Top Banner
LAPORAN PRAKTIK KLINIK ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KISTA OVARIUM DAN DIABETES MELITUS DI RUANG NIFAS RSU HAJI SURABAYA Oleh: Chalimah Candra Dewi 011112095
77

LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Jan 28, 2023

Download

Documents

Ali Muthohari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN KISTA OVARIUM DAN

DIABETES MELITUS DI RUANG NIFAS RSU HAJI SURABAYA

Oleh:

Chalimah Candra Dewi

011112095

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2013

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik berjudul ”ASUHAN KEBIDANAN PADA

IBU DENGAN KISTA OVARIUM DAN DIABETES MELITUS DI RUANG

NIFAS RSU HAJI SURABAYA”

Telah di periksa dan disetujui oleh pembimbing pada:

Hari :

Tanggal :

Surabaya,

September 2013

Mahasiswa

Kebidanan

Chalimah Candra Dewi

NIM 011112095

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Pembimbing Akademik

Pembimbing Klinik

Woro Setia N ., S.Keb, Bd Erna Siti Zula echa , SST .

NIP. 19681109 1993022 001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas berkat rahmat, taufik, dan

hidayah-Nya l, Laporan Pendahuluan berjudul ”ASUHAN

KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN KISTA OVARIUM DAN

DIABETES MELITUS DI RUANG NIFAS RSU HAJI SURABAYA” ini

dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan

salah satu tugas dalam rangkaian praktek klinik pada

pendidikan profesi bidan yang dilaksanakan di RSU Haji

Surabaya pada tanggal tanggal 7 – 27 September 2013.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih atas

bantuan dari berbagai pihak kepada:

1. Dr. Restu Kurnia Tjahjani, M. Kes., selaku direktur

RSU Haji yang telah memberikan ijin dan kesempatan

untuk praktik klinik pendidikan profesi di RSU Haji

2. Soenjoto, dr., Sp.OG(K), selaku ketua Program Studi

Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas

Airlangga

3. Woro Setia N., S. Keb. Bd., selaku pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan dalam

menganalisa dan mendokumentasikan asuhan kebidanan

yang telah diberikan.

4. Erna Siti Zulaecha, SST., selaku pembimbing klinik

yang telah memberikan bimbingan keterampilan dalam

memberikan asuhan kebidanan selama kegiatan praktik.

5. Seluruh staf RSU Haji Surabaya yang telah memberikan

bimbingan serta dukungan kepada kami selama

menjalani praktik klinik.

Kami sadari bahwa asuhan kebidanan ini masih jauh

dari sempurna, oleh karena itu kami berharap adanya

kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi

penyempurnaan pembuatan asuhan kebidanan berikutnya,

dan semoga asuhan kebidanan ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Surabaya, September 2013Penulis

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumor adalah massa jaringan yang abnormal,

tumbuh berlebihan, tidak terkoordinasi dengan

jaringan normal dan tumbuh terus menerus meskipun

rangsang yang menimbulkannya telah hilang. Atas

dasar sifat biologiknya tumor dapat dibedakan atas

tumor yang bersifat jinak dan dan tumor yang

bersifat ganas. Salah satu jenis tumor jinak yang

paling sering ditemui adalah kista.

Ovarium merupakan organ genitalia interna yang

mempunyai fungsi penting untuk pembentukan ovum dan

hormon dalam perjalanan reproduksi seorang wanita.

Karena jaringan ini sangat dinamik dan dipengaruhi

oleh rangsang hormonal sejak pubertas hingga

menopouse, maka hal ini merupakan alasan mengapa

banyak kista atau tumor jinak timbul di ovarium

(Llewellyn, 2001).

Kista ovarium adalah kantong non-neoplastik

pada suatu ovarium yang mengandung cairan atau

materi semipadat. Kista ovarium terbentuk oleh

bermacam sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan

menentukan tipe dari kista. Jenis kista ovarium

dibagi menjadi dua yaitu kista ovarium non-

neoplastik dan kista ovarium neoplastik jinak.

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe folikuler

merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.

Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan

folikel ovarium yang tidak terkontrol

(Prawirohardjo, 2008).

Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal

terdapat dalam ovarium. Pada keadaan normal, folikel

yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus

menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun pada

beberapa kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga

menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan

menjadi kista.

Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa

darah yang keluar akibat dari perlukaan yang terjadi

pada pembuluh darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus,

kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh

seperti rambut dan gigi. Kista jenis ini disebut

dengan Kista Dermoid.

Tumor ovarium sebagian besar (60-75%) jenis

epitelial, yang dapat menjadi karsinoma ovarium

(95%). Karsinoma ovarium sulit didiagnosa dan

sebagian pasien datang dalam keadaan stadium lanjut,

sehingga gangguan dalam ovarium perlu diperhatikan

(Manuaba, 2008).

Tumor-tumor kistik ovarium tersebut mempunyai

potensi keganasan yang berbeda-beda, salah satunya

adalah 30-35% Kistadenoma serosum dapat menjadi

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

ganas. Penanganan kasus ini dilakukan dengan

pengangkatan tumor dengan tindakan operatif yang

selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologik untuk

mengidentifikasi adanya keganasan.

Sebagian besar wanita tidak menyadari bila

dirinya menderita kista. Seandainya menimbulkan

gejala maka keluhan yang paling sering dirasakan

adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan

pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat dari pecahnya

dinding kista, pembesaran kista yang terlampau cepat

sehingga organ disekitarnya menjadi teregang, perdarahan

yang terjadi di dalam kista dan tangkai kista yang

terpeluntir.

Bidan mempunyai peran dalam mendeteksi dini

gangguan yang terjadi pada masa reproduksi termasuk

pada kista ovarium. Sehingga jika terjadi kasus ini

dapat tertangani dengan cepat. Selain itu juga bidan

dapat memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan

kebutuhan pasien.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan

pada pasien dengan kista ovarium.

1.2.2. Tujuan Khusus

1.2.2.1. Mampu menjelaskan konsep dasar

kista ovarium

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

1.2.2.2. Mampu menjelaskan konsep dasar

asuhan kebidanan pada kista ovarium

1.2.2.3. Mampu melakukan evaluasi terhadap

asuhan yang diberikan pada pasien dengan

kista ovarium

1.2.2.4. Melakukan pendokumentasian hasil

asuhan kebidanan dengan SOAP

1.3. Manfaat

1.3.1. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan

pada seorang wanita dengan kista ovarium

1.3.2. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah

pengetahuan dan wawasan mahasiswa bagi

perkembangan ilmu kebidanan.

1.4. Pelaksanaan

Asuhan kebidanan ini disusun berdasar pada praktik

klinik pendidikan profesi bidan yang dilakukan di

Ruang Nifas RSU Haji Surabaya pada tanggal 7

September 2013 – 27 September 2013.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Menguraikan tentang latar belakang, tujuan

penulisan, manfaat, pelaksanaan dan

sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Menjelaskan konsep dasar teori tentang kista

ovarium dan konsep dasar asuhan kebidanan

pada pasien dengan kista ovarium

BAB III Tinjauan Kasus

Merupakan tinjauan kasus asuhan kebidanan

pada pasien dengan kista ovarium

BAB IV Pembahasan

Membandingkan antara kasus dengan konsep

teori yang telah dibuat.

BAB V Penutup

Berisi simpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Kistoma Ovarium

2.1.1. Pengertian

Kista adalah tumor jinak di organ reproduksi

perempuan yang paling sering ditemui. Kista adalah

kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih,

cairan kental, kuning, bisa berupa cairan darah

berwarna coklat, dan bahkan kadangkala berisi

rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah

maka kistapun akan membesar sehingga dinding kista

menipis dan mudah pecah.

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Ovarium merupakan salah satu organ reproduksi

wanita yang terletak di kedua sisi uterus dalam

rongga pelvis dengan ukuran 1,5x2 cm. Organ ini

berfungsi dalam proses pematangan ovum dan

produksi hormon reproduksi (estrogen dan

progesteron).

Gambar 1. Kistoma OvariumSumber: www.google.com

Kista ovarium (atau kista indung telur)

berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran

kecil, yang terletak di indung telur (ovarium).

Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja,

pada masa pubertas sampai menopause, juga selama

masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).

Kista ovarium adalah kista yang permukaannya

rata, halus dan biasanya bertangkai, seringkali

bilateral dan dapat menjadi besar (Prawirohardjo,

2008).

2.1.2. Etiologi

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Penyebab dari kista belum diketahui secara

pasti, kemungkinan dari bahan-bahan yang bersifat

karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal dan

lain-lain. Beberapa literatur menyebutkan bahwa

penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah

gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada

sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah

satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi

ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara

normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium

yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan

folikel yang berbentuk secara tidak sempurna di

dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami

pematangan dan gagal melepaskan sel telur, karena

itu terbentuk kista di dalam ovarium.

Kista folikel multipel dapat terjadi setelah

penggunaan klomifen atau gonadotropin untuk

menginduksi ovulasi (Llewelyn,2001). Peningkatan

prevalensi kista ovarium fungsional diperlihatkan

pada wanita yang menggunakan metode progesteron

saja. Mc Cann dan Potter (1994) menyatakan bahwa

hal ini dapat terjadi dengan kelanjutan pemakaian

dan membaik jika POP tidak lagi digunakan (Fraser,

2009).

2.1.3. Patofisiologi

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Secara umum kista disebabkan oleh

ketidakstabilan hormon yang berpengaruh dalam

ovulasi sehingga terjadi hiperstimulasi dalam

pertumbuhan suatu sel.

Kista folikel berasal dari pembesaran folikel

De Graaf yang tidak sampai berovulasi, atau dari

beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di

bawah pengaruh esterogen tidak mengalami atresia

yang lazim melainkan secara terus menerus

mengeluarkan cairan dan tumbuh. Cairan dalam kista

jernih dan seringkali berisi esterogen. Kista

folikel multipel bisa disebabkan oleh penggunaan

klomifen atau gonadotropin untuk menginduksi

ovulasi.

Kista korpus luteum/korpus luteum persisten

terjadi ketika korpus luteum bertahan hidup dan

tumbuh terus dan tidak berdegenerasi ketika

implantasi gagal berlangsung. Dalam keadaan normal

korpus luteum lambat laun mengecil dan berubah

menjaid korpus albikans. Perdarahan yang sering

terjadi didalamnya menyebabkan terjadinya kista

berisi cairan yang berwarna merah cokelat karena

darah tua.

Kista inklusi germinal terjadi karena

invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari

epitel germinativum pada permukaan ovarium.

Dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

atau torak rendah dan isinya cairan jernih dan

serus.

Kista Stein Leventhal disebabkan karena

peningkatan kadar LH yang menyebabkan hiperstimuli

ovarium dengan produk kista yang banyak.

Kista teka lutein tumbuh akibat dari hormon

koriogonadotropin yang berlebihan (mola,

koriokarsinoma) dengan hilangnya pengaruh hormon,

maka ovarium akan mengecil secara spontan

(Prawirohardjo, 2008).

2.1.4. Klasifikasi

Klasifikasi tumor ovarii sampai sekarang belum

ada yang benar-benar memuaskan, baik pembagian

secara klinis maupun secara patologis anatomis.

Tumor kistik merupakan jenis yang paling sering

terjadi terutama yang bersifat non-neoplastik,

seperti kista retensi yang berasal dari corpus

luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis

yang betul merupakan neoplasma. Oleh karena itu

tumor kistik dari ovarium yang jinak dibagi dalam

golongan non-neoplastik (fungsionil) dan golongan

neoplastik (Prawirohardjo, 2008).

2.1.4.1. Kista ovarium non-neoplastik (fungsionil)

Kista ovarium secara fungsional merupakan

jenis kista ovarium yang paling banyak ditemukan.

Kista ini berasal dari sel telur dan korpus

luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

yang normal. Kista fungsional akan tumbuh setiap

bulan dan akan pecah pada masa subur, untuk

melepaskan sel telur yang pada waktunya siap

dibuahi oleh sperma. Setelah pecah, kista

fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan

hilang saat menstruasi. Kista fungsional terdiri

dari: kista folikel dan kista korpus luteum.

Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan

gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 2-

3 bulan.

1) Kista Follikel

Kista ini berasal dari follikel yang menjadi

besar semasa proses atresia folliculi. Setiap

bulan sejumlah besar follikel menjadi mati,

disertai kematian ovum, disusul dengan

degenerasi dari epitel follikel. Pada masa ini

tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak

jarang ruangan follikel diisi dengan cairan yang

banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar,

yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis.

Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk.

Sering terjadi pada pubertas, climacterium, dan

sesudah salpingektomi.

Gejala-Gejala

Kista jenis ini tidak memberikan gejala yang

karakteristik, bahkan kadang-kadang tidak

menunjukkan gejala-gejala apapun. Kurve suhu

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

basal bersifat monofasis. Bila mencapai ukuran

yang cukup besar, kista tersebut dapat

memberikan rasa penuh dan tidak enak pada daerah

yang dikenai. Seperti pada semua tumor ovarii

dapat menyebabkan torsi. Kadang-kadang walaupun

jarang, dapat terjadi rupture spontan, dengan

disertai tanda-tanda perdarahan intra abdominal

sehingga gambaran klinisnya dapat menyerupai

suatu kehamilan ektopik yang terganggu. Yang

paling sering terjadi ialah cairan kista

tersebut mengalami resorpsi secara spontan

setelah satu atau dua siklus.

Diagnosa

Diagnosa hanya dapat ditentukan dengan palpasi

dari tumor tersebut. Tetapi kita tidak akan

dapat menentukan dengan sekali pemeriksaan,

apakah kista ini neoplastik atau non neoplastik,

kecuali bila ukurannya sangat besar.

Terapi

Biasanya tak memerlukan terapi karena mengalami

resorpsi spontan. Bila harus diadakan operasi

oleh karena adanya salah satu gangguan klinis

atau oleh karena indikasi lain, sebaiknya

tindakannya disesuaikan dengan keadaan. Bila

kista kecil dapat dilakukan punksi atau eksisi

saja. Bila besar sebaiknya di enucleasi dengan

meninggalkan jaringan ovarium yang normal.

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

2) Kista Lutein

Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih

jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang

sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum

haematoma. Perdarahan ke dalam ruang corpus

selalu terjadi pada masa vaskularisasi. Bila

perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,

terjadilah corpus luteum haematoma, yang

berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.

Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari

unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggallah

cairan yang jernih, atau sedikit bercampur

darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan

fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein

sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-

sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan

perut.

Gejala-Gejala

Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan

ektopik. Haid kadang-kadang terlambat, diikuti

dengan perdarahan sedikit yang terus menerus,

disertai rasa sakit pada bagian perut bawah.

Pada pemeriksaan klinis ditemukan benjolan yang

sakit. Ada yang menganggap kista ini sebagai

korpus luteum persistens, dimana oleh sesuatu

sebab tidak terjadi regresi. Suatu jenis yang

jarang dari kista lutein ialah yang ditemukan

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

pada mola hydatidosa atau chorio epithelioma.

Dalam beberapa kasus dari jenis ini, dindingnya

dibentuk oleh sel granulose yang mengalami

luteinisasi, tetapi pada umumnya kista dibntuk

oleh sel theca lutein dan jaringan ikat.

3) Stein Levental ovary

Biasanya kedua ovarium membesar dan bersifat

polykistik, permukaan rata, berwarna keabu-abuan

dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan

mikroskopis akan tampak tunica yang tebal dan

fibrotik. Dibawahnya tampak follikel dalam

bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan

corpus luteum. Secara klinis memberikan gejala

yang disebut Stein-Leventhal Syndrom, yaitu yang

terdiri dari hirsutisme, sterilitas, obesitas

dan oligomenorrhoe. Kecenderungan virilisasi

mungkin disebabkan hyperplasi dari tunica

interna yang menghasilkan zat androgenic.

Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang

autosomal dominant.

4) Kista Inklusi Germinal

Terjadi oleh karena invaginasi dari epitel

germinal dari ovarium. Biasanya terjadi pada

wanita yang lanjut usianya, dan besarnya kurang

dari 1 cm. Tidak pernah memberi gejala-gejala

yang berarti.

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

5) Kista endometrial merupakan endometriosis

yang berlokasi di ovarium

2.1.4.2. Kista ovarium yang neoplastik atau

proliferatif

1). Kista ovarium simpleks

Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus,

biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan

dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan

cairan di dalam kista jernih, serus, dan

berwarna kuning. Pada dinding kista tampak

lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya

tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai)

dengan gejala-gejala mendadak. Diduga bahwa

kista ini suatu jenis kistadenoma serosum yang

kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan

tekanan cairan dalam kista. Terapi terdiri

atas pengangkatan kista dengan reseksi

ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan

harus segera diperiksa secara histologik untuk

mengetahui apakah ada keganasan.

2).Kistadenoma Ovarii Musinosum

Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti.

Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu

teratoma di mana dalam pertumbuhannya satu

elemen mengalahkan elemen-elemen lain. Ada

penulis yang berpendapat bahwa tumor berasal

dari lapisan germinativum, sedang penulis lain

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

menduga tumor ini mempunyai asal yang sama

dengan tumor Brenner.

Angka Kejadian

Tumor ovarium ini terbanyak ditemukan bersama-

sama dengan kistadenoma ovarii serosum. Kedua

tumor merupakan kira-kira 60% dari seluruh

ovarium, sedang kistadenoma ovarii musinosum

merupakan 40% dari seluruh kelompok neoplasma

ovarium. Di Indonesia Hariadi (1970) menemukan

frekuensi sebesar 27%; sedangkan Gunawan

(1977) menemukan angka 29,9%; Sapardan (1970)

37,2%; dan Djaswadi 15,1%. Tumor paling sering

terdapat pada wanita berusia antara 20-50

tahun, dan jarang sekali pada masa

prapubertas.

Gambaran Klinik

Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh

karena itu, permukaan berbagala (lobulated).

Kira-kira 10% dapat mencapai ukuran yang amat

besar, lebih-lebih pada penderita yang datang

dari pedesaan. Pada tumor yang besar tidak

lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang

normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi

dapat juga ditemui yang bilateral.

Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai;

kadang-kadang dapat terjadi torsi yang

mengakibatkan gangguan sirkulasi. Gangguan ini

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

dapat menyebabkan perdarahan dalam kista dan

perubahan degeneratif, yang memudahkan

timbulnya perlekatan kista dengan omentum,

usus-usus dan peritoneum parietale.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih

keabu-abuan; yang terakhir ini khususnya bila

terjadi perdarahan atau perubahan degeneratif

di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan

lendir yang khas, kental seperti gelatin,

melekat dan berwarna kuning sampai coklat

tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding

kista dilapisi oleh epitel torak tinggi dengan

inti pada dasar sel; terdapat di antaranya

sel-sel yang membundar karena terisi lendir

(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat

dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk

tumbuh seperti struktur kelenjar: kelenjar-

kelenjar menjadi kista-kista baru, yang

menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika

terjadi sobekan pada dinding kista, maka sel-

sel epitel dapat tersebar pada permukaan

peritoneum rongga perut, dan dengan sekresinya

menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat

pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya

penyakit menahun dengan musin terus bertambah

dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya,

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

penderita meninggal karena ileus dan atau

inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat

ditemukan daerah padat, dan pertumbuhan

papiler. Tempat-tempat tersebut perlu diteliti

dengan seksama oleh karena di situ dapat

ditemukan tanda-tanda ganas. Keganasan ini

terdapat dalam kira-kira 5-10% dari

kistadenoma musinosum.

Penanganan

Penanganan terdiri atas pengangkatan tumor.

Jika pada operasi tumor sudah cukup besar

sehingga tidak tampak banyak sisa ovarium yang

normal, biasanya dilakukan pengangkatan

ovarium beserta tuba (salpingo-ooforektomi).

Pada waktu mengangkat kista sedapat-dapatnya

diusahakan mengangkatnya in toto tanpa

mengadakan pungsi dahulu, untuk mencegah

timbulnya pseudomiksoma peritonei karena

tercecernya isi kista. Jika berhubung dengan

besarnya kista perlu dilakukan pungsi untuk

mengecilkan tumor, lubang pungsi harus ditutup

dengan rapi sebelum mengeluarkan tumor dari

rongga perut. Setelah kista diangkat, harus

dilakukan pemeriksaan histologik di tempat-

tempat yang mencurigakan terhadap kemungkinan

keganasan. Waktu operasi, ovarium yang lain

perlu diperiksa pula.

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

3).Kistadenoma Ovarii Serosum

Pada umumnya para penulis berpendapat

bahwa kista ini berasal dari epitel permukaan

ovarium (germinal epithelium).

Angka Kejadian

  Kista ini ditemukan dalam frekuensi yang

hampir sama dengan kistadenoma musinosum dan

dijumpai pada goloongan umur yang sama. Agak

lebih sering ditemukan kista bilateral (10-20

%); Hariadi (1970) dalam hal ini menemukan

frekuensi 19,7%, Sapardan (1970) 15%, Djaswadi

(1970) 10,9%; dan Gunawan (1977) 20,3%.

Selanjutnya, disurabaya hariadi dan Gunawan

menemukan angka kejadian tumor ini masing-

masing 39,8% dan 28,5%; di Jakarta Sapardan

mencatat angka 20,05 dan di Yogyakarta

Djaswadi mencatat angka 36,1%.

Gambaran Klinik

Pada umumnya kista jenis ini tak

mencapai ukuran yang amat besar dibandingkan

dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor

biasanya licin, akan tetapi dapat pula

berrbagala karena kista serosum pun dapat

berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya

berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.

Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan

papiler ke dalam rongga kista sebesar 50%, dan

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi

kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat

karena campuran darah. Tidak jarang kistanya

sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh

dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa tidak

mungkin membedakan gambaran makroskopik

kistadenoma serosum papiliferum yang ganas

dari yang jinak, bahkan pemeriksaan

mikroskopik pun tidak selalu memberi

kepastian. Pada pemeriksaan mikroskopik

terdapat dinding kista yang dilapisi oleh

epitel kubik atau epitel torak yang rendah,

dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang

besar dan gelap warnanya. Karena tumor ini

barasal dari epitel permukaan ovarium

(germinal ephithelium), maka bentuk epitel

pada papil dapat beraneka ragam tetapi

sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel

bulu getar, seperti epitel tuba

Pada jaringan papiler dapat ditemukan

pengendapan kalsium dalam stromanya yang

dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya

menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma

ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak

bahwa tumor itu ganas.

Perubahan Ganas

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Apabila ditemukan pertumbuhan papilifer,

proliferasi dan stratifikasi epitel, serta

anaplasia dan mitosis pada sel-sel,

kistadenoma serosum secara mikroskopik

digolongkan kedalam kelompok tumor ganas. Akan

tetapi, garis pemisah antara kistadenoma

ovarii papiliferum yang jelas ganas kadang-

kadang sukar ditentukan. Oleh karena itu,

tidaklah mengherankan bahwa potensi keganasan

yang dilaporkan sangat berbeda-beda. Walaupun

demikian, dapat dikatakan bahwa 30% - 35% dari

kistadenoma serosum mengalami perubahan

keganasan. Bila pada suatu kasus terdapat

implantasi pada peritoneum disertai dengan

asites, maka prognosis penyakit itu kurang

baik, meskipun diagnosis histopatologis

pertumbuhan itu mungkin jinak

(histopatologically benign). Klinis kasus

tersebut menurut pengalaman harus dianggap

sebagai neoplasma ovarium yang ganas

(clinically malignant).

Terapi

      Terapi pada umumnya sama seperti pada

kistadenoma musinosum. Hanya, berhubung dengan

lebih besarnya kemungkinan keganasan, perlu

dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap

tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

perlu diperiksa sediaan yang dibekukan (frozen

section) pada saat operasi, untuk menentukan

tindakan selanjutnya pada waktu operasi.

4).Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan

licin; pada dinding dalam terdapat satu

lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan

epitel endometrium. Kista ini, yang ditemukan

oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada

hubungannya dengan endometriosis ovarii.

5).Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma

kistik yang jinak dimana struktur-struktur

ektodermal dengan diferensiasi sempurna,

seperti epitel kulit, rambut, gigi dan produk

glandula sebasea berwarna putih kuning

menyerupai lemak nampak lebih menonjol

daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

Tentang histogenesis kista dermoid, teori yang

paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal

dari sel telur melalui proses partenogenesis.

Angka Kejadian

Tumor ini merupakan 10% dari seluruh neoplasma

ovarium yang kistik, dan paling sering

ditemukan pada wanita yang masih muda.

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Ditaksir 25% dari semua kista dermoid

bilateral, lazimnya dijumpai pada masa

reproduksi walaupun kista dermoid dapat

ditemukan pula pada anak kecil. Tumor ini

dapat mencapai ukuran yang sangat besar,

sehingga beratnya mencapai beberapa kilogram.

Gambaran Klinik

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista

dermoid. Dinding kista kelihatan putih, keabu-

abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor

sebagian kistik kenyal, di bagian lain padat.

Sepintas lalu kelihatan seperti kista berongga

satu, akan tetapi bila dibelah, biasanya

nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-

kecil dalam dindingnya. Pada umumnya terdapat

satu daerah pada dinding bagian dalam yang

menonjol dan padat.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal,

mesodermal dan entodermal. Maka dapat

ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea,

gigi (ektodermal), tulang rawan, serat otot

jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa traktus

gastrointestinalis, epitel saluran pernapasan,

dan jaringan tiroid (entodermal). Bahan yang

terdapat dalam rongga kista ialah produk dari

kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti

lemak, bercampur dengan rambut. Rambut ini

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

terdapat beberapa serat saja, tetapi dapat

pula merupakan gelondongan seperti konde.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi

tangkai dengan gejala nyeri mendadak di perut

bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya

sobekan dinding kista dengan akibat

pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.

Perubahan keganasan agak jarang, kira-kira

dalam 1,5% dari semua kista dermoid, dan

biasanya pada wanita lewat menopause. Yang

tersering adalah karsinoma epidermoid yang

tumbuh dari salah satu elemen ektodermal.

Ada kemungkinan pula bahwa satu elemen tumbuh

lebih cepat dan menyebabkan terjadinya tumor

yang khas. Termasuk :

(1).Struma Ovarium

Tumor ini terutama terdiri atas

jaringan tiroid, dan kadang-kadang dapat

menyebabkan hipertiroidi. Antara 1960 dan 1964

di RS. Dr. Soetomo Surabaya pernah ditemukan 5

kasus struma ovarium, semuanya tak berfungsi

dan tidak ganas. Hariadi selam 5 tahun (1963-

1968) menemukan 3 kasus struma ovarium

(=0,5%), Djaswadi selam 10 tahun (1965-1974)

hanya mencatat satu kasus (=0,5%); sedangkan

Gunawan selama 3 tahun (1974-1977) melaporkan

satu kasus (=0,2%).

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

(2).Kistadenoma ovarii musinosum dan kistadenoma

ovarii serosum

Kista-kista dapat dianggap sebagai adenoma

yang bertasal dari satu elemen dari epitelium

germinativum.

(3).Koriokarsinoma

Tumor ganas ini jarang ditemukan dan

untuk diagosis harus dibuktikan adanya hormon

koriogonadotropin.

2.1.5. Prognosis

William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan :

prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista

jinak tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa

ovarium atau di ovarium kontralateral. Kematian

disebabkan karena karsinoma ovari ganas

berhubungan dengan stadium saat terdiagnosis

pertama kali dan pasien dengan keganasan ini

sering ditemukan sudah dalam stadium akhir.

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata

41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium FIGO

Ia dan 11.1% untuk stadium IV. Tumor sel granuloma

memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan

karsinoma sel skuamosa yang berasal dari kista

dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.

Sebagian besar tumor sel germinal yang

terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis

Page 29: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

yang sangat baik. Disgerminoma dengan stadium

lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik

dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.

Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi

keganasan yang rendah mempunyai sifat yang lebih

jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka

kematian yang tinggi. Secara keseluruhan angka

bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%.

Page 30: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Etiologi: Infeksi ovarium Ketidakseimbangan hormon

Esterogen dan Progesterondalam tubuh

Terapi sulih hormon padamenopouse

Obat-obat yang meningkatkan

KISTA OVARIUM

Kista ovarium Non Neoplastik

Kista Ovarium Neoplastik

1. Kista Folikel

2. Kista Korpus

Luteum

3. Kista Lutein

4. Kista Inklusi

Germinal

1. Kistoma Ovarii

simpleks

2. Kista oVari

Musinosum

3. Kista Ovari

Serosum

Page 31: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

2.1.6. Tanda gejala

Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan

gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak

berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi

besar dan menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian

penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala

saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan

lain seperti endometriosis, radang panggul,

kehamilan ektopik (di luar rahim) atau

kanker ovarium. Gejala umumnya sangat bervariasi dan

tidak spesifik, pada stadium awal dapat berupagangguan

haid. Jikatumor sudah menekan rektum atau kandung kemih

maka mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah

Penanganan

1. < 5 2. Mengecil dalam waktu

2-3 bulan denganterapi hormon

3. Tidak ada diagnosiskeganasan pada

1. >5 cm2. Membesar secara

progresif setelahditerapi hormon 2-3 bulan

3. Kistaterpelintir/pecah

Ada keganasan

KistektomiTerapi keganasan

Page 32: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri saat

bersenggama.

Namun bila kista berkembang menjadi besar dan

menimbulkan nyeri, maka kista bisa terpelintir atau

pecah sehingga akan menimbulkan rasa sakit yang tajam,

kista berkembang menyebabkan perut terasa penuh, berat,

kembung. Pada stadium lanjut gejala yang terjadi

berhubungan dengan asites (penimbunan cairan dalam

rongga perut), penyebaran ke omentum (lemak perut), dan

organ lain seperti usus dan hati. Penumpukan cairan

juga bisa terjadi pada rongga dada dan mengakibatkan

rasa sesak nafas (Brunner, 2005).

2.1.7. Komplikasi

1). Perdarahan intra tumor

Perdarahan dalam kista biasanya

terjadi sedikit demi sedikit, sehingga

berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista,

dan hanya menimbulkan gejala klinik yang

minimal. Namun jika perdarahan terjadi secara

masif, akan terjadi distensi cepat dari kista

yang menimbulkan nyeri perut mendadak.

2). Putaran tangkai

Putaran tangkai dapat terjadi pada

tumor bertangkai dengan diameter >5 cm akan

tetapi belum terlalu besar sehingga terbatas

gerakkannya. Kehamilan dapat mempermudah

terjadinya torsi karena pada kehamilan uterus

Page 33: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan

karena sesudah persalinan dapat terjadi

perubahan mendadak pada rongga perut.

Putaran tangkai juga dapat

menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun jarang

bersifat total. Karena vena lebih mudah

tertekan, terjadi pembendungan darah dalam

tumor dengan akibat pembesaran tumor dan

terjadi perdarahan dalam tumor. Jika putaran

tangkai terjadi terus, maka dapat terjadi

nekrosis hemoragik dalam tumor yang dapat

menimbulkan robekan dinding kista dengan

perdarahan intraabdominal atau peradangan

sekunder. Bila putaran tangkai terjadi

perlahan, tumor dapat melekat pada omentum,

yang dapat melepaskan diri dan menjadi tumor

parasit.

3). Infeksi pada tumor

Hal ini terjadi jika di sekitar

tumor ada sumber patogen. Kista dermoid

cenderung mengalami peradangan disusul dengan

pernanahan.

4). Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, trauma

(seperti jatuh), pukulan pada perut, dan lebih

sering pada saat persetubuhan. Jika terjadi

robekan pada kista disertai hemoragi yang

Page 34: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

timbul secara akut, maka perdarahan bebas dapat

berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum,

dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus

disertai tanda abdomen akut. Robekan dinding

pada kistadenoma musinosum dapat menimbulkan

suatu pseudomiksoma peritonii.

5). Perubahan keganasan

Perubahan keganasan dapat terjadi

pada beberapa kista jinak, seperti kistadenoma

ovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum,

dan kista dermoid. Sehingga setelah sel-sel

tumor tersebut diangkat pada operasi, perlu

dilakukan pemeriksaan mikroskopis untuk

mengetahui kemungkinan terjadinya keganasan.

Adanya metastasis dapat memperkuat diagnosis

keganasan.

2.1.8. Diagnosis

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di

rongga perut bagian bawah dan atau di rongga

panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya

(besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,

apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah

ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor

ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri,

terpisah dari tumor. Jika tumor ovarium terletak

di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah

dan tumor itu konsistensinya kistik, perlu

Page 35: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

dipikirkan adanya adanya kehamilan atau kandung

kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlulah

lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan.

Di negara-negara berkembang, karena tidak

segera dioperasi tumor ovarium bisa menjadi besar,

sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal

ini kadang-kadang sukar untuk menentukan apakah

pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau

ascites, akan tetapi dengan pemeriksaan yang

dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya

dapat diatasi.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang

ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu

diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik

atau nonneoplastik. Tumor nonneoplastik akibat

peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan

gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada

pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan tidak

dapat digerakkan karena perlengketan. Kista

nonneoplastik umumnya tidak menjadi besar, dan

diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang

sendiri.

2.1.9. Pencegahan

Meski belum diketahui penyebab munculnya

kista, tumor ini dapat dihindari dengan penerapan

pola hidup yang sehat dan berkualitas, antara lain

:

Page 36: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

1. Makan-makanan yang bergizi, menghindari

makanan yang mengandung bahan karsinogenik

dan makanan tinggi lemak.

2. Olahraga secara teratur

3. Tidak merokok

4. Tidak minum minuman yang mengandung alkohol

5. Deteksi dini apabila muncul keluhan yang

serupa dengan tanda dan gejala kista ovarium.

2.1.10. Pemeriksaaan Penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis

tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan

operasi, akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan

analisis yang tajam dari gejala-gejala yang

ditemukan dapat membantu dalam pembuatan

differensial diagnosis. Beberapa cara yang dapat

digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis

adalah (Bilotta, 2012) :

1) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk

mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari

ovarium atau tidak, serta untuk menentukan

sifat-sifat tumor itu.

2) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak

dan batas tumor, apakah tumor berasal dari

uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah

tumor kistik atau solid, dan dapat pula

Page 37: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang

bebas dan yang tidak.

3) Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan

adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista

dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi

dalam tumor.

4) Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab

ascites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan

tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei

dengan isi kista bila dinding kista tertusuk

2.1.11. Penatalaksanaan

Pemilihan penatalaksanaan kistoma ovarium

tergantung pada usia penderita, paritas, status

kehamilan, ukuran tumor kistik, dan derajat

keluhan. Tidak semua kistoma ovarium memerlukan

terapi pembedahan. Prinsip bahwa tumor ovarium

neoplastik memerlukan operasi dan tumor

nonneoplastik tidak, jika menghadapi tumor ovarium

yang tidak memberikan gejala/keluhan pada

penderita dan yang besarnya tidak melebihi 5 cm

diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut

adalah kista folikel atau kista korpus luteum.

Tidak jarang tumor tersebut mengalami pengecilan

secara spontan dan menghilang, sehingga perlu

diambil sikap untuk menunggu selama 2-3 bulan,

Page 38: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

jika selama waktu observasi dilihat peningkatan

dalam pertumbuhan tumor tersebut, kita dapat

mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan tumor besar

itu bersifat neoplastik dan dapat dipertimbangkan

untuk pengobatan operatif.

Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik

yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor dengan

mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang

mengandung tumor, akan tetapi jika tumornya besar

atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan

ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan

tuba (salphyngoooforektomi). Jika terdapat

keganasan operasi yang lebih tepat ialah

histerektomi dan salphyngoooforektomi bilateral.

Akan tetapi pada wanita muda yang masih ingin

mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan

tumor yang rendah, dapat dipertanggungjawabkan

untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi

yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 2008).

Pada pasien yang memerlukan tindakan

pembedahan (laparotomi) ada beberapa persiapan

yang harus diberikan diantaranya: pemastian hasil

laboratorium darah, urin, maupun hasil

laboratorium lain terkait syarat operasi sudah

terpenuhi, pemberian inform consent mengenai

tindakan operasi yang akan dijalani pasien,

dukungan psikologis dalam menghadapi operasi,

Page 39: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

pengosongan rectum menggunakan laksantif sesuai

advice dokter, pasien dipuasakan dari makanan

padat selama 12 jam dan minum cairan 8 jam sebelum

tindakan pembedahan, pemasangan infus dan DC, dan

pencukuran rambut pubis daerah genetalia eksterna

maupun rambut daerah dinding perut.

Setelah selesai tindakan laparotomi, maka

pasien mendapatkan perawatan post-laparotomi yang

bertujuan untuk mengurangi komplikasi akibat

pembedahan, mempercepat penyembuhan, mengembalikan

fungsi semaksimal mungkin seperti sebelum operasi,

mempersiapkan pasien pulang. Beberapa tindakan

yang perlu dilakukan diantaranya adalah memonitor

kesadaran, tanda-tanda vital, intake dan output,

memberikan kenyamanan posisi, ambulasi dini atau

latihan fisik post laparotomi seperti: batuk-

batuk, nafas dalam, menggerakkan otot-otot kaki,

otot bokong, latihan alih baring dan turun dari

tempat tidur, pemberian obat advice dokter,

pemberian diit yang sesuai kerjasama dengan ahli

gizi, serta perawatan luka operasi secara steril

(Brunner, 2005).

2.2 Konsep dasar Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit

hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut

insulin atau insensitivitas sel terhadap insulin.

Page 40: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Berdasarkan definisi, glukosa darah puasa harus

lebih besar daripada 140 mg/100 ml pada dua kali

pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes

mellitus dapat ditegakkan.

Diabetes adalah kata yunani yang berarti

mengalirkan (siphon). Mellitus adalah kata latin

untuk madu, atau gula. Diabetes mellitus adalah

penyakit dimana seseorang mengeluarkan/mengalihkan

sejumlah besar urin yang terasa manis (Brunner,

2005)

2.2.2 Klasifikasi DM

Paling sedikit terdapat tiga bentuk diabetes

mellitus, yaitu :

1. DM Tipe I

Merupakan penyakit hiperglikemia akibat

ketiadaan absolut insulin. Penyakit ini disebut

diabetes mellitus dependen insulin (DMDI).

Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin

pengganti. DM tipe I biasanaya dijumpai pada

orang yang tidak gemuk berusia kurang dari 30

tahun, dengan perbandingan laki-laki sedikit

lebih banyak daripada wanita. Karena insidens

DM tipe I memuncak pada usia remaja dini, maka

dahulu bentuk ini disebut diabetes juvenilis.

Namun, DM tipe I dapat timbul pada segala usia.

Penyebab DM tipe I

Page 41: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

DM tipe I diperkirakan timbul akibat

destruksi otoimun sel-sel beta pulau

langerhaens yang dicetuskan oleh lingkungan.

Serangan otoimun dapat timbul setelah infeksi

virus misalnya gondongan (mumps), rubela,

sitomegalovirus kronik, atau setelah pajanan

obat atau toksin (misalnya golongan nitrosamin

yang terdapat pada daging yang diawetkan). Pada

saat diagnosis DM tipe I ditegakkan, ditemukan

antibodi terhadap sel-sel pulau langerhaens

pada sebagian besar pasien.

Salah satu kemungkinan terbentuknya antibodi

sel-sel tersebut adalah bahwa terdapat suatu

agen lngkungan yang secara antigenis mengubah

sel-sel pankreas untuk merangsang pembentukan

antibodi. Mungkin juga bahwa para individu yang

mengidap DM tipe I memiliki kesamaan antigen

antara sel-sel beta pankreas mereka dengan

virus atau obat tertentu. Sewaktu berespons

terhadap virus atau obat tertentu, sistem imun

gagal mengenali bahwa sel-sel pankreas adalah

“diri” (self).

Kecenderungan Genetik pada DM tipe I

Tampaknya terdapat pengaruh genetik untuk

timbulnya DM tipe I. orang-orang tertentu

mungkin memiliki “gen diabetogenik” yang

berarti suatu profi genetik yang menyebabkan

Page 42: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

mereka rentan mengidap DM tipe I (atau mungkin

penyakit otoimun lainnya. Lokus-lokus genetik

yang mewariskan kecenderungan untuk mengidap DM

tipe I tampaknya merupakan bagian dari gen

kompleks histokompatibilitas). Kompleks

histokompatibilitas ini mengontrol pengenalan

antigen-antigen oleh sistem imun. Gen-gen

histokompatibilitas dikode di kromoso 6. Gen

terkait insulin spesifik lainnya di kromosom 11

diduga berperan dalam pembentukan DM tipe I

melalui efeknya pada pembentukan dan replikasi

sel beta.

Karakteristik DM tipe I

Pengidap DM tipe I memperlihatkan penanganan

glukosa yang normal sebelum penyakit muncul.

Dengan munculnya DM tipe I, pankreas tidak atau

sedikit mengeluarkan insulin. Kadar glukosa

darah meningkat karena tanpa insulin glukosa

tidak dapat masuk ke sel. Pada saat yang sama,

hati mulai melakukan glukoneogenesis

menggunakan substrat yang tersedia berupa asam

amino, asam lemak, dan glikogen. Substrat-

substrat ini mempunyai konsentrasi yang tinggi

dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon

tidak dilawan oleh insulin. Hal ini menyebabkan

sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar

glukosa darah sangat tinggi. Hanya sel otak dan

Page 43: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

sel darah merah yang tidak kekurangan glukosa

karena keduanya tidak memerlukan insulin untuk

memasukkan glukosa.

Semua sel lain kemudian menggunakan asam

lemak bebas untuk menghasilkan energi.

Metabolime asam lemak bebas di siklus krebs

menghasilkan ATP yang diperlukan untuk

menjalankan fungsi sel. Pembentukan energi yang

hanya mengandalkan asam-asam lemak menyebabkan

produksi berbagai keton oleh hati meningkat.

Keton bersifat asam sehingga pH plasma turun

(Bilotta, 2012).

2. DM Tipe II

Merupakan penyakit hiperglikemia akibat

insensitivitas sel terhadap insulin. Kadar

insulin mungkins sedikit menurun atau berada

dalam rentang normal. Karena insulin tetap

dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka DM

tipe II dianggap sebagai non insulin dependent

diabetes mellitus. DM tipe II biasanya timbul pada

orang yang berusia lebih dari 30 tahun, dan

dahulu disebut sebagai diabetes awitan dewasa.

Pasien wanita lebih banyak daripada pria.

Penyebab DM tipe II

DM tipe II tampaknya berkaitan dengan

kegemukan. Selain itu pengaruh genetik, yang

menentukan kemungkinan seseorang mengidap

Page 44: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

penyakit ini, cukup kuat. Diperkirakan bahwa

terdapat suatu sifat geneti yang belum

teridentifikasi yang menyebabkan pankreas

mengeluarkan insulin yang berbeda, atau

menyebabkan reseptor insulin atau perantara

kedua tidak dapat berespons secara adekuat

terhadap insulin. Juga mungkin terdapat kaitan

genetik antara kegemukan dan rangsangan

berkepanjangan reseptor-reseptor insulin.

Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-

reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan

jumlah reseptor insulin yang terdapat di sel-

sel. Hal ini disebut downregulation. Mungkin pula

bahwa individu yang menderita DM tipe II

menghasilkan oto-antibodi insulin yang

berkaitan dengan reseptor insulin, menghambat

akses insulin ke reseptor, tetapi tidak

merangsag aktifitas pembawa. Individu tertentu

yang menderita DM tipe II pada usia muda dan

memiliki berat normal atau kurus tampaknya

mengidap diabetes yang erat kaitannya dengan

suatu sifat yang diwariskan.

Karakteristik DM tipe II

Individu yang mengidap DM tipe II tetap

menghasilkan insulin. Namun sering terjadi

kelambatan dalam sekresi setelah makan dan

berkurangnya jumlah total insulin yang

Page 45: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

dikeluarkan. Hal ini cenderung semakin parah

seiring dengan pertambahan usia pasien. Sel-sel

tubuh terutama sel otot dan adiposa,

memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang

terdapat dalam darah. Pemawa glukosa tidak

secara adekuat dirangsang dan kadar glukosa

darah meningkat. Hati kemudian melakukan

glukoneogenesis, serta terjadi penguraian

simpanan trigliserida, protein dan glikogen

untuk menghasilkan sumber bahan bakar

alternatif. Hanya sel-sel otak dan sel darah

merah yang terus menggunakan glukosa sebagai

sumber energi efektif. Karena masih terdapat

insulin, maka individu dengan DM tipe II jarang

hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk

menghasilkan energi dan tidak rentan terhadap

ketosis.

3. DM Gestasional

DM gestasional terjadi pada wnita hamil yang

sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50%

wanita pengidap kelainan ini akan kembali ke

status nondiabetes setelah kehamilan berakhir.

Namun, resiko mengalami DM tipe II pada waktu

mendatang lebih besar daripada normal.

Penyebabnya dianggap berkaitan dengan

peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen

dan hormon pertumbuhan yang terus menerus

Page 46: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

tinggi selama kehamilan. Hormon pertu nmbuhan

dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan

dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebihan

insulin seperti diabetes tipe II yang akhirnya

menyebabkan penurunan responsivitas sel.

Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek

anti insulin, misalnya perangsangan

glikogenolisis dan penguraian jaringan lemak.

Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan

hiperglikemia pada diabetes gestasional. Wanita

yang mengidap DM gestasional mungkin sudah

memiliki gangguan subklinis pengontrolan

glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul

(Brunner, 2005).

2.2.3 Gambaran klinis DM

1. Poliuria

2. Polidipsia

3. Rasa lelah dan lemah otot

4. Polifagia

5. Peningkatan angka infeksi diakibatkan

peningkatan konsentrasi glukosa di sekresi

mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan

aliran darah pada penderita diabetes kronis.

2.2.4 Perangkat Diagnostik

1. Pemeriksaan darah (ditemukan peningkatan

glukosa > 140 mg/ 100 ml pada dua kali

pengukuran terpisah)

Page 47: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

2. Pemeriksaan urin (glukosa dalam urin normalnya

nol)

3. Adanya keton dalam urin (terutama pada DM tipe

I yang tidak terkontrol)

4. Peningkatan Hb terglikosilasi

5. Uji toleransi glukosa yang melambat

2.2.5 Komplikasi akut

1. Ketoasidosis diabetes

2. Koma nonketotik hiperglikemia hiperosmolar

3. Efek somogyi

4. Fenomena fajar

2.2.6 Komplikasi jangka panjang

1. Terjadinya kerusakan di mikro maupun

makrovaskular sistem kardiovaskuler

2. Gangguan penglihatan

3. Kerusakan di ginjal

4. Kerusakan di sistem saraf perifer

2.2.7 Penatalaksanaan

1. Pemberian terapi insulin

2. Pendidikan dan kepatuhan terhadap diet

3. Program olahraga

4. Pemberian cairan

5. Intervensi farmakologis

6. Penggantian pulau langerhans

7. Insersi gen untuk insulin

2.3 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kista Ovarium

Page 48: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

2.3.1 PENGKAJIAN

Tanggal : Untuk mengetahui tanggal

pemeriksaan saat ini dan untuk

menentukan jadwal pemeriksaan

berikutnya.

Pukul : Untuk mengetahui waktu pemeriksaan

Tempat : Untuk mengetahui tempat pemeriksaan

Pemeriksa :Untuk mengetahui siapa yang

melakukan pemeriksaan atau memberikan

asuhan

No Register :Untuk memudahkan dalam mencari

riwayat kesehatan, kehamilan, atau

persalinan yang sebelumnya.

Data Subyektif

Data Subjektif adalah data yang didapat

berdasarkan persepsi klien tentang masalah

kesehatan mereka. Sumber data pengkajian dapat

berasal dari anamnesa klien, keluarga dan orang

terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan

medis, dan catatan lainnya

1) Biodata

Nama : Nama penderita dan suaminya ditanyakan

untuk mengenal dan memanggil penderita dan

tidak keliru dengan penderita lain

Umur : ibu yang menderita kista ovarium

kebanyakan berkisar pada usia 20-50 tahun

(Llywelyn, 2001)

Page 49: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Agama : hal ini ditanyakan untuk mengetahui

kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan

kesehatan pasien

Pendidikan : ditanyakan untuk mengetahui

tingkat intelektualnya, tingkat pendidikannya

dapat mempengaruhi sikap perilaku kesehatan

seseorang

Pekerjaan : untuk mengetahui taraf hidup dan

sosial ekonomi pasien agar nasehat yang akan

diberikan sesuai

Alamat : untuk mengetahui ibu tinggal

dimana, menjaga kemungkinan bila ada ibu yang

namanya sama

2) Keluhan utama

Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan oleh

pasien saat pengkajian baik fisik maupun psikis.

Keluhan-keluhan ibu dengan kista ovarium yaitu

siklus haid tidak teratur, dismenorhe yang

sampai mengganggu aktivitas, mual muntah seperti

orang hamil, keputihan, nyeri perut bagian

bawah, nyeri tekan / teraba benjolan,

menorhargi. Banyak kista ovarium tidak

menunjukkan gejala dan tanda, terutama kista

ovarium yang kecil, sebagian besar gejala dan

tanda akibat dari pertumbuhan, aktivitas

endokrin, atau komplikasi dari tumor-tumor

tersebut (Hollingworth, 2012).

Page 50: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Data yang pelu dikaji adalah penyakit yang

sedang diderita saat ini, gejala yang dirasakan,

sejak kapan dirasakan dan hal apa saja yang

telah dilakukan untuk mengatasinya, adakah

riwayat dan pengobatan menggunakan hormon

fertilitas. Penggunaan klomifen dan gonadotropin

dapat menyebabkan kista folikel multipel

(Llywelyn, 2001).

4) Riwayat Kesehatan Klien yang lalu

Data yang perlu dikaji antara lain: apakah

klien pernah menderita penyakit tumor, Apakah

klien pernah dioperasi, kapan, dimana dan dengan

alasan apa.

Perlu ditanyakan apakah penderita pernah

mengalami penyakit berat, atau penyakit

tuberculosis, penyakit jantung, penyakit ginjal,

penyakit darah, penyakit diabetes mellitus, dan

penyakit jiwa serta pengobatannya.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga pernah menderita

kanker atau penyakit serupa, Riwayat Alergi

makanan, obat, dingin, debu, dll.

6) Riwayat Menstruasi

Umur menarche, siklus menstruasi, lama,

banyak darah yang keluar, dysmenore, fluor

albus. Pada kista ovarium biasanya terjadi

Page 51: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

gangguan perdarahan antara lain dismenore,

amenorea, oligomenorea, atau menorhagi. Pada

umumnya kista ovarium tidak mengubah pola haid,

kecuali tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.

Hari pertama haid terakhir perlu ditanya untuk

memastikan apakah ada kehamilan atau tidak.

Seringkali terdapat pertumbuhan kista yang cepat

selama kehamilan.

7) Riwayat obstetri

Perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan

sebelumnya, apakah ada riwayat penggunaan hormon

pemicu kesuburan, cara persalinan terkait dengan

operasi pembedahan.

8) Riwayat perkawinan

Berapa kali menikah, lama usia perkawinan

dan umur pertama kali menikah.

9) Riwayat KB

Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penggunaan kontrasepsi terhadap

gangguan kesehatan klien. Data yang perlu dikaji

adalah alat kontrasepsi yang pernah digunakan,

berapa lama dan apakah ada komplikasi.

Peningkatan prevalensi kista ovarium fungsional

diperlihatkan pada wanita yang menggunakan

metode progesteron saja. Mc Cann dan Potter

(1994) menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi

Page 52: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

dengan kelanjutan pemakaian dan membaik jika POP

tidak lagi digunakan (Fraser, 2009).

10) Pola Aktivitas sehari- hari

Nutrisi

Kebiasaan konsumsi makanan dengan kadar lemak

tinggi sulit untuk dipecah sehingga

mengganggu aktivitas hormonal menyebabkan

kista endometrium.

Eliminasi

Ditanyakan frekuensi BAB dan BAK, apakah ada

kesulitan/ gangguan saat BAB dan BAK. Bila

kista terletak di depan uterus dan kandung

kemih menjadi tertekan sehingga dapat

mengakibatkan gangguan miksi, obstipasi juga

bisa terjadi bila pertumbuhan kista menekan

bagian usus besar.

Personal hygiene

Kebersihan tubuh merupakan salah satu hal

yang perlu diperhatikan. Kurangnya hiegene

dapat menyebabkan infeksi yang menghasilkan

duh dan menjadi kista pada organ genitalia

interna.

Istirahat

Page 53: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Untuk mengetahui berapa lama ibu bisa tidur

dengan nyenyak sehingga ibu dapat memulihkan

kembali tenaganya

Aktivitas

Kemampuan melakukan aktivitas menunjukkan

keparahan kista yang diderita dan terjadinya

komplikasi (ruptur, torsi).

Psikososial

Pada penderita penyakit kandungan seperti

mioma, kista, tumor, maupun kanker umumnya

kondisi psikologisnya mengalami gangguan

seperti rasa cemas, khawatir, takut yang

menyebabkan gangguan pola fungsi sehari-hari.

Hubungan seksual

Pada kasus penderita kista yang sudah menikah

salah satu gejalanya adalah rasa nyeri ketika

berhubungan seksual.

Data Obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Keadaan umum pada pasien

tergantung ada tidaknya komplikasi dari kista

ovarium.

TTV : suhu biasanya normal atau sedikit

meningkat. Denyut nadi bisa cepat. Tekanan

darah dan pernafasan dalam betas normal,

kecuali pada keadaan syok hipovolemik apabila

terdapat perdarahan intraperitonium yang

Page 54: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

hebat, maka sistole biasanya kurang dari 90

mmHg dan sistole < 60 mmHg, pernafasan >

30x/menit, nadi > 110x/menit.

2) Pemeriksaan fisik

Wajah (mata, bibir) : tidak pucat, jika

terdapat komplikasi anemia atau syok, maka

wajah biasanya menampakkan tanda klinis

anemia, yaitu pucat.

Abdomen : Indentifikasi adanya produk

kehamilan, massa abnormal. Nyeri tekan

unilateral dengan atau tanpa nyeri lepas,

rigiditas dan pengerasan menunjukkan adanya

proses yang terlokalisasi. Bising usus

biasanya normal. Jarang teraba massa lunak

pada palpasi abdomen (Hollingworth, 2012).

Genetalia : jika terjadi perdarahan tampak

keluar darah dari vagina , apakah ada

keputihan yang banyak, bau ataupun berwarna.

Ekstrimitas : Oedem/Tidak oedem

Pembesaran kista yang progresif bisa

menyumbat pembuluh getah bening inguinalis

sehingga menyebabkan odem pada kaki

Penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh

lymfe di panggul dapat menyebabkan edema

tungkai bawah.

Refleks patela kiri/kanan: +/+

Jika terjadi syok akral dingin

Page 55: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

3) Pemeriksaan penunjang

Laparoskopi : Untuk menentukan sifat dan

posisi tumor

USG transvaginal : Untuk mengetahui

Foto Rontgen : Untuk mengetahui adanya

hidrotoraks

Parasintesis : Untuk menentukan sebab

acites

Tes darah seperti CA125-ovarium tumor marker

test ataupun test kehamilan untuk mendeteksi

kehamilan anggur

2.3.2 Interpretasi Data Dasar

Menganalisa data dasar yang diperoleh pada

pengkajian data, mengintepretasikannya, sehingga

dapat merumuskan diagnosa dan masalah kebidanan,

serta kebutuhan. Papah dengan kista ovarium

2.3.3 Identifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Merupakan langkah asntisipasi sehingga dalam

memberikan asuhan kebidanan, bidan dituntut

untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul

dari kondisi yang ada/sudah terjadi. Dengan

mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial yang akan terjadi, bidan dapat

mencegah atau menghindari masalah/diagnose

potensial yang akan terjadi. Potensial

terjadinya ruptur dan torsi kista

Page 56: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

2.3.4 Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh

bidan untuk dikonsultasikan atau ditangani

bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai

dengan kondisi klien. Dalam rumusan ini termasuk

tindakan segera yang mampu dilakukan secara

mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

2.3.5 PERENCANAAN

1) Beritahu pasien dan keluarga hasil

pemeriksaan

R/: Ibu dan keluarga berhak mengetahui hasil

pemeriksaan, dengan mengerti tentang hasil

pemeriksaan, diharapkan ibu dan keluarga

dapat bersikap kooperatif.

2) Ciptakan rasa nyaman pada pasien dengan

membantu pasien berbaring di tempat tidur.

R/: Kenyamanan dan rasa tenang pasien akan

meningkatkan proses penyembuhan

3) Berikan dukungan psikologis pada ibu

R/: Psikologis yang baik mempemudah terapi

dan mempercepat proses penyembuhan

4) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk

penegakkan diagnosis kista ovarium dan

kebutuhan pemeriksaan laboratorium serta

penatalaksanaan DM.

Page 57: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

R/: Diagnosis dapat segera ditegakkan dan

penatalaksanaan dapat segera dilakukan sesuai

kebutuhan pasien.

5) Jelaskan kepada ibu dan keluarga mengenai

kista ovarium dan proses penatalaksanaan

terapi yang akan dijalani pasien

R/: Penjelasan yang mampu dimengerti oleh ibu

dan keluarga mengenai penyakit atau gangguan

yang sedang dideritanya saat ini dapat

membantu mengurangi kecemasan ibu dan

keluarga sehingga mampu bersikap lebih

kooperatif dalam menjalani penatalaksanaan

6) Observasi kondisi vital pasien

R/: apabila terjadi penurunan keadaan umum

bisa segera tertangani

7) Berikan asuhan persiapan pre opp pada pasien

kista sesuai dengan prosedur rumah sakit dan

advis dokter

- Berkolaborasi dengan petugas OK untuk

ketersediaan tempat dan jam operasi

- Berkolaborasi dengan petugas apoteker

untuk kesiapan dan ketersediaan obat

- Berkolaborasi dengan petugas anestesi

- Berkolaborasi dengan dokter untuk

penatalaksanaan pasien pro opp

- Inform consent pada pasien tindakan yang

akan dilakukan

Page 58: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

- Berikan dukungan psikologis pada pasien

- Pengosongan rectum menggunakan laksantif

sesuai advice dokter, Gastrol Oil sesuai

sediaan dan Dulcolac 2 kapsul secara

suppositoria

- Puasakan pasien dari makanan padat selama

12 jam dan minum cairan 8 jam sebelum

tindakan pembedahan,

- Pemasangan infus dan Dauer Catether

- Pencukuran rambut pubis daerah genetalia

eksterna maupun rambut daerah dinding

perut.

- Pastikan kembali kesiapan kamar operasi

dan ketersediaan obat

- Memastikan kembali kondisi pasien sebelum

operasi

8) Berikan asuhan post opp sesuai dengan

prosedur rumah sakit dan advis dokter

- Terima telfon dari OK untuk menjemput

pasien post opp

- Perrsiapkan mobile bed yang akan digunakan

untuk menjemput pasien

- Pastikan identitas pasien dengan benar

- Pastikan tanda vital dan kondisi pasien

sudah siap untuk dipindahkan dari OK ke

ruang perawatan

Page 59: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

- Antarkan pasien ke ruang perawatan dengan

prinsip pasien safety

- Pantau kesadaran, tanda-tanda vital,

intake dan output,

- Berikan kenyamanan posisi,

- Berikan tekhnik ambulasi dini atau latihan

fisik post laparotomi seperti: batuk-

batuk, nafas dalam, menggerakkan otot-otot

kaki, otot bokong, latihan alih baring dan

turun dari tempat tidur,

- Pemberian obat sesuai advice dokter,

- Pemberian diit yang sesuai kerjasama

dengan ahli gizi,

- Perawatan luka operasi secara steril

2.3.6 IMPLEMENTASI

Sesuai dengan intervensi dan keadaan pasien

2.3.7 EVALUASI

Langkah terakhir proses managemen kebidanan dan

merupakan tindakan pengukuran antara

keberhasilan dari rencana tujuan

Page 60: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA “ NY S” DENGAN KISTOMA OVARII

No. Register : 488211

Tanggal pengkajian : 9-9-2013

Waktu : Jam 09.00 wib

Tempat : Ruang Nifas Shofa II RSU Haji

Oleh : Chalimah Candra Dewi/011112095

I. DATA SUBYEKTIF

1. Identitas :

Nama : Ny S

Umur : 43 tahun.

Suku : Jawa.

Agama : Islam.

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Manyar Sabrangan

2. Keluhan saat ini : Nyeri tekan dan kram pada perut

bagian kiri bawah perut seperti ditusuk tusuk

3. Riwayat Penyakit Klien

Ibu mulai merasakan nyeri dan kram pada perut

menjalar sampai ke punggung sejak 1 bulan terakhir,

nyeri hilang timbul dan dirasakan makin lama makin

Page 61: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

sakit dan saat ini ibu menderita Diabetes Melitus

terkontrol sejak 5 tahun yang lalu. Ibu pernah

didiagnosa kista fingsional sbelah kiri sejak bulan

januari 2013 dan memeriksakan diri secara rutin di

poli kandungan RSU Haji, setelah ditunggu dan

mendapatkan terapi hormonal selama 3-4 bulan kista

mengecil dan tidak menimbulkan gejala.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Adik kandung perempuan menderita kista ovarium,

bapak kandung menderita diabetes dan hipertensi

5. Riwayat Menstruasi

Tidak pernah mengalami keputihan, Sejak ganti kb

suntik menjadi pil jumlah darah haid semakin sedikit

dan menstruasi menjadi sakit.

6. Riwayat obstetri

I 3500gr SC di RSU Haji th 1996 ♂ hidup usia 17

tahun, tidak ada penyulit masa nifas, ASI

eksklusif,

II 3400gr Vakum di RSU Haji♀ , anak hidup usia 13

tahun, tidak ada penyulit masa nifas, ASI Eksklusif

6 bulan,

7. Riwayat perkawinan

Ibu kontak seksual pertama kali saat usia 25 tahun.

Saat ini ibu sudah menikah 1x selama 18 tahun.

8. Riwayat KB

Page 62: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Ibu menggunakan KB suntik 3 bulan selama 5 tahun

setelah kelahiran anak pertama, kemudian menggunakan

suntik 3 bulan lagi selama 12 tahun setelah anak

kedua

9. Pola Fungsional Kesehatan

Nutrisi

Ibu makan 1-2 kali sehari dengan menu sehat,

jarang mengkonsumsi makanan yang cepat saji dan

berpengawet, semenjak terdiagnosa sakit kencing

manis ibu tidak terlalu suka nasi. Nafsu makan

ibu menurun sejak menderita penyakit kista.

Eliminasi

Sejak 1 tahun terakhir mengeluh saat buang air

kecil terasa tidak tuntas dan sangat sering BAK.

BAB normal 1 hari sekali konsistensi padat.

Personal hygiene

Sering ganti celana dalam bila trasa lembab, dan

sering ganti pembalut bila sudah terasa tidak

nyaman minimal 2x per hari. Cebok dari depan ke

belakang menggunakan air bersih.

Istirahat

Isirahat tidur di malam hari 5-6 jam, jarang

tidur siang. Sejak menderita penyakit ini ibu

menjadi susah tidur malam.

Aktivitas

Page 63: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Aktivitas sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah

tangga.

Psikososial

Ibu merasa takut dan khawatir terhadap penyakit

yang dideritanya saat ini.

Hubungan seksual

Tidak ada keluhan dalam hubungan seksual.

II. DATA OBYEKTIF1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : compos mentis, baik.

TTV : 110/80 mmHg, N: 88x/mnt, Suhu: 36,5

derajat celcius

BB; 67,5 kg TB: 145 cm

2) Pemeriksaan fisik

Wajah (mata, bibir) : konjungtiva merah,

mulut kemerahan, bibir lembab, gigi ada yang

tanggal di belakang, tidak ada karies.

Abdomen : ada bekas luka operasi sc, tidak

teraba benjolan, terdapat nyeri tekan pada

bagian kiri bawah.

Genetalia : tidak ada perdarahan, fluxus,

atau keputihan.

Ekstrimitas Atas : Oedem/Tidak oedem

Bawah : tidak ada odem dan varises

3) Pemeriksaan penunjang

Hasil Lab darah dan urin (9/9/2013)

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Page 64: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Hematologi Darah lengkapHbLekositTrombositHematokritFH (RI)PPTINRAPTTKimia KlinikGDABUNCREATININ SERUMSGOTSGPTALBUMINK/NA/CLKaliumNatriumChlorida

11,09,620336,00032,5

9,8 C:12,20,8823,2 C: 27,2

86151,213233,7

4,5132111

13,4-17,74.300-10.300150.000-400.00040-47 %

11-14 dtk0,64-1,175-40 dtk

50-14010-20<1,2<38<413,7-5,6

3,8-5,5136-14497-103

USG tanggal 18 Februari 2013 : Cavum Uteri

Normal, Di ovarium sinistra ada massa hypochore

kistik 56x33 mm

Foto Thorax (14-8-2013): Cor Normal, Pulmo

tidak tampak ada pembesaran, tulang dan soft

tissue normal

USG tanggal 15-8-2013: ovarium sinistra ada

massa hypochore kistik 88x76 mm

III.ANALISA DATA

P2002 pro opp laparotomi kista ovarium dan DM dengan

cemas

Page 65: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

IV.PENATALAKSANAAN

Tgl/Jam

Tindakan TT

9/9/1

3

21.00

22.00

23.30

03.00

04.00

1) Mendampingi bidan jaga memberitahukan

kondisi ibu dan keluarga sesuai hasil

pemeriksaan bahwa ibu menderita kista

ovarium dan akan dilakukan operasi

laparotomi, sehingga harus menjalani

prosedur persiapan operasi

E/ Ibu mengerti dan bersedia menjalani

prosedur pre operasi dari rumah sakit

2) Mengikuti bidan jaga memberikan inform

consent tentang prosedur pro opp yang

akan dijalani ibu

E/ ibu mengerti penjelasan yang diberikan

3) Memberikan support psikologis dan

dorongan agar ibu tenang dengan berdoa

dan berserah diri agar proses operasi

besok dan persiapan operasi malam ini

berjalan dengan lancar

E/ Ibu merasa lebih tenang

4) Membantu ibu meminum obat laksantif

(Gastrol Oil) 1 sediaan dan 2 kapsul

Dulcolac secara suppositoria

E/ Obat sudah diminum dan dulcolac

terpasang

S: Ibu lemes, mual dan muntah

Page 66: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

06.00

O: TD 120/80 mmHg N: 80x/mnt RR:20x/mnt S:

365C

A: P2002 pro opp laparotomi kista ovarium dan

DM

P: 1). Konsultasi dengan dokter pasang

venvlon, injeksi ranitidin 1 ampul dan

metoclopramid 1 ampul

2) Sarankan ibu untuk makan bubur lunak

agar memulihkan kondisi sebelum operasi

3) Membantu ibu untuk skirent/mencukur bulu

kemaluan

E/ Skirent sudah dilaksanakan dan obat

lavement sudah masuk

4) Memberitahukan ibu agar ibu mulai puasa

untuk persiapan operasi

E/ Ibu bersedia mulai puasa

5) Melakukan observasi keadaan umum ibu

E/ TD: 120/80 mmHg RR: 20x/mnt S: 360C

N;72x/mnt

6) Memasang infus dan kateter

E/ Infus dan kateter terpasang dengan

baik

Data Penunjang (10/09/13)

Pukul 14.00-17.00 Pasien di kamar operasi

Pukul 17.05 10/9/13

S: KU Baik, Luka Opp tidak ada keluhan, sadar (+),

puasa (+), flux sedikit

Page 67: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

O: TD: 120/70mmHg N: 88x/mnt RR: 20x S:

363C

Advis Dokter

- Infus RDS:RD5 (3:2)/24 jam

- Injeksi Antrain 4x1 amp

- Fentolyn 100mg drip inf I,II,III

- Injeksi alinamin, Vit C, Ketorolac 3x1 amp

- Injeksi Kalmex 3x500mg

- Balance cairan

- Cek DL HB

A: P2002 Post Laparotomi Kistektomi dan Myomektomi

P: 1. Jam 17.05 Pasien diambil dari OK oleh bidan

setelah mendapatkan konfirmasi melalui telepon

oleh petugas di OK.

Gambaran pasien post op: Kesadaran: mengantuk, S:

36C, N: 70x/mnt T:110/70mmHg, RR:

18x/mnt N:76x/mnt, t.a.k

2. Berikan injeksi obat sesuai advis dokter

J 23.00 injeksi antrain

J 23.00Inf D5+fentolin100mg

J 01.00 inj alinamin, vit c, ketorolac, transamin

J 05.00 Inj antrain

3. Observasi Balance Cairan

CM=CK+500cc

=1500+1300

= +200

Page 68: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

4. 11/9/13 J 06.00 Observasi tanda-tanda vital dan luka

jahitan

TD: 120/80mmHg, N: 80x/mnt S: 365C, pasien flatus,

Lab 11/9/13 HB: 11g%

5. Aff Infus dan DC J.08.00 oleh bidan

6. Diit bubur lunak TKTP

7. 11/9/13 J 14.00 Memberikan obat oral as mef 3x500mg,

Amox 3x500mg, SF 3x1 tab

Catatan Perkembangan Hari I

Tgl/

Jam

Tindakan TT

11/9/1315.00

15.00

15.30

S : Ibu merasa lega sudah operasi, luka

operasi terasa nyeri

O: K/U Baik Kesadaran:

Compos mentis

TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt N: 88x/mnt S:

362C

A: P2002 Post Laparotomi Kistektomi dan

Myomektomi (10/9/13 jam 17.00) hari I +

DM, dengan luka jahitan merembes

P :

1. Menjelaskan pada ibu tentang nyeri yang

dirasakan

2. menyarankan ibu untuk menjaga bekas luka

tetap kering dan bersih serta melakukan

mobilisasi agar peredaran darah pada luka

operasi lancar sehingga proses

Page 69: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

18.00

penyembuhan berjalan baik

3. Memberikan rasa nyaman ibu dengan

membantu personal hygiene

4. Membantu ibu merawat luka operasi dengan

ganti perban,

5. Menjelaskan pada ibu untuk makan makanan

tinggi protein agar mempercepat

penyembuhan bekas luka jahitan

6. Kolaborasi dengan dokter pemberian

medikasi secara per oral yaitu asam

mefenamat 500mg, sulfas ferosus 30mg, dan

Amoxsisilin 500mg.

7. Memantau kondisi umum ibu TD: 120/80

mmHg, N: 88x/mnt, RR: 24x/mnt, S: 369C

Catatan Perkembangan Hari ke 2Tgl/

Jam

Tindakan TT

12/9/1315.00

15.00

S : luka operasi masih agak nyeri

O: K/U Baik Kesadaran:

Compos mentis

TD: 120/80 mmHg RR: 24x/mnt N: 88x/mnt S:

362C

A: P2002 Post Laparotomi Kistektomi dan

Myomektomi (10/9/13jam 17.00) hari II +

DM, luka jahitan merembes sedikit bagian

Page 70: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

15.30

18.00

bawah

P :

1. Menyarankan ibu untuk menjaga bekas luka

tetap kering dan bersih dan tetap

melakukan mobilisasi agar peredaran darah

pada luka operasi lancar sehingga proses

penyembuhan berjalan baik

2. Memberikan rasa nyaman ibu dengan

membantu membersihkan tempat tidur dan

membantu menyediakan air hangat untuk

seka/mandi sore.

3. Membantu ibu meraawat luka, menjelaskan

pada ibu untuk makan makanan tinggi

protein agar mempercepat penyembuhan

bekas luka jahitan

4. Kolaborasi dengan dokter pemberian

medikasi secara per oral yaitu asam

mefenamat 500mg, sulfas ferosus 30mg, dan

Amoxsisilin 500mg.

5. Memantau kondisi umum ibu TD: 110/80

mmHg, N: 84x/mnt, RR: 24x/mnt, S: 366C

Catatan Perkembangan Hari ke 3

Tgl/

Jam

Tindakan TT

13/9/13

S : tidak ada keluhan

O: K/U Baik Kesadaran:

Page 71: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Compos mentis

TD: 110/80 mmHg RR: 24x/mnt N: 78x/mnt S:

36C

A: P2002 Post Laparotomi Kistektomi dan

Myomektomi + DM (10/9/13jam 17.00) hari III,

luka jahitan kering

P :

1. Menyarankan pasien untuk meminum obat

dari rumah sakit sampai habis

2. Memberitahukan pasien agar menjaga

kebersihan luka operasi

3. Menyarankan pasien untuk datang kontrol

jahitan bekas luka operasi 5 hari lagi

yaitu tanggal 16 September 2013 di poli

kandungan

4. Pasien pulang jam 10.00WIB

Page 72: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari tinjauan teori dan tinjauan

kasus yang telah dibahas pada Bab II dan Bab III, maka

dapat dibahas antara lain :

Pada tinjauan kasus, keluhan yang terjadi pada ibu

adalah nyeri perut bagian kiri bawah seperti ditusuk-

tusuk, nyeri tekan, pembesaran perut, menstruasi tidak

teratur dan hanya flek. Penyebab kista yang dialami

oleh pasien tidak bisa diputuskan secara pasti, namun

dari hasil anamnesa ibu pernah menggunakan alat KB

progesteron selama 12 tahun. Menurut teori yang

dikemukakan (Frasser 2009), penggunaan kontrasepsi

berupa progesteron saja dalam jangka panjang dapat

memicu terjadinya kista ovari fungsional.

Pada tinjauan kasus, diagnosa yang dapat

ditegakkan adalah paritas P dengan kista ovarium dan

DM. Sebelumnya pernah ditemukan riwayat kesehatan ibu

pernah menderita kista ovarium fungsional ditunjukkan

dengan hasil USG ukuran kista dalam batas normal yaitu

56 mm x 33 mm, sejak bulan Januari 2013 dan sudah

mendapatkan terapi hormonal, sampai akhirnya kista

tidak menimbulkan gejala. Pada bulan Agustus keluhan

nyeri perut dan nyeri tekan muncul lagi dan setelah

mendapatkan pemeriksaan USG didapatkan kista ovarium

kembali muncul dengan ukuran 88 mm x 76mm. Menurut

Page 73: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

teori apabila ukuran kista >5cm selang waktu observasi

2-3 bulan mengalami peningkatan dan pertumbuhan maka

penatalaksanaan yang dipertimbangkan adalah operatif

dengan kistektomi atau salpingo oovorektomi. Dengan

demikian apabila pernah didiagnosis kista

fungsional/non neoplastik yang teratasi tetap perlu

diwaspadai akan adanya rekurensi kejadian kista di masa

mendatang.

Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan

hasil GDA 86 atau dalam batas normal (gula darah

terkontrol), karena ibu mempunyai riwayat Diabetes maka

pengelolaan diit dikolaborasikan dengan ahli gizi

sesuai diit untuk penderita diabetes.

Page 74: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Dari kasus P2002 tahun dengan kista ovarium + DM

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Kista ovarium (atau kista indung telur) adalah

kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil,

yang terletak di indung telur (ovarium). Penyebab

dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan

dari bahan-bahan yang bersifat karsinogen berupa zat

kimia, polutan, hormonal dan lain-lain. Menurut

teori yang dikemukakan (Frasser 2009), penggunaan

kontrasepsi berupa progesteron saja dalam jangka

panjang dapat memicu terjadinya kista ovari

fungsional.

Pada kasus ini ibu sebelumnya pernah mengeluh

nyeri pada perut dan didiagnosa menderita kista

ovarium fungsional pada bagian kiri bulan Januari

2013 serta sempat mendapatkan terapi hormonal dari

dokter di rumah sakit. Setelah itu tidak dijumpai

pembesaran abnormal, hingga pada bulan Agustus

ditemukan gejala nyeri yang sama seperti gejala

awal. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan

ditemukan kista ovarium dengan ukuran yang lebih

besar sehingga memerlukan tindakan operasi. Dengan

demikian diperlukan pengawasan yang lebih intensif

Page 75: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

pada penderita dengan riwayat kista ovarium

fungsional sebab bisa mengarah pada keganasan. Dalam

hal ini kesadaran pasien untuk melakukan kontrol

rutin dan deteksi dini juga perlu ditingkatkan.

Penatalaksanaan kasus kista ovarium yang disertai

dengan penyakit Diabetes perlu dikolaborasikan

dengan dokter, dalam kasus diatas diabetes yang

dialami ibu sudah terkontrol sebab ibu secara rutin

memeriksakan dirinya dan sudah mendapatkan medikasi

peroral untuk mempertahankan gula darahnya tetap

normal. Dengan demikian penatalaksanaan yang

dilakukan adalah mengkolaborasikan diit bersama ahli

gizi rumah sakit saja.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Petugas

Diharapkan pelayanan kesehatan dapat

memberikan sosialisasi tentang deteksi dini

kista ovarium agar tidak mengarah pada

keganasan dan apabila ditemukan kasus dapat

segera teratasi

Diharapkan petugas mempunyai pengetahuan

dan kemampuan yang cukup untuk dapat

melakukan tindakan secara intensif dan

kooperatif

5.2.2. Bagi Klien dan Keluarga

Page 76: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

Diharapkan ibu dan keluarga meningkatkan

kewaspadaan dan kesadaran terhadap kista

ovarium dengan melakukan deteksi dini,

mengenali tanda gejala, serta melakukan

kontrol secara rutin.

Page 77: LAPORAN PENDAHULUAN2 Repaired

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Kista Ovarium.http://www.scribd.com/doc/25955247/kista-ovarium

Bilotta, Kimberli, 2012. Kapita Selekta Penyakit: DenganImplikasi Keperawatan, Ed. 2. Jakarta: EGC

Bruner, S. 2005. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth editionIB. Lippincott Company. Philadelphia

Fraser, D.2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC

Hollingworth., T. Diagnosis Banding dalam Obstetri danGinekologi. Jakarta: EGC

Liewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar obstetri danginekologi. Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.

Mansjoer, Arif. 2005. Kapita selekta kedokteran. Jakarta :Aesculapius.

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu kebidanan, penyakitkandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan.Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : PTBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, AB 2006. Buku acuan nasional onkologi ginekologi.Cetakan pertama. Jakarta : PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo