MENENTUKAN KLASIFIKASI IKLIM MENURUT KOPPEN, JUNGHUHN, THORNTHWAITE, SCHMIDT DAN FERGUSON, OLDEMAN DAERAH SEMARANG A. TUJUAN 1. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut W. Koppen 2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Junghuhn 3. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Thornthwaite 4. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson 5. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Oldeman B. ALAT DAN BAHAN Alat: 1. Pensil 2. Penghapus 3. Kalkulator Bahan: 1. Data curah hujan 2. Data temperatur C. DASAR TEORI Klasifikasi Iklim 1)Iklim matahari Iklim Matahari merupakan metode klasifikasi iklim berdasarkan banyaknya radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di beberapa tempat. Oleh karena posisi bumi terhadap matahari mempunyai kemiringan 23 1/2 0 maka selama berevolusi terjadi perubahan posisi matahari terhadap bumi.
Klasifikasi iklim menurut junghuhn, tornthwaite, mohr, schmidt-fergusson, oldeman
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
MENENTUKAN KLASIFIKASI IKLIM MENURUT KOPPEN, JUNGHUHN,
THORNTHWAITE, SCHMIDT DAN FERGUSON, OLDEMAN DAERAH
SEMARANG
A. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut W. Koppen
2. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Junghuhn
3. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Thornthwaite
4. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson
5. Agar mahasiswa mengetahui klasifikasi menurut Oldeman
B. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Pensil
2. Penghapus
3. Kalkulator
Bahan:
1. Data curah hujan
2. Data temperatur
C. DASAR TEORI
Klasifikasi Iklim
1) Iklim matahari
Iklim Matahari merupakan metode klasifikasi iklim berdasarkan banyaknya
radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di beberapa tempat. Oleh karena
posisi bumi terhadap matahari mempunyai kemiringan 231/2 0 maka selama berevolusi
terjadi perubahan posisi matahari terhadap bumi. Perubahan posisi itu merupakan
gerakan semu matahari antara 231/2 0LU- 231/2 0LS. Jadi titik lintang yang dilalui gerak
semu matahari itu adalah 231/2 0LU/LS, sehingga > 231/2 0LU/LS tidak pernah dilalui
lintasan gerak semu matahari. Akibatnya tempat-tempat yang berada di daerah lintasan
gerak semu matahari yaitu antara 231/2 0LU-231/2 0LS mendapatkan radiasi matahari dalam
jumlah lebih besar dibandingkan dengan daerah lintang tempat> 231/2 0LU/LS.
Pembagian iklim Matahari adalah sebagai berikut:
a. Iklim tropik
Iklim tropik mempunyai ciri adanya suhu yang selalu tinggi sepanjang tahun.
Amplitudo suhu tahunan kecil, sehingga permusiman berdasarkan perbedaan suhu
tidak ada, tetapi yang ada permusiman berdasarkan perbedaan curah hujan. Pada
daerah tropik terdapat jalur tekanan rendah equator yang disebut juga sebagai daerah
doldrum. Daerah tropik juga merupakan daerah pertemuan angin yang berasal dari
daerah lintang kuda di utara (angin pasat timur laut) dan selatan equator (angin pasat
tenggara) yang disebut daerah konvergensi intertropik (ITC = Intertropic Convergen
Zone). Curah hujan relatif tinggi dengan tipe hujan konvergen dan konvektif.
b. Iklim Subtropik
Iklim Subtropik mempunyai cirri amplitude suhu tahunan yang lebih besar
daripada iklim tropic. Tetapi suhu tertinggi bulanan tidak diimbangi dengan curah
hujan yangb tinggi seperti pada iklim tropic.Curah hujan sedikit sekali, sebab di
daerah ini terjadi gerakan angin divergen pada udara permukaannya, tetapi di udara
atas terjadi konvergensi antara angin yan g berasal dari kutub dengan angin yang
berasal dari equator, akibatnya terjadi gerak udara menukik turun yang
menyebabkan tekanan udara menjadi lebih tinggi. Kondisi ini menyulitkan
terjadinya hujan. Oleh sebab itu pada iklim subtropik ini terdapat banyak gurun yang
luas, seperti Gurun Sahara. Iklim subtropik yangb berbatasan dengan iklim sedang,
pada musim dingin dipengaruhi oleh angin barat dan sering terjadi badai
siklonal.Pada musim panas dipengaruhi oleh tekanan tinggi subtropik yag kering dan
panas. Akibatnya pada musim dingin banyak hujan, sedangkan pada musim panas
kering.
c. Iklim Sedang
Iklim sedang mempunyai cirri yang lebih menonjol yaitu adanya amplitude
suhu tahunan yang lebih besar, sehingga pada daerah iklim sedang terdapat
permusiman berdasarkan perbedaan suhu. Musim-musim terdapat adalah musim
panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi, Daerah iklim sedang terjadi
gerakan massa udara dari kutub dan darimlintang kuda sehingga terjadi konvergensi.
Massa udara dari kutub yang dingin bertumbukan dengan massa udara dari lintang
kuda yang hangat sehingga daerah ini terjadi hujan yang cukup banyak.
d. Iklim Kutub
Iklim kutub bercirikan suhu udara yang sangat dingin sepanjang tahun,
sebab musim panas yang pendek, tetapi musim dingin yang panjang. Sekalipun
daerah iklim kutub ini dalam satu tahun menerima radiasi matahari selama 6 bulan
penuh, tetapi tidak cukup menghadirkan peningkatan suhu udara yang ekstrim, sebab
jarak matahari jauh dan matahari sangat rendah ( sudut pandang radiasi matahari
sangat rendah ). Suhu rata-rata tahunan mencapai -17C.
2) Iklim Fisis
Dasar pembagian iklim fisis adalah kondisi fisik atau alam yang mempengaruhi
iklim di daerah tertentu. Kondisi fisik yang dimaksud ialah tropografi, arus laut, dan jarak
suatu daratan terhadap laut, iklim fisis meliputi:
a. Iklim Laut
Daerah iklim ini meliputi derah yang dikelilingi oleh lautan atau berdekatan
dengan laut, dengan cirri-ciri penguapan tinggi, udara selalu lembab, langit selalu
tetutup awan, perbedaan suhu antara siang dan malam rendah, umumnya memiliki
daerah curah hujan tinggi.
b. Iklim Kontinen
Derah iklim ini terletak ditenah benua, jauh dari pengaruh angin laut. Ciri
khususnya adalah kelembapan rendah dengan perbedaan suhu antara siang dan
malam sangat mencolok. Kondisi tersebut memungkinkan memilki padang rumput
dan padang pasir.
c. Iklim Ugahari atau Pegunungan
Terdapat di daerah pegunungan dan daratan tinggi. Suhu lebih rendah, tetapi
intensitas insolasi lebih tinggi, curah hujan lebih tinggi terutama pada lereng hadap
angin.
d. Iklim Tundra
Iklim tundra ini terdapat disekitar daerah kutub.
3) Iklim Junghuhn
Junghuhn melakukan klasifikasi iklim di Indonesia berdasarkan ketinggian tempat
dihubungkan dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Junghuhn membagi iklim menjadi
empat zone/daerah iklim, yaitu:
a. Zona Panas, daerah yang berada pada ketinggian 0 – 600 m dpl. Suhu udara rata-rata
di atas 220 C. Tanaman budidaya yang cocok antara lain tembakau, kepala, padi,
jagung.
b. Zona Sedang, ketinggian antara 600 – 1500 m dpl. Suhu udara antara 220 C -170 C.
Tanaman budidaya yang tumbuh antara lain tembakau, padi, kopi, teh, coklat, sayur-
sayuran.
c. Zona Sejuk, ketinggian antara 1500 – 2500 m dpl. Suhu udara antara 170 C – 110C.
Tanaman yang tumbuh antara lain kina kopi, teh, sayur-sayuran, pinus.
d. Zona Dingin, Ketinggian 2500 m dpl ke atas. Suhu udara di bawah 110 C dan tidak
ada tanaman budidaya yang tumbuh.
4) Iklim Koppen
W. Koppen (1846-1940) membagi iklim dunia menjadi 5 kelompok. Dasar
klasifikasinya menggunakan data suhu dan curah hujan rata-rata bulanan dan tahunan.
Vegetasi dipandang sebagai instrumen klimatologis, sehingga batas-batas tipe iklim
sesuai dengan batas-batas vegetasi. Lima kelompok tersebut ditandai dengan huruf
kapital, yaitu:
a. golongan iklim A (tropical rainy climate), iklim hujan tropis tanpa musim dingin,
b. golongan iklim B (dry climate), iklim kering,
c. golongan iklim C (warm temperature rainy climate), iklim hujan lintang menengah
dengan musim dingin ringan,
d. golongan iklim D (cold snowy forest climate), iklim hujan lintang menengah dengan
musim dingin yang berat,
e. golongan iklim E (polar climate), iklim kutub tanpa musim hangat.
Iklim A,C, dan D disebut sebagai iklim basah dan memounyai suhu dan curah
hujan yang sesuai dengan syarat tumbuh pepohonan, sedangkan iklim B dan E disebut
iklim kering tanpa pepohonan. Masing-masing kelompok iklim tersebut kemudian dibagi
menjadi tipe-tipe iklim berdasarkan pada distribusi curah hujan musiman atau derajat
kering atau derajat dinginnya. Huruf-huruf kecil f, s, dan w menunjukkan presipitasinya
yang tidak berdasar pada musim. Huruf f (feucht: tanpa musim kering), s (summer dry:
musim panas kering), dan w (winter: musim dingin kering). Huruf kapital S dan W
digunakan untuk menunjukkan iklim kering, S: semi arid atau stepa dan W: arid atau
gurun. Huruf kapital T dan F digunakan untuk menunjukkan iklim kutub yaitu tundra (T)
dan tutupan salju (F).
a. Iklim A (tropical rainy forest)
Iklim A mempunyai suhu bulan terdingin > 18 oC (64,4oF), dengan suhu
bulanan < 18 oC tanaman tropis tertentu yang tidak peka tidak dapat hidup. Jadi
wilayah iklim ini merupakan kawasan tanaman megaterm yang memerlukan suhu
yang tinggi secara terus menerus dan hujan melimpah. Kelompok iklim A adalah:
1) Af, iklim basah tropis, f = curah hujan pada bulan paling kering ≥ 60 mm (2,4
inch). Iklim ini terdapat variasi musiman suhu minimum dan hujan yang tetap
tinggi sepanjang tahun.
2) Aw, iklim tropis basah dan kering, w = musim kering yang jelas dalam periode
musim dingin. Irama curah hujan musiman yang jelas, sekurang-kurangnya satu
bulan < 60 mm (2,4 inch). Suhu sama dengan Af.
3) Am, musim kering singkat (muson), tetapi dengan curah hujan total yang demikian
besar sehingga tanah tetap cukup basah untuk hutan. Am adalah tipe iklim antara
Af dan Aw, menyerupai dalam jumlah hujan dan Aw dalam distribusi musiman.
Curah hujan pada Af dan Aw bulan terkering <60 mm. Aw atau Am
tergantungpada jumlah curah hujan tahunan yang terjadi pada bulan terkering.
Koppen mengemukakan jenis iklim Am sangat penting bagi Indonesia. iklim Am
menunjukkan iklim tropis dimana jumlah curah hujan <60 mm selama satu bulan
atau lebih, tetapi pada bulan-bulan lainnya jumlah curah hujannya besar. Dengan
keadaan seperti ini diduga bahwa tanaman tidak dipengaruhi oleh kekeringan untuk
sementara waktu.
Batas antara Aw atau Am yaitu Am curah hujan bulan terkeringnya < 60mm
tetapi > 3,94−r
25, sedangkan Aw curah hujan terkeringnya <
3,94−r25
(r = curah hujan
tahunan dalam inch).
b. Iklim B (dry climate)
Iklim B merupakan kelompok iklim kering dimana terdapat evaporasi yang
melebihi presipitasi. Tidak terdapat surplus air yang tertinggal untuk mempertahankan
air tanah. Efektivitas hujan dalam menyediakan air dalam tanah untuk tanaman
tergantung pada laju evaporasi yang juga secara langsung mempengaruhi suhu, hujan
yang jatuh selama musim panas jelas kurang efektif dibandingkan dengan jumlah
yang sama yang jatuh pada musim dingin. Formula Koppen untuk mengidentifikasi
iklim kering (arid) dengan semi arid, yaitu tahunan dengan curah hujan tahunan total,
dan musim hujan maksimum. Terdapat dua tipe iklim B yaitu BW (W= wuste, gurun
pasir) sebagai iklim arid atau gurun dan BS (S=steppe, padang rumput kering) sebagai
iklim semiarid atau stepa.
Oleh karena besarnya penguapan tergantung pada suhu dan musim jatuhnya
hujan (musim panas atau musim dingin), maka batas iklim B tidak sama di berbagai
daerah. Berdasarkan hal tersebut maka batas iklim B adalah:
a) Jika curah hujan terbagi merata, maka r <2t + 14
b) Jika curah hujan maksimum pada musim panas, maka r <2t
c) Jika curah hujan maksimum pada musim panas, maka r < 2t+28
Formula untuk Mengidentifikasi Batas Iklim BS dan Iklim BW
Musim Jatuhnya Hujan Batas antara Iklim Humid
dan BS
Batas antara BW dan BS
Curah hujan menyebar
merata
r <2t + 14 r=2 t+142
Curah hujan maksimum
pada musim panas
setidaknya 10 kali hujan
musim dingin terkering
r <2t r=2 t2
Curah hujan maksimum
pada musim dingin
setidaknya 3 kali hujan
musim panas terkering
r < 2t+28 r=2 t+282
Sumber: Trewartha (1995) dalam Utomo (2009)
c. Iklim C (warm temperature rainy forest)
Iklim C, suhu rata-rata bulan terdingin < 18oC tetapi > -3 oC, rata-rata bulan
paling panas > 10 oC. Iklim C dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe Cf tanpa musim kering,
Cw dengan musim kering dan Cs dengan musim kering yang dingin.
a) Cf , tidak mempunyai musim kering jelas, perbedaan antara bulan-bulan paling
banyak hujan dan kering, kurang dibanding w dan s, dan curah hujan bulan
terkering untuk musim panas > 30 mm.
b) Cw, musim dingin yang kering, banyaknya hujan pada bulan terbasah musim panas
sekurangnya 10 kali bulan terkering musim dingin. Curah hujan bulan musim
dingin terkering < 30 mm. Tipe iklim ini mempunyai dua lokasi khas, yaitu (a)
lokasi tinggi pada lintang rendah dimana ketinggian menurunkan suhu, iklim-iklim
di dataran rendah berdekatan, dan (b) daerah-daerah muson lintang menengah di
kawasan Asia Tenggara, khususnya India bagian utara dan cina bagian selatan.
c) Cs, musim panas yang kering, banyaknya hujan pada musim dingin setidaknya 3
kali banyaknya hujan pada musim panas terkering, dan curah hujan bulan musim
panas terkering < 30 mm.
d. Iklim D (cold snowy forest climate)
Iklim D merupakan kelompok iklim hutan bersalju dingin, rata-rata suhu bulan
terdingin < -3 oC, rata-rata suhu bulan terpanas > 10 oC. Iklim D ditandai oleh tanah
yang beku serta penutupan salju selama beberapa bulan. Ada dua tipe iklim D yaitu:
a) Df yaitu iklim dingin dengan musim dingin humid, tidak mempunyai musim
kering, curah hujan bulan terkering > 30 mm
b) Dw, yaitu iklim dingin dengan musim dingin yang kering, curah hujan bulan
terkering < 30 mm, karakteristik Asia Timur Laut.
e. Iklim E (polar climate)
Iklim E merupakan kelompok iklim kutub, rata-rata suhu bulan terpanas <
10oC. Pada lintang yang lebih tinggi saat suhu di bawah titik beku dan tanah pun
membeku. Ada dua tipe iklim E yaitu ET (tundra) dimana terdapat musim tumbuh
yang singkat dan penutupan vegetasi yang jarang, suhu bulan terpanas antara 0-10 oC
dan EF (salju abadi) dengan bekuan salju abadi dan tidak ada vegetasi, suhu < 0 oC.
5) Iklim Thornthwaite
C.W. Thornthwaite (1993) membuat klasifikasi iklim berdasarkan pada curah
hujan yang sangat penting untuk tanaman, sehingga selain jumlah curah hujan juga pada
intensitas penguapan. Jika penguapan besar curah hujan yang dipakai oleh tanaman akan
lebih kecil daripada penguapannya kecil, pada jumlah curah hujan yang sama.
Thorathwaite menghitung ratio keefektifan curah curah (precipitaion effectiveness) atau
ratio P-E, sebagai curah hujan (P = presipitasi) bulanan dibagi dengan jumlah penguapan
(E= evaporasi) bulanan, yaitu ratio P-E = P/E. Jumlah 12 bulan ratio P-E disebut indeks
P/E.
Rumus Ratio P-E = 115¿
Indeks P-E = ∑ 115 ¿¿
Keterangan :
P = Presipitasi dalam Inchi
T = Suhu bulanan rata-rata dalam oF
i = 1, 2, 3........12
Tabel 10.2 Golongan Kelembaban Menurut Thornthwaite
Golongan Kelembaban Keefektifan Tanaman Indeks P-E
A. Basah
B. Lembab
C. Sub Humid
D. Semi Arid
E. Arid
Hutan Hujan
Hutan
Padang Rumput
Stepa
Gurun
≥ 128
64−127
32−63
16−31
¿16
Selain itu Thornthwaite mengemukakan adanya efisiensi panas dengan menggunakan
Rumus Ratio T-E = (T−32)/4
Indeks T-E = ∑i−1
12
{(T i−32)/4 }
Tabel 10.3 Golongan Suhu Menurut Thornthwaite
Golongan Suhu Indeks T-E
A’ = tropis
B’ = mesothermal
C’ = microthermal
D’ = taiga
E’ = tundra
F’ = salju abadi
≥ 128
64−127
32−63
16−31
1−15
0
Masing-masing golongan kelembaban dan golongan suhu dikonfirmasikan dengan