1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan dan kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata 3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia kurang dari dua tahun (Widoyono, 2008:145). Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun. Hanya saja kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegeng Soegijanto, 2002:75). Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare dianggap sebagai penyakit sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di tingkat nasionalpun diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang sering dilaporkan oleh masyarakat, dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang penting karena merupakan penyumbang utama ketiga angka kesakitan
dan kematian anak diberbagai negara termasuk Indonesia. Diperkirakan lebih
dari 1,3 miliar serangan dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita
disebabkan oleh diare. Setiap anak mengalami episode serangan diare rata-rata
3,3 kali setiap tahun. Lebih kurang 80% kematian terjadi pada anak berusia
kurang dari dua tahun (Widoyono, 2008:145). Penyakit diare tidak hanya
terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga
dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun.
Hanya saja kejadian penyakit diare karena infeksi jauh lebih kecil (Soegeng
Soegijanto, 2002:75).
Selama ini masyarakat umum menganggap bahwa penyakit diare
dianggap sebagai penyakit sepele atau bahkan tidak dianggap penting. Di
tingkat nasionalpun diare masuk dalam daftar sepuluh penyakit yang sering
dilaporkan oleh masyarakat, dan ternyata tetap ada setiap tahunnya. Bahkan
kematian anak balita yang disebabkan karena diare angkanya cukup besar dan
belum beranjak turun (Tri Hastuti Nur Rochimah, 2008:1).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih
lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data
terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi
penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia
setelah radang paru atau pneumonia (Wiku adisasmito, 2007:2).
Beberapa hasil survei mendapatkan bahwa 76% kematian diare terjadi
pada balita, 15,5% kematian bayi dan 26,4% kematian pada balita disebabkan
karena penyakit diare murni. Menurut hasil survei rumah tangga pada tahun
1995 didapatkan bahwa setiap tahun terdapat 112.000 kematian pada semua
1
2
golongan umur, pada balita terjadi kematian 2,5 per 1000 balita
(Sinthamurniwaty, 2006:1).
Hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2002 mendapatkan
prevalensi diare balita di perkotaan sebesar 3,3 % dan di pedesaan sebesar 3,2
%, dengan angka kematian diare balita sebesar 23/ 100.000 penduduk pada
laki-laki dan 24/100.000 penduduk pada perempuan, dari data tersebut kita
dapat mengukur berapa kerugian yang ditimbulkan apabila pencegahan diare
tidak dilakukan dengan semaksimal mungkin dengan mengantisipasi faktor
risiko apa yang mempengaruhi terjadinya diare pada balita (Sinthamurniwaty,
2006:1).
Banyak faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
menjadi faktor pendorong terjadinya diare. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku
manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat
terjadi (Depkes, 2005).
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2009
angka kejadian diare pada balita sebesar 1,95 per 1000 balita. Mengalami
peningkatan bila di bandingkan dengan tahun 2008 sebesar 1,86 per 1000
balita. Pada tahun 2009 angka CFR kasus diare sebesar 0,021 per 1000 balita,
mengalami peningkatan bila di bandingkan dengan nilai CFR diare di tahun
2008 sebesar 0,006 per 1000 balita. Jumlah kasus diare pada balita yang
mengalami peningkatan setiap tahunnya menunjukkan bahwa kasus diare pada
balita masih tinggi dibandingkan dengan golongan umur lainnya (Kemenkes,
2011). Jumlah penderita diare di Kabupaten Mojokerto tahun 2013 sebesar
22.715 kasus dan di Kota Mojokerto pada tahun 2010 sebesar 6442 kasus dan
mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 7237 kasus.
Menurut data dari Puskesmas Kedundung Kota Mojokerto pada bulan
Januari sampai September 2015 angka kejadian diare pada balita di Kelurahan
Kedundung Kecamatan Magersari Kota Mojokerto sebanyak 127 kasus dan
kejadian tertinggi diare terjadi pada bulan September 2015 sebesar 25 kasus
diare.
3
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kejadian penyakit. H.L. Blum
(1974) mengelompokkan faktor tersebut ke dalam faktor lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan faktor keturunan. Faktor perilaku dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan dan sikap seseorang. Sesuai dengan pendapat tersebut
pengetahuan ibu dapat memengaruhi kejadian diare. Pengetahuan yang
rendah tentang diare memperbesar kemungkinan kejadian diare, karena
seseorang yang kurang atau tidak memahami atau mengetahui proses
penularan diare yang sedang terjadi tidak mengetahui pula tentang tata laksana
awal pencegahan diare.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian
diare pada anak usia di bawah lima tahun (balita) di Kelurahan Kedundung
Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : adakah pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari
Kota Mojokerto pada bulan September 2015?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan ibu terhadap kejadian
diare pada balita di Kelurahan Kedundung Kecamatan Magersari Kota
Mojokerto.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi instansi terkait
Memberikan masukan khususnya kepada Puskesmas Kedundung
untuk menekan tingkat kejadian diare anak balita di Kelurahan Kedundung
Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Untuk instansi atau Puskesmas
lain yang memiliki karakteristik sosial-budaya dan geografi yang
menyerupai kondisi daerah penelitian dapat digunakan untuk masukan
dalam pemecahan masalah yang sama.
4
2. Bagi institusi pendidikan
Menambah khasanah kepustakaan penelitian dalam perkembangan
Ilmu Kesehatan Masyarakat.
3. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau data awal
untuk penelitian lebih lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
1. Definisi diare
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak tiga
kali atau lebih dalam dua puluh jam pertama dengan atau tidak disertai
lendir ataupun darah. Sedangkan menurut Cohen MB diare akut
didefinisikan sebagai keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan empat belas hari. Shahid NS
mengemukakan bahwa diare sebagai episode keluarnya tinja cair sebanyak
tiga kali atau lebih, atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang
berlendir atau berdarah dalam sehari (Soegeng Soegijanto, 2002:73).
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahan
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lendir
darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari.
(Aziz Alimul Hidayat, 2008: 101).
Menurut Hiswani (2002:1), penyakit diare adalah penyakit yang
sering terjadi pada anak balita dengan di sertai muntah dan mencret,
penyakit diare apabila tidak segera di beri pertolongan pada anak dapat
mengakibatkan dehidrasi. Untuk pertolongan pertama pada anak yang
menderita dehidrasi harus mendapatkan cairan pengganti baik itu berasal
dari oralit ataupun dari cairan infus. Penyakit diare ini sering
menyebabkan wabah yang dapat membahayakan bagi anak-anak dan
orang yang bertempat tinggal didaerah-daerah yang sarana air bersih
Perilaku : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan air bersih, Menggunakan jamban sehat
Kondisi lingkungan:penyediaan air bersih dan
sanitasi dasar (jamban, pembuangan sampah,
pembuangan air limbah)
Pelayanan Kesehatan Masyarakat / Penyuluhan
Tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, sikap, umur
Faktor hereditas
17
18
Kejadian suatu penyakit (diarea) dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor keturunan (Blum,
1987). Faktor perilaku dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Tingkat
pengetahuan yang terkait dengan diare adalah pengetahuan mengenai mata
rantai penularannya yaitu : penyebab, sumber infeksi, pintu keluar, cara
menular, pintu masuk (porte d’entre) dan suseptibilitas (Sarudji, 2012).
Dengan tingkat pemahaman yang kurang akan berpengaruh terhadap
kejadian diare maka kami mengambil judul “pengaruh tingkat
pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada anak balita di Kelurahan
Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada uraian di atas maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut: “tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap
kejadian diare pada anak balita di Kelurahan Kedundung, Kecamatan
Magersari, Kota Mojokerto tahun 2015.”
Diare Tidak diare
Pengetahuan kurang a b
Pengetahuan baik c d
Rumus dasar Odds Ratio (OR) :
ad
OR = bc
Keterangan :
a = Balita diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare
b = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan kurang tentang diare
c = Balita diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare
19
d = Balita tanpa diare dengan ibu pengetahuan baik tentang diare
Jika OR = 1, maka tingkat pengetahuan bukan faktor resiko
Jika OR> 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor resiko
JIka OR< 1, maka tingkat pengetahuan merupakan faktor protektif
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kasus control
(case control study) yaitu suatu penelitian dengan cara membandingkan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Berdasarkan status paparannya arah
pengusutannya bersifat retrospektif. Rancangan tersebut dari akibat (penyakit)
ke sebab (paparan). Subjek dipilih outcome tertentu (diare), lalu dilihat
kebelakang (backward) tentang status paparan penelitian yang dialami subjek
(tingkat pengetahuan).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kedundung,
kecamatan Magersari, kota Mojokerto pada bulan Oktober tahun 2015.
C. Kasus dan Kontrol
1. Sampel kasus
Sebagai sampel kasus diambil balita yang menderita diare yang
dirawat di Puskesmas Kedundung bulan September tahun 2015 sejumlah
25 anak balita yang diasumsikan mewakili jumlah kasus diare dalam tahun
2015. Diambilnya kasus pada bulan terakhir dengan pertimbangan bahwa
aspek faktor risiko yang akan diamati yaitu tingkat pengetahuan ibu anak
balita tentang diare belum banyak mengalami perubahan.
2. Sampel kontrol
Penentuan besar sample untuk penelitian case control bertujuan
untuk mencari sampel minimal untuk masing-masing kelompok kasus dan
kelompok kontrol. Kadang-kadang peneliti membuat perbandingan antara
jumlah sampel kelompok kasus dan kontrol tidak harus 1:1, tetapi juga
bisa 1:2 atau 1:3 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
20
21
(Suyatno, 2010). Oleh karena sampel kasus sudah sudah cukup besar yaitu
25 anak balita diare, maka besar sampel kontrol minimal 2 X 25 anak
balita tidak menderita diare.
Kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi,
dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel di
gunakan. Adapun criteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
a. Kriteria inklusi untuk kasus dalam penelitian ini adalah :
1) Semua ibu yang memiliki balita dengan riwayat diare pada
bulan September 2015.
2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,
kota Mojokerto.
3) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria inklusi untuk kontrol dalam penelitian ini adalah :
1) Semua ibu yang memiliki balita tanpa memiliki riwayat diare
pada bulan September 2015.
2) Tempat tinggal di kelurahan Kedundung kecamatan Magersari,
kota Mojokerto.
3) Bersedia menjadi responden.
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian (Notoatmodjo, 2002) yaitu :
a. Kriteria ekslusi untuk sampel kasus dalam penelitian ini adalah :
Semua ibu balita kasus diare pada bulan September 2015
yang tidak berada ditempat saat penelitian.
22
b. Kriteria ekslusi untuk sampel kontrol dalam penelitian ini adalah :
Semua ibu balita tanpa diare pada bulan September 2015
yang tidak berada ditempat saat penelitian.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
variabel terikat (dependen). Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah
tingkat pengetahuan ibu tentang penyakit diare.
2. Variabel dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikat adalah kejadian diare
tahun 2015 pada anak balita (di Kelurahan Kedundung, kecamatan
Magersari kota Mojokerto).
E. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Instrumen pengukuran
Kategori dan criteria
Skala Ukur
1. Variabel dependent(kejadian diare)
Diare adalah keluarnya tinja berbentuk cair sebanyak 3 kali/ lebih dalam 24 jam pertama dengan atau tidak disertai lendir ataupun darah.Anak balita dinyatakan terkena diare apabila dokter Puskesmas telah menetapkan sebagai penderita diare.
Data rekam medis puskesmas Kedundung pada bulan September 2015.
1: Diare bila tercatat sebagai pasien diare.
2: Tidak Diare bila tidak diare dan tidak tercatat sebagai pasien diare di Puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya pada tahun 2015.
Nominal
23
2. Variabel independent (Tingkat pengetahuan ibu)
Tingkat pengetahuan ibu adalah peringkat pengetahuan ibu balita tentang rantai penularan diare, sesuai dengan 20 pertanyaan dalam kuesioner.
Kuisioner yang terdiri atas 20 pertanyaan. Jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 (nol)
1 : Tidak/kurang paham apabila skor jawaban benar < 76%.
2 : Paham/ cukup paham apabila skor jawaban benar 76-100%.
Nominal
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer:
Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi
oleh ibu yang memiliki balita, kasus maupun kontrol sebagai responden di
Kelurahan Kedundung wilayah kerja puskesmas Kedundung.
2. Data sekunder:
Data sekunder diperoleh dari data catatan rekam medis puskesmas
Kedundung, Kota Mojokerto.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan data
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan program
SPSS (Statistic Product Service Solution) melalui beberapa tahap, yaitu :
a. Editing
Editing adalah pengecekan kembali apakah isian pada lembar
kuesioner sudah sesuai dan lengkap dengan absen jawaban yang telah
disediakan.
b. Coding
Setiap lembar kuesioner yang telah diisi oleh responden diberi
kode yang dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dan sederhana.
c. Processing
Processing adalah memproses data dengan menggunakan
menggunakan perhitungan manual odds ratio.
24
d. Cleaning
Mengecek kembali data yang sudah diproses apakah ada
kesalahan atau tidak ada masing-masing variabel yang sudah di proses
sehingga dapat di perbaiki dan di nilai.
2. Analisis data
Analisis data menggunakan uji Odds Ratio untuk menguji hipotesis
statistik sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.
H1 : Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap
kejadian diare pada balita tahun 2015 di kelurahan Kedundung.
H0 ditolak apabila OR > 1
25
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
Kelurahan Kedundung adalah suatu kelurahan yang secara geografis
terletak di wilayah Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto merupakan
dataran rendah dengan sebagian besar jalan sudah beraspal. Hubungan antar
daerah dapat terjangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun roda
empat. Selain itu, sudah terdapat jaringan komunikasi (televisi, radio,
telepon) dimana sebagaian besar masyarakat desa sudah memanfaatkannya.
Data umum Desa / Kelurahan:
1. Identitas
a. Nama Desa / Kelurahan : Kedundung
b. Kecamatan : Magersari
c. Wilayah Binaan Kecamatan : Magersari
d. Kota : Mojokerto
e. Propinsi : Jawa Timur
1. Luas Wilayah
a. Luas Desa / Kelurahan : 228.580 Ha
b. Batas Wilayah
1) Sebelah Utara : Kelurahan Wates
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
2) Sebelah Selatan : Kelurahan Gunung Gedangan
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
3) Sebelah Barat : Kelurahan Balongsari
Kecamatan.Magersari Kota Mojokerto
4) Sebelah Timur : Kelurahan Kepuh Anyar
Kecamatan.Mojoanyar Kota Mojokerto
2. Kondisi Geografi
a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 22 m
25
26
b. Topografi (dataran rendah, tinggi, pantai) : Dataran Rendah
c. Suhu rata-rata : 30 derajat
3. Pemerintahan Desa / Kelurahana. Jumlah RT : 63
b. Jumlah RW : 15
c. Jumlah perangkat Desa/Kelurahan : 12 orang
4. Data demografi
a. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
1) Laki-laki : 7733 jiwa
2) Perempuan : 7555 jiwa
Jumlah : 15.288 jiwa
b. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
1) Umur 0 - <1 tahun : 284 orang
2) Umur 0 - <3 tahun : 972 orang
3) Umur 1 - <5 tahun : 1.216 orang
4) Umur 5 - 6 tahun : 606 orang
5) Umur 7 - 15 tahun : 2718 orang
6) Umur 15 – 21 tahun : 2436 orang
7) Umur 22 - 59 tahun : 7494 orang
8) Umur >60 tahun : 1181 orang
c. Jumlah kepala keluarga (KK) : 4628 jiwa
5. Data pekerjaan
a. Petani : 315 orang
b. Nelayan : -
c. Pekerja lepas (Buruh) : 913 orang
d. Buruh migran perempuan / TKW : -
e. Buruh migran perempuan / TKI : -
f. Pegawai Negeri Sipil : 178 orang
g. Karyawan swasta : 1063 orang
h. Pengusaha/wiraswasta : 106 orang
i. TNI/POLRI : 64 orang
27
6. Data sarana pendidikan
a. Taman kanak-kanak / PAUD : 4 unit
b. SD / MI : 12 unit
c. SMP / MTs : 2 unit
d. SMA / MA : 1 unit
e. Pondok Pesantren : 7 unit
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Berdasarkan hasil tanggapan responden, maka dibawah ini akan
penulis jelaskan terlebih dahulu mengenai identitas responden.
Karakteristik responden diidentifikasi berdasarkan pendidikan
terakhir,penghasilan responden, dan perilaku hidup bersih dan
sehat.Berikut disajikan hasil penelitian dari identifikasi karakteristik
responden.
Tabel V.1 Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)
No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)
1. SD / sederajat 3 12 %
2. SMP / sederajat 7 28 %
3. SMA / sederajat 14 56 %
4. Diploma / sarjana 1 4 %
Total 25 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa jenjang
pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Responden untuk sampel kasus yang terdiri dari 25 orang ibu dengan anak
balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas) sebesar 60
%.
28
Gambar V.1 Proporsi Pendidikan Terakhir Responden (Kasus)
Tabel V.2 Pendidikan Terakhir Responden (Kontrol)
No. Tingkat Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen (%)
1. SD / sederajat 7 14 %
2. SMP / sederajat 6 12%
3. SMA / sederajat 25 50%
4. Diploma / sarjana 12 24%
Total 50 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.2 dan gambar V.2 menunjukkan bahwa jenjang
pendidikan responden tersebut mulai dari SD sampai perguruan tinggi.
Responden untuk sampel kontrol yang terdiri dari 50 orang ibu dengan
anak balita umumnya telah berpendidikan cukup baik (SMA keatas)
sebesar 74 %.
Gambar V.2 Proporsi Tingkat Pendidikan Terakhir (Kontrol)
29
Tabel V.3 Pendapatan Responden
No. Pendapatan Keluarga Jumlah Persen (%)1. Di bawah UMP 49 65 %2. Di Atas UMP 26 35 %
Total 75 100%Sumber: Hasil Survei
Tabel V.3 dan gambar V.3 menunjukkan bahwa secara umum
responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar dari keluarga yang
berpendapatan di bawah UMP (<1.400.000) yaitu sebesar 65 %.
Distribusi pendapatan jika disajikan dalam bentuk grafik adalah sebagai
berikut:
Gambar V.3 Tingkat Pendapatan Keluarga Responden Kasus dan Kontrol
Tabel V.4 Pekerjaan Responden (Kasus)
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.4 menunjukkan bahwa secara umum responden dari
sampel kasus sebagian besar tidak bekerja yaitu sebesar 40 %.
No.Pekerjaan Responden
frekuensi Persen
1. PNS 1 4 %2. Pegawai Swasta 4 16 %3. Wiraswasta 6 24 %4. Buruh 4 16 %5. Tidak Bekerja 10 40 %
25 100 %
30
Gambar V.4 Proporsi Pekerjaan Responden Kasus
Tabel V.5 Pekerjaan Responden (Kontrol)
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.5 dan Gambar V.5 menunjukkan bahwa secara umum
responden dari sampel kasus kontrol sebagian besar tidak bekerja yaitu
sebesar 60 %.
Gambar V.5 Proporsi Pekerjaan Responden Kontrol
Berikut disajikan hasil penelitian tentang angka kejadian diare:
Tabel V.6 Besar Sampel Kasus dan Kontrol
No. Besar Sampel Jumlah Persen (%)
No. Pekerjaan Responden frekuensi Persen
1. PNS 2 4 %2. Pegawai Swasta 4 8 %3. Wiraswasta 10 20 %4. Buruh 4 8 %5. Tidak Bekerja 30 60 %
50 100
31
1. Kasus (diare) 25 10 %
2. Kontrol (tidak diare) 50 90 %
Total 75 100%
Sumber: Hasil Survei
Tabel V.6 dan Gambar V.6 menunjukkan besar sampel yang
ditentukan berdasarkan kasus diare yang ada pada Kelurahan Kedundung
sebesar 25 orang dan sampel kontrol yang ditetapkan 2 kali besar kasus
(50 orang) ibu yang memiliki balita tanpa diare.
Tabel V.7 Hasil Peniliaian Tingkat Pengetahuan pada Kasus dan
resiko internal yang terdiri dari umur balita, umur ibu, status gizi balita, jumlah
anak dan asi ekslusif. Faktor resiko exsternal terdiri dari pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, perilaku ibu, dan air bersih.
Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 32% kasus berpengetahuan
kurang/buruk tentang diare, sedangkan pada kontrol hanya 22% (proporsi yang
tidak paham lebih besar pada kasus). Dalam tabel V.1 dijelaskan bahwa kelompok
kasus berpendidikan SMA keatas sebanyak 60% sedangkan pada kontrol
sebanyak 74%. Sementara tabel V.3 dimana ibu-ibu dengan tingkat pendapatan
32
44
lebih kecil dari UMP sebesar 65%. Tabel V.4 dijelaskan bahwa kelompok kontrol
didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.
Kejadian diare pada kelompok kasus dengan pengetahuan kurang masih
tinggi yaitu sebanyak 32% . Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat
warga dalam mengikuti penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan
dipengaruhi faktor lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang
terlalu padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.
Sedangkan kelompok kontrol sebanyak 22%. di karenakan respon baik dari ibu
yang memiliki anak balita yang pernah terkena diare yaitu mencoba mencari
informasi tentang penyakit diare.
Tingkat pendidikan pada kelompok kasus yang berpendidikan SMA keatas
sebanyak 60% kontrol 74 %, tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang untuk menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin mudah
dalam memahami tentang kejadian diare.
Sebanyak 65% ibu-ibu dengan pendapatan dibawah UMP, pendapatan
keluarga menentukan ketersediaan fasilitas yang baik. Semakin tinggi pendapatan
keluarga semakin baik fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga akan semakin
baik. Oleh karena itupentingnya bagi pemerintah daerah untuk membuka lapangan
pekerjaan baru guna untuk meningkatkan tingkat pendapatan warganya.
Kelompok kontrol didapatkan ibu yang tidak bekerja sebanyak 68%.
Status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian diare
pada balita. Pada pekerjaan ibu ataukeaktifan ibu dalam berorganisasi sosial
berpengaruh pada kejadian diare balita. Dengan pekerjaan tersebut ibu diharapkan
mendapat informasi tentang pencegahan diare.
Berdasar hasil kuesioner dari 17 pertanyaan yang diberikan kepada
responden , pertanyaan “apakah tanda-tanda diare ?” dari 20 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan
persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak
5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian
45
besar menjawab benar pertanyaan tanda-tanda diare yaitu sebanyak 40 orang
dengan persentase 80%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 10 orang dengan persentase 20%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tanda-tanda diare.
Pada pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dari 20 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab salah yaitu sebanyak 20 orang dengan
persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang menjawab benar yaitu
sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti
sebagian besar menjawab salah pertanyaan penyebab diare yaitu sebanyak 35
orang dengan persentase 70%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
benar yaitu sebanyak 15 orang dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan
bahwa responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyebab diare.
Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai penyebab diare yaitu salah
makan, masuk angin dan kepanasan.
Pada pertanyaan “Apa saja yang menjadi sumber penularan diare?”
Dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu
sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50
responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan
sumber penularan diare yaitu sebanyak 35 orang dengan persentase 70%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 15 orang
dengan persentase 30%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai sumber penularan diare.
Pada pertanyaan “penyebab penyakit diare masuk kedalam tubuh
melalui apa” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden
kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48
orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
46
salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai penyebab penyakit
diare masuk ke dalam tubuh melalui apa.
Pada pertanyaan “Tindakan apa yang paling tepat agar diare pada
anak ibu segera tertolong?”dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar
menjawab benar yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase
4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
sebanyak 48 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang
menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini
menunjukkan bahwa responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai
tindakan yang paling tepat yang dapat ibu lakukan terhadap penanganan awal
diare.
Pada pertanyaan “Darimana ibu mendapat informasi tentang cara
menangani diare yang baik dan benar” menunjukkan dari 25 responden kasus
yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 23 orang dengan
persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak
2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian
besar menjawab benar sebanyak 45 orang dengan persentase 90%. Sedangkan
responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan
persentase 10%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah mendapatkan
informasi tentang menangani diare yang baik dan benar.
Pada pertanyaan “Bagaimana cara memasak air yang akan di
konsumsi oleh ibu dan keluarga” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian
besar menjawab benar pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase
100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang
dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar
menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan
responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan
47
persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai cara memasak air yang akan di konsumsi oleh
ibu dan keluarga.
Pada pertanyaan “Apakah ibu tahu kondisi air yang bersih”dari 25
responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan yaitu
sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase 4%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 48 orang dengan
persentase 96%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 2 orang dengan persentase 4%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai kondisi air yang bersih.
Pada pertanyaan “Menurut ibu kapan makanan di anggap basi” dari 25
responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 25
orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kasus yang menjawab salah
yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari 50 responden kontrol yang
diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 50 orang dengan persentase
100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 0
orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah
memiliki pengetahuan yang baik mengenai makanan yang dianggap basi.
Pada pertanyaan “Bagaimana cara ibu mencuci botol susu/dot untuk
balita” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar
yaitu sebanyak 20 orang dengan persentase 80%. Sedangkan responden kasus
yang menjawab salah yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase 20%. Dari 50
responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar sebanyak 20 orang
dengan persentase 40%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 30 orang dengan persentase 60%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden memiliki pengetahuan yang kurang mengenai cara ibu mencuci botol
susu/dot untuk balita. Sebagian besar responden memilih jawaban mengenai cara
48
ibu mencuci botol susu/dot untuk balita adalah mencuci dengan sabun dan di
biarkan kering.
Pada pertanyaan “dimanakah ibu dan keluarga membuang
sampah?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase
0%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan dimana tempat membuang sampah yaitu sebanyak 50 orang dengan
persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu
sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa responden
telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai tempat membuang sampah yang
benar.
Pada pertanyaan “apakah dampak dari pembuangan sampah
sembarangan?” dari 24 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar pertanyaan yaitu sebanyak 24 orang dengan persentase 96%. Sedangkan
responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase
4%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar
pertanyaan dampak dari pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak 47
orang dengan persentase 94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
salah yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai dampak dari
membuang sembarangan.
Pada pertanyaan “Siapa yang dirugikan akibat pembuangan sampah
sembarangan?” dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab
benar yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden
kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Dari
50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan
Siapakah yang dirugikan akibat pembuangan sampah sembarangan yaitu sebanyak
50 orang dengan persentase 100%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab
49
salah yaitu sebanyak 0 orang dengan persentase 0%. Hal ini menunjukkan bahwa
responden telah memiliki pengetahuan yang baik mengenai siapa orang yang akan
dirugikan jika membuang sampah sembarangan.
Pada pertanyaan “Kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan?”
dari 25 responden kasus yang diteliti sebagian besar menjawab benar yaitu
sebanyak 23 orang dengan persentase 92%. Sedangkan responden kasus yang
menjawab salah yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 8%. Dari 50 responden
kontrol yang diteliti sebagian besar menjawab benar pertanyaan Kapan waktu
yang tepat untuk mencuci tangan yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase
94%. Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 3 orang
dengan persentase 6%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai waktu yang tepat untuk mencuci tangan.
Pada pertanyaan “Tahukah ibu program Puskesmas yang disebut
perilaku hidup besih dan sehat (PHBS)?” dari 25 responden kasus yang diteliti
sebagian besar menjawab benar yaitu sebanyak 14 orang dengan persentase 56%.
Sedangkan responden kasus yang menjawab salah yaitu sebanyak 11 orang
dengan persentase 44%. Dari 50 responden kontrol yang diteliti sebagian besar
menjawab benar pertanyaan program puskesmas yang disebut perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS)yaitu sebanyak 33 orang dengan persentase 66%.
Sedangkan responden kontrol yang menjawab salah yaitu sebanyak 17 orang
dengan persentase 34%. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki
pengetahuan yang baik mengenai perilaku hidup bersih dan sehat..
50
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kedundung
Kelurahan kedundung Kecamatan Magersari kota Mojokerto dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengetahuan ibu merupakan faktor resiko terhadap kejadian diare.
Hal ini terbukti dengan nilai OR sebesar 1,7 yang berarti berada di OR > 1.
2. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ibu yang kurang paham
tentang diare menunjukkan presentase yang lebih tinggi balitanya
menderita diare dari pada ibu yang kurang paham mengenai diare pada
balita.
3. Hal ini dipengaruhi oleh masih kurangnya minat warga dalam mengikuti
penyuluhan yang diselenggarakan di puskesmas dan dipengaruhi faktor
lain misalnya lingkungan yang kumuh, jumlah penduduk yang terlalu
padat serta kurangya kesadaran dari ibu untuk menjaga kebersihan.
4. Dari 17 pertanyaan kuesioner yang diberikan kepada responden sebagian
besar sudah di jawab dengan benar. Responden menjawab salah pada
pertanyaan “Apakah penyebab diare?” dan “Bagaimana cara ibu
mencuci botol susu/dot untuk balita?”
51
B. SARAN
Beberapa saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan
sebagai berikut:
1. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Diharapkan dapat memberikan pelayanan dan informasi kepada
masyarakat tentang bahaya Diare pada balita, manifestasi yang
ditimbulkan akibat diare serta melakukan penyuluhan secara
berkelanjutan.
b. Hendaknya petugas kesehatan agar lebih memberdayakan masyarakat
dengan mengajak peran serta dalam mengikuti kegiatan bersih desa
rutin tiap bulan maupun tiap minggu dengan memberikan hadiah
menarik, sehingga kader dan masyarakat lebih tertarik.
2. Bagi Ibu dengan anak Balita yang sedang terkena diare
a. Disarankan untuk mengikuti pengobatan diare secara tuntas agar
terhindar dari komplikasi dari diare yaitu dehidrasi.
b. Disarankan lebih sering melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor
yang mungkin masih ada dan berperan mencetuskan kejadian diare
di dalam dan di area lingkungan rumah, seperti Menutup makanan
menggunakan tudung saji, mencuci dot minum bayi dengan air
panas, membuang sampah pada tempatnya ditempat sampah yang
memiliki tutup dan kedap air, memperhatikan tempat penampungan
air, serta memperhatikan kebersihan rumah.
3. Bagi Ibu dengan anak Balita yang tidak mengalami diare
a. Rajin mencuci tangan. Anak harus diajarkan untuk mencuci
tangannya, sedangkan pada bayi sering dilap tangannya. Ibu pun
juga harus sering mencuci tangan, terutama saat memberi makan
pada anak dan setelah memegang sesuatu yang kotor seperti setelah
membersihkan kotoran bayi atau anak.
b. Tutup makanan dengan tudung saji.
c. Masak air minum dan makanan hingga matang.
50
52
d. Jaga kebersihan makanan dan minuman, berikan ASI eksklusif
minimal 6 bulan karena ASI mengandung immunoglobulin. Untuk
bayi yang "terpaksa" menggunakan susu formula, maka dotnya
harus di rebus dengan air panas.
DAFTAR PUSTAKA
Bhisma Murti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogjakarta:UGM Press.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Dahlan,M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans.
Kelurahan Kedundung. 2014. Data Base Kelurahan Kedundung Kecamatan MAgersari Kota Mojokerto. Kedundung.
Medika. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Ningrum, Dina Nur Anggraini dan Widya Hary Cahyati. 2008. Buku Ajar Biostatistika Inferensial. Semarang: UPT Press Universitas Negeri Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran. 2014. Buku Pedoman Penulisan dan Pelaksanaan Tugas Akhir. Surabaya: UPT Press Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Puskesmas Kedundung. 2014. Profil Puskesmas Kedundung 2014. Kedundung. Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogjakarta:
NuhaSinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita
(Studi Kasus di Kabupaten Semarang). Skripsi :Universitas Diponegoro.Soegijanto, Soegeng. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan Penatalaksanaan.
Jakarta: Salemba Medika. Sulistijani, Dina Agoes dan Maria Poppy H. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan
Balita, Jakarta: Puspa Swara.
53
Wawan dan Dewi. Pengetahuan, Sikap, dan perilaku Manusia,. Yogyakarta: Nuha Medika. 2010.