Laporan BiokimiaEnzim, Saliva, Empedu
Disusun oleh:Kelompok 1.2Vincentia Anindha
Primacintya41140002Patrick Kurniawan Chandra41140003R. Rangga
Bagaskara41140013Dessy Ratnasari Secoadi41140016Vito
Widianto41140020Amadea Rigenastiti41140025Steven Setiawan
Santoso41140029Rai Nana Prayasita41140032Jessy Prilly Immanuella
Hana41140097BAB IDASAR TEORI1. Enzim Enzim adalah protein yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi kimia. Selama reaksi
berlangsung, molekul-molekul enzim tidak berubah, yang berarti
enzim adalah katalis biologis. Tanpa enzim, sebagian besar reaksi
kimia akan berjalan sangat lambat. Dalam rekasi yang menggunakan
enzim, reaktan disebut dengan substrat. ( Silverthorn, 2014 )Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja suatu enzim.
Faktor-faktor tersebut antara lain pengaruh pH dan suhu. Daerah pH
optimum untuk tiap-tiap enzim berbeda dan pada umumnya hampir
mendekati netral, yaitu antara pH 5 dan pH 7. Perubahan pH yang
mencolok menyebabkan protein enzim mengalami denaturasi yang
irreversible sehingga aktivitas enzim menjadi nol.Tiap enzim
mempunyai suhu optimum, yaitu ketika enzim tersebut dapat bekerja
dengan baik. Semakin jauh dari suhu optimum, kerja enzim semakin
tidak baik. Daerah atau kisaran suhu ketika kerja atau laju reaksi
enzim masih baik disebut suhu optimum. Suhu optimum untuk
enzim-enzim yang terdapat dalam tubuh pada daerah tersebut adalah
36oC-40oC. ( Sumardjo, 2009 )
2. SalivaSaliva adalah suatu produk sekresi dari kelenjar saliva
mayoris dan kelenjar saliva minoris ke mulut melalui duktus duktus
yang pendek. Kelenjar saliva mayoris meliputi kelenjar sublingual,
kelenjar submandibular dan kelenjar parotis. Kelenjar sub lingual
adalah kelenjar saliva yang berada di bawah lidah yang memiliki
duktus sublingual (duktus berada di bawah lidah) dan kelenjar
submandibular adalah kelenjar saliva yang berada di bawah mandibula
yang memiliki duktus di area mulut. Sedangkan kelenjar parotis
adalah kelenjar saliva yang berada di area maksilaris yang memiliki
ductus parotid di sekitar molar kedua maksilaris. ( Tortora,
2009)
3. EmpeduSalah satu fungsi dari hati ialah menyekresikan empedu,
yang normalnya berkisar antara 600 sampai 1000 ml/hari. Empedu
disekresikan oleh hati dalam dua tahap, yaitu :a. Sekresi awal oleh
sel-sel fungsional utama hati, yaitu sel hepatosit. Sekresi awal
ini mengandung sejumlah besar asam empedu, kolesterol, dan zat
organik lainnya. Empedu ini disekresikan ke dalam kanalikulus
bilaris kecil yang terletak di antara sel-sel hati. b. Sekresi
kedua mengalir di dalam kanalikulus menuju septa interlobularis,
tempat kanalikulis mengosongkan empedu ke dalam duktus yang lebih
besar. Akhirnya mencapai duktus hepaticus dan duktus bilaris
komunis. Dalam perjalanannya sekresi hati ini ditambahkan ke dalam
sekresi pertama. Sekresi tambahan ini berupa larutan encer ion-ion
natriun dan bikarbonat yang disekresikan oleh sel epitel sekretoris
yang mengelilingi duktulis dan duktus. Dari sini, empedu langsung
dikeluarkan ke duodenum, atau dalam beberapa menit atau jam, akan
dialihkan ke kantung empedu melalui duktus sistikus (Guyton dan
Hall, 2011).
BAB IIPERSIAPAN PRAKTIKUM1. Percobaan EnzimAlat dan Bahan:
Larutan ureum Aquades Amilum 1% Tepung kedelai Saliva yang disaring
Bongkahan es Iodium
Tabung reaksi Waterbath Kertas saring Porselin plate Vortex
Fenol merah Larutan HCl Asam cukaa. Percobaan AmilaseCara
KerjaMemasukkan 3 ml larutan amilum 1% matang (tabung 1 dan 2),
memasukkan 3 ml larutan amilum 1% segar ( tabung 3 dan 4).
Memasukkan 3 ml saliva saring (tabung 1 dan 3), memasukkan 3 ml
H2O (tabung 2 dan 4).
Menambahkan 1 ml HCl 1N (tabung 1 dan 3). Mengaduk dengan vortex
hingga rata.
Memasukkan 1 tetes larutan dari setiap tabung ke porselin plate
dan masing-masing diberi 1 tetes iodium. Mengamati dan mencatat apa
yang terjadi.
Meletakkan tabung seri A dalam suhu kamar, tabung seri B pada
wadah berisi bongkahan es, dan tabung seri C pada waterbath
37oC.
Setiap 10 menit, melakukan cara kerja nomor 5 sampai salah satu
tetesan larutan berwarna seperti iodium.
b. Percobaan UreaseCara Kerjaa. Dua buah tabung, tabung 1 diisi
2 cc larutan ureum, tabung 2 diisi 2 cc aquades.b. Masing - masing
tabung diberi 1 tetes fenol red.c. Kemudian ditambahkan 2% asam
asetat sampai berubah warna menjadi kuning.d. Lalu dipanaskan pada
penangas air pada suhu 60 derajat C selama 3 - 4 menit.e. Kemudian
didinginkan, setelah dingin di tambahkan tepung kedelai.
2. Percobaan SalivaAlat dan Bahan Saliva sebanyak 20 ml Larutan
molisch Larutan biuret Asam asetat encer Kertas saring H2SO4 pekat
Tabung reaksi pH meter Pipet tetes Pipet ukurCara Kerja1. Saring
saliva mengunakan kertas saring.2. Ukur pH air liur menggunakan pH
meter dan catat pH awal.3. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 2 buah
dan diberi label, kemudian masukan 2 ml saliva pada amsing masing
tabung reaksi.4. Pada tabung A ditambahkan 5 tetes larutan biuret
dan dicampur perlahan kemudian diamati perubahan warnanya.5. Tabung
B ditambahkan 5 tetes larutan molisch da ncampur perlahan kemudian
ditambahkan 2 ml H2SO4 pekat secara perlahan melalui dinding
tabung, dan amati perubahan yang terjadi.6. Masukan saliva ke
tabung reaksi yang berbeda sebanyak 2 ml. Dan tambahkan 2 tetes
asam asetat encer. Campur rata dengan vortex, perhatikan dengan
endapan yang terbentuk.3. Percobaan Empedua) Uji GmelinAlat dan
Bahan : Larutan Empedu Encer Larutan Asam Nitrat (HNO3) Pekat
Tabung Reaksi Pipet Volumetrik
Cara Kerja : Siapkan tabung reaksi kemudian masukkan 3 ml HNO3
pekat ke dalam tabung reaksi. Miringkan tabung reaksi, lalu dengan
pipet alirkan secara hati hati 3 ml larutan empedu encer melalui
dinding tabung sehingga kedua larutan tersebut tidak bercampur.
Perhatikan warna yang terbentuk pada perbatasan antara kedua
cairan.
b) Uji PettenkoferAlat dan Bahan : Larutan empedu encer Larutan
sukrosa 5% Asam sulfat (H2SO4) dalam beuret Tabung reaksi Pipet
volumetrik Pipet tetes
Cara Kerja1. Tabung reaksi disiapkan dan dimasukkan 5 ml larutan
empedu encer ke dalam tabung reaksi.2. Tambahkan 5 tetes larutan
sukrosa3. Miringkan tabung reaksi lalu alirkan dengan hati hati 3
ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung sehingga terbentuk 2
lapisan cairan. 4. Perhatikan cincin yang terbentuk pada perbatasan
antara kedua lapisan.c) Uji Fungsi Empedu Sebagai EmulgatorAlat dan
Bahan: Tabung reaksi Cairan empedu encer Minyak goreng Aquades
Pipet tetesLangkah Percobaan:Siapkan tabung reaksi yang telah
diberi label tabung A dan tabung B.1. Tuangkan 3ml aquades pada
tabung A dan 3ml cairan empedu encer pada tabung B.2. Teteskan 1
tetes minyak goreng menggunakan pipet tetes ke tabung A dan tabung
B.3. Kocok dan amati perubahan yang dialami oleh minyak.
BAB IIIHASIL PRAKTIKUMA. Enzima. Percobaan AmilaseTabung reaksi
ANoMenit ke-
0-1010-2020-3030-40
1.Kuning kehijauanKuning kehijauanKuning kehijauanJingga
2.Biru kehitamanBiru kehitamanBiru kehitamanBiru kehitaman
3.JinggaJinggaJinggaJingga
4.Kuning kehijauanKuning, adanya endapan hijauKuning
kehijauanKuning kehijauan
Tabung reaksi BNoMenit ke-
0-1010-2020-3030-40
1.JinggajinggaJinggaSemakin kehijauan
2.Biru kehitamanBiru kehitamanBiru kehitamanBiru kehitaman
3.Jingga Jingga Jingga Jingga
4.Kuning kehijauanKuning endapan hijauKuning endapan hijauKuning
endapan hijauan
Tabung reaksi CNo.Menit ke-
0-1010-2020-30
1.KuningKuningJingga
2.Biru kehitamanBiru kehitamanBiru kehitaman
3.KuningKuningJingga
4.JinggaKuningKuning kehijauan tidak ada endapan
Keterangan: = warna sudah menyerupai atau mendekati warna
larutan iodium.b. Percobaan Urease1. Saat tabung 1, yang berisi
larutan ureum diteteskan dengan 1 tetes phenol red, kemudian
larutan ureum berubah warna menjadi merah. 2. Saat tabung 2 yang
berisi aquades diteteskan dengan 1 tetes phenol red, kemudian
aqudes berubah warna menjadi kuning. 3. Saat kedua tabung di
diteteskan dengan tiga tetes asam asetat, kemudian tabung 1
(larutan ureum) berubah warna menjadi kuning dan tabung 2 (aquades)
tetap berwarna kuning.4. Setelah dipanaskan, kedua larutan tersebut
tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap berwarna kuning.5.
Setelah dipanaskan dan didinginkan selama beberapa saat, kedua
tabung diberikan sedikit tepung kedelai. Beberapa saat setelah
tepung kedelai diberikan, tabung 1 (larutan ureum) kembali berubah
warna menjadi warna merah, sedangkan tabung 2 (aquades) tetap
berwarna kuning.B. SalivaDari hasil praktikum saliva dengan larutan
molisch dan asam sulfat ini dihasilkan 4 warna cairan berbeda pada
tabung reaksi. Yaitu warna coklat, warna ungu, warna hijau dan
bening. Pada warna ungu ini menandai bahwa saliva probandus
mengandung karbohidrat. (warna ungu diantara hijau dan coklat)C.
Empedua) Uji Gmelin Pada saat Empedu Encer dimasukkan terjadi
perubahan warna, menjadi 3 bagian warna, yaitu : hijau, ungu, dan
bening. Pada bagian atas berwarna hijau, pada bagian bawah berwarna
bening. Dan diantara kedua warna tersebut ada warna ungu yang
terlihat pekat.b) Uji Pettenkofer Setelah H2SO4 dialirkan,
terbentuk 2 lapisan cairan yang dibatasi oleh sebuah cincin. Warna
cairan yang atas adalah hijau dan yang bawah adalah bening, serta
kedua warna tersebut dibatasi oleh cincin yang berwarna ungu.c) Uji
Fungsi Empedu Sebagai Emulgator Pada tabung A yang berisi aquades
dengan minyak, minyak tidak bercampur dengan air, namun tidak
terlalu terlihat. Pada tabung B yang berisi cairan empedu encer
dengan minyak, minyak teremulsi sebagian, namun masih ada bagian
yang tidak teremulsi.BAB IVPEMBAHASANA. Enzima. Percobaan Amilase
Pada pecobaan ini menggunakan dua macam amilum yang berbeda, yaitu
amilum matang (setiap seri tabung nomer 1 dan 2) dan amilum segar
(setiap seri tabung nomer 3 dan 4). Pada amilum matang sebelumnya
sudah diberikan perlakuan dengan pemanasan, hal ini akan
berpengaruh mempercepat proses hidrolisis amilum.Setelah itu pada
setiap seri tabung nomer 1 dan 3 ditambahkan sailva yang mengandung
amilase untuk mencerna amilum sedangkan pada setiap seri tabung
nomer 2 dan 4 ditambahkan aquades.Kemudian untuk setiap seri tabung
nomer 1 dan 3 ditambahkan HCl yang berfungsi untuk memberikan
suasana asam pada amilum sehingga memungkinkan amilase bekerja
lebih optimal pada pH 6,7 - 7,0.Pengamatan mulai berlangsung pada
menit ke 0 dengan meneteskan yodium yang bertujuan untuk melihat
bentuk perubahan dari polisakarida menjadi monosakarida dilihat
dari perubahan warnanya (proses hidrolisis amilum). Selanjutnya
memberikan perlakuan yang berbeda untuk seri A (suhu ruangan), B
(bongkahan es) dan C (waterbath). Perbedaan perlakuan ini bertujuan
untuk melihat suhu yang paling optimal bekerja untuk enzim
amilase.
Reaksi percobaan Amilum :AmilumHCl
DekstrinEritrodekstrinAkrodekstrinMaltosaGlukosa
Amilum (berwarna ungu kehitaman, karena amilum bercabang
membentuk spinal mengelilingi molekul I2 dan molekul pati),
dekstrin (berwarna ungu kehitaman), eritrodextrin (berwarna coklat
keunguan), akrodekstrin berwarna kuning bening), maltosa (berwarna
bening), glukosa (berwarna bening). Warna-warna tersebut disebabkan
oleh adanya kandungan amilosa rantai panjang semakin lama
dipanaskan kemampuan mengikat warna melemah.Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan, terbukti bahwa tabung berlabel nomor 1 dan 3
yang diberi larutan HCl dengan pH 6,7 7,0 lebih cepat
terhidrolisis. Hal ini disebabkan karena enzim dapat beraktivitas
secara optimal pada pH 5 7. Larutan dari tabung lain lebih lambat
terhidrolisis karena pH terlalu rendah menyebabkan enzim bekerja
secara tidak optimal dan terlalu tinggi yang menyebabkan denaturasi
protein.Dari sisi perlakuan, tabung berlabel C yang dimasukkan ke
dalam waterbath terbukti lebih cepat terhidrolisis yaitu antara
menit ke 20 dan 30. Menurut teori, enzim beraktivitas secara
optimal antara suhu 36o-40oC. Waterbath yang memiliki suhu 37o
membuat enzim bekerja secara optimal dan cepat terhidrolisis. Pada
tabung berlabel A, hidrolisis berjalan lambat. Pada tabung berlabel
B seharusnya belum terjadi hidrolis, tetapi pada percobaan ini
terdapat satu tabung reaksi yang sudah terhidrolisis. Hal ini
disebabkan karena suhu ice box yang kurang terjaga sehingga
menyebabkan menyerupai suhu ruangan.Dari sisi perbedaan amilum
matang dan segar pada, tabung berlabel C nomor 1 dan 3
terhidrolisis pada waktu yang bersamaan antara menit ke 20-30.
Seharusnya amilum matang lebih cepat terhidrolisis, namun sebelum
digunakan amilum tidak dilakukan pengadukan sehingga terhidrolisis
bersamaan.
b. Percobaan UreaseSetelah melakukan percobaan ini, dapat
dilihat sifat-sifat dari enzim urease, yaitu Enzim urease bekerja
secara optimum pada lingkungan yang agak basa (pH 7.4) dan dengan
suhu optimum 60 derajat Celcius. Larutan yang bersifat asam atau
normal akan berubah warna menjadi kuning saat ditetesi oleh phenol
red, sedangkan larutan yang bersifat basa atau agak basa akan
berubah warna menjadi merah. Lalu setelah dilakukan penambahan asam
asetat pada kedua larutan tersebut, maka kedua tabung akan berubah
warna menjadi kuning. Hal ini diakibatkan karena larutan pada kedua
tabung (aquades dan larutan ureum) bersifat asam. Setelah itu kedua
tabung dipanaskan pada suhu 60 derajat Celcius. Suhu 60 derajat
Celcius merupakan suhu optimum atau suhu ideal bagi larutan urease.
Setelah itu, kedua larutan diberikan sedikit tepung kedelai. Pada
tabung 2 (aquades) larutan akan tetap berwarna kuning, sedangkan
pada tabung 1 (larutan ureum) larutan akan berubah menjadi warna
merah kembali. Hal ini terjadi karena kedelai juga mengandung
urease, yaitu suatu enzim yang berperan untuk menghidrolisis urea
menjadi amoniak dan CO2.
Reaksi kimia yang terjadi ialah CO(NH2)2 + H2O + urease 2NH3(g)
+ CO2(g)Senyawa amonia yang dihasilkan bersifat basa,sehingga pH
larutan menjadi naik.
B. SalivaProtein tersusun dari berbagai asam amino yang terikat
satu sama lain. Ketika direaksikan dengan reagen biuret maka, Cu2
ini akan berikatan dengan C karbonil dengan satu atom N pada
pangkal asam amino sehingga terbentuklah kompleks berwarna ungu.
Sepeti gambar di bawah ini :
(Pudjiadi 2009, 95)
Uji biuret pada air liur merupakan uji yang dilakukan untuk
mngetahui adanya protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk
mengetahui ikatan yan gada pada protein. Hal ini karena mengandung
amilase yang merupakan suatu protein, dan musin yang merupakan
suatu glikoprotein dan senyawa senyawa protein lainnya yang juga
termasuk dalam air liur. Dalam pengujian kali ini didapatkan hasil
warna larutan yang berubah menjadi ungu. Hal ini menandakan air
liur sample mengandung protein yang dapat berupa enzim amilase
maupun glikoprotein yang terkandung di musin.
Pada uji molisch banyak digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan karbohidrat di dalam saliva. Saliva yang
berwarna bening ditambah dengan molisch terbentuk bercak coklat
kehitam-hitaman kemudian ditambah dengan asam sulfat, terbentuk 4
lapisan, yaitu bening, hijau, ungu dan coklat. Disini terdapat
cincin dengan warna ungu pada lapisan ke 3. Reaksi molisch ini
menunjukan reaksi yang positif mengandung karbohidrat dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada tabung reaksi kita.
Air liur yang ditambahkan asam asetat encer pada uji presipitasi
menghasilkan larutan yang seperti gel pada dasar tabung reaksi. Hal
ini terjadi karena adanya koagulasi dari molekul molekul yang
berupa protein. Misalnya enzim amilase yang terkandung pada air
liur. Dimana protein pada penambahan asam akan menyebabkan
terjadinya koagulasi.
C. Empedua. Uji GmelinEmpedu memegang peran penting dalam
pencernaan. Empedu merupakan cairan yang bersifat asam, dan
berwarna hijau yang di eksresikan oleh hepatosit hati pada sebagian
besar vertebrata. Empedu menghasilkan bau amis dan berwarna hijau.
Warna hijau empedu ini berasal dari penghancuran eritrosit yaitu
biliverdin.
b. Uji PettenkoferDari percobaan yang telah dilaksanakan,
dihasilkan dua lapisan yaitu lapisan atas berwarna hijau dan
lapisan bawah berwarna bening, serta pada batas kedua lapisan
tersebut dihasilkan cincin berwarna ungu.c. Uji Fungsi Empedu
Sebagai EmulgatorDari percobaan yang telah dilaksanakan, ada
perbedaan dengan dasar teori yang dikarenakan praktikan terlalu
banyak menuangkan minyak ke dalam cairan empedu encer, sehingga
minyak tidak teremulsi sempurna dan masih ada sisa minyak yang
berada di atas cairan empedu, yang seharusnya minyak tidak terlihat
karena teremulsi oleh garam empedu dengan mengurangi tegangan
permukaan, sehingga dapat dipecah menjadi partikel-partikel kecil.
Dan sedangkan pada aquades, praktikan terlalu sedikit dalam
meneteskan minyak sehingga tidak terlalu kelihatan, yang seharusnya
air dan minyak terlihat tidak bercampur karena minyak tidak
teremulsi dan tidak dapat menyatu dengan air.
BAB VKESIMPULANA. Enzima. Percobaan Amilase Perubahan warna pada
tabung seri C ( waterbath ) lebih cepat terjadi karena mendapat
perlakuan pada suhu yang optimal ( 37oC ) Perubahan warna tidak
terjadi pada tabung seri B ( bongkahan es ) karena enzim tidak bisa
bekerja secara optimal. Perubahan warna pada amilum matang lebih
cepat daripada amilum segar karena sebelumnya telah dipanaskan. HCl
memberikan pH yang optimal untuk enzim amilase.b. Percobaan
UreaseDari percobaan urease, dapat disimpulkan bahwa tingkat
keasaman dan suhu suatu larutan akan sangat berpengaruh terhadap
kerja enzim. Seperti enzim urease yang memerlukan lingkungan yang
agak basa dan suhu 60 derajat celcius untuk dapat bekerja secara
optimum.B. Saliva Saliva memiliki kandungan enzim yang berfungsi
untuk memecahkan partikel makanan yang masuk ke rongga mulut
(amilum dipecahkan menjadi maltosa), menjaga kesehatan mulut dengan
kandungan lizozim, serta mengandung mukus yang berfungsi untuk
melumasi makanan dan rongga mulut. Saliva dengan larutan molisch
dan H2SO4 mendapatkan hasil cincin berwarna ungu, menandakan bahwa
ada kandungan karbohidrat di saliva probandus.C. Empedua. Uji
Gmelin Dengan uji gmelin dapat dilihat bahwa terbentuk warna (dari
atas ke bawah) : hijau, ungu, bening.b. Uji Pettenkofer Uji
pettenkofer menghasilkan cincin ungu pada perbatasan 2 lapisan
larutan.c. Uji Fungsi Empedu Sebagai Emulgator Empedu dapat
mengemulsi lemak dengan garam-garam empedu.
DAFTAR PUSTAKADjauhari, W., & Antonia, T. (Eds.). (2014).
Fisiologi Kedokteran Guyton dan Hall (Edisi 12). Singapore:
Elsevier.Martoharsono, Soeharsono, Mulyono. (2010). Petunjuk
Praktikum Biokimia. Team Pengelola Kuliah dan Praktika Biokimia
UNDIP SemarangPoedjiadi, A. (2009). Dasar Dasar Biokimia. Jakarta :
Universitas IndonesiaSilverthorn, D.U. (2014). Fisiologi Manusia :
Sebuah Pendekatan Terintegrasi (Edisi 6).Jakarta:EGCSumardjo, D.
(2009).Pengantar Kimia.Jakarta:EGC
16