Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK WS DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DIRUANG MELATI RSUD KARANGAYAR a. PENGERTIAN Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Bakteriuria bermakna adalah bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknnya bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik (Agus Tessy, 2001). Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang umumnya steril (Arif mansjoer, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Carwin, 2001 ). b. KLASIFIKASI Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: 1. Kandung kemih (sistitis) 2. Uretra (uretritis) 3. Prostat (prostatitis) 4. Ginjal (pielonefritis)
25

Laporan Pendahuluan Isk ch

Dec 28, 2015

Download

Documents

Rio Super

isk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Pendahuluan Isk ch

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK WS DENGAN INFEKSI

SALURAN KEMIH DIRUANG MELATI RSUD KARANGAYAR

a. PENGERTIAN

  Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan

mikroorganisme dalam urin. Bakteriuria bermakna adalah bakteriuria bermakna

menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming

units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi

klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknnya

bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna

simtomatik (Agus Tessy, 2001).

Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang

umumnya steril (Arif mansjoer, 2001).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,

terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Carwin, 2001 ).

b. KLASIFIKASI

Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:

1. Kandung kemih (sistitis)

2. Uretra (uretritis)

3. Prostat (prostatitis)

4. Ginjal (pielonefritis)

Infeksi Saluran Kemih (ISK), berdasarkan regionya dibedakan menjadi:

1. Infeksi Saluran Kemih Bawah

a. Perempuan :

sistitis, infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna

sindrom uretra akut, presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme

(steril)

b. Laki-laki

sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis.

2. Infeksi Saluran Kemih Atas

a. Pielonefritis Akut ( PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang

disebabkan infeksi bakteri. Dapat terjadi melalui infeksi hematogen.

Page 2: Laporan Pendahuluan Isk ch

b. Pielonefritis Kronis (PNK), akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan

atau infeksi sejak masa kecil. Biasanya dijumpai pada individu yang mengidap

batu, obstruksi lain atau refluks vesikoureter (Arif mansjoer, 2001).

c. ETIOLOGI

Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus

juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan

E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah anus. ISK sering terjadi pada wanita.

Penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih

mudah memperoleh akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi

kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.

Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:

a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)

b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.

Smeltzer, Suzanne C. (2001)

d. PATOFISIOLOGI

Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam

traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat

infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan

hematogen. Secara asending yaitu:

a. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana

pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden

terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,

pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian

kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Secara hematogen yaitu: sering terjadi

pada  pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran

infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi

ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan

total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat

jaringan parut, dan lain-lain. Price, Sylvia Andrson. (2005)

Page 3: Laporan Pendahuluan Isk ch

e. PATHWAY

F.Predisposisi F.Presipitasi

Imunitas bakteri:E.Colli, kehamilan obstruksi kandung kemih diabetes

Klebsielle, streptococcus (batu uretra)

Kadar esterogen mengalami penekanan urine mengandung

Tubuh rentan memasuki saluran pd vesika urinaria urin yg keluar hanya sedikit glukosa

Terinfeksi bakteri kemih bawah

vasodilatasi P. Darah obstruksi sal.kemih sebagian tertampung bakteri yg ada di

pada uretra sal.kemih dgn mudah

Permeabilitas kapiler sering menahan urine dpt berkembangbiak

Bakteri berkembang biak Bakteri dapat

Perpindahan protein perkembangbiakan berkembangbiak menimbulkan

Plasma ke interstitial bakteri peradangan

Infeksi

Konsentrasi protein

Plasma dlm filrasi glomerulus tinggi

Tekanan onkotik plasma

ISK bawah (uretritis, sistitis)

Bakteri terus naik dan menginfeksi

Saluran kemih bagian atas

Glomerulonefritis, pielonefritis stress tubuh

Page 4: Laporan Pendahuluan Isk ch

Terjadi reaksi inflamasi pengeluaran hormon

Stress katekolamin

Reaksi antigen-antibody

Asam lambung

Pelepasan mediator inflamasi

Mual-muntah

Endogen-pirogen histamin kalekrein

Pengaktifan prostaglandin vasodilatasi P.darah merangsang pusat

Sensori nyeri

Perangsangan pusat aliran darah P.renal

Thermostat di hipotalamus

Thermostat tubuh volume darah aa.afferen nyeri akibat peradangan

Parenkim ginjal

Suhu tubuh suplai darah filtrasi

Tg: Panas(demam) nyeri menyebar ke pinggang

GFR tg: nyeri pinggang

Gangguan dlm laju filtrasi > kecepatan Defisiensi reabsorpsi

Pemekatan kemih reabsorpsi

Transport cairan ke sel reabsorpsi K+ dan ion lainnya

Dx: HipertermiDx: Nyeri Akut

Page 5: Laporan Pendahuluan Isk ch

Urine encer elektrolit dan air

Hanya sedikit dapat dehidrasi sel-sel tubuh kontraktilitas otot polos

Volume diserap & peristaltik

Tg: anoreksia, mual-muntah

Frekuensi berkemih cairan banyak dlm lumen

Dan banyak

Tg: Poliuria

Sumber : Price, Sylvia Andrson.

(2005)

Dx: kekurangan volume cairan

Dx: ketidakseimbangan nutrisi < kebutuhan tubuh

Dx: gangguan eliminasi urine

Page 6: Laporan Pendahuluan Isk ch

f. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah :

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas :

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri panggul dan pinggang

4. Nyeri ketika berkemih

5. Malaise

6. Pusing

7. Mual dan muntah

Sudoyo, dkk. (2006).

g. Pemeriksaan Diagnostik

1. Urinalisis

Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.

Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)

sediment air kemih

Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.

Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan

glomerulus ataupun urolitiasis.

2. Bakteriologis

Mikroskopis

Biakan bakteri

3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik

4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin

tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai  criteria

utama adanya infeksi.

5. Metode tes

Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk

pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes

Page 7: Laporan Pendahuluan Isk ch

pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin

normal menjadi nitrit.

Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)

Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,

neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

Tes-tes tambahan :

Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga

dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus

urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie

prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik

dapat  dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang

resisten.

Sudoyo, dkk. (2006).

h. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien dilanjutkan

banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing untuk mengatasi disuria dapat

diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg BB hari. Faktor predisposisi dicari dan

dihilangkan. Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut,

pengobatan dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap

kelamin anatamis saluran kemih.

1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan umum

lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi

kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam

nalidiksat, nitrofurantoin dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah

aminoshikosida (gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin,

doksisiklin dan lain-lain, Tx diberikan selama 7 hari.

2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami infeksi

berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu dilakukan biakan

ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan,

3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus

diobati seperti pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali,

pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat antiseptis

saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi atau asam mandelamin.

Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3

Page 8: Laporan Pendahuluan Isk ch

bulan. Bisa ISK disertai dengan kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan

dengan hasil uji resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu

sampai 2 tahun.

3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, perlu

dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium.

Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap

infeksi pada stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi

ureter pada kandung kemih (ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis

atsopik kronik, nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan (Mansjoer, Arif. 2000)

i. PENCEGAHAN

a. Jaga kebersihan

b. Sering ganti celana dalam

c. Banyak minum air putih

d. Tidak sering menahan kencing

e. Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan (Mansjoer, Arif. 2000)

j. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan

struktur

traktus urinarius lainnya

2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgency dan

hesistancy

3.   Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia

4.    Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi

5.    Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

6.    Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi berlebihan dan

Muntah

7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, mekanisme coping tidak efektif

8. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosocomial

9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

(Doenges, Marilyn E. (2001))

k. Intevensi Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur

traktus urinarius lain

Page 9: Laporan Pendahuluan Isk ch

Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol

KH : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu

berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik

Intervensi :

a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap

8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Rasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil

yang diharapkan

b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri

Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri

c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.

Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

d. Berikan perawatan perineal

Rasional: Untuk mencegah kontaminasi uretra

e. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.

Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan

naik ke saluran perkemihan.

f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan

Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri

g. Kolaborasi pemberian analgetik

Rasional: untuk mengontrol nyeri

2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan

hesitancy

Tujuan : Pola eliminasi urine membaik

KH : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan

berkurangnya frekuensi ( sering berkemih) urgensi dan hesistensi.

Intervensi :

a. Kaji pola eliminasi klien

Rasional: sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya

b. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada

sore

Hari

Rasional :Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari

traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi,

Page 10: Laporan Pendahuluan Isk ch

teh,kola, alcohol) dihindari. Agar tidak terlalu sering bangun berkemih pada

malam hari

c. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.

Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam

urin,

mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi

d. Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.

Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia

Tujuan : Pola tidur membaik

KH : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien

nampak segar

Intervensi :

a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi

Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.

b. Berikan tempat tidur yang nyaman

Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.

c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan

masase,segelas susu hangat

Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.catatan ; susu mempunyai kualitas sopofik,

menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang membantu pasien dan tidur

lebih lama.

d. Kurangi kebisingan dan lampu

Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.

e. Instruksikan tindakan relaksasi

Rasional : Membantu mengiduksi tidur

f. Kolaborasi pemberian obat

· Analgetik

Rasional: Untuk mengontrol nyeri

· Sedatif

Rasional : Untuk membantu klien tidur

4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Page 11: Laporan Pendahuluan Isk ch

KH : Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak

demam,

tidak terba panas, TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh

Rasional: Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt merah dan

badan terasa hanat

b. Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi

Rasional: Untuk menentukan int.selanjutnya

c. Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla

Rasional :Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu

d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik

Rasional :Mengontrol demam

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,

menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang

diberikan.

Intervensi :

a. Kaji intake makanan klien

Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya

b. Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas

Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup

c. Berikan kebersihan oral

Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan

d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan

situasi tidak terburu-buru, temani

Rasional :Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif

untuk makan

e. kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik

Rasional: Menghilangkan gejala mual muntah

6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi dan

muntah

Tujuan : Cairan tubuh tetap seimbang

Page 12: Laporan Pendahuluan Isk ch

KH : Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran

mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine

normal dalam konsentrasi jumlah.

Intervensi :

a. Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui keringat

Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan

pedoman untuk penggantian cairan

b. Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral

Rasional: mengganti cairan yang hilang

c. Observasi penurunan turgor kulit

Rasional :Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi

d. Kolaborasi

· Berikan cairan parenteral jika diperlukan

Rasional :Membantu masukan cairan peroral

· Berikan obat antiemetik

Rasional : mengontrol mual dan muntah

· Berikan obat antipeuretik

Rasional: Mengontrol panas

7. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan

tentang penyakitnya

Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang

KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang

dapat

diatasi.

Intervensi :

a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang

telah

dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.

Rasional:Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,

keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.

b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik

Rasional: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam

mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres

c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan

Page 13: Laporan Pendahuluan Isk ch

Rasional: Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa

control dan membantu menurunkan ansietas

d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat

Rasional: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu

menurunkan ansietas

e. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian

Rasional: Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang,

memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan

f. Beri dorongan spiritual

Rasional: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME

g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan

Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas

h. Kolaborasi pemberian obat sedatif

Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat

8. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosokomial

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih tanpa khawatir

terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan urine jernih tanpa

ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri.

Intervensi :

a. Berikan perawatan perineal.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi uretra.

b. Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.

Rasional : kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung

kemih dan naik ke saluran perkemihan.

c. Lakukan universal precaution.

Rasional : untuk mencegah kontaminasi.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat untuk memelihara asam

urine.

Rasional : asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.

9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

Tujuan       : Pengetahuan meningkat

KH          : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana

pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Page 14: Laporan Pendahuluan Isk ch

Intervensi:

a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui

tentang

penyakitnya.

Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.

b.       Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan dating

Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan

beradasarkan informasi.

c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah

penyebaran,

jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran

singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah

pemeriksaan.

Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan

membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.

d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak

kurang lebih delapan gelas per hari.

Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit

mereda. Cairan menolong membilas ginjal.

e.  Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan

masalah tentang rencana pengobatan.

Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan

membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik

Page 15: Laporan Pendahuluan Isk ch

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made

Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media

Aesculapius

Price, Sylvia Andrson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:

pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.

Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi

Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Carwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi.EGC.Jakarta

Sudoyo, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbit IPD. Edisi 3. Jillid 1.

FKUI. Jakarta.