LAPORAN KUNJUNGANHASIL OBSERVASI DAN ANALISA FAKTOR RESIKO
KECELAKAAN KERJA RUMAH SAKIT FAMILY MEDICAL CENTER BOGOR Disusun
sebagai tugas akhir pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja
dr. Syarialdr. Andi Aso Sudarmindr.Elisabeth Alexandradr.
Puspitasari Notohatmodjodr. Rizka Ayu Intanydr. Yannie
Purnamasaridr.Lissadr.Andrian Purwo.Sdr.Hari Darmawandr.Elysabeth
Napitupuludr.Dora destiradr.Anne Christinadr. Aprilia Adiputri
DISUSUN OLEH :
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJAUNIVERSITAS KEDOKTERAN
UKRIDA PERIODE 10 MARET 2014 15 MARET 2014 JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan Makalah Laporan Kunjungan ini dengan judul
Hasil Observasi Dan Analisa Faktor Resiko Kecelakaan Kerja Rumah
Sakit Family Medical Center BogorMakalah laporan ini merupakan
tugas akhir untuk Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja di
Universitas UKRIDA, makalah ini berisikan tentang hasil observasi
dan analisa kami pada saat bekunjung ke Rumah Sakit Family Medical
Center Bogor. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kami semua tentang penerapan ilmu hygiene perusahaan,
kesehatan dan keselamatan kerja dalam pekerjaan kita
sehari-hari.Kami menyadari bahwa makalah laporan ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah laporan
ini dari awal sampai akhir.
Jakarta, 13 Maret 2014
Penyusun
DAFTAR ISIKATA PENGANTAR ..2DAFTAR ISI ....3BAB I PENDAHULUAN
....4BAB II PROFILE RUMAH SAKIT ....BAB III TINJAUAN PUSTAKA
....7BAB IV HASIL OBSERVASI DAN ANALISA ..17BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN .....22
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangMenghadapi era globalisasi, ketenaga-kerjaan
semakin diharapkan konstribusinya dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya
profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja.
Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan
kerja yang sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan
produktivitas kerja.Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja (PAK). Sedangkan kecelakaan
memiliki arti semua kejadian yang tidak direncanakan, tidak
diinginkan, menghentikan proses, menimbulkan cedera. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecelakan kerja adalah segala kejadian di tempat
kerja yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan yang menimbulkan
cedera terhadap tenaga kerja.Menurut perkiraan ILO, setiap tahun di
seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah akibat kerja,
atau diperkirakan sebesar 25%. Dari jumlah ini, 354.000 orang
mengalami kecelakaan fatal. Di samping itu, setiap tahun ada 270
juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta
yang terkena penyakit akibat kerja. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk bahaya-bahaya akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan
kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan
penyakit-penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25
triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto
(GDP).Pemerintah telah membuat Undang Undang No 1 tahun 1970 yang
menjadikan dasar bahwa setiap perusahaan ataupun rumah sakit perlu
menerapkan K3. Adapun unsur unsur yang mempengaruhi K3 itu
diantaranya faktor biologis, fisika, kimia, psikologi dan
ergonomis. Makalah ini akan mencoba mengulas faktor faktor yang
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja di Rumah Sakit Family
Medical Center ( RS FMC), Bogor, terutama di bagian rawat inap,
High Care Unit (HCU), laboratorium, dan radiologi.
B. Tujuan 1. Tujuan UmumTujuan umum dari makalah ini adalah
untuk melihat faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja
di RS FMC2. Tujuan Khusus Mengetahui faktor faktor biologis yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja di RS FMC, terutama di bagian
rawat inap, High Care Unit (HCU), laboratorium, dan radiologi.
Mengetahui faktor faktor fisika yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja di RS FMC, terutama di bagian rawat inap, High Care Unit
(HCU), laboratorium, dan radiologi. Mengetahui faktor faktor kimia
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja di RS FMC, terutama di
bagian rawat inap, High Care Unit (HCU), laboratorium, dan
radiologi. Mengetahui faktor faktor psikologis yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja di RS FMC, terutama di bagian rawat
inap, High Care Unit (HCU), laboratorium, dan radiologi. Mengetahui
faktor faktor ergonomis yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja di
RS FMC, terutama di bagian rawat inap, High Care Unit (HCU),
laboratorium, dan radiologi.
C. Manfaat1. Bagi Rumah Sakit Dapat mengetahui besarnya potensi
faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi tenaga
kerja perusahaaan, terutama di bagian rawat inap, High Care Unit
(HCU), laboratorium, dan radiologi. Melindungi RS FMC dari tuntutan
hukum akibat terjadinya kecelakaan kerja bagi tenaga kerja Dapat
mengurangi beban perusahaan yang nantinya digunakan sebgai
pembiayaan kesehatan para tenaga kerja Dapat meningkatkan
produktivitas karena terjaminnya kesehatan para tenaga kerja
2. Bagi Tenaga Kerja di Rumah Sakit Dapat menjamin kesehatan
tenaga kerja karena dilakukan pencegahan timbulnya penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja Dapat meningkatkan etos kerja para
tenaga kerja sebagai perwujudan dari kesehatan tenaga kerja yang
optimal
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. FAKTOR BAHAYA1. Faktor Fisika. BisingKebisingan diartikan
sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi
terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang
menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Tipe-tipe
Kebisingan:Kebisingan spesifik : Kebisingan di antara jumlah
kebisingan yang dapat dengan jelas dibedakan untuk alasan-alasan
akustik. Seringkali sumber kebisingan dapat
diidentifikasikanKebisingan residual: Kebisingan yang tertinggal
sesudahpenghapusan seluruh kebisingan spesifik dari jumlah
kebisingan di suatu tempat tertentu dan suatu waktu
tertentuKebisingan latar belakang: Semua kebisingan lainnya ketika
memusatkan perhatian pada suatu kebisingan tertentu. Penting untuk
membedakan antara kebisingan residual dengan kebisingan latar
belakangAkibat KebisinganTipeUraian
Akibat lahiriahKehilangan pendengaranPerubahan ambang batas
sementara akibat kebisingan, perubahan ambang batas permanen akibat
kebisingan
Akibat fisiologisRasa tidak nyaman atau stress meningkat,
tekanan darah meningkat, sakit kepala, bunyi dering
Akibat psikologisGangguan emosionalKejengkelan, kebingungan
Gangguangaya hidupGangguan tidur atau istirahat, hilang
konsentrasi waktu bekerja, membaca dan sebagainya.
Gangguan pendengaranMerintangi kemampuan mendengarkan TV, radio,
percakapan, telpon dan sebagainya.
Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51 Tahun 1999, KepMenKes
No.1405 Tahun 2002). Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan
atau membahayakan perlu diambil tindakan seperti penggunaan peredam
pada sumber bising, penyekatan, pemindahan, pemeliharaan, penanaman
pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak ruang
dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak
mengganggu kesehatan atau membahayakan.
b. GetaranYang dimaksud dengan getaran adalah gerakan yang
teratur daribenda atau media dengan arah bolakbalik dari kedudukan
keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan
dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Jenis Getaran:
Getaran karena gerakan udara, pengaruhnya terutama pada akustik.
Getaran udara juga disebabkan oleh benda bergetardan diteruskan
melalui udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran karena
getaran mekanis, mengakibatkan resonansi atau turutbergetarnya
alat-alat tubuh. Terdapat dua bentuk yaitu getaran seluruh badan
dan getaran pada lengan dan tangan.Getaran Seluruh TubuhGetaran
pada seluruh tubuh atau umum (whole body vibration) yaitu terjadi
getaran pada tubuh pekerja yang bekerja sambil duduk atau sedang
berdiri dimana landasanya yang menimbulkan getaran. Biasanya
frekuensi getaran ini adalah sebesar 5-20 Hz. Getaran Tangan
LenganGetaran setempat yaitu getaran yang merambat melalui tangan
akibat pemakaian peralatan yang bergetar, frekuensinya biasnya
antara 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah pada
128Hz, karena tubuh manusia sangat peka pada frekuensi ini. Getaran
iniberbahaya pada pekerjaan seperti :1.Operator gergaji rantai 2.
Tukang semprot, potong rumput 3. Gerinda, 4. Penempa palu
c. Iklim dan SuhuSeorang tenaga kerja akan mampu bekerja secara
efisien dan produktif bila lingkungan tempat kerjanya nyaman. Suhu
nyaman bagi orang indonesia adalah 24C 26C. Bila iklim kerja panas
dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja dan gangguan
kesehatan.
Intervensi yang dapat dilakukan terhadap lingkungan kerja antara
lain:1. Mereduksi panas konveksi2. Memperbaiki sistem ventilasi3.
Mereduksi panas radiasi4. Mengatur warna yang cerah pada
ruangan
Intervensi yang dapat dilakukan terhadap lingkungan kerja antara
lain:1. Menyediakan minuman dekat tempat kerja2. Pakaian dengan
bahan mudah menyerap keringat dan berwarna cerah3. Seleksi pekerja
yang bekerja di lingkungan kerja panas : tidak terlalu gemuk dan
tidak mempunyai penyakit kardiovaskuler
d. Pencahayaan Sifat-sifat pencahayaan yang baik :1. Pembagian
iluminasi pada lapangan penglihatan2. Pencegahan kesilauan3. Arah
sinar4. Warna5. Panas penerangan terhadap keadaan lingkungan
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap penglihatan :1.
Iritasi, mata berair dan mata merah2. Penglihatan rangkap3. Sakit
kepala4. Ketajaman penglihatan menurun, begitu juga sensitifitas
terhadap kontras warna juga kecepatan pandangan5. Akomodasi dan
konvergensi menurun
Intensitas cahaya di ruang kerja adalah sebagai berikut :Jenis
KegiatanTingkat pencahayaan minimal (Lux)Keterangan
Pekerjaan kasar & tidak terus-menerus100Ruang penimpanan dan
ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang
kontinyu
Pekerjaan kasar dan terus-menerus200Pekerjaan dengan mesin dan
perakitan kasar
Pekerjaan rutin300Pekerjaan kantor/administrasi, ruang kontrol
dan pekerjaan mesin dan perakitan atau penyusun
Pekerjaan agak halus500Pembuatan gambar atau bekerja dengan
mesin kantor pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin
Pekerjaan halus1000Pemilihan warna, pemrosesan, tekstil,
pekerjaan mesin halus dan perakitan halus
Pekerjaan amat halus1500(tidak menimbulkan bayangan)Mengukir
dengan tangan, pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus
Pekerjaan detail3000(tidak menimbulkan bayangan)Pemeriksaan
pekerjaan, perakitan sangat halus
Beberapa hal yang dapat menurunkan intensitas penerangan :1.
Adanya debu atau kotoran pada bola lampu2. Bola lampu yang sudah
lama3. Kotornya kaca jendela, untuk penerangan alami4. Perubahan
letak barang-barang
2. FAKTOR BIOLOGISDasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi
lingkungan kerja adalah Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam
suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.Biological
hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi: Mikroorganisme dan
toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya) Arthopoda
(crustacea, arachmid, insect) Alergen dan toksin tumbuhan tingkat
tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma) Protein alergen dari
tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris)Faktor biologis dapat masuk ke
dalam tubuh dengan cara: Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)
Ingesti/ saluran pencernaan Kontak dengan kulit Kontak dengan mata,
hidung, mulut
3. FAKTOR KIMIAa. Klasifikasi:Berdasarkan Bentuknya:
Partikulat:yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang
mendispersi diudara yang mempunyai ukuran demikian lembutnya
sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai stabilitas cukup sebagi
suspensi diudara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu selalu
berupa suspensi.Partikel dapat diklasifikasikan: Debu diudara
(airbon dust) adalah suspensi partikel benda padat diudara .
Butiran debu ini dihasilkan oleh pekerjaan yang berkaitan dengan
gerinda, pemboran dan penghancuran pada proses pemecahan
bahan-bahan padat. Kabut (mist) adalah sebaran butir-butir cairan
diudara. Kabut biasanya dihasilkan oleh proses penyemprotan dimana
cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih yang
sangat kecil. Asap (fume) adalah butiran-butiran benda padat hasil
kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap. Asap juga ditemui pada sisa
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon,
karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m (micron) Non
Partikulat Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon
dioksida dalam bentuk gas pada suhu dan tekanan normal, dapat
dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi penurunan suhu dan
penambahan tekanan. Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan
pada suhu dan tekanan ruangan cairan mengeluarkan uap, jumlahnya
tergantung dari kemampuan penguapannya. Bahan-bahan yang memiliki
titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang memiliki
titik didih yang tinggi.b. Pengaruh Bahan Kimia Iritasi adalah
diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila tubuh
kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya
kulit, mata dan saluran pernapasan. Iritasi melalui kulit, apabila
terjadi kontak antara bahan kimia tertentu dengan klulit, bahan itu
akan merusak lapisan yang berfungsi sebagai pelindung. Keadaan ini
disebut dermatitis (peradangan kulit). Iritasi melalui mata kontak
yang terjadi antara bahan-bahan kimia dengan mata bisa menyebabkan
rusaknya mulai yang ringan sampai kerusakan permanen. Iritasi
saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa
bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar
apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung
dan Kerongkongan). Asfiksia Adalah istilah sesak napas dihubungkan
dengan gangguan proses oksigensi dalam jaringan tubuh yaitu ada dua
jenis: Simple asphyxiantion dan chemical asphyxiantion Simple
asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini berhubungan
dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan didominasi oleh
gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atau helium
yang kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Chemical
asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia). Pada situasi
ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan mengganggu
kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat asam, sebagai
contoh adalah karbon monoksida. Kehilangan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia
tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol),
dan methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene hydrocarbon
ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf pusat.
Keracunan Tubuh Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan
sistemika dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau
lebih dari tubuh terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini
merugikan dan dapat menyebar keseluruh tubuh. Kanker Paparan
bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel
yang tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang
bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah
beberapa tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan
kimia seperti arsenic, asbestos, chromium, nikel dapat menyebabkan
kanker paru-paru. Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu
keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu
halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari
jaringan paru.. Contoh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis
adalah crystalline silica, asbestos, talc, batubara dan
beryllium.
4. PSIKOLOGISAspek psikologis seringkali terkait dengan stress
di lingkungan kerja yang meliputi interaksi dengan faktor fisika,
kimia, biologi dan ergonomi di lingkungan kerja, beban kerja secara
fisik ataupun mental, serta kapasitas kerja yang menyangkut status
kesehatan dan gizi. Stress akibat kerja dapat menyebabkan gangguan
perilaku dan jiwa di lingkungan kerja. Stress akibat kerja
didefinisikan sebagai stress dalam kesehatan kerja akibat
ketidakseimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan
kemampuan untuk merealisasikannya. Stress merupakan problem
kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan
kerugian ekonomis. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap
situasi dan kondisi di tempat kerja yang berdampak fisik dan
psikososial bagi pekerja. Klasifikasi stress menurut Hans Selye
adalah distress yang destruktif, dan eustress yang positif.
Terdapat 3 aspek yang dapat menjadi dampak stress kerja yaitu
gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung, dan pernapasan
serta tekanan darah; gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan
marah marah; serta gejala perilaku antara lain meliputi perubahan
kebiasaan makan, banyak merokok, gangguan tidur, tidak masuk kerja,
dan penurunan prestasi kerja.
5. ERGONOMISErgonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO =
International Labor Organization) adalah penerapan ilmu biologi
manusia sejalan dengan ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara optimum agar bermanfaat
demi efisiensi dan kesejahteraan. Pada prosesnya dibutuhkan
kerjasama antara lingkungan kerja (ahli hiperkes), manusia (dokter
dan paramedik) serta mesin perusahaan (ahli tehnik). Kerjasama ini
disebut segitiga ergonomi. Tujuan dari ergonomi adalah efisiensi
dan kesejahteraan yang berkait erat dengan produktivitas dan
kepuasan kerja. Adalah sasaran dari ergonomi adalah seluruh tenaga
kerja baik sektor formal, informal dan tradisional. Pendekatan
ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin, dan lingkungan
yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Dengan demikian dalam penerapannya
harus memperhatikan beberapa hal yaitu: tempat kerja, posisi kerja,
proses kerja. Adapun tujuan penerapan ergonomi adalah sebagai
berikut: 1) meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, dengan
meniadakan beban kerja tambahan (fisik dan mental), mencegah
penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja. 2)
meningkatkan kesejahteraan sosial dengan jalan meningkatkan
kualitas kerja sesama pekerja, pengorganisasian yang lebih baik dan
menghidupkan sistem kebersamaan dalam tempat kerja. 3)
berkontribusi di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek
teknik, ekonomi, antropologi dan budaya dari sistem manusia mesin
untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem manusia mesin.Adapun
manfaat pelaksanaan ergonomi adalah menurunnnya angka kesakitan
akibat kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan
kompensasi berkurang, stress akibat kerja berkurang, produktivitas
membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari
gangguan cedera, kepuasan kerja meningkat.
Ruang lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain
meliputi; 1. Tehnik2. Fisik3. Pengalaman psikis4. Anatomi, utamanya
yang berhububungan dengan kekuatan dan gerakan ototdan
persendian.5. Antropometri6. Sosiologi7. Fisiologi, terumata
hubungan dengan temperatur tubuh, oxygen uptake danaktivitas otot8.
Desain
Aplikasi/ penerapan ergonomik pada tenaga kerja;1. Posisi
kerjaTerdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk di
mana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil
selama kerja. Sedangkan posisi dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat bandan tertumpu secara seimbang pada kedua
kaki.
2. Proses kerjaPara pekerja dapat menjangkau peralatan kerja
sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran
antropometrinya. Harus dibedakan ukuran antropometri barat dan
timur.
3. Tata letak tempat kerjaDisplay harus jelas terlihat pada
waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan symbol yang berlaku
secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat bebanBermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni ,dengan kepala, bahu, tangan, punggung dan lain-lain.Beban
yang terlalau berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung,
jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Penyakit-penyakit di tempat kerja yang berkaitan dengan
ErgonomiSemua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi
medis teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap
pekerja antara lain;1. Pemeriksaan sebelum kerjaBertujuan untuk
menyesuaikan dengan beban kerjanya.2. Pemeriksaan berkalaBertujuan
untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaan dan mendeteksi
bila ada kelainan.3. NasehatHarus diberikan tentang hygiene dan
kebersihan khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
B. KECELAKAAN KERJAKecelakaan (accident) adalah suatu kejadian
atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Kecelakaan biasanya menimbulkan penderitaan baik yang paling ringan
bahkan mungkin yang paling berat bagi yang mengalaminya, juga
menimbulkan kerugian material.
1. Golongan kecelakaan kerjaa. kecelakaan industri (industrial
accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena
adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.b. kecelakaan dalam
perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di
luar tempat kerja yang berkaitan dengan hubungan kerja.
2. Etiologi kecelakaan kerjaa. etiologi langsungSuatu keadaan
yang biasanya bisa dilihat dan dirasakan langsung, dibagi dalam 2
kelompok yaitu tindakan tindakan tidak aman (unsafe act) yaitu
tingkah laku atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan serta
kondisi kondisi yang tidak aman (unsafe condition) yaitu keadaan
yang akan menyebabkan kecelakaan.b. penyebab dasar (basic
causes)Terdiri dari 2 faktor yaitu manusia atau pribadi (personal
factor) dan faktor kerja atau lingkungan kerja (job or work
environment factor), yaitu faktor manusia atau pribadi, antara lain
karena kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologi, kurang atau
lemahnya pengetahuan ataupun keahlian, stress, dan motivasi yang
tidak cukup atau salah. Serta dari faktor kerja atau lingkungan,
antara lain karena tidak cukup kepemimpinan dan atau pengawasan,
tidak cukup rekayasa (engineering),tidak cukup pembelian atau
pengadaan barang, tidak cukup perawatan (maintenance), tidak cukup
alat alat, perlengkapan, barang- barang, dan bahan bahan, tidak
cukup standar kerja dan karena penyalahgunaan.
3. Pencegahan Kecelakaan Kerjaa. lingkungan mikro (micro
system)merupakan tugas perusahaan dan system managemennya. Pada
tingkat ini, usaha pertama dapat diarahkan pada lingkungan fisik,
antara lain melalui perencanaan peralatan, dengan memperhatikan
segi segi keselamatan dan kesehatan kerjanya, merancang perawatan
atau lingkungan kerja yang sesuai dengan batas kemampuan pekerja
dan cara pembuangan bahan buangan memperhitungkan kemungkinan
bahayanya, baik bagi masyarakat maupun lingkungan.Usaha kedua
diarahkan pada manusia, di mana dilakukan pengamatan terhadap
pemilihan, penempatan, pembinaan pegawai yang benar, agar terwujud
The Right Man in The Right Job dengan kesadaran yang tinggi
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.b. lingkungan makro (macro
system)merupakan tugas pemerintah beserta aparat pelaksananya.
BAB IIIHASIL OBSERVASI DAN ANALISA
A. Profil Rumah SakitRumah Sakit Family Medical Center (RAS FMC)
berlokasi di Jl. Raya Bogor, Cibinong. RS FMC berdiri sejak tahun
2007. RS ini memiliki 200 karyawan, terdiri dari 44 dokter
spesialis, 14 dokter umum, 63 paramedis, selebihnya tenaga
administrasi dan petugas kebersihan. RS ini merupakan RS tipe C
dengan fasilitas rawat inap yang terdiri dari 3 kamar VIP masing
masing berisi 1 bed, 3 kamar kelas I masing masing berisi 2 bed, 6
kamar kelas II masing masing berisi 3 bed, 1 kamar kelas III berisi
4-5 bed untuk pasien anak, dan 2 kamar kelas III untuk pasien
dewasa masing masing berisi 7-8 bed, serta ruangan High Care Unit
(HCU) berisi 2 bed. Instalasi Radiologi memiliki fasilitas CT scan
dan foto rontgen.
B. Faktor risiko kesehatan kerjaBagian
FisikKimiaBiologiErgonomiPsikologiGangguan kesehatan / kecelakaan
kerja
Rawat inap Suhu Kurang penerangan Cairan pembersih lantai Darah
airborne disease kualitas udara yang kurang baik Ruang kerja sempit
Tidak ada ruang istirahat untuk perawat Kursi tidak layak pakai
Kejenuhan akibat pekerjaan monoton Tertusuk jarum Terkena pecahan
ampul
Instalasi radiologi Radiasi Reagen untuk mencuci film
Memindahkan pasien Kursi tidak layak pakai Mutasi kerja jika
terpapar radiasi lebih dari dosis maksimal
BAB IVKESIMPULAN DAN SARANPotensi bahaya factor kimia dan
toksikologi serta sanitasi dan pembuangan limbah akan selalu
menjadi topic yang hangat untuk dibahas karena masih banyak praktek
yang kurang benar dalam menanggulangi masalah tersebut yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja dan kerusakan alam lingkungan. Dalam
observasi kami di PT. PT. Mega Andalan Kalasan kami menemukan hasil
observasi yang cukup baik, baik dalam identifikasi factor bahaya
kimia, sanitasi, dan penganggulangan limbah, namun masih ada
beberapa kekurangan yang tidak signifikan yang kami temukan, dimana
sebagian besar adalah masalah kebersihan, yang kami amati
disebabkan oleh pekerja sendiri, juga tempat pembuangan limbah cair
yang cukup mengganggu udara ambien sekitar tempat bekerja. Menurut
kami, hal tersebut masih dapat diintervensi yaitu dengan bimbingan
langsung dimana diupayakan agar pekerja sadar akan sanitasi
lingkungan dan penanggulangan limbah, untuk perbaikan secara fisik
menurut kami tidak begitu signifikan. Dimana kami simpulkan bahwa
sanitasi dan penanggulangan limbah PT. Mega Andalan Kalasan cukup
baik dan sesuai standar yang diatur dalam peraturan mentri
perburuhan.