Page 1
LAPORAN ON THE JOB LEARNING (OJL)
Disusun Sebagai Laporan Akhir Kegiatan On The JobLearning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala
Sekolah Kota Probolinggo Provinsi Jawa TimurPeriode: 17 Febuari s.d 7 Mei 2015
Nama : Dra. ERNI PRASETYAWATI, M.PdUnit Kerja : SMK NEGERI 2 PROBOLINGGONip : 196710281995122006
i
Page 2
PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAHDINAS PENDIDIKAN KOTA PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR2015
ii
Page 3
LEMBAR PENGESAHANLAPORAN ON THE JOB LEARNING
Laporan On The Job Learning Disusun oleh Dra.Erni Prasetyawati, M.Pd, Sebagai Laporan Akhir Kegiatan On The Job Learning pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur Periode: 17 Febuari s.d 7 Mei 2015, Disahkan Sejak Tanggal Ditetapkan.
Di tetapkan di : ProbolinggoTanggal : Mei 2015
Oleh
Kepala SMK Negeri 1 Kepala SMK Negeri 2 Kota Probolinggo Kota Probolinggo
Drs. DIDIK PURWANDI, M.M Drs.SUNARDI,M.M NIP.196001091985031009 NIP.196402171989031009
MengetahuiKepala Dinas Pendidikan
Kota Probolinggo
ii
Page 4
Drs.ZAINULLAH,M.M NIP.196308111987011002
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan
semesta alam dan segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Shalawat dan salam senantiasa tercurah atas
junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat curahan rahmat
dan kasih sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir
kegiatan On The Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan
Calon Kepala Sekolah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan
ini, merupakan suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat
berharga bagi calon kepala sekolah. Walau diakui terasa
sangat melelahkan, namun berkat bantuan, bimbingan, dan
dorongan dari berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu
pendamping diklat akhirnya laporan kegiatan On The Job Learning
iii
Page 5
di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 Kota Probolinggo ini
selesai juga. Oleh karena itu, calon kepala sekolah merasa
berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada
1. Walikota Probolinggo, Hj Rukmini, S.H,M.Si
2. Direktur LP2KS Indonesia Prof. Dr. Siswandari, M. Stats
3. Kepala BKD Kota Probolinggo, Drs.H. Paeni, M.H
4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, Drs. Zainullah,
M.M
5. Master Trainer LP2KS Dra. Yusnaini Agustina, M.Pd, Drs.
Gatot Dwi Atmadji, M.Pd dan Aris Dwi Cahyono,S.Pd,M.Pd.
6. Kepala SMK Negeri 2, Drs.Sunardi,M.M
7. Kepala SMK Negeri 1, Drs. Didik Purwandi,M.M atas
bimbingan dan arahannya.
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga
calon kepala sekolah haturkan kepada Bapak Drs. Hartono,
M.Pd selaku Kepala Bidang ketenagaan Dinas Pendidikan kota
Probolinggo yang telah banyak membantu sejak seleksi sampai
pelaksanaan diklat selesai.
Ucapan terima kasih calon kepala sekolah sampaikan
pula kepada Bapak Andri Purwanto, S.Sos, M.M selaku Kepala
iv
Page 6
Bidang Diklat Kota Probolinggo yang menjadi ketua pelaksana
diklat. Beliau telah banyak membantu dan melayani peserta
diklat sejak awal seleksi sampai kegiatan diklat calon
kepala sekolah selesai dilaksanakan.
Ucapan terima kasih calon kepala sekolah haturkan
kepada Saudara Widya Paramita,S.Pd. dan Dwi Nurhidayati,
S.Pd. sebagai guru yunior SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
yang bersedia diobservasi pada kegiatan supervisi akademik
peserta diklat calon kepala sekolah.
Tak terlupakan, ucapan terima kasih calon kepala
sekolah sampaikan pula kepada guru-guru dan pegawai SMK
Negeri 2 Probolinggo dan SMK Negeri 1 Probolinggo yang telah
banyak membantu memberikan data dan informasi kepada calon
kepala sekolah dalam melakukan kajian-kajian dan pelaksanaan
rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah dan semua
teman peserta diklat calon kepala sekolah Kota Probolinggo
tahun 2015 atas kerja sama yang terbangun selama ini mulai
dari awal seleksi sampai kegiatan OJL berakhir.
Ucapan terima kasih secara khusus calon kepala
sekolah haturkan kepada suami, Drs. H Paeni, M.H yang telah
mengizinkan untuk mengikuti seleksi calon kepala sekolah,
v
Page 7
anakku Nendy Rizka Halandevi dan menantuku Rastra Randy
Rakasiwi yang telah mensuport, cucuku Sholahuddin Ayyubi El
Fatih yang menjadi pelipur disaat penyelesaian tugas akhir,
dan yang tak kalah pentingnya doa dan restu dari ibunda
Hj.Sumandiyah yang telah memberi ridhonya untuk mengikuti
kegiatan seleksi calon kepala sekolah ini.
Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat,
dan semoga segala bantuan, pengorbanan dan dorongan yang
diberikan oleh berbagai pihak, mendapat ganjaran dan pahala
dari Allah SWT, Amin.
Calon kepala
sekolah,
vi
Page 8
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul ............................................ i
Lembar Pengesahan ........................................
........................................................ii
Kata Pengantar ...........................................
.......................................................iii
Daftar Lampiran...........................................
........................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN ....................................... 1
A. Latar Belakang...................................... 1
B. Tujuan ............................................5
C. Hasil yan g diharapkan.............................. 5
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ..................... 7
A. Profil SMK Negeri 2 Probolinggo.................... 7
B. Profil SMK Negeri 1 Probolinggo...................
..........................................14
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN .....................
........................................................23
A. Pelaksanaan Rencana Tindak kepemimpinan............
23
B. Supervisi Guru Junior..............................
32
Page 9
C. Penyusunan Perangkat pembelajaran..................
44
D. Pengkajian Aspek Managerial .......................
49
E. Pengkajian Kompetensi Berdasarkan AKPK yang
Kurang di Sekolah .................................
59
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN .............................
69
A. Kesimpulan .........................................
69
B. Saran - Saran ......................................
70
Daftar Lampiran
1. Jadwal OJL dan Jurnal2. Profil SMK Negeri 2 Kota Probolinggo3. Profil SMK Negeri 1 Kota Probolinggo4. EDS5. Instrumen RTK6. Dokumen RTK7. Instrumen Supervisi Akademik Guru Yunior8. Dokumen Perangkat Pembelajaran
Page 10
9. Matrik Kajian Manajerial10. Dokumen AKPK11. Jurnal Kegiatan OJL12. Daftar Hadir Kegiatan OJL13. Foto Kegiatan
Page 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun
2010 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala
Sekolah/Madrasah, menyatakan bahwa sistem penyiapan calon
kepala sekolah/madrasah, proses pengangkatan kepala
sekolah/madrasah, masa tugas, Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan (PKB), Penilaian kinerja kepala
sekolah/madrasah. Dalam pasal 7 dinyatakan bahwa :
1. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah
merupakan kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran
teoritik maupun prakik yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
2. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah
dilaksanakan dalam kegiatan tatap muka dalam kurun
waktu minimal 100 jam dan praktik pengalaman lapangan
dalam kurun waktu minimal 3 bulan
Page 12
3. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah
dikoordinasikan dan difasilitasi pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya.
4. Pendidikan dan pelatihan diakhiri dengan penilaian
untuk mengetahui pencapaian kompetensi calon kepala
sekolah/madrasah.
5. Calon kepala sekolah/madrasah yang dinyatakan lulus
penilaian diberi sertifikat kepala sekolah/madrasah
oleh lembaga penyelenggara.
Page 13
3
6. Sertifikat kepala sekolah/madrasah dicatat dalam
database nasional dan diberi nomor unik oleh menteri
atau lembaga yang ditunjuk.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 35
tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala
sekolah dinilai angka kreditnya dalam kompetensi :
1) Kepribadian dan sosial
2) Kepemimpinan pembelajaran
3) Pengembangan sekolah dan madrasah
4) Manajemen sumber daya
5) Kewirausahaan sekolah/madrasah
6) Supervisi pembelajaran
Dimensi yang harus dikembangkan calon kepala
sekolah/madrasah antara lain dimensi keribadian.
Sebagai pemimpin maka calon kepala sekolah/madrasah
harus belajar bagaimana menjadi pemimpin spiritual
yang berbasis nilai, sehingga dalam mengartikulasi
visi masa depan dan kinerja mendasarkan atas nilai-
nilai bawahan. Dengan mengembangkan pola kepemimpinan
Page 14
4
yang bernilai maka akan memberikan energi dan motivasi
tinggi, komitmen, rasa percaya diri kepada tem kerja.
Selain itu calon kepala sekolah/madrasah juga harus
mengembangkan pola kepemimpinan yang melayani (servan
leadership). Pemimpin yang melayani juga menggambarkan
tujuh kebiasaan positif meliputi berfokus pada prinsip
terus belajar, berorientasi pada layanan, percaya pada
orang lain, memancarkan energi positif, melihat
kehidupan sebagai sebuah petualangan, kehidupan yang
seimbang, dan melakukan pembaruan diri .
Salah satu implementasi dari kepemimpinan spiritual
adalah pemimpin yang visioner. Calon kepala
sekolah/madrasah yang memiliki jiwa kepemimpinan
visioner akan lebih mudah menentukan visi dalam
hidupmnya, mengembangkan model cinta altruistik dengan
memberi perlindungan dan kepedulian terhadap orang
lain dalam memberi dan menerima tanpa syarat. Di
samping itu juga dibutuhkan hope/faith yang didasarkan
pada nilai-nilai kepercayaan bahwa sesuatu yang
diharapkan pasti akan terjadi atau terwujud.
Page 15
5
Dimensi kepemimpinan pembelajaran sebagi upaya
memimpin para guru agar mengajar lebih baik, yang pada
gilirannya dapat memperbaiki prestasi belajar
siswanya. Untuk lebih efektif maka kepala sekolah
dapat melibatkan para pemangku kepentingan dalam
mengelola sekolah dan memberikan dukungan terhadap
pembelajaran, dan melakukan pemantauan terhadap proses
pembelajaran sehingga dapat mengetahui kesulitan
pembelajaran
Dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun
2007 tentang sandar kepala sekolah/madrasah
menyebutkan bahwa kepala sekolah/madrasah dituntut
agar menciptakan inovasi yangg beguna bagi
pengembangan sekolah, bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah sebagai oganisasi pembelajar yang
efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin, pantang menyerah dan selalu mencari solusi
terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi,
memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
Page 16
6
produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta
didik. Hal ini didasari oleh Inpres No 4 tahun 1995
tanggal 30 Juni 1995 yang menyatakan bahwa
kewirausahaan diartikan sebagai semangat, sikap,
perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha
dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan
produksi baru dengan mengingkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik.
Out put dari kegiatan on the job learning adalah
terwujudnya calon kepala sekolah yang memiliki
kemampuan naluri kewirausahaan dalam mengelola
kegiatan produksi dan jasa sekolah sebagai sumber
belajar peserta didik. Kondisi nyata Keadaan sekolah
sendiri yang sesuai AKPK adalah pelaksanaan dan
pengelolaan unit produksi dan jasa dilakukan oleh
tenaga kontrak atau mitra kerja yang tidak melibatkan
peserta didik. Sedangkan di sekolah magang 2
pelaksanaan dan pengelolaan unit produksi dan jasa
melibatkan peserta didik untuk belajar langsung
Page 17
7
berwirausaha sehingga situasi belajar mendekati
kondisi yang sesungguhnya seperti di dunia usaha.
Dimensi kompetensi yang harus dikembangkan oleh
calon kepala sekolah selain ketiga di atas adalah
supervisi. Tugas pengawasan pembelajaran oleh kepala
sekolah dilakukan dalam bentuk kegiatan pemantauan,
supervisi, evaluasi dan laporan, sebagaimana
dinyatakan dalam Permendikbud nomor 65 tahun 2013,
tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses belajar-mengajar demi pencapaian
tujuan pengajaran. Kondisi nyata di sekolah sendiri
adalah supervisi diserahkan kepada guru senior,
sehingga hasil dari rekaman supervisi tidak
ditindaklanjuti oleh sekolah. Demikian juga dengan
penerapan Kurikulum 2013 yang dalam penilaian masih
dirasakan oleh sebagian besar guru. Terkait dengan hal
tersebut, maka calon kepala sekolah akan mengangkat
tema tulisan yang terkait dengan dimensi manajerial
kepala sekolah. Dengan judul “Upaya Meningkatkan
Page 18
8
Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah dan Mengembangkan Kemampuan
Guru dalam Membuat Instrumen Penilaian Outentik Melalui Kegiatan
MGMP”
B. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang
diangkat dalam laporan ini adalah :
1. Meningktakan kompetensi calon kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan.
2. Meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran
melalui program supervisi akademik.
3. Mengkatkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen
penilaian.
4. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah sebagai guru
dalam menyusun perangkat pembelajaran.
5. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam
menyusun dan melaksanakan sembilan aspek manajerial.
6. Meningkatkan kompetensi akademik calon kepala sekolah
melalui Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan
(AKPK)
C. Hasil yang Diharapkan
Page 19
9
Berdasarkan hasil analisis AKPK dimensi kekurangan
terletak pada kewirausahaan sehingga hasil yang
diharapkan setelah on the job learning ini adalah :
1. Peningktan kompetensi calon kepala sekolah dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan khususnya kewirausahaan.
2. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam proses
pembelajaran melalui program supervisi akademik dan dalam
pelaksanaan pra observasi, observasi dan post observasi
terhadap guru junior.
3. Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun instrumen
penilaian.
4. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah sebagai guru
dalam menyusun perangkat pembelajaran.
5. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam
menyusun dan melaksanakan sembilan aspek manajerial.
6. Peningkatan kompetensi akademik calon kepala sekolah
melalui Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan
(AKPK)
Page 21
BAB II
KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG
A. Profil SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
SMK Negeri 2 Kota Probolinggo terletak di Jalan Mastrip
153 Kecamatan Kanigaran Kota Proboinggo. SMK Negeri 2 Kota
Probolinggo didirikan tanggal 4 April 1967 yang waktu itu
bernama Sekolah Teknik Menengah (STM) Probolinggo. Dua tahun
lalu SMK Negeri 2 Kota Probolinggo merupakan Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional, sehingga sarana dan
prasarana lengkap hal ini merupakan daya dukung pengembangan
sekolah sebagaimana tuntutan Standar Nasional Pendidikan
(SNP). Lahan yang dimiliki sekolah 3,4Ha dengan 40 ruang
teori, tujuh bengkel praktik lengkap beserta peralatannya.
Terdapat tujuh program keahlian yaitu Program Keahlian
Teknik Otomotif, Teknik Pemesinan, Teknik Gambar Bangunan,
Teknik Instalasi Listrik, Teknik Elektronika Industri,
Teknik Komputer Jaringan. Dan Teknik Ototronik. Rombongan
belajar di SMK Negeri 2 berjumlah 48 kelas dengan jumlah
siswa 1500 siswa dengan guru pengajar 121 orang dan didukung
tenaga administrasi 34 orang.
11
Page 22
12
Sementara itu, untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya
saing dan pelayanan prima, SMK Negeri 2 Probolinggo telah
bersertifikasi ISO 9001 : 2008 yang merupakan salah satu
cara mengendalikan mutu sumberdaya manusia di sekolah,
sehingga akan terbiasa pada segala aktivitasnya terkendali
dengan suatu standar mutu dan bekerja taat azas.
Dengan upaya peningkatan penguasaan teknologi di SMK
Negeri 2 Probolinggo, maka standarisasi sarana dan prasarana
dalam bentuk penambahan peralatan penunjang berupa
pengembangan ruang perkantoran yang sangat penting sebagai
modal untuk bersaing dan pengakuan kepemilikan standar mutu
yang dituntut Institusi Nasional/Internasional.
SMK Negeri 2 merupakan sekolah yang peduli terhadap
lingkungan sehingga pada tahun 2011 mendapatkan predikat
sekolah Adiwiyata, tahun 2014 mendapatkan pengahargaan
Adiwiyata Mandiri. Dengan demikian penataan lingkungan di
SMK Negeri 2 dipertahankan sebagaimana tuntutan sekolah
adiwiyata.
Page 23
13
Berdasarkan angket yang telah disebar, kinerja SMK
Negeri 2 dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Standar Isi
SMK Negeri 2 telah menggunakan dua kurikulum yaitu
kurikulum sendiri yang dikembangkan dengan menggunakan
panduan yang disusun BSNP dengan mempertimbangkan karakter
daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia
peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran (atau KTSP) dan
Kurikulum 2013. Mata pelajaran bahasa Jawa dan Pendidikan
Lingkungan Hidup adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah
yang merupakan kebutuhan sosial masyarakat yang ingin
melestrasikan bahasa ibu dan sebagai pendukung utama sekolah
adiwiyata.
Kurikulum sekolah memuat 9 mata pelajaran muatan
nasional wajib A dan B, tiga mata pelajaran C (peminatan)
dua mata pelajaran muatan lokal dan tujuh mata pelajaran
kompetensi jurusan. Jumlah jam yang ada di struktur
kurikulum 50 jam pelajaran/minggu dengan alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama dan budi pekerti 3 jam,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 jam, Bahasa
Page 24
14
Indonesia 4 jam, Matematika 4 jam, Sejarah Indonesia 2 jam,
Bahasa Inggris 2 jam, Seni Budaya 2 jam, Prakarya dan
Kewirausahaan 2 jam, Pendidikan Jasmani ,Olahraga dan
Kesehatan 3 jam, Fisika 2 jam, Kimia 2 jam, Gambar Teknik 2
jam, muatan lokal Bahasa Daerah 2 jam, Pnedidikan Lingkungan
Hidup 2 jam dan mata pelajaran kompetensi kejuruan 18 jam.
Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan
2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 45 menit. Jumlah
jam pelajaran perminggu 50 jam.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu
kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program
kegiatan ektra kurikuler yang disediakan diantaranya
pembinaan kepramukaan (ekstra wajib), dan sepak bola, volly
ball, pencak silat, teater dan seni, PMR, pecinta alam, KIR,
basket, panjat tebing, band, tari.
2. Standar Proses
SMK Negeri 2 menerapkan dua kurikulum, kelas X, XI
menggunakan kurikulum 2013 dan kelas XII menggunakan KTSP.
Untuk kelas XII silabus yang dikembangkan oleh guru-guru
berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan
Page 25
15
pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri atau
berkelompok oleh guru-guru di sekolah sendiri. Diakui bahwa
silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum sepenuhnya
berasal dari hasil pemikiran sendiri namun masih ada
sebagian yang mencontoh silabus dari pusat dan sekolah-
sekolah lain yang serumpun dengan beberapa perbaikan-
perbaikan dan penyesuaian dengan tuntutan dunia kerja.
Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus kemudian
dibagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan
terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
(KMTT).
Sedangkan yang kelas X dan XI menggunakan silabus
yang sudah ditetapkan berdasarkan Permendiknas nomor 60
tahun 2013. Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-
prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan
nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal berdasarkan
Permendiknas no 103 tahun 2014. Seperti halnya dengan
silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-
guru secara mandiri berdasarkan hasil pemikiran sendiri
Page 26
16
ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah
atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma yang ada.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam
silabus dan RPP sebagian sudah menggunakan metode yang
aktif, inspiratif, kreatif, menyenangkan, menantang dan
memotivasi siswa. Untuk kelas X dan XI sebagian besar sudah
menggunakan metode saintifk.
Ketersediaan buku paket yang dibutuhkan siswa
(kurikulum 2013) sebagian besar sudah terpenuhi untuk mata
pelajaran wajib A dan B, kecuali mata pelajaran Kimia,
Fisika yang belum ada buku paketnya, sehingga sebagian besar
guru dan siswa merasa kurang nyaman dalam belajar. Sedangkan
buku paket mata pelajaran kejuruan sebagian besar tidak
tersedia dalam bentuk hard copy sehingga siswa dan guru
harus mencari sumber belajar dari internet.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas, pengawas, kepala SMK Negeri 2,
melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya
saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan. Supervisi biasanya didelegasikan kepada guru
senior untuk melakukan supervisi, setelah itu belum ada
Page 27
17
tindak lanjut dari hasil supervisi kelas. Sepervisi yang
dilakukan oleh pengawas sekolah biasanya dilakukan menjelang
pencairan TPP, karena dari hasil supervisi tersebut
dijadikan bahan pertimbangan pencairan dana TPP. Supervisi
oleh pengawas di Probolinggo dikenal dengan istilah MONEV
Pengawas.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun
pelajaran 2012/2013 dan tahun 2013/2014 untuk masing-masing
mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,03 dan 7,44
matematika,4.45 dan 5,00 serta Bahasa Inggris 6,00 dan 6,09,
mata pelajaran kompetensi produktif 8,00 dan 8,31. Dapat
dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan
pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah
memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai
target yang ditetapkan SKL.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang mencapai 121 orang dengan ijazah S1
sebanyak 102 dan 19 orang guru berijazah S2. Yang sudah
bersertifikasi pendidik sebanyak 94 orang guru dan yang
sudah memiliki sertifikat assesor kompetensi produktif dari
Page 28
18
LSP sebanyak 4 orang guru. Jumlah tenaga administrasi
sebanyak 34 orang terdiri dari 25 orang berijazah SLTA, 1
orang berijazah D1, 2 orang berijazah D3 dan 6 orang
berijazah S1.
5.Standar Sarana dan Prasarana
SMK Negeri 2 Kota Probolinggo memiliki lahan sendiri
seluas 35.390M2, dengan 40 ruang kelas teori dan 6 ruang
teori yang sedang dibangun, Lab IPA 1 ruang, Lab bahasa 4
ruang, Lab komputer 2 ruang, Ruang multimedia 2 ruang,
Perpustakaan 1 ruang, Serba guna 2 ruang, UKS 1 ruang,
Bengkel produktif 7 ruang besar, ruang display 1 ruang,
Koperasi sekolah 1 ruang, ruang guru 7 ruang (guru produktif
ruangan gurunya terdapat di bengkel masing-masing), ruang TU
2 ruang, Kamar mandi/WC guru laki-laki 10 ruang, 4 guru
perempuan,kamar mandi/WC siswa laki-laki 15 ruang dan 7
ruang perempuan, ruang KS 1 ruang, gudang 1 ruang, masjid 1,
unit produksi 2 ruang, GOR 1 gedung. Peralatan praktik
tersedia dengan mencukupi karena SMK Negeri 2 merupakan
sekolah mantan RSBI.
6.Stadar Pengelolaan
Page 29
19
Visi dan misi yang sudah ditetapkan di SMK Negeri 2
sudah disosialisasikan ke seluruh warga sekolah melalui
rapat dinas, ditempel di setiap ruang, dan wajib disertakan
di halaman awal perangkat pembelajaran setiap guru. Dengan
demikian visi dan misi sekolah sudah dipahami dan diupayakan
untuk diwujudkan oleh seluruh warga sekolah.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan
(RKT) dan rencana kerja jangka menengah (RKJM) sudah
disosialisasikan ke seluruh warga pada saat rapat dinas.
Namun untuk rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS)
disosialisasikan kepada seluruh ketua program keahlian dan
waka belum ke seluruh warga sekolah (hanya sekilas pada saat
rapat pleno).
Pengumpulan dan pengolahan data sudah menggunakan
sistem informasi berbasis data ICT. Sebagian penyampaian
materi pembelajaran menggunakan sistem on line, bahkan tahun
pelajaran 2014/2015 bagi siswa yang praktik industri
pembelajarannya menggunakan elearning. Untuk unjian nasional
tahun 2015 dilaksanakan dengan sistem ujian nasional
computer based tes (CBT).
Page 30
20
Untuk mendukung pengelolaan di SMK Negeri 2 juga
memberlakukan sistem ISO 9001:2008, dengan demikian sistem
yang dijalankan adalah sistem standar yang sudah ditetapkan
oleh ISO 9001:2008.
7. Standar Pembiayaan
SMK Negeri 2 Kota Probolinggo menyusun RKAS dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah ditambah
stakeholder yang terdiri dari komite sekolah dan industri
berdasarkan azas keterwakilan. Dalam penyusunan RKAS
terlebih dahulu dilakukan penjaringan daftar kebutuhan
masing-masing subunit mulai dari kebutuhan kepegawaian,
kesiswaan, humas, kurikulum, sarana prasarana, dan manajemen
ISO 9001:2008 serta pokja adiwiyata. Sehingga dengan
menjaring daftar kebutuhan dapat diketahui jumlah kebutuhan
dana yang dibutuhkan dalam jangka tahunan dan dipetakan
jangka menengah.
Sumber-sumber dana yang dapat mendukung
keberlangsungan sistem diantaranya berasal dari dana rutin
pemerintah, RBOS, RKB, BOS, CSR, kantin sekolah, koperasi
siswa, unit produksi dan jasa, komite. Pelaporan keuangan
yang dananya dari pemerintah cukup dilaporkan dengan
Page 31
21
mengirim laporan, sedangkan dana yang berasal dari komite
pelaporannya dilakukan secara tertulis dan dibacakan dalam
rapat dinas.
8. Standar Penilaian
Standar penilaian yang dilakukan di SMK Negeri 2
menggunakan 2 sistem. Sistem pertama menggunkan standar
penilaian untuk KTSP dan yang kedua menggunakan sistem
penilaian berdasarkan Permendiknas nomor 104 tahun 2014
untuk kurikulum 2013. Sebagian guru mata pelajaran sudah
menyusun rencana penilaian berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan oleh masing-masing mata pelajaran diinformasikan
kepada siswa, sedangkan yang menggunakan Kurikulum 2013 KKM
sudah ditentukan 2,67 sesuai SNP.
Guru melakukan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah, uji kompetensi keahlian dan
ujian nasional. Penilaian meliputi penilaian sikap,
pengetahuan dan keterampilan baik yang menggunakan Kurikulum
KTSP maupun Kurikulum 2013. Bagian penilaian inilah yang
banyak dikeluhkan oleh guru-guru, terutama dalam penyusunan
Page 32
22
instrumen penilaian. Guru merasa berat untuk melakukan
penilaian autentik, dengan alasan jumlah siswa dalam satu
kelas ada yang melebihi pagu dan masih harus melakukan
pengamatan sikap sambil mengajar. Sebagian besar guru belum
terbiasa dengan tuntutan Kurikulum 2013 dengan berbagai
perangkat penilaian yang harus disiapkan.
Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar siswa secara berkesinambungan. Penegasan tersebut
termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untuk
membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran
(learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar
oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh
informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan
belajar.
B. Profil SMK Negeri 1 Kota Probolinggo
SMKN 1 Probolinggo semula berstatus SMEA swasta yang
berdiri dan beroperasi sejak 1 Agustus 1960. Pemrakarsa
Page 33
23
berdirinya SMEA adalah guru-guru SMEP Negeri Probolinggo.
Hanya ada satu jurusan, yaitu Koperasi. Tempat
penyelenggaraan proses belajar mengajar masih menumpang pada
SMEP Negeri yang beralamat di Jl. Dr. Moh. Saleh No. 7
Probolinggo, dilaksanakan pada sore hari. Perkembangan dari
tahun ke tahun menunjukkan peningkatan serta kemajuan
diimbangi dengan respon masyarakat yang menyambut baik
keberadaan sekolah ini. Sampai pada akhirnya keberadaan
sekolah ini dirasakan sebagai suatu kebutuhan masyarakat,
untuk itu beberapa tokoh masyarakat mengusulkan agar SMEA
Swasta ini dikembangkan menjadi SMEA Negeri. Kendala yang
terasa sangat besar pada waktu itu adalah belum memiliki
gedung sendiri.
SMK Negeri 1 Kota Probolinggo yang dulu dikenal dengan
nama SMEA Negeri Probolinggo merupakan sekolah kejuruan
pertama bidang bisnis dan manajemen yang berdiri di kota
Probolinggo. Saat ini memiliki lima program keahlian
diantaranya Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Pemasaran,
Perbankan, Rekayasa Perangkat Lunak Komputer. Sekolah yang
berada di Jalan Mastrip 357 Kelurahan Jrebeng Wetan
Kecamatan Kedopok sekarang terkenal dengan sebutan Sekolah
Page 34
24
Sahabat Bumi, nama penghargaan ini diperoleh karena
keberhasilan di sekolah Adiwiyata Mandiri berturut-turut
samapai tahun ke tiga.
Untuk meningkatkan pelayanan dan mutu SMK Negeri 1
menggunakan sistem pelayanan yang berbasis ISO 9001: 2008
sejak tahun 2008. Dengan demikian tatanan sekolah dan
pengadministrasian sudah distandarkan ISO 9001:2008. Visi
sekolah ini Teja Tampil Bagai Berlian ( mencetak tenaga
kerja trampil, aktif, mandiri, profesional, berpengetahuan
dan menguasahi teknologi, berwawasan global, beriman serta
berbudaya lingkungan).
Berdasarkan angket yang telah disebar, kinerja SMK
Negeri 1 dilihat dari pencapaian delapan standar pendidikan
dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Standar Isi
SMK Negeri 1 menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum
sendiri yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang
disusun BSNP dengan mempertimbangkan karakter daerah,
kebutuhan sosial masyarakat, kondisi budaya, usia peserta
Page 35
25
didik, dan kebutuhan pembelajaran (atau KTSP) dan Kurikulum
2013. Mata pelajaran bahasa Jawa dan Pendidikan Lingkungan
Hidup adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang
merupakan kebutuhan sosial masyaraka yang ingin
melestrasikan bahasa ibu dan sebagai pendukung utama sekolah
adiwiyata.
Kurikulum sekolah memuat 9 mata pelajaran muatan
nasional wajib A dan B, tiga mata pelajaran C (peminatan)
dua mata pelajaran muatan lokal dan tujuh mata pelajaran
kompetensi jurusan. Jumlah jam yang ada di struktur
kurikulum 50 jam pelajaran/minggu dengan alokasi waktu mata
pelajaran Pendidikan Agama da budi pekerti 3 jam, Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan 2 jam, Bahasa Indonesia 4 jam,
Matematika 4 jam, Sejarah Indonesia 2 jam, Bahasa Inggris 2
jam, Seni Budaya 2 jam, Prakarya dan Kewirausahaan 2 jam,
Pendidikan Jasmani ,Olahraga dan Kesehatan 3 jam, Fisika 2
jam, Kimia 2 jam, Gambar Teknik 2 jam, muatan lokal Bahasa
Daerah 2 jam, Pendidikan Lingkungan Hidup 2 jam dan mata
pelajaran kompetensi kejuruan 18 jam. Pengembangan diri
memperoleh alokasi waktu ekuivalen dengan 2 jam pelajaran.
Page 36
26
Satu jam pelajaran setara 45 menit. Jumlah jam pelajaran
perminggu 50 jam.
Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu
kepada kebutuhan pengembangan pribadi siswa. Program
kegiatan ektra kurikuler yang disediakan diantaranya
pembinaan kepramukaan (ekstra wajib), dan volly ball, pencak
silat, teater dan seni,PMR, pecinta alam, KIR, basket,panjat
tebing, band, tari, debat.
2. Standar Proses
SMK Negeri 1 menerapkan dua kurikulum, kelas X, XI
menggunakan kurikulum 2013 dan kelas XII menggunakan
KTSP.Untuk kelas XII silabus yang dikembangkan oleh guru-
guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan
penyusunan dan pengembangkan silabus dilakukan secara
mandiri atau berkelompok oleh guru-guru di sekolah sendiri.
Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-guru belum
sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun
sebagian masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain
yang serumpun dengan beberapa perbaikan-perbaikan dan
penyesuaian dengan tuntutan dunia kerja. Kegiatan
Page 37
27
pembelajaran yang dirancang dalam silabus kemudian dibagi ke
dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan
kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).
Sedangkan yang kelas X dan XI menggunakan silabus
yang sudah ditetepkan berdasarkan Permendiknas nomor 60
tahun 2013. Guru-guru memiliki rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada prinsip-
prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan
nasional ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya
dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan oleh
guru-guru secara mandiri. RPP yang disusun guru sebagian
masih meng-copy paste RPP sekolah lain dalam satu MGMP kota
dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga
beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil
pemikiran sendiri ataupun kelompok dengan memperhatikan
lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan norma-norma
yang ada.
Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam
silabus dan RPP sebagian sudah menggunakan metode yang
aktif, inspiratif, kreatif, menyenangkan, menantang dan
Page 38
28
memotivasi siswa. Untuk kelas X dan XI sebagian besar sudah
menggunakan metode saintifk.
Ketersediaan buku paket yang dibutuhkan siswa
(Kurikulum 2013) sebagian besar sudah terpenuhi untuk mata
pelajaran wajib A dan B, kecuali mata pelajaran Fisika yang
buku paketnya masih terbatas dan tidak sesuai dengan
kebutuhan, dan buku bahasa daerah yang sama sekali tidak ada
sehingga sebagian besar guru dan siswa merasa kurang nyaman
dalam belajar. Sedangkan buku paket mata pelajaran kejuruan
sebagian besar tidak tersedia sehingga siswa dan guru harus
mencari sumber belajar dari internet.
Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas, pengawas, kepala SMK Negeri 2,
melakukan supervisi dan evaluasi proses pembelajaran. Hanya
saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala dan
berkelanjutan. Supervisi biasanya didelegasikan kepada guru
senior untuk meakukan supervisi, setelah itu tidak ada
tindak lanjut dari hasil supervisi kelas. Sepervisi yang
dilakukan oleh pengawas sekolah biasanya dilakukan menjelang
pencairan TPP, karena dari hasil supervisi tersebut
dijadikan bahan pertimbangan pencairan dana TPP. Supervisi
Page 39
29
oleh pengawas di Probolinggo dikenal dengan istilah MONEV
Pengawas.
3. Standar Kompetensi Lulusan
Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun
pelajaran tahun 2013/2014 untuk masing-masing mata
pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,89 matematika
5.65, serta Bahasa Inggris 6,76 , mata pelajaran kompetensi
produktif 8,50. Dapat dikatakan bahwa hasil ini
menggambarkan adanya upaya pencapaian di atas rata-rata yang
ditentukan pemerintah untuk patokan kelulusan dan pencapaian
kompetensi siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan
yang lebih baik dalam mencapai target yang ditetapkan SKL.
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru yang mencapai 89 orang dengan ijazah S1
sebanyak 83 dan guru berijazah S2 sebanyak 6 orang. Yang
sudah bersertifikasi pendidik sebanyak 60 orang guru dan
yang sudah memiliki sertifikat assesor kompetensi produktif
dari LSP sebanyak 5 orang guru. Jumlah tenaga administrasi
sebanyak 20 orang terdiri dari 1 orang berijazah SD, 1 orang
berijazah SMP, 16 orang berijazah SLTA, dan 2 orang
berijazah S1.
Page 40
30
5.Standar Sarana dan Prasarana
SMK Negeri 1 Kota Probolinggo memiliki lahan sendiri
seluas 16265 M2, dengan 30 ruang kelas teori, Lab IPA 1
ruang, Lab bahasa 1 ruang, Lab komputer 4 ruang, Ruang
multimedia 1 ruang, Perpustakaan 3 ruang, Serba guna 1
ruang, UKS 1 ruang, Bengkel produktif 3 ruang besar, ruang
display 1 ruang, ruang toko 3, Koperasi sekolah 1 ruang,
ruang guru 6 ruang (guru produktif ruangan gurunya terdapat
di bengkel masing-masing), ruang TU 2 ruang,ruang OSIS 1
ruang, Kamar mandi/WC guru laki-laki 2 ruang, 3 guru
perempuan, kamar mandi/WC siswa laki-laki 2 ruang dan 5
ruang perempuan, ruang KS 1 ruang, gudang 7 ruang, masjid 1,
unit produksi 2 ruang, GOR 1 ruang Peralatan praktik
tersedia dengan mencukupi karena SMK Negeri 1 merupakan
sekolah Pertamina Foundation.
6.Stadar Pengelolaan
Visi dan misi yang sudah ditetapkan di SMK Negeri 1
sudah disosialisasikan ke seluruh warga sekolah melalui
rapat dinas, ditempel di setiap ruang, dan wajib disertakan
di halaman awal perangkat pembelajaran setiap guru. Dengan
Page 41
31
demikian visi dan misi sekolah sudah dipahami dan diupayakan
untuk diwujudkan oleh seluruh warga sekolah.
Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan
(RKT) dan rencana kerja jangka menengah (RKJM) sudah
disosialisasikan ke seluruh warga pada saat rapat dinas.
Pengumpulan dan pengolahan data sudah menggunakan sistem
informasi berbasis data ICT. Namun sebagian penyampaian
materi pembelajaran belum menggunakan sistem on line. ICT
digunakan untuk sumber informasi kepada komite dengan jalur
sms.
Untuk mendukung pengelolaan di SMK Negeri 1 juga
memberlakukan sistem ISO 9001:2008, dengan demikian sistem
yang dijalankan adalah sistem standar yang sudah ditetapkan
oleh ISO 9001:2008.
7. Standar Pembiayaan
SMK Negeri 1 Kota Probolinggo menyusun RKAS dengan
melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah ditambah
stakeholder yang terdiri dari komite sekolah, Pertamina dan
industri berdasarkan azas keterwakilan. Dalam penyususnan
RKAS terlebih dahulu dilakukan penjaringan daftar kebutuhan
masing-masing subunit mulai dari kebutuhan kepegawaian,
Page 42
32
kesiswaan, humas, kurikulum, sarana prasarana, dan manajemen
ISO 9001:2008 serta pokja adiwiyata dan sekolah sahabat
bumi. Sehingga dengan menjaring daftar kebutuhan dapat
diketahui jumlah kebutuhan dana yang dibutuhkan dalam jangka
tahunan dan dipetakan jangka menengah.
Sumber-sumber dana yang dapat mendukung
keberlangsungan sistem diantaranya berasal dari dana rutin
pemerintah, RBOS, RKB, BOS, CSR, kantin sekolah, koperasi
siswa, unit produksi dan jasa, komite, teaching factory dan
bisnis center. Pelaporan keuangan yang dananya dari
pemerintah cukup dilaporkan dengan mengirim laporan,
sedangkan dana yang berasal dari komite pelaporannya
dilakukan secara tertulis dan dibacakan dalam rapat dinas.
8. Standar Penilaian
Standar penilaian yang dilakukan di SMK Negeri 1
menggunakan 2 sistem. Sistem pertama menggunkan standar
penilaian untuk KTSP dan yang kedua menggunakan sistem
penilaian berdasarkan Permendiknas nomor 104 tahun 2014
untuk Kurikulum 2013. Sebagian guru mata pelajaran sudah
menyusun rencana penilaian berdasarkan standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Kriteria ketuntasan minimal yang telah
Page 43
33
ditetapkan oleh masing-masing mata pelajaran diinformasikan
kepada siswa, sedangkan yang menggunakan Kurikulum 2013 KKM
sudah ditentukan 2,67 sesuai SNP.
Guru melakukan penilaian melalui pelaksanaan ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
kenaikan kelas, ujian sekolah dan ujian nasional. Penilaian
meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan baik
yang menggunakan Kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013.
Bagian penilaian inilah yang banyak dikeluhkan oleh guru-
guru, terutama dalam penyusunan instrumen penilaian. Guru
merasa berat untuk melakukan penilaian autentik, dengan
alasan jumlah siswa dalam satu kelas ada yang melebihi pagu
dan masih harus melakukan pengamatan sikap sambil mengajar.
Sebagian besar guru belum terbiasa dengan tuntutan Kurikulum
2013 dengan berbagai perangkat penilaian yang harus
disiapkan.
Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan untuk
memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar siswa secara berkesinambungan. Penegasan tersebut
termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Page 44
34
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil
belajar oleh pendidik memiliki peran antara lain untuk
membantu peserta didik mengetahui capaian pembelajaran
(learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar
oleh pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh
informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan
belajar.
Page 46
BAB III
PELAKSANAAN TINDAK KEPEMIMPINAN
A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan
Sudah tahun ke dua pemberlakuan Kurikulum 2013
sehingga menuntut guru untuk cepat membenahi dan merevisi
perangkat pembelajaran. Sosialisasi dilakukan demi suksesnya
pelaksanaan kurikulum 2013, guru-guru diikutkan dalam
pendidikan dan IHT, baik di tingkat nasional, provinsi,
maupun kabupaten / kota, bahkan ke tingkat kecamatan.
Perencanaan proses pembelajaran ( RPP) di sekolah
dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan standar isi (SI),
standar kompetensi lulusan (SKL), dan panduan penyusunan
kurikulum. Kegiatan penyusunan RPP dilakukan secara mandiri
ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP. RPP dikembangkan
oleh guru-guru yang berasal dari pemikiran sendiri namun
sebagian masih mencontoh dari sekolah lain dengan beberapa
penyesuaian. Guru-guru di SMK Negeri 2 kota Probolinggo
memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun
berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran.
36
Page 47
37
Pada kenyataannya guru-guru merasa kesulitan dalam
menyusun instrumen penilaian dalam kurikulum 2013 yang
menuntut penilaian sikap, pengetahuan, ketrampilan secara
autentik. Kesulitan tersebut terbukti dari tidak semua guru
melaksanakan penilaian autentik yang dirasa begitu banyak
perangkat/instrumen yang harus disiapkan. Demikian juga
guru-guru juga mengalami kesulitan untuk menentukan jenis
penilaian yang paling tepat untuk mengukur keberhasilan
belajar peserta didik pada KI 3 dan KI 4. Keterampilan dalam
memilih instrumen juga menjadi hambatan dalam melaksanakan
penilain autentik.
Dengan kondisi di atas maka selaku peserta diklat
calon kepala sekolah akan mengangkat tema “Upaya
Meningkatkan Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah dan
Mengembangkan Kemampuan Guru dalam Membuat Instrumen
Penilaian Outentik Melalui Kegiatan MGMP”
Rencana Tindak Kepimpinan dilaksanakan dengan dua siklus
dengan tahapan siklus : (a) persiapan, (b) pelaksanaan, (c)
monitoring dan evaluasi, (d) refleksi
a. Siklus Pertama
Page 48
38
Sebelum pelaksanaan kegiatan MGMP maka calon kepala
sekolah membantu waka kurikulum membuat proposal kegiatan
yang kebetulan bersamaan dengan program sekolah cluster
dalam pengembangan Kurikulum 2013. Siklus pertama akan
dilakukan IHT dalam upaya meningkatkan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik . Peserta pendampingan adalah guru-
guru yang ada di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo yang belum
pernah mengikuti kegiatan pendampingan Kurikulum 2013. Tahap
yang dilakukan adalah :
a. Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan calon kepala sekolah untuk
kegiatan RTK adalah
1) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah bahwa calon
kepala sekolah mempunyai program pengembangan kompetensi
kepemimpinan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
membuat instrumen penilaian. Bersama dengan kepala
sekolah mengadakan koordinasi dengan waka kurikulum untuk
menyelaraskan program calon kepala sekolah dengan program
sekolah yang juga akan mengadakan program pendampingan
pengembangan Kurikulum 2013 sebagai sekolah cluster.
Page 49
39
2) Bersama dengan waka kurikulum menyusun program
pendampingan berdasarkan petunjuk teknis pengembangan
Kurikulum 2013 , menyusun jadwal pelaksanaan siklus 1
dimulai tanggal 20 dan 21 Februari 2015 ; siklus 2
dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Februari 2015, dan tempat/
kelas yang digunakan untuk pelaksanaan pendampingan .
Kelas yang digunakan untuk pendampingan dikoordinasikan
dengan waka sarana sehingga dalam pelaksanaan
pendampingan tidak menggangu kelas yang ditempati siswa
belajar.
3) Calon kepala sekolah menyusun buku panduan pelaksanaan
pendampingan kemudian menyerahkannya kepada Ka TAS untuk
digandakan.
4) Calon kepala sekolah membuat dan menyiapkan instrumen
kegiatan yang akan digunakan untuk pretes, pos tes dan
kemudian diserhkan kepada Ka TAS untuk digandakan
sejumlah 30 eksemplar.
5) Bersama waka kurikulum calon kepala sekolah menyiapkan
kurikulum, buku sumber dan berkoordinasi dengan
penanggung jawab ICT untuk pelaksanaan pendampingan
khusus materi erapor
Page 50
40
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan RTK I yaitu
melakukan pendampingan berupa IHT untuk meningkatkan
kompetensi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan
saintifik di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo. Pendampingan
dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pemberi
materi adalah pengawas pembina SMK . Materi yang disampaikan
masih bersifat penilaian secara umum. Calon kepala sekolah
yang juga merangkap sebagai pemateri menyampaikan materi
khusus penilaian di mata pelajaran Bahasa Indonesia. Lama
waktu pendampingan dua hari. Langkah ini sangat tepat
diberikan untuk merefresh dalam menghadapi pekerjaan baru,
menghadapi masalah prestasi kerja, atau yang menginginkan
pembinaan kerja untuk keberhasilan lebih lanjut. Tujuannya
adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah
berhasil atau memperbaiki kinerja yang bermasalah dan
menambah wawasan pengetahuan tentang pendekatan saintifik
yang akan dan sedang dihadapi berkenaan dengan
diberlakukannya kurikulum 2013.
Karena peserta pendampingan merupakan guru yang belum
pernah mengikuti pendampingan Kurikulum 2013 maka calon
Page 51
41
kepala sekolah yang merangkap sebagai pemateri dalam
mendampingi dan membimbing guru dengan sabar, telaten, dan
harus mau diajak berdiskusi baik di dalam jam pendampingan
maupun di luar jam pendampingan. Pendampingan merupakan
sarana untuk mengoptimalkan sasaran yang telah ditetapkan
dengan memanfaatkan peluang dan menghilangkan hambatan yang
dapat mengganggu pencapaian kinerja, sehingga dalam
pendampingan diperlukan ketelatenan dan rela berbagi ilmu
demi suksesnya tujuan yang akan dicapai. Pendampingan
menjadi alat yang penting dalam proses pengembangan
kepribadian dan keprofesionalan seseorang, sehingga seorang
pemimpin diharapkan mampu menjadi pelatih dan sekaligus
memberi contoh yang baik kepada mitra kerja dan dekat dalam
pemberian materi, dengan demikian dapat menampung keluhan
guru. Pada tahap siklus 1 setelah pemberian materi secara
umum, kelas dibagi dalam tiga kelompok mata pelajaran yaitu
kelompok mata pelajara ujian nasional yang terdiri dari
Bahasa Indonesia, matematika, dan Bahasa Inggris, kelompok
kedua terdiri dari mata pelajaran sejarah, PPKN, seni
budaya, dan prakarya, sedangkan kelompok yang ketiga yaitu
mata pelajaran penjaskes, kimia, dn fisika. Dalam kegiatan
Page 52
42
ini calon kepala sekolah sebagai pemateri menyampaian materi
penilaian pendidik. Setelah itu yang dilakukan guru adalah
membuat instrumen penilaian kinerja. Instrumen yang dibuat
meliputi instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan. Instrumen penilaian sikap meliputi penilaian
diri sendiri (self assesment) dan penilaian antarteman (peer
assesment).
c. Monitoring dan Evaluasi
Tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan RTK I, guru
yang menjadi peserta pendampingan melakukan pengisian
instrumen monev pelaksanaan RTK I. Angket yang disebar
sejumlah 30 eksemplar masing-masing mata pelajaran diberi 3
angket. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan
penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula
apapun yang diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja
mereka. Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pendampingan
yang dilakukan pada pelaksanaan RTK 1 melalui pengisian
instrumen monev 1 dan penyusunan perangkat penilaian
setelah mengikuti pendampingan siklus pertama mulai dari 40
% menjadi 73,8 %. Peningkatan kompetensi sebesar 33,8 %
menunjukkan adanya hasil upaya calon kepala sekolah sebagai
Page 53
43
manajer dalam melakukan pendampingan dan melakukan tugasnya
mengembangkan kompetensi guru. Sedangkan hasil dari
instrumen pelaksanaan jalannya Diklat pendampingan pembuatan
instrumen penilaian 79,1%. Hasil dari peningkatan dapat
dilihat di tabel 3.1
TABEL 3.1
RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN SIKLUS 1
PENDAMPINGAN PEMBUATAN PENILAIAN KURIKULUM 2013
SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO
Bahasa Indonesia
Matematika
Bahasa Inggris
SejarahPPKN
Penjaskes
Seni Budaya
Prakarya/KWUKimia
Fisika
0
2
4
6
8
PRETESPOSTESPELAKSANAAN
d. Refleksi
Page 54
44
Kegiatan RTK 1 yang dilakukan calon kepala sekolah
berkaitan dengan upaya peningkatan kompetensi guru dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui kegiatan
pendampingan di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo, menemukan
beberapa hal yang menjadi sesuatu yang bermakna. Guru
sebelum pendampingan belum memahami komponen penilaian
berdasarkan Permendiknas 104 tahun 2014, setelah
pendampingan guru sudah memahami komponen- komponen
penilaian yang harus tertuang dalam RPP Kurikulum 2013 dan
cara menyusunnya sehingga siap untuk mengembangkan
pembelajaran di kelasnya.
b. Siklus Kedua
Berdasarkan hasil pelaksanaan RTK 1 diperoleh bahwa guru
masih memiliki kompetensi yang kurang pada kompetensi
membuat berbagai fariasi instrumen penilaian sikap. Untuk
itu pada rancangan RTK 2 akan difokuskan pada usaha
pendampingan pembuatan berbagai farian instrumen penilaian
sikap.
a. Persiapan
Page 55
45
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan tindakan
siklus 2 antara lain :
1) Memilih beberapa guru/ketua program keahlian yang
memiliki kompetensi lebih dan meminta kesediaannya
untuk diberdayakan membantu calon kepala sekolah dalam
melakukan pendampingan terhadap rekan-rekannya
berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan, karena
ketua program keahlianlah yang mengetahui kebutuhan
instrumen penilaian sikap.
2) Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus 2. Dalam penyusunan instrumen ini
disamakan dengan instrumen siklus 1 karena calon kepala
sekolah ingin mengetahui tingkat perkembangan pemahaman
materi penilaian yang dipartikkan oleh guru peserta
pendampingan.
3) Menentukan jadwal pelaksanaan pendampingan siklus 2
yang dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Februari 2015,
tempat pelaksanaan pendampingan menggunkan ruangan
laboratorium TIK.
Page 56
46
4) Bersama dengan pengelola ICT menyiapkan kebutuhan
sofware untuk mendukung berlangsungnya pelaksanaan
materi sistem pelaporan yang menggunakan erapor
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan RTK 2 yaitu
melakukan pendampingan guru berdasarkan kompetensi keahlian
di jurusan masing-masing, sehingga calon kepala sekolah
dibantu 6 ketua jurusan untuk mendampingi guru-guru.
Pembimbingan selama 6 jam dilakukan sesuai dengan waktu yang
ditentukan. Pemberi materi pendamping adalah teman sejawat
(semua ketua jurusan masing-masing). Lama waktu pendampingan
ditetapkan dua hari. Materi pendampingan pembuatan instrumen
penilaian portofolio untuk penilaian keterampilan. Dalam
pendampingan siklus 2 ini difokuskan pada bagaimana cara
merangkai kumpulan nilai sehingga dapat terbentuk menjadi
penilaian portofolio. Sistem pembuatan portofolio masing-
masing guru berbeda sehingga perlu ada kesamaan persepsi dan
kesamaan format sehingga hasil format yang sudah disepakati
Page 57
47
nantinya dimajukan ke Top Manajemen dan Wakil Manajemen Mutu
ISO 9001:2008 untuk disahkan menjadi format baku.
Tugas guru setelah mengambil penilaian peserta didik
pastilah membuat pelaporannya dalam wujud nilai kompetensi
yang nantinya akan dimasukkan dalam rapor, untuk itu dalam
pendampingan ini juga dimasukkan materi pendampingan
pengoperasian e-rapor juga. Erapor ini sudah diberlakukan
pada saat semester satu, namun setelah dievaluasi masih
banyak guru yang sistem kerjanya memasukkan nilai dalam
erapor dilakukan sekaligus pada saat akhir semester. Dengan
demikian dalam memasukkan nilai guru merasa berat karena
begitu banyaknya data yang harus dimasukkan. Dalam
pendampingan ini calon kepala sekolah bersama dengan tem ICT
dan guru TIK memandu guru untk memasukkan nilai per KD dalam
erapor, sehingga pada akhir semester dua nanti guru tinggal
memasukkan nilai akhir dari KD yang terakhir yang belum
dimasukkan dalam data erapor.
c. Monitoring dan Evaluasi
Tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan RTK 2, guru
yang menjadi peserta pendamingan melakukan pengisian
Page 58
48
instrumen monev pelaksanaan RTK 2. Sebelum melakukan
pengisian instrumen perlu penjelasan cara pengisian
instrumen. Dijelaskan pula bahwa hasil instrumen monev tidak
mempengaruhi penilaian kinerja mereka. Berdasarkan analisis
hasil pelaksanaan pendampingan dalam MGMP sekolah, melalui
pengisian instrumen monev 2 dan pembelajaran setelah
mengikuti pedampingan siklus pertama dari 73,8% menjadi
87,5%.dan instrumen pelaksanaan pendampingan dari 79,1%
menjadi 85% sudah termasuk kategori kompetensi yang baik.
Peningkatan kompetensi sebesar 13,7% menunjukkan adanya
hasil upaya calon kepala sekolah sebagai manajer dalam
melakukan pendampingan dan melakukan tugasnya mengembangkan
kompetensi guru. Hasil peningkatan dapat dilihat dalam tabel
3.2.
Tabel 3.2 Siklus 2
Page 59
49
0246810
PretesPostesPelaksanaan
d. Refleksi
Kegiatan RTK 2 yang dilakukan calon kepala sekolah
berkaitan dengan upaya peningkatan kompetensi guru dalam
membuat instrumen penilaian dalam pembelajran dengan
menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan
pendampingan MGMP sekolah, menjadi sangat bermakna karena
masing-masing guru merasa terbantu dengan formulasi
penyusunan instrumen yang telah dibuat bersama dibanding
tahun lalu yang instrumen penilaian dibuat oleh guru
sendiri-sendiri. Selain itu antarguru juga dapat bertukar
pendapat dan pengalaman menghadapi dan menyikapi tuntutan
penilaian autentik yang terkenal dengan banyak macam
penilaiannya.
B. Observasi Guru Yunior
Page 60
50
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun
2010, tentang penugasan guru sebagai kelapa sekolah,
menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan calon kepala
sekolah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon
kepala sekolah melalui pemberian pengalaman pembelajaran
teori maupun praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang
diakhiri dengan penilaian sesuai standar nasional. Melakukan
supervisi akademik pada kegiatan on the job learning terhadap
guru yunior merupakan implementasi pemberian pengalaman
pembelajaran praktik pengembangan kompetensi supervisi calon
kepala sekolah.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
disebutkan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki
kepala sekolah adalah kompetensi supervisi dengan
subkompetensi sebagai berikut :
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesional guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.
Page 61
51
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah
pembelajaran, yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar
semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
perlu didukung oleh sejumlah komponen sekolah. Satu di
antara komponen yang memegang peranan penting adalah kepala
sekolah dalam konteks pembelajaran, kepala sekolah memiliki
peranan sebagai calon kepala sekolah. Karena itu, kepala
sekolah harus memiliki kompetensi supervisi, peranan calon
kepala sekolah dilaksanakan untuk menyupervisi pekerjaan
yang dilakukan oleh guru.
Supervisi pada hakikatnya dilakukan oleh kepala sekolah
yang berperan sebagai calon kepala sekolah, tetapi dalam
sistem organisasi pendidikan modern diperlukan calon kepala
sekolah khusus yang independen (seperti audit ISO
9000:2008), demi terciptanya objektivitas dalam pembinaan
dan pelaksanaan tugasnya. Setiap kepala sekolah harus
memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang
meliputi : pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip,
dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Sasaran
Page 62
52
supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, yang terdiri dari materi pokok dalam proses
pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan
strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan
teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan
hasil pembelajaran. Namun, jika supervisi dilakukan oleh
kepala sekolah, maka hasilnya harus mampu melaksanakan
berbagai pengawasan untuk meningkatkan kinerja guru.
Pengawasan merupakan sarana kontrol agar kegiatan pendidikan
di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah antara
lain adalah : (a) membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran/ bimbingan
yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa, (b)
membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan /atau di
lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa, (c) membimbing
guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan (d)
memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran.
Page 63
53
Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru
dalam merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan
pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang
menyenangkan, memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan
mengembangkan interaksi pembelajaran (strategi, metode,
teknik) yang tepat.
Tujuan pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru
yunior bagi peserta diklat calon kepala sekolah adalah :
1. Mengembangkan kompetensi supervisi akademik,
2. Melatih kemampuan melaksanakan supervisi akademik,
3. Melatih kemampuan mengidentifikasi permasalahan guru
yunior dalam mengelola pembelajaran kemudian melakukan
tindak lanjut dalam rangka meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajarannya.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru yunior bagi peserta diklat calon
kepala sekolah adalah :
1. Mampu mengembangkan kompetensi supervisi akademik,
2. Mampu melaksanakan supervisi akademik,
Page 64
54
3. Mampu mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam
mengelola pembelajaran kemudian melakukan tindak lanjut
dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajarannya.
Guru pertama yang dipilih untuk disupervisi adalah
Widya Paramita,S.Pd. Guru tersebut adalah guru berijazah
bahasa Inggris namun mengajar bahasa Indonesia. Hal ini
dikarenakan adanya perubahan struktur kurikulum sehingga
sebagian besar guru bahasa Inggris kekurangan jam mengajar.
Di samping itu guru tersebut selama dua tahun fakum tidak
mengajar dikarenakan tugas belajar. Supervisi akademik
terhadap guru yunior 1 dilaksanakan di kelas X Teknik
Kendaraan Ringan(TKR) 2. Teknik supervisi yang digunakan
adalah teknik supervisi individual yaitu melaksanakan
supervisi perseorangan terhadap guru yunior. Calon kepala
sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru. Pelaksanaan
supervisi ini dilaksanakan dengan cara calon kepala sekolah
datang ke kelas untuk mengobservasi guru yunior. Guru kedua
yang disupervisi adalah Dwi Nur Hidayati,S.Pd. Guru masih
berstatus guru tidak tetap dan berijazah matematika namun
mengajar bahasa Indonesia.
Page 65
55
Tahapan pelaksanaan supervisi terdiri dari tiga tahap,
yaitu :
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini calon kepala sekolah merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan
kelas untuk guru yunior 1, sedangkan untuk guru yunior 2
dilaksanakan tanggal 25 – 31 Maret 2015. Waktu yang sudah
disepakati untuk observasi perangkat pembelajaran guru
yunior 1 tanggal 21-24 Februari 2015, observasi supervisi
kelas hari Selasa tanggal 23 Februari 2015. Untuk supervisi
kelas dilaksanakan hari Selasa tanggal 3 Maret 2015. Dan
untuk tidak lanjut hasil supervisi tanggal 10 Maret 2015.
2. Tahap pelaksanaan Observasi Guru Yunior 1
Pada tahap ini dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu :
a. Pra-Observasi
Calon kepala sekolah menghubungi guru yunior yang akan
diobservasi dan menyiapkan sejumlah instrumen yang akan
digunakan pada pelaksanaan onservasi di antaranya : (1)
instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, (2) instrumen
observasi kelas, (3) daftar pertanyaan setelah observasi,
dan (4) format tindak lanjut hasil supervisi. Selanjutnya
Page 66
56
melakukan pertemuan dengan guru yunior yang akan
diobservasi. Pada pertemuan pertama calon kepala sekolah
meminta perangkat pembelajaran untuk dilihat kesesuaian dan
meminta kesediaan guru yunior untuk diobservasi proses
pembelajarannya. Pra observasi ini calon kepala sekolah ikut
masuk kelas untuk orientasi dan mengamati langsung
terjadinya proses pembelajaran.
b. Observasi
. Calon kepala sekolah mengamati jalannya proses
pembelajaran berlangsung, dengan melihat administrasi yang
telah dipersiapkan oleh guru yunior dalam pelaksanaan
observasi di antaranya : Silabus, RPP, bahan ajar, alat
peraga atau media dan penilaian yang akan digunakan.
Supervisi dilakukan dua tahap yaitu guru kelas X TKR
2 yang menggunakan Kurikulum 2013. Pada tahap ini calon
kepala sekolah melakukan observasi langsung ke kelas XTKR2
tempat guru yunior melangsungkan proses belajar mengajar
sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pelaksanaan
observasi dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (setiap
pertemuan 2 x 45 menit). Calon kepala sekolah melakukan
Page 67
57
pengamatan langsung pelaksanaan pembelajaran mulai dari
kegiatan awal sampai pada kegiatan penutup.
Observasi dilakukan pada guru yunior Widya
Paramita,S.Pd. di kelas XTKR2. Pada pertemuan pertama,
dengan mengacu pada RPP yang disusun guru. Pada kegiatan
awal, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk berdoa
menurut agama dan keyakinan masing-masing. Guru memberikan
salam, namun lupa tidak melakukan komunikasi tentang
kehadiran siswa. Guru memotivasi siswa dalam mengawali
kegiatan pembelajaran. Kemudian guru lupa menyampaikan
tujuan yang diharapkan pada pembelajaran hari ini.
Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menjelaskan materi
pelajaran. Pada kegiatan inti di RPP dituliskan pendekatan
saintifik, namun dalam pelaksanaannya guru mendominasi
berceramah dengan dibantu slide. Pada bagian penutup guru
lupa meminta siswa memberikan kesimpulan pelajaran hari
ini. Guru kemudian menyimpulkan. Berikutnya guru
mempersilahkan siswa untuk mencatat soal PR yang ada pada
bagian latihan. Selanjutnya guru menutup pelajaran dan
memberikan salam.
Page 68
58
Pada saat pelakasanaan supervisi tahap kedua guru
yunior mengajar jam ke 1-2 dan 5-6 di kelas XTKR2, masih
menyampaikan tema yang sama yaitu bernegosiasi. Namun dalam
pelaksanaan pembelajaran sudah terdapat kemajuan di
kegiatan awal, yaitu sudah menyapa siswa dan mengabsen.
Karena materi yang disampaikan masih sama sehingga media
pembelajarnnya pun juga sama. Guru lebih banyak menggunakan
metode tanya jawab dengan siswa, namun jawaban siswa tidak
diumpankan ke siswa yang lain untuk menanggapi. Sampai jam
ke 6 guru belum melakukan penilaian baik sikap, pengetahuan
dan ketrampilan. Padahal dalam RPP direncanakan penilaian
sikap, pengetahuan dan ketrampilan di pertemuan ini. Untuk
memperoleh bukti pelaksanaan pembelajaran tersebut calon
kepala sekolah mendokumentasikannya dalam bentuk foto.
b. Pasca-Observasi
Setelah melakukan observasi mengajar guru yunior 1,
setelah itu guru yunior 1 diajak untuk merefleksikan dirinya
sendiri mendeskripsikan hal-hal yang telah dilakukan guru
dalam mengajar dan yang belum dilakukan oleh guru yunior 1.
Dalam pertemuan dilakukan diskusi hal-hal yang perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan diantaranya calon kepala
Page 69
59
sekolah menyarankan agar jawaban siswa direspon siswa lain
untuk ditanggapi,melakukan pengamatan dan mengambil nilai
sikap, kemudian menilai PR yang sudah dikerjakan siswa
sehingga dapat dijadikan nilai pengetahuan. Calon kepala
sekolah memberikan masukan berdasarkan instrumen pengamatan
yang sifatnya melengkapi jika terdapat kekurangan dari hasil
refleksi diri guru yunior tersebut.
c. Hasil
Hasil pelaksanaan supervisi guru yunior yang telah
dilaksanakan pada siklus 1 dan 2 terhadap guru yunior Widya
Paramita,S.Pd. diperoleh nilai : (i) 97% untuk kegiatan pra
observasi, (ii) 81,9% untuk kegiatan observasi, dan (iii)
93,33% untuk telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah
90,74%. Nilai tersebut mengindikasikan kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran termasuk ke dalam kategori
kemampuan baik sekali. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh
nilai : (i) 97% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 87,5%
untuk kegiatan observasi, dan (iii) 90% untuk kegiatan
telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran pada pertemuan kedua adalah 93,94%. Nilai
Page 70
60
tersebut mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan
pembelajaran termasuk ke dalam kategori kemampuan sangat
baik. Sebagai gambaran dapat dilihat dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3
SUPERVISI GURU YUNIOR 1
WIDYA PARAMITA,S.Pd
Siklus 1 Siklus 2707580859095
100
Pra observasiObservasiTelaah RPP
d. Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini calon kepala sekolah bersama guru yunior
merefleksi pelaksanaan pembelajaran dengan mendiskusikan
kelebihan dan kekurangan, diantaranya pada kegiatan awal
agar kelas dikondisikan dan diabsen sehingga guru mengetahui
kehadiran siswa, dan pada kegiatan inti guru masih
mendominasi dengan metode berceramah. Hasil refleksi
dijadikan dasar untuk perbaikan proses pembelajaran
berikutnya. Guru yunior mengisi refleksi secara tertulis
Page 71
61
sehingga dapat dijadikan bukti pendampingan tindak lanjut
untuk materi pembelajaran yang berbeda.
3. Pelaksanaan Supervisi Guru Yunior kedua
Guru yunior kedua adalah Dwi Nur Hidayati,S.Pd yang
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di tahun kedua.
Guru ini tidak sesuai dengan bidang ijazah yang dimiliki
yaitu sarjana matematika. Karena masih berstatus guru tidak
tetap dan mata pelajaran bahasa Indonesia kekurangan guru
sehingga guru ini diberi tugas mengajar Bahasa Indonesia di
kelas X. Calon kepala sekolah memilih guru ini karena ingin
membandingkan hasil belajar antara kelas yang diajar guru
bahasa Inggris dengan kelas yang diajar oleh guru matematika
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.
a. Pra-Observasi
Calon kepala sekolah menghubungi guru yunior yang akan
diobservasi dan menyiapkan sejumlah instrumen yang akan
digunakan pada pelaksanaan observasi di antaranya : (1)
instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, (2) instrumen
observasi kelas, (3) daftar pertanyaan setelah observasi,
dan (4) format tindak lanjut hasil supervisi. Selanjutnya
melakukan pertemuan dengan guru yunior yang akan
Page 72
62
diobservasi. Pada pertemuan pertama calon kepala sekolah
meminta perangkat pembelajaran untuk dilihat kesesuaian dan
meminta kesediaan guru yunior untuk diobservasi proses
pembelajarannya. Pra observasi ini calon kepala sekolah ikut
masuk kelas untuk orientasi dan mengamati langsung
terjadinya proses pembelajaran.
b. Observasi
Calon kepala sekolah mengamati jalannya proses
pembelajaran berlangsung, dengan melihat administrasi yang
telah dipersiapkan oleh guru yunior dalam pelaksanaan
observasi di antaranya : Silabus, RPP, bahan ajar, alat
peraga atau media dan penilaian yang akan digunakan.
Supervisi dilakukan dua tahap di kelas X TKR 1 yang
menggunakan Kurikulum 2013. Pada tahap ini calon kepala
sekolah melakukan observasi langsung ke kelas X TKR1 tempat
guru yunior melangsungkan proses belajar mengajar sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati. Pelaksanaan observasi
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan (setiap pertemuan
2 x 45 menit). Calon kepala sekolah melakukan pengamatan
langsung pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan awal
sampai pada kegiatan penutup.
Page 73
63
Berdasarkan pengamatan siklus satu, guru yunior 2(Dwi
Nurhidayati) dalam membuka pelajaran tidak diawali ketua
kelas menyiapkan teman-temannya untuk belajar, tidak
mengajak semua siswa untuk berdoa menurut agama dan
keyakinan masing-masing. Guru langsung memberikan salam,
melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru langsung
mengawali kegiatan pembelajaran. Kemudian guru tidak
menyampaikan tujuan yang diharapkan pada pembelajaran hari
ini. Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menjelaskan
materi pelajaran dengan metode tanya jawab. Guru terpaku
pada teks book. Pada bagian penutup guru meminta siswa
memberikan kesimpulan pelajaran hari ini. Beberapa siswa
spontan berteriak memberikan simpulan pelajaran. Guru
kemudian mengulangi dan melengkapi simpulan siswa. Namun
berikutnya guru tidak memberikan tugas untuk pertemuan
berikutnya karena waktu sudah habis. Selanjutnya guru
menutup pelajaran dan memberikan salam.
Pada pertemuan kedua (siklus kedua) guru yunior sudah
ada perubahan dalam membuka pelajaran dengan mengondisikan
siswa dan mengabsen, kemudian melakukan apersepsi dengan
tanya jawab pertemuan yang lalu. Pada kegiatan inti sudah
Page 74
64
nampak saintifiknya. Media yang digunakan lebih menarik
dengan menggunakan tanyangan film negosiasi. Langkah-
langkah yang dilakukan sudah menunjukkan penerapan metode
saintifik. Hanya saja guru masih terpaku pada teks book
sehingga pengembangan dan pengaitan dengan kehidupan
sehari-hari masih kurang.
Pada pertemuan kedua guru membuat perencanaan
penilaian berupa ulangan harian. Perangkat penilaian yang
disiapkan soal harian dan kisi-kisi, sedangkan kartu soal
belum dibuat sehingga pedoman penilaian dan kunci jawaban
belum ada.
c. Pasca-Observasi
Diakhir pertemuan dilakukan calon kepala sekolah
berdiskusi dengan guru yunior 2 tentang hal-hal yang perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan diantaranya calon kepala
sekolah menyarankan agar mengondisikan siswa sebelum
pembelajaran dan melakukan apersepsi. Tujuan pembelajaran
perlu disampaian sehingga siswa mempunyai gambaran kegunaan
materi pelajaran untuk kehidupannya. Karena kondisi siswa
beragam maka guru disarankan untuk menggunakan bahasa
pengantar pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia yang
Page 75
65
baik sehingga bagi siswa yang berbahasa ibu madura bisa
paham penjelasan guru. Calon kepala sekolah memberikan
masukan berdasarkan temuan yang sifatnya melengkapi jika
terdapat kekurangan dari hasil refleksi diri guru yunior 2 .
d. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas dan
berdasarkan instrumen pengamatan, hasil pelaksanaan
supervisi guru yunior yang telah dilaksanakan pada siklus 1
dan 2 terhadap guru yunior Dwi Nurhidayati,S.Pd. diperoleh
nilai : (i) 86% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 63%
untuk kegiatan observasi, dan (iii) 93,33% untuk telaah
RPP. Nilai akhir kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
pada pertemuan pertama adalah 80,77%. Nilai tersebut
mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran
termasuk ke dalam kategori kemampuan baik. Sedangkan pada
siklus 2 diperoleh nilai : (i) 86% untuk kegiatan pra
observasi, (ii) 69,44% untuk kegiatan observasi, dan (iii)
94% untuk kegiatan telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah
83,14%. Nilai tersebut mengindikasikan kemampuan guru
melaksanakan pembelajaran termasuk ke dalam kategori
Page 76
66
kemampuan baik. Sebagai gambaran dapat dilihat dalam tabel
3.4
Tabel 3.4
SUPERVISI GURU YUNIOR 2
DWI NURHIDAYATI
Siklus 1 Siklus 20
20
40
60
80
100
Pra ObservasiObservasiTelaah RPP
e. Tahap tindak lanjut
Pada tahap ini calon kepala sekolah bersama guru yunior
dua merefleksi pelaksanaan pembelajaran dengan mendiskusikan
kelebihan dan kekurangan, diantaranya pada kegiatan awal
agar kelas dikondisikan dan diabsen sehingga guru mengetahui
kehadiran siswa, dan pada kegiatan inti guru masih teks book
sehingga diperlukan pengembangan materi pembelajaran.
Disarankan untuk menggunakan bahasa yang baik dan tepat
sehingga siswa yang berlatar belakang Madura dan Papua bisa
memahami penjelasan guru. Pada perangkat penilaian harus
Page 77
67
dilengkapi dengan pedoman penilaian yang terdapat dalam
kartu soal dan kunci jawabannya. Hasil refleksi dijadikan
dasar untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Guru
yunior mengisi refleksi secara tertulis sehingga dapat
dijadikan bukti pendampingan tindak lanjut untuk materi
pembelajaran yang berbeda. Dari hasil supervisi dua guru
yunior dapat dibandingkan dengan gambaran tabel sebagai
berikut.
Tabel 3.5
REKAPITULASI SUPERVISI GURU YUNIOR 1 DAN 2
04080120
Pra observasiObservasiTelaah RPP
C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Berdasarkan Permendiknas Nomor 103 tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan
proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan
Page 78
68
hingga penilaian. Proses pembelajaran merupakan kegiatan
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya termasuk
dengan guru yang berlangsung secara edukatif, agar peserta
didik dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pembelajaran memerlukan suatu perencanaan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus yang
disusun dan ditetapkan secara nasional dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru mata
pelajaran.
RPP dikembangkan untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai KD, disusun
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kompetensi Dasar yang sudah dipilih dalam RPP harus
dijabarkan dalam bentuk indikator pencapaian kompetensi.
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) dirumuskan dalam
Page 79
69
pernyataan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan
KI-4;
Tujuan pembelajaran mengandung unsur peserta didik
(audience), perilaku (behaviour), kondisi (condition), dan kriteria
(degree). Rumusan tujuan pembelajaran harus mencerminkan
keterikatan antara KD dari KI-1 dan KD dari KI-2 di dalam
pembelajaran KD dari KI-3 dan KD dari KI-4. Perumusan tujuan
juga harus mencerminkan aspek penilaian otentik berupa
proses dan produk.Rumusan kriteria dalam tujuan pembelajaran
berupa kriteria kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan,
kompetensi keterampilan. Kriteria dapat berupa perilaku,
proses atau produk yang dapat diamati dan atau diukur.
Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang
diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran. Bahan ajar ini berisi tentang
seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik
tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana
yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan ajar dapat
diartikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Page 80
70
di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis.
Bahan ajar atau materi pembelajaraan secara garis besar
terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi
pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus
diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari
siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan
instrumen penilaian yang disusun berdasar indikator
pencapaian belajar. Bahan ajar yang dipilih dalam penyusunan
perangkat pembelajaran adalah teks eksplanasi kompleks yang
berupa hasil tulisan yang sudah beredar di dunia maya
ataupun yang ada di media cetak.
Langkah-langkah pembelajaran berisikan pendekatan
pembelajaran saintifik dan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik KD yang akan diajarkan. Langkah-langkah
Page 81
71
pembelajaran berpendekatan saintifik harus dapat dipadukan
secara sinkron dengan langkah-langkah kerja (syntax) model
pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 dikembangkan 3 model
pembelajaran utama yang diharapkan dapat membentuk perilaku
saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa
keingintahuan.
Pada penilaian hasil belajar Kurikulum 2013 peserta
didik dinyatakan kompeten bila hasil pengukuran kompetensi
pengetahuan dan keterampilan mencapai ketuntasan belajar
dengan nilai 2,67 (B-) dan untuk sikap dengan nilai B
(Baik). Penilaian pada Kurikulum 2013 juga digunakan
penilaian otentik baik terhadap ranah sikap, ranah
pengetahuan maupun terhadap ranah keterampilan. Penilaian
otentik menekankan pada penilaian proses dan hasil belajar
secara berimbang.
Berdasrkan Permendiknas Nomor 104 tahun 2014 tentang
penilaian menyebutkan bahwa penilaian ranah sikap dilakukan
melalui pengamatan, menggunakan lembar pengamatan atau
ceklis pengamatan yang memuat aspek sikap yang diamati.
Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada indikator
sikap yang dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan
Page 82
72
analisis kompetensi. Penilaian sikap dilakukan sebagai upaya
mengembangkan sikap sosial dan sikap religius dalam rangka
pengembangan nilai karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan sikap pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan fokus utama pengembangan sikap ilmiah merupakan
bagian dari upaya pencapaian kedua sikap tersebut (spiritual
dan sosial). Guru Bahasa Indonesia perlu memetakan sikap
yang dikembangkan pada setiap materi pembelajaran sesuai
dengan relevansi dan karakteristik baik yang tersurat maupun
yang tersirat pada rumusan KI-3 dan KI-4. Laporan pencapaian
kompetensi sikap pada akhir semester didasarkan atas modus
perilaku sikap spiritual dan sosial yang sering terjadi dari
hasil observasi guru selama satu semester.
Kompetensi siswa pada ranah pengetahuan dapat diukur
melalui tes dan nontes. Bentuk tes yang digunakan antara
lain adalah tes tulis (uraian, pilihan ganda, isian, benar
salah, dan lain-lain) dan/atau tes praktik. Sedangkan,
bentuk nontes dapat dilakukan melalui tugas-tugas yang
diberikan, baik tugas menjawab soal maupun tugas membuat
laporan dalam bentuk tulisan. Pengukuran kompetensi
pengetahuan melalui tes dan nontes dirancang mulai dari
Page 83
73
menyusun indikator pencapaian, indikator soal dan/atau aspek
penilaian nontes, hingga pedoman penilaian/penskoran.
Penilaian ranah pengetahuan melalui tugas ditekankan pada
aspek yang relevan dengan rumusan kompetensi dasar. Aspek
yang dinilai melalui tugas antara lain: kelengkapan isi,
kedalaman/keluasan isi, dan kebenaran isi. Dalam menilai
tugas sebaiknya digunakan format penilaian berbentuk ceklis
atau menggunakan skala penilaian. Laporan pencapaian
kompetensi pengetahuan pada akhir semester merupakan rerata
dari capaian kompetensi minimal (2,67).
Penilaian ranah keterampilan meliputi keterampilan
abstrak dan keterampilan konkret. Keterampilan abstrak
cenderung pada keterampilan seperti menyaji, mengolah,
menalar, dan mencipta dengan dominan pada kemampuan mental
(berpikir) tanpa bantuan alat. Sedangkan untuk ranah konkret
cenderung pada kemampuan fisik seperti menggunakan alat,
mencoba, membuat, memodifikasi, dan mencipta dengan bantuan
alat. Penilaian ranah keterampilan diukur melalui pengamatan
pada saat peserta didik bekerja dalam kelompok, berdiskusi,
memresentasikan, melakukan eksperimen atau tugas kerja
projek, dan hasil kerja/produk serta portofolio. Laporan
Page 84
74
pencapaian kompetensi ketrampilan pada akhir semester
merupakan capaian paling optimum (nilai tertinggi)
kompetensi dari batas minimal 2,67.
Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar
(2,67) wajib mengikuti kegiatan remedial dalam semester
berjalan sehingga mencapai ketuntasan belajar. Pengayaan
adalah pendalaman materi bagi peserta didik yang memiliki
kecepatan belajar di atas rata-rata waktu yang telah
ditetapkan.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran
berbasis teks, artinya pembelajaran melalui pendekatan jenis
teks. Misalnya, teks eksplanasi kompleks, teks ulasan
film/drama. Berdasarkan teks tersebut, siswa dapat memahami
struktur teks, kaidah/fitur bahasa, menganalisis teks,
menginterpretasi makna teks, mengabstrak isi teks, dan lain-
lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran
dilakukan melalui pendekatan saintifik yang berpusat pada
kegiatan peserta didik. Pembelajaran bahasa Indonesia
berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa
(1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-
mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan
Page 85
75
bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan
untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional,
yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan
dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu
mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi penggunanya,
dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan
berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu,
perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur,
kaidah/ciri bahasa, tujuan dan fungsi sosial tersendiri yang
satu sama lain berbeda.
Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya mengikuti
tahapan sebagai berikut: (1) tahap pembangunan konteks, (2)
tahap pemodelan teks, (3) tahap pembuatan teks secara
bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara mandiri.
Dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini dipilih tema
teks eklspanasi kompleks kelas XI semester 2.
D. Pengkajian Aspek Managerial
Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 seorang
kepala sekolah dituntut memiliki kemampuan standar.
Kemampuan tersebut diantaranya kompetensi manajerial. Empat
Page 86
76
keterampilan manajerial kepala sekolah akan dibahas secara
detail berikut ini.
Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala
sekolah harus mampu melakukan proses perencanaan, baik
perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan
jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan
yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya untuk
satu bulan hingga satu tahun pelajaran. Perencanaan jangka
menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan
waktu 2 - 5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang
meliputi perencanaan sekitar 5 – 10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salah satu keterampilan yang penting
mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari
kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik,
akan selalu mengacu pada pertanyaan: “ Apa yang dilakukan,
siapa yang melakukan , kapan dilakukan , di mana dilakukan ,
dan bagaimana sesuaatu dilakukan ”. Detail perencanaan
inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.
Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian.
Lembaga pendidikan mempunyai sumber daya yang cukup besar
mulai sumber daya manusia yang terdiri dari guru, karyawan,
Page 87
77
dan siswa, sumber daya keuangan, hingga fisik mulai dari
gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu
masalah yang sering melanda lembaga pendidikan adalah
keterbatasan sumber daya. Kepala sekolah harus mampu
menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia
dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumber daya
yang dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan.
Karena itulah seni mengelola sumber daya menjadi
keterampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.
Ketiga, kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini
mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional
lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja,
membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan
koordinasi dengan berbagai elemen pendidikan. Tidak ada
gunanya perencanaan yang baik jika dalam implementasinya
tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan profesional.
Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-
tugas pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi)
ini meliputi supervisi manajemen dan supervisi dalam bidang
pengajaran. Supervisi manajemen artinya melakukan manajemen
Page 88
78
dalam bidang pengembangan keterampilan dan kompetensi
administrasi dan kelembagaan, sementara supervisi
penhgajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadap
tugas-tugas serta kemamapuan tenaga pendidik sebgai seoraang
guru. Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai
kompetensi dan keterampilan profesional sebagai guru,
sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada
bawahannya.
Berdasarkan pemahaman di atas calon kepala sekolah
menuangkan kajian manajemen di sekolah sendiri (SMK Negeri 2
Kota Probolinggo) dan sekolah magang 2 (SMK Negri 1 Kota
Probolinggo), dengan hasil sebagai berikut
1. Kajian Rencana Kerja Sekolah (RKS)
Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang standar
pengelolaan pendidikan menyatakan bahwa sekolah harus
membuat rencana kerja sekolah (RKS) yang terdiri dari
rencana kerja jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja
tahunan (RKT). RKJM menggambarkan tujuan sekolah yang akan
dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan
mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang
mendukung peningkatan mutu lulusan, sedangkan RKT dicapai
Page 89
79
dalam waktu satu tahunan. Berdasakan hasil observasi calon
kepala sekolah dan pengisian angket yang telah disebar
kepada pemegang jabatan di sekolah dapat digambarakan dalam
penyusunan RKS, SMK Negeri 2 kota Probolinggo mengumpulkan
seluruh waka, kajur, komite dan perwakilan guru untuk
menganalisis EDS. Setelah EDS dianalisis barulah disusun
kepanitiaan untuk penyusunan RKS. Semua waka, kajur,
perwakilan guru, dan komite yang sebelumnya sudah membuat
program kerja yang akan dilaksanakan setahun ke depan. Dalam
pembuatan program kerja didasarkan atas RKS tahun lalu dan
melihat RKJM dan RKT tahun berjalan. Masing-masing personil
mempresentasikan program kerja sehingga akan nampak program
kerja yang tumpang tindih antar personil. Setelah itu
dirumuskan oleh tem perumus dan hasilnya merupakan draf RKS.
Draf RKS dipresentasikan dan dianalisis lagi apakah masih
ada program kerja yang belum dimasukkan. Setelah melalui
validitas draf barulah disahkan menjadi RKS dan
ditandatangani oleh pihak yang berwenang.
Sedangkan penyususnan RKS di SMK Negeri 1, berdasarkan
hasil wawancara dengan kepala sekolah dan komponen
penanggung jawab bidang dapat digambarkan sebagai berikut.
Page 90
80
Penyusunan RKS diawali dengan pengisian EDS dan penyusunan
program kerja masing-masing bidang. Setelah itu dibentuk tem
perumus RKS, asil kerjanya dikomunikasikan dalam rapat
terbatas yang terdiri dari pemegang bidang. Apabila draf
sudah disetujui maka dikomunikasikan dalam rapat pleno
seluruh warga diundang dan dimintai masukan. Apabila sudah
disetujui oleh seluruh warga maka RKS dapat disahkan oleh
komite dan Dinas endidikan.
Kedua sekolah yaiu SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 dalam
penyusunan RKS sudah sesuai dengan kondisi ideal yang
dituntut SNP. Sedangkan untuk pengembangan tersosialisasinya
RKS ke seluruh warga maka sebaiknya RKS dapat dipublikasikan
ditempel di papan pengumuman atau di tempat strategis. Hal
ini sesuai dengan sistemISO 9001:2008 dalam azaz keterbukaan
dan pengendalian.
2. Kajian Pengelolaan Kurikulum
Kondisi ideal yang ada di SMKN 2 adalah disusun oleh Tim
Pengembang Kurikulum (TPK), kondisi nyata sudah dibentuk TPK
dalam penyusunan KTSP. Kurikulum merupakan seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
Page 91
81
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Untuk itu kepala sekolah perlu memahami
panduan penyusunan kurikulum (KTSP dan Kurikulum 2013). Pada
kegiatan OJL ini calon kepala sekolah perlu memahami panduan
penyusunan kurikulum melalui analisis Dokumen 1, penyusunan
silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), untuk
mengungkap pemahaman peserta tentang pengelolaan kurikulum
sekolah, kendala dalam penyusunan kurikulum di sekolah,
alternatif pemecahan yang ditempuh, visi pengembangan
kurikulum peserta sebagai calon kepala sekolah.
Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan
kurikulum, baik di sekolah sendiri maupun di sekolah magang,
pada dasarnya kurikulum telah disusun dan dibuat sesuai
prosedur. Walaupun masih terdapat silabus Program Keahlian
TEI ada yang sebagian kompetensi belum ada silbus dari
pusat, sehingga silabus membuat sendiri dengan menyadur dari
sekolah lain. Lebih lengkapnya hasil kajian pengelolaan
kurikulum terlampir dalam lampiran.
3. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam keberlangsungan
pengelolaan pendidikan adalah tenaga pendidik dan tenaga
Page 92
82
kependidikan. Pendidik dan Tenaga Kependidikan merupakan
salah satu sumber daya yang penting dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan
peningkatan dalam pendyagunaannya agar tujuan sekolah dapat
tercapai secara maksimal. Pendidik dan tenaga kependidikan
yang dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing
secara baik sangat terkait dengan kompetensi yang mereka
miliki.
Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan baik di SMK Negeri 2
maupun di SMK Negeri 1, cukup memadai. Kondisi ideal untuk
kepala sekolah memiliki sertifikat calon kepala sekolah/
sebagai kepala sekolah dari lembaga yang resmi.
Kesenjangannya kedua kepala sekolah baik SMKN 2 maupun SMKN
1 belum memiliki sertifikat kepala sekolah (NUKS). Sehingga
disarankan untuk kedua kepala sekolah mengikuti diklat
calon/ kepala sekolah yang dilaksanakan oleh lembaga yang
ditunjuk pemerintah untuk mengeluarkan NUKS. Semua guru
telah berkualifikasi ijazah S1 dan sebagian besar telah
bersertifikat pendidik. Hal yang lebih penting yaitu usaha
kepala sekolah dalam memberikan pendampingan dan pembinaan
Page 93
83
kepada pendidik dan tenaga kependidikan sehingga PTK menjadi
terbina dan terarah. Dengan demikian nilai penting bagi
calon kepala sekolah adalah untuk memahami dan menguasi
kompetensi dalam mengelola pendidik dan tenaga kependidikan
sekolah. Mengkaji pengelolaan PTK bertujuan untuk melatih
calon kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi
manajerial dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
4. Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah
SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 merupakan sekolah
adiwiyata mandiri sejak tahun 2008 untuk SMKN 1 dan tahun
2011 untuk SMKN 2. Hal ini merupakan buah dari hasil kerja
kepala sekolah sebagai administrator. Demikian juga dua
sekolah ini sudah bersertifikat ISO 9001:2008 diharapkan
dapat memberikan layanan secara profesional dalam bidang
perlengkapan atau fasilitas kerja bagi personil sekolah.
Dengan pengelolaan yang efektif dan efisien diharapkan dapat
meningkatkan kerja personil sekolah.
Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan sarana
dan prasarana sekolah, baik di SMK Negeri 2, Kecamatan
Kanigaran, maupun di SMK Negeri 1 Kecamatan Kedopok Kota
Page 94
84
Probolinggo pada dasarnya sarana dan prasarana dilaksanakan
sesuai kebutuhan sekolah tetapi masih terdapat beberapa
perangkat bengkel yang harus diganti untuk memenuhi tuntutan
perkembangan industri. Kondisi ideal berdasarkan acuan
Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang sarana dan prasarana
memenuhi kajian : a) Persyaratan perencanaan, b) Prosedur
perencanaan sarpras, c) Perencanaan pengadaan barang
bergerak, d) Perencanaan pengadaan barang tidak bergerak.
Kondisi saat ini perencanaan dilaksanakan berdasarkan EDS,
a) Dituangkan kedalam RKS dan program kerja tahunan, b)
Rapat pertemuan pihak sekolah dengan dengan orang tua siswa
serta Stakeholder tentang kebutuhan sarpras yang prioritas.
Kesenjangannya Orang tua siswa hanya di beritahukan tentang
kebutuhan sarpras yang prioritas saja, tidak bisa dijadikan
dasar untuk sarpras untuk jangka menengah 4 tahun.
Alternatif pemecahannya Menerima saran dari Stakeholder
tentang kebutuhan sarpras yang prioritas dalam bentuk angket
dan ditindaklanjuti. Daftar kebutuhan sarana dipampang di
tepat strategis sesuai tuntutan ISO 9001:2008 dengan azaz
keterbukaan dan pengendalian
Page 95
85
Khusus di SMK Negeri 2 memerlukan peralatan balancing dan
spooring yang lengkap untuk melengkapi peralatan bengkel
otomotif. Hal penting yaitu usaha kepala sekolah dalam
mengadakan sarpras dan merawat sarpras sehingga menjadi
milik bersama warga sekolah. Dengan demikian nilai penting
bagi calon kepala sekolah adalah tentang bentuk upaya kepala
sekolah dalam mengadakan sarpras dan merawat sarpras bagi
warga sekolah.
5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik
Kegiatan pengelolaan peserta didik idealnya meliputi :
perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik,
orientasi peserta didik baru, mengatur kehadiran peserta
didik, mengatur kenaikan tingkat peserta didik, pembinaan
ekstrakurikuler, program keagamaan dan yang lainnya.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami
pengelolaan peserta didik. Mengkaji pengelolaan peserta
didik sekolah tempat magang padaa kegiatan OJL bertujuan
untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan dimensi
kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola peserta
didik.
Page 96
86
Kondisi saat ini baik di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1
dalam pengelolaan peserta didik sudah bagus, hal ini
terbukti dengan lulusnya peserta ujian nasional di setiap
tahunnya. Banyak prestasi yang telah diperoleh peserta didik
baik tingkat kota maupun tingkat nasional dan tingkat
kerterserapan lulusan cukup tinggi. Sehingga dengan demikian
menunjukkan bahwa pengelolaan peserta didik sudah sesuai
dengan standar yang telah ditentukan.
Kedua sekolah ini menerima program CSR dari Pertamina
Foundation dengan program beasiswa untuk peserta didik dari
Papua. Peserta didik yang dari Papua inilah yang sekarang
menjadi fokus utama dalam peningkatan kompetensi untuk bisa
sejajar dengan peserta didik asli yang bukan CSR Pertamina.
Menurut laporan dan pengamatan dari BK dan guru pengajar,
peserta didik CSR Papua memiliki kebiasaan yang kurang
disiplin, kurang tanggung jawab, berkompetensi rendah.
Dengan demikian sekolah mengupayakan dan mengejarkan
ketertinggalan kompetensi peserta didik CSR pertamina
sehingga nantinya dapat lulus dan dapat disalurkan ke
perguruan tinggi dan perusahaan.
6. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah
Page 97
87
Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai
rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari
perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan sekolah. Mengkaji pengelolaan
keuangan sekolah tempat magang pada kegiatan OJL bertujuan
untuk melatih calon kepala sekolah dalam mengidentifikasi
sumber-sumber keuangan sekolah, menentukan alokasi
pembiayaan sekolah dengan baik, dan memahami mekanisme
pertanggungjawaban keuangan sekolah. Setelah melakukan
wawancara dengan kepala sekolah dan bendahara sekolah dapat
digambarkan pengelolaan keuangan di dua seolah sebagai
berikut. Sumber keuangan yang berasal dari pemerintah berupa
yang rutin yaitu BOS, BSM, dari mitra berupa CSR Pertamina,
dan dari komite sekolah. Pada dasarnya pengelolaan keuangan
sudah sesuai dengan standar pengelolaan, hal ini terbukti
dalam peneyelesaian pelaporan secara berkala baik ke komite
maupun ke SKPD tidak bermasalah.
7. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah
Mengkaji pembinaan tenaga administrasi sekolah tempat
magang pada kegiatan OJL bertujuan untuk melatih calon
Page 98
88
kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi manajerial
khususnya kompetensi mengelola staf dalam rangka
pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
Tugas-tugas administrasi dapat dilaksanakan dengan baik
apabila sekolah memiliki Tenaga Administrasi Sekolah (TAS)
yang memenuhi standar, seperti tertuang dalam Permendiknas
Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah. Tenaga administrasi di dua sekolah yaitu SMK Negeri
2 dan SMK Negeri 1 semua tenaga memenuhi standar SNP, hanya
saja tenaga laboran dan toolman belum bersertifikat. Jumlah
tenaga adminstrasi sudah memenuhi kebutuhan.
8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
Dengan mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
sekolah tempat magang pada kegiatan OJL bertujuan untuk
melatih calon kepala mengembangkan pemahaman tentang TIK
sekaligus dapat mengidentifikasi guru-guru di sekolah magang
yang memanfaatkan TIK dalam pembelajarannya.
Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan
sarana dan prasarana sekolah,di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri
1 pada dasarnya pemanfaatan TIK dalam pembelajaran,
administrasi, dan sarana komunikasi sudah seluruhnya
Page 99
89
dilakukan. Sebagian besar pendidik mampu menggunakan
komputer untuk kegiatan pembelajaran, administrasi, dan
sarana komunikasi. Kedua sekolah sudah memiliki website dan
aktif. Khusus di SMK Negeri 2 pembelajaran sudah menggunakan
e-learning untuk kelas XI yang sedang partik industri. Rapor
juga menggunakan e-rapor, bahkan tahun ini menggunkan sistem
ujian nasional sistem CBT (computer based test). Layanan
internet terbuka 24 jam. Di SMK Negeri 2 juga memiliki ICT,
sehingga dijadikan tempat rujukan sekolah lain untuk
pengisian Dapodikmen, padamunegri, dan EDS.
9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi
Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam
suatu sekolah harus memahami fungsi perencanaan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut dari monitoring, evaluasi,
dan pelaporan yang menjadi salah satu kegiatan program untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
Hasil kajian calon kepala sekolah di dua sekolah ini
sudah menerapkan ISO 9001:2008 tentang sistem manajemen mutu
sehingga dalam pengelolaan sistem monitoring dan evaluasi
pada dasarnya telah dilakukan dengan baik, walaupun masih
ada program yang belum direncanakan teratur. Sistem
Page 100
90
monitoring dan evaluasinya dilakukan bersamaan dengan
kegiatan audit internal maupun eksternal ISO 9001:2008.
Pelaksanaan supervisi sudah dilaksanakan secara rutin sesuai
perencanaan. Namun kurang ditindaklanjuti sehingga kurang
memotivasi guru untuk perbaikan hal-hal yang kurang.
Sebenarnya hal yang penting yaitu usaha kepala sekolah dalam
mengarahkan pendidik untuk dapat melaksanakan tugas dengan
baik dan ada upaya penjadwalan bagi setiap guru yang akan
disupervisi.
E.Peningkatan Kompetensi AKPK Kewirausahaan di SMK Negeri 1
Kota Probolinggo
1.Persiapan
Berdasarkan penilaian AKPK yang terendah yang diperoleh
oleh calon kepala sekolah adalah kewirausahaan dengan nilai
67. Untuk itu dalam melakukan magang kedua, calon kepala
sekolah menggali informasi keunggulan sekolah magang dengan
cara wawancara dan penyebaran angket. Dari hasil wawancara,
observasi di lapangan dan angket maka calon kepala sekolah
menemukan satu keunggulan dari sekolah magang dua berupa
program teaching factory dan bisnis center. Dengan kondisi
yang seperti itu maka calon kepala sekolah mendekati
Page 101
91
penanggung jawab teaching factory dan pengelola bisnis
center untuk digali informasi dan tukar pengalaman di
bidangnya. Selain itu calon kepala sekolah juga menyebar
instrumen yang ditujukan kepada tenaga kerja/ karyawan yang
membantu dalam pelaksanaan teaching factory dan siswa
sebagai pelaksana dari teaching factory.
2.Pelaksanaan
Setelah melakukan observasi lapangan maka calon kepala
sekolah melakukan wawancara dan menyebar angket kepada
pihak-pihak yang berhubungan dengan pengelolaan dan pelaku
teaching factory dan bisnis center. Hasil wawancara dan
pengolahan angket sebagai berikut.
a)Sejarah Berdirinya Teaching Faktory dan Bisnis Center di
SMK Negeri 1
SMK Negeri 1 adalah sekolah kelompok Bisnis dan
Manajemen yang didalamnya terdapat program keahlian
pemasaran. Untuk meningkatkan kualitas lulusannya maka
program keahlian pemasaran membuat program marketing yang
tujuan utamanya adalah memberi bekal kepada siswa agar
menjadi pemasar yang tangguh dan mampu bersaing. Setelah
dilakukan evaluasi beberapa tahun maka untuk menunjang
Page 102
92
kompetensi pemasaran dibutuhkan suatu praktik nyata yang
lebih banyak. Bersamaan dengan itu Direktur Pendidikan
Menengah Kejuruan meluncurkan program teaching factory.
Seperti gayung bersambut. Maka dibuatlah proposal yang
diujukan kepada Dikmenjur melalui Kanwil Jawa Timur untuk
mendapat bantuan dana atau modal awal pendirian teaching
factory dan bisnis center. Hal ini juga sesuai dengan
Undang-undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3
yang mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis.
Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran
dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani
kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan
pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif
dan praktik produktif merupakan konsep metode pendidikan
yang berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam
Page 103
93
pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia industri.
Dengan sederhana dapat dipahami bahwa teaching factory adaah
pembelajaran yang berorientasi bisnis dan produksi. Proses
penerapan program teaching factory dengan memadukan konsep
bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi
keahlian yang relevan. Sesuai dengan struktur kurikulum di
SMK Negeri 1 dengan memasukkan membatik sebagai muatan
lokal, maka ini menjadi kekuatan pendukukng kompetensi dalam
melaksanakan program teaching factory.
b)Pelaksanaan Pembelajaran Teaching factory di SMK Negeri 1
Pelaksanaan pembelajaran di teaching factori dilakukan
dengan menggabungkan antara kegiatan pendidikan dengan
kegiatan produksi. Struktur organisasinya sudah mengadopsi
struktur perusahaan. Intervensi kebijakan sekolah sudah
sedikit, sehingga pihak pengelola teaching factory lebih
leluasa dalam pengembangan programnya. Tenaga pengajar
merupakan sinergi dari kelompok profesional dan pendidik.
Kelompok profesional disikapi sebagai guru tamu. Sarana dan
prasarana disediakan oleh sekolah sehingga antara workshop
dan teori bergabung jadi satu. Dalam pelaksanaan teaching
factory digambarkan sebagai berikut.
Page 104
94
1) Standar Kompetensi
Pemilihan standar kompetnsi yang digunakan dalam
pelaksanaan teaching factory adalah kompetensi-
kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia bisnis dalam
industri. Dengan pengajaran yang berbasis kompetensi
pada insdustri diharapkan siswa siap menghadapi
tuntutan kebutuhan industri. Kompetnsi yang dipilih
adalah membatik.
2) Peserta Didik
Peserta didik digolongkan dalam proses teaching
factory adalah berdasarkan kualitas akademis dan
bakat/ minat. Siswa dengan kualitas yang memadai yang
dipilih. Cara awal yang dilakukan dengan melatih semua
siswa kelas X untuk belajar membatik. Bahan batikan
diberi oleh sekolah kemudian didesain dan diolah
menjadi batik oleh siswa sendiri, kemudian hasil jadi
batikannya dipakai sendiri untuk seragam sekolah
setiap hari rabu. Dari praktik inilah nantinya nampak
siswa yang berbakat dan yang tidak. Siswa yang
Page 105
95
berbakat direkrut menjadi tenaga kerja di teaching
factory.
3) Media Belajar
Media pembelajaran yang digunakan dalam proses
teaching factory menggunakan pekerjaan produksi
sebagai media langsung dalam proses pembelajaran.
4) Perlengkapan dan peralatan
Perlengkapan yang diperlukan dalam proses teaching
factory disediakan sepenuhnya oleh program Dikmenjur
yaitu peralatan membatik lengkap sejumlah siswa kelas
X. Peralatan ini sekaligus digunakan untuk
pembelajaran mata pelajaran Mulok Membatik. Perawatan
alat dilakukan oleh siswa sendiri.
5) Instruktur/guru
Instruktu/ pengajar adalah guru yang memiliki
kualifikasi akademis seni budaya dan guru program
produktif yang sudah megikuti diklat pembuatan batik
dan juga guru yang memiliki pengalam industri. Dengan
Page 106
96
demikian guru mampu mentransfer pengetahuan dan
sekaligus sebagai kaulifikasi kontrolnya. Selain itu
sekolah juga kerjasama dengan Dekranasda kota dalam
pelatihan membatik sebagai guru tamu.
6) Permodalan
Modal awal dari teaching factory berasal dari dana
hibah Dikmenjur melalui Kanwil Dinas Pendidikan Jawa
Timur sejumlah Rp 250.000.000. dana ini yang digunakan
dalam proses pembelajaran mulai pendiklatan guru,
belanja bahan dan peralatan.
7) Penilaian Prestasi Kerja/belajar
Dalam penilaian prestasi kerja/belajar, teaching
factory menlai siswa yang berkompeten melalui
peyelesaian produk. Standar penilaian yang digunakan
harus mengacu pada strandar Dekranasda. Apabila hasil
jadi batik diterima oleh Dekranasda maka nilai yang
diperoleh siswa optimal (4,00), namun apabila dari
Dekranasda sudah meretur/ mengembalikan dari batik
yang disetorkan maka batik tersebut harus dipasarkan
oleh siswa ke pasar bebas. Apabila batik yang
Page 107
97
dipasarkan laku jual maka nilai siswa juga optimal
(4,00), namun apabila batik yang dijual dibeli oleh
orang terdekatnya (keluarga) maka nilainya 3,67. Nilai
tersebut dituliskan dalam raport siswa masuk mata
diklat Pakarya dan nilai Mulok Membatik.
c)Kendala yang Dihadapi Teaching Factory di SMK Negeri 1
Kendala atau permasalahan yang dihadapi teaching factory
di SMK Negeri 1 adalah sebagai berikut
1) Manajemen operasional
Manajemen operasional mengalami sedikit kendala karena
guru sebagai penggung jawab program merangkap juga
sebagai guru pengajar mata pelajaran yang lain,
sehingga fokus dalam pengelolaan tidak selancar
apabila guru hanya bertugas sebagai penanggung jawab
seperti di perusahaan. Cara mengatasi masalah tersebut
dengan memberi beban mengajar 12 jam karena guru yang
mengelola teaching factory juga merangkap sebagai
kepala bengkel. Kemudian juga mengikutsertakan guru
kewirausahaan, seni budaya dalam pelatihan praktis
pengelolaan manajemen usaha.
Page 108
98
2) Kurangnya kerjasama dengan industri
Industri batik yang ada di Kota Probolingga tidak
sebanyak industri batik di Pekalongan atau di Solo,
sehingga dengan demikian terdapat kendala apabila akan
mengirimkan magang guru/ siswa untuk menambah
kompetensi bidang membatik. Terdapat tiga industri
yang menjadi mitra sekolah, sedangkan jumlah siswa
kelas X yang membutuhkan tempat magang sejumlah 9 atau
10 industri. Sebenarnya industri membatik di Kota
Probolinggo apabila mereka mau semua ditempati magang
siswa maka kekurangan tersebut tidak terlalu banyak.
Dalam mengatasi masalah di atas dilakukan MOU dengan
industri untuk bagi order apabila order yang diperoleh
sekolah banyak, dengan demikian terjalin kerjasama
dalam usaha. Selain itu sekolah juga mencari terobosan
untuk mengikuti Asosiasi Pengrajin Batik seluruh
Indonesia. Dengan demikian tempat magang bagi siswa
dapat teratasi.
3) Kompetensi siswa
Page 109
99
Keterampilan siswa berbeda dengan tenaga kerja pada
umumnya. Siswa sudah dilibatkan dalam pelaksanaan
produksi namun tetap terbatas bahwa siswa harus
mengikuti mata pelajaran yang lain. Dengan demikian
kompetensi siswa dalam membatik tidak bisa
dioptimalkan. Siswa secara optimal dapat menggali
pengetahuan dan menambah keterampilan membatik pada
saat pelajaran mulok membatik. Melihat hal seperti itu
maka di teaching factory ini dipilih siswa yang mau
bekerja lembur di luar jam pembelajaran untuk
menangani order yang masuk.Selain itu untuk menambah
kompetensi siswa dalam pembelajarannya ketiga mata
pelajaran berkolaborasi antara seni budaya,
kewirausahaan/prakarya, dan pemasaran. Seni budaya
membidangi desain membatik, Kewirausahaan/Prakarya
membidangi pembuatan batik, dan pemasaran membidangi
pemasarannya. Karena program teaching factory ini
wajib bagi kelas X maka seluruh kelas X wajib membuat
karya batikannya dan harus laku dijual dengan demikian
secara tidak langsung siswa dapat mempraktikkan cara
bernegosiasi, pantang menyerah apabila batiknya belum
Page 110
100
laku jual dan tidak berputus asa dan dapat
meningkatkan kompetensi bernegosiasi, dan memupuk jiwa
pantang menyerah. Sedangkan kekurangan waktu dapat
diatasi dengan cara membawa pulang pekerjaan membatik
untuk diselesaikan di rumah.
4) Pemasaran
Pemasaran hasil batikan siswa dilakukan terbatas di
kota Probolinggo dan sebagian hasil karya siswa
dititipkan di gerai Dekranasda. Selain itu pemasaran
juga dibebankan kepada siswa untuk berhasil menjual
batikannya ke lingkungan sekitar. Moment-moment
tertentu pihak sekolah mengikuti pameran batik di
tingkat kota dan luar kota sesuai agenda Pemerintah
Kota Probolinggo. Guru sebagai penanggung jawab juga
ikut memasarkan dengan cara menggunakan kain batik
untuk sragam kerja. Namun karena batik merupakan kain
yang terbilang masih mahal dibanding jenis kain yang
lain, maka omset batik di kegiatan teaching factory
ini belum begitu besar seperti industri batik yang
lain.
Page 111
101
3.Hasil peningkatan AKPK di SMK Negeri 1
Setelah melakukan observasi lapangan, wawancara, dan
penyebaran angket dalam belajar kewirausahaan di SMK Negeri
1 kota Probolinggo untuk meningkatkan kemampuan calon kepala
sekolah di bidang kewirausahaan, dapat ditarik hikmah besar,
di antaranya adalah
a.Menambah wawasan tentang bagaimana cara mencari terobosan
dengan pengupayaan program baru yang belum ada di
sekolah. Pembukaan program baru seperti teaching factory
ini dapat memberi pengalaman bekerja bagi siswa dan dapat
menambah sumber pendapatan bagi sekolah. Dengan demikian
calon kepala sekolah dapat menyusun perencanaan membuka
teaching factory di sekolah sendiri sebagai bekal awal
mengembangkan program inovatif yang bisa meningkatkan
keefektifan sekolah dengan baik.
b.Menambah wawasan tentang bagaimana memanfaatkan peluang
bisnis yang ada di sekitar untuk dipotimalkan sebagai
sumber pendapatan, selalu optimis, pantang menyerah, dan
berpikir alternatif yang tinggi untuk mencapai
keberhasilan di sekolah.
Page 112
102
c.Menambah wawasan tentang bagaimana cara merintis usaha,
mengelola kegiatan produksi dan jasa sehingga dapat
mengetahui bangaimana cara mempertahankan agar mampu
bertahan dalam situasi apapun. Dan menambah wawasan
bagaimana cara memotivasi mitra kerja dalam menghadapi
risiko kegagalan.
d.Menambah wawasan bagaimana cara bersaing dengan pihak lain
dengan sehat agar usaha yang dirintis tetap mampu
bertahan. Dan menambah wawasan bagaimana cara
mengembangkan modal dan mengatasi resioko kerugian.
e.Menambah wawasan bagaimana cara bernegosiasi dengan pihak
lain.
Page 113
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan on the job learning
selama 250 jam baik di sekolah magang 1 (SMK Negeri 2)
maupun di sekolah magang 2 (SMK Negeri 1) dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan dengan mengambil
tema “Upaya Meningkatkan Kepemimpinan Calon Kepala
Sekolah dan Mengembangkan Kemampuan Guru dalam Membuat
Instrumen Penilaian Autentik Melalui Kegiatan MGMP” dapat
meningkatkan kemampuan calon kepala sekolah dalam
kompetensi kepribadian, sosial, dan kewirausahaan.
2. Kegiatan pengkajian aspek manajerial dapat meningkatkan
kompetensi calon kepala sekolah dalam menyusun,
menganlisis, dan melaksanakan sembilan aspek manajerial
di sekolah magang 1 dan 2 sehingga dapat mengetahui
faktor kekuatan dan kelemahan sekolah.
3. Mengembangkan kompetensi guru dalam menyusun perangkat
pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan
dan pendampingan dapat meningkatkan kompetensi calon
103
Page 114
104
kepala sekolah sebagai guru dalam menyusun perangkat
pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013.
4. Kegiatan pemahaman dan pelaksanaan supervisi akademik
untuk guru yunior dapat meningkatkan kompetensi guru
dalam proses pembelajaran melalui program supervisi
akademik dan kompetensi calon kepala sekolah sebagai
supervisor sehingga dapat meningkatakan kompetensi
kepemimpinan pembelajaran.
5. Kegiatan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan
(AKPK) dalam bidang kewirausahaan dapat meningkatkan
kompetensi akademik calon kepala sekolah dalam hal
kepemimpinan kewirausahaan dengan cara mempelajari
teaching factory di sekolah magang 2 sehingga dapat lebih
bisa membaca peluang, mengetahui kiat pendirian usaha,
pantang menyerah, dan mengelola suau usaha.
B. Saran
Berdasarkan observasi, pengamatan, belajar langsung
dari sumber utama, dan simpulan yang dikemukakan di atas,
saran-saran yang perlu disampaikan sebagai berikut :
1. Untuk kepala sekolah magang secara berkala sebaiknya
melakukan monitoring dan evaluasi sendiri secara sampel
Page 115
105
untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi guru sehingga
dapat dijadikan dasar untuk pemetaan, pengembangan dan
peningkatan kompetensi guru agar menjadi guru yang
profesional di bidangnya dan pengembangan sekolah pada
umumnya.
2. LPPKS sebagai lembaga penyelengara diklat penyiapan calon
kepala sekolah agar terus mengembangkan programnya dalam
menyiapkan calon kepala sekolah yang profesional dengan
menambah jumlah intensitas kepembimbingan tidak hanya dua
kali dalam pelaksanaan On The Job Learning