This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL KEGIATAN TUTORIAL KELOMPOK 9 BLOK 2.1
KONTRAKTUR AKIBAT LUKA BAKAR
13631 Fera Krisna Nuryani
13732 Sari Puspita
13821 Dian Ambar Kusuma
13850 Khiftiyah Hikmawati
13887 Ardani Latifah Hanum
13914 Rina Dewi Anggraeni
13949 Kholila
13971 Adhin Al Khasanah
13994 Suratun Almaidah
14018 Ayu Minasari Setiawulan
14046 Novi Kartika Wulandari
14200 Fitria Ermawati
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA 2011
AGENDA TUTORIAL
Pertemuan I
Hari : Senin
Tanggal : 10 Oktober 2011
Agenda : Step 1 – 5
Kehadiran : 12 Orang
Tidak Hadir : -
Pertemuan II
Hari : Kamis
Tanggal : 13 Oktober 2011
Agenda : Step 7
Kehadiran : 12 Orang
Tidak Hadir : -
Ketua : 13631 Fera Krisna Nuryani
Sekretaris : 13821 Dian Ambar Kusuma
Scriber : 13732 Sari Puspita
Anggota
13850 Khiftiyah Hikmawati
13887 Ardani Latifah Hanum
13914 Rina Dewi Anggraeni
13949 Kholila
13971 Adhin Al Khasanah
13994 Suratun Almaidah
14018 Ayu Minasari Setiawulan
14046 Novi Kartika Wulandari
14200 Fitria Ermawati
Skenario 5
Kontraktur Akibat Luka Bakar
Ny. Wendy (55 tahun) mengalami kecelakaan kerja 6 bulan yang lalu, yang berkaibat bagian
tangan dan kaki kirinya mengalami luka bakar. Saat ini luka bakar pada tangan dan kaki
kirinya sudah membaik namun tidak bisa digerakkan dan sering mengalami
(kesemutan/parestesi) akibat kontraktur. Ny. Wendy menyesasl tidak mengikuti saran
perawat yang menganjurkannya untuk rutin melakukan ROM guna meningkatkan fungsi
neurovaskuler ekstremitas sehingga komplikasi penyembuhan luka bakar ini dapat dicegah.
Step 1 : mencari kata sulit
1. Parastesi : gangguan saraf sensorik di ujung ekstermitas tidak lancar
2. Neurovaskuler : fisiologi pembuluh darah dengan sistem saraf
Step 2 : membuat pertanyaan
1. Bagaimana pencegahan kontraktur? Dan klasifikasi kontraktur
2. Selain luka bakar, apa saja yang menyebabkan kontraktur? Dan bagaimana
mekanismenya?
3. Fungsi neurovaskuler ekstremitas
4. Askep luka bakar
5. Klasifikasi luka bakar + manifestasi klinis
6. Perawatan luka bakar
7. Pasien dengan penyakit apa saja yang beresiko mengalami disfungsi neurovaskuler
10. Q: Faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya penyembuhan luka bakar
A:
- Tingkat keparahan luka bakar
- Usia
- Intake nutrisi
- Jenis keperawatan luka
- Aktivitas
- Kondisi kesehatan itu sendiri
11. Q: Penanganan apa saja yang dilakukan oleh perawat untuk menangani kontraktur
A:
- Pemanasan dengan ultrasound = seperti fisioterapi
- Ekstremitas yang sakit diberikan beban yaitu dengan menahan beban
12. Q: Komplikasi yang timbul akibat luka bakar
A:
- Terjadinya hipotermi
- Cedera inhalasi
- Sistem imun menurun patogen akan mudah masuk
- Dehidrasi
- Infeksi
Luka Bakar Derajat/klasifikasi + manifestasi
Kontraktur Akibat
Gangguan Neurovaskuler
Perifer
Penanganan
Fisiologi
Komplikasi Askep
Macam manifestasi klinis+ Fisiologi
Penyebab
Patofisiologi
Pasien yang beresiko
Step 4 : Mind mapping
Step 5 : Learning Objective
1. Patofisiologi mekanisme terjadinya luka bakar kontraktur gangguan
neurovaskuler periver
2. Askep luka bakar dari masa akut-rehabilitasi
3. Konsep gangguan neurovaskuler periver
4. Konsep luka bakar
5. Penanganan farmako dan non farmako gangguan neurovaskuler dan luka bakar
Step 6 : Self study
Step 7 :
1. Patofisiologi mekanisme terjadinya luka bakar kontraktur gangguan
neurovaskuler periver
Jawaban:
- Patofisiologi kontrakturApabila jaringan ikat dan otot dipertahankan dalam posisi memendek dalam jangka waktu yang lama, serabut-serabut otot dan jaringan ikat akan menyesuaikan memendek dan menyebabkan kontraktur sendi. Otot yang dihertahan memendek dalam 5-7 hari akan mengakibatkan pemendekan perut otot yang menyebabkan kontraksi jaringan kolagen dan pengurangan jaringan sarkomer otot. Bila posisi ini berlanjut sampai 3 minggu atau lebih, jaringan ikat sekitar sendi dan otot akan menebal dan menyebabkan kontraktur. (sumber: Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursing)
- Patofisiologi Luka bakar
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak
sehingga dapat terjadi animea. Meningkatnya permeabilitas edema dan
menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini menyebabkan
berkurangnya volume cairan intra vaskuler. (sumber: Dr. Sunarso Kartohatmodjo
Sp.B. MM)
- Patofisiologi gangguan neurovaskuler periver
Patofisiologi dan proses yang mendasari timbulnya PVP khususnya pada diabetik
adalah sangat kompleks dan multifaktorial,namun yang mendasari adalah proses
aterosklerosis. Dengan demikian terjadinya PVP didasari oleh gangguan sel
endotel, interaksi antara trombosit, lipid dan metabolisme lipoprotein. (sumber:
Dexa media dengan judul Penyakit Vaskular Perifer Diabetik oleh Harsisen
Sanusi)
2. Askep luka bakar dari masa akut-rehabilitasi
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
a. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
a. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
a. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
a. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
a. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
Sumber : Brunner & Suddarth, (1996) Text Book of Medical-Surgical Nursin
health
Methods for evaluation of peripheral neurovaskuler system
- Ukuran aliran darah kulit tanda sensitivitas disfungsi neurovaskuler C-fiber
- Skin blood flow diukur pada kondisi under basal dan testimulasi
- Perbedaan analisis/evaluasi : Lontophoresis dan microdialis untuk metode
pemberian obat
- Kesimpulan : kombinasi kedua metode sistem sangat bermanfaat dalam
pengkajian farmakokinetik agen polar dan non polar serta fisiologi dan
patofisiologi sistem neurovaskuler kulit.
Sumber: Jurnal dengan judul The Leonard Sterlitz Diabetes Research
Institutes,USA
4. Konsep luka bakar
Komplikasi yang timbul setelah terjadinya luka bakar Kelainan pada pernafasan akibat hisapan infeksi, insiden infeksi meingkat sejalan dengan peningkatan luas luka bakar. neurovaskular, terjadi karena luka bakar luas pembentukan jaringan parut yang menyebabkan penurunan aliran darah Macam – macam luka bakar EtiologiLuka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) baik berasal dari Gas, Cairan, Bahan padat (Solid) Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Fase – fase luka bakar : 1). Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
2). Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: 1. Proses inflamasi dan infeksi. 2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional. 3. Keadaan hipermetabolisme. 3). Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur. Cara merawat luka bakar yang baik Pencegahan infeksi Infection control adalah komponen utama dalam manajemen luka bakar. Infection control dibutuhkan untuk manajemen luka bakar untuk mengontrol transmisi mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi atau kolonisasi. Infection control itu meliputi penggunaan sarung tangan, penutup kepala, masker, penutup sepatu, dan apron plastik. Staf dan pengunjung tidak diperbolehkan untuk kontak dengan klien jika memiliki infeksi kulit, saluran gastrointestinal atau pernapasan. Memberikan support metabolik Mempertahankan nutrisi yang adekuat selama fase akut dalamluka bakar adalah penting dalam membantu penyembuhan luka dan pengontrolan infeksi. BMR bisa meningkat 40- 100% lebih tinggi dibandingkan normal, tergantung luasnya luka. Pemberian nutrisi yang agresiv dibutuhkan untuk menangani peningkatan kebutuhan energi untuk membantu penyembuhan dan mencegah efek katabolisme yang tidak diinginkan. c. Meminimalisir nyeri Nyeri adalah masalah yang signifikan selama klien dirawat di rumah sakit. Selama fase akut, dilakukan percobaan untuk menemukan kombinasi medikasi dan intervensi yang Perawatan luka Pembersihan luka. Hidroterapi tetap menjadi pilihan utama dalam penangan luka bakar untuk membersihkan lukanya. Caranya adalah dengan pencelupan, penyiraman atau penyemprotan. Sesi 30 menit atau kurang hidroterapi optimal untuk klien dengan luka bakar akut. Waktu yang lebih lama dapat meningkatkan kehilangan sodium melalui luka bakar dan dapat menyebabkan kehilangan panas, nyeri dan stress. Selama hydroterapi, luka dicuci dengan salah satu jenis larutan. Perawatan dilakukan untuk meminimalisisr perdarahan dan mempertahankan temperatur tubuh selama prosedur. Klien yang tidak dapat diikutkan hydroterapi adalah mereka yang hemodinamiknya tidak stabil dan mereka yang menjalankan cangkok kulit. Jika hydroterapi tidak digunakan, luka dibersihkan ketika
klien di atas tempat tidur dan sebelum pemberian antimicrobial agent. Debridement. Debridement luka bakar adalah pengangkatan eschar. Debridemen luka bakar dilakukan melaluii cara mekanik, enxzimatik, dan bedah. Mekanikal debridemen dapat dilakukan dengan penggunaan gunting dan forcep dengan hati-hati untuk mengangkat dan menghilangkan eschar yang sudah mudah terlepas. Penggantian balutan basah-kering adalah cara efektif debridemen yang lain. Enzimatik debridemen adalah dengan pemberian protealitic dan fibrinolitik toikal pada luka bakar yang dapat memudahkan pelepasan eschar. Enzimatik debridemen tidak digunakan secara luas karena memiliki beberapa efek samping yang serius. Surgical debridemen adalah tindakan eksisi eschr dan penutupan luka. Awal eksisi surgical dimulai selama minggu pertama setelah cedera, segera sesudah klien hamiknya stabil. Keuntungan dari eksisi segera adalah mobilisasi lebih cepat dan mengurangi lamanya waktu hospitalisasi. Kerugiannya adalah risiko mengeksisi jaringan viable yng dapat sembuh dengan sendirinya. Pemberian antimikrobial topikal Awal penanganan luka deep partial-thickness atau full thickness adalah dengan anti mikrobial. Obat ini diberikan 1-2 kali setelah pembersihan, debridemen, dan inspeksi luka. Perawat mengkaji untuk pelepasan eschar, adanya granulasi atau reepitelisasi jaringan, dan manifestasi infeksi. Luka bakar diobati dengan teknik balutan terutup atau terbuka. Untuk metode terbuka, antimikrobial diolesi dengan tangan yang bersarung tangan dan luka dibiarkan terbuka tanpa dibalut. Keuntungannya adalah memudahkan untuk melihat luka, lebih bebas untuk bergerak, dan lebih mudah dalm melakukan perawatan luka. Kerugiannya diantaranya adalah peningkatan risiko hipotermia karena terekspos. Pada metode tertutup, balutan diberikan antimikrobial kemudian digunakan untuk menutup luka. Keuntungannya adalah menurunkan evaporasi cairan dan kehilangan panas dari permukaan luka. Selain itu, balutan dapat membantu dalam debridemen. Kerugiannya adalah mobilitas terbatas dan berpotensi untuk penurunan keefektifan latihan ROM. Pengkajian luka juga jadi terbatas hanya padasaat penggantian balutan dilakukan. Memaksimalkan Fungsi Mempertahankan fungsi yang optimal klien dengan luka bakar adalah tantangan bagi seluruh anggota tim. Program individual seperti splinting, latihan, ambulasi, melakukan ADL, terapi penekanan sebaiknya dilakukan pada fase akut untuk memaksimalkan fungsi pada penyembuhan dan kosmetik outcome. Latihan ROM aktif dilakukan pada awal fase
akut untuk meningkatkan resolusi dari edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi ssendi. Selain itu, ADL efektif untuk mempertahankan fungsi dan ROM. Ambulasi juga Enzimatik debridemen adalah dengan pemberian protealitic dan fibrinolitik toikal pada luka bakar yang dapat memudahkan pelepasan eschar. Enzimatik debridemen tidak digunakan secara luas karena memiliki beberapa efek samping yang serius. Surgical debridemen adalah tindakan eksisi eschr dan penutupan luka. Awal eksisi surgical dimulai selama minggu pertama setelah cedera, segera sesudah klien hamiknya stabil. Keuntungan dari eksisi segera adalah mobilisasi lebih cepat dan mengurangi lamanya waktu hospitalisasi. Kerugiannya adalah risiko mengeksisi jaringan viable yng dapat sembuh dengan sendirinya. Pemberian antimikrobial topikal Awal penanganan luka deep partial-thickness atau full thickness adalah dengan anti mikrobial. Obat ini diberikan 1-2 kali setelah pembersihan, debridemen, dan inspeksi luka. Perawat mengkaji untuk pelepasan eschar, adanya granulasi atau reepitelisasi jaringan, dan manifestasi infeksi. Luka bakar diobati dengan teknik balutan terutup atau terbuka. Untuk metode terbuka, antimikrobial diolesi dengan tangan yang bersarung tangan dan luka dibiarkan terbuka tanpa dibalut. Keuntungannya adalah memudahkan untuk melihat luka, lebih bebas untuk bergerak, dan lebih mudah dalm melakukan perawatan luka. Kerugiannya diantaranya adalah peningkatan risiko hipotermia karena terekspos. Pada metode tertutup, balutan diberikan antimikrobial kemudian digunakan untuk menutup luka. Keuntungannya adalah menurunkan evaporasi cairan dan kehilangan panas dari permukaan luka. Selain itu, balutan dapat membantu dalam debridemen. Kerugiannya adalah mobilitas terbatas dan berpotensi untuk penurunan keefektifan latihan ROM. Pengkajian luka juga jadi terbatas hanya padasaat penggantian balutan dilakukan. Memaksimalkan Fungsi Mempertahankan fungsi yang optimal klien dengan luka bakar adalah tantangan bagi seluruh anggota tim. Program individual seperti splinting, latihan, ambulasi, melakukan ADL, terapi penekanan sebaiknya dilakukan pada fase akut untuk memaksimalkan fungsi pada penyembuhan dan kosmetik outcome. Latihan ROM aktif dilakukan pada awal fase akut untuk meningkatkan resolusi dari edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi ssendi. Selain itu, ADL efektif untuk mempertahankan fungsi dan ROM. Ambulasi juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas bawah dan sebaiknya dimulai segera setlah klien stabil secara fisiologis. ROM pasif dan peregangan harus menjadi
bagian dari pengobatan harian jika klien tidak dapat melakukan latihan ROM aktif. Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi yang tepat dan mencegah atau memperbaiki kontraktur. Memberikan suport psikologi Periode terpanjang penyesuaian diri terjadi selama fase akut. Penderita luka bakar dewasa dapat menujukkan respon emosional dan psikologi yang bervariasi. Biarkan klien mengekspresikan kekhawatiran dan memvalidasi bahwa mereka ”normal” penting dalam pemberian dukungan. Jadi pendengan yang aktif dan biarkan klien membicarakan tentang kecelkaannya. Menceritakan kembali secaradetail dan berulang-ulang tentang kejadian sangat berguna untuk menurunkan kepekaan klien terhadap ketakutan dan mimpi buruk. Melibatkan klien dalam perawatan diri mereka sendiri membantu mereka untukmerasa adanya pengontrolan yang berada di bawah tanggung jawabnya. Intervensi seperti ini telah terbukti efektif dalam mensuport kebutuhan psikologi klien. Penangganan farmakologi dan non farmakologi pada kontraktur ? Pencegahan Kontraktur Pencegahan kontraktur lebih baik dan efektif daripada pengobatan. Program pencegahan kontraktur meliputi : Mencegah infeksi Perawatan luka, penilaian jaringan mati dan tindakan nekrotomi segera perlu diperhatikan. Keterlambatan penyembuhan luka dan jaringan granulasi yang berlebihan akan menimbulkan kontraktur. Skin graft atau Skin flap Adanya luka luas dan kehilangan jaringan luas diusahakan menutup sedini mungkin, bila perlu penutupan kulit dengan skin graft atau flap. Fisioterapi Tindakan fisioterapi harus dilaksanakan segera mungkin meliputi ; Proper positioning (posisi penderita) Exercise (gerakan-gerakan sendi sesuai dengan fungsi) Stretching Splinting / bracing Mobilisasi / ambulasi awal Penanganan Kontraktur Hal utama yang dipertimbangkan untuk terapi kontraktur adalah pengembalian fungsi dengan cara menganjurkan penggunaan anggota badan untuk ambulasi dan aktifitas lain. Menyingkirkan kebiasaan yang tidak baik dalam hal ambulasi, posisi dan penggunaan program pemeliharaan kekuatan dan ketahanan, diperlukan agar pemeliharaan tercapai dan untuk mencegah kontraktur sendi yang rekuren. ( 1 , 2 , 6 ,8 ,1 0 ) Penanganan kontraktur dapat dliakukan secara konservatif dan operatif : Konservatif Seperti halnya pada pencegahan kontraktur, tindakan konservatif ini lebih mengoptimalkan penanganan fisioterapi terhadap penderita, meliputi :
Proper positioning Positioning penderita yang tepat dapat mencegah terjadinya kontraktur dan keadaan ini harus dipertahankan sepanjang waktu selama penderita dirawat di tempat tidur.( 3 , 4 ) Posisi yang nyaman merupakan posisi kontraktur. Program positioning antikontraktur adalah penting dan dapat mengurangi udem, pemeliharaan fungsi dan mencegah kontraktur.(1,24,10) Proper positioning pada penderita luka bakar adalah sebagai berikut : Leher : ekstensi / hiperekstensi bahu : abduksi, rolasi eksterna Antebrakii : supinasi
Klasifikasi Luka Bakar
A. Dalamnya luka bakar.
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial superfisial(tingkat I)
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
Kering tidak ada gelembung.Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah.
Nyeri
Lebih dalam dari ketebalan partial(tingkat II)
Superfisial Dalam
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.
Blister besar dan lembab yang ukurannya bertambah besar.Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.
Berbintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.
Sangat nyeri
Ketebalan sepenuhnya(tingkat III)
Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.
Kimia.
Kontak dengan arus listrik.
Kering disertai kulit mengelupas.Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
Putih, kering, hitam, coklat tua.Hitam.
Merah.
Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.
A. Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:1) Kepala dan leher : 9%2) Lengan masing-masing 9% : 18%3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%5) Genetalia/perineum : 1% Total : 100%
A. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
1. Kedalaman luka bakar.2. Anatomi lokasi luka bakar.3. Umur klien.4. Riwayat pengobatan yang lalu.5. Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
A. Parah – critical: a. Tingkat II : 30% atau lebih.b. Tingkat III : 10% atau lebih.c. Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.d. Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
B. Sedang – moderate:
o a) Tingkat II : 15 – 30%
o b) Tingkat III : 1 – 10%
A. Ringan – minor:
o a) Tingkat II : kurang 15%
o b) Tingkat III : kurang 1%
Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997)
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dari
Pergeseran cairan ekstraseluler.
Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
Diuresis.
Kadar sodium/natrium.
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.
Defisit sodium. Kehilangan Na+ melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potassium.
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.
Hiperkalemi K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
Hipoproteinemia. Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteinemia.
Keseimbangan nitrogen.
Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.