Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap percobaan yang ada di Laboratorium, pasti menggunakan alat-alat yang berhubungan dengan percobaan yang akan dilakukan. Sebelum melakukan praktikum, praktikan harus mengetahui apa fungsi dan kegunaan dari alat-alat tersebut agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan nanti. Terlebih dalam praktikum mikrobiologi, sebelum alat-alat tersebut digunakan harus melakukan suatu proses yang bernama proses sterilisasi. Tujuan dari proses tersebut ialah untuk mensterilkan alat-alat dari mikroorgsnisme yang tidak diinginkan agar pada saat percobaan alat-alat tersebut sudah steril dan tidak adanya mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh. Suatu mikroorganisme tumbuh karena adanya media yang ada. Media harus steril saat digunakan agar pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan tidak ada tumbuh mikroorganisme yang lain. Dalam pertumbuhan mikroorganisme ada beberapa syarat-syarat tertentu yang diantaranya bahwa didalam medium harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
46

laporan mikrobiologi

Dec 09, 2014

Download

Documents

sterilisasi dan pertumbuhan mikroba
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan mikrobiologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada setiap percobaan yang ada di Laboratorium, pasti menggunakan alat-alat yang

berhubungan dengan percobaan yang akan dilakukan. Sebelum melakukan praktikum,

praktikan harus mengetahui apa fungsi dan kegunaan dari alat-alat tersebut agar

nantinya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan nanti.

Terlebih dalam praktikum mikrobiologi, sebelum alat-alat tersebut digunakan harus

melakukan suatu proses yang bernama proses sterilisasi. Tujuan dari proses tersebut

ialah untuk mensterilkan alat-alat dari mikroorgsnisme yang tidak diinginkan agar pada

saat percobaan alat-alat tersebut sudah steril dan tidak adanya mikroorganisme yang

tidak diinginkan tumbuh.

Suatu mikroorganisme tumbuh karena adanya media yang ada. Media harus steril saat

digunakan agar pertumbuhan mikroorganisme dapat berlangsung dengan baik dan tidak

ada tumbuh mikroorganisme yang lain. Dalam pertumbuhan mikroorganisme ada

beberapa syarat-syarat tertentu yang diantaranya bahwa didalam medium harus

terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

mikroba kemudian susunan makanannya, tekanan osmosis, derajar, keasaman (pH),

temperatur, sterilisasi.

Latar Belakang dari Praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui cara

mensterilisasikan alat dengan menggunakan metode sterilisasi yang ada serta

mengetahui cara pembuatan media pertumbuhan mikroba.

1.2. Tujuan Percobaan

a. Untuk mengetahui alat-alat yang ada di Laboratorium beserta fungsinya

b. Untuk mengetahui cara-cara mensterilisasikan alat

c. Untuk mengetahui metode-metode yang digunakan dalam sterilisasi

d. Untuk mengetahui cara pembuatan medium NA (Nutrient Agar)

Page 2: laporan mikrobiologi

e. Untuk mengetahui cara pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar)

Page 3: laporan mikrobiologi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi

2.1.1. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis

mikroorganisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,

Mycoplasma, virus) yang terdpat pada / di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan

aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau

menghilangkan mikroorganisme.

Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu

metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu tergantung

dari asam nukleat, protein, atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untu

sterilisasi disebut sterilant.

Desifenksi merupakan proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang

dapat membawa penyakit. Agen desinfeksi adalah desinfektan, yang biasanya

merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek yang tidak hidup. Desinfeksi

tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viable dan beberapa mikroorganisme

tetap tidak bersisa.

Sanitasi berhubungan erat dengan desinfeksi. Pada proses sanitasi, populasi

mikroorganisme direduksi sampai mencapai level atau tingkatan yang dianggap aman

oleh standar kesehatan masyarakat. Agen sanitasi adalah sanitizer. Contoh sanitizer

yang umum digunakan adalah sanitizer untuk membersihkan makanan yang ada di

restoran.

Antiseptis adalah proses pencegahan infeksi dengan cara inaktivasi atau mematikan

mikroorganisme dengan cara kimia. Agen antiseptis disebut antiseptik. Proses ini tidak

merusak jaringan inang dan tidak setoksik desifektan. Substansi yang dapat membunuh

mikroorganisme umumnya memiliki akhiran –sida (cide). Contohnya adalah germisida

Page 4: laporan mikrobiologi

(germicide) yang membunuh banyak pathogen tetapi tidak berefek pada endospora

bakteri; bakterisida; fungisida; algisida; dan virusida. Sedangkan substansi yang tidak

bersifat membunuh mikroorganisme dan hanya berfungsi untuk penghambat

pertumbuhan umumnya memiliki akhiran nama –statik (static). Contohnya adalah

fungistatik dan bakteriostatik.

Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap metode sterilisasi

tertentu. Endospora bakteri resisten terhadap panas, iradiasi, dan detergen; virus tanpa

envelope resisten terhadap pelarut organik dan detergen; mycoplasma dan virus tidak

dapat dihilangkan dengan filter steril yang memiliki ukuran pori 0,2 µm.

Efisiensi metode sterilisasi dan efektivitas agar antimikroba dipengaruhi oleh hal – hal

berikut ini yaitu :

a. Ukuran populasi

Populasi mikroorganisme yang besar memerlukan waktu yang lebih lama sampai

tercapainya kematian dibanding populasi yang lebih kecil.

b. Komposisi Populasi

Bentuk endospora bakteri lebih resisten dibandingkan bentuk vegetatifnya.

c. Konsentrasi / intensitas agen antimikroba

Makin tinggi konsentrasi agen, makin banyak mikroorganisme yang dapat dimatikan.

Pada titik tertentu, peningkatan konsentrasi tidak meningkatkan kecepatan pembunuhan.

Beberapa agen antimikroba justru lebih efektif pada konsentrasi lebih rendah.

Contohnya : etanol 70% lebih efektif dibandingkan dengan etanol 95%.

d. Lama paparan

Semakin lama populasi mikroorganisme terpapar agen mikroba, semakin banyak

mikroorganisme yang mati.

e. Temperatur

Peningkatan temperatur dapat meningkatkan aktivitas agen antimikroba.

f. Lingkungan sekitar

Kondisi lingkngan sekitar dapat menghalangi ataupun mempercepat destruksi. Untuk

dapat mematikan mikroorganisme, sterilant harus dapat mencapai mikroorganisme dan

apabila mikroorganisme terdapat dalam bahan protein seperti nanah, jaringan, ataupun

Page 5: laporan mikrobiologi

eksudat jaringan, maka diperlukan sterilant dengan jumlah yang lebih dari normal untuk

dapat memtikan mikroorganisme tersebut (Pratiwi, 2008).

2.1.2. Cara Sterilisasi

Suatu produk dapat disterilkan melalui cara sterilisasi akhir (Terminal sterilization) atau

dengan cara aseptic (Aseptic processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan sterilisasi, yaitu :

a. Terminal Sterilization

Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph (2005) dibagi menjadi dua,

yaitu :

1. Overkill Method

Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanaasn dengan uap panas

pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reaksi setingkat

log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D selama 1 menit.

Metode ini dapat digunakan untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik.

Metode ini menjadi pillihan utama karena kelebihannya yaitu lebih efisien, cepat dan

aman. Kriteria yang digunakan adalah probabilitas survival / tidk lebih besar dari 1

(satu) mikroorganisme dalam 106 unit. Pada metode ini, monitoring hanya dilakukan

pada formula akhir.

2. Biorbuden Sterilization

Biorbuden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat

dan terkontrol terhadap beban sekecil mungkin di beberapa jalur produksi sebelum

menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL

10-6. Metode ini umumnya digunakan untuk bahan yang mengalami degradasi

kandungan bila dipanaskan terlalu tinggi seperti zat organik.

Proses sterilisasi memerlukan suatu siklus yang dapat menghancurkan mikroorganisme,

namun tanpa menimbulkan degradasi produk. Nilai D ditentukan dengan menggunakan

bakteri dalam bentuk spora yang didapat dari lingkungan produksi atau yang diisolasi

dari produk.

Page 6: laporan mikrobiologi

Perbedaan kedua metode adalah pada titik awal. Jika menggunakan metode overkill,

maka pemanasan dengan uap 121oC selama 15 menit sedangkan metode Biorbuden

Sterilization dilihat dari pencapaian tingkat sterilitas yang diminta, yaitu Sal 10-6.

b. Aseptic Processing

Aseptic Processing adalah metode pembukaan produk steril menggunakan filter khusus

untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan ke

dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan,

dan petugas telah terkontrol sehingga mikroba tetap berada pada level yang dapat

diterima dalam cell zone. Persyaratannya adalah limit of media fill 1 : 10.000 unit dapat

dikatakan produk bebas mikroorganisme (Stefanus, 2006).

2.1.3. Metode Sterilisasi

Metode sterilisasi terdiri atas bermacam macam metode yaitu :

a. Sterilisasi Panas dengan tekanan atau Sterilisasi Uap (Autoclave)

Pemanasan dalam tekanan dapat dilakukan dengan menggunakan autoclave yaitu untuk

membunuh spora bakteri yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas dapat

mati pada suhu 121oC selama 15 menit. Suhu ini dapat dicapai pada permukaan larut

menggunakan uap pada tekanan 15 psi dalam tekanan atmosfer berlebih. Kekuatan

membunuh uap air panas disebabkan pada waktu kondensasi, pada bahan yang

disterilisasi dilepaskan sejumlah besar panas laten. Pengerutan yang disebabkan oleh

kondensasi dapat menyebabkan penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak

panas yang diserap (Fardiaz, 1992).

Sterilisasi ini merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena :

1. Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal yang paling efektif dan semua

lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memungkinkan

terjadinya koagulasi.

2. Bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.

Siklus sterilisasi uap meliputi pada fase pemanasan (conditioning), pemaparan uap

(exposure), pembuangan (exhaust), dan pengeringan (Stefanus, 2006).

Page 7: laporan mikrobiologi

b. Sterilisasi pemanasan kering

Sterilisasi pemanasan kering berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara

mengoksidasi komponen sel ataupun mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat

digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik, waktu sterilisasinya lama,

yaitu sekitar 2 – 3 jam, dan berdaya penetrasi rendah. Metode sterilisasi pemanasan

kering ini tidak memerlukan air sehingga tidak ada uap air yang membasahi alat atau

bahan yang disterilkan (Pratiwi, 2008).

Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas akan

diabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam

permukaan sampai suhu untuk sterilisasi tercapai.

Pada sterilisasi panas kering ini, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui

mekanisme oksidasi sampai terjadinya koagulasi protein sel. Karena panas dan kering

kurang efektif dalam membunuh mikroba dari autoclave, maka sterilisasi memerlukan

temperatur yang tinggi dan waktu yang panjang.

Sterilisasi panas kering biasa ditetapkan pada temperatur minimum 160oC dengan waktu

1 jam untuk alat logam dan gelas. Untuk larutan minyak atau parafin atau salep

sterilisasi ditetapkan pada temperature 150oC dengan waktu 1 jam. Temperatur yang

lebih tinggi memungkinkan sterilisasi yang lebih pendek yang ditentukan oleh

peraturan, dan sebaliknya temperatur yang lebih rendah membutuhkan waktu yang

panjang (Stefanus, 2006).

Pemanasan kering ini sering digunakan dalam sterilisasi alat alat gelas di laboratorium

dengan menggunakan oven dengan suhu 160 – 180oC selama 1,5 – 2 jam dengan sistem

udara statis. Jika digunakan oven yang dilengkapi dengan sirkulasi udara panas,

diperlukan waktu setengahnya karena aliran udara panas ke alat-alat gelas akan lebih

efisien (Fardiaz, 1992).

Page 8: laporan mikrobiologi

Sterilisasi ini juga dapat digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif

disterilkan dengan autoklaf. Senyawa ini antara lain minyak lemak, gliserin, petrolatum,

minyak mineral, paraffin, dan berbagai serbuk yang stabil pemanasannya sepeti ZnO.

Siklus dari sterilisasi panas kering meliputi fase pemanasan (udara panas disirkulasikan

pada chamber), periode plateau (tercapainya suhu pada chamber), equilibrium atau

holding time (seluruh chamber memiliki suhu yang sama), dan pendinginan chamber

(mensirkulasikan udara dingin ke dalam chamber) (Stefanus, 2006).

c. Sterilisasi dengan cara perebusan

Perebusan adalah pemanasan di dalam air mendidih atau uap air pada suhu 100oC

selama beberapa menit, tetapi banyak spora bakteri yang tahan panas dan masih hidup

setelah perebusan selama beberapa jam (Fardiaz, 1992).

d. Sterilisasi dengan cara Tindalisasi.

Tindalisasi dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap

selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi di antara dua

proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel

vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992).

e. Sterilisasi dengan cara Pasteurisasi.

Pasteurisasi adalah proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu di mana semua

patogen yang berbahaya bagi manusia akan terbunuh, misalnya bakteri penyebab

tuberculosis dan bruselois. Proses parteurisasi biasanya dilakukan terhadap susu. Proses

ini juga dapat disebabkan oleh sterptokoki grup A (Streptococcus pyogenes).

Pasteurisasi dapat dilakukan pada suhu yang relatif rendah dalam waktu yang relatif

lama yaitu 65oC selama 30 menit, atau pada suhu tinggi dalam waktu singkat yaitu 72oC

selama 15 detik. Beberapa bakteri vegetatif yang tahan panas (termofil) dan spora tahan

akan proses pasteurisasi. Setelah pasteurisasi, produk harus didinginkan dengan cepat

untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang masih hidup (Fardiaz, 1992).

f. Sterilisasi gas atau etilen oksida

Page 9: laporan mikrobiologi

Etilen Oksda meruakan senyawa organik kelompok epoksida dari golongan eter dengan

rumus kimianya adalah (C2H4)O . Etilen oksida berada dalam fase gas pada suhu diatas

10,75oC dalam tekanan 1 atmosfer. Di bawah konsentrasi 500 – 750 ppm, gas etilen

oksida tidak berwarna dan tidak berbau. Et-O pada konsentrasi 3% bersifat mudah

terbakar. Et-O membunuh mikroorganisme melalui reaksi kimia yaitu reaksi alkilasi,

yang pada reaksi tersebut terjadi pergantian gugus alkil. Akibatnya adalah proses

metabolisme dan reproduksi sel terganggu.

Siklus sterilisasi Et-O terjadi melalui fase vakum (pemvakuman chamber), innjeksi (gas

Et-O diinjeksikan, sehingga terjadi kenaikan tekanan pada chamber), pemaparan (terjadi

pemaparan Et-O selama waktu tertentu), aerasi (udara segar masuk melalui filter bakteri

atau mendorong Et-O keluar dari pipa pengeluaran) (Stefanus 2006).

Beberapa Parameter sentralisasi gas Et-O meliputi :

1. Konsentrasi gas secara umum semakin tinggi konsentrasi gar maka waktu yang

diperlukan untuk proses sterilisasi akan semakin cepat. Konsentrasi biasa

dinyatakan dalam mg/liter ruang chamber.

2. Semakin tinggi suhu, semakin cepat reaksi berjalan. Sterilisasi suhu rendah bias

menggunakan suhu 47 – 60oC

3. Kelembaban untuk meningkatkan daya penetrasi gas

4. Waktu siklus satu kali proses sterilisasi berkisar antara 2 – 6 jam, tergantung pada

suhu dan konsentrasi (Stefanus, 2006).

g. Sterilisasi penyaringan

Metode sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang sensitif terhadap

panas, misalnya enzim, dan dapat juga dgunakan untuk mensterilkan medium

laboratorium dan larutan-larutan yang dapat mengalami kerusakan jika dipanaskan.

Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau kurang akan menghilangkan

jasad renik yang terdaat dalam larutan tersebut. Penyaringan yang banyak digunakan

terbuat dari gelas sinter (Gelman, Miliore) dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori

penyaring tersebut berukuran sekitar antara 0,22 – 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar

Page 10: laporan mikrobiologi

biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus,

sehingga tidak terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan oleh bakteri tidak

dapat menyaring virus atau mikoplasma (Fardiaz, 1992).

Kerugian dari sterilisasi ini adalah biaya yang mahal serta filter yang mudah mampat

akibat filtrat tertinggal pada saringan sehingga saringan harus sering diganti. Kerugian

yang lain adalah meskipun memiliki pori-pori yang halus, membran filter tidak dapat

digunakan untuk menyaring virus.

Jenis filter yang lain adalah filter HEPA (High Efficiency Particulate Air), contohnya

LAF (Laminar Air Flow). Filter ini digunakan untuk menyaring udara sehingga bebas

dari bakteri, dan terdiri dari lipatan selulosa asetat (Pratiwi, 2008).

Menyaring mikroba atau filtrasi melalui prinsip :

1. Filter ayakan, didasari perbedaan ukurannya dengan pori. Ukuran porinya seragam

0,22 µm dengan ketebalan 80 – 159 µm. Filter ayakan tidak dapat membebaskan

pirogen dan virus (0,02 µm)

2. Filter adsorpsi, dalam hal ini filternya terbuat dari selulosa asbes, gelas sinter,

keramik, serta karbon aktif. Filter dapat membebaskan pirogen dari virus (Stefanus,

2006).

h. Sterilisasi dengan plasma

Plasma terdiri atas elektron, ion-ion, maupun partikel netral. Plasma buatan dapat terjadi

pada suhu tinggi maupun rendah. Plasma berasal dari beberapa gas seperti argon,

nitrogen, dan oksigen yang menunjukkan aktivitas sporisidal.

Plasma yang terbentuk dari hidrogen peroksida, proses pembentukan plasma mengalami

dua fase, yaitu fase difusi hidrogen peroksida dan fase plasma. Fase plasma dimulai

setelah pemvakuman chamber. Uap hidrogen peroksida yang dihasilkan dari 58%

hidrogen peroksida masuk ke dalam chamber melalui mekanisme difusi. Alat atau

bahan yang akan disterilkan kemudian terpaparkan oleh uap hidrogen peroksida selama

50 menit pada konsentrasi 6 mg/l. Hidrogen Peroksida yang pada dasarnya mempunyai

Page 11: laporan mikrobiologi

aktivitas mematikan mikroorganisme berfungsi sebagai prekursor pembentukkan radikal

bebas pada pembentukkan plasma. Hidrogen peroksida yang pada dasarnya mempunyai

aktivitas mematikan mikroorganisme berfungsi sebagai precursor pembentkan radikal

bebas pada pembentukkan plasma. Fase plasma berlangsung selama 15 menit pada 400

watt. Setelah fase plasma selesai, setiap zat akan bergabung kembali membentuk

senyawa stabil berupa air dan oksigen. Aktivitas mematikan mikroorganisme hidrogen

peroksida belum diketahui secara pasti, namun dalam proses pembentukkan plasma

membentuk zat reaktif seperti radikal bebas radiasi UV (Stefanus, 2006).

i. Sterilisasi Radiasi

1. Ultraviolet

Ultraviolet merupakan gelombang elektromagnetik dengan panjang 100 – 400 nm

dengan efek optimal pada 254 nm. Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya

tembus hanya 0,01 – 0,2 mm. Ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruangan pada

penggunaan antiseptik.

2. Ion

Mekanismenya mengikuti teori tumbukan, yaitu sinar langsung menghantam pusat

kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung dengan sinar terlebih dahulu

membentur molekul air dan mengubahnya menjadi bentuk radikalnya yang

menyebabkan terjadi reaksi sekunder pada bagian molekul DNA mikroba.

3. Gamma

Gamma bersumber dari Co – 60 dan Cs – 137 dengan aktivitas sebesar 50 – 500 kilo

curie serta memiliki daya tembus yang sangat tinggi. Dosis efektifnya adalah 2,5 MRad.

Gamma digunakan untuk mensterilkan alat kedokteran serta alat yang terbuat dari

logam, karet, serta bahan sintetis seperti polietilen (Stefanus, 2006).

2.2. Pertumbuhan Media

2.2.1. Pengertian Media

Medium (jamak : media) pertumbuhan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi yang disediakan dari media berupa molekul-

molekul yang selanjutnya dirakit untuk menyusun komponen sel dan memperbanyak

Page 12: laporan mikrobiologi

diri sehingga sel-sel tersebut dapat dimanfaatkan. Dengan adanya media pertumbuhan

dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur tunggal dan juga memanipulasi

mikroorganisme yang didapatkan untuk kepentingan tertentu. Kultur media adalah

substansi dengan kadar tertentu dalam bentuk cair, setengah padat atau padat yang

mengandung bahan alami dan atau buatan untuk mendukung perkembangbiakan

mikroorganisme (Prahdika, 2008).

Media pertumbuhan memiliki banyak nama yang umumnya mengacu kepada nama asli

sesuai literatur. Terdapat juga media dengan komposisi yang sama tetapi memiliki nama

yang berbeda karena diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. Misalnya Trypticase™

Soy Agar diproduksi oleh BBL (BD Diagnostic Systems). Tryptone Soy Agar diproduksi

oleh Oxoid Unipath dan Tryptic Soy Agar diproduksi Difco (BD Diagnostic Systems)

yang semuanya memiliki komposisi yang sama. Banyak media juga dikenal sebagai

akronim, misalnya TSA adalah singkatan dari Trypticase™ Soy Agar. Jika seseorang

memodifikasi komposisi media yang telah ada (memiliki nama asli), maka istilah

“modified” diletakkan setelah nama media. Misalnya TSA modified bukan Modified

TSA. Media yang tidak memiliki nama formal umumnya dinamai berdasarkan

organisme yang ditargetkan, misalnya Bacillus stearothermophilus Broth (Prahdika,

2008).

2.2.2. Bahan-bahan media pertumbuhan

a. Sumber nutrisi atau zat makanan

Analisa dari komposisi kandungan unsur sel mikroorganisme menunjukkan lebih dari

95% dari berat kering terdiri dari unsur utama (major elements) yaitu unsur C, O, H, N,

S, P, K, Na, Ca, Mg, dan Fe. Jika suatu jenis mikroorganisme ingin ditumbuhkan dalam

cawan petri atau tabung maka harus dipenuhi kebutuhan unsur tersebut dari molekul

organik yang terdapat pada media. Komposisi setiap bahan pada media tertentu terhadap

mikroorganisme target menggambarkan kondisi nutrisi pada habitat aslinya karena pada

keadaan itulah mikroorganisme tersebut optimal tumbuh. Berikut adalah sumber nutrisi

media :

1. Sumber karbon

Page 13: laporan mikrobiologi

Molekul organik umumnya mengandung karbon sebagai tulang punggungnya seperti

karbohidrat, lemak, protein yang terdapat pada pepton, glukosa, dll. Bahan organik

inilah yang menjadi sumber karbon utama untuk mikroorganisme heterotrof yang umum

dikultivasi.

2. Sumber nitrogen

Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain yang

terkandung pada pepton, ekrtrak daging, atau tryptose. Sejumlah mikroba juga dapat

menggunakan sumber N anorganik seperti urea.

3. Sumber oksigen

Untuk mikroorganisme heterotrof yang dikulturkan pada cawan, sebagian besar oksigen

didapatkan langsung dari udara sedangkan mikroorganisme yang dikultur pada media

cair sumber oksigen berasal dari oksigen yang terlarut air. Oleh karena itu aerasi pada

kultur cair dapat meningkatkan pasokan oksigen kepada mikroorganisme.

4. Sumber fosfat

Sumber fosfat organik seperti beberapa protein, kofaktor atau ATP yang dapat dijumpai

pada bahan yeast extract atau pepton. Namun hampir semua mikroorganisme dapat

memanfaatkan fosfat anorganik yang ditambahkan langsung pada media seperti

potassium phosphate, sodium phosphate dll.

5. Sumber unsur sekelumit (mikronutrient/trace element)

Pada lingkup media pada cawan petri, unsur mikronutrien (Zn, Mn, Mo, Ni, Co, Cu dll.)

dapat diperoleh dari akuades atau peralatan gelas. Fungsi mikronutrien ini umumnya

menjadi bagian dari enzim atau kofaktor untuk menjadi katalis reaksi atau menjaga

struktur protein. Oleh karena itu pembuktian kebutuhan unsur mikronutrien sangat sulit

dilakukan dalam skala laboratorium karena setiap jenis mikroorganisme

membutuhkannya dalam jumlah yang sangat sedikit (Prahdika, 2008).

b. Komposisi media pertumbuhan

Formulasi media pertumbuhan prinsipnya hampir sama dengan resep masakan di dapur

yang setiap bahan bakunya diatur dengan takaran tertentu. Berikut adalah beberapa

bahan-bahan yang umum dipakai dalam pembuatan media pertumbuhan

1. Agar

Page 14: laporan mikrobiologi

Agar adalah bahan yang paling umum digunakan sebagai gelling agent pada media yang

terbuat dari ekstrak alga. Agar bukan sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme

namun fungsinya lebih bersifat mekanis yaitu memadatkan media cair sehingga sel

tidak larut dalam cairan. Struktur agar terdiri dari D-galactose, 3,6-anhydro-L-galactose,

dan D-glucuronic acid. Umumnya agar terbuat dari ganggang merah. Agar cocok

menjadi agen pemadat karena setelah dilarutkan pada suhu mendidih dapat didinginkan

sampai 40 - 42°C sebelum memadat dan tidak akan mencair lagi sebelum suhu

mencapai 80 - 90°C. Pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu

lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.

2. Pepton

Pepton adalah hasil hidrolisis protein yang dibentuk dari proses enzimatik atau digesti

asam. Kasein banyak digunakan sebagai substrat pembentuk pepton, tetapi beberapa

bahan lain seperti soybean meal juga sering digunakan.

3. Ekstrak Daging / Tumbuhan

Ekstrak daging dan tumbuhan mengandung asam amino, peptida dengan berat molekul

rendah, karbohidrat, vitamin, mineral dan trace metals. Ekstrak jaringan hewan

mengandung lebih banyak bahan protein larut air dan glikogen sedangkan ekstrak

tumbuhan lebih banyak terdapat karbohidrat di dalamnya.

4. Faktor tumbuh

Banyak mikroorganisme yang membutuhkan faktor tumbuh spesifik yang harus ada

dalam media pertumbuhannya. Beberapa diantaranya adalah vitamin, asam amino, asam

lemak dan nutrisi dari darah.

5. Komponen selektif

Suatu bahan yang berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme non

target disebut komponen selektif. Komponen selektif dipakai pada media selektif yang

berguna untuk mengisolasi bakteri spesifik dari populasi campuran. Bile salts (garam

empedu), selenite, tetra-hionate, tellurite, azide, phenylethanol, sodium lauryl sulfate,

sodium chloride (konsentrasi tinggi), dan beberapa pewarna (eosin, Crystal Violet, dan

Methylene Blue) umumnya dipakai sebagai bahan selektif. Bahan antimikroba juga

dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri tertentu, diantaranya adalah

ampicillin, chloramphenicol, colistin, cycloheximide, gentamicin, kanamycin, nalidixic

acid, sulfadiazine, dan vancomycin.

Page 15: laporan mikrobiologi

6. Komponen diferensial

Berbeda dengan komponen selektif, komponen diferensial ini tidak menekan

pertumbuhan mikroorganisme tertentu namun sebagai bahan untuk memudahkan

pembedaan mikroorganisme target dari populasi campurannya (deteksi visual). Bahan

diferensial seperti pH indikator akan membuat koloni target berbeda warna karena

memproduksi asam. Bahan lainnya berupa pewarna kromogenik yang mampu berubah

warna jika suatu reaksi enzim spesifik terjadi.

7. pH buffer / buffer salts

pH buffer digunakan untuk menjaga pH media selama digunakan untuk tumbuh karena

beberapa mikroorganisme akan tumbuh optimal pada kisaran pH yang spesifik

(Prahdika, 2008).

2.2.3. Macam-macam media pertumbuhan

a. Berdasarkan sifat fisik

1. Medium Padat

Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15g/L sehingga setelah dingin media

menjadi padat. Media padat berguna untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga

akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media

padat juga menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam

pengujian suatu hasil metabolit.

2. Medium Cair

Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient

Broth), LB (Lactose Broth). Medium cair akan memberi kesempatan bakteri untuk

menyebar dan tercampur dengan seluruh nutrisi sehingga lebih cocok untuk

mengoptimumkan pertumbuhan mikroba. Dapat juga untuk mengetahui karakter suatu

mikroba berdasarkan kebutuhan oksigen.

3. Medium Setengah Padat

Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3 - 0,4% sehingga

menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Media semi solid dibuat

dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi

tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh

pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin

Page 16: laporan mikrobiologi

hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat

dengan mudah hancur. Medium setengah padat juga bertujuan untuk mencegah /

menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau

sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan

tumbuh merata diseluruh media (Prahdika, 2008).

b. Berdasarkan kandungan bahan

1. Media sintetik / media terdefinisi (synthetic media / defined media)

Media sintetik adalah media yang seluruh komposisinya diketahui. Media sintetik

digunakan dalam penelitian mengenai uji metabolisme suatu mikroorganisme. Banyak

jenis mikroorganisme kemoorganotrof heterotrof dapat tumbuh pada media sintetik

dengan glukosa sebagai sumber karbon dan ammonium salt sebagai sumber nitrogen.

2. Media kompleks (complex media)

Media kompleks adalah media yang sebagian komposisinya tidak diketahui dengan

pasti. Media kompleks seringkali dibutuhkan karena kebutuhan nutrisi dari beberapa

bakteri tidak diketahui sehingga media sintetik tidak dapat dibuat untuk keperluan ini.

Seringkali satu jenis media kompleks dapat cukup kaya untuk memenuhi kebutuhan

banyak jenis bakteri. media ini dapat mengandung bahan yang tidak diketahui pasti

komposisinya seperti peptone, meat extract dan yeast extract (Prahdika, 2008).

c. Berdasarkan tujuan

Berikut adalah pembagian media :

1. Media isolasi

Media isolasi adalah media umum yang digunakan untuk mengisolasi suatu mikroba

menjadi kultur murni. Biasanya mengandung semua kebutuhan untuk tumbuh, misalnya

Blood agar atau Chocolate agar.

2. Media selektif (selective or inhibitory media)

Berfungsi untuk menumbuhkan mikroba target / yang diinginkan dan menekan

pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan (background flora). Umumnya media

selektif menseleksi mikroba target berdasarkan kelompok, genus atau spesiesnya,

misalnya EMB agar untuk menseleksi E. coli, Baird parker untuk isolasi S. aureus.

3. Media pengkaya (enrichment media)

Page 17: laporan mikrobiologi

Media pengkaya termasuk media selektif namun lebih berfungsi untuk memperbanyak

mikroba target sehingga saat dilakukan pengkulturan, mikroba yang tidak diinginkan

tidak dalam jumlah besar. Media pengkaya harus dalam bentuk cair dan digunakan di

awal tahap analisa.

4. Media untuk peremajaan kultur (maintenance of cultures)

Media peremajaan kultur seharusnya tidak begitu kaya nutrisi sehingga mempercepat

pertumbuhan, misalnya Nutrient agar.

5. Media untuk penentuan kebutuhan nutrisi / kemampuan penggunaan substrat.

Media ini berfungsi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kebutuhan suatu substrat

dari bakteri (yang tidak diketahui kebutuhan nutrisinya) dengan menghilangkan atau

mensubtitusi komponen suatu substrat. Media ini tidak digunakan untuk kebutuhan

sehari-hari namun lebih untuk keperluan penelitian. Sebagai contoh sederhananya

adalah Koser Citrate untuk mendeteksi penggunaan citrate sebagai sumber karbon

tunggal.

6. Media untuk karakterisasi bakteri

Umumnya mengandung nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan dan ditambah substrat

yang akan diuji penggunaannya. Reagen atau indikator tertentu dapat juga ditambahkan

untuk mengetahui hasil reaksi.

7. Media skrining (screening media)

Media ini diperuntukkan untuk menggambarkan sekilas reaksi yang diperoleh dari

beberapa substrat seperti produksi H2S pada TSI oleh enterobacteria.

8. Media uji mikrobiologi untuk vitamin, asam amino dan antibiotik

Media ini memerlukan pengontrolan ketat pada saat preparasinya untuk memastikan

kemurniannya. Penggunaan cawan kotor dimungkinkan akan menyediakan nutrisi

sehingga hasil uji menjadi rancu. Sedangkan media untuk uji antibiotik tidak begitu

membutuhkan kepastian kemurnian media karena nutrisi asing tidak berpengaruh

kepada hasil uji.

9. Media dasar tanpa nutrisi (non-nutrient basal media)

Berfungsi untuk berbagai keperluan pendukung pertumbuhan mikroba seperti pelapisan

Chitin agar menggunakan media chitin yang dilarutkan pada Salt agar (Prahdika, 2008).

Page 18: laporan mikrobiologi

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan Sterilisasi dan Pembuatan Medium Mikroba dilaksanakan pada tanggal 8

April 2013 dimulai dari pukul 11.00 WITA hingga pukul 15.00 WITA bertempat di

Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Labu Erlenmeyer

2. Cawan Petri

3. Hot Plate

4. Timbangan

5. Oven

6. Inkubator

7. Magnetic Stirer

8. Sikat Tabung

9. Medical Sterilizer

3.2.2. Bahan

1. Aquadest 1,5 L

2. Ekstrak Daging 500 mL

3. Ekstrak Kentang 500 mL

4. Air Bersih 1,5 L

5. Kertas

6. Dextrose 5,0 gram

7. Pepton 2,5 gram

8. Agar 15 gram

9. Alumunium Foil

Page 19: laporan mikrobiologi

3.3 Cara Kerja

3.3.1 Cara Kerja Sterilisasi

1. Dicuci tangan dengan sabun hingga bersih.

2. Dicuci cawan petri dan labu erlenmenyer dengan menggunakan sabun.

3. Dibilas cawan petri dan labu erlenmeyer dengan menggunakan aquades.

4. Dikeringkan cawan petri dan labu erlenmeyer dengan menggunakan tissue.

5. Dibungkus cawan petri seluruhnya dengan aluminium foil.

6. Diberikan nama dengan kertas label pada cawan petri dan labu Eerlenmeyer.

7. Dimasukkan cawan petri dan labu erlenmeyer ke dalam oven.

8. Diatur suhu di oven sebesar 180oC.

9. Diatur waktu di oven selama 3 jam.

3.3.2. Cara Kerja Pembuatan Media NA (Nutrien Agar)

1. Disiapkan ekstrak daging sebanyak 500 mL.

2. Ditimbang pepton sebanyak 2,5 gram.

3. Ditimbang agar sebanyak 7,5 gram.

4. Dimasukkan ekstrak daging ke dalam labu erlenmeyer.

5. Dimasukkan 2,5 gram pepton ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi ekstrak

daging.

6. Dimasukkan 7,5 gram agar ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi ekstrak

daging dan pepton.

7. Dimiringkan labu erlenmeyer dan dimasukkan stirrer ke dalam labu erlenmeyer dan

ditutup mulut dari labu erlenmeyer tersebut dengan alumuniium foil.

8. Dimanaskan larutan di dalam labu erlenmeyer tersebut di atas hot plate.

9. Dinyalakan magnetic stirrer.

10. Ditunggu larutan hingga mengelarkan busa.

11. Dimasukkan larutan tersebut ke dalam medical sterilizer.

3.3.3. Cara Kerja Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)

1. Disiapkan ekstrak kentang sebanyak 500 mL.

2. Ditimbang dekstrose sebanyak 5,0 gram.

3. Ditimbang agar sebanyak 7,5 gram.

Page 20: laporan mikrobiologi

4. Dimasukkan ekstrak kentang ke dalam labu erlenmeyer.

5. Dimasukkan 5,0 gram dekstrose ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi ekstrak

kentang.

6. Dimasukkan 7,5 gram agar ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi ekstrak

kentang dan pepton.

7. Dimiringkan labu erlenmeyer dan dimasukkan stirrer ke dalam labu erlenmeyer dan

ditutup mulut dari labu erlenmeyer tersebut dengan alumunium foil.

8. Dimanaskan larutan di dalam labu erlenmeyer tersebut di atas hot plate.

9. Dinyalakan magnetic stirrer.

10. Ditunggu larutan hingga mengelarkan busa.

11. Dimasukkan larutan tersebut ke dalam medical sterilizer.

Page 21: laporan mikrobiologi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Tabel Alat-alat Laboratorium

No Nama Alat Fungsi Alat

1 Labu Erlenmeyer Untuk menampung larutan, bahan, maupun cairan yang

akan digunakan dalam percobaan.

2 Cawan Petri Sebagai wadah untuk penyimpanan dan sebagai wadah

untuk menaruh bahan-bahan yang akan dilakukan dalam

percobaan.

3 Alumunium Foil Sebagai penutup dari cawan petri dan labu erlenmeyer

yang digunakan dalam proses sterilisasi sebagai penutup

labu erlenmeyer yang berisi bahan atau larutan.

4 Oven Sebagai tempat untun menruh alat-alat yang akan

disterilisasi.

5 Hot Plate Sebagai tempat untuk menaruh media yang akan

dipanaskan.

6 Timbangan Untuk menimbang bahan yang akan digunakan.

7 Magnetic Stirer Untuk menghomogenkan suatu larutan dengan

pengadukan.

8 Jarum Ose Untuk memindahkan / mengambil koloni suatu mikroba ke

media.

9 Inkubator Tempat penyimpanan hasil penanaman mikroba.

10 Bulp Untuk menghisap cairan.

11 Spatula Untuk mengaduk bahan.

12 Pipet Untuk mengambil cairan.

13 Corong Untuk memindahkan larutan dari botol atau tempat lain ke

dalam labu erlenmeyer.

14 Kertas Saring Untuk menyaring / memisahkan bahan yang tidak terlarut.

15 Botol Sampel

Berwarna Gelap

Untuk menyimpan sample agar tidak terkena cahaya.

Page 22: laporan mikrobiologi

4.1.2. Hasil Pembuatan Media NA (Nutrient Agar)

No Gambar Keterangan

1 a. Larutan NA (Nutrient Agar)

seebelum dipanaskan berwarna

coklat.

b. Kandungan di dalamnya terdiri dari

500 mL larutan NA, 2,5 gram

pepton, dan 7,5 gram agar.

2 a. Larutan NA (Nutrient Agar)

seebelum dipanaskan berwarna

coklat tua.

b. Kandungan di dalamnya terdiri dari

500 mL larutan NA, 2,5 gram

pepton, dan 7,5 gram agar.

Page 23: laporan mikrobiologi

4.1.3. Hasil Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar)

No Gambar Keterangan

1 a. Larutan PDA (Potato Dextrose

Agar) sebelum dipanaskan

berwarna kuning.

b. Kandungan di dalamnya terdiri dari

500 mL larutan PDA, 5,0 gram

dekstrose, dan 7,5 gram agar.

2 a. Larutan PDA (Potato Dextrose

Agar) setelah dipanaskan berwarna

agak cokelat muda.

b. Kandungan di salamnya terdiri dari

500 mL larutan PDA, 5,0 gram

dekstrose, dan 7,5 gram agar.

Page 24: laporan mikrobiologi

4.2. Pembahasan

Autoclave merupakan alat serupa pressure cooker dengan pengatur tekanan dan klep

pengaman. Prinsip dari autoclave adalah terjadinya koagulasi yang lebih cepat dalam

keadaan basah dibandingkan dalam keadaan kering. Proses sterilisasi dengan

menggunakan autoclave ini dapat membunuh mikroorganisme dengan cara

mendenaturasi dan mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel

mikroorganisme. Proses ini dapat juga membunuh endospora bakteri. Terdapat tiga tipe

Autoclave, yaitu Portable bench top, Gravity displacement, dan multicycle porous-

load. Perbedaan dari ketiga jenis ini adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2008).

Tabel perbedaan dari ketiga jenis Autoclave

Portable Bench-top Gravity displacement Multicycle porous-load

1. Paling sederhana

2. Uap air dihasilkan oleh

Chamber

3. Tekanan / temperatur

gauge, katup pengaman

indicator siklus

tahapan, penghitung

waktu otomatis

4. Pengeringan panas

5. Pintu depan atau atas

6. Penggunaan / batasan :

a. Peniadaan udara buruk,

tidak untuk bahan

berlubang / terbungkus

b. Uap air basah tidak

dilengkapi dengan

pengeringan

c. Temperatur tidak

termonitor

d. Tidak ada catatan siklus

1. Kapasitas lebih besar

(100 L)

2. Suplai uap eksternal

3. Jacket untuk uap / air,

sistem pendingin

semprot

4. Pengeringan; vacuum

5. Pintu depan atau atas

6. Penggunaan / batasan :

a. Bahan yang mudah

terekspos dengn uap,

alat – alat gelas atau

plastik

b. Cairan dalam botol

c. Peniadaan udara buruk,

tidak untuk barang –

barang berlubang atau

terbungkus

1. Kapasitas sangat besar

(ukuran 4 m3, kabin

minimum 0,5 m3)

2. Kombinasi vacuum dan

uap untuk peniadaan

udara (air removal),

temperatur, tekanan,

dan waktu terprogram

secara digital, pencatat,

detector udara

3. Pengeringan : vacuum

4. Mahal dan dibuat

menurut pesanan

5. Penggunaan / batasan :

a. Bahan terbungkus

b. Siklus bermacam –

macam, penggunaan

fleksibel

c. Kapasitas sangat besar,

menampung 40 x botol

Page 25: laporan mikrobiologi

e. Load (bahan yang

disterilisasi)

f. Fitur keamanan yang

tidak ada atau terbatas

g. Untuk bahan kecil tidak

terbungkus atau botol

denga tutup kendur

500 mL, botol 5 atau 10

L atau kantung untuk

bahan buangan

Sumber : (Pratiwi, 2008).

Sterilisasi dengan menggunakan autoclave digunakan untuk membunuh spora bakteri

yang paling tahan panas. Spora yang paling tahan panas dapat mati pada suhu 121oC

selama 15 menit. Suhu ini dapat dicapai pada permukaan larut menggunakan uap pada

tekanan 15 psi dalam tekanan atmosfer berlebih. Kekuatan membunuh uap air panas

disebabkan pada waktu kondensasi, pada bahan yang disterilisasi dilepaskan sejumlah

besar panas laten. Pengerutan yang disebabkan oleh kondensasi dapat menyebabkan

penyerapan uap air baru yang berarti lebih banyak panas yang diserap (Fardiaz, 1992).

Medium (jamak : media) pertumbuhan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya.

Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi yang disediakan dari media berupa molekul-

molekul yang selanjutnya dirakit untuk menyusun komponen sel dan memperbanyak

diri sehingga sel-sel tersebut dapat dimanfaatkan (Prahdika, 2008).

Praktikum yang telah dilakukan menggunakan alat-alat seperti labu erlenmeyer dan

cawan petri yang belum steril menjadi steril dengan cara disterilisasi dengan metode

sterilisasi uap di oven selama waktu 3 jam dan suhu sebesar 180oC. Serta dapat

mengetahui macam-macam alat-alat di laboratorium dan terjadinya perubahan warna

terhadap larutan NA dan PDA sebelum dan sesudah dipanaskan diatas hot plate dan

menggunakan magnetic stirer. Larutan NA mengalami perubahan warna yang

sebelumnya berwarna coklat menjadi coklat tua. Larutan PDA mengalami perubahan

warna yang sebelumnya berwarna kuning menjadi coklat muda.

Page 26: laporan mikrobiologi

Faktor–faktor kesalahan yang ada dalam percobaan ini adalah pada saat sterilisasi, labu

erlenmeyer dan cawan petri harus dibungkus dengan alumunium foil seluruhnya dengan

tidak ada sedikitpun kertas alumunium foil yang robek. Jika kertas aluminium yang

membungkus labu erlenmeyer dan cawan petri tersebut robek, maka proses sterilisasi

akan gagal dilakukan dan alat–alat tersebut tidak menjadi steril. Faktor-faktor kendala

yang terdapat dalam percobaan ini adalah tidak adanya air bersih yang tersedia di

laboratorium, tidak adanya autoclave yang tersedia di dalam laboratorium, sehingga

metode sterilisasi menggunakan oven yang ada di laboratorium.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi yaitu kelembaban, konsentrasi gas, suhu

dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada

adanya kelembaban, gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan

pengemas, pada pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain

khusus pada bahan pengemas (Pratiwi, 2008).

Page 27: laporan mikrobiologi

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Di dalam laboratorium terdapat oven yang berfungsi untuk mensterilisasikan alat-

alat seperti labu erlenmeyer dan cawan petri. Aluminium foil untuk membungkus

alat-alat yang akan disterilisasi ke dalam oven. Labu erlenmeyer yang berfungsi

sebagai tempat untuk menampung bahan ataupun larutan yang akan digunakan ke

dalam percobaan, dan lain-lain.

b. Pada percobaan ini, alat-alat yang akan disterilisasikan dibungkus terlebih dahulu

dengan aluminium foil. Cawan petri dibungkus seluruhnya dengan Alumunium Foil,

sedangkan labu erlenmeyer dibungkus hanya di bagian mulutnya saja. Alat-alat

tersebut dimasukkkan ke dalam oven dan diatur waktunya selama 3 jam dan

suhunya sebesar 180oC

c. Metode sterilisasi ada bermacam–macam, yaitu : metode sterilisasi dengan udara

panas (dengan menggunakan oven), sterilisasi dengan udara panas bertekanan

(dengan menggunakan oven), sterilisasi panas dengan uap panas, sterilisasi dengan

radiasi, dan lain-lain. Tetapi di dalam percobaan ini, metode sterilisasi yang

digunakan adalah metode sterilisasi dengan udara panas (dengan menggunakan

oven) saja.

d. Cara pembuatan medium NA (Nutrient Agar) adalah dengan mencampurkan

terlebih dahulu larutan NA sebanyak 500 mL dengan Pepton sebanyak 2,5 gram dan

Agar sebanyak 7,5 gram.

e. Cara Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar) adalah dengan cara

mencampurkan terlebih dahulu larutan PDA sebanyak 500 mL dengan Dekstrose

sebanyak 5,0 gram dan Agar sebanyak 7,5 gram.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikum sterilisasi ini metode yang digunakan ialah metode sterilisasi uap

panas yang bertekanan dengan menggunakan alat yang bernama autoclave karena jika

menggunakan metode dan alat tersebut, proses sterilisasi akan membutuhkan waktu

Page 28: laporan mikrobiologi

yang sedikit dibandingkan dengan metode sterilisasi pemanasan kering dengan

menggunakan alat yang bernama oven.

Page 29: laporan mikrobiologi

LAMPIRAN

Pencampuran media NA Campuran NA ditutup dengan

Alumunium Foil

Campuran NA yang dipanaskan Campuran NA yang sudah

dipanaskan

Page 30: laporan mikrobiologi

Pencampuran media PDA Campuran PDA ditutup dengan

Alumunium Foil

Campuran PDA yang Campuran NA yang sudah

dipanaskan dipanaskan

Page 31: laporan mikrobiologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

2. Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga

3. Prahdika, E. I. 2008. Mikrobiologi Praktik. http://praktikmikrobiologi.blogspot.com.

Diakses pada tanggal 14 April 2013 pukul 00.15 WITA

4. Stefanus, Lukas. 2006. Formulasi Steril. Andi: Jakarta