari jagung maupun brangkasan. Pembuatan pakan
ternak dari brangkasan jagung tidak hanya meningkatkan
produktivitas dan pendapatan usaha tani jagung, tetapi juga
dapat mendorong terciptanya produk baru seperti biogas dengan
cara melakukan pengandangan ternak secara tetap karena
tersedia pakan secara kontinu. Pembuatan biogas dari kotoran
ternak sapi dapat memberikan pendapatan tambahan bagi petani
dan mengurangi penggunaan minyak tanah ( Syafruddin, 2010).
Menurut Adeniran dan Babatunde (2010), masalah traksi
pada tanah lahan basah telah menjadi keterbatasan utama untuk
adaptasi praktek mekanisasi untuk mengolah tanah. Air Sumber
Konsultan Proyek Pembangunan Pertanian menunjukkan bahwa
sekitar 3,5 juta hektar daratan Nigeria adalah tanah Fadama
dari yang hanya 2 juta hektar dapat diletakkan di bawah
irigasi skala kecil. Pengembangan perencanaan yang efektif
dan praktek lapangan Fadama akan meningkatkan produksi
tanaman seperti seperti beras, produk vegetatif (tomat,
merica dan lain-lain) sehingga membuat musim tanam tersedia
untuk lebih dari satu kali dalam satu tahun (musim kemarau),
menyebabkan peningkatan produksi pangan. Adeniran dalam Gee-
Clough et al., (2010) melaporkan bahwa ini adalah bahwa
kekhawatiran di sebagian besar negara-negara Asia di mana
beras merupakan salah satu tanaman pokok yang dibudidayakan
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum matakuliah Pengantar teknologi pertanian
tentang “ Pengolahan Tanah ” yang dilaksanakan UPT
Agroteknopark Jubung Universitas Jember pada hari jumat 28
Maret 2014 pukul 07.00 - selesai
3.2 Alat dan Bahan
1. Traktor
2. Cangkul
3. Alat tulis
4. Modul praktikum
5. Sawah lahan basah
3.2 Cara Kerja
1. Kunjungi areal sawah yang telah selesai panen dan telah
siap untuk dibersihkan dari rumput dan jerami padi
2. Operasikan traktor untuk membersikan dan membalik tanah
dimulai dari bagian tepi sawah dan selesai di tengah atau
sebaliknya
3. Gunakan cangkul untuk membersihkan bagian tepi serta
dapat membantu membersihkan saluran drainase
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PEKERJAAN PENGOLAHAN TANAH1 Pembersihan Petak Sawah1.
1. Tahap pekerjaan :1. Membersihkan Petak sawah dari gulma dan tanamanpengganggu
2. Pembersihan dapat dilakukan dengan menggunakan sabit, cangkul serta traktor. Alat
ini dapat memepermudah dalam pembersihan rumput2. Hasil Pekerjaan :
1. Pemembersihan petak sawah dari batang padi dapat dilakukan lebih cepat
2. Tanah siap untuk dibajak3. Tanah bersih dari tanaman pengganggu
3. Keterangan : Penggunaan alat sabit dan cangkul dapat mempermudah pekerjaan
2
.
Perbaikan Saluran Dan Galengan
1. Tahap Pekerjaan : Perbaikan saluran dan galengan dilakukukan dengan
menggunakan cangkul. Yang pertama harus dilakukan adalah
1. Saluran dibersihkan dari rumput atau sumbatan yang lain
2. Cangkul saluran dan galengan begitu seterusnya sampai selesai
2. Hasil Pekerjaan : Saluran air sudah bersih dari rumput
Galengan sudah berundak dan tidak terganggu darirumput
3. Keterangan : Penggunaan alatnya adalah cangkul, cara kerjanya
seperti dalam proses pencangkulan3
.
Pencangkulan
1. Tahapan Pekerjaan : Pencangkulan merupakan cara pengolahan tanah
secara tradisional, berikut tahap pekerjaannya :1. Pegang gagang cangkul dengan kedua tangan2. Angkat cangkul sampai kira-kira tangan
setinggi bahu3. Ayunkan ketanah dan lakukan sampai beberapa
kali sampai tanah terbalik dan bercampur menjadisatu
4. Lakukan pencangkulan mulai dari bagian pinggir sawah hingga ketengah dan berakhir dipinggir lagi
2. Hasil Pekerjaan : Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul membutuhkan waktu yang cukup lama karena pekerjaan keseleruhan mengandalkan tenaga manusia. Perataan
tanah dengan menggunakan cangkul hasilnya akan lebih baik karena tanah yang terbalik lebih tercampur dan
galiannya lebih rata.3. Keterangan :
Cangkul terbuat dari bahan yang efisien untuk digunakan. Gagang cangkul terbuat dai kayu mata
cangkul terbuat dari besi . mata cangkul berfungsi
untuk membalikkan tanah.4.
Pembajakan
1. Tahap Pekerjaana. Nyalakan mesin traktorb. Tarik tus penyala yang ada dibagian atas dekat
dengan setirc. Pegang setir dengan kedua tangan sambil
menjalankan traktord. Jika ingin memutar kearah kanan maka tarik rem
sebelah kanan dan begitu pula sebaliknya jika ingin berputar kekiri
e. Tahap pekerjaan dilakukan dari pinggir dan selesai di bagian tengah
2. Pengamatan Hasil- Tanah yang dibajak akan menjadi gembur dan berubah
menjadi lumpur sehingga tidak ada lagi lapisantanah
- Tujuan dari pembajakan adalah untuk membalikkan tanah dan mencampur menjadi satu ingga menjadi
lumpur, hal ini memudahkan proses penanaman3. Keterangan
Bagian dari traktor adalah rem, tuas, mesin, setir untuk menjalankan mesin, serta bajak yang
adadibagian bawah untuk mebalikkan tanah5
.
Penggaruan
1. Tahap Pekerjaan- Mengganti bajak dengan alat garu yang ada dibagianbawahya
- Alat garu ini rata sehingga dapat meratakan
ketebalan tanah yang berlumpur- Penggaruan dilakukan berulang kali, seperti
pembajakan dari pinggir sampai ketengah2. Pengamatan Hasil
- Tanah menjadi bersih dan rata serta bersih dari batang-batang padi yang tertinggal di sawah
- Ketebalan tanah rata sehingga tanah siap dan baik untuk tanaman. Hal ini untuk
mempermudahdistribusi airdalam sawah 3. Keterangan
Alat garu dan bajak berbeda tapi proses pengerjaan/pengolahannya sama
4.2 Pembahasan
Sebelum melakukan penanaman lahan sawah harus
dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa rumput dan jerami
yang masih tertinggal di sawah. Rumput dan jerami yang telah
terkumpul sebaiknya tidak dibakar karena akan merusak unsur
hara yang ada disawah. Lebih baik rumput dan jerami di olah
untuk menjadi pupuk. Kemudian tanah digenangi dengan air agar
tanah menjadi lunak, rumput-rumput yang tumbuh menjadi mati,
dan memusnahkan bermacam-macam serangga yang dapat merusak
bibit saat di semaikan.
Hasil dari pengolahan tanah dapat membuat tanah menjadi
gembur, membunuh gulma yang merugikan, menurunkan laju erosi,
meratakan tanah, mencampur tanah dengan pupuk dan pengolahan
tanah untuk ditanami padi bertujuan untuk melumpurkan tanah
agar pada saat ditanami menjadi lebih mudah. Pada jenis tanah
tertentu akan mendapatkan hasil yang tidak sama karena
perlakuan yang diberikan pada saat pengolahan tidak sama.
Misalnya pada lahan yang berada di kelerengan tertentu akan
mendapat perlakuan tersendiri dari proses pembersihan dan
alat yang digunakan untuk mengolah tanah. Alat yang digunakan
untuk mengolah tanah adalah alat ringan dan tidak cocok
digunakan alat berat. Berbeda pada lahan yang datar,
pengolahan tanah dapat dilakukan secara lebih optimal karena
alat yang digunakan untuk mengolah lahan lebih modern dan
pengerjaannya lebih cepat.
Pengolahan lahan dengan menggunakan traktor akan lebih
efisien dari pada meggunakan alat lain seperti bajak sapi.
Tahap pekerjaannya dimulai dari bagian tepi atau dapat juga
dari bagian tengah sawah. Namun dari hasil pengamatan, arah
putaran traktor dari bagian tengah baru kemudian kebagian
tepi. Traktor yang terlalu lama berputar ditempat akan
membuat tanah menjadi hancur dan tidak bertekstur. Tujuan
dari pembajakan adalah membuat tanah menjadi lumpur oleh
karena itu harus dilakukan pembajakan 2 kali.
Pengolahan lahan sawah dapat dilakukan dengan cara
tradisional dan modern. Pengolahan tanah secara tradisional
merupakan pengolahan tanah sawah dengan alat-alat sederhana
seperti sabit, cangkul, bajak, dan garu yang semuanya
dilakukan oleh manusia atau dibantu oleh tenaga hewan.
Sedangkan pengolahan tanah secara modern merupakan
pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin traktor
dan peralatan pengolahan tanah yang dilakukan dengan mesin
traktor dan peralatan pengolahan tanah yang lain. Kelebihan
pengolahan tanah secara tradisional yaitu hasilnya akan lebih
optimal karena pekerjaannya dilakukan secara teliti denagn
tenaga manusia, sedangkan kekurangannya yaitu kurang
efisiensi dalam masalah waktu, tenaga kerja maupun modal yang
dikeluarkan. Pengolahan tanah secara modern dapat merusak
kelestarian lingkungan, merusak tekstur tanah serta
mengurangi tenaga kerja. Namun hasil pengolahan dari alat-
alat modern ini lebih cepat, menghemat pengeluaran serta
menekan kerugian.
Ttraktor tangan dikendalikan oleh seorang operator
sebagai pengatur arah gerakan traktor. Tuas kemudi dibagian
atas digunakan untuk menjalankan dan menghentikan traktor.
Arah gerakan traktor dikendalikan oleh kopling yang ada
dibagian setir. Jika ingin belok kearah kanan maka tarik
kopling dibagian kanan dan jika ingin belok kearah kiri maka
tarik kopling di bagian kiri. Pembajakan dilakukan dari tepi
sawah dan selesai di tengah, dapat pula dimulai dari tengah dan
diselesaikan di tengah. Dalam menjalankan traktor tidak
membuhkan keahlian khusus karena traktor relatif mudah ntuk
di kendalikan, prinsip yang digunakan seperti mengendalikan
sepeda.
Sebelum ditanami lebih baik tanah dibiarkan/diberokan
lebih dahulu dengan tujuan untuk mengistirahatkan tanah.
Tanaman diberokan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat
berfungsi secara optimal dan saat ditanami dapat berproduksi
dengan baik. Pada saat diberokan taah dialiri dengan air yang
bertujuan agar tanah menjadi lunak, rumput-rumput yang tumbuh
menjadi mati dan membusukkan jerami yang tertinggal. Dengan
demikian asupan oksigen dalam tanah lebih melimpah,
dekomposer serta mikroorganisme yang ada dalam tanah lebih
subur.
Tanaman sisa yang ada di sawah sebaiknya dikumpulkan dan
diolah untuk menjadi kompos dan selanjutnya dapat digunakan
untuk memupuk tanaman padi yang telah disemaikan. Selain itu
pembersihan tanah dari tanaman sisa bertujuan untuk
memudahkan dalam proses penanaman selanjutnya. Tanaman yang
tertinggal di sawah bisa jadi membawa bibit penyakit yang
selanjutnya dapat merusak bibit yang telah ditanam dan ikut
terbawa sampai panen. Hal ini dapat merusak kualitas dan
kuantitas padi. Ganengan berfungsi untuk menahan lajua air
agar tidak merembes keluar. Perawatan galengan harus
dilakukan secara berkala, pembersihan galengan juga
bertujuan untuk memberantas bibit gulma yang ikut terbawa
bersama dengan air. Saluran irigasi harus dibersihkan agar
proses pengairan terbebas dari gangguan gulma yang merugikan.
Sebelum dilakukan penanaman tanah harus diolah terlebih
dahulu untuk memperbaiki saluran irigasi serta sifat fisik,
biologi seta kimia tanah. Tanah harus diolah sedemikian rupa
sehingga siap untuk ditanami. Untuk pengolahan lahan basah
tanah harus di airi terlebih dahulu untuk mematikan rumput dan
membusukkan sisa jerami yang masih tertinggal. Pengolahan
tanah berfungsi untuk mengembalikan unsur hara yang sebelumya
telah larut bersama dengan air. Unsur hara sangat penting
peranannya bagi pertumbuhan tanaman. Dengan pengolahan tanah
yang benar maka proses selanjutnya dalam pertanian akan
lancar pula karena pengolahantanah adalah tahap awal dalam
bercocok tanam.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara tradisional dan
modern. Pengolahan tanah secara tradisional yaitu pengolahan
tanah sawah dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti
sabit, cangkul, bajak dan garu, yang semuanya dilakukan oleh
manusia dan dibantu oleh hewan seperti kerbau dan sapi.
Sedangkan pengolahan tanah secara modern, yaitu pengolahan
tanah sawah yang dilakukan dengan mesin traktor dan
pengolahan tanah yang lain.
Tahapan dalam menolah tanah meliputi pembersihan,
pebaikan saluran dan galengan, pencangkulan, pembajakan, dan
penggaruan. Pembersihan dilakukan sebelum tanah dicangkul
atau dibajak dan harus dibersihkan terlebi dahulu dari sisa
jerami dan rumput dan dikumpulkan untuk diubah menjadi
kompos. Pebaikan saluran dan galengan bertujuan untuk menahan
air dengan baik. Perbaikan saluran dan galengan bertujuan
untuk mencegah kehilangan air pengairan dan mengurangi
terbawanya biji gulma kedalam petak-petak sawah.
Pencangkulan sawah bertujuan untuk membuat tanah menjadi
lunak dan rumput-rumputnya menjadi membusuk. Pencangkulan
dilakukan setelah pembajakan aar tanah yang belum terbajak
dapat terbalik secara rata dengan menggunakan cangkul.
Sebelum pembajakan tanah harus dialiri air terlebih dahulu
sampai kondisi jenuh namun jangan sampai menggenang.
Pembajakan dimulai dari bagian tepi dan dapat pula dari bagian
tengah petakan. Proses penggaruan tidak memerlukan banyak
air, oleh karena itu tanah yang akan digaru lebih baik
dikurangi genangan airnya. Penggaruan dilakukan berulang-
ulang dengan arah memanjang dan melintang. Setelah penggaruan
tanah digenangi air kembali selama 7-10 hari sebelum
penanaman. Pekerjaan pengolahan tanah mulai dari proses
pembajakan pertama sampai pekerjaan penggaruan untuk
perataan dan pelumpuran memerlukan waktu kurang lebih 25
hari, yaitu kira-kira sama dengan umur bibit dipersemaian.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Sebelum melakukan pengolahan lahan untuk penanaman padi
lebih baik tanah dibersihkan dari gangguan gulma dan jerani
yang masih tertinggal kemudian diairi dengan air agar tanah
menjadi gembur dan berubah menjadi lumpur, hal ini akan
mempermudah dalam proses penanaman.
2. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara tradisional dan
modern, secara tradisonal pengolahan tanah kurang efektif
karena sepenuhnya menggunakan tenaga menusia, modal yang
dikeluarkan juga lebih banyak. Secara modern pengolahan
tanah lebih cepat dari segi waktu, tidak terlalu banyak
menggunakan tenaga manusia, serta lebih hemat dalam
pengeluaran. Namun pengolahan tanah secara moden dapat
merusak tekstrur dari tanah.
3. Pengolahan tanah terdiri dari proses pembersihan dari
sisa-sisa rumput dan jerami, perbaikan saluran irigasi
serta galengan yang bertujuan untuk mempermudah proses
pengairan, pencangkulan untuk memperbaiki galengan agar
air tidak merembes keluar, pembajakan untuk membalikkan
tanah dan mencampurkan tanah dengan pupuk serta penggaruan
yang berfungsi untuk meratakan tanah dan membuat bedengan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum alat, mesin dan lahan yang
digunakan lebih banyak agar semua praktikan dapat merasakan
cara pengolahan tanah yang benar. Meskipun hanya pengenalan
akan lebih baik jika semua praktikan dapat menjalankan
traktor dengan baik dan benar.
Sebaiknya praktikan mempunyai kesadaran untuk tertib
dalam mengantri menjalankan traktor dan praktikan yang telah
mencoba tidak boleh menjaankannya lagi agar semuanya kebagian
untuk mengendalikan teraktor serta mencangkul.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 2007. Dasar-Dasar Bercocok Tanam . Yogyakarta : Kanisius
Adeniran, K.A. dan Babatunde, O.O. 2010. Investigation ofWetland Soil Properties affecting Optimum SoilCultivation . Engineering Science and Technology Review 3 (1)
(2010) 23-26
Reijntjes, Coen., dkk. 2011. Pertanian Masa Depan . Yogyakarta :Kanisius
Intara, Yazid Ismi. 2011. Mempelajari Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Cara Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L.). Embryo Vol 8 No. 1
Mu’minah. 2009. Pengaruh Pengolahan Tanah Dan Pemberian Mulsa Jerami Terhadap Produksi Tanaman Jagung, Kacang Tanah
Dan Erosi Tanah. Agrisistem Vol. 5 No. 1.
Rajamuddin, Ulfiyah A. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu
Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Agroland 16 (1) : 45 – 52, Maret 2009.
Salikin, Karwan A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta : Kanisius
Saridevi, Gusti A. 2013. Perbedaan Sifat Biologi Tanah pada Beberapa Tipe Penggunaan Lahan di Tanah Andisol,
Inceptisol, dan Vertisol. Agroekoteknologi Tropika Vol. 2, No. 4, Oktober 2013.