Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE III IDENTIFIKASI PROTEIN Disusun Oleh: Nama dan NPM : Ambar Puspita Madyaningratri 10060313055 : Irma Astri Pebriliani 10060313056 : Tri Marleni 10060313057 : Ramli Maulana Latief 10060313058 Shift : C Kelompok : 1 Nama Asisten : Lisnawati, S.Farm. Tgl. Praktikum : Selasa, 03 Maret 2015 Tgl. pengumpulan Laporan : Selasa, 10 Maret 2015 LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI
39

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Mar 19, 2023

Download

Documents

Farauzhi Pical
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PERCOBAAN KE III

IDENTIFIKASI PROTEIN

Disusun Oleh:

Nama dan NPM : Ambar Puspita

Madyaningratri

10060313055

: Irma Astri Pebriliani 10060313056: Tri Marleni 10060313057: Ramli Maulana Latief 10060313058

Shift : CKelompok : 1Nama Asisten : Lisnawati, S.Farm.Tgl. Praktikum : Selasa, 03 Maret 2015Tgl. pengumpulan

Laporan

: Selasa, 10 Maret 2015

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2015

I. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar

mahasiswa dapat memahami metode identifikasi

protein.

II. Teori Dasar

Protein adalah suatu senyawa organik yang

mempunyai berat molekul besar antara ribuan

hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun

dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa

unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu

membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam

amino dalam protein maupun hubungan antara asam

amino satu dengan yang lain, menentukan sifat

biologis suatu protein. (Girinda, 1986).

Protein adalah sumber asam amino yang

mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak

dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul

protein mengandung gula terpor belerang, dan

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

ada jenis protein yang mengandung unsur logam

seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1984).

Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya

adalah gugus pada molekul unit pembangunan

protein yang relatif sederhana dibangun dari

rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino

mempunyai rantai samping yang khusus, yang

berikatan kovalen dalam urutan yang khas.

Karena masing-masing asam amino mempunyai

rantai samping yang khusus yang memberikan

sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20

unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai

abjad struktur protein. (Lehninger, 1982).

Sifat-Sifat Fisikokimia Protein

Sifat fisikokimia setiap protein tidak

sama, tergantung pada jumlah dan jenis

asam aminonnya.

Berat molekul protein sangat besar.

Ada protein yang larut dalam air, ada pula

yang tidak larut dalam air, tetapi semua

protein tidak larut dalam pelarut lemak.

Bila dalam suatu larutan protein

ditambahkan garam, daya larut protein akan

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

berkurang, akibatnya protein akan terpisah

sebagai endapan. Peristiwa pemisahan

protein ini disebut salting out.

Apabila protein dipanaskan atau

ditambahkan alkohol maka protein akan

menggumpal

Protein dapat bereaksi dengan asam dan

basa.

(Winarno, 1984)

Struktur Protein

Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang

kuat (peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang

lemah(hidrogen dan hidrofobik). Ikatan peptida adalah

struktur primer protein yang berasal dari gabungan asam

amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk

ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan

sebagai berikut:

a. Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein,

menghaslkan polipeptida sebagai produknya. Enzim ini

juga menghidrolisis ikatan peptida protein.

b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya

banyak ikatan peptide

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

c. Dua protein, insulin dan ribonuklease telah

disintesis hanya dengan menggabungkan asam-asam

amino dengan ikatan peptida.

d. Protein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus

amina yang dapat dititrasi.

e. Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan

pereaksi biuret, membentuk warna merah lembayung.

Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan peptida atau

lebih.

f. Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan

pisah 0,2mm telah menyajikan identifikasi ikatan

peptida pada protein mioglobin dan hemoglobin.

(Winarno, 1984)

Protein memiliki beragam struktur, mulai dari primer

sampai kuartener seperti berikut:

Struktur Primer Protein 

Protein yang dibentuk dengan asama amino tergabung

dalam ikatan polipeptida.  Setiap asam amino terhubung

dengan asam amino lainnya dalam ikatan peptida yang

terbentuk karena adanya  reaksi kondensasi gugus

karboksil pada setiap masing-masing asam amino.

Struktur Asam amino primer

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang terbentuk

mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai

gugus amino bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya,

sedangkan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau

karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena itu,

arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan)

maupun C →N (kanan ke kiri).

Struktur Sekunder Protein

Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki

konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki

pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum

struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet.

Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi

antara asam amino yang berbeda pada polipeptida. (Wibowo,

luqman, 2009)

Struktur Tersier

Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen

struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi

tiga dimensi. Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar

asam amino yang terjadi pada rangkaian polipeptida inilah

maka disebur struktur tersier. Disertai gaya hidrofobik

rangkaian ini menempatkannya (asam amino gugus non-polar)

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

dibagian dalam protein dengan tujuan melindunginya dari

air. Selain ikatan hidrogen, terdapat juga ikatan kovalen

yang disebut juga sebagai jembatan disulfide antara asam

amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian

polipeptida.

Struktur Kuartener Protein

Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih

rangkaian polipeptida, dimana masing-masing terlipat

menjadi struktur tersier, menjadi protein multisubunit.

Tidak semua protein membentuk struktur kuaternair. Antara

rangkian polipeptida yang berbeda struktur protein

terikat dengan jembatan disulfide. Sedangkan pada protein

yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah akan

dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik.

Protein ini dapat kembali pada komponen polipeptidanya,

atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada

kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener

menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-

sama membentuk struktur protein.

Fungsi Protein

·         Sebagai Enzim

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di

bantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang

disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti

reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit

seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya

terhadap perubahab-perubahan kimia dalam system biologis.

·         Alat Pengangkut dan Penyimpanan

Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion

dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein

tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam

eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam

otot.

·         Pengatur Pergerakan

Protein merupakan komponen utama daging, gerakan

otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang

saling bergeseran.

·         Penunjang Mekanik

Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang

disebebkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat

panjang dan mudah membentuk serabut

·         Pertahanan Tubuh atau Imunisasi

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody,

yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan

menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke

dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing

lain.

·         Media Perambatan Impuls Saraf

Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk

reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak

sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel

mata

·         Pengendalian Pertumbuhan

Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri)

yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA

yang mengatur sifat dan karakter bahan. (Lehninger,

1982)

Berbagai uji terhadap protein dapat dilakukan pada

praktikum ini, antara lain sebagai berikut:

Uji Biuret

Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4

yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari

peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test

yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang

berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan

struktur peptida dari protein. (Routh, 1969)

Uji Millon

Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah

larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.

Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein

maka akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah

menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi ini

positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri

dengan gugus hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk

proteoso dan pepton secara langsung akan menghasilkan

larutan yang berwarna merah. Endapan yang terbentuk

berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika

larutan protein yang akan dianalisis ada dalam suasana

basa, maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan

asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari pereaksi

akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi

dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2).

Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna.

Uji Pengendapan dengan Logam

Pada pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan

negative, sedangkan di bawah titik isoelektrik protein

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

bermuatan positif. Olehkarena itu untuk mengendapkan

protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas

titik isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan protein

dengan ion negative memerlukan pH larutan di bawah titik

isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan

protein adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+. Sedangkan

ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah

ion salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan

sulfosalisilat. (Riawan, 1990)

Uji Pengendapan dengan Garam

Pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan

ammonium sulfat. Apabila terdapat garam-garam anorganik

dalam konsentrasi tinggi dalam larutan protein(albumin

dan gelatin), maka kelarutan protein akan berkurang

sehingga terjadi pengendapan protein. Teori menyebutkan

bahwa sifat tersebut terjadi karena ion garam mampu

mengikat air (terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan

molekul protein dalam mengikat air. (Riawan, 1990)

Uji Pengendapan dengan Alkohol

Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol.

Pelarut organic dapat merubah atau mengurangi konstanta

dielektrika dari air sehingga kelarutan protein

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

berkurang, dan karena juga alkohol berkompetisi dengan

protein terhadap air.

Uji Koagulasi

Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan

terjadi koagulasi. Pada pH iso-elektrik ( pH pada larutan

tertentu biasanya sekitar 4-4,5 dimana protein mempunyai

muatan positiof dan muatan negative sama, sehingga saling

menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau

mengendap. Pada temperature diatas 60  kelrutan akan

berkurang (koagulasi) karena pada temperature yang tinggi

energy kinetic protein meningkat sehingga terjadi getaran

yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur

sekunder, tersier dan kuarterner koagulasi.

Uji Denaturasi Protein

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat

struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen

dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul

protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya

banyak sifat-sifat biologis suatu protein. (Fessenden,

1982).

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan

temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain

yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent,

radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan

jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika

suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang

lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan

kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali

struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses

yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat

atau tidak terjadi sama sekali. (Fessenden, 1982)

Denaturasi protein juga dapat diartikan suatu proses

terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam atau bila

susuna  ruang atau rantai polipeptida suatu molekul

protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi adalah

terjadi kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan

struktur kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan

peptida) masih utuh. (Fessenden, 1982)

Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu

berupa struktur primer (tingkat I), sekunder (tingklat

II), tersier (tingkat III), dan kuarterner (tingkat IV).

(Fessenden, 1982)

III. Alat dan Bahan

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Alat

- Tabung reaksi

- Pipet tetes

- Gelas ukur

- Batang pengaduk

- Kertas saring

- Stopwatch

- Thermometer

- pH meter

Bahan

- Natrium HIdroksida 2,5 N

- Larutan protein

- Larutan tembaga sulfat (CuSO4) 0,01 M

- Merkuri (II) klorida atau HgCl2 0,2 M

- Timbal asetat 0,2 M

- Larutan (NH4)2SO4

- Reagen uji biuret

- Larutan albumin

- Buffer asetat 1 M

- Asam klorida 0,1 M

- Natrium hidroksida 0,1 M

- Etil alkohol 95%

- Asam asetat 1 M

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

- Reagen millon

- Air

- Buffer asetat pH 4,7 (1 M )

- HCl 0,1 M

- NaOH 0,1 M

IV. Prosedur Kerja

1. Uji biuret

• 1,5 ml larutan protein ditempatkan di

dalam tabung reaksi

• 0,5 ml natrium hidroksida 2,5 N

ditambahkan dan diaduk

• Ditambahkan satu tetes larutan tembaga

sulfat 0,01 M kemudian diaduk

• Ditambahkan lagi 1 – 2 tetes tembaga

sulfat jika tidak terjadi perubahan warna

2. Pengendapan dengan logam

• 1,5 ml larutan protein ditempatkan didalam

tabung reaksi

• Ditambahkan 2,5 tetes HgCl2 0,2 M

• Percobaan diulangi dengan menggunakan Pb

asetat 0,2 M

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

3. Pengendapan dengan garam

• 2,5 ml larutan protein dijenuhkan dengan

ammonium sulfat caranya sedikit garam

ditambahkan kedalam larutan protein dan

diaduk hingga larut. Ditambahkan lagi

sedikit ammonium sulfat kedalamnya

dilakukan sampai sedikit garam tertinggal

tidak larut

• Setelah larutan jenuh, kemudian disaring.

• Dilakukan uji kelarutan endapan didalam

air

• Dilakukan pula uji endapan dengan reagen

millon dan filtrate dengan uji biuret

4. Pengendapan dengan alkohol

• Disediakan 3 buah tabung reaksi

• Kedalam tabung 1 ditambahkan larutan

albumin 2,5 ml, buffer asetat pH 4,7 ( 1

M) 0,5 ml dan etil alkohol 95% sebanyak 3

ml

• Ke dalam tabung 2 ditambahkan larutan

albumin 2,5 ml, HCl 0,1 0,5 ml, dan etil

alkohol 95% 3 ml.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

• Ke dalam tabung 3 ditambahkan larutan

albumin 2,5 ml, NaOH 0,1 M 0,5 ml dan etil

alkohol 95% 3 ml

5. Uji Koagulasi

• Dimasukkan 2,5 ml protein ke dalam tabung

reaksi

• Ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M

• Tabung diletakkan di dalam air mendidih

selama 5 menit

• Endapan diambil dengan batang pengaduk

• Dilakukan uji kelarutan endapan di dalam

air

• Dilakukan pula uji kelarutan endapan

dengan reagen millon

6. Denaturasi protein

• Disiapkan 3 campuran pada 3 tabung reaksi

• Tabung reaksi 1 dimasukkan larutan albumin

4,5 ml dan HCl 0,1 M 1 ml

• Tabung reaksi 2 dimasukkan larutan albumin

4,5 ml dan NaOH 0,1 M 1 ml

• Tabung reaksi 3 dimasukkan larutan albumin

4,5 ml dan buffer asetat pH 4,7 (1 M) 1ml.

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

• Ketiga tabung reaksi tersebut ditempatkan

di dalam air mendidih selama 15 menit da

kemudian didinginkan pada suhu kamar

(didalam tabung manakan terlihat adanya

endapan ?)

• Pada tabung 1 dan 2 ditambahkan larutan 5

ml buffer asetat pH 4,7 (di tuliskan

hasilnya)

V. Data Pengamatan

A. Uji Biuret

Pada awal pengamatan: Sebelum ditambah

tembaga sulfat larutan protein berwarna

bening dan kental.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Tabel Hasil Pengamatan Uji Biuret

Larutan

Protein

Setelah

Ditambah

NaOH

Hasil Pengamatan

Setelah Ditambahkan

CuSO4

Reak

si

Posi

tif

Bening,ken

tal

Larutan

protein

menggumpal

Menghasilkan warna

ungu

+

Keterangan : (+) menghasilkan warna ungu

Gambar setelah ditambahkan CuSO4

B. Pengendapan Dengan Logam

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Logam

Larutan

Protein

Ditambahkan HgCl2

0,2 M

Ditambahkan Pb

asetat 0,2 M

Bening,ke

ntal

Terbentuk endapan

warna putih susu

sedikit

Terdapat endapan

warna putih susu

lebih banyak

Gambar pada saat ditambahkan :

HgCl2 0,2 M Pb Asetat 0,2 M

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

C. Pengendapan dengan Garam

Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Garam

Larutan

Protein

Ditambahkan

Amonium Sulfat

dan Sedikit

Garam

Diuji

Kelarutannya

Dengan :

Reaks

i

Posit

ifBening

kental

Orange putih

keruh

Air : larut +

Bening

kental

Orange putih

keruh

Reagen Millon :

tidak

larut,terbentuk

warna kuning

_

Bening

kental

Orange putih

keruh

Uji Biuret :

tidak

larut,berubah

menjadi warna

biru

_

Keterangan : (+) menunjukkan adanya kelarutan

Gambar Setelah Ditambahkan Amonium Sulfat dan Sedikit

Garam

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Gambar Setelah Diuji Kelarutan :

D. Pengendapan dengan Alkohol :

Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Alkohol

Larutan

Protein

Disiapkan Tiga

Tabung Reaksi

Hasil Pengamatan

dari Setiap

Tabung Reaksi

Reaks

i

Posit

ifBening

kental

Tabung 1 :

Diisi larutan

albumin,buffer

asetat pH 4,7

dan 1,5 ml etil

alkohol 95%

Terbentuk

gumpalan putih

susu

+

Bening

kental

Tabung 2 :

Diisi larutan

albumin,1 ml

Terbentuk

gumpalan putih

+

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

HCl 0,1 M dan 3

ml etil alkohol

95%

susu

Bening

kental

Tabung 3 :

Diisi larutan

albumin,1 ml

NaOH 0,1 M dan

3 ml etil

alkohol 95%

Terbentuk

gumpalan putih

susu

+

Keterangan : (+) menunjukkan adanya senyawa tak larut

Gambar dari Setiap Tabung Reaksi :

Tabung 1 Tabung 2

Tabung 3

E. Uji Koagulasi

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Tabel Hasil Pengamatan Uji Koagulasi

Larutan

Albumin

Setelah

Ditambahkan

Asam Asetat

dan

Dipanaskan

Uji Kelarutan

Endapan

Didalam Air

Uji

Kelarutan

Endapan

dengan

Reagen

MillonBening,kent

al

Endapan

berwarna

putih susu

Protein

endapan tidak

larut

Protein

endapan

tidak

larut,tetapi

berubah

warna

menjadi

kuning ke-

oranye-an

Gambar Uji Kelarutan Endapan dengan :

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Air Reagen Millon

F. Denaturasi Protein

Tabel Hasil Pengamatan Denaturasi Protein

Disiapkan

Tiga Tabung

Reaksi

dengan

Campuran

Sebelum

Dilakukan

Pemanasan

Setelah

Dipanaskan

Didalam Air

Mendidih

Setelah

Ditambahkan

Buffer Asetat

pH 4,7

Tabung 1 :

Larutan

albumin +

HCl 0,1 M

Larutan

berwarna

kuning

bening

Ada endapan

berwarna putih

Terjadi

pemisahan

antara

endapan

dengan bufferTabung 2 :

Larutan

albumin +

Larutan

berwarna

kuning

Ada endapan

berwarna putih

sedikit

Terjadi

pemisahan

antara

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

NaOH 0,1 M bening endapan

dengan bufferTabung 3 :

Larutan

albumin +

Buffer

asetat pH

4,7

Larutan

berwarna

kuning

bening

Ada endapan

berwarna putih

Tidak

ditambahkan

buffer

Gambar Campuran Tabung Setelah Dilakukan Pemanasan

Berurutan: tabung 1; tabung 2; tabung 3

Gambar Tabung Reaksi Setelah Ditambahkan Buffer Asetat pH

4,7

Page 27: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Tabung 1

Tabung 2

VI. Pembahasan

1. Uji Biuret

Larutan yang digunakan pada identifikasi

protein,terutama pada uji biuret adalah

albumin. Albumin didapat dari larutan putih

telur ,telur sebagai sumber protein

mempunyai banyak keunggulan antara

lain,kandungan asam amino paling lengkap

dibandingkan bahan makanan lain seperti

ikan,daging,ayam,tahu,tempe,dll. Nilai gizi

telur sangat lengkap yaitu merupakan sumber

protein yang baik,kadarnya sekitar

14%,sehingga dari tiap butir telur akan

diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan

asam aminonya sangat lengkap,telur kaya

fosfor dan zat besi,tetapi kandungan

kalsiumnya rendah. Selain itu telur juga

Page 28: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

mengandung vitamin B kompleks,serta vitamin

D.

Pada percobaan uji biuret ini pertama-tama

ditempatkan 1,5 ml larutan protein pada

tabung reaksi,kemudian ditambahkan larutan

natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian

diaduk. Hasil yang terjadi adalah terdapat

endapan putih didalam larutan,yang kemudian

menggumpal. Penambahan larutan natrium

hidroksida pada larutan protein tersebut

yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk

menghancurkan atau memecahkan protein.

Kemudian pada tabung reaksi ditambahkan lagi

larutan tembaga sulfat 0,01 M,yang

menghasilkan warna ungu dipermukaan dan

masih ada gumpalan atau endapan putih. Untuk

membuktikan adanya peptida pada

protein(albumin),yaitu dengan penambahan

larutan tembaga sulfat pada larutan albumin.

Larutan tembaga sulfat yang bersifat basa

bereaksi dengan polipeptida yang merupakan

penyusun protein. Yang menandakan reaksi

positif adanya protein yaitu terdapat ikatan

peptide lebih banyak,dapat dibuktikan saat

Page 29: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

ditambahkan larutan tembaga sulfat beberapa

tetes lagi larutan tetap berwarna ungu,hal

ini menunjukkan bahwa ikatan peptidanya

kuat.

Reaksi uji biuret ini memberikan reaksi

positif akibat pembentukan senyawa kompleks

Cu2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida

dalam suasana basa.

2. Pengendapan dengan Logam

Pada percobaaan pengendapan dengan

logam,yaitu larutan protein ditempatkan

kedalam 2 tabung reaksi masing-masing

sebanyak 1,5 ml. Pada tabung pertama

ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M dan pada

tabung kedua ditambahkan Pb asetat 0,2 M.

Larutan yang ditambahkan HgCl2 menghasilkan

endapan putih susu sedikit,sedangkan larutan

yang ditambahkan Pb asetat menghasilkan

endapan putih susu lebih banyak. Padahal

seharusnya yang menghasilkan endapan yang

lebih banyak yaitu larutan protein yang

ditambahkan dengan HgCl2,karena apabila

protein direaksikan dengan logam HgCl2 akan

Page 30: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang

menyebabkan terjadi reaksi sehingga akan

mempengaruhi logam berat terhadap protein.

Logam HgCl2 mempunyai tetapan disosiasi yang

lebih besar daripada Pb asetat dan logam Hg

juga lebih reaktif daripada logam Pb karena

merupakan logam transisi pada sistem

periodik. Hal ini mungkin terjadi karena

kesalahan praktikan pada saat melakukan

percobaan,atau mungkin juga karena bahan

logam yang digunakan telah mengalami

kontaminasi,dan lain-lain.

3. Uji Pengendapan dengan Garam

Pengendapan protein dengan garam dilakukan

dengan menambahkan sedikit demi sedikit

garam amonium sulfat ke dalam larutan

protein secara kontinyu sampai larutan

jenuh.

Pada percobaan ini, ketika ke dalam larutan

protein ditambahkan garam amonium sulfat

sampai jenuh, larutan protein mengendap

membentuk endapan putih. Mengendapnya

protein disebabkan karena adanya kompetisi

Page 31: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

antara ion-ion garam amonium dengan molekul

protein untuk mengikat air. Karena ion-ion

dari garam amonium lebih mudah dalam

mengikat air, menyebabkan kelarutan protein

dalam air berkurang. Dengan penambahan garam

secara kontinyu, molekul air akan keluar

dari larutan dan mengendap. Proses ini

disebut dengan salting out. Setelah

dilakukan penyaringan, filtrat yang

dihasilkan diuji dengan uji biuret. Filtrat

yang dihasilkan ditambahkan dengan larutan

NaOH dan larutan CuSO4. Setelah ditambahkan

dengan larutan NaOH dan larutan CuSO4,

filtrat menunjukkan hasil positif terhadap

uji biuret, karena filtrat berubah warna

menjadi warna biru dari awalnya berwarna

putih. Hal ini mengindikasikan bahwa protein

dalam larutan belum semuanya mengendap,

sehingga di dalam filtrat sudah tidak ada

lagi protein. Ketika endapan dilarutkan

dalam aquades, endapan tersebut kembali

terlarut. Hal ini sesuai dengan sifat

alamiah endapan protein yang larut dalam

air. Sedangkan ketika endapan diuji dengan

Page 32: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

reagen millon, hasilnya masih terdapat

endapan tetapi larutannya berubah menjadi

agak kemerahan. Hal ini menunjukkan uji

positif terhadap uji millon. Ini berarti

endapan tersebut masih mengandung asam

amino. Asam amino yang terkandung adalah

asam amino tirosin, karena terbentuknya

endapan merah setelah ditambahkan reagen

millon dan dipanaskan Pengendapan yang

dikarenakan penambahan ammonium sulfat pekat

menyebabkan terjadinya dehidratasi protein

(kehilangan air) sehingga protein yang

mempunyai kelarutan yang rendah akan

mengendap. Endapan ini akan larut kembali

apabila ditambahkan air. Pengendapan ini

bersifat reversible. Pada percobaan ini

larutan protein telur dan susu masing–masing

ditambahkan larutan ammonium sulfat

menghasilkan endapan berwarna putih. Garam

yang ditambahkan pada larutan protein itu

akan mempengaruhi kelarutan protein sehingga

apabila ditambahkan garamnya dalam jumlah

sedikit maka kelarutannya akan meningkat

(salting in), tetapi apabila penambahan

Page 33: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

garam dalam jumlah banyak maka tidak akan

meningkatkan kelarutan dari larutan protein

(salting out) sehingga mengahasilkan

endapan.

4. Pengendapan dengan Alkohol

Pada uji pertama, larutan protein

ditambahkan dengan buffer asetat. Penambahan

buffer asetat ini menyebabkan protein

mengendap. Hal ini dikarenakan kondisi

larutan berada di bawah pH isoelektrik, hal

ini disebabkan karena pH buffer asetat yang

sedikit asam. Pada kondisi ini kelarutan

protein berada pada titik minimum, sehingga

protein akan mengendap. Dengan penambahan

etil alkohol menyebabkan protein semakin

banyak yang mengendap. Ini disebabkan karena

molekul protein kalah bersaing dengan gugus

–OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga

molekul protein akan mengendap.

Pada uji yang kedua, ke dalam larutan

protein ditambahkan dengan larutan HCl.

Penambahan larutan HCl ini menyebabkan

larutan protein mengendap. Mengendapnya

Page 34: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

larutan protein ini disebabkan karena

setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH

larutan protein berada di bawah titik

isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan

protein berada pada titik minimumnya,

sehingga dengan penambahan asam kuat membuat

larutan protein semakin cepat mengendap

karena kelarutannya dalam air sangat

berkurang. Ketika ditambahkan dengan etanol,

larutan protein semakin banyak yang

mengendap. Hal ini terjadi karena gugus –OH

dari etanol lebih mudah terhidrasi daripada

molekul protein, sehingga kelarutan protein

dalam air berkurang.

Pada uji yang ketiga, ditambahkan larutan

NaOH ke dalam larutan protein. Penambahan

NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan

larutan protein mengendap.dan ketika

ditambahkan etil alcohol larutan tetap

mengendap. Hal ini disebabkan karena

konsentrasi NaOH yang ditambahkan 0,1 M dan

jumlah larutan NaOH yang di tambahkan hanya

sedikit sehingga hanya sedikit dari larutan

protein yang kelarutannya meningkat,

Page 35: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

kemudian dengan penambahan etil alcohol

larutan protein tetap mengedap karena

molekul protein yang kelarutanya telah

meningkat dalam jumlah yang kecil maka gugus

–OH dari etanol untuk mengikat air juga

hanya dalam jumlah yang sedikit. Seharusnya

dengan penambahan NaOH pH larutan berada di

pH isoelektrik sehingga kelarutan protein

dalam air meningkat. Ketika ditambahkan

dengan etil alkohol, larutan tetap bening.

Hal ini terjadi karena molekul-molekul

protein yang kelarutanya telah meningkat

akibat penambahan basa tidak kalah bersaing

dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat

air, sehingga molekul protein tidak

mengendap dan larutan tetap bening.

5. Uji Koagulasi

Uji kelarutan dengan air

Saat diujikan protein tidak larut

dengan air karena saat pemanasan

terjadi perusakan ikatan hidrogen dan

interaksi hidrofobik non polar pada

protein sehingga protein albumin

Page 36: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

terdenaturasi dan terkoagulasi dan

menyebabkan kemampuan mengikat airnya

menurun. Hal tersebut dapat terjadi

karena suhu tinggi dapat meningkatkan

energi kinetik dan menyebabkan molekul

penyusun protein bergerak atau bergetar

sangat cepat sehingga merusak ikatan

molekul tersebut dan energi panas akan

mengakibatkan terputusnya interaksi

non-kovalen yang ada pada struktur

alami protein tapi tidak memutuskan

ikatan kovalennya yang berupa ikatan

peptida. Aplikasi yang seringkali

dilakukan dalam kehidupan sehari-hari

adalah kegiatan pemasakan telur dimana

telur yang mengandung albumin (protein)

terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga

enzim pencernaan dapat dengan mudah

mencerna protein yang terkandung dalam

telur tersebut.

Uji Reagen Millon

Page 37: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Reagen millon adalah larutan merkuro dan

merkuri nitrat dalam asam nitrat,pada uji ini

terjadi reaksi millon. Apabila pereaksi ini

ditambahkan pada larutan protein, akan

menghasilkan endapan putih dan apabila

dipanaskan dapat berubah menjadi merah. Pada

dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol,

karena terbentuknya senyawa merkuri dengan

gugus hidroksifenil yang berwarna. Endapan yang

terbentuk masih bersifat sebagai protein, hanya

saja telah terjadi perubahan struktur tersier

ataupun kwartener, sehingga protein tersebut

mengendap. Perubahan struktur tersier protein

ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk

semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya

endapan albumin itu dalam air.

VII. Kesimpulan

1. Makin kuat intensitas warna ungu yang

dihasilkan pada uji biuret ini menunjukan

makin panjang ikatan peptidanya.

2. Koagulasi dapat terjadi bila larutan

protein berada pada titik isoelektriknya.

Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam

Page 38: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

tubuh akan bereaksi dengan sebagian

protein, sehingga menyebabkan terjadinya

koagulasi (penggumpalan).

3. Endapan yang bewarna merah pada uji

pengendapan merupakan hasil dari garam-

garam organik dalam persentase tinggi yang

dapat mempengaruhi sifat kelarutan

protein.

4. Pada uji pengendapan, endapan yang

dihasilkan bewarna putih dan larutan yang

keruh, endapan yang dihasilkan tersebut

berasal dari protein yang diuji, endapan

ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb

dengan protein

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R.J dan Fessenden, J. S..1982. Kimia Organik Edisi

Ketiga jilid II.Jakarta: Erlangga

Girindra, A. 1986. Biokimia I.Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Page 39: LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA IDENTIFIKASI PROTEIN

Lehninger, Albert L..1982.Dasar-dasar Biokimia Jilid

1.Penerjemah: Maggy Thenawijaya.Jakarta: Erlangga.

Terjemahan dari: Principles of Biochemistry

Ridwan, S..1990. Kimia Organik edisi I.Jakarta: Binarupa

Aksara

Routh, J.I..1969.ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY.

Philadelphia: W.B.Sounders Company

Wibowo, Luqman.2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur

protein.Bandung

Winarno, F.G..1984.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama