Top Banner
GAMBARAN PENGETAHUAN SENAM LANSIA PADA ANGGOTA POSYANDU LANSIA PUSKESMAS SENTANI TAHUN 2015 Kepala Puskesmas Sentani dan Supervisor dr. Dian Gritnowati Pelaksana Mini Project dr. Max Nathanael Laporan Mini Project Puskesmas Puskesmas Sentani Papua
47

Laporan Miniproject

Feb 10, 2016

Download

Documents

abelinda

LAPORAN MINI PROJECT
DOKTER INTERNSHIP
PERIODE 2014-2015
SENTANI-JAYAPURA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Miniproject

GAMBARAN PENGETAHUAN SENAM LANSIA PADA

ANGGOTA POSYANDU LANSIA PUSKESMAS SENTANI

TAHUN 2015

Kepala Puskesmas Sentani dan Supervisor

dr. Dian Gritnowati

Pelaksana Mini Project

dr. Max Nathanael

Laporan Mini Project Puskesmas

Puskesmas Sentani

Papua

2015

Page 2: Laporan Miniproject

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Semakin maju suatu negara maka semakin banyak penduduknya yang mencapai usia

lanjut, lebih dari 60 tahun atau yang dikenal dengan sebutan lansia. Bangsa yang semakin sehat

berarti masyarakatnya semakin panjang umur. Persentase penduduk lanjut usia di indonesia

diperkirakan sudah mencapai 7,5 persen, berarti sudah mulai memasuki struktur umur tua.

Dari statistik penduduk usia lanjut tahun 2012, salah satu dampak dari perbaikan kualitas

kesehatan dan kondisi sosial masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Peningkatan

usia harapan hidup tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia)

dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 jumlah penduduk lansia sekitar 18,55 juta orang atau 7,78

persen dari total penduduk indonesia. Persentase penduduk lansia yang telah mencapai angka di

atas tujuh persen, menunjukkan bahwa negara indonesia sudah mulai masuk ke kelompok negara

berstruktur tua (ageing population). Struktur penduduk yang menua tersebut merupakan salah

satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan nasional, khususnya sebagai cerminan dari

semakin panjangnya rata-rata usia penduduk indonesia. 1

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Dr. Budihardja, DTM & H, MPH pada seminar sehari

Lanjut Usia bertema ”Lanjut Usia Sehat dan Mandiri di Tengah Masyarakat”, di Jakarta, 17 Juni

2008 menyatakan, peningkatan jumlah penduduk usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya

permasalahan kesehatan seperti masalah kesehatan indera pendengaran dan penglihatan,

kesehatan jiwa dan sebagainya. Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses

penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai

macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan,

sosial dan membebani perekonomian baik pada lanjut usia maupun pemerintah karena masing-

masing penyakit tersebut cukup banyak memerlukan dana baik untuk terapi dan rehabilitasinya.

2

Page 3: Laporan Miniproject

Adapun tujuan Program Kesehatan Lanjut Usia adalah meningkatkan derajat kesehatan lanjut

usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya guna sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya

sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Menurut dr. Budihardja, kita mengenal konsep Successful aging yaitu keadaan lanjut usia

yang tercegah dari berbagai penyakit serta tetap berperan aktif dalam kehidupan dan memelihara

fungsi fisik dan kognitif yang tinggi. Artinya, para lanjut usia masih dapat bekerja aktif terutama

pada sektor informal (productive aging), berbagi pengalaman dalam kebijaksanaan pendalaman

spiritual dan kehidupan (conscious aging) serta mengoptimalkan kesempatan dalam

keikutsertaan program kesehatan dan kesejahteraan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas

hidup usia lanjut (active aging).

Dengan makin berkembangnya pengetahuan yang mempelajari tentang lanjut usia (ilmu

Geriatri) melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, dengan sendirinya telah

mengupayakan agar para lanjut usia dapat menikmati masa tua yang bahagia dan berguna.

Dengan demikian maka aspek-aspek yang dapat dikembangkan adalah upaya pencegahan agar

proses menua (degeneratif) dapat diperlambat, sebaliknya yang merasa sudah tua perlu

dipulihkan (rehabilitatif) agar tetap mampu mengerjakan kehidupan sehari-hari secara mandiri.2

Puskesmas Sentani, dalam upayanya meningkatkan kesehatan masyarakat juga

berpartisipasi aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat lansia melalui program posyandu

lansia. Untuk membantu menjaga kualitas hidup masyarakat lansia di wilayah Sentani menjadi

tetap mandiri dan tidak menjadi beban dalam keluarga maka penyuluhan dan senam lansia

bersama ini diadakan saat pelayanan posyandu lansia.

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa banyak pengetahuan dan kesadaran masyarakat lansia akan pentingnya

senam untuk menjaga kesehatan tubuh di usia lanjut?

2. Apakah penyuluhan tentang penyakit lansia dan peragaan senam lansia dapat

meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat lansia di posyandu lansia Puskesmas

Sentani?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Meningkatkan kesehatan lansia di ruang lingkup posyandu lansia puskesmas Sentani

3

Page 4: Laporan Miniproject

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan tentang bahaya jatuh di usia lanjut dan pencegahannya.

2. Melakukan intervensi komunitas berupa melakukan senam khusus lansia bagi masyarakat

posyandu lansia di puskesmas Sentani.

3. Mengetahui tingkat kesadaran masyarakat lansia tentang pentingnya senam dan

manfaatnya bagi mereka.

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Bagi Penulis

1. Mengetahui tentang pengetahuan masyarakat lansia di Sentani akan pentingnya

senam bagi kesehatan lansia

2. Mengetahui respon masyarakat lansia di posyandu pada senam lansia sebagai

usaha peningkatan kualitas kesehatan di usia lanjut

3. Meningkatkan kemampuan penyuluhan penulis kepada masyarakat

1.4.2. Manfaat Bagi Institusi

1. Melaksanakan fungsi posyandu lansia di Puskesmas Sentani dalam upaya

promotif dan preventif kepada masyarakat, khususnya masyarakat lansia.

2. Membangun kerjasama serta komunikasi antara penulis, staf puskesmas, dan

pembimbing.

1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat

1. Masyarakat lansia di posyandu lansia Puskesmas Sentani mendapatkan

pengetahuan mengenai bahaya jatuh pada lansia dan pentingnya senam lansia

untuk menjaga kualitas kesehatan di usia lanjut.

2. Peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat lansia di masa depan.

4

Page 5: Laporan Miniproject

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lansia

1.1. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan

bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,

2008).

Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila

usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu

proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan

stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan

penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi,

2009). Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad

ke-19 di negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun,

banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia

kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap

orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap

lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara

satu lansia dengan lansia lainnya (Potter & Perry, 2009).

1 .2. Batasan Umur Lanjut Usia

Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang

mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi

“Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”.

5

Page 6: Laporan Miniproject

b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria

berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun,

lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase inventus)

ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65

tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia.

d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65 tahun atau

70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu

young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).

1.3. Proses Penuaan

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan

yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis

tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi

di dalam satu sel dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).

Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal.

Setelah itu tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam

tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan.

Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008).

Aging process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat

dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan (gradual) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti serta

mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap cedera, termasuk adanya

infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya

dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh

‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi

kesehatan seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang

sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat menurunnya.

Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun. Setelah mencapai

6

Page 7: Laporan Miniproject

puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian

menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan bertambahnya usia (Mubarak, 2009).

Pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah, baik secara biologis,

mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan

semakin menurun, sehingga dapat mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya

(Tamher, 2009).

Oleh karena itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi

maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer, 2001).

2. Senam Lansia

2.1. Konsep Teori

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang

dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan

fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam bahasa Inggris terdapat istilah exercise

atau aerobic yang merupakan suatu aktifitas fisik yang dapat memacu jantung dan peredaran

darah serta pernafasan yang dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga

menghasilkan perbaikan dan manfaat kepada tubuh. Senam berasal dari bahasa yunani yaitu

gymnastic (gymnos) yang berarti telanjang, dimana pada zaman tersebut orang yang melakukan

senam harus telanjang, dengan maksud agar keleluasaan gerak dan pertumbuhan badan yang

dilatih dapat terpantau (Suroto,2004).

Senam merupakan bentuk latihan-latihan tubuh dan anggota tubuh untuk mendapatkan

kekuatan otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keseimbangan gerak, daya tahan,

kesegaran jasmani dan stamina. Dalam latihan senam semua anggota tubuh (otot-otot) mendapat

suatu perlakuan. Otot-otot tersebut adalah gross muscle (otot untuk melakukan tugas berat) dan

fine muscle (otot untuk melakukan tugas ringan).

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)

merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya semakin

bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti

wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

7

Page 8: Laporan Miniproject

Senam lansia adalah olah raga ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang

diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap

segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong jantung bekerja optimal dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Jadi senam lansia adalah

serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut

usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai

tujuan tersebut.

2.2. Manfaat Senam

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat untuk

menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang

memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia (65 thn ke atas). Orang melakukan senam

secara teratur akan mendapatkan kesegaran jasmani yang baik yang terdiri dari unsur kekuatan

otot, kelentukan persendian, kelincahan gerak, keluwesan, cardiovascular fitness dan

neuromuscular fitness.

Apabila orang melakukan senam, peredarah darah akan lancar dan meningkatkan jumlah

volume darah. Selain itu 20% darah terdapat di otak, sehingga akan terjadi proses indorfin

hingga terbentuk hormon norepinefrin yang dapat menimbulkan rasa gembira, rasa sakit hilang,

adiksi (kecanduan gerak) dan menghilangkan depresi. Dengan mengikuti senam lansia efek

minimalnya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak,

pikiran tetap segar.

Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ

tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan

teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu

istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan

denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.

Manfaat senam lainnya yaitu terjadi keseimbangan antara osteoblast dan osteoclast.

Apabila senam terhenti maka pembentukan osteoblast berkurang sehingga pembentukan tulang

berkurang dan dapat berakibat pada pengeroposan tulang. Senam yang diiringi dengan latihan

stretching dapat memberi efek otot yang tetap kenyal karena ditengah-tengah serabut otot ada

impuls saraf yang dinamakan muscle spindle, bila otot diulur (recking) maka muscle spindle akan

8

Page 9: Laporan Miniproject

bertahan atau mengatur sehingga terjadi tarik-menarik, akibatnya otot menjadi kenyal. Orang

yang melakukan stretching akan menambah cairan synovial sehingga persendian akan licin dan

mencegah cedera (Suroto, 2004).

Olahraga yang bersifat aerobik seperti senam merupakan usaha-usaha yang akan

memberikan perbaikan pada fisik atau psikologis. Faktor fisiologi dan metabolic yang

dikalkulasi termasuk penambahan sel-sel darah merah dan enzim fosforilase (proses masuknya

gugus fosfat kedalam senyawa organik), bertambahnya aliran darah sewaktu latihan,

bertambahnya sel-sel otot yang mengandung mioglobin dan mitokondria serta meningkatnya

enzim-enzim untuk proses oksigenasi jaringan (Kusmana, 2006).

Olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu: meningkatkan peredaran darah,

menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan dalam. Selain itu dengan olahraga dapat

membantu pencernaan, menolong ginjal, membantu kelancaran pembuangan bahan sisa,

meningkatkan fungsi jaringan, menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran

mental, membantu mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan

kesegaran jasmani.

9

Page 10: Laporan Miniproject

BAB III

METODE

3.1. Desain Intervensi

Intervensi yang dipilih dalam kegiatan ini adalah penyuluhan kesehatan masyarakat

lansia di posyandu lansia puskesmas Sentani dan melakukan senam lansia bersama dengan

seluruh peserta posyandu lansia.

3.2. Waktu dan Tempat

Kegiatan penyuluhan dilakukan pada hari Jumat, 22 Januari 2015 di Posyandu Lansia

Puskesmas Sentani, pada pukul 09.00 – 10.30 WIT.

3.3. Populasi

3.3.1. Populasi Target

Populasi target pada kegiatan ini adalah seluruh masyarakat lansia cakupan posyandu

lansia Puskesmas Sentani.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Masyarakat lansia yang hadir pada saat diadakan penyuluhan dan senam.

3.4. Metode Kegiatan

1. Penulis melakukan penyuluhan mengenai penyakit lansia dan senam lansia menggunakan

kertas flip chart.

2. Sesi tanya jawab dengan peserta.

3. Sesi senam khusus lansia bersama seluruh peserta posyandu lansia.

10

Page 11: Laporan Miniproject

3.5. Aktivitas

Waktu Kegiatan

09.00 – 09.05 Pembukaan oleh MC

09.05 – 09.20 Penyuluhan tentang penyakit pada lansia dan

jatuh pada lansia oleh dr. Max Nathanael

09.20 – 09.35 Penyuluhan tentang penyakit asam urat dan

diet makanan rendah purin oleh dr. Samuel

Torey

09.35 – 10.00 Senam Lansia bersama

10.00 – 10.15 Tanya jawab

10.15 – 10.30 Persiapan pelayanan posyandu

10.30 – dst. Pelayanan kesehatan posyandu lansia

11

Page 12: Laporan Miniproject

BAB IV

PROFIL PUSKESMAS

4.1. Data Demografi

4.1.1. Profil

Puskesmas Sentani terletak di Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Distrik ini

memiliki kepadatan penduduk yang tertinggi di Kabupaten Jayapura, dengan jumlah penduduk

48.491 jiwa per tahun 2011 dan luas wilayah 79,8 km2. Daerah Sentani memiliki dataran

berbukit karena berbatasan dengan Pegunungan Cycloop dan cukup tinggi di atas permukaan air.

Di dalam daerah ini terdapat Danau Sentani dengan luas 600 km2 yang memiliki peran penting

dalam aktivitas penduduk setempat dan sebagian berada dalam wilayah kerja puskesmas.

4.1.2. Batas Wilayah

Batas wilayah kerja Puskesmas Sentani adalah sebagai berikut:

Batas Utara : Gunung Cycloop

Batas Selatan : Arso – Kemtuk Gresi

Batas Timur : Sentani Timur

Batas Barat : Sentani Barat

4.1.3. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas Sentani di tahun 2013 mencakup Distrik Sentani yang terdiri atas 10

kelurahan atau kampong, yaitu Kelurahan Sentani Kota, Kelurahan Dobonsolo, Kelurahan

Hinekombe, Kampung Hobong, Kampung Ifar Besar, Kampung Ajau/Ifale, Kampung

Yoboi/Kehiran, Kampung Sereh, Kampung Yobeh dan Kampung Yahim dengan total luas

wilayah sebesar 79,8 km2.

4.2. Data Umum

4.2.1. Pelayanan Puskesmas Sentani

12

Page 13: Laporan Miniproject

4.2.1.1.Pelayanan Rawat Jalan

Loket : Senin – Kamis : 08.00 – 11.00 WIT

Sabtu : 08.00 – 10.00 WIT

Tata Usaha : Setiap hari kerja

Imunisasi : Selasa : ibu hamil

Kamis : bayi

Poliklinik TBC & Kusta : Senin, Rabu, Sabtu

KIA : Selasa : ibu hamil, PMTCT, balita

Rabu : ibu hamil

Kamis : bayi

KB : Setiap hari kerja*

Gizi : Setiap hari kerja*

Klinik Sanitasi : Setiap hari kerja*

Poliklinik Gigi : Setiap hari kerja*

Ruang Suntik : Setiap hari kerja*

Laboratorium : Setiap hari kerja*

Poliklinik Umum : Setiap hari kerja*

Apotik : Setiap hari kerja*

Klinik VCT : Setiap hari kerja*

Klinik IMS : Setiap hari kerja*

*Jumat hari Krida

4.2.1.2.Pelayanan Persalinan 24 jam

Kamar Bersalin : 1 ruang, 3 tempat tidur

Jumlah tempat tidur Ruang Melati : 6 tempat tidur

Jumlah tempat tidur Ruang Mawar : 4 tempat tidur

Jumlah tempat tidur Ruang Anggrek : 1 tempat tidur

13

Page 14: Laporan Miniproject

4.2.2. Tenaga Puskesmas Sentani

1. Dokter Umum : 2 orang

2. Dokter Gigi : 1 orang

3. SKM : 1 orang

4. Perawat

Akademi Perawat : 14 orang

SPK : 5 orang

SPRG : 1 orang

D3 Teknik Gigi : 1 orang

SMF : 1 orang

Analis Laboratorium : 3 orang

5. Bidan

Akademi Bidan : 7 orang

Bidan : 19 orang

6. D3 Gizi : 3 orang

7. D3 Kesling : 3 orang

8. Pekarya Lab : 1 orang

9. Perawat Pekarya : 1 orang

10. Tenaga Umum : 2 orang

11. Tenaga Titipan

Akademi Perawat : 2 orang

SPK : 1 orang

12. Honor / Magang

D3 Keperawatan : 3 orang

D3 Kebidanan : 9 orang

D3 KesLing : 1 orang

13. Sopir & Cleaning Service : 1 & 2 orang

Total : 77 orang

14

Page 15: Laporan Miniproject

4.2.3. Denah Puskesmas Sentani

15

Page 16: Laporan Miniproject

4.2.4. Alur Pelayanan Puskesmas Sentani

16

Page 17: Laporan Miniproject

17

Page 18: Laporan Miniproject

4.3. Sarana dan Prasarana

4.3.1. Puskesmas Sentani mempunyai 4 Pustu dan 1 Polindes:

1. Pustu Kehiran

2. Pustu Yamohindo Kelurahan Hinekombe

3. Pustu Ifar Besar

4. Polindes Yoboi

5. Pustu Hobong (gedung belum siap)

Pelayanan Posyandu di 29 Posyandu dan 1 Posyandu Lansia setiap bulannya.

4.3.2. Sarana Kendaraan Dinas

4.3.2.1.Darat

a. Dua unit ambulance, kondisi baik

Digunakan untuk :

- Kegiatan operasional Puskesmas

- Kegiatan Posyandu – Pusling

- Merujuk pasien

b. Dua unit motor dinas, kondisi baik

Digunakan untuk :

- Kegiatan operasional Puskesmas

- Kegiatan Posyandu – Pusling

- Kegiatan PHN

4.3.2.2.Danau

Untuk kegiatan di daerah danau Puskesmas Sentani menggunakan perahu masyarakat

(carter)

4.4. Sumber Dana Operasional Puskesmas Sentani tahun 2013

- APBD

- BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)

18

Page 19: Laporan Miniproject

Dialokasikan untuk:

- Pembayaran tagihan listrik Puskesmas

- Pembayaran tagihan telepon Puskesmas

- Pembayaran tagihan air Puskesmas

- ATK

- Suku cadang roda 4

- BBM

- Honor supir

- Fotocopy

4.5. Sejarah Singkat Puskesmas Sentani

Puskesmas Sentani dibangun pada tahun 1960 dan menjalani rehabilitasi berat pada tahun

1999. Dengan kondisi saat ini, Puskesmas Sentani membutuhkan rehabilitasi ulang.

Dalam kurun waktu 53 tahun, Puskesmas Sentani sudah dipimpin oleh 24 Kepala

Puskesmas, berikut adalah nama-nama Kepala Puskesmas Sentani dan masa kerjanya:

1. dr. H MEYERS bertugas tahun 1960 – 1961

2. dr. REEDERS bertugas tahun 1961 – 1962

3. dr. LIONG SOEN BOEN bertugas tahun 1962 – 1963

4. dr. SUPARDIMAN bertugas tahun 1963 – 1964

5. dr. TJIONG BENG LIANG bertugas tahun 1964 – 1965

6. dr. M SUDARMONO bertugas tahun 1965 – 1966

7. dr. SYAHBUDIN HARAHAP bertugas tahun 1966 – 1967

8. dr. A.M HUTAPEA bertugas tahun 1967 – 1969

9. dr. BACHTIAR ISMAIL bertugas tahun 1969 – 1973

10. dr. HARSONO bertugas tahun 1973 – 1974

11. dr. SOEYAPTO bertugas tahun 1974 – 1975

12. dr. HARI WIBOWO bertugas tahun 1975 – 1977

13. dr. D BUDI SUBIYANTO bertugas tahun 1977 – 1979

14. dr. EKA WIRANA UTOMO bertugas tahun 1979 – 1984

19

Page 20: Laporan Miniproject

15. dr. DEWI A PRATAMA bertugas tahun 1984 – 1985

16. dr. J.L OJONG.A bertugas tahun 1985 – 1987

17. dr. LANA ERAWATI bertugas tahun 1987 – 1988

18. dr. EMON WINARDI bertugas tahun 1988 – 1991

19. dr. YACOBUS ALBERTHUS A.Y bertugas tahun 1991 – 1994

20. dr. DOLARINA DE BREVING bertugas tahun 1994 – 1999

21. dr. NICODEMUS BARENDS bertugas tahun 1999 – 2002

22. dr. PETRONELLA M RISAMASU berugas tahun 2002 – 2006

23. dr. YULIATI SANTOSO bertugas Juni 2006 s/d Desember 2006

24. dr. DIAN GRITNOWATI bertugas sejak Desember 2006

4.6. Badan Organisasi Puskesmas Sentani tahun 2013

1. Kepala Puskesmas : dr. Dian Gritnowati

2. TU : Rasul

3. Bendahara

Operasional : Alfonsina Rumbino SKM

Jamkesmas : Binti Hasanah

Tim BOK : dr. Dwie Jayantari

Esti Maria Hastuti Amd.Kep

Rini Amd.Kep

Rutin : Eddy Santoso

JKN : Supriyani

4. Penanggung Jawab Pelaporan / program

ASKES : Aksamina Danya

Imunisasi : Yuniar

Kesling : Edi Santosa

PromKes : Supriyani

TB : Prihatin Golda Astarini Amd.Kep

Kusta : Alfonsina Rumbino, SKM

HIV : Hafsah, Amd.Kep

IMS : dr. Florence N Siahaan

20

Page 21: Laporan Miniproject

Gigi : drg. Evalina Tepi

PCD Malaria : Santi Sernay

PWS : Nurwati Amd.Kep

Malaria & Kelambu : Marliana

Anna Wahyuningsih Amd.Kep

Surveilins Kasus Baru : Marliana

W2 : Anna Wahyuningsih

VCT : Hafsah Amd.Kep

PMTCT : Lili Suebu Amd. Keb

SP2TP : Sisca Sokoy

LPLPO : Imron S.APt

PHN : Prihatin Golda Astarini Amd.Kep

KB : Agustina Mandila Amd.Keb

KIA Rutin,PWS, Malaria BUMIL

: Agustina Mendilla Amd.Keb

Ranap : Yanes Ohee Amd.Keb

Gizi : Tiraman Tampubolon

6. Kepala

Pustu Kehiran : Bid. Roslina Wally

Pustu Ifar Besar : Ester Yoku

Pustu Yamohindo : Bid. Kina Enembe

Polindes Yoboi : Bid. Erni Wally

Pustu Hobong : Ketty Amd.Keb

7. Petugas

Dokter

1. dr. Dian Gritnowati

2. dr. Florence N Siahaan

3. dr. Dwie Jayantari

4. dr. Vita Koedoes

21

Page 22: Laporan Miniproject

5. drg. Evalina Tepi

6. drg. Yoswita

22

Page 23: Laporan Miniproject

Loket

1. Aksamina Danya ( PJ)

2. Lies

3. Marthina (Titipan)

5. Nurul Amd.Kep (Magang)

6. Nurul Novi Amd.Kep (Magang)

7. Satriani Amd.Kep (Magang)

Imunisasi

1. Yuniar Amd.Kep ( PJ)

2. Martha Baru Amd.Kep

3. Esti Maria Hastuti ,Amd.Kep

4. Septina Felle

5. Manta Napitupulu

6. Marthina Patinasarani

Kesling

1. Edi Santosa ( PJ )

2. Supriyani

3. Herlin (Magang)

TB/Kusta

1. Prihatin Golda Astarini Amd.Kep (PJ)

2. Hafsah Amd.Kep(PJ HIV)

3. Alfonsina Rumbino SKM (PJ Kusta)

4. Despinaria Amd.Kep

Kamar Suntik

1. Maya (Titipan)

2. Nurul Amd.Kep (Magang)

23

Page 24: Laporan Miniproject

Poli Gigi

1. Nurhaniati

2. Jean Sutimo

Laboratorium

1. Frengky Barends

2. Susanti Sernay

3. Marthina Manufandu

4. Djurah (Titipan)

5. Sarifudin ( Magang)

Poli Umum

1. Marliana (PJ)

2. Anna Wahyuningsih Amd.Kep

3. Umizah, Amd.Kep

4. Nurwati Amd.Kep

5. Sisca Sokoy, Amd.Kep

Apotik

1. Imron S.Farm,APt (PJ)

2. Rameuli Simanjuntak

3. Rini Amd.Kep

4. Catharina

5. Agustina Sanda

KB

1. Bid. Agustina R.L Mendila Amd.Keb (PJ)

KIA

24

Page 25: Laporan Miniproject

1. Bid. Agustina R.L Mendila Amd.Keb (Bikor)

2. Bid. Lili Suebu Amd.Keb

3. Bid. Yosina Ansanay Amd.Keb

4. Bid. Yuli Panjaitan Amd.Keb

5. Bid. Maria Sombulayuk Amd.Keb

6. Bid. Elisabeth Aragay Amd.Keb

7. Bid. Nova M

8. Bid. Ketty Amd.Keb(PTT)

9 Bid. Dahlia Simanjuntak Amd. Keb

10. Bid. Tyas Amd.Keb (PTT)

11. Bid. Sumiyati Lasamidu

Kamar Bersalin

1. Bid. Yanes Ohee Amd.Keb (PJ)

2. Bid. Siti Aisyah Pellu Amd.Keb

3. Bid. Regina Tapatkeding Amd.Keb

4. Bid. Paulina Nian

5. Bid. Grace Suebu

6. Bid. Mariana Seeh

9. Bid. Nurfitri (magang)

10. Bid. Jomarna (Magang)

11. Bid. Dian (Magang)

12. Bid. Aisah (Magang)

13. Bid. Sudarmi (Magang)

Gizi

1. Tiraman Tampubolon SST (PJ)

2. Budi Artinah SST

3. Binti Hasanah AMG

4. Sri Winarsih AMG

5. Yunita AMG

25

Page 26: Laporan Miniproject

6. Sarah Soumilena AMG

VCT

1. Hafsah Amd.Keb (PJ & MK)

2. Despinaria Purba Amd.Keb ( Konselor)

3. Lili Suebu Amd.Keb ( Konselor)

4. Regina Tapatkeding Amd.Keb (Konselor)

26

Page 27: Laporan Miniproject

PITC

1. Prihatin Golda A (TB)

2. Alfonsina Rumbino (TB)

3. Elisabeth Aragay (KIA)

Supir Ambulance

1. Zeth Tomatala

27

Page 28: Laporan Miniproject

BAB 5

HASIL DAN DISKUSI

5.1. Hasil Penyuluhan dan Senam Lansia Bersama

Penyuluhan dan senam lansia dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

masyarakat lansia tentang pentingnya senam lansia untuk kesehatan dan meningkatkan

partisipasi posyandu lansia.

Nama acara : Penyuluhan Jatuh pada Lansia

Jenis acara : Penyuluhan dan senam lansia bersama

Tempat : Posyandu lansia Sosial dan masjid Al-Aksar

Hari, tanggal : Kamis, 19 Maret 2015 dan Sabtu, 18 April 2015

Waktu : 08.00 – 10.30 WIT

Penyuluhan dihadiri oleh peserta posyandu lansia, petugas di posyandu lansia, serta

Suster Golda dan Suster Siska sebagai penanggung jawab posyandu Lansia dari puskesmas

Sentani. Jumlah peserta posyandu sebanyak 63 orang di posyandu lansia Sosial dan 72 orang

peserta di posyandu lansia masjid Al-Aksar.

Sebelum dan sesudah penyuluhan diadakan pertanyaan untuk mengevaluasi tentang

gambaran pengetahuan peserta akan bahaya jatuh pada lansia dan pentingnya senam Lansia.

Pada akhir penyuluhan juga diadakan sesi tanya jawab dengan para peserta yang berlangsung

cukup interaktif.

Berikut adalah beberapa pertanyaan evaluasi sebelum dan sesudah penyuluhan dan senam

lansia bersama :

1. Apakah jatuh merupakan penyakit pada lansia?

Posyandu Lansia Sosial

28

Page 29: Laporan Miniproject

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 0

- Tidak : 56

- Abstein : 7

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 63

- Tidak : 0

- Abstein : 0

Posyandu Lansia Masjid Al-Aksar

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 2

- Tidak : 41

- Abstein : 29

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 68

- Tidak : 0

- Abstein : 4

2. Apakah senam lansia berbeda dengan senam pada awamnya?

Posyandu Lansia Sosial

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 40

- Tidak : 15

29

Page 30: Laporan Miniproject

- Abstein : 8

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 58

- Tidak : 0

- Abstein : 5

Posyandu Lansia Masjid Al-Aksar

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 8

- Tidak : 61

- Abstein : 3

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 70

- Tidak : 0

- Abstein : 2

3. Apakah dengan olah raga rutin dapat mengurangi resiko jatuh pada lansia?

Posyandu Lansia Sosial

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 42

- Tidak : 0

- Abstein : 21

30

Page 31: Laporan Miniproject

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 63

- Tidak : 0

- Abstein : 0

Posyandu Lansia Masjid Al-Aksar

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 63

- Tidak : 0

- Abstein : 9

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 70

- Tidak : 0

- Abstein : 2

4. Apakah rutin memeriksakan kesehatan di posyandu lansia bisa mengurangi resiko

jatuh?

Posyandu Lansia Sosial

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 55

- Tidak : 0

- Abstein : 8

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 60

31

Page 32: Laporan Miniproject

- Tidak : 0

- Abstein : 3

Posyandu Lansia Masjid Al-Aksar

Jawaban peserta sebelum penyuluhan dan senam :

- Ya : 68

- Tidak : 0

- Abstein : 4

Jawaban peserta setelah penyuluhan dan senam :

- Ya : 70

- Tidak : 0

- Abstein : 2

5.2. Diskusi

BAB VI

32

Page 33: Laporan Miniproject

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pada program BIAS tahun 2013, 94.04% murid SD kelas 1 menerima vaksin DT, 93.96%

murid SD kelas 2 menerima vaksin Td, 94.84% murid SD kelas 3 menerima vaksin Td,

dan secara keseluruhan angka partisipasi tahun 2013 adalah 94.28%.

2. Pada program BIAS tahun 2014, 92.08% murid SD kelas 1 menerima vaksin DT dan

92.57% menerima vaksin Campak, 91.08% murid SD kelas 2 menerima vaksin Td,

92.75% murid SD kelas 3 menerima vaksin Td, dan secara keseluruhan angka partisipasi

tahun 2014 adalah 91.97%.

3. Sosialisasi program BIAS tahun 2014 tidak berhasil meningkatkan angka partisipasi jika

dibandingkan dengan tahun 2013.

6.2. Saran

1. Dilakukan pendataan ulang sekolah-sekolah yang ada dalam wilayah kerja Puskesmas

Sentani.

2. Diadakan sosialisasi rutin setiap tahunnya untuk meningkatkan pengetahuan pihak

sekolah mengenai program BIAS sehingga dapat mensosialisasikannya kembali kepada

pihak orangtua murid.

3. Sosialisasi mengenai program BIAS sebaiknya tidak hanya dilakukan sebelum

dilaksanakan untuk mengantisipasi penolakan orangtua dan agar ada waktu lebih banyak

untuk melakukan edukasi. akan lebih baik jika pihak sekolah membantu sosialisasi

kepada orangtua murid di awal tahun pelajaran atau melalui media cetak di wilayah

sekolah.

33

Page 34: Laporan Miniproject

DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Penulis. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2012 Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

[Internet]. Available at : URL:

http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_lansia_2012/files/search/searchtext.xml

2. Hambuako, Ihm. Jumlah Penduduk Lanjut Usia Meningkat [Internet]. Available at: URL:

https://dinkesbanggai.wordpress.com/2008/06/21/jumlah-penduduk-lanjut-usia-

meningkat/ (last update on 21 June 2008)

3. Sumintarsih. (2006). Kebugaran Jasmani Untuk Lansia. Olahraga , 147-160.

4. Suroto. (2004). Buku Pegangan Kuliah Pengertian Senam, Manfaat Senam dan Urutan

Gerakan. Semarang: Unit Pelaksana Teknis Mata Kuliah Umum Olahraga Undip.

5. Smeltzer & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

6. Tamher & Noor Khasiani. (2009), Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

7. Siti, Maryam R, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Penangannya. Jakarta: Salemba

Medica.

8. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.

Jakarta: EGC.

9. Potter, P. A dan Perry Anne G. (2005) Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik. Jakarta:EGC

10. Mubarak, Wahit Iqbal. (2006). Ilmu keperawatan komunitas. Jakarta: Salemba Medika

11. Efendi Ferry. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

12. Kusmana, D. (2006). Olahraga Untuk Orang Sehat dan Penderita Penyakit Jantung

Trias Sok & Senam 10 Menit Edisi 2. Jakarta: FKUI.

34