PT. International Nickel Indonesia Exploration & Mine Development Departement P T.INCO Sorowako - South Sulawesi Laporan Kerja Praktek LAPORAN KERJA PRAKTEK Overview Metoda Geofisika Sebagai Data Pendukung Geologi Eksplorasi dalam Penambangan Nikel Laterit pada PT INCO,Tbk Sorowako Oleh : Ivan Taslim B/N : 202.10.2006 Ivan taslim Practical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006 Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH iii
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Overview Metoda Geofisika Sebagai Data Pendukung Geologi Eksplorasi dalam
Penambangan Nikel Laterit pada PT INCO,Tbk Sorowako
Oleh :Ivan Taslim
B/N : 202.10.2006
EXPLORATION MINE DEVELOPMENT DEPARTMENT
PT INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA. TbkSOROWAKO
2006
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
iii
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Mahasiswa Kerja Praktek
Ivan TaslimB / N: 202.10.2006
Mengetahui
Pembimbing Act. Government Relations
Coordinator
Gde Handoyo T. Muh. Toha B / N: 6747 B / N: 7102
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
iv
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
ABSTRAK
PT. INCO, Tbk sebagai perusahaan multinasional yang bergerak dalam bidang
eksplorasi dan penambangan nikel dengan biaya rendah saat ini telah memasuki
tahap pengembangan untuk daerah Sorowako (Sorowako Project Area). Pada tahap
pengembangan ini dilakukan drilling dengan spasi 50 meter, logging, analisis kimia,
validasi data dalam bentuk spreadsheets, geoevaluasi, permodelan di MRI, sampai
dengan perhitungan cadangan.
Berdasarkan disiplin ilmu geofisika, maka penulis merasa sangat perlu untuk
mengenalkan suatu metode yang baik, berguna dan efisien dalam eksplorasi dan
perhitungan cadangan. Metode yang mungkin diterapkan dalam hal ini misalnya
seismik refraksi, gaya berat, magnetik, geolistrik, dan georadar. Pada kesempatan ini
akan dibahas mengenai metode georadar (GPR). Metode ini selain untuk mendukung
data-data geologi, juga tidak merusak lingkungan. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mencari sumber-sumber lama yang pernah gagal pengukurannya karena tidak
tepatnya peralatan, terbatasnya teknologi, pengolahan atau interpretasi data.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
v
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kerja
praktek ini dengan judul
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, Nabi
Muhammad saw, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan kerja prktek ini dengan judul “ Overview
Metoda Geofisika Sebagai Data Pendukung Geologi Eksplorasi dalam
Penambangan Nikel Laterit pada PT.INCO,Tbk Sorowako” dan dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan kerja praktik ini disusun disamping untuk
memenuhi mata kuliah pilihan Kerja Praktek Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Hasanuddin , juga untuk memberikan informasi mengenai
tahapan pengembangan eksplorasi dan salah satu metode geofisika (GPR) yang
mungkin diterapkan dalam eksplorasi nikel laterit.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung yang mana ditengah kesibukan masing-masing
masih memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan kerja praktek
hingga penyusunan Laporan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluargaku, Ayah “ your my ‘source’ inspiration “ Ibu, dan adik - adik tercinta
yang telah memberikan dukungan baik berupa materi maupun doa.
2. Bapak Ir. Bambang Harimei, MSi selaku Ketua Program Studi Geofisika, FMIPA
Universitas Hasanuddin
3. Ibu DR. Sri Suryani Sumah, DEA selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Hasanuddin.
4. Dosen – dosen staf pada jurusan Fisika dan Geofisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam.
5. Bapak Muh. Toha selaku Act. Government Relations Coordinator PT.INCO,Tbk
dan Ibu Henny Andilolo yang telah memberikan kesempatan untuk mendapatkan
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
vi
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
pengalaman yang sangat berharga dalam melaksanakan Kerja Praktek pada PT
INCO,Tbk.
6. Bapak Harry Asmar selaku Manager Mine Departement PT INCO,Tbk.
7. Bapak Arief Hendarman selaku Manager Eksploration Mine Development
Departement PT INCO,Tbk
8. Bapak Gde Handoyo Tutuko selaku Senior Supervisor Geologist sekaligus
pembimbing utama (mentor) selama kerja praktek.
9. All Supervisor Geologist (Pak Gunawan, Pak Deni, Pak Wanni, Pak Frans, Pak
Fatrial dan Mba (ocha) Rosalyn) yang telah memberikan bimbingan dan
pengetahuan selama kerja praktek.
10. Crew Sample House (Pak Arifin selaku supervisor, Pak Buhari, Pak Muhajjirin,
Mba Nani, Mba Asti, Dodi dan seluruh penghuni sample house yang tidak dapat
saya sebutkan satu persatu) atas bimbingan dan pengetahuan dalam Weighing
System v.50.
11. Seluruh staff di kantor Exploration Mine Development Departement PT
INCO,Tbk yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Gambar 14. Penampang GPR tahun 2000...................................................................41
Gambar 15. Penampang GPR Weda Bay, Halmahera……………………………….45
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
xi
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Besaran frekuensi sesuai dengan dimensi dan kedalaman target (Ramac Software Manual)...............................................................................................38
Tabel 2. Konstanta dielektrik relatif dan cepat rambat gelombang elektromagnet untuk material geologi (McCann et.al., 1988)....................................................40
Tabel 3. Perbandingan Pengukuran GPR di beberapa tempat untuk pemetaan Ni-laterit atau Ni-silika.........................................................................................43
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
xii
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
xiii
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandungan endapan laterit mencapai 70 % dari kandungan nikel di seluruh
dunia. Nikel-Cobalt pada tanah laterit dan batuan lapuk akan mengalami pengayaan
pada iklim tropis hingga sub-tropis dari batuan utama peridotit. Batuan ultra basa ini
berhubungan dengan lempeng penunjaman (obduksi) dari ofiolit di island arc.
Indonesia memiliki kandungan nikel laterit yang sangat besar, sehingga
merupakan wilayah yang sangat cocok serta memegang peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan sumber nikel dan cobalt dunia. Oleh karena itu, PT. INCO,Tbk
melakukan eksplorasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Dalam bidang pertambangan, keadaan geologi bawah permukaan merupakan
hal yang penting untuk diketahui dalam proses pencarian sebaran deposit logam
berharga ini. Kondisi alam umumnya tidak sesuai dengan teori, oleh karena itu dalam
mempelajari bentuk bawah permukaan hanya dapat dilakukan dengan pendekatan
secara scientific atau matematis. Upaya untuk mengetahui keadaan geologi bawah
permukaan dapat menggunakan beberapa metode geologi seperti drilling, logging,
ataupun geofisika dan lain sebagainya. Akan tetapi, masing-masing metode memiliki
kelebihan dan kekurangannya sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
diperlukan kolaborasi dari berbagai metode tersebut.
1.2 Tujuan Kerja Praktek
1) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati, memahami,
membandingkan, menganalisis dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh
dari bangku kuliah dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan.
Ivan taslim 1Practical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
2) Mengembangkan kreativitas dan membuka wawasan bagi mahasiswa tentang
kasus-kasus nyata di lapangan pekerjaan bidang pertambangan agar dapat
mempersiapkan diri sebelum terjun ke dunia profesinya.
3) Mengetahui jenis litologi dan proses pembentukan batuan ultramafik di
Sorowako
4) Mengetahui secara umum urutan proses eksplorasi nikel laterit di PT INCO,
Tbk
5) Mempelajari metode geofisika yang dapat diterapkan dalam eksplorasi Nikel
laterit dengan mencari solusi setempat berupa local subsurface equation
1.3 Waktu dan Lokasi
Kerja Praktek dilaksanakan dari tanggal 09 Oktober 2006 s.d. 08 Desember
2006. Lokasi kerja praktek merupakan wilayah konsesi PT International Nickel
Indonesia (PT. INCO, Tbk) yang terletak di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten
Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Sekitar 245 km dari Ibukota Kabupaten
Palopo atau 720 km dari Makassar, dikelilingi oleh tiga buah danau yaitu: D.
Matano, D. Towuti, dan D. Mahalona. Lahan eksplorasi PT. Inco berdasarkan
konsesi awal adalah seluas 6.600.000 ha terletak pada posisi 120030’ – 123030’ BT
dan 6030’ – 5030’ LS, berada di tiga provinsi yakni Sulawesi Selatan (54,17%),
Sulawesi Tenggara (29,06%), dan Sulawesi Tengah (16,76%). Pada tahun 1996, PT
INCO melakukan nego perpanjangan kontrak karya sampai tahun 2025 dan daerah
kontrak karya awal dikembalikan kepada pemerintah Indonesia sehingga saat ini
daerah yang tersisa dan dipertahankan adalah seluas 218.000 ha.
Topografi daerah penambangan berupa perbukitan dengan tinggi antara 400-
800 meter di atas permukaan laut. Jenis tumbuhan di daerah penambangan umumnya
adalah tumbuhan tropis berupa semak belukar, tanaman perdu dan hutan yang
ditumbuhi oleh pepohonan berdiameter antara 10-40 cm.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
2
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Keadaan iklim daerah Sorowako dipengaruhi oleh dua musim, yaitu: musim
kemarau dan musim penghujan.
1.4 Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian yang dilakukan adalah:
1) Studi Literatur 3) Diskusi
2) Field Trip 4) Praktikum
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Gambar 1. Wilayah Konsesi PT. INCO,Tbk
3
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
BAB II
AKTIVITAS KERJA PRAKTEK
2.1 Aktivitas Harian Kerja Praktik
10 Oktober 2006 Mengikuti General Induction Program (GIP) di kantor HROD Training
Center (oleh. Bapak Yudi M)
Job Safety Analysis (JSA) dan Standard Operating Procedure (oleh. Bapak
Hadi Mudjayadi)
11 Oktober 2006
Kumpul di Kantor External Relations
Ke Gunung Batu at MGX – Mining Department
Perkenalan dengan mentor Kerja Praktek yaitu Bapak Gde Handoyo
Tutuko sebagai Senior Supervisor MGX-Mine Development Mining
Department.
SSIP (Specific Site Induction Program) ke lapangan, oleh Pa’ Gunawan dan
Pa’ Deni sambil melihat langsung proses drilling di lapangan.
Kesimpulan :
Mengetahui Standar Operasi Kerja di lapangan.
Mengetahui tahap-tahap dalam bekerja diantaranya :
- Mengetahui jenis pekerjaan yang akan kita lakukan.
- Mengetahui prosedur pekerjaan yang akan kita lakukan dan
tahapan-tahapannya.
- Mengetahui resiko bahaya yang dapat terjadi dalam pekerjaan
itu.
- Mengetahui tindakan – tindakan yang dapat diambil dalam
mencegah terjadinya kecelakaan dalam bekerja.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
4
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Pengenalan cara logging ( evaluasi dan pendeskripsian mineral ) sample
dari hasil pengeboran :
Termasuk di dalamnya adalah penentuan kedalaman bor per lapisan Over
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Material r V (m/s)
Air 1 300
Water (fresh) 81 33
Water (sea) 81 33
Sand 3 - 6 120 – 170
Clay soil 3 173
Agricultural land 15 77
Avarage ‘soil’ 16 75
Granite 5 - 8 106 – 120
Limestone 7 - 8 100 – 113
Dolomite 6,8 - 8 106 – 115
Basalt 8 106
37
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Metode georadar peka terhadap lingkungan pengukuran. Dua faktor penting
adalah kehadiran struktur logam dan sumber elektromagnetik pada frekuensi
radio. Aspek lain adalah aksesibilitas, yaitu kemudahan daerah survei untuk
dimasuki. Dapatkah peralatan dan operator memasuki daerah survei secara
aman dan ekonomis.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengolahan data, proses pengolahan
data yang diperlukan adalah:
1. Dewow atau despike
adalah suatu noise frekuensi rendah yang dapat terekam oleh sinyal radar.
Misalkan untuk daerah SPA(Sorowako Project Area) noise frekuensi rendah
dapat disebabkan oleh gelombang listrik PLN, sinyal telepon selular, getaran
dozer yang dekat dengan daerah akuisisi, dan lain sebagainya.
2. Declip
Karena gelombang radar di udara dan gelombang langsung (direct wave)
memiliki amplitudo lebih tinggi dibandingkan energi hasil refleksi, maka
gelombang radar pada awal profil dapat terpotong (clipped). Fungsi declip adalah
untuk mengembalikan bentuk gelombang dengan interpolasi. Proses ini
dilakukan sebelum proses filtering dilakukan.
3. Set time zero
Biasanya dilakukan pada awal pengolahan data georadar, yaitu penentuan titik
nol yang sebenarnya di permukaan (t = 0). Proses ini dilakukan untuk
menentukan dengan tepat pada kedalaman berapa target atau objek berada.
Tentunya setelah dilakukan konversi kedalaman dari hasil analisis cepat rambat.
4. Spatial resampling
Proses ini untuk mengoreksi jarak antara trace yang tidak teratur pada saat
akuisisi data. Untuk hal ini biasanya dilakukan pencatatan jumlah trace yang
telah dicapai pada jarak tertentu.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
38
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
5. Gain
Penguatan sinyal yang diperlukan akibat adanya pelemahan sinyal pada batuan
atau lapisan tanah, dimana frekuensi tinggi diserap lebih cepat dibandingkan
dengan frekuensi rendah.
6. Filter
Tujuannya adalah untuk menghilangkan frekuensi-frekuensi yang tidak
diinginkan (noise). Dalam pengolahan data georadar ada beberapa jenis filter
yang biasa digunakan, yaitu: Trapezoidal bandpass filter, Butterworth bandpass,
Gaussian dan Notch filter.
7. Remove attenuation
Berfungsi untuk menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan pelemahan
sinyal radar.
8. F-K filter
Filter yang digunakan untuk menghilangkan noise koheren seperti ringing,
multiple, gelombang udara, dan gelombang tanah langsung.
9. Stacking
Tujuannya adalah untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N)
10. Konversi kedalaman
Pada konversi kedalaman, langkah yang dilakukan pertama-tama adalah
mendefinisikan profil cepat rambat. Saat ini ada beberapa software yang telah
menyediakan data informasi cepat rambat (velocity record).
11. MigrasiMigrasi adalah proses untuk mengecilkan efek difraksi yang timbul
akibat adanya struktur yang tajam atau mengembalikan reflektor pada posisi
sebenarnya
A.3.3 Studi kasus GPR
INCO 1995 INCO 2000 Brazil Weda Bay
Waktu Mei 2005 Juni 2000 Oktober 1995 & Januari 2002
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Tabel 3. Perbandingan Pengukuran GPR di beberapa tempat untuk pemetaan Ni-laterit atau Ni-silika
39
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Pengukuran Januari 1996
Lokasi Harapan (WB) Kathryn (EB)
Manggali (WB)
Baro Alto
Project, Brazil
Weda Bay,
Halmahera
Aquisitor Richard Yelf &
Anthony Burnett
Jan Francke Jan Francke
Processor &
Interpreter
Richard Yelf &
Jon Rasmussen
(Geophysics
GPR Int.)
C.Robillard Jan Francke
(IMC’s
Geophysicist)
Software Radan III Radan III
Peralatan GSSI SIR-10 Pulse Ekko GSSI SIR-10
Frequency 100 MHz 25 – 50 MHz 100 MHz & 500
MHz
25 MHz
Spasi Antena 0,75 m 5 m (bistatik) 2,5 m
Kedalaman 20 m 30 m (blur) 28 m
Pengukuran
lain
Tomografi
untuk
mendapatkan
layer kecepatan.
Seismik refraksi
Pengukuran GPR tahun 1995
Tujuan:
Mengevaluasi apakah GPR merupakan metode yang potensial untuk mempetakan
ketebalan overburden dan mempetakan struktur dari limonit dan saprolit.
Hasil (menurut laporan):
1. Kecepatan vertikal bersifat non linear. Berdasarkan data survey GPR di Goro,
New Caledonia, diperoleh bahwa kecepatan lebih cepat di overburden dan
melambat di limonit dan saprolit.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
40
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
2. Kontras yang kuat antara overburden dan bedrock menimbulkan sinyal yang
tersaturasi dan efek multiple1.
3. Atenuasi2 di limonit lebih tinggi dibandingkan dengan overburden.
4. Kontak antara Medium Grade Limonite (MGL) dan Ore grade limonite ditandai
dengan peningkatan atenuasi sinyal. Peningkatan konduktivitas ini diperkirakan
sebanding dengan perubahan mineralogi bijih dan peningkatan kadar nikel.
Pemrosesan Data:
Pengolahan data yang dilakukan adalah:
Spectral Frequency Analysis (FFT)
Merupakan salah satu filtering yang bertujuan untuk mengubah kawasan
frekuensi ke kawasan waktu
Search for Hyperbolae (?)
Migration
Horizontal & Vertical Band Pass Filters
Memilih frekuensi-frekuensi yang dilewatkan dalam proses filtering.
Manual range gain to increase amplitude
Salah satu jenis penguatan sinyal.
Hilbert magnitude transform
Elevation correction (Koreksi topografi)
Data direkam menggunakan 16 bits dan 1025 sample per trace (?)
1 Multiple adalah efek gelombang bolak-balik sebagai akibat dari energi yang kuat mengenai reflektor.2 Atenuasi adalah proses pelemahan amplitudo radar sebagai akibat dari penyerapan sinyal oleh lapisan yang konduktif.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
41
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Pengukuran GPR tahun 2000
Tujuan:
1. Untuk pemetaan profil limonit dan saprolit pada kedalaman rata-rata 15-20 m
(East Block) dan 5-15 m (West Block)
2. Untuk memetakan profil bedrock pada kedalaman rata-rata >25 m
Hasil (menurut laporan):
1. GPR dapat mencapai kedalaman penetrasi 20 m. (dari penampang setebal 30
meter masih blur)
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Gambar 11. Penampang GPR tahun 1995 daerah Harapan, West Block
Gambar 12. Penampang GPR tahun 1995 yang menunjukkan adanya multiple
42
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
2. Kecepatan impulse radar pada laterit di Sorowako tergolong rendah dan atenuasi
relatif tinggi dibandingkan dengan laterit yang lain.
3. Akibat dari kecepatan yang rendah dan atenuasi yang tinggi menyebabkan
topografi bedrock >10 m tidak terekam dalam tampilan.
4. Batasan profil limonit-saprolit tidak jelas pada kenampakan di penampang radar.
5. Korelasi lapisan saprolit hanya dapat dilakukan pada kedalaman <10 m.
6. Penampang radar menunjukkan ketidakkorelasian antara data geokimia dan hasil
logging lapangan.
7. Sedang dicari perkembangan GPR system yang dapat memperdalam penetrasi.
Aplikasi GPR di Sorowako akan direview jika teknologi telah berkembang.
8. Disarankan menggunakan metode seismik refraksi untuk pemetaan bedrock di
Sorowako.
Pemrosesan Data
Tahapan pemrosesan data yang digunakan sangatlah sederhana. Proses utama
yang dilakukan adalah filtering komponen frekuensi rendah.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Gambar 13. Raw data dan Processed data menunjukkan induksi sinyal kuat yang mengsaturasi data
43
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Baro Alto Project (Brazil)
Tujuan:
1. Memperoleh kedalaman berdasarkan perbedaan konduktivitas
2. Membandingkan hasil pengukuran geofisika (GPR & Seismik Refraksi),
drilling & LES
Hasil (menurut laporan):
1. Kemenerusan lapisan saprolit yang lebih dibandingkan dengan data bor dan
testpit
2. Sekitar 90% kedalaman dari penampang radar menunjukkan hasil yang sesuai
dengan control point. Dalam hal ini control point berupa data bor dan test pit.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
Gambar 14 Penampang GPR tahun 2000
44
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Kelemahan metode GPR untuk Baro Alto:
1. Tidak dapat menembus lapisan saprolit yang bersifat argilik setebal 2-3 m.
2. GPR menunjukkan sinyal yang ‘kosong’ pada mineral kalsedon yang terletak
pada kedalaman 3 m.
3. Variasi dari lapisan saprolit tidak dapat dibedakan dengan jelas.
Pengukuran GPR di Weda Bay, Halmahera
Tujuan:
Untuk pemetaan top dari batuan yang belum lapuk dan lapisan lapuk
Hasil (menurut laporan):
1. Korelasi yang baik antara Limonit-saprolit dan saprolit-bedrock berdasarkan hasil
analisis dan logging dari drill core.
2. GPR menunjukkan informasi yang kontinu sepanjang section yang dilewatinya.
3. Perbandingan statistik kedalaman menyatakan bahwa sebagian besar hasil
drilling mendekati interpretasi GPR.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
45
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Gambar 15. Penampang GPR Weda Bay, Halmahera
A.3.4 Analisis
Analisis (GPR INCO 1995)
Multiple muncul dikarenakan adanya kontras impedansi (rho x Velocity) yang
cukup besar.
Peridotit
= 103 - 106 m
V = 106 m/s
Impedansi = 106 x 109 – 106 x 1012
Clay soil (dry) = 101 - 102 m
V = 173 m/s
Impedansi = 173 x 107 – 173 x 108
Keterangan:
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
46
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Data (resistivitas) berdasarkan data diktat kuliah Elektromagnet W.W. Parnadi
Data V (velocity) berdasarkan data McCann et.al., 1988 dan nilai V untuk batuan peridotit
diambil dari nilai batuan basalt.
Dari hasil perhitungan secara teori, memang terbukti dapat terjadi multiple.
Untuk menghilangkan efek multiple ini dapat menggunakan predictive
deconvolution3
Atenuasi limonit lebih besar dibanding overburden. Seandainya pernyataan ini
benar, maka pengurangan frekuensi akan menjadi solusinya.
dimana:
= 2 * frekuensi
= kedalaman penetrasi
= koefisien atenuasi
Koefisien atenuasi berbanding lurus dengan frekuensi, untuk memperkecil
atenuasi, maka frekuensi harus diperkecil. Dengan memperkecil frekuensi,
maka kedalaman penetrasi akan bertambah/ jangkauan semakin dalam.
Peningkatan konduktivitas ini diperkirakan sebanding dengan perubahan
mineralogi bijih dan peningkatan kadar nikel. Pernyataan ini sangat meragukan.
Mengingat kemampuan GPR hanya mendeteksi lapisan berdasarkan sifat fisis,
sedangkan mineralogi nikel terkait dengan analisis kimiawi.
3 Salah satu bagian dalam proses pengolahan data
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
47
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
Analisis (GPR INCO 2000)
Dari laporan dikatakan bahwa efektif kedalaman penetrasi adalah 20 m,
sedangkan dari penampang ditampilkan hingga kedalaman 30 m. Dari gambar.16
diperoleh bahwa data mentah (raw data) dan data setelah diproses mengalami induksi
yang kuat, sehingga sinyal menjadi acak dan tidak teratur (chaotic). Kemungkinan
kegagalan disebabkan oleh :
1. Pengolahan data yang sangat sederhana.
“The data processing sequence used was minimal. The main process was to filter
out the low-frequency component to the data and scaling (Page 3, Sorowako
GPR Survey 2000)”
2. Kesalahan memasukkan parameter fisis dalam pengolahan data.
3. Ketidaktelitian prosesor mengenai kondisi akuisisi dan keadaan lingkungan
survey. Apakah ada sinyal-sinyal yang mengganggu (noise) selama akuisisi?
Sinyal tersebut bisa berupa sinyal handphone (900, 1800, 1900), gelombang
listrik PLN (50 MHz), atau lain sebagainya. Sebab sinyal-sinyal tersebut harus
dieliminasi pada saat pengolahan data.
“Correlation with borehole data was not very good and lots of processing had to
be tested before an interpretation profile could be put forward. The ambiguity of
the results also required the input and expertise from Jan Franke who did the
data acquisition. His busy schedule made the meeting possible only two weeks
ago. (mail from Claude Robillard-Processors and Interpreter to Alan King)”
Analisis (Baro Alto, Brazil)
Frekuensi yang digunakan cenderung tinggi, sehingga boulder kalsedon dapat
terpetakan. Akan tetapi jangkauan penetrasi semakin dangkal. Seperti yang telah
ditulis dianalisis GPR INCO 1995 bahwa hubungan antara atenuasi dengan
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
48
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
frekuensi, maka kemungkinan lapisan saprolit yang bersifat argilik setebal 2 – 3
meter tidak dapat ditembus (sinyal mengalami atenuasi yang besar). Untuk mengatasi
hal ini, dapat menggunakan frekuensi yang lebih rendah dan sesuai dengan ukuran
target yang hendak dipetakan. Pemilihan frekuensi yang sesuai dengan ukuran target
merupakan salah satu faktor keberhasilan metode GPR.
A.3.5 Pembahasan
Alat GPR yang berbeda memiliki kemampuan penetrasi yang berbeda pula.
Hal ini bergantung efisiensi alat dan tingkat toleransi alat terhadap frekuensi.
Misalnya untuk GPR dengan frekuensi 1000 MHz, kemungkinan frekuensi yang
dipancarkan tidak murni 1000 MHz. Untuk penetrasi yang dalam digunakan
frekuensi rendah, akan tetapi resolusi4 kurang baik.
Apakah GPR mampu membedakan lapisan LIM-SAP dan SAP-BRK?
Setiap kondisi litologi yang berbeda akan menimbulkan respon yang berbeda.
Untuk membedakan lapisan LIM-SAP dan SAP-BRK dapat ditinjau dari
kerapatan reflektor, amplitudo dan fasa.
AMPLITUDE VERSUS DEPTH
A(d) = A0 exp (-2 d)/ 2d
AMPLITUDE VERSUS TIME
A(t) = A0 exp (-*v*t) / (v*t)
= attenuation d = depth
v = velocity t = time
Prosesing seperti moveout, migrasi, dekonvolusi akan memegang peranan
penting untuk memperbaiki resolusi sehingga diyakini dapat membedakan
lapisan LIM-SAP dan SAP-BRK.
4 Resolusi adalah kemampuan untuk membedakan dua objek yang saling berdekatan.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
49
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
B. Kesimpulan
Eksplorasi merupakan suatu kegiatan ekonomi dan dalam setiap kegiatan
ekonomi, perencanaan teknis merupakan hal yang mutlak dipertimbangkan. Oleh
karena itu, dibutuhkan suatu cara pendekatan yang efisien dan ekonomis berupa
pemilihan metode yang tepat. Dalam kegiatan eksplorasi diperlukan hubungan kerja
yang saling berkaitan antara konsep eksplorasi yang dipakai, sumber daya manusia
yang melakukan juga metode dan dana yang dibutuhkan.
Prinsip prospeksi eksplorasi itu dimulai dari daerah yang luas, kemudian
berangsur-angsur memperkecil daerah yang diselidiki sampai akhirnya meningkatkan
kemungkinan diketemukannya cebakan mineral dengan keadaan bahan galian yang
bernilai ekonomis.
Tahapan-tahapan yang dilakukan PT. INCO untuk eksplorasi dan
pengembangan adalah mapping, drilling, logging, process technology (analisis
kimia), validasi & geoevaluasi, dan yang terakhir adalah menghitung cadangan
(MRI).
Salah satu metode geofisika yang mungkin diterapkan untuk eksplorasi nickel
laterit adalah GPR (Ground Penetrating Radar). Keunggulan yang dimiliki GPR
selain merupakan metode non destruktif dan biaya operasional yang murah adalah
keakuratannya dalam mendeteksi celah dan rongga, menentukan bentuk geometri
lapisan batu pasir, pemetaan stratigrafi dari lapisan tanah (soil), eksplorasi mineral
dan evaluasi cadangan, menentukan patahan (faults), lapisan batubara, pemetaan
struktur geologi, dan sebagainya. Kelemahan dari metode ini adalah terbatasnya
penetrasi yang bergantung pada frekuensi dan atenuasi, serta tidak bisa mempetakan
mineral secara kimiawi.
PT. INCO pernah melakukan pemetaan profil laterit dengan menggunakan
GPR sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1995 dan tahun 2000. Hasil yang diperoleh
menunjukkan kegagalan GPR dalam pemetaan profil. Faktor-faktor yang dapat
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
50
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek
menyebabkan kegagalan tersebut adalah: pemilihan frekuensi kerja yang salah,
akuisisi yang tidak baik, prosesor dan interpreter, dan kondisi alat ukur.
Penelitian akan Ni-Laterit pada PT.INCO,Tbk Sorowako dengan
menggunakan metoda geofisika dalam hal ini GPR, ternyata tidak maksimal dan jauh
dari harapan. Hal ini disebabkan tidak didapatkannya penetrasi yang diharapkan
yaitu penetrasi yang mempunyai ketetapan yang cukup untuk menyediakan
penggambaran adanya Bedrock atau lapisan atas saprolit secara terus menerus
dengan menggunakan metode ini. Dalam penggunaan metoda GPR ini, untuk
pertama kali, selain penggunaannya cepat dan harganya jauh lebih murah dari
metode geologi eksplorasi yang selama ini dipakai oleh PT.INCO,Tbk, walaupun
berdasarkan hasil yang didapatkan disini disarankan untuk memakai metoda
geofisika yang lain yaitu metoda seismik refraksi untuk mencapai kedalaman
Bedrock. Sebab lain dari kegagalan metode ini adalah :
- adanya korelasi dengan borehole data yang tidak maksimal.
- kebanyakan dari prosesing / pengolahan data harus diperiksa sebelum
profile Interpretasi dapat dikemukakan.
Adanya dua arti (ambiguity) dari hasil tersebut juga memerlukan masukan dan
keahlian dari akuisisisitor metode itu.
Kesimpulan utama dari hasil pemetaaan lapisan-lapisan dengan georadar juga dapat
dipercaya berhubungan dengan lapisan atas dari lapisan saprolit / bedrock yang
ditentukan oleh geokimia dan deskripsi geologi untuk kedalaman lebih dari 10 m.
Ivan taslimPractical Student PT.INCO,Tbk B/N 202.10.2006Program Study Geofisika Jurusan Fisika FMIPA UH
51
PT. International Nickel IndonesiaExploration & Mine Development DepartementP T.INCO Sorowako - South SulawesiLaporan Kerja Praktek