A.ACARA Pengukuran dan pengambilan data tugas besar B. WAKTU DAN TANGGAL PENGAMATAN Praktikum 1 Tanggal : 21 November 2012 Hari : Rabu Waktu : 15.30 – 18.00 WITA Praktikum 2 Tanggal : 22 November 2012 Hari : Kamis Waktu : 07.00 – 12.00 WITA C. LOKASI PENGAMATAN Pengamatan ini kami lakukan di wilayah Folder, Jl. A.W Syahrani Samarinda. D.PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam melakukan pemetaan kita perlu memperhatikan berbagai macam hal yang sangat penting dalam melakukan pekerjaan ini. Hal yang perlu diperhatikan adalah sudut horizontal jarak, beda tinggi, azimut, koordinat, pengukuran titik detail dan yang paling harus diperhatikan adalah pengoreksian titik yang telah kita ukur. Setelah proses tersebut kita lakukan, maka barulah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
A. ACARA
Pengukuran dan pengambilan data tugas besar
B. WAKTU DAN TANGGAL PENGAMATAN
Praktikum 1
Tanggal : 21 November 2012
Hari : Rabu
Waktu : 15.30 – 18.00 WITA
Praktikum 2
Tanggal : 22 November 2012
Hari : Kamis
Waktu : 07.00 – 12.00 WITA
C. LOKASI PENGAMATAN
Pengamatan ini kami lakukan di wilayah Folder, Jl. A.W Syahrani
Samarinda.
D. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam melakukan pemetaan kita perlu memperhatikan berbagai macam hal
yang sangat penting dalam melakukan pekerjaan ini. Hal yang perlu diperhatikan
adalah sudut horizontal jarak, beda tinggi, azimut, koordinat, pengukuran titik detail
dan yang paling harus diperhatikan adalah pengoreksian titik yang telah kita ukur.
Setelah proses tersebut kita lakukan, maka barulah kita dapat melakukan ploting dan
penggambaran hasil yang telah kita peroleh kedalam sebuah peta. Untuk
mengurangi kesalahan yang terjadi sebaiknya dalam melakukan pemetaan kita
memasang patok / titik yang kita gunakan sebagai titik acuan sebaiknya jaraknya
tidak terlelu jauh satu sama lain. Biasanya jika jarak yang kita gunakan berdekatan
kesalahan yang kita peroleh sangat kecil dan dapat diabaikan.
Kesalahan yang terjadi pada pengukuran jarak dekat dan pada daerah yang
sempit juga akan mempermudah kita dalam melakukan pengoreksian titik. Kesalahan
1
dalam pengukuran jarak, sudut horizontal, beda tinggi, azimuth, koordinat dan titik
detail yng sagat kecil sehingga proses pengolahan data akan dianggap akurat .
Semacam ini sangat perlu ketelitian lain halnya jika pemetaan dengan menggunakan
foto udara dan satelit maka hasil yang diperoleh lebih akurat jika dibandingkan
pemetaan langsung dilapangan.
Hal–hal inilah yang melatar belakangi kita untuk melakukan praktikum
perpetaan ini agar kita bisa mengetahui serta mengukur langsung secara praktek
dilapangan sehingga bisa lebih mengerti secara langsung proses-proses pemetaan
tanpa hanya terpaku pada teori yang digunakan. Selain itu praktikum ini diharapkan
bisa dimengerti dengan baik agar apaila kita memperoleh pekerjaan dibidang
pemetaan kita bisa lebih mudah melakukannya karena sudah mempelajari dasar-
dasarnya selama dibangku kuliah.
2. Tujuan
a. Agar Praktikan dapat menggunakan alat theodolit dengan benar dan sesuai
dengan prosedur.
b. Praktikan dapat melakukan pengukuran sudut horizontal, jarak optis, beda
tinggi, azimuth, pengkoreksian titik, dan ploting.
c. Praktikan dapat mengetahui beda tinggi dari setiap stasiun atau tempat
didirikannya patok.
2
E. DASAR TEORI
Theodolit (TO)
Theodolit (TO) adalah theodolit - theodolit boussale yang dibuat oleh Witd.
Pada alat tersebut terdapat jarum mahred yang terbuat dari plat-plat baja yang
berbentuk empat persegi panjang dengan lebar 2 cm. Melekat pada sisi-sisi pesawat,
dengan menjepit jarum tersebut, pinggiran sisi boussale sehingga tidak dapat
bergerak dan alat dapat berfungsi sebagai theodolit.
Alat theodolit ini digunakan untuk menentukan titik-titik ketinggian yang
akan memerlukan letak garis kontur. Alat ukur ini sangat fleksibel dibandingkan alat
ukur lain. Pada alat ukur ini keadaan morfologi daerah tidak menjadi kendala,
disebabkan alat ini ada perhitungan beda tinggi dengan data yang diambil langsung
pada saat pengukuran.
Theodolit utamanya digunakan sebagai alat ukur sudut horizontal ataupun
vertikal dan mengukur jarak optis. Theodolit mempunyai sistem salib sumbu
imaginer (tidak tampak), yaitu :
a) Sumbu I atau sumbu vertical (sumbu V – V )
b) Sumbu II atau sumbu horizontal (sumbu H – H) sebagai sumbu putar arah
vertical.
c) Garis bidik (komilasi Z – Z) sebagai arah bidikan teropon
KONSTRUKSI THEODOLITE
Konstruksi instrument theodolite ini secara mendasar dibagimenjadi 3
bagian, lihat gambar di bawah ini :
3
1. Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang
menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada
tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2. Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan
diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu.
Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang
berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada
dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini
ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu
kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak
lurus. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan
angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih
jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam
derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam
grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g.
3. Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah
sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai
diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula
diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran
mendatar.
4
SISTEM SUMBU / POROS PADA THEODOLITE
SYARAT – SYARAT THEODOLITE
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite sehingga siap
dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertikal.
2. Sumbu Kedua harus benar – benar mendatar.
3. Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
MACAM – MACAM THEODOLIT
Dari konstruksi dan cara pengukuran, dikenal 3 macam theodolite :
1. Theodolite Reiterasi
Pada theodolite reiterasi, plat lingkaran skala (horizontal) menjadi satu
dengan plat lingkaran nonius dan tabung sumbu pada kiap. Sehingga lingkaran
mendatar bersifat tetap. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci plat nonius.
5
2. Theodolite Repetisi
Pada theodolite repetisi, plat lingkarn skala mendatar ditempatkan
sedemikian rupa, sehingga plat ini dapat berputar sendiri dengan tabung poros
sebagai sumbu putar. Pada jenis ini terdapat sekrup pengunci lingkaran mendatar
dan sekrup nonius.
3. Theodolite Elektro Optis
Dari konstruksi mekanis sistem susunan lingkaran sudutnya antara
theodolite optis dengan theodolite elektro optis sama. Akan tetapi mikroskop
pada pembacaan skala lingkaran tidak menggunakan system lensa dan prisma
lagi, melainkan menggunkan system sensor. Sensor ini bekerja sebagai elektro
optis model (alat penerima gelombang elektromagnetis). Hasil pertama system
analogdan kemudian harus ditransfer ke system angka digital. Proses
penghitungan secara otomatis akan ditampilkan pada layer (LCD) dalam angka
decimal.
6
PENGOPERASIAN THEODOLITE
- Penyiapan Alat Theodolite
Cara kerja penyiapan alat theodolita antara lain :
1. Kendurkan sekrup pengunci perpanjangan
2. Tinggikan setinggi dada
3. Kencangkan sekrup pengunci perpanjangan
4. Buat kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
5. Kuatkan (injak) pedal kaki statif
6. Atur kembali ketinggian statif sehingga tribar plat mendatar
7. Letakkan theodolite di tribar plat
8. Kencangkan sekrup pengunci centering ke theodolite
9. Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu kesatu benar-benar tegak /
vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga
sisi alat ukur tersebut.
10. Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu kedua benar-benar mendatar
dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar / kiap di tiga sisi
alat ukur tersebut.
11. Posisikan theodolite dengan mengendurkan sekrup pengunci centering
kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat pada tengah-tengah titi
ikat (BM), dilihat dari centering optic.
7
12. Lakukan pengujian kedudukan garis bidik dengan bantuan tanda T pada
dinding.
13. Periksa kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan
melakukan pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui
nilai kesalaha index tersebut.
Theodolite SOKKIA TM20E pandangan dari belakang
KETERANGAN :
1. Tombol micrometer
2. Sekrup penggerak halus vertical
3. Sekrup pengunci penggerak vertical
4. Sekrup pengunci penggerak horizontal
5. Sekrup penggerak halus horizontal
6. Sekrup pendatar Nivo 18. Nivo Tabung Telescop
7. Plat dasar
8. Pengunci limbus
9. Sekrup pengunci nonius
8
10. Sekrup penggerak halus nonius
11. Ring pengatur posisi horizontal
12. Nivo tabung
13. Sekrup koreksi Nivo tabung
14. Reflektor cahaya
15. Tanda ketinggian alat
16. Slot penjepit
17. Sekrup pengunci Nivo Tabung Telescop
18. Nivo Tabung Telescop
19. Pemantul cahaya penglihatan Nivo
20. Visir Collimator
21. Lensa micrometer
22. Ring focus benang diafragma
23. Lensa okuler
Statif (kaki tiga)
Statif ini digunakan sebagai dari alat thedolit pada saat pengukuran
dilakukan, statif ini biasanya terbuat dari kayu atau aluminium seng yang dapat
disetel sesuai dengan ketinggian yang diinginkan. Bagian bawah (pada kaki statif)
terdapat daerah yang agak lancip, dimaksudkan untuk menancapkan kaki statif (alat
theodolit) agar kokoh dan tidak bergerak. Hal ini sangat penting, karena apabilastatif
bergerak sedikit saja, maka sudut yang dihasilkan akan berubah. Penempatan statif
ditempatkan didaerah yang agak datar, supaya lebih mempermudah menset nipo
horizontal atau jika memang daerahnya berbukit (tidak datar), usahakan ketiga kaki
statif ini membuat keadaan sedemikian rupa sehingga theodolit dirasakan datar
deari nivo horizontal diset supaya berada ditengah-tengah dengan demikian
walaupun titik pengamatan terletak pada daerah yang tidak rata tetapi pengukuran
tetap dilanjutkan.
9
Rambu Ukur
Rambu ukur ini merupakan suatu barang yang didalamnya terdapat satuan
ukur, biasanya dalam satuan centimeter. Rambu ukur sangat diperlukan dalam
pengukuran, sebab nantinya akan menembak tepat ditengah-tengah rambu ukur ini.
Bahan yang digunakan untuk rambu ukur ini sangat bervariasi tetapi yang
paling umum digunakan adalah kayu atau aluminium, penulisan angka-angkanya
menggunakan warna merah yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan agar mudah
dalam pembacaannya.
Unting-unting
Unting-unting digunakan untuk menggunakan titik-titik pengamatan secara
akurat dengan menggunakan alat bantunya seperti patok, unting-unting tepat
diletakan dibawah theodolit.
Dan ujung dari unting-unting tersebut dapat menunjukan patok. Hal ini
sangat penting, karena jika ujung unting-unting tersebut tidak mengenai patok, maka
akan menyababkan sudut horizontal yang dihasilkan tidak akan menyebabkan sudut
koreksi yang sangat besar dan ini tidak baik dalam satu pengukuran.
Pembuatan Peta dan Permasalahannya
Permukaan bumi secara keseluyruhan merupakan permukaan yang
melengkung yang tidak mungkin dibentangkan menjadi bidang datar tanpa
mengalami perubahan. Peta marupakan persentasi dari permukaan bumi secara
umum pada suatu bidang datar (dianggap datar) dalam ukuran yang lebih kecil.
Suatu peta dapat dikatakan ideal apabila jarak, luas (bentuk) dan arah objek-
objek yang ada dipeta sama dengan jarak, luas (bentuk) dan arah yang ada
dipermukiaan bumi, keadaan ini sangatlah sulit dipenuhi, kecuali untuk cakupan
daerah pemetan yang relative dianggap suatu bidang datar, itupun dapat dipenuhi
denagn catatan apabila peta tidak disambungkan dengan peta yang lain yang
memuat daerah disekitarnya.
Apabila peta-peta tersebut disambungkan dengan peta-peta yang lain
memuat daerah sekitarnya, maka peta tersebut merupakan bagian dari satu kesatuan
10
peta-peta yang memuat cakupan daerah yang besar dengan permukaan bumi yang
tidak bisa lagi digolongkan sebagai permukaan datar.
Untuk memindahkan keadaan dari permukaan bumi yang tidak beraturan dan
melengkung ke bidang datar, dipermukaan bidang datar perantara dengan cakupan
luasan daerah pemetaan tertentu. Luasan daerah pemetaan dan bidang perantara
yang diambil adalah sebagai berikut :
a) Untuk luas daerah yang lebih besar 5500 km, diambil bidang elipsoda.
b) Untuk luas daerah yang terbesar kurang dari 100 km, diambil bidang datar.
c) Untuk luas daerah yang ukuran terbesarnya kurang dari 55 km, diambil bidang
datar.
Pada cakupan daerah yang tergolong pada bidang datar pemindahan setiap
unsure jarak dari sudut dari permukaan bumi terkadang proyeksi (peta) dapat
dilakukan secara hitungan reduksi keseluruhan. Kegiatan ini dikategorikan sebagai
pekerjaan pemetan pada survey datar / ilmu ukur tanah (land surveing).
PERHITUNGAN
1. Sudut Horizontal, Jarak Optis dan Beda Tinggi
Penentuan posisi adalah salah satu kegiatan untuk merealisasikan tujuan
ilmu geodesi. Posisi setiap titik pada umumnya mempunyai arti relative, karena
posisi titik itu mengacu kepada titik lainnya. Jika titik acuan adalah pusat bumi,
maka posisi yang mengacu kepada pusat bumi ini dapat dinyatakan mempunyai arti
“absolute”. Pengertian “absolute” dalam hal ini dapat juga diartikan sebagai relative,
jika posisi pusat bumi masih mengacu pada titik lain seperti pusat matahari. Posisi P
dalam ruang terhadap A (Gambar1) merupakan posisi 3 dimensi dengan titik A
sebagai titik acuan. Posisi ini dapat diuraikan dalam dua komponen posisi yaitu
komponen posisi pada bidang tegak atau vertical yang melalui A dan P yang disebut
posisi vertical dan komponen posisi pada bidang mendatar atau horizontal yang
melalui A yang disebut posisi mendatar atau horizontal. Posisi vertical P terhadap A
adalah tinggi P terhadap bidang datar melalui A, yaitu t-PP0, dimana P0 adalah
11
proyeksi P terhadap bidang datar itu. Posisi vertical ini disebut juga tinggi P
terhadap A. posisi mendatar P merupan posisi 2 dimensi (2D).
Z = sudut zenith
M = sudut miring
T = beda tinggi
D = jarak mendatar
S = jarak langsung
α = sudut jurusan
Dengan mengambil A sebagai kutub posisi mendatar P dapat dinyatakan
dalam koordinat kutub yaitu P (d, α). Dalam koordinat siku-siku dengan mengambil
A sebagai titik asal system koordinat posisi mendatar P dinyatakan dengan P
(Xp,Yp). dalam teknik geodesi, pengukuran yang dilakukan dengan dua alternative:
1) Penentuan posisi mendatar P dilakukan secara terpisah dengan penentuan
tingginya terhadap bidang acuan.
2) Penentuan posisi mendatar P dilakukan secara bersama-sama denga penentuan
tingginya terhadap bidang acuan.
12
Pada alternatif 1) dilakukan pengukuran arah mendatar (α) dan jarak
mendatar (d); maka posisi mendatar P dalam system koordinat siku-siku kemudian
ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Xp= d sin α
Yp= d cos α
Apabila jarak A dan P cukup panjang, ini berakibat akan sulit melakukan
pengukuran jarak mendatarnya, apalagi P tidak dapat langsung dapat dilihat dari A.
karena itu diperlukan k buah titik pembantu antara Adan P, sehingga terdapat
sebuah polygon yang menghubungkan A dengan P (gambar 2). Pada polygon
tersebut dilakukan pengukuran sudut mendatar β1 dengan i=1 sampai dengan k1 dan
pengukuran jarak mendatar d1 dengan i=1 sampai dengan k+1. jika arah dari A ke
A1 adalah α1.
Gambar 2. polygon yang menghubungkan A dengan P
Dalam penentuan koordinat-koordinat suatu titik dapat menggunakan
beberapa cara dalam penentuannya yaitu:
a. menentukan koordinat-koordinat suatu titik.
(i) dengan cara menyikat kerangka pada titik yang tentu, yang di ukur adalah
sudut-sudut yang ada di titik pengikut.
(ii) dengan caramengikat ke belakang pada titik yang telah tentu. Yang demikian
adlah sudut-sudut yang berada di titik yang belum tentu.
b. menentukan koordinat-koordinat lebih dari satu titik.
(i) dengan membuat polygon Titik-titik dibuat memanjang dan digabungkan
satu sama lain sehingga berbentuk polygon.
(ii) dengan membuat bentuk-bentuk segitiga titik-titik digabungkan satu sama
lain sehingga berbentuk segitga.
13
Dalam pembuatan polygon. Cara ini digunakan apabila titik-titik yang dicari
koordinat-koordinatnya terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak/
polygon yang nantinya akan diukur.
Jadi yang diukur dari polygon adalah:
jarak-jarak d
sudut-sudut polygon s
Untuk penelitian terhadap d dan s perlu diketahui X dan Y di titik awal dan
akhir.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh unsure-unsur sudut dan jarak yang di
ukur, harus dicari lebih dahulu untuk memberi koreksi pada sudut-sudut dan pada
bilangan yang bersangkutan dengan jarak-jarak yang di ukur.
Dalam penenuan titik-titik detail dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a. dengan cara selisih busur yang sama panjangnya
b. dengan cara selisih absis yang sama panjangnya
c. dengan cara perpanjangan tali busur
d. dengan cara koordinat- koordinat polair
e. dengan cara membuat suatu polygon
2. Azimut
Azimut berfungsi untuk mendapatkan arah sisi terhadap arah utara. Dalam
pengukuran sederhana untuk mengukur azimut awal dan azimut akhir hanya dengan
bantuan petunjuk arah utara. Poligon atau traverse merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui banyak buah titik pengukuran yang dilakukan adalah
semua jarak dan sudut serta 1 buah azimut awal sebagai orientasi (poligon tertutup).
.
3. Detail
Detail adalah segala objek yang ada di lapangan baik yang berifat alamiah
seperti sungai, gunung, lembah bukit, danau dan lain-lain, maupun yang bersifat
bantuan manusia seperti gedung, jembatan, jalan dan lain-lain, yang akan dijadikan
isi dari peta yang akan di buat. Titik detail di pilih untuk mewakili objek unsur
permukaan bumi yang akan di sajikan pada peta. Posisi detail di ikatkan pada titik-
14
titik kerangka pemetaan (poligon utama maupun poligon cabang) terdekat yang
telah di ukur sebelumnya.
4. Metode Pengukuran
Metode pengukuran merupakan metode yang memberikan posisi 3 dimensi
relatif terhadap tempat alit dan kurang teliti.
Setiap titik detail harus dinyatakan informasi :
1. Posisi horizontal titik tersebut
2. Posisi vertikal titik tersebut
3. Keterangan berupa data kualitatif dari titik yang bersangkutan.
Metode pengukuran tttik detail
1. Metode ekstrapolasi
a. Cara koordinat ortogonal (didapatkan hanya posisi x, y)
b. Cara koordinat kutub (didapatkan posisi x, y, z)
2. Cara interpolasi (x,y)
3. Cara pemotongan
Cara ini hanya digunakan pada peta-peta planimetris saja.
5. Pengoreksian Titik
Syarat geometris dari polygon tertutup adalah sebagai berikut :
a. Syarat geometris sudut :
Σß = ( n – 2 ) x 180o ( apabila sudut dalam)
Σß = ( n + 2 ) x 180o ( apabila sudut luar)
b. Syarat absis : Σd sin α = 0
c. Syarat Ordinat : Σd cos α = 0
Pada kenyataannya, dalam setiap pengukuran terdapat kesalahan, akibatnya
pada polygon tertutup terjadi kesalahan sebagai berikut :
a. Kesalahan penutup sudut (fß)
1. Jika menggunakan sudut dalam : Σß = ( n – 2 ) x 180o ± fß
2. Jika mengunakan sudut luar : Σß = ( n + 2 ) x 180o ± fß
15
Kesalahan penutup sudut ini harus dikoreksi sama rata pada sudut hasil ukuran.
Apabila fß tidak habis dibagi, sisa pembagian itu diberikan koreksi tambahan
pada sudut yang mempunyai kaki pendek.
b. Kesalahan penutup absis : ΣJ sin α = 0 ± fx
c. Kesalahan penutup ordinat : ΣJ cos α = 0 ± fy
d. Kesalahan penutup jarak linier polygon (fl)
Kesalahan fx dan fy dibagi ppada absis dan ordinat titik-titik polygon dengan
perbandingan lurus dengan jarak-jarak sisi polygon, dapat dinyatakan sebagai
berikut
dan
Keterangan notasi :
Σ = Jumlah
ß = Sudut
fß = Kesalahan sudut
J = Jarak sisi polygon
α = Azimuth sisi polygon
i = 1,2,3,…..,n
fx = Kesalahan penutup absis
fy = Kesalahan penutup ordinat
fl = Kesalahan jarak linier
Δxi = Kesalahan absis dititik i
Δyi = Kesalahan ordinat dititik i
Secara garis besar tahapan perhitungan polygon tertutup dan terbuka adalah :
1. Hitungan azimuth setiap jurusan secara berangkai.
2. Hitungan selisih atau beda absis dan ordinat setiap sisi.
3. Hitungan koordinat setiap titik secara berangkai.
16
a. Poligon Tertutup
Langkah koordinat tiap titik polygon secara sistematis adalah sebagai berikut :
1. Periksa sudut ukuran, apakah semuanya dalam satu model( Susut dalam atau
sudut luar)
Bila belum satu model, satukan model sudut ukuran tersebut
2. Hitung jumlah sudut ukuran
3. Hitung salah penutup sudut
Syarat Geometrik sudut :
Σß = ( n – 2 ) x 180o ( apabila sudut dalam)
Σß = ( n + 2 ) x 180o ( apabila sudut luar)
4. Hitung koreksi tiap sudut, dengan persamaan
Keterangan :
Kßi = Koreksi untuk sudut i
fB = Kesalahan Penutup sudut
5. Periksa jumlah koreksi sudut dengan persamaan
ΣKß = fß
Keterangan :
ΣKß = Jumlah koreksi sudut
6. Koreksi tiap sudut dengan persamaan
ßi = ßui + Kßi
Keterangan
ßui = sudut ukuran dititik i
7. Hitung azimuth setiap sisi polygon menggunakan sudut yang tekah dikoreksi
dengan persamaan yang benar, yaitu :
Azimuth untuk sudut dalam : α23 = α21 - ßi’ + 180o
Azimuth untuk sudut luar : α23 = α21 - ßi’ - 180o
8. Periksa azimuth akhir hasil hitungan dengan azimuth awal yang diketahui.
9. Hitung d cos α = fx dan d sin α = fy
10. Kesalahan fx dan fy (kesalahan absis dan kesalahan ordinat)
a. ΣJ sin α = fx
17
b ΣJ cos α = fy
11.Kesalahan absis dan ordinat tiap titik polygon dengan menggunakan
persamaan berikut :
a. Koreksi absis
b. Koreksi ordinat
b. Poligon Terikat sempurna
Pengoreksian polygon terbuka terikat sempurna sama dengan pengoreksian
polygon tertutup.
Syarat geometris pada polygon terbuka terikat sempurna :
1. Syarat sudut : Σß = αakhir- αawal + n x 180o
2. Syarat absis : ΣJsin α = Xawal – Xakhir
3. Syarat Ordinat : ΣJcos α = Xawal – Xakhir
1. Koreksi tiap sudut polygon
2. Koreksi tiap sudut dengan persamaan
ßi = ßui + Kßi
3. Azimuth tiap sisi polygon
Azimuth untuk sudut kanan : αjk = αij - ßi + 180o
Azimuth untuk sudut kiri : αjk = αij - ßi - 180o
4. Koreksi absis dan ordinat
a. Koreksi absis
b. Koreksi absis
6. Plotting
18
Plotting adalah penggambaran dari data lapangan ataupun hasil pengolahan
data. Tujuannya adalah menggambarkan seluruh daerah yang diukur dapat
diwujudkan dalam bentuk peta.
Plotting dilakukan setelah semua data dilapangan dihitung, yang meliputi
hitungan koordinat (X,Y) titik kerangka pemetaan (Poligon), Perhitungan
ketinggian titik-titik polygon dari pengukuran sifat datar
Adapun garis besar langkah-langkah plotting adalah sebagai berikut :
a. Plotting tititk-titik kerangka pemetaan(X,Y,Z) dengan skala yang sudah
ditentukan
b. Plotting detail (arah, jarak mendatar dan beda tinggi)
c. Penarikan garis Kontur.
Ploting titik kerangka pemetaan menggunakan metode numeris, yaitu
merupakan plotting berdasarkan garis-garis tertentu yang dikenal dengan
Garis grid adalah tempat kedudukan titik dengan absis dan ordinat yang sama.
Garis grid sejajar dengan sumbu x atau sumbu y
Jika ploting dilakukan diatas kertas gambar polos maka terlebih dahulu jala-
jala (grid) dengan jarak setiap grid adalah 10, sehingga seluruh permukaan kertas
dipenuhi oleh grid.
Penarikan garis mempunyai kekuatan sebagai beriku:
Garis grid mempunyai besaran sesuai dengan jarak garis (interval grid)
Besaran garis grid tergantung interval grid, skala, peta berasal dari besaran
atau nilai 0,00 m
Sebagai contoh:
Untuk peta skala 1: 5000 dengan interval grid 10 cm, maka garis grid yang akan
digambarkan pada nilai nilai....:-15000,…:-14500.
Bila nilai grid telah ditentukan, maka di pilih/ dicari garis grid yang menjadi
batas bagi seluruh daerah pemetaan. Titik kerangka dasar plot berdasarkan garis grid
yang mendekat dengan koordinatnya, dengan memperhatikan:
Besaran garis grid
Koordinat titik tersebut
Skala peta
19
Jarak dari titik sampai garis grid terdekat:
Keterangan, notasi
Xa , Ya : Koordinat titik obyek ploting
Xo, Yo : Koordinat garis grid (nilai garis grid)
dx, dy : Jarak dari garis pada peta
SNG : Selang nilai garis grid
IG : Interval grid (misal 10cm)
Kemudian agar letak gambar simetris pada kertas tersebut, maka perhatikan
angka absis dan ordinat maximum dan minimu. Cari panjang gambar arah sumbu x
dan y, lalu bagi dua sehingga posisi absis dan ordinat tengah kertas gambar diberi
angka sebesar:
Angka absis : Harga absis minimum +1/2 panjang gambar pada arah sumbu x
Angka ordinat : Harga absis minimum +1/2 panjang gambar pada arah sumbu y
Harga ordinat maximum = +5000m dan minimum =+4000m, maka panjang
dalam sumbu y adalah 100-400 = 600m, sehingga setengah panjang gambar adalah
300m di tengah kertas plot kita diberi harga absis sebesar 400+300=700m sehingga
pusat kertas koordinatnya adalah(+150+700)m.
Setelah didapatkan pusat koordinat kertas, baru di plotkan posisi setiap titik
poligon sesuai dengan absis dan ordinat serta skala yang ditentukan, dengan
menggunakan mistar skala di ukur dari titik jala grid yang terdekat. Titik hasil plot
diberi identitas sesuai dengan nomornya dilapangan, sedangkan angka ketinggian
dituliskan disebelahnya.
Harga absis maximum +500m, dan minimum -200, maka panjang dalam
sumbu x adalah 500-(-200)=700m, sehingga setengah panjang gambar adalah 350m.
F. METEDOLOGI PERCOBAAN
20
1. Alat dan Bahan
1.1. Alat
– Teodolit
– Statif
– Kompas Suunto
– Rambu Ukur
– Pita Ukur / Meteran
1.2. Bahan
– Patok
– Paku Payung
– Alat Tulis
– Payung
– Baterai AA
– Formulir Ukuran Sudut
2. Cara kerja
- Dilakukan orientsi lapangan, untuk menntukan jumlah titik krangka dasar,
gambarkan sketsanya.
- Dilakukan pemasangan patok untuk daerah – daerah yang telah ditentukan.
- Alat ukur theodolit didirikan diatas titik A, lalu dibuat sentering. Kemudian
sumbu satu dibuat vertical.
- Ditentukan azimuth magnetis dari arah utara ke titik belakang
- Pada pengukuran sudut horizontal, biasanya yang diukur adalah sudut dalam.
Untuk mendapatkan sudut dalam, maka bacaan horizontal harus terlebih
dahulu disetel menjadi HL dengan cara tombol R/L dipijit pada layer.
- Pembacaan horizontal disetel pada layer menjadi HL dengan memijit tombol
R/L.
- Untuk perhitungan dipermudah, pembacaan lingkaran horizontal disetel
menjadi 0o0’0”, kemudian klem pembacaan horizontal tersebut dengan
menggunakan klem limbus atau dengan dipijit tombol hold. Pembacaan
21
horizontal diklem dengan tujuan supaya bacaaan horizontal tidak berubah
saat theodolit diputar terhadap sumbu A.
- Dengan teropong theodolit dalam keadaan biasa, teropong diarahkan ke
target di titik BM (patok belakang). Jika patok dan pakunya tidak tampak,
yang diamati benang unting-untingnya. Untuk benang diafragma ditepatkan
ke paku atau ke benang unting-untingnya, digunakan sekrup penggerak halus
alhidade horizontal maupun vertical. Pada saat sekrup gerak halus di
gerakkan, semua klem pengunci theodolit dikencangkan.
- Pembacaan arah horizontal, vertical Ba, Bt dan Bb ke 1 dicatat pada
formulir.
- Pada pengukuran luar biasa Theodolit diputar 1800 arah horizontal dan
vertical
- Lalu dilakukan seperti langkah diatas
- Lalu diarahkan theodolite pada patok depan ( selanjutnya ) lalu lakukan
langkah seperti diatas. dan seterusnya sampai patok terakahir lalu diplotkan