Page 1
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK WS DENGAN INFEKSI
SALURAN KEMIH DIRUANG MELATI RSUD KARANGAYAR
a. PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme dalam urin. Bakteriuria bermakna adalah bakteriuria bermakna
menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming
units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi
klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknnya
bakteriuria bermakna disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna
simtomatik (Agus Tessy, 2001).
Infeksi saluran kemih adalah ditemukannya bakteri pada urine di kandung kemih yang
umumnya steril (Arif mansjoer, 2001).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Carwin, 2001 ).
b. KLASIFIKASI
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK), berdasarkan regionya dibedakan menjadi:
1. Infeksi Saluran Kemih Bawah
a. Perempuan :
sistitis, infeksi kandung kemih disertai bakteriuria bermakna
sindrom uretra akut, presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme
(steril)
b. Laki-laki
sistitis, prostatitis, epidimidis dan uretritis.
2. Infeksi Saluran Kemih Atas
a. Pielonefritis Akut ( PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Dapat terjadi melalui infeksi hematogen.
Page 2
b. Pielonefritis Kronis (PNK), akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Biasanya dijumpai pada individu yang mengidap
batu, obstruksi lain atau refluks vesikoureter (Arif mansjoer, 2001).
c. ETIOLOGI
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus
juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan
E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah anus. ISK sering terjadi pada wanita.
Penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih
mudah memperoleh akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi
kulit lubang uretra pada wanita sewaktu berhubungan kelamin.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Smeltzer, Suzanne C. (2001)
d. PATOFISIOLOGI
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
a. Masuknya mikroorganisme dalm kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal. Secara hematogen yaitu: sering terjadi
pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan
total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain. Price, Sylvia Andrson. (2005)
Page 3
e. PATHWAY
F.Predisposisi F.Presipitasi
Imunitas bakteri:E.Colli, kehamilan obstruksi kandung kemih diabetes
Klebsielle, streptococcus (batu uretra)
Kadar esterogen mengalami penekanan urine mengandung
Tubuh rentan memasuki saluran pd vesika urinaria urin yg keluar hanya sedikit glukosa
Terinfeksi bakteri kemih bawah
vasodilatasi P. Darah obstruksi sal.kemih sebagian tertampung bakteri yg ada di
pada uretra sal.kemih dgn mudah
Permeabilitas kapiler sering menahan urine dpt berkembangbiak
Bakteri berkembang biak Bakteri dapat
Perpindahan protein perkembangbiakan berkembangbiak menimbulkan
Plasma ke interstitial bakteri peradangan
Infeksi
Konsentrasi protein
Plasma dlm filrasi glomerulus tinggi
Tekanan onkotik plasma
ISK bawah (uretritis, sistitis)
Bakteri terus naik dan menginfeksi
Saluran kemih bagian atas
Glomerulonefritis, pielonefritis stress tubuh
Page 4
Terjadi reaksi inflamasi pengeluaran hormon
Stress katekolamin
Reaksi antigen-antibody
Asam lambung
Pelepasan mediator inflamasi
Mual-muntah
Endogen-pirogen histamin kalekrein
Pengaktifan prostaglandin vasodilatasi P.darah merangsang pusat
Sensori nyeri
Perangsangan pusat aliran darah P.renal
Thermostat di hipotalamus
Thermostat tubuh volume darah aa.afferen nyeri akibat peradangan
Parenkim ginjal
Suhu tubuh suplai darah filtrasi
Tg: Panas(demam) nyeri menyebar ke pinggang
GFR tg: nyeri pinggang
Gangguan dlm laju filtrasi > kecepatan Defisiensi reabsorpsi
Pemekatan kemih reabsorpsi
Transport cairan ke sel reabsorpsi K+ dan ion lainnya
Dx: HipertermiDx: Nyeri Akut
Page 5
Urine encer elektrolit dan air
Hanya sedikit dapat dehidrasi sel-sel tubuh kontraktilitas otot polos
Volume diserap & peristaltik
Tg: anoreksia, mual-muntah
Frekuensi berkemih cairan banyak dlm lumen
Dan banyak
Tg: Poliuria
Sumber : Price, Sylvia Andrson.
(2005)
Dx: kekurangan volume cairan
Dx: ketidakseimbangan nutrisi < kebutuhan tubuh
Dx: gangguan eliminasi urine
Page 6
f. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah :
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas :
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
Sudoyo, dkk. (2006).
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria. Tes
Page 7
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS)
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis,
neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes-tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
Sudoyo, dkk. (2006).
h. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana umum : atasi demam, muntah, dehidrasi dan lain-lain. Pasien dilanjutkan
banyak minum dan jangan membiasakan menahan kencing untuk mengatasi disuria dapat
diberikan fenazopiridin (pyriduin) 7-10 mg/kg BB hari. Faktor predisposisi dicari dan
dihilangkan. Tatalaksana khusus ditujukan terhadap 3 hal, yaitu pengobatan infeksi akut,
pengobatan dan pencegahan infeksi berulang serta deteksi dan koreksi bedah terhadap
kelamin anatamis saluran kemih.
1. Pengobatan infeksi akut : pada keadaan berat/demam tinggi dan keadaan umum
lemah segera berikan antibiotik tanpa menunggu hasil biakan urin dan uji resistensi
kuman. Obat pilihan pertama adalah ampisilin, katrimoksazol, sulfisoksazol asam
nalidiksat, nitrofurantoin dan sefaleksin. Sebagai pilihan kedua adalah
aminoshikosida (gentamisin, amikasin, dan lain-lain), sefatoksin, karbenisilin,
doksisiklin dan lain-lain, Tx diberikan selama 7 hari.
2. Pengobatan dan penegahan infeksi berulang : 30-50% akan mengalami infeksi
berulang dan sekitar 50% diantaranya tanpa gejala. Maka, perlu dilakukan biakan
ulang pada minggu pertama sesudah selesai pengobatan fase akut, kemudian 1 bulan,
3 bulan dan seterusnya setiap 3 bulan selama 2 tahun. Setiap infeksi berulang harus
diobati seperti pengobatan ada fase akut. Bila relaps/infeksi terjadi lebih dari 2 kali,
pengobatan dilanjutkan dengan terapi profiloksis menggunakan obat antiseptis
saluran kemih yaitu nitrofurantorin, kotrimoksazol, sefaleksi atau asam mandelamin.
Umumnya diberikan ¼ dosis normal, satu kali sehari pada malam hari selama 3
Page 8
bulan. Bisa ISK disertai dengan kalainan anatomis, pemberian obat disesuaikan
dengan hasil uji resistensi dan Tx profilaksis dilanjutkan selama 6 bulan, bila perlu
sampai 2 tahun.
3. Koreksi bedah : bila pada pemeriksaan radiologis ditemukan obstruksi, perlu
dilakukan koreksi bedah. Penanganan terhadap refluks tergantung dari stadium.
Refluks stadium I sampai III bisanya akan menghilang dengan pengobatan terhadap
infeksi pada stadium IV dan V perlu dilakukan koreksi bedah dengan reimplantasi
ureter pada kandung kemih (ureteruneosistostomi). Pada pionefrosis atau pielonefritis
atsopik kronik, nefrektami kadang-kadang perlu dilakukan (Mansjoer, Arif. 2000)
i. PENCEGAHAN
a. Jaga kebersihan
b. Sering ganti celana dalam
c. Banyak minum air putih
d. Tidak sering menahan kencing
e. Setia pada satu pasangan dalam melakukan hubungan (Mansjoer, Arif. 2000)
j. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi urethra, kandung kemih dan
struktur
traktus urinarius lainnya
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgency dan
hesistancy
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan evaporasi berlebihan dan
Muntah
7. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, mekanisme coping tidak efektif
8. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosocomial
9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
(Doenges, Marilyn E. (2001))
k. Intevensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur
traktus urinarius lain
Page 9
Tujuan : Nyeri hilang dengan spasme terkontrol
KH : Nyeri menghilang ditandai dengan klien melaporkan tidak nyeri waktu
berkemih, tidak nyeri pada daerah suprapubik
Intervensi :
a. Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap
8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri
Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Berikan perawatan perineal
Rasional: Untuk mencegah kontaminasi uretra
e. Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan
naik ke saluran perkemihan.
f. Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional : Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri
g. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional: untuk mengontrol nyeri
2. Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih, urgensi dan
hesitancy
Tujuan : Pola eliminasi urine membaik
KH : Pola eliminasi urine membaik ditandai dengan klien melaporkan
berkurangnya frekuensi ( sering berkemih) urgensi dan hesistensi.
Intervensi :
a. Kaji pola eliminasi klien
Rasional: sebagai dasar dalammenentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong pasien untuk minum sebanyak mungkin dan mengurangi minum pada
sore
Hari
Rasional :Untuk mendukung aliran darah renal dan untuk membilas bakteri dari
traktus urinarius. Cairan yang dapat mengiritasi kandung kemih ( misalnya: kopi,
Page 10
teh,kola, alcohol) dihindari. Agar tidak terlalu sering bangun berkemih pada
malam hari
c. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-3 jam dan bila tiba- tiba dirasakan.
Rasional : Karena hal ini secara signifikan menurunkan jumlah bakteri dalam
urin,
mengurangi status urin dan mencegah kekambuhan infeksi
d. Siapkan / dorongan dilakukan perawatan perineal setiap hari.
Rasional : Mengurangi resiko kontaminasi / peningkatan infeksi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan nokturia
Tujuan : Pola tidur membaik
KH : Pola tidur membaik ditandai dengan klien melaporkan dapat tidur, klien
nampak segar
Intervensi :
a. Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi
Rasional : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
c. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur misalnya, mandi hangat dan
masase,segelas susu hangat
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.catatan ; susu mempunyai kualitas sopofik,
menigkatkan sintesis serotonin, neutransmitter yang membantu pasien dan tidur
lebih lama.
d. Kurangi kebisingan dan lampu
Rasional : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
e. Instruksikan tindakan relaksasi
Rasional : Membantu mengiduksi tidur
f. Kolaborasi pemberian obat
· Analgetik
Rasional: Untuk mengontrol nyeri
· Sedatif
Rasional : Untuk membantu klien tidur
4. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi iflamasi
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Page 11
KH : Suhu tubuh kembali normal ditandai dengan klien melaporkan tidak
demam,
tidak terba panas, TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji adanya keluhan atau tanda-tanda perubahan peningkatan suhu tubuh
Rasional: Peningkatan sh tbh akan meunjukkan berbagai grejala sprt mt merah dan
badan terasa hanat
b. Observasi TTV terutama suhu tubuh sesuai indikasi
Rasional: Untuk menentukan int.selanjutnya
c. Kompres air hangat pada dahi dan kedua aksilla
Rasional :Merangsang hipothalamus ke pusat pengaturan suhu
d. Kolaborasi pemberian obat-obatan antipiretik
Rasional :Mengontrol demam
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Tidak terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
KH : Kebutuhan nutrisi adekuat ditandai dengan peningkatan berat badan,
menunjukkan peningkatan selera makan, klien menghabiskan porsi makanan yang
diberikan.
Intervensi :
a. Kaji intake makanan klien
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Dorong tirah baring/atau pembatasan aktivitas
Rasional : Mempertahankan simpanan energi yang cukup
c. Berikan kebersihan oral
Rasional: Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan
d. Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan
situasi tidak terburu-buru, temani
Rasional :Lingkungan yang menyenangkan menurunkan stres dan lebih kondusif
untuk makan
e. kolaborasi pemberian obat-obatan antiemetik
Rasional: Menghilangkan gejala mual muntah
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi dan
muntah
Tujuan : Cairan tubuh tetap seimbang
Page 12
KH : Mempertahankan volume cairan yang adekuat dibuktikan oleh membran
mukosa lembab,turgor kulit bagus, keseimbangan intake dan haluaran dengan urine
normal dalam konsentrasi jumlah.
Intervensi :
a. Awasi masukan dan haluaran cairan. Perkirakan kehilangan cairan melalui keringat
Rasional: Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, merupakan
pedoman untuk penggantian cairan
b. Anjurkan unruk mempertahankan intake peroral
Rasional: mengganti cairan yang hilang
c. Observasi penurunan turgor kulit
Rasional :Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi
d. Kolaborasi
· Berikan cairan parenteral jika diperlukan
Rasional :Membantu masukan cairan peroral
· Berikan obat antiemetik
Rasional : mengontrol mual dan muntah
· Berikan obat antipeuretik
Rasional: Mengontrol panas
7. Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif, kurang pengetahuan
tentang penyakitnya
Tujuan : Ansietas berkurang atau hilang
KH : Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada tingkat yang
dapat
diatasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas. Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping yang
telah
dilakukan dengan berhasil pada masa lalu.
Rasional:Memandukan intervensi terapeutik dan partisipatif dalam perawatan diri,
keterampilan koping pada masa lalu dapat mengurangi ansietas.
b. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional: Membuat hubungan terapeutik. Membantu orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
c. Beri informasi yang akurat dan nyata tentang apa tindakan yang dilakukan
Page 13
Rasional: Keterlibatan pasien dalam perencanaan perawatan memberikan rasa
control dan membantu menurunkan ansietas
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional: Memindahkan pasien dari stress luar, meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas
e. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian
Rasional: Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang,
memungkinkan energi untuk ditujukan pada penyembuhan
f. Beri dorongan spiritual
Rasional: Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME
g. Berikan informasi tentang proses penyakit dan antisipasi tindakan
Rasional : Mengetahui apa yang diharapkan dapat menurunkan ansietas
h. Kolaborasi pemberian obat sedatif
Rasional : Dapat digunakan untuk menurunkan ansietas dan memudahkan istirahat
8. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d adanya factor resiko nosokomial
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat berkemih tanpa khawatir
terinfeksi dengan kriteria hasil berkemih dengan urine jernih tanpa
ketidaknyamanan,kultur urine menunjukkan tidak ada bakteri.
Intervensi :
a. Berikan perawatan perineal.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi uretra.
b. Berikan perawatan kateter jika terpasang kateter.
Rasional : kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.
c. Lakukan universal precaution.
Rasional : untuk mencegah kontaminasi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obat untuk memelihara asam
urine.
Rasional : asam urine menghalangi tumbuhnya kuman.
9. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan meningkat
KH : Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Page 14
Intervensi:
a. Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui
tentang
penyakitnya.
Rasional : Mengetahui sejauh mana ketidak tahuan pasien tentang penyakitnya.
b. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan dating
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan
beradasarkan informasi.
c. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran,
jelaskan pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran
singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan
membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.
d. Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit
mereda. Cairan menolong membilas ginjal.
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan
membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik
Page 15
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media
Aesculapius
Price, Sylvia Andrson. (2005). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Carwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi.EGC.Jakarta
Sudoyo, dkk. (2006). Ilmu Penyakit Dalam. Pusat Penerbit IPD. Edisi 3. Jillid 1.
FKUI. Jakarta.