Page 1
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN KE III
IDENTIFIKASI PROTEIN
Disusun Oleh:
Nama dan NPM : Ambar Puspita
Madyaningratri
10060313055
: Irma Astri Pebriliani 10060313056: Tri Marleni 10060313057: Ramli Maulana Latief 10060313058
Shift : CKelompok : 1Nama Asisten : Lisnawati, S.Farm.Tgl. Praktikum : Selasa, 03 Maret 2015Tgl. pengumpulan
Laporan
: Selasa, 10 Maret 2015
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B
PROGRAM STUDI FARMASI
Page 2
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2015
I. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami metode identifikasi
protein.
II. Teori Dasar
Protein adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai berat molekul besar antara ribuan
hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun
dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa
unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu
membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam
amino dalam protein maupun hubungan antara asam
amino satu dengan yang lain, menentukan sifat
biologis suatu protein. (Girinda, 1986).
Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak
dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul
protein mengandung gula terpor belerang, dan
Page 3
ada jenis protein yang mengandung unsur logam
seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1984).
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya
adalah gugus pada molekul unit pembangunan
protein yang relatif sederhana dibangun dari
rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino
mempunyai rantai samping yang khusus, yang
berikatan kovalen dalam urutan yang khas.
Karena masing-masing asam amino mempunyai
rantai samping yang khusus yang memberikan
sifat kimia masing-masing individu, kelompok 20
unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai
abjad struktur protein. (Lehninger, 1982).
Sifat-Sifat Fisikokimia Protein
Sifat fisikokimia setiap protein tidak
sama, tergantung pada jumlah dan jenis
asam aminonnya.
Berat molekul protein sangat besar.
Ada protein yang larut dalam air, ada pula
yang tidak larut dalam air, tetapi semua
protein tidak larut dalam pelarut lemak.
Bila dalam suatu larutan protein
ditambahkan garam, daya larut protein akan
Page 4
berkurang, akibatnya protein akan terpisah
sebagai endapan. Peristiwa pemisahan
protein ini disebut salting out.
Apabila protein dipanaskan atau
ditambahkan alkohol maka protein akan
menggumpal
Protein dapat bereaksi dengan asam dan
basa.
(Winarno, 1984)
Struktur Protein
Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang
kuat (peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang
lemah(hidrogen dan hidrofobik). Ikatan peptida adalah
struktur primer protein yang berasal dari gabungan asam
amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk
ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan
sebagai berikut:
a. Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein,
menghaslkan polipeptida sebagai produknya. Enzim ini
juga menghidrolisis ikatan peptida protein.
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya
banyak ikatan peptide
Page 5
c. Dua protein, insulin dan ribonuklease telah
disintesis hanya dengan menggabungkan asam-asam
amino dengan ikatan peptida.
d. Protein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus
amina yang dapat dititrasi.
e. Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan
pereaksi biuret, membentuk warna merah lembayung.
Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan peptida atau
lebih.
f. Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan
pisah 0,2mm telah menyajikan identifikasi ikatan
peptida pada protein mioglobin dan hemoglobin.
(Winarno, 1984)
Protein memiliki beragam struktur, mulai dari primer
sampai kuartener seperti berikut:
Struktur Primer Protein
Protein yang dibentuk dengan asama amino tergabung
dalam ikatan polipeptida. Setiap asam amino terhubung
dengan asam amino lainnya dalam ikatan peptida yang
terbentuk karena adanya reaksi kondensasi gugus
karboksil pada setiap masing-masing asam amino.
Struktur Asam amino primer
Page 6
Pada ujung dari rangkaian polipeptida yang terbentuk
mempunyai sifat kimia yang berbeda: satu ujung mempunyai
gugus amino bebas (N atau amino, NH2-) disisi satunya,
sedangkan mempunyai gugus karboksil bebas (ujung C atau
karboksil, COOH-) pada ujung satunya. Oleh karena itu,
arah polipeptida dan dituliskan baik N→C (kiri ke kanan)
maupun C →N (kanan ke kiri).
Struktur Sekunder Protein
Pada struktur sekunder, rangkaian polipeptida memiliki
konformasi yang berbeda. Bersifat reguler dan memiliki
pola lipatan berulang dari rangka protein. Dua tipe umum
struktur protein sekunder yaitu α-heliks dan β-sheet.
Keduanya terbentuk karena ikatan hidrogen yang terjadi
antara asam amino yang berbeda pada polipeptida. (Wibowo,
luqman, 2009)
Struktur Tersier
Struktur polipeptida yang terjadi dari lipatan komponen
struktur sekunder polipeptida yang membentuk konfigurasi
tiga dimensi. Bermacam-macam gaya ikatan hidrogen antar
asam amino yang terjadi pada rangkaian polipeptida inilah
maka disebur struktur tersier. Disertai gaya hidrofobik
rangkaian ini menempatkannya (asam amino gugus non-polar)
Page 7
dibagian dalam protein dengan tujuan melindunginya dari
air. Selain ikatan hidrogen, terdapat juga ikatan kovalen
yang disebut juga sebagai jembatan disulfide antara asam
amino sistein di berbagai macam posisi pada rangkaian
polipeptida.
Struktur Kuartener Protein
Asosiasi yang terjadi antara dua atau lebih
rangkaian polipeptida, dimana masing-masing terlipat
menjadi struktur tersier, menjadi protein multisubunit.
Tidak semua protein membentuk struktur kuaternair. Antara
rangkian polipeptida yang berbeda struktur protein
terikat dengan jembatan disulfide. Sedangkan pada protein
yang terdiri dari asosiasi subunit yang lebih lemah akan
dihubungkan dengan ikatan hidrogen dan efek hidrofobik.
Protein ini dapat kembali pada komponen polipeptidanya,
atau berubah komposisi subunitnya tergantung pada
kebutuhan fungsinya. Singkatnya, struktur kuartener
menggambarkan subunit-subunit yang berbeda dipak bersama-
sama membentuk struktur protein.
Fungsi Protein
· Sebagai Enzim
Page 8
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di
bantu oleh suatu senyawa makromolekul spesifik yang
disebut enzim, dari reaksi yang sangat sederhana seperti
reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit
seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya
terhadap perubahab-perubahan kimia dalam system biologis.
· Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion
dapat diangkut atau dipindahkan oleh protein-protein
tertentu. Misalnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam
eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut oksigen dalam
otot.
· Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan
otot terjadi karena adanya dua molekul protein yang
saling bergeseran.
· Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang
disebebkan adanya kolagen, suatu protein berbentuk bulat
panjang dan mudah membentuk serabut
· Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Page 9
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody,
yaitu suatu protein khusus yang dapat mengenal dan
menempel atau mengikat benda-benda asing yang masuk ke
dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing
lain.
· Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk
reseptor, misalnya rodopsin, suatu protein yang bertindak
sebagai reseptor penerima warna atau cahaya pada sel-sel
mata
· Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri)
yang dapat mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA
yang mengatur sifat dan karakter bahan. (Lehninger,
1982)
Berbagai uji terhadap protein dapat dilakukan pada
praktikum ini, antara lain sebagai berikut:
Uji Biuret
Pada uji biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4
yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari
peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test
yang umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang
berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret dibentuk
Page 10
dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan
struktur peptida dari protein. (Routh, 1969)
Uji Millon
Uji Millon yang menggunakan pereaksi Milon adalah
larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein
maka akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah
menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya rekasi ini
positif untuk fenol karena terbentuknya senyawa merkuri
dengan gugus hidroksil yang berwarna. Tetapi khusus untuk
proteoso dan pepton secara langsung akan menghasilkan
larutan yang berwarna merah. Endapan yang terbentuk
berupa garam kompleks dari tirosin yang ternitrasi. Jika
larutan protein yang akan dianalisis ada dalam suasana
basa, maka terlebih dahulu harus dinetralisasi dengan
asam (bukan HCl). Jika tidak ion merkuri dari pereaksi
akan mengendap sebagai Hg(OH)2. Ion Cl- dapat bereaksi
dengan asam nitrat menghasilkan radikal klor (Cl2).
Radikal klor dapat merusak kompleks berwarna.
Uji Pengendapan dengan Logam
Pada pH di atas titik isoelektrik protein bermuatan
negative, sedangkan di bawah titik isoelektrik protein
Page 11
bermuatan positif. Olehkarena itu untuk mengendapkan
protein dengan ion logam diperlukan pH larutan di atas
titik isoelektrik, sedangkan untuk pengendapan protein
dengan ion negative memerlukan pH larutan di bawah titik
isoelektrik. Ion- ion positif yang dapat mengendapkan
protein adalah Ag+, Ca2+, Zn2+, Hg2+,Pb2+,Cu2+,Fe2+. Sedangkan
ion-ion negative yang dapat mengendapkan protein adalah
ion salisilat, trikloroasetat, pikrat, tanat dan
sulfosalisilat. (Riawan, 1990)
Uji Pengendapan dengan Garam
Pembentukan senyawa tak larut antara protein dengan
ammonium sulfat. Apabila terdapat garam-garam anorganik
dalam konsentrasi tinggi dalam larutan protein(albumin
dan gelatin), maka kelarutan protein akan berkurang
sehingga terjadi pengendapan protein. Teori menyebutkan
bahwa sifat tersebut terjadi karena ion garam mampu
mengikat air (terhidrasi) sehingga berkompetisi dengan
molekul protein dalam mengikat air. (Riawan, 1990)
Uji Pengendapan dengan Alkohol
Protein dapat diendapkan dengan penambahan alkohol.
Pelarut organic dapat merubah atau mengurangi konstanta
dielektrika dari air sehingga kelarutan protein
Page 12
berkurang, dan karena juga alkohol berkompetisi dengan
protein terhadap air.
Uji Koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan
terjadi koagulasi. Pada pH iso-elektrik ( pH pada larutan
tertentu biasanya sekitar 4-4,5 dimana protein mempunyai
muatan positiof dan muatan negative sama, sehingga saling
menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau
mengendap. Pada temperature diatas 60 kelrutan akan
berkurang (koagulasi) karena pada temperature yang tinggi
energy kinetic protein meningkat sehingga terjadi getaran
yang cukup kuat untuk merusak ikatan atau struktur
sekunder, tersier dan kuarterner koagulasi.
Uji Denaturasi Protein
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat
struktur lebih tinggi oleh terkacaunya ikatan hidrogen
dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan molekul
protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya
banyak sifat-sifat biologis suatu protein. (Fessenden,
1982).
Page 13
Salah satu penyebab denaturasi protein adalah perubahan
temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-faktor lain
yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent,
radiasi zat pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan
jenis pelarut. Denaturasi dapat bersifat reversibel, jika
suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang
lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan
kelingkungan alamnya, hal ini untuk memperoleh kembali
struktur lebih tingginya yang alamiah dalam suatu proses
yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat
atau tidak terjadi sama sekali. (Fessenden, 1982)
Denaturasi protein juga dapat diartikan suatu proses
terpecahnya ikatan hydrogen, ikatan garam atau bila
susuna ruang atau rantai polipeptida suatu molekul
protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi adalah
terjadi kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan
struktur kuarterner, tetapi struktur primer (ikatan
peptida) masih utuh. (Fessenden, 1982)
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu
berupa struktur primer (tingkat I), sekunder (tingklat
II), tersier (tingkat III), dan kuarterner (tingkat IV).
(Fessenden, 1982)
III. Alat dan Bahan
Page 14
Alat
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Gelas ukur
- Batang pengaduk
- Kertas saring
- Stopwatch
- Thermometer
- pH meter
Bahan
- Natrium HIdroksida 2,5 N
- Larutan protein
- Larutan tembaga sulfat (CuSO4) 0,01 M
- Merkuri (II) klorida atau HgCl2 0,2 M
- Timbal asetat 0,2 M
- Larutan (NH4)2SO4
- Reagen uji biuret
- Larutan albumin
- Buffer asetat 1 M
- Asam klorida 0,1 M
- Natrium hidroksida 0,1 M
- Etil alkohol 95%
- Asam asetat 1 M
Page 15
- Reagen millon
- Air
- Buffer asetat pH 4,7 (1 M )
- HCl 0,1 M
- NaOH 0,1 M
IV. Prosedur Kerja
1. Uji biuret
• 1,5 ml larutan protein ditempatkan di
dalam tabung reaksi
• 0,5 ml natrium hidroksida 2,5 N
ditambahkan dan diaduk
• Ditambahkan satu tetes larutan tembaga
sulfat 0,01 M kemudian diaduk
• Ditambahkan lagi 1 – 2 tetes tembaga
sulfat jika tidak terjadi perubahan warna
2. Pengendapan dengan logam
• 1,5 ml larutan protein ditempatkan didalam
tabung reaksi
• Ditambahkan 2,5 tetes HgCl2 0,2 M
• Percobaan diulangi dengan menggunakan Pb
asetat 0,2 M
Page 16
3. Pengendapan dengan garam
• 2,5 ml larutan protein dijenuhkan dengan
ammonium sulfat caranya sedikit garam
ditambahkan kedalam larutan protein dan
diaduk hingga larut. Ditambahkan lagi
sedikit ammonium sulfat kedalamnya
dilakukan sampai sedikit garam tertinggal
tidak larut
• Setelah larutan jenuh, kemudian disaring.
• Dilakukan uji kelarutan endapan didalam
air
• Dilakukan pula uji endapan dengan reagen
millon dan filtrate dengan uji biuret
4. Pengendapan dengan alkohol
• Disediakan 3 buah tabung reaksi
• Kedalam tabung 1 ditambahkan larutan
albumin 2,5 ml, buffer asetat pH 4,7 ( 1
M) 0,5 ml dan etil alkohol 95% sebanyak 3
ml
• Ke dalam tabung 2 ditambahkan larutan
albumin 2,5 ml, HCl 0,1 0,5 ml, dan etil
alkohol 95% 3 ml.
Page 17
• Ke dalam tabung 3 ditambahkan larutan
albumin 2,5 ml, NaOH 0,1 M 0,5 ml dan etil
alkohol 95% 3 ml
5. Uji Koagulasi
• Dimasukkan 2,5 ml protein ke dalam tabung
reaksi
• Ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M
• Tabung diletakkan di dalam air mendidih
selama 5 menit
• Endapan diambil dengan batang pengaduk
• Dilakukan uji kelarutan endapan di dalam
air
• Dilakukan pula uji kelarutan endapan
dengan reagen millon
6. Denaturasi protein
• Disiapkan 3 campuran pada 3 tabung reaksi
• Tabung reaksi 1 dimasukkan larutan albumin
4,5 ml dan HCl 0,1 M 1 ml
• Tabung reaksi 2 dimasukkan larutan albumin
4,5 ml dan NaOH 0,1 M 1 ml
• Tabung reaksi 3 dimasukkan larutan albumin
4,5 ml dan buffer asetat pH 4,7 (1 M) 1ml.
Page 18
• Ketiga tabung reaksi tersebut ditempatkan
di dalam air mendidih selama 15 menit da
kemudian didinginkan pada suhu kamar
(didalam tabung manakan terlihat adanya
endapan ?)
• Pada tabung 1 dan 2 ditambahkan larutan 5
ml buffer asetat pH 4,7 (di tuliskan
hasilnya)
V. Data Pengamatan
A. Uji Biuret
Pada awal pengamatan: Sebelum ditambah
tembaga sulfat larutan protein berwarna
bening dan kental.
Page 19
Tabel Hasil Pengamatan Uji Biuret
Larutan
Protein
Setelah
Ditambah
NaOH
Hasil Pengamatan
Setelah Ditambahkan
CuSO4
Reak
si
Posi
tif
Bening,ken
tal
Larutan
protein
menggumpal
Menghasilkan warna
ungu
+
Keterangan : (+) menghasilkan warna ungu
Gambar setelah ditambahkan CuSO4
B. Pengendapan Dengan Logam
Page 20
Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Logam
Larutan
Protein
Ditambahkan HgCl2
0,2 M
Ditambahkan Pb
asetat 0,2 M
Bening,ke
ntal
Terbentuk endapan
warna putih susu
sedikit
Terdapat endapan
warna putih susu
lebih banyak
Gambar pada saat ditambahkan :
HgCl2 0,2 M Pb Asetat 0,2 M
Page 21
C. Pengendapan dengan Garam
Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Garam
Larutan
Protein
Ditambahkan
Amonium Sulfat
dan Sedikit
Garam
Diuji
Kelarutannya
Dengan :
Reaks
i
Posit
ifBening
kental
Orange putih
keruh
Air : larut +
Bening
kental
Orange putih
keruh
Reagen Millon :
tidak
larut,terbentuk
warna kuning
_
Bening
kental
Orange putih
keruh
Uji Biuret :
tidak
larut,berubah
menjadi warna
biru
_
Keterangan : (+) menunjukkan adanya kelarutan
Gambar Setelah Ditambahkan Amonium Sulfat dan Sedikit
Garam
Page 22
Gambar Setelah Diuji Kelarutan :
D. Pengendapan dengan Alkohol :
Tabel Hasil Pengamatan Pengendapan dengan Alkohol
Larutan
Protein
Disiapkan Tiga
Tabung Reaksi
Hasil Pengamatan
dari Setiap
Tabung Reaksi
Reaks
i
Posit
ifBening
kental
Tabung 1 :
Diisi larutan
albumin,buffer
asetat pH 4,7
dan 1,5 ml etil
alkohol 95%
Terbentuk
gumpalan putih
susu
+
Bening
kental
Tabung 2 :
Diisi larutan
albumin,1 ml
Terbentuk
gumpalan putih
+
Page 23
HCl 0,1 M dan 3
ml etil alkohol
95%
susu
Bening
kental
Tabung 3 :
Diisi larutan
albumin,1 ml
NaOH 0,1 M dan
3 ml etil
alkohol 95%
Terbentuk
gumpalan putih
susu
+
Keterangan : (+) menunjukkan adanya senyawa tak larut
Gambar dari Setiap Tabung Reaksi :
Tabung 1 Tabung 2
Tabung 3
E. Uji Koagulasi
Page 24
Tabel Hasil Pengamatan Uji Koagulasi
Larutan
Albumin
Setelah
Ditambahkan
Asam Asetat
dan
Dipanaskan
Uji Kelarutan
Endapan
Didalam Air
Uji
Kelarutan
Endapan
dengan
Reagen
MillonBening,kent
al
Endapan
berwarna
putih susu
Protein
endapan tidak
larut
Protein
endapan
tidak
larut,tetapi
berubah
warna
menjadi
kuning ke-
oranye-an
Gambar Uji Kelarutan Endapan dengan :
Page 25
Air Reagen Millon
F. Denaturasi Protein
Tabel Hasil Pengamatan Denaturasi Protein
Disiapkan
Tiga Tabung
Reaksi
dengan
Campuran
Sebelum
Dilakukan
Pemanasan
Setelah
Dipanaskan
Didalam Air
Mendidih
Setelah
Ditambahkan
Buffer Asetat
pH 4,7
Tabung 1 :
Larutan
albumin +
HCl 0,1 M
Larutan
berwarna
kuning
bening
Ada endapan
berwarna putih
Terjadi
pemisahan
antara
endapan
dengan bufferTabung 2 :
Larutan
albumin +
Larutan
berwarna
kuning
Ada endapan
berwarna putih
sedikit
Terjadi
pemisahan
antara
Page 26
NaOH 0,1 M bening endapan
dengan bufferTabung 3 :
Larutan
albumin +
Buffer
asetat pH
4,7
Larutan
berwarna
kuning
bening
Ada endapan
berwarna putih
Tidak
ditambahkan
buffer
Gambar Campuran Tabung Setelah Dilakukan Pemanasan
Berurutan: tabung 1; tabung 2; tabung 3
Gambar Tabung Reaksi Setelah Ditambahkan Buffer Asetat pH
4,7
Page 27
Tabung 1
Tabung 2
VI. Pembahasan
1. Uji Biuret
Larutan yang digunakan pada identifikasi
protein,terutama pada uji biuret adalah
albumin. Albumin didapat dari larutan putih
telur ,telur sebagai sumber protein
mempunyai banyak keunggulan antara
lain,kandungan asam amino paling lengkap
dibandingkan bahan makanan lain seperti
ikan,daging,ayam,tahu,tempe,dll. Nilai gizi
telur sangat lengkap yaitu merupakan sumber
protein yang baik,kadarnya sekitar
14%,sehingga dari tiap butir telur akan
diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan
asam aminonya sangat lengkap,telur kaya
fosfor dan zat besi,tetapi kandungan
kalsiumnya rendah. Selain itu telur juga
Page 28
mengandung vitamin B kompleks,serta vitamin
D.
Pada percobaan uji biuret ini pertama-tama
ditempatkan 1,5 ml larutan protein pada
tabung reaksi,kemudian ditambahkan larutan
natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian
diaduk. Hasil yang terjadi adalah terdapat
endapan putih didalam larutan,yang kemudian
menggumpal. Penambahan larutan natrium
hidroksida pada larutan protein tersebut
yaitu sebagai katalis yang berfungsi untuk
menghancurkan atau memecahkan protein.
Kemudian pada tabung reaksi ditambahkan lagi
larutan tembaga sulfat 0,01 M,yang
menghasilkan warna ungu dipermukaan dan
masih ada gumpalan atau endapan putih. Untuk
membuktikan adanya peptida pada
protein(albumin),yaitu dengan penambahan
larutan tembaga sulfat pada larutan albumin.
Larutan tembaga sulfat yang bersifat basa
bereaksi dengan polipeptida yang merupakan
penyusun protein. Yang menandakan reaksi
positif adanya protein yaitu terdapat ikatan
peptide lebih banyak,dapat dibuktikan saat
Page 29
ditambahkan larutan tembaga sulfat beberapa
tetes lagi larutan tetap berwarna ungu,hal
ini menunjukkan bahwa ikatan peptidanya
kuat.
Reaksi uji biuret ini memberikan reaksi
positif akibat pembentukan senyawa kompleks
Cu2+ gugus CO dan NH dari suatu rantai peptida
dalam suasana basa.
2. Pengendapan dengan Logam
Pada percobaaan pengendapan dengan
logam,yaitu larutan protein ditempatkan
kedalam 2 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 1,5 ml. Pada tabung pertama
ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M dan pada
tabung kedua ditambahkan Pb asetat 0,2 M.
Larutan yang ditambahkan HgCl2 menghasilkan
endapan putih susu sedikit,sedangkan larutan
yang ditambahkan Pb asetat menghasilkan
endapan putih susu lebih banyak. Padahal
seharusnya yang menghasilkan endapan yang
lebih banyak yaitu larutan protein yang
ditambahkan dengan HgCl2,karena apabila
protein direaksikan dengan logam HgCl2 akan
Page 30
terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang
menyebabkan terjadi reaksi sehingga akan
mempengaruhi logam berat terhadap protein.
Logam HgCl2 mempunyai tetapan disosiasi yang
lebih besar daripada Pb asetat dan logam Hg
juga lebih reaktif daripada logam Pb karena
merupakan logam transisi pada sistem
periodik. Hal ini mungkin terjadi karena
kesalahan praktikan pada saat melakukan
percobaan,atau mungkin juga karena bahan
logam yang digunakan telah mengalami
kontaminasi,dan lain-lain.
3. Uji Pengendapan dengan Garam
Pengendapan protein dengan garam dilakukan
dengan menambahkan sedikit demi sedikit
garam amonium sulfat ke dalam larutan
protein secara kontinyu sampai larutan
jenuh.
Pada percobaan ini, ketika ke dalam larutan
protein ditambahkan garam amonium sulfat
sampai jenuh, larutan protein mengendap
membentuk endapan putih. Mengendapnya
protein disebabkan karena adanya kompetisi
Page 31
antara ion-ion garam amonium dengan molekul
protein untuk mengikat air. Karena ion-ion
dari garam amonium lebih mudah dalam
mengikat air, menyebabkan kelarutan protein
dalam air berkurang. Dengan penambahan garam
secara kontinyu, molekul air akan keluar
dari larutan dan mengendap. Proses ini
disebut dengan salting out. Setelah
dilakukan penyaringan, filtrat yang
dihasilkan diuji dengan uji biuret. Filtrat
yang dihasilkan ditambahkan dengan larutan
NaOH dan larutan CuSO4. Setelah ditambahkan
dengan larutan NaOH dan larutan CuSO4,
filtrat menunjukkan hasil positif terhadap
uji biuret, karena filtrat berubah warna
menjadi warna biru dari awalnya berwarna
putih. Hal ini mengindikasikan bahwa protein
dalam larutan belum semuanya mengendap,
sehingga di dalam filtrat sudah tidak ada
lagi protein. Ketika endapan dilarutkan
dalam aquades, endapan tersebut kembali
terlarut. Hal ini sesuai dengan sifat
alamiah endapan protein yang larut dalam
air. Sedangkan ketika endapan diuji dengan
Page 32
reagen millon, hasilnya masih terdapat
endapan tetapi larutannya berubah menjadi
agak kemerahan. Hal ini menunjukkan uji
positif terhadap uji millon. Ini berarti
endapan tersebut masih mengandung asam
amino. Asam amino yang terkandung adalah
asam amino tirosin, karena terbentuknya
endapan merah setelah ditambahkan reagen
millon dan dipanaskan Pengendapan yang
dikarenakan penambahan ammonium sulfat pekat
menyebabkan terjadinya dehidratasi protein
(kehilangan air) sehingga protein yang
mempunyai kelarutan yang rendah akan
mengendap. Endapan ini akan larut kembali
apabila ditambahkan air. Pengendapan ini
bersifat reversible. Pada percobaan ini
larutan protein telur dan susu masing–masing
ditambahkan larutan ammonium sulfat
menghasilkan endapan berwarna putih. Garam
yang ditambahkan pada larutan protein itu
akan mempengaruhi kelarutan protein sehingga
apabila ditambahkan garamnya dalam jumlah
sedikit maka kelarutannya akan meningkat
(salting in), tetapi apabila penambahan
Page 33
garam dalam jumlah banyak maka tidak akan
meningkatkan kelarutan dari larutan protein
(salting out) sehingga mengahasilkan
endapan.
4. Pengendapan dengan Alkohol
Pada uji pertama, larutan protein
ditambahkan dengan buffer asetat. Penambahan
buffer asetat ini menyebabkan protein
mengendap. Hal ini dikarenakan kondisi
larutan berada di bawah pH isoelektrik, hal
ini disebabkan karena pH buffer asetat yang
sedikit asam. Pada kondisi ini kelarutan
protein berada pada titik minimum, sehingga
protein akan mengendap. Dengan penambahan
etil alkohol menyebabkan protein semakin
banyak yang mengendap. Ini disebabkan karena
molekul protein kalah bersaing dengan gugus
–OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga
molekul protein akan mengendap.
Pada uji yang kedua, ke dalam larutan
protein ditambahkan dengan larutan HCl.
Penambahan larutan HCl ini menyebabkan
larutan protein mengendap. Mengendapnya
Page 34
larutan protein ini disebabkan karena
setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH
larutan protein berada di bawah titik
isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan
protein berada pada titik minimumnya,
sehingga dengan penambahan asam kuat membuat
larutan protein semakin cepat mengendap
karena kelarutannya dalam air sangat
berkurang. Ketika ditambahkan dengan etanol,
larutan protein semakin banyak yang
mengendap. Hal ini terjadi karena gugus –OH
dari etanol lebih mudah terhidrasi daripada
molekul protein, sehingga kelarutan protein
dalam air berkurang.
Pada uji yang ketiga, ditambahkan larutan
NaOH ke dalam larutan protein. Penambahan
NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan
larutan protein mengendap.dan ketika
ditambahkan etil alcohol larutan tetap
mengendap. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi NaOH yang ditambahkan 0,1 M dan
jumlah larutan NaOH yang di tambahkan hanya
sedikit sehingga hanya sedikit dari larutan
protein yang kelarutannya meningkat,
Page 35
kemudian dengan penambahan etil alcohol
larutan protein tetap mengedap karena
molekul protein yang kelarutanya telah
meningkat dalam jumlah yang kecil maka gugus
–OH dari etanol untuk mengikat air juga
hanya dalam jumlah yang sedikit. Seharusnya
dengan penambahan NaOH pH larutan berada di
pH isoelektrik sehingga kelarutan protein
dalam air meningkat. Ketika ditambahkan
dengan etil alkohol, larutan tetap bening.
Hal ini terjadi karena molekul-molekul
protein yang kelarutanya telah meningkat
akibat penambahan basa tidak kalah bersaing
dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat
air, sehingga molekul protein tidak
mengendap dan larutan tetap bening.
5. Uji Koagulasi
Uji kelarutan dengan air
Saat diujikan protein tidak larut
dengan air karena saat pemanasan
terjadi perusakan ikatan hidrogen dan
interaksi hidrofobik non polar pada
protein sehingga protein albumin
Page 36
terdenaturasi dan terkoagulasi dan
menyebabkan kemampuan mengikat airnya
menurun. Hal tersebut dapat terjadi
karena suhu tinggi dapat meningkatkan
energi kinetik dan menyebabkan molekul
penyusun protein bergerak atau bergetar
sangat cepat sehingga merusak ikatan
molekul tersebut dan energi panas akan
mengakibatkan terputusnya interaksi
non-kovalen yang ada pada struktur
alami protein tapi tidak memutuskan
ikatan kovalennya yang berupa ikatan
peptida. Aplikasi yang seringkali
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
adalah kegiatan pemasakan telur dimana
telur yang mengandung albumin (protein)
terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga
enzim pencernaan dapat dengan mudah
mencerna protein yang terkandung dalam
telur tersebut.
Uji Reagen Millon
Page 37
Reagen millon adalah larutan merkuro dan
merkuri nitrat dalam asam nitrat,pada uji ini
terjadi reaksi millon. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan protein, akan
menghasilkan endapan putih dan apabila
dipanaskan dapat berubah menjadi merah. Pada
dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol,
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan
gugus hidroksifenil yang berwarna. Endapan yang
terbentuk masih bersifat sebagai protein, hanya
saja telah terjadi perubahan struktur tersier
ataupun kwartener, sehingga protein tersebut
mengendap. Perubahan struktur tersier protein
ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk
semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya
endapan albumin itu dalam air.
VII. Kesimpulan
1. Makin kuat intensitas warna ungu yang
dihasilkan pada uji biuret ini menunjukan
makin panjang ikatan peptidanya.
2. Koagulasi dapat terjadi bila larutan
protein berada pada titik isoelektriknya.
Ion-ion logam berat yang masuk ke dalam
Page 38
tubuh akan bereaksi dengan sebagian
protein, sehingga menyebabkan terjadinya
koagulasi (penggumpalan).
3. Endapan yang bewarna merah pada uji
pengendapan merupakan hasil dari garam-
garam organik dalam persentase tinggi yang
dapat mempengaruhi sifat kelarutan
protein.
4. Pada uji pengendapan, endapan yang
dihasilkan bewarna putih dan larutan yang
keruh, endapan yang dihasilkan tersebut
berasal dari protein yang diuji, endapan
ini terjadi karena adanya reaksi logam Pb
dengan protein
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, R.J dan Fessenden, J. S..1982. Kimia Organik Edisi
Ketiga jilid II.Jakarta: Erlangga
Girindra, A. 1986. Biokimia I.Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Page 39
Lehninger, Albert L..1982.Dasar-dasar Biokimia Jilid
1.Penerjemah: Maggy Thenawijaya.Jakarta: Erlangga.
Terjemahan dari: Principles of Biochemistry
Ridwan, S..1990. Kimia Organik edisi I.Jakarta: Binarupa
Aksara
Routh, J.I..1969.ESSENTIAL of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY.
Philadelphia: W.B.Sounders Company
Wibowo, Luqman.2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur
protein.Bandung
Winarno, F.G..1984.Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama