I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Tanpa makanan, semua makhluk hidup pasti akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya. Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi. Setiap makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Makanan pasti dimakan oleh seluruh manusia dibumi ini. Kebutuhan makanan setiap orang berbeda-beda. Orang yang tinggal di daerah Kutub, memerlukan banyak makanan untuk membantu menghangatkan dirinya agar suhu tubuhnya tetap normal. Sedangkan orang yang tinggal di daerah tropis justru membutuhkan banyak minuman dibandingkan makanan. Kebutuhan akan makanan dan minuman merupakan kebutuhan primer yang tidak mungkin dapat digantikan oleh kebutuhan lain dalam kehidupan ini. Makanan diperlukan manusia, seperti juga oleh semua makhluk hidup, untuk perolehan energi, demikian pula untuk pembentukan dan penggantian komponen penyusun tubuh. Oleh karena itu makanan merupakan bahan dasar untuk semua kegiatan pertukaran sel. Manusia memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Dengan menggunakan bahan makanan, manusia membangun sel-sel tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana mestinya.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan makanan. Tanpa makanan, semua
makhluk hidup pasti akan sulit mengerjakan aktivitas sehari-harinya.
Makanan dapat membantu kita dalam mendapatkan energi. Setiap
makanan mempunyai kandungan gizi yang berbeda. Makanan pasti
dimakan oleh seluruh manusia dibumi ini. Kebutuhan makanan setiap
orang berbeda-beda. Orang yang tinggal di daerah Kutub, memerlukan
banyak makanan untuk membantu menghangatkan dirinya agar suhu
tubuhnya tetap normal. Sedangkan orang yang tinggal di daerah tropis
justru membutuhkan banyak minuman dibandingkan makanan.
Kebutuhan akan makanan dan minuman merupakan kebutuhan
primer yang tidak mungkin dapat digantikan oleh kebutuhan lain dalam
kehidupan ini. Makanan diperlukan manusia, seperti juga oleh semua
makhluk hidup, untuk perolehan energi, demikian pula untuk pembentukan
dan penggantian komponen penyusun tubuh. Oleh karena itu makanan
merupakan bahan dasar untuk semua kegiatan pertukaran sel. Manusia
memerlukan bahan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.
Dengan menggunakan bahan makanan, manusia membangun sel-sel
tubuhnya dan menjaganya agar tetap sehat dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
Makanan adalah bahan bakar yang menyebabkan dapat bekerjanya
mesin tubuh manusia. Seperti mesin, tubuh manusiapun membutuhkan
energi untuk berfungsi. Energi dibutuhkan untuk bernapas, berjalan, berdiri,
menggerakkan dan bahkan untuk berpikir. Manusia mendapatkan energi
dari makanan yang disantapnya, tubuh membakar makanan seperti mobil
membakar bensin atau mesi uap membakar batu bara. Energi yang dapat
diperoleh dari makanan menentukan banyaknya makanan yang diminta
oleh tubuh.
Di alam ini terdapat berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan yang disebut pangan nabati maupun yang berasal
dari hewan yang dikenal sebagai pangan hewani. Sumber bahan makanan
nabati adalah makanan yang terdiri dari sayur-sayuran, biji-bijian, padi-
padian, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Jenis buah-buahan yang
paling populer adalah pisang, papaya, jeruk, dan jenis buah lain yang
hanya muncul pada musimnya. Sayur yang paling populer adalah dari jenis
kangkung, bayam, dan daun singkong. Makanan nabati juga bisa diperoleh
dari bumbu. Adapun bumbu yang sering dipakai adalah jahe, lengkuas,
kunyit, daun sereh, dan daun salam. Bumbu-bumbu ini bermanfaat sebagai
antioksidan. Makanan nabati sama sekali tidak mengandung unsur-unsur
yang berasal dari makhluk hidup, baik berupa daging, lemak atau minyak,
dan lain-lain.
Sumber bahan makanan hewani adalah makanan sumber protein
yang rendah serat, jadi jika dikonsumsi dalam jumah yang sedikit akan
kurang mengenyangkan. Hewani umumnya berupa daging, susu, telur, dan
ikan yang sangat kaya dengan protein. Protein ini juga mengandung asam
amino esensial yang sangat sesuai dengan kebutuhan manusia. Hasil
turunan yang berasal dari produk hewani seperti gelatin, mineral, gliserol,
lemak, emulsifier, dan lain sebagainya.
Makanan tidak lagi dipandang hanya sebagai sumber kalori, protein,
vitamin, dan mineral, tetapi lebih dari itu. Pangan menjadi penting artinya
bagi kepekaan daya pikir dan kecerdasan serta kepekaan terhadap seni,
budaya, dan keindahan. Pangan penting artinya bagi kelayakan hidup dan
keagungan manusia (human dignity) itu sendiri. Manusia yang sehat adalah
manusia yang bugar, segar, dan berjaya. Zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh tersebut dapat diperoleh dari bahan makanan yang disebut gizi.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal
sebagai zat gizi. Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga
bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya
pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh.
Pangan menjadi salah satu kebutuhan dasar bagi manusia, karena itu
pemenuhan atas pangan menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Masalah konsumsi pangan sangat bervariasi dari
satu wilayah ke wilayah lainnya baik pada tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten.
Selera makanan orang di setiap negara pasti berbeda-beda sehingga
setiap negara mempunyai makanan khas sendiri. Di Amerika Serikat
misalnya, rata-rata penduduknya memakan makanan berbahan dasar yang
terbuat gandum dan tepung. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
Indonesia yang mayoritas penduduknya mengkonsumsi nasi sebagai
makanan pokok mereka. Jadi, dapat dipastikan bahwa setiap negara
memiliki makanan khasnya masing-masing. Bangsa Indonesia, seperti
halnya bangsa yang telah tinggi kebudayaanya, hanya memiliki konsep
tersendiri mengenai seni kuliner. Seni kuliner harus mendapatkan tempat
yang layak dan penting artinya sebagai elemen dalam pembentukan
karakter suatu bangsa.
Pangan tradisional merupakan produk bercitarasa budaya tinggi yang
berupa perpaduan antara kreasi mengolah hasil sumber daya lokal dengan
selera berbumbu adat istiadat dan telah diwariskan secara turun temurun.
Indonesia memiliki jenis pangan lokal atau tradisional yang sangat
beragam, dimana hampir setiap daerah di Indonesia memiliki pangan
tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Namun, seiring
perkembangan zaman pangan tradisional ini mulai kalah bersaing dengan
pangan-pangan yang berasal dari negara lain.
Bagi masyarakat Indonesia umumnya amat diyakini khasiat aneka
pangan tradisional, seperti tempe, bawang putih, madu, kunyit, jahe,
kencur, temu lawak, asam jawa, sambiloto, daun beluntas, daun salam,
cincau, dan aneka herbal lainnya. Jamu sebagai racikan aneka herbal
berkhasiat juga sangat populer di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan pangan
mengakibatkan meningkatnya perhatian terhadap masalah ini.
Permasalahan mendasar keamanan pangan tradisional pada umumnya
terletak pada kelemahan dalam hal jaminan keamanannya terhadap
bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau
cemaran tersebut seringkali ditemukan karena rendahnya mutu bahan
baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannya praktek sanitasi dan
higinitas yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun
produsen yang menangani pangan tradisional. Namun, terdapat pula
kendala-kendala pada makanan tradisional antara lain :
• Cita rasa kurang memenuhi selera generasi muda
• Penampilan kurang menarik karena dimasak terlalu lama
• Standar mutu dan gizi kurang
• Beberapa makanan harus disajikan panas
• Promosi dan penyebaran informasi serta upaya pengembangannya
masih terbatas
• Kurangnya investor yang tertarik untuk mengembangkan produk
makanan tradisional
• Kurangnya pengetahuan masyarakat akan arti gizi dan kesehatan
Adanya berbagai kendala diatas, tidak membuat masyarakat untuk
tidak lagi mengkonsumsi pangan tradisional, bahkan saat ini berbagai
makanan tradisional yang dimiliki oleh berbagai wilayah di tanah air sudah
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat bahkan
kebutuhan masyarakat daerah lain. Beberapa terobosan yang telah
dilakukan oleh beberapa industri pangan ternyata mampu mengangkat citra
dan cita rasa makanan tradisional, yang ternyata sangat disukai oleh
berbagai kalangan bahkan telah dieksport. Peluang bagi pengembangan
jenis makanan tradisional unggulan sesuai dengan potensi dan preferensi
makin terbuka dengan adanya otonomi daerah. Meningkatnya peran media
massa baik media cetak ataupun elektronik.
Dapat disimpulkan bahwa makanan merupakan sumber energi yang
penting bagi tubuh. Makanan bersumber dari tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Tanpa makanan, seseorang akan sulit melakukan segala
aktivitasnya karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat gizi tersebut berupa karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, air, dan mineral. Selera makan setiap orang berbeda-beda,
hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu tempat tinggal, kebiasaan makan,
usia, jenis kelamin, dan lain-lain. Orang yang tinggal di daerah gunung
akan berbeda selera makanannya dengan orang yang tinggal di daerah
dekat pantai.
Setiap negara pasti memiliki makanan khas negara masing-masing. di
negara-negara Eropa dan Amerika orang sudah terbiasa dengan makan
makanan yang terbuat dari tepung dan gandum, sedangkan di negara-
negara asia khususnya di Indonesia orang sudah tidak bisa lepas dari
makanan yang namanya nasi. Indonesia merupakan negara yang memiliki
banyak pulau dan daerah, untuk itulah Indonesia memiliki jenis pangan
lokal atau tradisional yang sangat beragam. Setiap daerah di Indonesia
memiliki pangan tradisional yang menjadi ciri khas dari daerah tersebut,
misalnya saja kerak telor dan sayur asem yang menjadi makanan khas dari
daerah betawi, bajigur dari jawa barat, barongko dari mandar, otak-otak
dari makassar, sate lilit dari bali, dan masih banyak lagi.
Banyak remaja dan anak-anak yang tidak mengetahui pangan
tradisional indonesia dan mereka senang mengkonsumsi makanan dari
negara-negara lain yang masuk ke indonesia. Namun seiring
perkembangan zaman, makanan tradisional yang dimiliki oleh berbagai
wilayah di tanah air sudah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat setempat bahkan kebutuhan masyarakat daerah lain.
I.2 Tujuan dan Kegunaan
I.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pangan dan gizi pertanian ini
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa dalam hal:
1. Menimbang bahan pangan dengan tepat
2. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan dengan
tepat
3. Menilai kandungan gizi bahan pangan
4. Menilai kecukupan (RDA) gizi individu dan kelompok
5. Menghitung tingkat konsumsi energi dan zat gizi.
I.2.2 Kegunaan
Kegunaan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui
kandungan gizi bahan pangan dan kecukupan gizi tiap individu dan
kelompok sesuai dengan berat dan tinggi badannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsumsi Pangan, Energi, dan Zat Gizi
II.1.1 Konsumsi Pangan
Pangan merupakan kebutuhan utama yang tidak dapat
digantikan oleh apapun. Tanpa mengkonsumsi pangan dalam
jumlah dan mutu yang tepat, tubuh tidak akan mampu
melaksanakan kegiatan sehari-hari, baik secara fisik maupun
mental. Makan dan minum yang sehat dan cukup gizi berarti
mengkonsumsi makanan dan minuman yang jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan dan bervariasi macamnya. Tubuh seharusnya
menerima semua zat gizi yang diperlukan melalui makanan.
Kecukupan akan karbohidrat, lemak, protein, serat, vitamin, dan
mineral pada dasarnya dapat dipenuhi dari konsumsi sehari-hari
(Mahendradatta, 2007).
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan,
secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau
sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya
untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk
memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis
adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera,
sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan
manusia dalam keluarga dan masyarakat. Konsumsi pangan
merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang
selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur
proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk
pertumbuhan (Suryono, 2008).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain jenis, jumlah produksi dan ketersediaan pangan. Untuk tingkat
konsumsi, lebih banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
pangan yang dikonsumsi. Kualitas pangan mencerminkan adanya
zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat dalam bahan
pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap
gizi dalam suatu bahan pangan. Untuk mencapai keadaan gizi yang
baik, maka unsur kualitas dan kuantitas harus dapat terpenuhi
(Suryono, 2008).
II.1.2 Konsumsi Energi
Tubuh menggunakan sebagian besar energi untuk beraktifitas,
akan tetapi energi juga diperlukan untuk mengangkut zat-zat gizi
yang diperoleh ke bagian tubuh untuk digunakan dan memelihara
proses tubuh. Jika balita aktif maka diperlukan makin banyak energy
dari pada jika melakukan aktifitas yang kurang aktif. Untuk hidup
sehat manusia memerlukan sejumlah zat-zat gizi, kekurangan zat
gizi khususnya energi pada awalnya akan menimbulkan rasa lapar
dan menyebabkan kurang gizi (Santoso, 2006).
Energi diperlukan manusia untuk bergerak atau melakukan
pekerjaan fisik dan juga menggerakkan proses-proses dalam tubuh
seperti misalnya sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan,
pencernaan, dan proses-proses, fisiologis lainnya. Seperti halnya
pada kompor, untuk memperoleh energi panas harus setiap kali diisi
dengan bakan bakar, demikian pula tubuh manusia harus selalu
disuplai dengan makanan sebagai sumber energi untuk
memanaskan tubuh dan untuk bekerja (Kusharto, 2003).
Makan dan minum sehat dan sarat gizi berarti mengkonsumsi
makanan dan minuman yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
dan bervariasi macamnya. Tubuh seharusnya menerima semua zat
gizi yang diperlukan melalui makanan. Kenyataannya, kita makan
tidak hanya mencukupi kebutuhan akan zat gizi, melainkan juga
untuk suatu kepuasan, karena makanan tersebut lezat bagi kita.
Oleh karena itu, makanan yang sehat terutama yang diolah dan
disiapkan dengan benar, mempunyai citarasa lezat dan
membangkitkan selera makan (Mahendradatta, 2007).
Pembagian asupan energi sehari-hari dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1. Pembagian asupan energi sehari-hari
Waktu makan Persentase dari energi total
Sarapan
Selingan pagi
Makan siang
Selingan sore
Makan malam
20-25 %
10 %
25-30 %
10 %
25-30 %
Sumber : Data Primer, 2010
II.1.3 Konsumsi Zat Gizi
Zat gizi merupakan unsur yang terkandung dalam makanan
yang memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Masing-masing
bahan makanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gizi yang
berbeda. Zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut
berbeda-beda antara makanan yang satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat berupa jenis zat gizi yang terkandung
dalam makanan, maupun jumlah dari masing-masing zat gizi. Satu
jenis zat gizi tertentu kemungkinan terkadung terdapat pada jenis
bahan pangan, namun bisa dimungkinkan zat gizi tersebut tidak
terdapat pada bahan pangan yang lain (Dahlan, 2009).
Konsumsi zat gizi merupakan cara orang makan makanan
yang beraneka ragam menggunakan semua macam bahan
makanan dari semua golongan, serta bahan makanan dalam jumlah
dan kualitas yang benar dan tepat. Manusia membutuhkan 45
macam zat gizi untuk hidupnya. Zat-zat gizi ini dikelompokkan
dalam kelompok besar yaitu protein, lemak, hidrat arang, vitamin
dan mineral. Dalam mewujudkan keadaan gizi yang baik, tubuh
manusia membutuhkan macam dan jumlah zat gizi dalam ukuran
yang sebanding dengan yang dibutuhkan tubuh (Dahlan, 2009).
Berdasarkan tabel diatas, tingkat konsumsi energi dan zat gizi
mahasiswa per hari ialah energi mencapai 0,190 kal, protein mencapai
7086,79 gram, vitamin A mencapai 44,175 R.E, zat besi mencapai
138412,296 mg, vitamin C mencapai 128,60 gram, dan vitamin B mencapai
32606,80 gram.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil dari praktikum ini ialah:
Kandungan gizi pada pangan “sanggara balanda” ialah energi
mencapai 7882 kal, protein mencapai 127,02 gram, vitamin A mencapai
18110 R.E, zat besi mencapai 32,25 mg, vitamin C mencapai 175, dan
untuk vitamin B mencapai 2,914.
Rata-rata tingkat kecukupan (RDA) energi dan gizi kelompok 2 yakni
energi sebanyak 2614273,67 kal, protein sebanyak 60,55 mg, vitamin A
sebanyak 660,14 R.E, zat besi sebanyak 21,276 mg, vitamin C
sebanyak 90,82, dan vitamin B sebanyak 1,264.
Tingkat konsumsi yang dimiliki oleh kelompok 2 ialah energi mencapai
0,190 kal, protein mencapai 7086,79 gram, vitamin A mencapai 44,175
R.E, zat besi mencapai 138412,296 mg, vitamin C mencapai 128,60
gram, dan vitamin B mencapai 32606,80 gram.
V.2 Saran
Diharapkan kedepannya dalam pembuatan makanan selingan
(sanggara’ balanda) dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lain yang
memiliki kandungan gizi yang lebih seimbang agar dapat memenuhi
kebutuhan zat gizi pada tiap orang yang mengomsumsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan. 2009. Zat-Zat Gizi Yang Dibutuhkan Oleh Tubuh. www.dahlanforum.wordpress.com. Diakses Pada Tanggal 7 Oktober 2010. Indonesia.
Eka. 2010. Sanggara’ Balanda (Pisang Goreng Belanda). www.ekaapoenyacerita.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.
Fatima, Siti. 2006. Hubungan Antara Kebiasaan Makan Masyarakat Betawi Dan Kondisi Sosial Ekonomi Dengan Energi Di Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kebun Jeruk Jakarta-Barat. www.digilib.unnes.ac.id. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.
Kusharto, Clara M., Suhardjo. 2003. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Kanisius. Yogyakarta.
Mahendradatta, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat. Lembaga Penerbitan
UNHAS (LEPHAS). Makassar.
Michwan, Ardiansyah. 2009. Keamanan Pangan Tradisional dan Kesehatan Masyarakat. www.io.ppijepang.org. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.
Muharam, Beni Gondana. 2008. Pengertian Gizi. www. gizigizi.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.
Puskesmas Oke. 2009. Pola Makan. www.puskesmas-oke.blogspot.com. Diakses Pada Tanggal 6 Oktober 2010. Indonesia.
Santoso, Joko Budi. 2006. Hubungan Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Anak. www.pdfdatabase.com. Diakses Pada Tanggal 7 Oktober 2010. Indonesia.
Suryono. 2008. BAB II Tinjauan Pustaka: Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi. www.damandiri.or.id. Diakses Pada Tanggal 2 Oktober 2010. Indonesia.
Winarno, F. G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi, dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.