LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAMDI
RSJ Prof.Dr. SOEROJO, MAGELANGDisusun Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Praktek Klinik Stase JiwaDosen Pengampu: Christin wiyani,
S.Kep., Ns., MSN
Disusun Oleh :Nama: Zaien UkhrawiNIM: 14160110
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERSFAKULTAS ILMU
KESEHATANUNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA2015LEMBAR PENGESAHANLAPORAN
PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN WAHAM
DisusunOleh :Nama: Zaien UkhrawiNIM: 14160110
Mengetahui :
Pembimbing Klinik PembimbingAkademik
( )( )
Mahasiswa
()
WAHAMA. PENEGERTIANWaham adalah suatu keyakinan yang tidak
rasional (tidak masuk akal, meskipun telah dibuktikan secara
obyektif bahwa keyakinan tersebut tidak rasional, namun penderita
tetap meyakini kebenarannya. (Hawari,2006).Waham adalah suatu
kepercayaan yang terpaku dan tidak dapat dikoreksi atas dasar fakta
dan kenyataan, tetapi harus dipertahankan bersifat patologis dan
tidak terkait dengan kebudayaan setempat. (Yosep, 2007).Waham
adalah suatu keyakinan yang salah dipertahankan secara kuat atau
terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, dkk,
2010).Jadi waham adalah suatu keyakinan yang salah yang tidak
sesuai dengan faktanya, namun tetap dipertahankan secara
terus-menerus.
B. TANDA DAN GEJALAMenurut Yosep (2007), klien dengan waham
sering menunjukkan adanya 1. Data Subyektifa. Mengatakan perasaan
tidak aman, merasa takutb. Mengungkapkan ide-ide yang salahc.
Mengeluh cems dan khawatir2. Data Obyektifa. Ketidakmampuan
berkonsentrasib. Kewaspadaan yang berlebihc. Kelainan rentang
perhatian atau distraktivitasd. Ketidaktepatan intrepretasi
lingkungane. Kelainan kemampuan mengambil keputusan, menyelesaikan
masalahf. Ketidakmampuan berfikir abstrak atau konseptualisasi dan
berhitungg. Menunjukkan perilaku sosial yang tidak sesuaih. Klien
sering menolk hubungan dengan orang waham kebesaran, pembicaraan
logorrhea, inkoheren dan kadang fligh of ideai. Menunjuk perilaku
atau berdandan identik dengan isi wahamnya
C. PENYEBAB 1. Faktor Predisposisia. Biologis 1) Latar Belakang
Genetik Adanya riwayat keturunan Riwayat janin pada saat prenatal
Neurobiologis: adanya gangguan pada korteks pre prontal dan korteks
limbic Nuerotransmiter: abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan
glutamate.2) Status NutrisiAdanya riwayat status nutrisi yang jelek
KEP dan malnutrisi.3) Keadaan Kesehatan Secara UmumKurang tidur,
gannguan irama sirkadian, lethargi, riwayat infeksi, riwayat
aktivitas,dan inisiatif mencari pelayanan kesehatan.4) Sensivitas
Biologis Riwayat penggunaan obat, infeksi dan radiasi.5) Paparan
Terhadap RacunVirus influenza pada trimester I dan II, Gas CO,
asbestos.b. Psikologis1) IntelegensiRiwat kerusakan pada korteks
pre prontal dan korteks limbic serta gangguan sikulasi oksigen dan
glukosa ke otak.2) Keterampilan Verbal Komunikasi tertutup,
komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi peran ganda, gagap.
Riawayat adanya stroke, trauma kepala dan infeksi.3) MoralRiwayat
tinggal di lingkungan broken home, seperti asuhan, panti sosial,
pesantren, biara dan lapas.4) KepribadianMudah kecewa, putus asa,
tidak mampu mebuat keputusan, menutup diri, cemas yang tinggi.5)
Pengalaman Masa LaluTrauma, teraniaya, orangtua otoriter, brokem
home dan pilih kasih.6) Konsep DiriIdeal diri yang tidal realitas,
HDR, identitas tidak jelas, krisis peran dan gambaran diri
negative.7) MotivasiKurangnya penghargaan dan riwayat kegagalan.8)
Pertahan PsikologisRiwayat koping tidak efektif dan gangguan
perkembangan.9) Self KontrolTidak mampu berkonsentrasic. Sosio
budaya1) UsiaRiwayat tugas perkembangan yang tidak selesai.2)
GenderRiwayat ketidakjelasn identitas dan adanya kegagalan peran
gender.3) PendidikanRiawayat pendidikan yang rendah, riwayat putus
dan gagal sekolah.4) PendapatanRiwayat penghasilan yang rendah dan
tidak ada kemandirian.5) PekerjaaanRiwayat pekerjaan dengan
stressful dan resiko tinggi.6) Status SosialRiwayat tunawisma dan
terisolasi7) Latar Belakang BudayaNilai-nilai dan budaya yang
bertentangan dengan nilai kesehatan.8) Agama dan KeyakinanSifat
religi dan keyakinan yang berlebihan atau kurang.9) Keikutsertaan
Dalam PolitikGagal dalam berpolitik
10) Pengalaman SosialBencana alam, kerusuhan, tekanan dalam
pekerjaan, sulit mendapat pekerjaan.11) Peran SosialStigma
negative, diskriminasi, dan praduga negative (TIM Keperawatan Jiwa,
2013).2. Faktor Presipitasia. Faktor Biologis1) Latar Belakang
Genetik Adanya riwayat keturunan, gangguan pada janin
Nuerobiologis: adanya gangguan pada korteks pre prontal, korteks
limbic, dan neurotransmitter: abnormalitas pada dopamine,
serotonin, dan glutamate.2) Status NutrisiStatus nutrisi yang
jelek: KEP dan malnutrisi.3) Keadaan Kesehatan Secara UmumKurang
tidur, gannguan irama sirkadian, lethargi, riwayat infeksi, riwayat
aktivitas,dan inisiatif mencari pelayanan kesehatan.4) Sensivitas
BiologisRiawayat penggunaan obat, infeksi, radiasi, dan terpapar
racun.b. Faktor Psikologis 1) IntelegensiRiwat kerusakan pada
korteks pre prontal dan korteks limbic serta gangguan sikulasi
oksigen dan glukosa ke otak.2) Keterampilan VerbalKomunikasi
tertutup, komunikasi dengan emosi berlebihan, komunikasi peran
ganda, gagap dan riwayat adanya stroke.3) MoralRiwayat tinggal di
lingkungan broken home, seperti asuhan, panti sosial, pesantren,
biara dan lapas.4) KepribadianMudah kecewa, putus asa, tidak mampu
mebuat keputusan, menutup diri, cemas yang tinggi.c. Sosial
budaya1) PekerjaanRiwayat pekerjaan dengan stressful dan resiko
tinggi.2) Pengalaman SosialBencana alam, kerusuhan, tekanan dalam
pekerjaan, sulit mendapat pekerjaan (TIM Keperawatan Jiwa,
2013).
D. RENTANG RESPON
E. AKIBATAdanya gangguan isi pikir waham dapat berisiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan (perilaku
kekerasan). Waham dapat mengalami kelainan dalam rentang perhatian
(distrakbilitas) dan ketidaktepatan intrepretasi lingkungan serta
kemampuan untuk berkonsentrasi sehingga berdampak pada munculnya
masalah keperawatan defisit perawatan diri. Akibatnya yang lain
dapat terjadi jika waham ini tidak diatasi adalah terganggunya
hubungan sosial adalah orang lain. Akibat kewaspadaan yang berlebih
dan perilaku sosial yang tidak sesuai sehingga jika tidak diatasi
dapat menimbulkan masalah keperawatan isolasi sosial yang jika
berlanjut dapat menimbulkan halusinasi yang isinya sesuai dengan
waham klien.
F. PSIKOPATOLOGISProses terjadinya waham dapat diuraikan sebagai
berikut ;1. seseorang merasa terancam oleh orang lain atau oleh
dirinya sendiri, mempunyai pengalaman kecemasan dan timbul perasaan
bahwa sesuatu yang tidak menyenangkan akan terjadi.2. Seseorang
kemudian berusaha terhadap persepsi diri dan obyek realita melalui
manifestasi, lisan terhadap suatu kejadian atau suatu keadaan.3.
Dilanjutkan dengan memperoykesikan pikiran dan perasaaan
lingkungannya, sehingga pikiran, perasaan, dan keinginan yang
negatif, dan tidak dapat diterima akan terlihat datangnya dari
dirinya.4. Akhirnya orang tersebut berusaha untuk memberikan alasan
atau rasional tentang interpretasi personal ( diri sendiri )
terhadap realita kepada diri sendiri dan orang lain.
G. POHON MASALAH
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMADiagnosa utamanya adalah perubahan
isi pikir : waham.
I. PENATALAKSANAANMenurut Harnawati (2008) penanganan pasien
dengan gangguan jiwa waham antara lain :1. Psikofarmakologia.
Litium Karbonat Litium Karbonat adalah jenis litium yang paling
sering digunakan untuk mengatasi gangguan bipolar, menyusul
kemudian litium sitial. Sejak disahkan oleh Food and Drug
Administration (FDA). Pada 1970 untuk mengatasi mania akut litium
masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan
bipolar. Meski demikian, efek samping yang dilaporkan pada gangguan
litium cukup serius. Efek yang ditimbulkan hampir serupa dengan
efek mengkonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi
air, dan konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunaan obat ini
harus dilakukan tes darah secara teratur untuk menentukan kadar
litium. Indikasi : Mengatasi episode waham dari gangguan bipolar.
Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat
litium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas
serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania. Dosis : Untuk
tablet atau kapsul immendiate rease biasanya diberikan 3 dan 4 kali
sehari, sedangkan tablet controlled release diberikan 2 kali sehari
interval 12 jam. Pemberian dosis litium harus dilakukan hati-hati
dan individual, yakni berdasarkan kadar dalam serum dan respon
klinis. Untuk menukar bentuk tablet dari immediate release maka
diusahakan agar dosis total harian keduanya tetap sama. Efek
Samping : Insiden dan keparahan efek samping tergantung pada kadar
litium dalam serum. Adapun efek yang mungkin dijumpai pada awal
terapi. Misalnya tremor ringan pada tangan, poliuria nausea, dan
rasa haus. Efek ini mungkin saja menetap selama pengobatan.b.
HaloperidolHaloperidol merupakan obat antipsikotik (mayor
tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon. Mekanisme kerjanya
yang pasti tidak diketahui. Indikasi : Haloperidol efektif untuk
pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering
membangkang an eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan
jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas
motorik berlebih disertai kelainan tingkah laku seperti :
impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati yang
labil dan tidak tahan frustasi. Dosis : DewasaGejala sedang :
0,5-2mg, 2 atau 3 kali sehariGejala berat : 3-5mg, 2 atau 3 kali
sehariUntuk mencapai diperlukan dosis control yang cepat,
kadang-kadang diperlukan dosis yang lebih tinggi. Pasien usia
lanjut atau labil :1/2-2 mg, 2 atau 3 kali sehari. Pasien yang
tetap menunjukkan gejala yang berat atau adekuat perlu disesuaikan
dosisnya. Dosis harian sampai 100mg mungkin diperlukan pada
kasus-kasus tertentu untuk mencapai respon optimal. Jarang sekali
haloperidol diberikan dengan dosis diatas 100mg untuk pasien berat
yang resisten. Efek SampingGejala ekstrapiramidal, diskinesia
Tardif, distonia tardif, gelisah, cemas, perubahan pengaturan
temperature tubuh, agitasi, pusing. Depresi, lelah, sakit kepala,
mengantuk, bingung, vertigo, kejang.2. Penarikan Diri, High
PotensialSelama seseorang mengalami waham. Dia cenderung menarik
diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan
dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena
itu, salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri
high potensial. Hal ini berarti penatalaksanaannya ditekankan pada
gejala dari waham itu sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang
berkaitan dengan kecanduan morfin biasanya dialami sesaat sebelum
waktu yang dijadwalkan berikutnya, penarikan diri dari lingkungan
sosial.3. ECT Tipe KatatonikElectro Convulsive Terapi (ECT) adalah
sebuah prosedur dimana arus listrik melewati otak untuk memicu
kejang singkat. Hal ini tampaknya menyebabkan perubahan dalam
kimiawi otak yang dapat mengurangi gejala penyakit mental tertentu,
seperti skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala
yang parah atau jika obat-obatan tidak membantu meredakan katatonik
episode.4. PsikoterapiWalaupun obat-obatan penting untuk mengatasi
pasien waham, namun psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin
tidak sesuai untuk semua orang, terutama jika gejala terlalu berat
untuk terlibat dalam proses terapi yang memerlukan komunikasi dua
arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi perilaku,
terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.
J. FOKUS INTERVENSI1. Tindakan mandiriDiagnosa Keperawatan :
Wahama. Tujuan Umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi
verbal yang diakibatkan oleh wahamb. Tujuan Khusus :1) Klien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawatTindakan : Bina
hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan pyang tenang, buat
kontrak yang jelas, topik, waktu, dan tempat. Jangan membantah dan
mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien
saya menerima keyakinan anda, namun saya belum cukup bukti untuk
membuktikannya disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak
mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi
waham klien. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien berada
di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran, dan jangn
tinggalkan klien sendirian. Observasi apakah wahamnya mengganggu
aktivitas harian dan perawatan diri.2) Klien dapat mengidentifikasi
kemampuan yang dimilikiTindakan : Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan klien yang realistis. Diskusikan bersama klien kemampuan
yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis. Tanyakan
apa yang bisa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat
ini (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri). Jika
klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat
penting 3) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak
terpenuhiTindakan : Observasi kebutuhan klien sehari-hari
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di
rumah maupun di RS (rasa sakit, cemas, atau marah) Hubungkan
kebutuhan yang tidak terpenuhidan timbulnya waham Tingkatkan
aktivitas yng dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu
dan tenaga (buat jadwal jika mungkin) Atur situasi agar klien tidak
mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.4) Klien dapat
berhubungan dengan realitasTindakan : Berbicara dengan klien dalam
konteks realitas (diri, orang lain, tempat, dan waktu) Sertakan
klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas Berikan
pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.5) Klien
dapat menggunakan obat dengan benarTindakan : Diskusikan dengan
klien trntang nama obat, dosis, frekuensi, manfaat, dan efek
samping obat Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Anjurkan klien membicarakan manfaat dan efek samping oba yang
dirasakan Beri reinforcement positif jika klien minum obat dengan
benar.6) Klien dapat dukungan dari keluarga Tindakan : Diskusikan
dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham,
cara merawat klien di rumah Beri reinforcement atas keterlibatan
keluarga. 2. Tindakan modalitasa. Melibatkan pasien dalam terapi
aktivitas kelompok orientasi realitab. Melakukan terapi kognitif1)
Kuatkan pikiran kongruen klien. tolak pikiran untuk beragumen
dengan pikiran yang terintegrasi. Hadirkan kenyataan2) Berikan
pikiran yang sesuai dan buat batasan jika klien mencoba berespon
secara impulsive terhadap perubahan pikiran3) Bantu dan dukung
klien dalam usahanya untuk mengungkapkan secara verbal perasaan
ansietas, takut dan tidak aman4) Bantu klien untuk mencoba
menghubungkan keyakinan-keyakinan yang salah tersebut dengan
peningkatan ansietas yang dirasakan oleh klien5) Diskusikan
teknik-teknik yang dapat digunakan untuk mengobrol ansietas (misal
latihan nafas dalam, latihan-latihan relaksassi yang lain, teknik
berhenti berfikir)3. Tindakan kolaborasia. Memberikan obat-obatan
sesuai program pengobatan pasienb. Memantau keefektifan dan efek
samping obat yang diminum
K. JENISAdapun jenis-jenis waham menurut Keliat (2007) terbagi
atas beberapa jenis, yaitu:1. Waham agama : keyakinan klien
terhjadap suatu agama secara berlebihan diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.2. Waham kebesaran : klien
yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuatan
khusus diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.3. Waham somatic : klien meyakini bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya teganggu dan terserang penyakit, diucapkan beulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.4. Waham curiga : kecurigaan
yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien yakin bahwa ada
seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau
mencurigai dirinya, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.5. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya
sudah ridak ada di dunia atau sudah meninggal, diucapkan beulang
kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. 6. Waham bizara. Sisip
pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang dsisipkan di
dalam pikiran yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai
dengan kenyataanb. Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain
mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan
kepada orang tersebut, diucapkan beulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.c. Kontrol pikir : klien yakin pikirannya
dikontrol oleh kekuatan dari luar.
L. DAFTAR PUSTAKA1. Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan
Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksana
Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika2. Hartono, Y. 2007.
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika3. Keliat, dkk,
2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC4.
Keliat, B A. 2007. Buku Keperawatan Peran Serta Keluarga dalam
Perawatan Jiwa. Jakarta : EGC.5. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Refika Aditama.6. Stuart dan Suddent. 2005. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN : WAHAM
A. Kondisi KlienDS: Klien mengatakan bahwa dirinya adalah
pembawa kabar akhir zaman, mengetahui kapan terjadi nya kiamat:
Klien juga mengatakan selalu curiga kepada tetangganya, klien juga
mengatakan bahwa tetangganya itu berusaha untuk membunuh dia
pelan-pelan.DO : Klien nampak banyak bicara, bicara tangensial,
flight of ideas (berganti-ganti topik pembicaraan), afek tidak
jelas, kadang senang, kadang sedih, dan terkadang datar.B. Diagnosa
KeperawatanWaham Aneh
C. Tujuan Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:1)Pasien dapat
berorientasi pada realita secara bertahap2)Pasien dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya.3)Pasien mampu berinterksi dengan orang lain dan
lingkungannya.4) Klien menggunakan obat sesuai prosedur.
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan KeperawatanSP 1 Pasien :
Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, memeperaktikan cara
memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi.Orientasi:Selamat pagi
bapak, Saya Mahasiswa keperawatan yang akan merawat bapak Nama Saya
Zaien Ukhrawi, biasa dipanggil Zaien. Nama bapak siapa?Bapak Senang
dipanggil apa?Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak
saat iniBaiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa
yang bapak rasakan? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menitKerja:Apa yang bapak lakukan sekarang? ,
Bapak mengatakan bahwa diri bapak adalah seorang pembawa kabar
akhir zaman.Baik, saya menerima keyakinan bapak, tapi saya belum
mempunyai cukup bukti. Tadi bapak menagatakan bapak ada seorang
mengetahui akhir zaman, masihkah bapak mempunyai keyakinan itu?Baik
pak, kalau saya boleh tahu pembawa kabar akhir zaman itu seperti
apa, menurut saya tidak ada orang yang mengetahui datangnya kiamat,
bahkan nabi sekalipun?, Apakah bapak masih percaya hal tersebut?
Apa yang bapak lakukan seharian ini ? Baik bapak, apakah bapak
sudah memenuhi kebutuhan bapak seperti makan, mandi ?Bapak, makan
dan mandi itu penting untuk bapak, bagaimana kalo sekarang bapak
makan dan mandi ? Bagus sekali pak, nanti bapak bisa melakukan
kegiatan makan dan mandi setiap hariTerminasi:Bagaimana perasaan
bapak setelah makan dan mandi ? Baik pak, tadi kita sudah melakukan
makan yang benar dan mandi, sekarang kita buat jadwal latihan untuk
bapak ?Berapa kali bapak akan melakukan latihan ? Jam berapa ?.
Baik bapak, bagaimana besok kita bertemu lagi untuk mengajarkan
cara lain mengatasi waham ? Bapak ingin dimana ? Jam berapa ? Baik
pak saya permisi dulu, sampai jumpa besok.
SP 2 Pasien : Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
dengan membantu melatih kemampuan yang dimiki.Orientasi: Selamat
pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?Sesuai janji kita
kemarin hari ini saya akan latih cara kedua untuk mengontrol waham
dengan melakukan kemampuan yang bapak miliki. Kita akan latihan
selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?Kerja: Cara kedua untuk
mencegah/mengontrol waham yang lain adalah dengan melakukan kegiatn
yang bapak senangiCoba bapak ceritakan pada apa kegiatan yang bapak
senangi ? Baik pak, ternyata bapak senang menyanyi dan menari?
Bagiamana kalau sekarang kita bernyanyi dan menari? Bagus sekali
bapak suara dan tariannya bagus ? Baik pak bagaimana kalau kita
masukan ke jadwal latihan bapak ? Berapa kali bapak akan melakukan
latihan ? Jam berapa ?.
Terminasi:Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi
sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah waham itu?
Bagus, cobalah lakuakan kedua cara ini untuk mencegah waham.
Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu cara minum obat
yang benar ? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi
SP 3 Pasien : Memberikan pendidikan tentang penggunaan obat
secara teratur. Orientasi: Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan
bapak hari ini? Apakah sudah melakukan apa yang saya ajarkan
kemarin? Apakah saja dua cara yang telah kita pelajari kemarin ?
Bagus ! Bapak sudah melakuknya dengan baik.Sesuai janji kita, hari
ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah waham yaitu
mengajarkan cara minum obat yang benar. Mau di mana kita bicara?
Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana
kalau 30 menit? Baiklah.Kerja: Baik bapak ada berapa obat yang
bapak minum ? Jam berapa saja obat dimnum ? Bik pak, bapak harus
minum obat ini agar fikirn bapak menjadi tenang, Obatnya ada 3
macam yaitu yang berwarna orange namanya CPZ gunanya membuat bapak
tenang, obat warna putih jambu namanya THP gunanya membuat rileks,
obat warna merah jambu namanya HLP gunanya agar bapak menjadi lebih
tenang. Semuanya diminum 2 kali sehari jam 7 pagi, dan jam 7
malam.Terminasi: Bagaimana perasaan bapak setelah kita
bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah waham muncul ? Bagus
sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
waham. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan
harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya ? Hari ini cukup sekian,
2 jam lagi saya akan menemui bapak. Sampai jumpa.