ABSTRAK La Firman, 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V SD Negeri 10 Lohia Dengan Materi Keputusan Bersama. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara menghafal hanya mampu bertahan dalam jangka waktu pendek sedangkan pengetahuan yang didapat dari menemukan sendiri mampu bertahan lama dan proses pembelajarannya akan lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian adalah : “Apakah dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama pada Siswa Kelas V SD Negeri 10 Lohia?” Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 10 Lohia dengan jumlah siswa 21 orang. Hasil penelitian ini menunjukan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa meningkat dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Inquiry. Hasilnya dapat ditunjukan sebagai berikut: siklus I sebanyak 15 orang dari 20 orang dan siklus II sebanyak 20 orang dari total siswa sebanyak 20 orang (100%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 10 Lohia, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Kata Kunci : Mata Pelajaran PKn, Materi Pokok Keputusan Bersama, Penggunaa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision). i
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ABSTRAK
La Firman, 2014. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SDN 10 Lohia Kecamatan Lohia Kabupaten Muna
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V SD Negeri 10 Lohia Dengan Materi Keputusan Bersama. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara menghafal hanya mampu bertahan dalam jangka waktu pendek sedangkan pengetahuan yang didapat dari menemukan sendiri mampu bertahan lama dan proses pembelajarannya akan lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian adalah : “Apakah dengan menggunakan Metode Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama pada Siswa Kelas V SD Negeri 10 Lohia?” Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SD Negeri 10 Lohia dengan jumlah siswa 21 orang. Hasil penelitian ini menunjukan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa meningkat dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Inquiry. Hasilnya dapat ditunjukan sebagai berikut: siklus I sebanyak 15 orang dari 20 orang dan siklus II sebanyak 20 orang dari total siswa sebanyak 20 orang (100%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa Penerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 10 Lohia, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.
Kata Kunci : Mata Pelajaran PKn, Materi Pokok Keputusan Bersama, Penggunaa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision).
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan memiliki andil yang
sangat penting dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia. Melalui
pendidikan di Sekolah Dasar, diharapkan dapat dihasilkan manusia Indonesia
yang berkualitas. Adapun tujuan pendidikan SD menurut Suharjo (2006:8) dapat
dirangkum sebagai berikut : 1) menuntun pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani, bakat, dan minat siswa, 2) Memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dasar yang bermanfaat bagi siswa, 3) Membentuk Warga
Negara yang baik dan Manusia yang Pancasilais, 4) Melanjutkan pendidikan ke
jenjang di SLTP, 5) Memiliki pengetahuan, Keterampilan, dan sikap dasar bekerja
di Masyarakat, dan 6) Terampil untuk hidup di masyarakat dan dapat
mengembangkan diri sesuai dengan azas pendidikan seumur hidup.
PKn sebagai Mata Pelajaran di SD merupakan program untuk
menanamkan dan mengembangkan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap nilai
ilmiah pada siswa, serta rasa mencintai dan menghargai kebebasan Tuhan Yang
Maha Esa. Adapun tujuan pembelajaran yang di jabarkan BSNP (KTSP,
2006:484) adalah sebagai berikut : 1) Agar siswa memiliki kemampuan untuk
memahami konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, 2)
Memiliki kemampuan berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam
menanggapi isu. 3) Mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari kejadian
di lingkungan sendiri, 4) Bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri,
bertanggung jawab, bekerja sama, dan mandiri, 5) Mempu menerapkan berbagai
konsep untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah dalam kehidupan, 6)
Mampu menggunakan teknologi sederhana yang berguna untuk memecahkan
suatu masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, 7) Mengenal dan
memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan
keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
1
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan refleksi dan
hasilnya menunjukan kualitas belajar PKn pada materi Keputusan Bersama
di Kelas V SD Negeri 10 Lohia masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil ulangan dengan materi keputusan bersama dimana siswa yang
memperoleh nilai 70 keatas berjumlah 8 orang atau sekitar 40% sedangkan
yang memperoleh nilai dibawah nilai 70 berjumlah 12 orang atau sekitar
60%. Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran dengan materi
keputusan bersama masih kurang. Siswa kurang tertantang dan kurang
antusias terhadap materi keputusan bersama, siswa kurang berkosentrasi,
siswa tidak berani bertanya, sebagaian siswa ada yang bermain sendiri,
kurangnya motivasi untuk mengikuti pelajaran.
2. Analisis Masalah
Berdasarkan masalah yang ada peneliti melakukan diskusi dengan
teman sejawat/supervisor 2 untuk menganalisis masalah dan ditemukan
beberapa masalah antara lain :
a. Model pembelajaran yang digunakan guru pada materi keputusan
bersama masih monoton.
b. Guru kurang memberi gambaran jelas tentang materi keputusan
bersama.
c. Siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran sehingga
beberapa siswa mengantuk.
d. Guru tidak menggunakan alat peraga sehingga pembelajaran kurang
menarik.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan analisis masalah diatas peneliti merencanakan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui meningkat atau tidak akatifitas siswa dalam proses
pembelajaran PKn dengan memperbaiki strategi pembelajarannya
yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
2
b. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktifitas guru dalam
proses pembelajaran PKn dengan memperbaiki strategi pembelajaran
yaitu menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
(Student Teams Achievement Devision).
c. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa kelas
V pada materi keputusan bersama pada mata pelajaran PKn melalui
model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision).
Untuk menindaklanjuti hasil analisis masalah, kami dibantu Supervisor 2
yang telah menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul dengan
prioritas pemecahan masalah sebagai berikut :
a. Menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Devision) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
b. Menggunakan metode diskusi dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan LKS tentang keputusan bersama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian
ini adalah : “Apakah dengan menggunakan pendekatan kooperatif Tipe
STAD (Student Teams Achievement Devision) dapat meningkatkan
pemahaman konsep dan hasil belajar PKn pada materi keputusan bersama
pada siswa kelas V SD Negeri 10 Lohia ?”.
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keefektifan model
pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Devision)
materi pokok keputusan bersama di kelas V SD Negeri 10 Lohia Kecamatan
lohia Kabupaten Muna.
3
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pembelajaran PKn baik secara
teorotis maupun praktis :
Manfaat secara teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan bagi teori pembelajaran di sekolah dasar khususnya pembelajaran
PKn kelas V SD.
Manfaat secara praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Siswa :
1. Mendorong berfikir kreatif
2. Meningkatkan partsisipasi aktif dalam pembelajaran
3. Meningkatkan penguasaan dan penerapan PKn siswa kelas V SD
Negeri 10 Lohia
4. Meningkatkan keberanian mengungkapkan pendapat secara bebas dan
terbuka dalam suasana gembira dalam proses pembelajaran.
5. Menumbuh kembangkan semangat kebersamaan bagi siswa
b. Guru :
1. Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam aktifitas
pembelajaran.
2. Memperbaiki aktifitas belajar untuk menghilangkan proses
pembelajaran yang monoton dan tidak kondusif dalam pembelajaran.
3. Untuk mengembangkan model pembelajaran yang baru dan
mengurangi kecenderungan menggunakan metode pengajaran
konvensional.
c. Sekolah :
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk membuat
kebijakan tentang pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
4
khususnya dalam pembelajaran PKn yang memungkinkan dapat
diterapkan disekolah khususnya SD.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Konsep secara sederhana adalah penamaan/pemberian tabel untuk sesuatu
guna membantu seseorang dalam mengenal, mengerti, dan memahami sesuatu.
Konsep adalah kesepakatan bersama untuk menanam sesuatu dan merupakan alat
intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.
Menurut Syaful Djamarah (1989 : 80) Konsep adalah suatu abstarsi yang
mewakili suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau
hubungan yang mewakili aktribut sama. Sedangkan konsep menurut Suharjo
(2007 : 75) adalah “Suatu Satuan arti yang mewakili sekelompok objek yang
memiliki sejumlah ciri yang sama, dalam bentuk lambang mental yang penuh
gagasan ”. lebih lanjut, Konsep merupakan suatu abstraksi, dalam arti tidak
merupakan suatu kenyataan tersendiri, tetapi menunjukan pada realitas kehidupan
pada berbagai tarafnya.
Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa konsep merupakan suatu
abstraksi yang berdasarkan kepada pengalaman atau sesuatu yang dapat di terima
dalam pikiran. Konsep sebenarnya berarti tangkapan. Buah atau hasil tangkapan
konsep secara objektif berarti suatu aksi (act) intelek yang digunakan untuk
menangkap sesuatu yang kita tangkap dengan aksi (Syaful Djamarah, 1989 : 87).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah
abstraksi yang memiliki suatu kelas atau objek-objek, kejadian atau hubungan
yang mempunyai aktribut yang sama dengan memperhatikan ciri-ciri tertentu
yang dapat di devenisikan atau dilambangkan dan mempunyai makna. Konsep
merupakan penyajian-penyajian internal dari sekelompok stimulus. Terdapat lima
komponen utama suatu konsep, yaitu :
1. Nama / label,
2. Defenisi
3. Atribut
5
4. Penilaian, dan
5. Contoh-contoh.
Menurut para ahli, ada beberapa cara untuk mempelajari konsep, yaitu
dengan cara mengamati ciri-ciri dari konsep tersebut, baik ciri ensensial maupun
ciri non essensial, dengan memperhatikan hubungan antara unsur yang ada dalam
konsep dan cara berlatih untuk memahami contoh yang benar dan contoh salah
dari konsep tersebut. Belajar konsep dapat dilakukan dengan cara membentuk
pemahaman sendiri melalui urutan langkah kegiatan yang disebut pembentukan
konsep. Belajar konsep dapat dilakukan melalui benda-benda, gambar-gambar,
dan penjelasan verbal.
Konsep-konsep dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu informasi konsep
(Concept Formation) dan assimilasi konsep (Concept Assimilation). Formasi
konsep dapat di samakan dengan belajar konsep-konsep konkret. Assimilasi
konsep merupakan cara utama untuk memperoleh konsep selama sekolah
(Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar, 1989 : 81).
Pemahaman konsep bagi seorang siswa merupakan kemampuan diri dalam
menghubungkan fakta yang satu dengan fakta yang lainnya yang sejenis,
menganal ciri khas dari berbagai kejadian, menyatakan sifat dan hubungan serta
mencocokan kembali pemahaman yang dimiliki dengan kejadian disekeliling
yang dihadapi. Dengan memahami konsep, maka pengembangan pengetahuan
yang dimiliki akan semakin jelas jangkauannya. Dengan belajar konsep secara
baik maka pemahaman terhadap materi akan lebih mudah dan todak cepat lupa,
karena bukan pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Dengan cara belajar konsep
akan melatih siswa untuk berfikir kritis. Cara yang baik untuk belajar adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhir sampai
kepada sesuatu kesimpulan (Discovery Learning).
B. Hasil Belajar
Belajar adalah proses perubahan yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman individu dan bukan karena proses pertumbuhan fisik. Chance
menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
6
pengalaman. Belajar sering juga didefenisikan sebagai perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang disebabkan latihan atau pengalaman. Anderson
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan relativ menetap terjadi
dalam tingkah laku potensial sebagai hasil dari pengalaman.
Sementara itu, hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan yang
berupa keterampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman.
Dalam hal ini Soedi Jarto mendefenisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan
suatu pengetahuan program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan
yang ditetapkan.
Gagne dan Briggs menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar. Reigeluth
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati yang
menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang. Dalam kaitannya dengan hasil
tersebut, Gagne dan Briggs mengemukakan adanya lima kemampuan yang dapat
diperoleh seseorang sebagai hasil belajar yaitu keterampilan intelektual, strategi
koognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.
Sementara itu, Bloom (Winkle, W.S : 1993) membagi hasil belajar kedalam
tiga rana yaitu kognitif, efektif dan psikomotorik. Rana kognitif berkaitan dengan
tujuan-tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan kemampuan berfikir,
mengetahui dan memecahkan masalah. Rana efektif berkaitan dengan tujuan-
tujuan yang berhubungan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang menunjukan
penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Rana psikomotor berkaitan dengan
keterampilan motorik, manipulasi bahan atau objek.
Hasil belajar dalam rana kognitif tersebut secara rinci mencakup
kemampuan mengingat dan memecahkan masalah berdasarkan apa yang telah di
pelajari siswa srtinya hal ini mencakup keterampilan intelektual yang merupakan
salah satu tugas kegiatan pendidikan yang meliputi pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan efaluasi.
Dari pendapat-pendapat diatas, maka pengertian hasil belajar dalam
penelitian ini hanya di batasi pada rana kognitif menurut ketegori Bloom yang
meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis dengan
7
penekanan pada aspek pengetahuan dan pemahaman yang disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa subjek penelitian.
Pembelajaran PKn di sekolah di maksudkan untuk menanamkan dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa
serta mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan beberapa rumusan tujuan tersebut menunjukan bahwa
pendidikan PKn di sekolah dasar di kembangkan dengan mempertimbangkan
aspek teoritis dan menekankan pada struktur keilmuan aspek praktis yang
menekankan pada penerapan dalam kehidupan sehari-hari, dan aspek kotekstual
yang menekankan pada sejarah perkembangan dan inplikasi kultural.
Berdasarkan teori di atas, maka yang dimaksud hasil belajar PKn dalam
penelitian ini adalah penguasaan produk yang mengacu pada perubahan dimensi
kognitif siswa (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis) yang
dicapai siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran yang ditempuh selama kurun
waktu tertentu berdasarkan tujuan pembelajaran yang di tetapkan.
C. Keputusan Bersama (musyawarah)
Keputusan berasal dari kata putusan yang dapat diartikan sebagai hasil dari
suatu pembicaraan yang telah disepakati bersama atau telah disepakati oleh orang-
orang yang melakukan pembicaraan itu. Jadi dalam keputusan bersama, bukan
pendapat seseorang dan bukan pendapat yang dipaksakan yang menjadii
kesepakatan. Akan tetapi dalam keputusan bersama pendapat itu adalah pendapat
yang menjadi kesepakatan atau disetujui bersama diantara orang-orang.
Keputusan bersama itu dilakukan melalui cara-cara musyawarah dan rapat
antar warga atau pihak-pihak yang terlibat. Pada dasarnya , cara-cara mengambil
keputusan ada dua yaitu :
1. Cara tidak demokratis, Dilakukan melalui paksaan, tekanan daan kekerasan.
2. Cara demokratis, Dilakukan melalui rapat-rapat, musyawarah, dialog,
pembicaraan bersama, rembug nsional, diskusi, dan
sebagainya.
D. Pembelajaran Kooperatif
a. Defenisi Pembelajaran Koopreatif
8
Guru sebagai ujung tombak yang menentukan keberhasilan
pendidikan dan pengajaran di sekolah, sepertinya belum dapat
mengantisipasi keadaan dan keperluan siswa. Sebagian guru SD masih
menggunakan pembelajaran pola lama, yaitu proses pembelajaran satu
arah yang di dominasi oleh guru melalui metode ceramah dan masih
kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam pembelajaran, guru hanya bersikap sebagai pelaksana tugas dalam
pembelajaran bukan memberikan pengalaman belajar yang bermakna
kepada siswanya.
Oleh karena itu, guru seharusnya kreatif dan inofatif dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga mampu memenuhi
keperluan-keperluan pembelajaran untuk setiap siswanya.
Salah satu metode pembelajaran yang dapatdilakukan di sekolah
dasar adalah pembelajaran dengan metode belajar bersama. Belajar
bersama sering disebut dengan belajar kelompok atau dalam ranah
pendidikan disebut dengan pembelajaran kooperatif (Cooperative
Learning).
Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asa, sehingga sumber belajar bagi peserta didik bukan hanya Guru
dan buku ajar, tetapi juga sesama peserta didik. Senada dengan hal ini,
Jhonson dan Jhonson menyatakan bahwa dalam, “Cooperative learning
student discus dematerial with each other cuwork”. (Jhonson dan
Jhonson, 1987 : 5). Pada pembelajaran kooperatif para siswa
mendiskusikan bahan antar siswa yang satu dengan yang lain, saling
membantu memahami siswa yang satu dengan lainnya dan masing-masing
memberi semangat untuk bekerja keras antara siswa satu dengan siswa
yang lain.
Berdasarkan defenisi yang di ungkapkan di atas dapat di ambil
kesimpulan bahwa kooperatif adalah pembelajaran yang mengintegrasikan
keterampilan sosial yang bermuatan akademis untuk sampai kepada
pengalaman individual dan kelompok, saling membantu, berdiskusi,
9
berargumentasi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman
bersama.
Belajar kooperatif memiliki dua aspek yang menarik yaitu : (1).
Dimungkinkan lingkungan yang kompetitif yang mendidik dan memacu
siswa untuk bersaing satu sama lain dan bukan hanya sekedar belajar
bersama, (2). Mengidikasikan bahwa belajar kooperatif bila di
implikasikan secara umum mempunyai potensi untuk memberikan
kontribusi secara positif pada kemampuan akademik keterampilan Sosial
dan kepercayaan diri.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif memiliki karakteristik tersendiri jika
dibandingkan dengan pembelajaran lainnya. Kerjasama dalam kelompok
untuk mencapai tujuan bersama adalah merupakan ciri khas dalam
pembelajaran kooperatif. Semua seperti dalam kelas diusahakan untuk
mamahami materi yang dipelajari.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut :
1. Saling ketergantungan positif, merupakan suatu suasana interaksi
promotif, yang memungkinkan sesama siswa saling memberikan
motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. (1) Saling
ketergantungan mencapai tujuan, (2) Saling ketergantungan dalam
menyelesaikan tugas, (3) Saling Ketergantungan bahan dan sumber,
(4) Saling ketergantungan dalam peran, dan (5) Saling
ketergantungan hadiah.
2. Interaksi tatap muka, interaksi ini memungkinkan siswa dapat
menjadi sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam ini
sangat penting, karena ada siswa yang lebih senang diberi penjelasan