Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Rencana kerja dan anggaran Capaian kinerja organisasi Realisasi anggaran Evaluasi internal Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja Gd. Frans Seda Jl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta Pusat DKI Jakarta 10710 Telp. (021) 3865330 Fax. (021) 3500841 Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan KinerjaDirektorat Jenderal
Rencana kerja dan anggaranCapaian kinerja organisasiRealisasi anggaranEvaluasi internalInisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Gd. Frans SedaJl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta PusatDKI Jakarta 10710 Telp. (021) 3865330 Fax. (021) 3500841
Laporan Kinerja D
irektorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan R
isiko
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
Laporan KinerjaDirektorat Jenderal
Rencana kerja dan anggaranCapaian kinerja organisasiRealisasi anggaranEvaluasi internalInisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
Gd. Frans SedaJl. Dr. Wahidin Raya No. 1 Jakarta PusatDKI Jakarta 10710 Telp. (021) 3865330 Fax. (021) 3500841
Laporan Kinerja D
irektorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan R
isiko
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
Laporan Kinerja Tahun 2019
i
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
I. DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ viii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. x
IKHTISAR EKSEKUTIF .......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi ............................................................................ 2
1. Tugas dan Fungsi .......................................................................................................... 2
2. Organisasi ....................................................................................................................... 3
3. Stakeholders Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko ..................................................... 4
4. Sumber Daya Manusia ................................................................................................. 6
C. Mandat dan Peran Strategis DJPPR ................................................................................ 20
1. Pedoman Umum ......................................................................................................... 20
2. Pedoman Khusus ......................................................................................................... 21
D. Peran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko................ 22
1. Memenuhi Pembiayaan APBN yang Bersumber dari Utang ............................... 22
2. Mewujudkan Kesinambungan Fiskal Melalui Pengelolaan Portofolio dan Risiko
Gambar III. 6 Tol Jakarta-Cikampek II Elevated ................................................................. 98
Gambar III. 7 Jenjang Jabatan APRK ................................................................................... 155
Gambar III. 8 Lingkup dan Kualifikasi Jabatan ................................................................ 156
Gambar III. 9 Buku Sejarah Pembiayaan ............................................................................ 157
Gambar III. 10 Peresmian Time Tunnel Galeri Sejarah Pembiayaan Indonesia ......... 158
Gambar III. 11 Organisasi yang Efektif ............................................................................... 159
Gambar III. 12 Foto Bersama .................................................................................................. 161
Gambar III. 13 Proses Bisnis Jalur Distribusi SBN Ritel Secara Online ........................ 162
Gambar III. 14 Penghargaan Inovasi Pelayanan Terbaik e-SBN .................................... 163
Gambar III. 15 Sosialisasi Cash Wakaf Linked Sukuk (CWLS) di Balikpapan ........... 182
Gambar III. 16 Penerbitan Green Sukuk Ritel Seri ST006 ............................................... 183
Gambar III. 17 Penyelenggaraan InFest 2019 di Yogyakarta ........................................... 185
Laporan Kinerja Tahun 2019
ix
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
DAFTAR GRAFIK
Grafik I. 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan .............................................................. 7
Grafik I. 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II ...................................................... 7
Grafik I. 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan .................................................................. 8
Grafik I. 4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin ...................................................... 8
Grafik I. 5 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan ............................................ 8
Grafik III. 1 Ikhtisar Capaian Kinerja DJPPR Tahun 2019 ................................................ 60
Grafik III. 2 Kinerja Pengelolaan SUN Tahun 2014—2019 (dalam triliun rupiah) ....... 71
Grafik III. 3 Rasio Utang Indonesia terhadap PDB ........................................................... 166
Laporan Kinerja Tahun 2019
x
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
VI. KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja (LAKIN) DJPPR Tahun 2019
merupakan perwujudan akuntabilitas dan transparansi
kinerja DJPPR yang di dalamnya menguraikan rencana
kinerja yang telah ditetapkan, pencapaian atas rencana
kinerja tersebut, dan realisasi anggaran. Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR),
sebagai institusi publik, bertanggung jawab
melaksanakan tugas dan fungsi menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan pinjaman, hibah, Surat Berharga Negara,
dan risiko keuangan secara akuntabel. Rencana Kinerja
yang disusun setiap tahunnya berpedoman pada
Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2015—2019
dan Rencana Strategis DJPPR Tahun 2015—2019.
Peran strategis DJPPR tercermin dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) periode 2015—2019 sebagai bagian
dalam pencapaian Sembilan Agenda Prioritas NAWA CITA. Tugas dan fungsi DJPPR
terkait langsung dalam pencapaian NAWA CITA ke-6 yaitu memberikan kontribusi
dalam kegiatan peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur
melalui penyediaan berbagai alternatif pembiayaan, dan NAWACITA ke-7, yaitu
berperan dalam pengendalian rasio utang pemerintah terhadap PDB dan penggunaan
utang baru untuk membiayai kegiatan pemerintah yang bersifat produktif.
Selama tahun 2019, DJPPR telah melaksanakan berbagai program dan kegiatan
sebagaimana tertuang dalam peta strategis DJPPR Tahun 2019 yang diterjemahkan dalam
Kontrak Kinerja DJPPR Tahun 2019, yang terdiri dari 14 Sasaran Strategis dan 25 Indikator
Kinerja Utama (IKU). Dalam Laporan Kinerja DJPPR ini akan dijabarkan perbandingan
antara realisasi pencapaian IKU tahun 2019 dengan kontrak kinerja tahun 2019, serta
beberapa kinerja lainnya yang telah dicapai oleh DJPPR.
Dari hasil pengukuran kinerja, Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPPR telah
mencapai 111%. Nilai tersebut berasal dari capaian kinerja pada masing-masing
perspektif yaitu stakeholders perspective, customer perspective, internal process perspective, dan
learning and growth perspective.
Evaluasi kinerja terus dilakukan secara periodik meskipun secara umum target
kinerja di tahun 2019 telah terlampaui. Namun, masih terdapat target kinerja yang
memerlukan sejumlah perbaikan inisiatif untuk mendongkrak kinerja di tahun
berikutnya.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada investor, DJPPR terus melakukan
inovasi antara lain melalui penerbitan SBN Ritel secara online guna mempermudah akses
masyarakat untuk berinvestasi di SBN Ritel, memperluas basis investor domestik, dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
xi
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
mendukung terwujudnya keuangan inklusif. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 793/KMK.01/2019 tentang Inovasi Pelayanan Terbaik Unit Kerja Di Lingkungan
Kementerian Keuangan Tahun 2019, Sistem e-SBN Ritel Online (e-SBN) menuju masyarakat sadar
investasi untuk mendukung terwujudnya keuangan inklusif memperoleh peringkat terbaik kedua
dari penetapan lima (5) Inovasi Pelayanan sebagai Inovasi Pelayanan Terbaik di Lingkungan
Kementerian Keuangan Tahun 2019. Penghargaan tersebut memberikan dorongan dan
tantangan yang cukup besar bagi DJPPR untuk mampu menyelaraskan fungsinya sebagai
organisasi birokrasi yang berkaitan langsung dengan pasar keuangan, baik domestik
maupun internasional.
Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan sebagai
pertanggungjawaban kami atas mandat yang diemban dan kinerja yang telah ditetapkan
dan sebagai pendorong peningkatan kinerja organisasi Kementerian Keuangan pada
umumnya, dan pada DJPPR khususnya.
Jakarta, Februari 2019 Direktur Jenderal
Luky Alfirman
Laporan Kinerja Tahun 2019
xii
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
VII. IKHTISAR EKSEKUTIF
LAKIN DJPPR tahun 2019 adalah merupakan perwujudan akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi DJPPR atas penggunaan anggarannya wujud dari kinerja
dalam pencapaian visi dan misi, sebagaimana yang dijabarkan dalam tujuan/sasaran
strategis, yang mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015—2019 dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019.
Pembiayaan, sebagai bagian dari siklus APBN, memiliki fungsi yang sangat strategis.
Program-program pembangunan yang disiapkan oleh K/L bersama Bappenas dan telah
disetujui oleh DPR, dalam realisasi pelaksanaan kegiatannya, akan sangat dipengaruhi oleh
besaran pembiayaan yang sanggup disediakan dalam setiap tahun anggaran. Pemenuhan
kebutuhan target pembiayaan APBN melalui utang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan menjadi tanggung jawab DJPPR.
Pembiayaan utang tahun 2019 telah mampu mengamankan pembiayaan APBN yang
mengalami pelebaran defisit dari yang telah ditetapkan dalam APBN (1,84% menjadi 2,30%
terhadap PDB). Selain itu pemerintah juga terhindar dari risiko default (gagal bayar) atas
seluruh kewajiban pemerintah. Pembiayaan utang juga telah melakukan beberapa hal dengan
tujuan sebagai berikut.
1. Pembiayaan utang bertujuan untuk mencukupi selisih kas (cash mismatch) pada saat kas
negara tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran belanja yang tidak bisa ditunda,
misalnya melalui penerbitan SBN dengan tenor di bawah satu tahun.
2. Pembiayaan utang bertujuan untuk mendukung terciptanya kesinambungan fiskal
melalui upaya pengelolaan portofolio utang, yaitu pengadaan instrumen utang yang
disesuaikan dengan kebutuhan jatuh tempo utang dan target risiko utang.
3. Pembiayaan utang bertujuan untuk menjaga kondisi likuiditas negara sehingga
pemerintah dapat memenuhi seluruh belanja dan kewajiban serta komitmen pemerintah
lainnya, termasuk pembayaran pokok dan bunga utang serta pembiayaan investasi.
4. Pembiayaan utang bertujuan untuk mendorong pengembangan pasar keuangan
domestik. Tingkat bunga utang pemerintah, terutama SBN, dijadikan acuan bagi
penerbitan instrumen obligasi sektor korporasi/swasta. Pasar keuangan domestik yang
efisien, instrumen yang bervariasi, dan basis investor yang kuat diharapkan menjadi
sumber pengadaan utang dengan biaya yang lebih efisien, baik bagi Pemerintah maupun
kalangan usaha. Dampak jangka panjangnya yaitu program kerja pemerintah dapat
terlaksana, sektor riil lebih berkembang, dan pada akhirnya perekonomian dapat lebih
maju.
5. Pembiayaan utang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program prioritas
pembangunan diantaranya melalui percepatan penyediaan infrastruktur dan
peningkatan sumber daya manusia.
Dalam rangka pengelolaan APBN, Pemerintah menjalankan kebijakan defisit APBN
untuk mendorong tercapainya target pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini berarti
Pemerintah berkomitmen untuk mendorong belanja yang dapat memberikan kontribusi
Laporan Kinerja Tahun 2019
xiii
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
positif pada pertumbuhan ekonomi. Namun dari sisi pendapatan, pemerintah belum mampu
menutup kebutuhan pembiayaan tersebut. Dengan demikian, terdapat defisit APBN yang
harus dibiayai dari sumber utang dan non-utang. Selain faktor defisit APBN, peningkatan
utang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang terjadi luar kendali pemerintah, utamanya
adalah nilai tukar. Berbagai faktor mempengaruhi perubahan nilai tukar, baik yang
bersumber dari domestik maupun global. Dari sisi pembiayaan, pemerintah memiliki
keterbatasan sumber pembiayaan non-utang. Sehingga, pembiayaan APBN lebih besar
dibiayai dari utang. Sebagai akibatnya, dalam lima tahun terakhir terjadi peningkatan utang
pemerintah.
Dalam upaya mengendalikan peningkatan utang, pemerintah menargetkan indikator
kinerja Rasio Utang terhadap PDB. Indikator ini umum dipergunakan dalam pengukuran
kinerja utang dan fiskal pemerintah. Berdasarkan dokumen Komitmen Kinerja Menteri
Keuangan Tahun 2019, target dari Indikator Kinerja Menteri Keuangan terkait Rasio utang
terhadap PDB adalah 28,83%. Sementara itu hingga akhir Q4 - 2019 realisasi Rasio utang
terhadap PDB mencapai 29,98%. Salah satu penyebabnya adalah peningkatan utang neto
tahun 2019 yang sebesar Rp73,1 triliun, yaitu dari Rp359,3 triliun pada APBN 2019 menjadi
Rp432,4 triliun. Tambahan ini muncul sebagai akibat melebihnya target defisit APBN tahun
2019, dari sebesar Rp 296,0 triliun (1,84% terhadap PDB) menjadi yang terealisasi sementara
Rp370,7 triliun (2,30% terhadap PDB).
Di tengah kenaikan defisit APBN, pemerintah tetap berupaya menjaga pembiayaan
anggaran dilakukan secara efisien, inovatif, dan berkesinambungan terhadap fiskal. Hal ini
ditempuh dengan cara mengendalikan rasio utang dalam batas aman dan diupayakan
menurun dalam jangka menengah serta senantiasa memperhatikan value for money
pembiayaan investasi yang inovatif dan kreatif untuk mendukung pembangunan
infrastruktur. Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 Tahun 2003, batas maksimal jumlah
pinjaman ditetapkan sebesar 60% dari PDB sehingga realisasi rasio utang terhadap PDB tahun
2019 sebesar 29,98% masih jauh di bawah batasan yang diperkenankan. Dengan kondisi ini,
utang Pemerintah dapat dikatakan aman.
Dalam pemenuhan target pembiayaan utang tahun 2019, terdapat beberapa tantangan
baik yang bersumber dari domestik maupun global. Diantaranya adalah volatililitas pasar
keuangan global yang tinggi akibat dari perang dagang yang berkepanjangan, kondisi
perekonomian dunia yang sedang lesu, dan kebijakan US terhadap suku bunga The Fed yang
tidak konsisten. Kondisi ini berdampak pada peningkatan biaya utang yang bersumber dari
pasar keuangan dan kredit komersial.
Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan selama tahun 2019 sebagaimana
tertuang dalam peta strategis DJPPR Tahun 2019 yang diterjemahkan dalam Kontrak Kinerja
DJPPR Tahun 2019. Kontrak kinerja tersebut terdiri dari 14 Sasaran Strategis dan 25 Indikator
Kinerja Utama (IKU). IKU core business DJPPR menjadi salah satu IKU Menteri Keuangan
yaitu “Persentase pengadaan utang dengan biaya yang terkendali“. Secara umum,
pencapaian IKU pada tahun 2019 telah sesuai dengan target yang ditetapkan. Dari 25 IKU
yang ditetapkan, terdapat 23 IKU berstatus hijau dan 2 IKU berstatus kuning dengan hasil
pengukuran kinerja Nilai Kinerja Organisasi (NKO) DJPPR mencapai 111%.
Laporan Kinerja Tahun 2019
xiv
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Dalam rangka mendukung program pemenuhan pembiayaan di atas, perbaikan
terhadap organisasi secara terus menerus dilakukan guna meningkatkan kinerja organisasi
yang sehat dan berkinerja tinggi. Hal itu dilakukan melalui penataan dan penajaman tugas
dan fungsi organisasi, pembentukan Jabatan Fungsional Analis Pembiayaan dan Risiko
Keuangan, implementasi e-SBN, dan program-program lainnya yang mendukung capaian
kinerja organisasi. Beberapa prestasi organisasi yang telah dicapai di antaranya: pemberian
penghargaan Best Soverign Sukuk/Best Green Sukuk oleh The Asset Triple A (Islamic Finance
Awards 2019) tanggl 9 Juni 2019, penghargaan sebagai Asia Pasific Public Debt Management
Office of the Year dari Global Markets (Pengelola Utang Terbaik Tahun 2019) pada gelaran
pertemuan tahunan WorldBank/IMF di Washington DC, AS, di bulan Oktober 2019,
peringkat terbaik kedua dari penetapan lima (5) Inovasi Pelayanan sebagai Inovasi Pelayanan
Terbaik di Lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2019 untuk inovasi Sistem e-SBN Ritel
Online (e-SBN) menuju masyarakat sadar investasi untuk mendukung terwujudnya keuangan
inklusif, serta beberapa penghargaan lainnya.
Laporan Kinerja Tahun 2019
190
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Laporan Kinerja Tahun 2019
1
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015, dibentuk suatu unit
pengelola pembiayaan dan risiko, yaitu Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko (DJPPR) yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan. Unit ini
sebelumnya bernama Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU). Selanjutnya,
dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 217/PMK.01/2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan, diatur tugas dan fungsi organisasi
DJPPR terkini. Dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan mutu pelayanan
kepada masyarakat, suatu tata kelola yang baik selalu diwujudkan di lingkungan DJPPR.
Sehingga, baik struktur maupun tugas dan fungsi selalu disesuaikan dengan kebutuhan
perkembangan organisasi. Unit pengelola utang telah mengalami beberapa kali
perubahan seiring dengan semakin meningkatnya kompleksitas pengelolaan utang
sebagai akibat semakin besar dan beragamnya jumlah dan jenis utang Pemerintah serta
sumber dan skema alternatif pembiayaan yang harus dikembangkan.
Perubahan terakhir dilakukan pada tahun 2018, DJPPR kembali melakukan
penataan organisasi dalam rangka penajaman tugas dan fungsi serta harmonisasi
terhadap tugas-tugas yang beririsan. Selain hal tersebut juga dilakukan pengembangan
organisasi berupa pembentukan Jabatan Fungsional Analis Pembiayaan dan Risiko
Keuangan. Perubahan struktur organisasi dilakukan pada beberapa hal tanpa menambah
struktur unit yaitu membentuk Subdirektorat Pengelolaan Proyek dan Aset Surat
Berharga Syariah Negara yang menangani pengelolaan pembiayaan proyek SBSN pada
Direktorat Pembiayaan Syariah dan menghapus Subdirektorat Pengembangan Pasar,
perubahan struktur organisasi berdasarkan sektor pada Direktorat Pengelolaan
Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur serta membentuk unit eselon IV
Subagian Tata Usaha Pimpinan pada Bagian Umum dengan menggabungkan terlebih
dahulu Subagian Gaji dan Subagian Tata Usaha menjadi Subbagian Layanan Gaji dan
Tata Usaha. Penataan organisasi ini ditetapkan dengan disahkannya PMK Nomor
217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
Penataan organisasi tersebut dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 76/PMK.01/2009 tentang Pedoman Penataan Organisasi di
Lingkungan Departemen Keuangan bahwa hal tersebut merupakan suatu proses yang
dilakukan secara berkesinambungan untuk merespon dinamika perubahan lingkungan
dan tuntutan publik, baik sebagai regulator maupun sebagai pemberi layanan kepada
masyarakat. Penataan organisasi merupakan upaya untuk menyempurnakan tugas,
fungsi, dan struktur organisasi demi terwujudnya pencapaian visi dan misi organisasi
secara efektif dan efisien.
Laporan Kinerja Tahun 2019
2
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
1. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan tanggal 31 Desember 2018,
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengelolaan pembiayaan dan risiko sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya, DJPPR menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pinjaman, hibah, surat berharga
negara, dukungan pembiayaan dan penjaminan pembangunan, dan risiko
keuangan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pinjaman, hibah, surat berharga
negara, dukungan pembiayaan dan penjaminan pembangunan, dan risiko
keuangan;
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan
pinjaman, hibah, surat berharga negara, dukungan pembiayaan dan penjaminan
pembangunan, dan risiko keuangan;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan pinjaman, hibah,
surat berharga negara, dukungan pembiayaan dan penjaminan pembangunan, dan
risiko keuangan;
e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan
pinjaman, hibah, surat berharga negara, dukungan pembiayaan dan penjaminan
pembangunan, dan risiko keuangan;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko;
dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Keuangan.
Dalam rangka penerapan international best practice organisasi pengelola utang,
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko melaksanakan mandat
peraturan perundangan-undangan melalui 3 fungsi utama dan 1 fungsi pendukung
sebagai berikut.
a. Pembiayaan APBN melalui fungsi pengelolaan SUN, SBSN, Pinjaman dan Hibah
dilaksanakan oleh:
1) Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit. PH);
2) Direktorat Surat Utang Negara (Dit. SUN);
3) Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit. PS); dan
4) Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit. EAS).
b. Pengelolaan Risiko Keuangan Negara melalui fungsi pengendalian pengelolaan
risiko dan pengelolaan portofolio, dilaksanakan oleh:
1) Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan (Dit. SPP);
2) Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara (Dit. PRKN); dan
3) Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen (Dit. EAS).
Laporan Kinerja Tahun 2019
3
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
c. Dukungan Pembiayaan Infrastruktur berupa fasilitasi pembiayaan infrastruktur,
dilaksanakan oleh:
1) Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur
(Dit. PDPPI);
2) Direktorat Pinjaman dan Hibah (Dit. PH);
3) Direktorat Pembiayaan Syariah (Dit. PS); dan
4) Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara (Dit. PRKN).
d. Fungsi Supporting and Coordinating Unit (sebagai pendukung dan koordinator
kegiatan teknis), dilaksanakan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal.
Gambar I. 1 Peta Fungsi DJPPR
2. Organisasi
Struktur organisasi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
berdasarkan PMK Nomor 217/PMK.01/2018 yang disahkan tanggal 31 Desember 2018,
dapat dilihat pada bagan di bawah ini.
Gambar I. 2 Struktur Organisasi DJPPR
Laporan Kinerja Tahun 2019
4
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
3. Stakeholders Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Dalam pelaksanaan tugas selaku pengelola pembiayaan dan risiko, peran
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko terkait secara langsung
dengan berbagai institusi baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan,
yang dapat dijelaskan antara lain sebagai berikut.
a. Internal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:
1) Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), dalam hal penyusunan komponen
pembiayaan APBN dan penyusunan dokumen anggaran, dan penyiapan
Daftar Kegiatan yang telah mendapatkan alokasi dana dari APBN untuk
digunakan sebagai underlying penerbitan Project Based Sukuk;
2) Badan Kebijakan Fiskal (BKF), dalam hal pelaksanaan kebijakan fiskal;
3) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB), dalam hal:
a) koordinasi pengelolaan kas khususnya untuk mengharmonisasikan
pelaksanaan/eksekusi penerbitan/pengadaan utang tunai dengan
ketersediaan kas untuk pembiayaan; dan
b) koordinasi pengelolaan penerusan pinjaman.
4) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN), dalam hal penyusunan
underlying asset yang akan digunakan dalam penerbitan sukuk;
5) Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dalam hal aspek perpajakan pada pengelolaan
utang;
6) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan:
a) Biro Perencanaan dan Keuangan terkait penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Kerja Tahunan, Rencana
Strategis Kementerian Keuangan dan Unit Eselon I, Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran, Laporan Keuangan Kementerian, pengelolaan
indikator kinerja utama serta pengelolaan manajemen risiko di lingkungan
Kementerian Keuangan
b) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan terkait pelaksanaan penataan
organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional;
c) Biro Hukum terkait pelaksanaan perumusan peraturan perundang-
undangan dan memberikan pertimbangan hukum dalam rangka
penyelesaian masalah hukum yang berkaitan dengan tugas;
d) Biro Advokasi terkait koordinasi dan pelaksanaan penelaahan kasus
hukum, memberikan bantuan hukum, pendapat hukum, dan perimbangan
hukum yang berkaitan dengan tugas Kementerian Keuangan;
e) Biro Sumber Daya Manusia terkait pembinaan dan pengelolaan sumber
daya manusia di lingkungan DJPPR sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
f) Biro Komunikasi dan Layanan Informasi terkait pelaksanaan tugas
aktivitas komunikasi, layanan informasi kebijakan pengelolaan utang,
penyusunan strategi komunikasi kehumasan, penyusunan program
komunikasi publik, dan monitoring opini publik;
Laporan Kinerja Tahun 2019
5
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
g) Biro Manajemen Barang Milik Negara dan Pengadaan terkait pengelolaan
asset Barang Milik Negara DJPPR berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
h) Biro Umum terkait pelaksanaan koordinasi urusan tata usaha dan rumah
tangga;
i) Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) terkait aspek
pengembangan sistem teknologi, informasi, dan komunikasi di lingkungan
Kementerian Keuangan;
j) Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan terkait pelaksanaan analisis,
harmonisasi dan sinergi kebijakan atas pelaksanaan program dan kegiatan
Menteri Keuangan, pengelolaan program dan kegiatan Menteri Keuangan.
7) Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan, dalam hal pelaksanaan reviu
APIP terkait penyusunan anggaran BUN dan pengawasan internal
Kementerian Keuangan; dan
8) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) khususnya Pusdiklat
Keuangan Umum dan Pusdiklat Pengembangan SDM, dalam hal pelaksanaan
Capacity Building Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
b. Eksternal Kementerian Keuangan, antara lain dengan:
1) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dalam hal alokasi pembiayaan melalui
utang dalam APBN, persetujuan penggunaan BMN sebagai underlying asset
penerbitan SBSN, dan persetujuan penggunaan dana SAL untuk pembelian
SBN dalam rangka stabilisasi pasar SBN;
2) Bank Indonesia (BI) yang dalam kaitannya dengan pengelolaan utang
memiliki dua peran, yaitu:
a) Sebagai pengelola kebijakan moneter dan neraca pembayaran dalam
kerangka Asset and Liability Management (ALM); dan
b) Sebagai mitra dalam pengembangan pasar dan sebagai agen lelang, agen
penatausahaan utang, dan setelmen utang.
3) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai mitra dalam pengembangan dan
pengawasan pasar SBN;
4) pelaku pasar/investor termasuk dealer utama/primary dealers dan peserta
lelang, dalam hal mengembangkan kapasitas daya serap pasar dan
memperoleh input atas kondisi pasar keuangan pada umumnya (market
update), preferensi instrumen, dan rencana alokasi investasi;
5) Investment Bank dan International/Local Legal Counsel, dalam hal pelaksanaan
transaksi penerbitan SBN valas;
6) Lembaga Pemeringkat/Rating Agencies, dalam hal assessment tahunan dan
assessment transaksi penerbitan SBN valas;
7) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), dalam hal:
a) koordinasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM);
b) perencanaan usulan kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman atau
sebagai underlying asset sukuk project; dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
6
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
c) pelaksanaan dan monitoring/evaluasi kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman.
8) Kementerian/Lembaga, dalam hal pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari
pinjaman, serta penyiapan policy matrix atas pinjaman program;
9) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dalam hal pemenuhan
dokumen pengefektifan pinjaman;
10) Dewan Syariah Nasional (DSN) – Majelis Ulama Indonesia dalam hal
penerbitan Fatwa dan Pernyataan Kesesuaian Syariah (Opini Syariah)
penerbitan SBSN;
11) Pemberi Pinjaman/Lender, dalam hal memperoleh informasi mengenai fokus
pembiayaan dan indikasi besaran/alokasi pinjaman; dan
12) lembaga atau negara pemberi donor.
Gambar I. 3 Peta Stakeholder DJPPR
4. Sumber Daya Manusia
a. Gambaran Umum Pegawai
Berdasarkan data pegawai per 31 Desember 2019, jumlah pegawai DJPPR
adalah sebanyak 488 orang, dengan penjelasan sebagai berikut:
1) 485 orang berstatus Pegawai Negeri Sipil;
2) 3 orang berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil.
Laporan Kinerja Tahun 2019
7
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Grafik I. 1 Komposisi Pegawai Menurut Golongan
Grafik I. 2 Komposisi Pegawai
Menurut Unit Eselon II
Tabel I. 1 Kompososo Pegawai Menurut Golongan
Tabel I. 2 Komposisi Pegawai Menurut Unit Eselon II
No Golongan Pegawai Jumlah
Pegawai No Unit Eselon II
Jumlah Pegawai
1 IV/e 0 1
Sekretariat
Direktorat Jenderal 98
2 IV/d 5
3 IV/c 2 2 Direktorat PH 60
4 IV/b 27 3 Direktorat SUN 52
5 IV/a 44 4 Direktorat PS 53
6 III/d 68 5 Direktorat PRKN 62
7 III/c 96 6 Direktorat PDPPI 52
8 III/b 39 7 Direktorat SPP 46
9 III/a 60 8 Direktorat EAS 65
10 II/d 44 JUMLAH 488
11 II/c 92
12 II/a 11
JUMLAH 488
Laporan Kinerja Tahun 2019
8
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Grafik I. 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan
Grafik I. 4 Komposisi Pegawai Menurut Jenis Kelamin
Tabel I. 3 Komposisi Pegawai Menurut Jabatan
Tabel I. 4 Komposisi Pegawai
Menurut Jenis Kelamin
No Jabatan Pegawai Jumlah Pegawai
No Jenis Kelamin
Pegawai Jumlah
Pegawai
1 Eselon I 1 1 Laki-laki 328
2 Eselon II 8 2 Perempuan 160
3 Eselon III 34 JUMLAH 488
4 Eselon IV 129
5 Pelaksana 316
JUMLAH 488
Tabel I. 5 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
Tabel I. 6kat Pendidikan Grafik I. 5 Komposisi Pegawai Menurut Jenjang Pendidikan
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah
Pegawai
1 S3 6
2 S2 147
3 S1/D4 164
4 D3 146
5 < D3 25
JUMLAH 488
Untuk program peningkatan kapasitas SDM, DJPPR membuka kesempatan
sebesar-besarnya bagi para pegawai untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, baik melalui program beasiswa maupun dengan biaya sendiri,
serta keikutsertaan dalam diklat-diklat baik yang diselenggarakan internal DJPPR
maupun BPPK. Sehingga kompetensi para pegawai DJPPR dapat menjadi lebih
baik dan dapat menunjang bidang tugas di mana pegawai ditempatkan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
9
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Pada tahun 2019, DJPPR telah memiliki peraturan terkait pola mutasi dan
pola karir sehingga penempatan para pegawai pada unit Eselon II atau jabatan
tertentu di lingkungan DJPPR diharapkan telah sesuai dengan kompetensi
pegawai dan kebutuhan unit atau jabatan.
Pada tahun 2019, pengelolaan manajenem talenta merupakan salah satu
strategi dalam rangka peningkatan kualitas SDM di lingkungan DJPPR. Tujuan
dari manajemen talenta adalah untuk mencari, mengelola, mengembangkan, dan
mempertahankan pegawai terbaik DJPPR yang dipersiapkan sebagai pemimpin
dalam rangka pencapaian visi, misi, dan strategi organisasi dalam jangka panjang
sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 60/PMK.01/2016 tentang Manajemen
Talenta. Di lingkungan DJPPR, manajemen talenta telah diimplementasikan
melalui Perdirjen nomor 1/PR/2017 tentang Manajemen Talenta. Sampai dengan
tahun 2019, telah diselenggarakan Forum Pimpinan Unit Eselon I Manajemen
Talenta yang membahas tentang perubahan dan penetapan box pemetaan pejabat
Eselon II dan III yang ditetapkan dalam bentuk Keputusan Direktur Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai dasar dalam penetapan talent yang
akan dibahas bersama Menteri Keuangan beserta para pimpinan unit Eselon I
dalam forum Pimpinan Pusat.
Pada tahun 2019, telah disusun profil kompetensi pegawai sesuai dengan
KEP-51/PR/2019 tentang Standar Kompetensi Teknis (Hard Competency) Jabatan
Eselon III dan Eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko yang telah disesuaikan dengan perubahan struktur
organisasi.
Dalam pelaksanaan pengarusutamaan gender, walaupun jumlah pegawai
wanita lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pegawai laki-laki, perlakuan
dan penilaian kinerja tetap dilakukan secara adil. Hal tersebut terbukti dengan
diisinya beberapa jabatan strategis di DJPPR oleh para pegawai perempuan.
Sebagai contoh, di tingkat eselon II, dari 8 pejabat Eselon II di DJPPR, 3
diantaranya adalah wanita. Sementara di tingkat eselon III, dari 34 jabatan yang
ada, 7 jabatan di antaranya diisi oleh wanita. Untuk mendukung pelaksanaan
pengarusutamaan gender, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko telah menyelenggarakan Kegiatan Seminar Mental Health at Workplace
and Social Life pada tanggal 15 Maret 2019 di Auditorium Gedung Frans Seda,
Jakarta.
Laporan Kinerja Tahun 2019
10
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Gambar I. 4 Seminar Mental Health at Workplace and Social Life
b. Program Pengembangan Pegawai
Dalam rangka peningkatan kapasitas SDM, DJPPR telah melakukan
beberapa kebijakan dan kegiatan sebagai bagian program peningkatan
kompetensi dan kinerja pegawai guna membentuk sumber daya manusia yang
handal baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, pendidikan dan
sosialisasi. Penyelenggaraan pelatihan mencakup pelatihan internal dan pelatihan
eksternal.
Diklat internal merupakan diklat yang diselenggarakan sendiri oleh
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yang pembiayaannya
melalui dana DIPA Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
Diklat eksternal merupakan diklat yang diselenggarakan oleh mitra
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko yaitu Unit Eselon I
lainnya seperti Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, BPPK, maupun kerja
sama dengan pihak swasta yang pembiayaannya tidak menggunakan dana DIPA
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko.
Adapun penyelenggara diklat utama dari Kementerian Keuangan adalah
BPPK. Penyelenggara diklat dari pihak BPPK yaitu Pusdiklat Keuangan Umum,
Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan, Pusdiklat KNPK, dan Pusdiklat
Pengembangan SDM. Selain itu Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko juga bekerja sama dengan pihak luar sebagai sponsor untuk
menyelenggarakan diklat atau training.
Pada Tahun Anggaran 2019 Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
dan Risiko telah melaksanakan :
1. Pelaksanaan Diklat Internal
Pada Tahun Anggaran 2019, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah menyelenggarakan 37 jenis kegiatan diklat internal bagi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, baik berupa diklat/training maupun workshop yang pembiayaannya melalui dana DIPA Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Rinciannya adalah sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
11
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel I. 7 Pelatihan Diklat Internal
No. Nama Kegiatan Frekuensi Penyelenggara
1. Pelatihan Personal Branding 1 kegiatan PT. Abimata Konsulindo
2. Sertifikasi Professional Financial Modeler
1 kegiatan PT. Rajawali Consulindo
3. Workshop Social Media Campaign DJPPR
1 kegiatan DJPPR
4. Bimbingan Teknis Aplikasi HRIS (Human Resource Information System)
1 kegiatan DJPPR
5. Certified Risk Management Officer (CRMO)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
6. Mastering Big Data Fundamental with Hadoop
1 kegiatan INTILAND
7. Financial Analysis 1 kegiatan PT. Financial Bisnis Informasi
8. Pelatihan Big Data, From Data To Insight
1 kegiatan DJPPR
9. Pelatihan Media Komunikasi dan Media Kementerian Keuangan
1 kegiatan PT. Rumah Perubahan
10. Pelatihan Service Excellent Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Batch I
1 kegiatan DJPPR
11. Pelatihan Service Excellent Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Batch II
1 kegiatan DJPPR
12. Pelatihan Kelas Basic Bloomberg 1 kegiatan Bloomberg
13. Certified Risk Management Professional (CRMP)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
14. Pelatihan Analyzing and Visualizing Data with Power BI
1 kegiatan PT. Andalan Nusantara Teknologi
15. Pelatihan Mastering Big Data Fundamental with Spark and Scale
1 kegiatan PT. Andalan Nusantara Teknologi
16. Pelatihan Apache Hadoop Development
1 kegiatan PT. INIXINDO
17. Pelatihan Kelas Basic Bloomberg 1 kegiatan Bloomberg
18. Pelatihan MongoDB: Development – Mastering Series
1 kegiatan PT. Andalan Nusantara Teknologi
19. Pelatihan dan Sertifikasi Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
1 kegiatan LPKN
20. Awareness Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2015
1 kegiatan PT. SGS Indonesia
21. Project Management 1 kegiatan PT. WIJAYA KARYA
22. Interpersonal Skill Workshop 1 kegiatan PT. Abimata Konsulindo
23. Executive Coaching 2 kegiatan PT. Abimata Konsulindo
Laporan Kinerja Tahun 2019
12
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Frekuensi Penyelenggara
24. Workshop Sumber Daya Manusia Tahun 2019
1 kegiatan Biro Sumber Daya Manusia
Kementerian Keuangan
25. Pelatihan Quality Management System ISO 9001:2015 Interpretation and Internal Audit
1 kegiatan PT. SGS Indonesia
26. Training Indonesian Family Live Survei (IFLS)
1 kegiatan Universitas Indonesia
27. Quality Improvement and Drive for Result Workshop
1 kegiatan PT. Abimata Konsulindo
28. Short Film Production Short Course
1 kegiatan SAE Institute
29. Certified Risk Management Professional (CRMP)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
30. Certified Risk Management Professional (CRMP)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
31. Certified Risk Management Officer (CRMO)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
32. Pelatihan Macro Economics dan Basic Bloomberg
1 kegiatan Bloomberg
33. Sosialisasi Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 16 Tahun 2018
1 kegiatan Lembaga Pengembangan
Manajemen Pemerintah
34. Certified Risk Management Officer (CRMO)
1 kegiatan PT. RAP Indonesia
35. Pelatihan Coaching and Counseling
1 kegiatan PT. Marwita Mekar Madya
36. Pelatihan Lanjutan Bloomberg 1 kegiatan Bloomberg
37. Bincang Integritas “Bersama Melawan Korupsi Mewujudkan Indonesia Maju”
1 kegiatan Biro Sumber Daya Manusia
Kementerian Keuangan
2. Pengiriman Peserta Diklat/Training/Workshop melalui BPPK, Unit Eselon I Lain, dan Sponsor
Selain pelaksanaan kegiatan training melalui diklat internal, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko juga telah melakukan pengiriman peserta diklat/training/workshop yang diselenggarakan oleh BPPK atau Unit Eselon I lainnya di lingkungan Kementerian Keuangan sebanyak 59 diklat dengan rincian sebagai berikut.
Tabel I. 8 Diklat/Training/Workshop melalui BPPK, Unit Eselon I Lain, dan Sponsor
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
1. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
2. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
3. Pelatihan Data Warehouse Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
Laporan Kinerja Tahun 2019
13
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
4. Pelatihan Project Management Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
5. Pelatihan Effective Negotiation Skill Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
6. Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan (PMPK) Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
7. Pelatihan Data Warehouse Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
8. Pelatihan Manajemen Risiko Kelas Reguler Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
9. Pelatihan Communication Skill Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
10. Pelatihan Persiapan Purnabhakti Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
11. Pelatihan Analisis Beban Kerja Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
12. Pelatihan Anti Money Laundering dan Asset Tracing Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
13. Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pelaksana Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
14. Pelatihan Teknis Pelaporan SPT Tahunan bagi ASN Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Pajak
15. Pelatihan Teknis Pelaporan SPT Tahunan bagi ASN Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pajak
16. Pelatihan Legal Drafting Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
17. Pelatihan Penyusunan Proses Bisnis Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
18. Pelatihan Manajemen Risiko Kelas Reguler Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
19. Pelatihan Coaching untuk Dialog Kinerja Individu Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
20. Pelatihan Analisis Laporan Keuangan Tingkat Dasar Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
21. Pelatihan Analisis Beban Kerja Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
22. Pelatihan Business English Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
23. Pelatihan Communication Skill Angkatan V
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
24. Pelatihan Manajemen Sumber Daya Manusia Angkatan V
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
25. Pelatihan Ekonometrika Tingkat Dasar Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
26. Pelatihan Teori Ekonomi Makro Tingkat Dasar
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
27. Pelatihan Manajemen Risiko (Reguler) Angkatan III
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
28. Pelatihan DMFAS Tingkat Lanjutan: Query Builder
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
Laporan Kinerja Tahun 2019
14
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
29. Pelatihan Legal Drafting Angkatan III
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
30. E-Learning Kode Etik dan Kode Perilaku PNS Kementerian Keuangan Tahun 2019
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
31. Pelatihan Sistem Manajemen Keamanan Informasi
1 kegiatan Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
32. Pelatihan Sekretaris Pimpinan Angkatan I
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
33. Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Angkatan VI
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
34. Pelatihan Pengembangan Aplikasi Android Native
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
35. Pelatihan Analisis Laporan Keuangan Tingkat Dasar Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
36. Pelatihan Penyusunan Perjanjian Internasional
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
37. Pelatihan PRO UKI Kelas Reguler Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
38. Pelatihan Persiapan Purnabhakti Angkatan IV
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
39. Pelatihan Pembuatan Karya Tulis Ilmiah
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
40. Pelatihan Ekonometrika Tingkat Dasar Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
41. Pelatihan Audit TIK Tingkat Dasar
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
42. Pelatihan Effective Negotiation Skills Angkatan VIII
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
43. Pelatihan IT Risk Management 1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
44. Pelatihan Financial Statistics Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
45. Pelatihan Manajemen Risiko Kelas Reguler Angkatan IV
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
46. Pelatihan Project Management Angkatan II
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
47. Pelatihan Persiapan Penyuluh Antikorupsi Jenjang Pratama Angkatan XXV dan XXVI
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
48. Lokakarya Pengelolaan Kinerja Dan Manajemen Risiko Angkatan II dan III
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
49. Pelatihan Persiapan Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi Jenjang Pratama Angkatan XXV dan XXVI
1 kegiatan Pusdiklat Pengembangan SDM
50. Pelatihan Persiapan Penyuluh Antikorupsi Jenjang Pratama Angkatan XXVII dan XXVIII
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
Laporan Kinerja Tahun 2019
15
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
51. Pelatihan Persiapan Sertifikasi Penyuluh Antikorupsi Jenjang Pratama Angkatan XXVII dan XXVIII
1 kegiatan Refinitiv
52. Pelatihan Speech Writing 1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
53. Pelatihan Penggunaan Refinitiv 1 kegiatan Biro SDM
54. Open Class Content Creation 1 kegiatan Pusintek
55. Edukasi Pengelolan Kinerja Dan Risiko Angkatan III
1 kegiatan Biro Manajemen Barang Milik Negara
dan Pengadaan
56. Training Enterprise Architecture Tools Kementerian Keuangan
1 kegiatan Pusdiklat AP
57. E-Learning terkait BMN 1 kegiatan Biro SDM
58. E-Learning Verifikasi Tagihan Belanja
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
59. E-Learning Pengelolaan Keuangan Negara
1 kegiatan Pusdiklat Keuangan Umum
Selanjutnya, selain pemenuhan kebutuhan training melalui BPPK dan Unit Eselon I Lainnya, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko juga bekerja sama dengan para sponsor untuk menyelenggarakan training maupun workshop bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko dengan rincian sebagai berikut.
Tabel I. 9 Diklat/Training/Workshop melalui Sponsor
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
1. Workshop Accelerating Cash
Management
1 kegiatan International
Monetary Fund
2. Kursus Exchange Rate Policy 1 kegiatan International
Monetary Fund
3. OECD-ADBI Roundtable on Capital
Market and Financial Reform on Asia
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
4. Public-Private Dialogue on Unlocking
the Potentials of Private Finance for
Low-Carbon Transition
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
5. OECD-ADBI-FRD of MoPF
Myanmar Roundtable on Insurance
and Retirement Saving in Asia
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
6. 26th OECD Global Forum on Public
Debt Management
1 kegiatan Organisation for
Economic Co-
operation and
Development
(OECD)
7. Regional Workshop on Blue Economy,
Disaster Financing, and Ocean
Infrastructure
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
8. Public Expenditure Management
Network in Asia (PEMNA) Plenary
Conference
1 kegiatan World Bank
Laporan Kinerja Tahun 2019
16
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
9. Collaborative Program between
WB and JICA: Public Debt and Risk
Management
1 kegiatan Japan International
Cooperation
Agency
10. 2019 Asian Regional Public Debt
Management Forum
1 kegiatan Asian Development
Bank
11. Workshop on Designing
Government Debt Management
Strategies and Implementing
Government Debt Management
Strategies
1 kegiatan World Bank
12. Kursus Assessing and Managing
Fiscal Risk
1 kegiatan International
Monetary Fund
13. Singapore Technical Deep Dive
Sustainable Urban Planning and
Management
1 kegiatan International
Monetary Fund
14. Fiscal Sustainability 1 kegiatan International
Monetary Fund
15. Financial Sector Policy Short Course 1 kegiatan International
Monetary Fund
16. Smart Sustainable Cities, ICT
Applications and E-Government
Workshop: Incorporating Data,
Network and AI Technologies towards
more Efficient Cities
1 kegiatan Korea
17. Disaster Risk Reduction Training
1 kegiatan Pemerintah
Singapura
18. How to Increase Rate of Return in
Asia: Capital Flows Infrastructure
Investment
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
19. 2019 Asian Regional Forum on
Investment Management of Foreign
Exchange Reserves
1 kegiatan Asian Development
Bank
20. ESG Investment : Opportunities and
Risks for Asia
1 kegiatan Asian Development
Bank Institute
21. The Twelfth UNCTAD Debt
Management Conference
1 kegiatan United Nations
Conference on
Trade and
Development
(UNCTAD)
22. DMFAS Pogramme Advisory Group
Meeting
1 kegiatan United Nations
Conference on
Trade and
Development
(UNCTAD)
23. The World Bank’s Technical Deep
Dive on Solid Waste Management
1 kegiatan The Tokyo
Development
Learning Center
Laporan Kinerja Tahun 2019
17
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
24. Shanghai International Program for
Development Evaluation Training
1 kegiatan Asian Development
Bank
25. Seminar on Government Risk
Management for Indonesia
1 kegiatan Pemerintah Cina
3. Penyelenggaraan Sosialisasi
Selain penyelenggaraan training, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko juga menyelenggarakan sosialisasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan para pejabat dan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko terutama terkait peraturan-peraturan di lingkungan Kementerian Keuangan yang cukup dinamis. Adapun sosialisasi yang telah diselenggarakan selama Tahun Anggaran 2019 adalah sesuai rincian sebagai berikut.
Tabel I. 10 Sosialisasi Peningkatan Kompetensi
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
1. Minister Dialogue and Experts
Sharing: "DJPPR Welcoming
Distruptive Era: To Infinity and
Beyond"
1 kegiatan Menteri Keuangan,
2. Dirjen Talk 1 kegiatan Direktur Jenderal
Pengelolaan
Pembiayaan dan
Risiko
3. Sharing Session Secondment ke ADB 1 kegiatan Dina Irvina (Kepala
Seksi Pengembangan
Kebijakan dan Kerja
Sama Kelembagaan)
4. Knowledge Sharing Penyegaran
Pinjaman dan Hibah
1 kegiatan Direktorat Pinjaman
dan Hibah
5. Seminar Mental Health at
Workplace and Social Life
1 kegiatan DJPPR
6. Sosialisasi Aplikasi NADINE 2.0 1 kegiatan Biro Organta dan
Pusintek
7. Evaluasi Hasil Survei Integritas 1 kegiatan DJPPR
8. Evaluasi Kinerja Sekretariat
Direktorat Jenderal Triwulan I
1 kegiatan DJPPR
9. Seminar Penguatan Sumber Daya
Manusia dalam rangka Menyambut
Revolusi Industri 4.0
1 kegiatan DJPPR
10. Evaluasi dan Apresiasi Kinerja
Semester I DJPPR Tahun 2019
1 kegiatan DJPPR
11. Sosialisasi Aplikasi NADINE 2.0 1 kegiatan Biro Organta dan
Pusintek
12. Direktur Jenderal Talk Bersama
Eselon III dan Eselon IV
1 kegiatan Direktur Jenderal
Pengelolaan
Laporan Kinerja Tahun 2019
18
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. Nama Kegiatan Tanggal Penyelenggara
Pembiayaan dan
Risiko
13. Internalisasi Nilai Kementerian
Keuangan : Sinergi di Lingkungan
Sekretariat Direktorat Jenderal
1 kegiatan DJPPR
14. Workshop Aplikasi NADINE 2.0 1 kegiatan Biro Organta dan
Pusintek
15. Bincang Inspirasi “Menjadi Sumber
Daya Manusia Unggul Unggul di
Masa Depan”
1 kegiatan DJPPR
16. Bincang Inspirasi “Membangun
SDM DJPPR yang Unggul dan
Berhati Indonesia”
1 kegiatan DJPPR
17. Sosialisasi Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian bagi ASN
1 kegiatan PT. Taspen
18. Sekretaris Direktorat Jenderal Talk 3 kegiatan Sekretaris Direktorat
Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan
Risiko
19. Penghargaan Pegawai Berprestasi
dan Pegawai Teladan di
Lingkungan Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko
1 kegiatan DJPPR
20. Pembekalan Assessment Center di
Lingkungan Direktorat Jenderal
Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko
1 kegiatan PT. Abimata
21. Knowledge Sharing Assets Liability
Management dan Ekonomi Makro
1 kegiatan Riko Amir (Direktur
Strategi dan
Portofolio
Pembiayaan)
22. Pembekalan Assessment Center
Tahap II di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
dan Risiko
1 kegiatan DJPPR
23. Knowledge Sharing Pengelolaan
Sumber Daya Manusia DJPPR
1 kegiatan Bagian SDM
4. Penyelenggaraan Assessment Center
Selain penyelenggaraan training, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko juga menyelenggarakan Assessment Center dalam rangka meningkatkan soft skill para pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko. Assessment Center yang telah diselenggarkaan selama Tahun Anggaran 2019 antara lain sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
19
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel I. 11 Penyelenggaraan Assessment Center
No. Nama
Kegiatan Tanggal Penyelenggara
Jumlah Peserta
Level Jabatan
1. Assessment Center
28 Februari 2019
PPM Manajemen 3 Pelaksana
2. Re-Assessment Center
14 Maret 2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
1 Eselon III
3. Re-Assessment Center
21 Maret 2019
PPM Manajemen 5 Eselon IV
4. Re-Assessment Center
28 Mei 2019 Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
7 Eselon III
5. Re-Assessment Center
25 Juni 2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
1 Eselon III
6. Re-Assessment Center
01 Juli 2019 Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
2 Eselon III
7. Re-Assessment Center
11 September
2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
1 Eselon III
8. Re-Assessment Center
12 September
2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
1 Eselon III
9. Re-Assessment Center
31 Oktober 2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
1 Eselon III
10. Re-Assessment Center
21 November
2019
Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan
2 Eselon II
11. Assessment Center
11 Desember
2019
PT. Chakra Lestari Sejahtera
12 Pelaksana
12. Assessment Center
12 Desember
2019
PT. Chakra Lestari Sejahtera
13 Pelaksana
5. Tugas Belajar dan Izin Melanjutkan Pendidikan di Luar Kedinasan
Dalam rangka peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko telah menyelesaikan administrasi terkait tugas belajar yang diikuti oleh pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
20
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel I. 12 Tugas Belajar Pegawai Direktorat Jenderal Pengelaan Pembiayaan dan Risiko
No. Jenjang
Pendidikan Status
Awal Tahun 2019
Berangkat s.d. Tahun
2019
Selesai Tahun 2019
Proses s.d. Tahun 2019
1. Diploma III Dalam Negeri
8 - - 8
2. Diploma IV/ Sarjana
Dalam Negeri
5 15 2 18
3. Magister Dalam Negeri
1 3 - 4
Luar Negeri
4 4 2* 6
4. Doktoral Luar Negeri
6 3 - 9
Total 24 24 4 45 *) keterangan : 1 orang belum selesai perkuliahan tetapi masa perpanjangan surat tugas sudah selesai.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko juga telah menyelesaikan administrasi terkait izin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan yang diikuti oleh pegawai Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko sebagai berikut .
Tabel I. 13 Pendidikan Di Luar Kedinasan
No. Jenjang Pendidikan Awal Tahun 2019
Mengajukan izin s.d.
Tahun 2019
Selesai Tahun 2019
Proses s.d. Tahun 2019
1. Diploma IV/ Sarjana 12 3 4* 11
2. Magister 4 7 1 10
3. Doktoral 1 - - 1
Total 16 9 5 22
*) keterangan : Terdapat satu orang pegawai belum selesai melaksanakan izin mengikuti
pendidikan di luar kedinasan dan dimutasi ke Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
Dengan komposisi pegawai DJPPR di atas serta program pengembangan
pegawai yang terus ditingkatkan, DJPPR terbukti dapat melaksanakan tugas
dan fungsi dengan baik sesuai amanat peraturan perundang-undangan. Hal
ini membuktikan bahwa program pengembangan pegawai DJPPR berjalan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yaitu dalam rangka membentuk
sumber daya manusia yang berkompeten di bidang tugasnya.
C. Mandat dan Peran Strategis DJPPR
Tugas dan fungsi DJPPR dilaksanakan berdasarkan mandat yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan, antara lain:
1. Pedoman Umum
a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit
APBN dan APBD, mengatur bahwa:
Laporan Kinerja Tahun 2019
21
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
1) Jumlah kumulatif defisit APBN dan APBD dibatasi tidak melebihi 3% dari
Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan dan
2) Jumlah kumulatif pinjaman Pemerintah dan Pemda dibatasi tidak melebihi
60% dari PDB tahun yang bersangkutan.
b. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang
mengatur antara lain:
1) pembebanan biaya pengadaan utang/hibah Pemerintah pada APBN dan
2) tata cara pengadaan utang negara dan penerusan utang/hibah luar negeri
kepada Pemda dan BUMN/BUMD.
c. Undang-Undang tentang APBN yang ditetapkan setiap tahun antara lain
mengamanatkan bahwa Pemerintah dapat melakukan perubahan instrumen
utang dalam hal terdapat sumber utang yang lebih menguntungkan.
2. Pedoman Khusus
a. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, yang antara
lain mengatur tentang tujuan penerbitan Surat Utang Negara;
b. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara
yang antara lain mengatur tentang tujuan penerbitan Surat Berharga Syariah
Negara;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah, yang antara lain mengatur
tentang penggunaan pinjaman dalam negeri;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah, yang antara lain mengatur tentang
perencanaan, penggunaan, penatausahaan, pemantaun, evaluasi, dan pelaporan
serta pengawasan pinjaman luar negeri dan hibah;
e. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2011 tentang Dana Perwalian;
f. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan
Infrastruktur Prioritas;
g. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Tahun 2015-2019;
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 86/PMK.05/2008 tentang Sistem Akuntansi
Utang Pemerintah;
j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 90/PMK.08/2010 tentang Tata Cara
Pemilihan Calon Pemberi Pinjaman Dalam Negeri;
k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja sama Pemerintah
dengan Badan Usaha;
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011 tentang Tata Cara
Pemantauan dan Evaluasi atas Pinjaman dan Hibah Kepada Pemerintah;
m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah;
Laporan Kinerja Tahun 2019
22
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 180/PMK.08/2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.08/2011 tentang Tata Cara
Pemantauan dan Evaluasi atas Pinjaman dan Hibah Kepada Pemerintah;
o. Peraturan Menteri Keuangan 44/PMK.08/2014 tentang Tata Cara Pemantauan,
Evaluasi dan Pelaporan Pembiayaan Proyek/Kegiatan Melalui Penerbitan SBSN;
p. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2011 tentang Sistem Akuntansi
Hibah;
q. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 14/PMK.08/2012 tentang Tata Cara
Pengadaan Pembiayaan yang Bersumber dari Kreditor Swasta Asing;
r. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Keuangan;
s. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas Dalam
Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerja sama Pemerintah Dan
Badan Usaha;
t. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.011/2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas Dalam
Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerja sama Pemerintah Dan
Badan Usaha;
u. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.08/2011 tentang Tata Cara
Perundingan Perjanjian Pinjaman Luar Negeri;
v. Keputusan Menteri Keuangan nomor 884/KMK.08/2017 Tentang Strategi
Pengelolaan Utang Negara Jangka Menengah Tahun 2019-2021; dan
w. Keputusan Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Nomor 47/PR/2019
tentang Strategi Pembiayaan Tahunan Melalui Utang Tahun 2019 sebagaimana
telah direvisi melalui Keputusan Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko Nomor 53/PR/2019.
D. Peran Strategis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
DJPPR adalah organisasi yang memegang peranan strategis di bidang pengelolaan
pembiayaan dan risiko. Peran strategis DJPPR dimaksud digambarkan sebagai berikut.
1. Memenuhi Pembiayaan APBN yang Bersumber dari Utang
Selain penerimaan pajak dan bukan pajak, utang mempunyai kontribusi yang
penting dalam menjamin kesinambungan pelaksanaan kegiatan pemerintahan dalam
kerangka pembangunan nasional. Sampai saat ini, peranan utang baik yang
bersumber dari dalam maupun luar negeri masih menjadi sumber utama pembiayaan
APBN. Untuk memenuhi pembiayaan APBN tersebut, pembiayaan melalui utang
harus dapat disediakan dalam jumlah yang cukup tersedia pada saat diperlukan
dengan biaya yang efisien dan tingkat risiko terkendali.
Utang digunakan untuk membiayai defisit dan sebagian pengeluaran pembiayaan
antara lain pelunasan pokok utang jatuh tempo, buyback, dan penerusan pinjaman.
Sumber pembiayaan dari utang, meliputi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN)
yaitu Surat Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), serta
pengadaan Pinjaman Luar Negeri (Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek) dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
23
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Pinjaman Dalam Negeri. Selain itu, DJPPR juga mempunyai peranan dalam
pengelolaan dukungan pemerintah terkait pembiayaan infrastruktur. Hal ini sangat
diperlukan karena terbatasnya pembiayaan yang berasal dari utang dan diperlukan
untuk meningkatkan peranan swasta dalam pembangunan infrastruktur pemerintah.
2. Mewujudkan Kesinambungan Fiskal Melalui Pengelolaan Portofolio dan Risiko
Pembiayaan
Pengelolaan utang yang dilaksanakan secara profesional, akuntabel, dan
transparan dimaksudkan untuk mencapai kondisi keuangan negara yang sehat dan
mempertahankan kemampuan negara dalam melaksanakan pembiayaan secara
berkesinambungan. Pengelolaan utang yang tidak profesional akan berdampak
negatif terhadap kondisi fiskal pemerintah yang tercermin antara lain dalam
ketidakmampuan pemerintah membayar kewajiban utang secara tepat waktu, tepat
jumlah, tepat sasaran, bertambahnya kewajiban utang di luar perkiraan, dan
terhambatnya kegiatan pemerintahan akibat tidak terjaminnya sumber pembiayaan.
Selain itu, dampak selanjutnya dapat berupa menurunnya kepercayaan investor dan
kreditor, terjadinya penurunan peringkat utang (sovereign credit rating), terhambatnya
perkembangan pasar keuangan domestik, serta ekonomi biaya tinggi.
Sebagai gambaran, total jumlah nominal utang pada tanggal 31 Desember 2019
mencapai Rp4.779,28 triliun. Jumlah utang yang relatif besar tersebut memerlukan
pengelolaan secara cermat dan berhati-hati, karena utang mempunyai dimensi risiko
yang berpotensi menimbulkan masalah terhadap kesinambungan fiskal, antara lain
risiko nilai tukar, risiko tingkat bunga, dan risiko refinancing.
Tabel I. 14 Tabel Utang Pemerintah Pusat
Sumber: DMFAS
2014 #) November
Angka dalam Triliun Rupiah %
I. Defisit Anggaran Negara (298,49) (308,34) (340,98) (269,44)
II. Total Utang Pemerintah Pusat 2.608,78 3.165,13 3.515,46 3.994,80 4.466,20 4.814,31 4.779,28 100,0%
a. Pinjaman 677,56 755,12 734,85 746,17 810,20 770,04 764,48 16,0%
1). Pinjaman Luar Negeri 674,33 751,04 729,71 740,39 803,07 761,95 756,10 15,8%
015.07.14 Program Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko 116,376,563,000
Sasaran Program : Mengoptimalkan pengelolaan pembiayaan, risiko keuangan negara, dan dukungan pemerintah, yang aman dan terkendali untuk mendukung kesinambungan fiskal
Indikator Kinerja Program:
1.01 Persentase Pengadaan Utang dengan Biaya yang Terkendali
1.02 Persentase Pencapaian Target Kerjasama Pemedntah dengan Badan Usaha
1.03 Tingkat Efektivitas Pengendalian Risiko Program Pemerintah
1.04 Tingkat Akurasi Pembayaran Kewajiban Pembiayaan
1.05 Persentase Pencapaian Target Rekomendasi Mitigasi Risiko Keuangan Negara yang Disetujui Menteri Keuangan
1.06 Persentase Pencapaian Dukungan Pemerintah atas Proyek Infrastruktur Skema KPBU
1692 Pelaksanaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Pembiayaan
1,268,308,000
Indikator Kinerja Kegiatan :
1 Tingkat Akurasi Pembayaran Kewajiban Pembiayaan
1692.001 Layanan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Pembiayaan
7 Dokumen 1,268,308,000 Indikator output :
Laporan Kinerja Tahun 2019
38
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
1. Rasio utang denominasi asing terhadap total utang (currency risk)
2. Rasio utang dengan tingkat bunga mengambang terhadap total utang (interest rate risk)
3. Average to maturity (refinancing risk)
Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara
Sasaran Strategis 2 Pengelolaan SUN yang Kredibel
Pasar SBN yang likuid, dalam dan stabil
Persentase pencapaian target tingkat likuiditas pasar SBN
Turn over ratio instrumen SUN
Persentase pencapaian target pertumbuhan investor SUN domestik
1. Nominal kepemilikan investor SUN domestik 2. Penambahan investor baru SUN domestik
Strategi Pengelolan Risiko Keuangan Negara 1. Sasaran Strategis 1 Risiko Keuangan Negara
yang Terkendali Untuk Mendukung Kesinambungan Fiskal
1. Pembiayaan keuangan negara yang optimal 2. Perumusan kebijakan
1. Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali
1. Nominal pembiayaan proyek yang menggunakan skema pembiayaan non KPBU (penjaminan dan penugasan pemerintah)
2. Jumlah proyek baru yang menggunakan skema pembiayaan non utang non KPBU (penjaminan dan penugasan pemerintah)
3. Leveraging
Laporan Kinerja Tahun 2019
51
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
(IKU) Kemenkeu-One Tahun 2019
Komponen IKU terkait Rencana Strategis Kemenkeu
Tahun 2015-2019
Rencana Strategis DJPPR Tahun 2015-2019
Peta Strategi DJPPR Tahun
2019 pengelolaan pembiayaan dan risiko yang berkualitas 3. Dukungan pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
2. Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko
1. PP tentang Kebijakan Dasar Pembiayaan Ekspor Nasional (KDPEN)
2. KMK tentang Penugasan Pembiayaan Ekspor Jasa atas Proyek Mandalika (KMK Nomor 685/KMK.08/2019)
3. Implementasi PP KDPEN (Penyusunan RJP LPEI
(Rencana Jangka Panjang Lembaga Pembiayaan Ekspor
Indonesia).
3. Tingkat akurasi analisis, formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan risiko
Akurasi dana cadangan risiko asumsi fiskal
4. Tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara
1. Pengendalian risiko default penjaminan pemerintah 2. Pengelolaan risiko di tingkat sovereign ALM (BSVI)
Strategi Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur 1. Sasaran Strategis 1
Mewujudkan Pemberian Dukungan Pemerintah yang Sesuai Kebutuhan dan Terkendali
1. Pembiayaan keuangan negara yang optimal 2. Perumusan kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang berkualitas 3. Dukungan pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
1. Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali
1. Nominal pembiayaan proyek yang menggunakan skema KPBU
2. Jumlah proyek baru skema KPBU 3. Rasio biaya
2. Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko
Implementasi PMK 73 tahun 2018
3. Tingkat akurasi analisis, formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan risiko
Akurasi penyerapan dana PDF
Tingkat efektivitas pemberian dukungan pemerintah
Jumlah investor yang lulus prakualifikasi
Laporan Kinerja Tahun 2019
52
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
(IKU) Kemenkeu-One Tahun 2019
Komponen IKU terkait Rencana Strategis Kemenkeu
Tahun 2015-2019
Rencana Strategis DJPPR Tahun 2015-2019
Peta Strategi DJPPR Tahun
2019
Terjaganya Rasio Utang Pemerintah
Strategi Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur
Sasaran Strategis 2 Pengelolaan Dukungan Pemerintah yang Kredibel Dalam Rangka Percepatan Pembiayaan Infrastruktur
Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel
Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
Penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
Penyediaan dukungan pemerintah dan mitigasi risiko fiskal yang efektif
Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur skema KPBU
Pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur skema KPBU
Strategi Pengelolaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen
1. Sasaran Strategis 2 Pelaksanaan Setelmen dan Akuntansi Pembiayaan yang Akuntabel dan Kredibel
2. Sasaran Strategis 3 Penatausahaan Data Utang yang Akurat
Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel
Tingkat efektivitas pencegahan cross-default pembayaran kewajiban pembiayaan
Akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan
Indeks opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
Opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
Rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
Strategi Pengelolaan Portofolio Pembiayaan
Sasaran Strategis 3 Mendukung Pengembangan Pasar SBN
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Kode SS/IKU
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target
2019
Realisasi 2019
Capaian
7 Penyediaan dukungan pemerintah dan mitigasi risiko fiskal
yang efektif 120
7a-N Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur skema KPBU
100% 100% 120
7b-N Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
100% 100% 120
8 Pelaksanaan proyek/kegiatan yang bersumber dari pembiayaan
secara efektif 116,40
8a-N Persentase pencapaian target realisasi penarikan pinjaman kegiatan
75% 118,09% 120
8b-N Persentase rekomendasi hasil monitoring progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti
82% 91,40% 111,46
9 Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel
115,90
9a-CP Indeks opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
4 4 120
9b-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
89,50% 100% 111,73
10 Pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang efektif
117,35
10a-N Tingkat efektivitas pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan
80% 111,48% 117,35
Learning and Growth Perspective (35%) 110,10
11 SDM yang kompeten 108,26
11a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
98% 99,42% 101,45
11b-N Persentase pegawai direktorat jenderal yang telah memenuhi standar hard competency
90% 93% 103,33
11c-N Persentase proses penempatan talent pada
jabatan target 80% 100% 120
12 Organisasi yang fit to purpose 114,57
12a-CP Indeks integritas organisasi 94,1 113,99 120
12b-CP Persentase penyelesaian program transformasi digital
80% 100% 120
12c-N Persentase pencapaian target penilaian organisasi direktorat jenderal
100% 103,72% 103,72
13 Sistem manajemen informasi yang andal 120
13a-CP Tingkat downtime sistem TIK 0,10% 0,024 120
14 Pengelolaan anggaran yang berkualitas 98,57
14a-N Tingkat kualitas pelaksanaan anggaran 95% 92,67% 98,57
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 111,00
Laporan Kinerja Tahun 2019
56
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
2. Perbandingan Capaian IKU Tahun 2017–2019
Perbandingan capaian IKU DJPPR tahun 2017–2019 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel III. 2 Perbandingan Capaian IKU Kemenkeu-One Tahun 2017–2019
No IKU 2017 IKU 2018 IKU 2019
Nama Target Real. Nama Target Real. Nama Target Real.
1. Persentase pengadaan utang dengan biaya yang terkendali
100% 100,02%
Persentase pengadaan
utang dengan biaya yang
terkendali
100,00% 119,01%
Persentase pemenuhan target
pembiayaan dengan biaya dan
risiko yang terkendali
100% 115,54% 2.
N/A - -
Persentase pencapaian
target Kerja sama
Pemerintah dengan Badan
Usaha
100% 100%
3. 22 Tingkat efektivitas pengendalian risiko default pihak terjamin atas penjaminan pemerintah pada proyek KPBU dan non-KPBU
100% 100,00%
Tingkat efektivitas
pengendalian risiko default
pihak terjamin atas
penjaminan pemerintah
pada proyek KPBU dan
non-KPBU
100% 100,00% Tingkat efektivitas
pengendalian risiko keuangan
negara
100% 107,18
4. Indeks pengendalian risiko keuangan negara di tingkat sovereign ALM
100% 101,62%
Indeks pengendalian
risiko keuangan negara di
tingkat sovereign ALM
80,00 66,21
5.
N/A - -
Tingkat efektivitas
pengendalian risiko
program pemerintah
100,00% 100,00% N/A - -
6. Tingkat akurasi pembayaran kewajiban pembiayaan
100% 100%
Tingkat akurasi
pembayaran kewajiban
pembiayaan
100% 100%
Tingkat efektivitas pencegahan
cross-default pembayaran
kewajiban pembiayaan
100% 100%
7.
N/A - -
Tingkat efisiensi
pendanaan proyek
infrastruktur penugasan
pemerintah
100,00% 102,25% N/A - -
Laporan Kinerja Tahun 2019
57
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No IKU 2017 IKU 2018 IKU 2019
Nama Target Real. Nama Target Real. Nama Target Real.
8. N/A - - N/A - -
Tingkat efektivitas pemberian
dukungan pemerintah 100% 120%
9. Indeks kepuasan publik atas layanan DJPPR
4,12 4,78
Indeks kepuasan publik
atas layanan DJPPR 4,74 4,72
Indeks kepuasan publik atas
layanan DJPPR
Tambah 2 layanan
4,74 4,47
10.
N/A - - N/A - -
Persentase penyelesaian dan
implementasi kebijakan
pengelolaan pembiayaan dan
risiko
88% 96,18%
11. Tingkat akurasi rencana penarikan pinjaman luar negeri
100% 100%
Tingkat akurasi rencana
penarikan pinjaman luar
negeri
100% 100%
Persentase pencapaian target
akurasi analisis, formulasi, dan
proyeksi yang mendukung
pengelolaan pembiayaan dan
risiko
100% 120% 12. Deviasi proyeksi
perencanaan kas pemerintah pusat
5,00% 6,15% (Turun ke level
Kemenkeu-Two) - -
13. Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN
100% 130,84%
Persentase pencapaian
tingkat likuiditas pasar
SBN
100% 126,55% Persentase pencapaian tingkat
likuiditas pasar SBN 100% 126,73%
14. Persentase pertumbuhan jumlah nominal kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No IKU 2017 IKU 2018 IKU 2019
Nama Target Real. Nama Target Real. Nama Target Real.
proyek infrastruktur skema KPBU
atas proyek infrastruktur
skema KPBU
proyek infrastruktur skema
KPBU
18. Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
100% 100,22%
Persentase penyelesaian
rekomendasi pembiayaan
infrastruktur, penjaminan
pemerintah, dan mitigasi
risiko keuangan negara
yang disetujui Menteri
Keuangan
100,00% 100,00%
Persentase penyelesaian
rekomendasi pembiayaan
infrastruktur, penjaminan
pemerintah, dan mitigasi risiko
keuangan negara yang disetujui
Menteri Keuangan
100% 100%
19.
N/A - - N/A - -
Persentase rekomendasi hasil
monitoring progres
proyek/kegiatan yang
ditindaklanjuti
82% 91,40%
20. N/A - - N/A - -
Indeks opini BPK atas LK BUN
dan LK BA-015 terkait DJPPR 4 4
21. Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
75% 77,78%
Persentase rekomendasi
BPK yang telah
ditindaklanjuti
89,00% 93,75%
Persentase rekomendasi BPK
yang telah ditindaklanjuti 89,50% 100%
22.
N/A - -
Persentase penyelesaian
tindak lanjut temuan BPK
atas LK BA 015
89,00% 100%
(Turun ke level Kemenkeu-Two)
- -
23. Tingkat efektivitas pengelolaan hubungan investor dan stakeholders
75% 84,22%
Tingkat efektivitas
pengelolaan hubungan
investor dan stakeholders
87,00% 88,64%
Tingkat efektivitas pengelolaan
hubungan stakeholders serta
kerja sama kelembagaan
80% 111,48%
24. Tingkat penerapan pengendalian internal
96% 99,78% Tingkat penerapan
pengendalian internal 99,78% 100,00%
(Turun ke level Kemenkeu-Two
sesuai rekomendasi Setjen) - -
25. Persentase pemenuhan standar soft dan hard competency
88% 95,25%
Persentase pejabat yang
telah memenuhi standar
kompetensi jabatan
100,00% 100%
Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi
jabatan
98% 99,42%
Laporan Kinerja Tahun 2019
59
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No IKU 2017 IKU 2018 IKU 2019
Nama Target Real. Nama Target Real. Nama Target Real.
membiayai proyek infrastruktur, mengelola portofolio utang, dan
mengembangkan pasar keuangan domestik. Pembiayaan keuangan negara
yang optimal berarti tersedia pembiayaan dalam jumlah nominal yang sesuai
HIJAU92%
KUNING8%
Laporan Kinerja Tahun 2019
61
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
dengan kebutuhan pada saat diperlukan, dengan biaya yang efisien, dan
tingkat risiko yang terkendali, sehingga mendukung kesinambungan fiskal.
Pembiayaan yang optimal harus sesuai dengan strategi/kebijakan pengelolaan
pembiayaan, yang antara lain tercantum dalam UU APBN, strategi pembiayaan
utang jangka menengah, strategi pembiayaan tahunan, keputusan Komite ALM,
dan kebijakan/keputusan Menteri Keuangan.
Pembiayaan dimaksud meliputi pembiayaan utang dan non utang.
Pembiayaan utang bersumber dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN)
dan pengadaan pinjaman (loan). Yang termasuk kedalam SBN adalah Surat
Utang Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Pembiayaan
non utang bersumber dari Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)
dan non KPBU seperti penugasan pemerintah dan penjaminan pemerintah.
Sumber dana yang diperoleh melalui penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman
berasal dari pasar keuangan domestik maupun pasar keuangan internasional;
investor individu dan investor institusi; serta kreditur multilateral, kreditur
bilateral, dan kreditur komersial. Sementara itu, sumber pembiayaan non utang
bersumber dari kontrak kerja sama melalui skema KPBU dan non-KPBU baik
kepada BUMN maupun badan usaha swasta secara umum. Kegiatan
pengelolaan utang meliputi kegiatan penerbitan/pengadaan utang baru yang
disertai dengan pengelolaan berbagai risiko (risiko mata uang, risiko suku
bunga, dan risiko refinancing). Sementara itu, kegiatan pengelolaan non-utang
meliputi kegiatan pendampingan/penyiapan proyek, penilaian kelayakan, dan
monitoring pelaksanaan proyek.
Pagu Dana berdasarkan DIPA DJPPR tahun 2019 untuk Sasaran Stategis
ini sebesar Rp7.178.625.000,00. Dana tersebut digunakan dalam rangka kegiatan
pengadan pinjaman luar negeri dan dalam negeri, penerbitan berbagai
instrumen SUN, penerbitan berbagai instrumen SBSN, dan pelaksanaan
kegiatan dukungan pemerintah melalui instrumen KPBU.
Untuk itu, dalam rangka mendukung tercapainya SS Pembiayaan keuangan
negara yang optimal, DJPPR menyusun IKU sebagai berikut.
1) Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang
terkendali
Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali adalah indikator untuk mengukur tingkat akurasi pemenuhan target pembiayaan (utang dan non-utang) pada aspek nominal, biaya, dan risiko. Secara umum terdapat dua jenis pembiayaan, yaitu pembiayaan APBN dan non-APBN. Pembiayaan APBN memiliki tujuan utama untuk menutup defisit. Sedangkan pembiayaan non-APBN memiliki tujuan untuk pembangunan infrastruktur. Dalam hal ini, pembiayaan APBN dilakukan melalui instrumen utang, baik dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman. Pembiayaan non-APBN
Laporan Kinerja Tahun 2019
62
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
dilakukan melalui instrumen dukungan pemerintah, baik dalam bentuk Kerja sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) maupun non-KPBU.
Dalam konteks utang, pengadaannya harus dilakukan secara akurat sesuai dengan kebutuhan yang ada. Apabila tidak mencukupi (under financing), defisit APBN dan kebutuhan pembiayaan lainnya tidak akan tertutup. Sebaliknya, apabila terjadi kelebihan (over financing), dampaknya adalah inefisiensi biaya utang karena terdapatnya kas yang menganggur (idle cash). Dalam hal ini, pengadaan utang adalah total realisasi disbursement pinjaman program dan penerbitan SBN bruto.
Target pengadaan utang adalah target utang yang berdasarkan UU APBN/APBN-P yang ditetapkan lebih lanjut secara terperinci dan dinamis oleh Komite ALM dan/atau kebijakan Menteri Keuangan/Dirjen baik secara periodik maupun insidental sesuai dengan situasi dan kondisi, dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain : target defisit APBN, proyeksi penerimaan (a.l. pajak, bea, cukai, PNBP), proyeksi kebutuhan kas/belanja, proyeksi kebutuhan cash reserve yang cukup dan aman, kondisi pasar dan kebutuhan pengembangan pasar, kapasitas berutang, Batas Maksimum Pinjaman (BMP), timing, opportunity cost, batas rasio utang dan defisit APBN terhadap PDB sesuai amanat Undang-Undang, serta aspek lain yang relevan.
Biaya dan risiko yang terkendali adalah kesesuaian terhadap target biaya dan risiko yang digunakan sebagai acuan untuk pengadaan utang baru. Target biaya dan risiko dimaksud ditetapkan pada awal tahun oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko c.q. Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan, serta dapat dilakukan penyesuaian/revisi dalam tahun berjalan. Penyesuaian/revisi dimaksud seringkali diperlukan mengingat prioritas utama pengelolaan utang saat ini adalah untuk memenuhi target nominal kebutuhan utang. Penyesuaian/revisi target biaya dapat dilakukan karena berbagai faktor internal dan eksternal antara lain: APBN-P, peningkatan target pembiayaan utang, dan kondisi pasar. Batasan risiko yang digunakan sebagai koridor penerbitan utang adalah ATM (average time to maturity) yang mengukur besaran risiko refinancing.
Dalam konteks pembiayaan non utang, baik melalui skema KPBU, penugasan pemerintah, maupun skema lainnya, secara ideal harus tepat sesuai dengan rencana dan kebutuhan yang telah ditetapkan. Hal itu dilakukan dengan memperhatikan term and condition atau prasyarat yang harus dipenuhi sesuai ketentuan yang berlaku.
Target nominal pengadaan KPBU adalah target nilai nominal proyek
baru yang telah menyelesaikan proses penandatanganan perjanjian KPBU.
Dengan diselesaikannya penandatanganan perjanjian KPBU, terdapat
kepastian sumber pembiayaan proyek di luar beban APBN. Rasio biaya
KPBU adalah total dana yang dikeluarkan dari APBN (mis. dana PDF dan
VGF) agar proyek KPBU dapat berjalan dibagi dengan nilai proyek secara
Laporan Kinerja Tahun 2019
63
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
keseluruhan. Semakin kecil rasio biaya KPBU, semakin tinggi efektivitas
skema KPBU dalam mengurangi beban APBN untuk pembiayaan
pembangunan proyek. Jumlah proyek baru adalah jumlah proyek baru
yang telah menyelesaikan proses penandatanganan perjanjian KPBU.
Seberapa pun nilai nominal dari proyek baru yang menggunakan skema
KPBU menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam memasyarakatkan
KPBU dan melakukan pendampingan bagi calon Penanggung Jawab
Proyek Kerja sama (PJPK).
Target nominal pengadaan non-KPBU adalah target nilai nominal
proyek/kegiatan baru yang pendanaannya melalui selain skema KPBU,
seperti penugasan pemerintah dan penjaminan, yang telah melalui proses
penerbitan surat penjaminan/penugasan dari pemerintah. Leveraging
adalah nilai benefit yang diperoleh dengan adanya penggunaan skema non-
KPBU. Jumlah proyek baru adalah jumlah proyek/kegiatan baru yang siap
memulai proses kontruksi/pelaksanaan kegiatan.
Pada tahun 2019, Indikator Kinerja Persentase pemenuhan target
pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali ditargetkan 100%
dengan capaian s.d. Q4—2019 terealisasi sebesar 116,81% dengan ringkasan
capaian per komponen sebagai berikut.
Tabel III. 4 Capaian Iku DJPPR Tahun 2019 per Komponen
Dengan realisasi pengadaan utang tersebut, pemerintah secara
konsisten dapat berkontribusi dalam terjaganya cashflow APBN,
menurunnya potensi risiko cash shortage, mendukung tercapainya target
struktur portofolio utang serta kesinambungan fiskal, dan mendukung
percepatan penyediaan sarana infrastruktur bagi masyarakat.
Dalam memenuhi target dimaksud terdapat beberapa kondisi yang
dihadapi antara lain:
Laporan Kinerja Tahun 2019
64
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
a. potensi pelebaran defisit pada tahun 2019 (dari 1,84% menjadi menjadi
2,20%) menyebabkan tambahan kebutuhan penerbitan utang dengan
nominal yang cukup tinggi (Rp 93,7 T) dan harus dipenuhi pada sisa
periode Q4 yang mana historis incoming bid pada saat lelang tidak
setinggi periode sebelumnya;
b. pelemahan nilai tukar rupiah;
c. kondisi politik pasca pemilu;
d. isu pelemahan ekonomi global dan perang dagang; serta
e. implementasi kebijakan lengthening duration.
Berikut disajikan posisi utang pemerintah pusat dari tahun 2014 sampai
dengan bulan Desember 2019 serta data pagu dan realisasi belanja dan
pembiayan utang tahun 2019.
Tabel III. 5 Posisi Utang pemerintah Tahun 2014 s.d. 2019
1. Capaian dari masing-masing instrumen utang yang diterbitkan oleh DJPPR
a) Pembiayaan Melalui Pinjaman
Target pengadaan pembiayaan melalui pinjaman program
pada tahun 2019 adalah sebesar USD2,576.50 juta eq. Rp36,705miliar.
Sampai dengan Triwulan IV tahun 2019 penarikan pinjaman program
terealisasi sebesar USD2,575.10 juta eq. Rp36,760 Miliar yang
bersumber dari World Bank dan Asian Development Bank (ADB).
Rincian penarikan pinjaman program tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
2014 #) November
Angka dalam Triliun Rupiah %
I. Defisit Anggaran Negara (298,49) (308,34) (340,98) (269,44)
II. Total Utang Pemerintah Pusat 2.608,78 3.165,13 3.515,46 3.994,80 4.466,20 4.814,31 4.779,28 100,0%
a. Pinjaman 677,56 755,12 734,85 746,17 810,20 770,04 764,48 16,0%
1). Pinjaman Luar Negeri 674,33 751,04 729,71 740,39 803,07 761,95 756,10 15,8%
Sumber : Aplikasi DMFAS; #) Angka LKPP Audited; *) Angka sementara; **) Angka defisit sesuai dengan pagu APBN 2019
(296,00)
2015 #)
2016 #)
2017 #)
2018 #)
2019
December
Nominal
Laporan Kinerja Tahun 2019
65
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 6 Realisasi Pengadaan Pinjaman Program Tahun 2019
No Lenders
Pinjaman Program 2019 (juta dollar)
Target Realisasi
1. World Bank 1076,50 1076,50
1. Social Assistance Reform Program 40,50 40,50
2. Investing in Nutrition and Early Years 36,00 36,00
3. Third Indonesia Fiscal Reform Development Policy Loan
1000 1000
2. ADB 1500 1500
1. Financial Market Development and Inclusion Program, Sub Program 3
500 500
2. Fiscal and Public Expenditure Management Program, Sub Program 3
500 500
3. Emergency Assistance for Recovery and Rehabilitation from Recent Disasters
500 500
Total (dalam juta USD) 2576,50 2576,50
Gambar III. 1 Pembangunan Jalan Manado-Bitung
b) Pengelolaan Surat Utang Negara Tahun 2019
Realisasi penerbitan SUN sampai 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp645,089 triliun atau sebesar 100% sesuai dengan target
tahunan penerbitan dalam APBN tahun 2019. Dari sisi komposisi,
penerbitan SUN melalui lelang di pasar domestik dalam mata uang
rupiah sebesar Rp412,8 triliun. Di samping itu, penerbitan global bond
selama tahun 2019 yang terdiri atas SUN dalam denominasi USD
sebesar USD4,75 miliar (ekuivalen Rp68,1895 triliun), SUN dalam
denominasi Yen sebesar JPY177 miliar (ekuivalen Rp23,193 triliun) dan
SUN dalam denominasi Euro sebesar EUR1,750 miliar (ekuivalen
Laporan Kinerja Tahun 2019
66
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Rp27,676 triliun). Dalam rangka pengembangan basis investor
domestik, pada tahun 2019 telah diterbitkan SUN ritel sebesar Rp19,590
triliun. Selain itu, pada tahun 2019 dilaksanakan penerbitan SUN
denominasi rupiah melalui private placement sebesar Rp4,3 triliun.
Tabel III. 7 Hasil Penerbitan SUN Tahun 2018 (dalam miliar rupiah)
Jenis Total
Penawaran
Total Penawaran Memenuhi Benchmark
Total Penawaran Diterima
Penerbitan Domestik (Lelang dan Private Placement)
1.154,284 828,895 506.440
FR Rupiah 875,421 608.661 412.800
SPN 274,563 215,934 89,340
Private Placement 4,300 4,300 4,300
Obligasi ritel 19,590 19,590 19,590
ON Valas USD 215,663 68,190 68,190
ON Valas EUR 125,389 27,676 27,676
Samurai Bond 23,193 23,193 23,193
Total 1.538,119 967,544 645,089
Penerbitan SUN tahun 2019 terdiri atas:
1) Penerbitan SUN melalui lelang mata uang rupiah dan valas serta transaksi private
placement
Penerbitan SUN melalui lelang mengacu pada Calendar of Issuance. Seri-
seri SUN yang ditawarkan pada saat lelang, termasuk SUN dengan tenor tiga
puluh tahun, ditujukan untuk long-term investor seperti dana pensiun dan
perusahaan asuransi.
Lelang SUN dilakukan secara elektronik dengan menggunakan sistem
lelang BI-ETP (Bank Indonesia – Electronic Trading Platform). Pemerintah
menetapkan penawaran yang dimenangkan, mulai dari yield/price yang terbaik
untuk Pemerintah.
Pada tahun 2019, pemerintah menerbitkan SUN melalui transaksi
private placement sebanyak tiga (3) kali. Transaksi tersebut bertujuan untuk
menutup kekurangan kas jangka pendek, khususnya terkait dengan
kebutuhan kas di awal tahun dan untuk pemenuhan penempatan dana dalam
rangka pengampunan pajak serta dilaksanakan untuk memitigasi risiko atas
pencapaian target pembiayaan. Hal itu juga dilakukan mengingat kondisi
pasar pada tahun 2019 memiliki tingkat volatilitas yang cukup tinggi.
Pelaksanaan penjualan SUN dengan metode private placement diatur dalam
PMK Nomor 118/PMK.08/2015 tentang Penjualan SUN dalam Mata Uang
Rupiah dan Valas di Pasar Perdana Domestik dengan Cara Private Placement.
Laporan Kinerja Tahun 2019
67
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 8 Hasil Penerbitan SUN melalui Lelang dan Private Placement
Jenis Instrumen Frekuensi Lelang
dan Private Placement
Nominal (triliun rupiah)
Obligasi Negara (ON) 115 417,100
Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 45 89,340
2) Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi Valuta Asing di Pasar
Internasional
Sejak penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), yang di dalamnya
termasuk SUN, menjadi sumber utama pemenuhan target pembiayaan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah berupaya
semaksimal mungkin menggali potensi sumber pembiayaan dalam negeri.
Namun, dengan mempertimbangkan beberapa hal, pemerintah menerbitkan
SUN dalam valuta asing di pasar internasional sejak tahun 2004. Pertimbangan
yang dimaksud antara lain keterbatasan daya serap pasar SUN dalam negeri,
pembentukan benchmark SUN dalam valuta asing di pasar internasional,
kebutuhan untuk meningkatkan cadangan devisa, dan pembayaran kewajiban
dalam valuta asing serta antisipasi terhadap kondisi pasar keuangan yang penuh
ketidakpastian.
Pada akhir tahun 2018, pemerintah menerbitkan SUN berdenominasi
USD di pasar perdana internasional untuk prefunding 2019 sebanyak satu kali
dengan total penerbitan sebesar USD4 miliar (ekuivalen Rp54,184 triliun) dengan
tanggal setelmen pada 11 Desember 2018. Ringkasan hasil penerbitan SUN
berdenominasi USD di pasar perdana internasional adalah sebagai berikut:
Tabel III. 9 Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi USD (dalam juta)
Keterangan Seri SUN
RI0224 RI0229 RI0249
Jumlah nominal yang
diterbitkan US$750 US$1.250 US$1.000
Tingkat kupon 4,450% 4,750% 5,350% Tingkat yield 4,480% 4,780% 5,380% Harga 99,852% 99,748% 99,539% Jatuh tempo 11 Februari 2024 11 Februari 2029 11 Februari 2049 Tanggal Setelmen 11 Desember 2018
Listing Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange
Trustee, Registrar,
Transfer Agent,
Paying Agent
Bank of New York Mellon
Di samping itu, pada tahun 2019 pemerintah juga melakukan 2 (dua) kali
penerbitan SUN dalam valuta asing melalui format SEC Registered dalam 2 (dua)
Laporan Kinerja Tahun 2019
68
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
denominasi (dual-currencies) yakni denominasi US Dollar dan Euro masing-masing
sebesar USD750 juta dan EUR750 juta pada tanggal 18 Juni 2019 dan sebesar USD1
miliar dan EUR1 miliar pada tanggal 30 Oktober 2019. Ringkasan hasil penerbitan
SUN berdenominasi dalam 2 (dua) valuta asing (dual-currencies) yakni denominasi
US Dollar dan Euro di pasar perdana internasional adalah sebagai berikut.
Tabel III. 10 Penerbitan SUN Berdenominasi Dual-Currencies
(U.S. Dollar dan Euro) tanggal 18 Juni 2019
Keterangan Seri SUN
RIEUR0926 RI0929
Jumlah nominal
yang diterbitkan EUR0,75 miliar USD0,75 miliar
Tingkat kupon 1,450% 3,400%
Tingkat yield 1,487% 3,450%
Jatuh tempo 18 September 2026 18 September 2029
Tanggal Setelmen 18 Juni 2019
Listing Singapore Stock Exchange (SGX) dan Frankfurt Open Market (FOM)
Tabel III. 11 Penerbitan SUN Berdenominasi Dual-Currencies
(U.S. Dollar dan Euro) tanggal 30 Oktober 2019
Keterangan Seri SUN
RIEUR1031 RI1049
Jumlah nominal
yang diterbitkan
EUR1 miliar USD1 miliar
Tingkat kupon 1,400% 3,700%
Tingkat yield 1,412% 3,750%
Jatuh tempo 30 Oktober 2031 30 Oktober 2049
Tanggal Setelmen 30 Oktober 2019
Listing Singapore Stock Exchange (SGX) dan Frankfurt Open Market (FOM)
Selain USD dan Euro, pada tahun 2019 Pemerintah juga kembali menerbitkan
SUN dalam valuta asing denominasi Yen (Samurai Bond) dengan total penerbitan
sebesar JPY100 miliar (ekuivalen Rp12,928 triliun) sebanyak 6 (enam) seri Samurai
Bonds yang diterbitkan. Ringkasan hasil penerbitan Samurai Bonds tahun 2019
adalah sebagai berikut:
Tabel III. 12 Penerbitan Surat Utang Negara Berdenominasi Yen (dalam miliar)
Dalam memenuhi pembiayaan utang tersebut terdapat beberapa
tantangan diantaranya:
a. terdapat dua proyek pada program direct lending yang berisiko tinggi
pada aspek sosial dan lingkungan;
b. terdapat kebijakan di Kemendagri yang membatasi tenor dan plafon
pinjaman daerah;
c. penerbitan surat persetujuan DPRD terkait pinjaman daerah relatif
lama; serta
Laporan Kinerja Tahun 2019
76
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
d. belum ada surat usulan masuk dari BUMN Panas Bumi atau
Kementerian ESDM.
Tindakan-tindakan yang telah dilaksanakan dalam upaya pencapaian
target IKU adalah sebagai berikut:
a. pengadaan utang sesuai strategi dan kondisi pasar;
b. komunikasi berkala dengan berbagai pihak;
c. memantau perkembangan ekonomi serta pasar domestik dan global;
d. identifikasi proyek KPBU yang berpotensi mencapai tahap signing;
e. monitoring atas fasilitas PDF yang telah diberikan pada proyek Kereta
Api Makassar-Pare-pare;
f. pembicaraan tripartit antara Kemenkeu, calon lender dan Implementing
Agency untuk memastikan kesediaan Implementing Agency;
g. analisis dan evaluasi atas permohonan penerbitan surat jaminan
pemerintah;
h. penyampaian rekomendasi penerbitan surat jaminan pemerintah
proyek pembangunan transmisi dan GI Program 35 GW Regional
Jawa Tengah kepada MK;
i. koordinasi dalam forum PKS percepatan pinjaman daerah;
j. pelaksanaan Penilaian Kelayakan Proyek Hydropower Program
bersama PT PII;
k. penandatanganan loan agreement Emergency Assistance for Recovery and
Rehabilitation from Recent Disasters dari ADB serta Social Assistance
Reform Program dan Fiscal Reform III dari World Bank;
l. penandatanganan perjanjian kerja sama KPBU Kereta Api Makassar-
Parepare;
m. penyampaian nota dinas rekomendasi penerbitan surat jaminan
pemerintah untuk proyek pembangunan transmisi dan GI Program 35
GW Regional Jawa Tengah kepada Menkeu;
n. rapat finalisasi penilaian kelayakan proyek hydropower program
bersama PT PII;
o. koordinasi dengan DJA, BKF, DJKN terkait penjaminan pemerintah
pada PT HK;
p. koordinasi dengan PT PII terkait tindak lanjut penerbitan jaminan
pemerintah pada PT PLN; dan
q. koordinasi dengan PT SMI dalam menyusun draft SK Penugasan
lokasi Nage dan menyampaikan permohonan penugasan kepada MK.
Sebagai langkah antisipasi pada tahun 2020 mendatang, DJPPR
telah menyiapkan beberapa rencana tindakan antisipasi sebagai
berikut:
1) melanjutkan penerbitan utang sesuai strategi, kondisi pasar, dan
kebijakan Komite ALM;
Laporan Kinerja Tahun 2019
77
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
2) koordinasi berkala dengan K/L, Bappenas, dan Menko dalam
penyiapan policy matrix; dan
3) konsultasi bersama antara Tim Kemenkeu dengan PT Hutama
Karya terkait proyek jalan tol Trans Sumatera ruas Pekanbaru-
Padang dan Aceh-Sigli.
Simpulan
Pencapaian SS Pembiayaan keuangan negara yang optimal dengan
Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang
terkendali pada tahun 2019 dapat tercapai dengan baik dengan nilai capaian
116,81%.
b. SS Dukungan pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
Dalam rangka mendorong percepatan pembangunan infrastruktur dan
program/kegiatan lainnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan kemakmuran, pemerintah menyediakan fasilitas pembiayaan dan
dukungan pemerintah, baik melalui skema pembiayaan APBN, Kerja Sama
Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), penugasan pemerintah, penjaminan
pemerintah, maupun bentuk-bentuk lainnya untuk mendukung berjalannya
pembangunan dan pelaksanaan program kegiatan tersebut. Fasilitas pembiayaan
ini dapat diberikan kepada Kementerian/Lembaga, Pemda, BUMN, BUMD, atau
pihak lainnya. Dengan tersedianya dukungan pemerintah dimaksud, diharapkan
pihak-pihak terkait memiliki peningkatan kapasitas, aksesibilitas, kelayakan, dan
kredibilitas untuk melaksanakan berbagai proyek/program/kegiatan dimaksud.
Dalam mengemban tugas sebagai penyedia fasilitas pembiayaan dan dukungan
pemerintah dimaksud, DJPPR menjadi institusi publik yang memiliki posisi yang
unik dan strategis karena di satu sisi berperan sebagai pelaku pasar dalam
industri keuangan domestik dan global sementara di sisi lain berperan dalam
menyediakan sumber pembiayaan melalui utang bagi APBN dan proyek
infrastruktur serta melalui skema dukungan pembiayaan lainnya termasuk juga
mengelola risiko yang melekat.
Pengelolaan keuangan negara, termasuk di dalamnya terkait dengan
pemberian pembiayaan dan dukungan pemerintah, harus dilakukan dengan
memperhatikan kesinambungan fiskal dalam jangka panjang. Tujuan ini akan
dapat tercapai apabila berbagai risiko dapat dikendalikan dengan baik. Risiko
yang terkendali adalah risiko yang teridentifikasi, termitigasi, dan terkelola.
Teridentifikasi artinya telah dapat diketahui jenis dan eksposur suatu risiko.
Termitigasi maksudnya terdapat rencana dan realisasi mitigasi terhadap risiko
yang sudah diidentifikasi. Terkelola maksudnya terdapat unit yang menangani,
memonitor, dan mengevaluasi risiko dimaksud secara berkala. Secara sederhana,
risiko keuangan negara dapat dimaknai sebagai berbagai hal yang berpotensi
mengakibatkan timbulnya tambahan biaya atau kerugian finansial yang harus
Laporan Kinerja Tahun 2019
78
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
ditanggung negara. Meskipun belum semua aspek risiko keuangan negara telah
ter-cover, namun sejauh ini terdapat beberapa aspek risiko keuangan negara yang
telah teridentifikasi, termitigasi, dan terkelola. Risiko keuangan negara secara
umum sangat luas dan multi-dimensional, tidak hanya terkait langsung dengan
APBN, namun juga non APBN, baik dalam jangka pendek maupun panjang,
termasuk didalamnya pengelolaan risiko terkait neraca negara, pengelolaan risiko
terkait kemampuan membayar pihak terjamin, dan juga pengelolaan risiko terkait
pemenuhan kewajiban.
Untuk mencapai Sasaran Strategis di atas, DJPPR menerapkan IKU tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara, tingkat efektivitas pencegahan cross-default pembayaran kewajiban pembiayaan dan tingkat efektivitas pemberian dukungan pemerintah yang disetujui Menteri Keuangan dengan pagu DIPA tahun 2019 sebesar Rp3.794.540.000,00.
1) Tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara
Tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara mengukur
kinerja organisasi dalam mengelola risiko yang berkaitan dengan potensi
default pihak terjamin dan risiko keuangan negara dalam perspektif SALM.
Setiap badan usaha/institusi yang mendapatkan penjaminan
pemerintah (KPBU dan non-KPBU) perlu diupayakan untuk tidak mengalami
default. Hal ini dikarenakan apabila terjadi default akan berdampak pada
timbulnya beban yang harus dibayarkan negara akibat adanya peralihan
kewajiban dari badan usaha/institusi tersebut kepada pemerintah. DJPPR
mengupayakan pengendalian risiko untuk memastikan klaim terhadap
penjaminan pemerintah termasuk yang diberikan untuk proyek KPBU
ataupun Non-KPBU tidak terjadi, sehingga timbulnya beban yang harus
dibayarkan negara bisa dihindari. Upaya dimaksud antara lain melalui
structuring penjaminan yang efektif dan aman serta kegiatan monitoring dan
mitigasi risiko default. Sampai dengan akhir tahun 2018, total nilai proyek yang
mendapatkan penjaminan dari pemerintah adalah sebesar Rp454 triliun yang
diperoleh dari 77 penjaminan atas berbagai proyek. Terhadap proyek-proyek
tersebut, perlu dilakukan analisis secara berkala untuk menjaga potensi default
tidak terjadi.
Pengendalian risiko keuangan negara di tingkat sovereign merupakan
upaya pengendalian risiko berdasarkan hasil agregasi risiko yang terdapat
pada aset dan kewajiban pemerintah dan bank sentral. Indeks pengendalian
risiko yang digunakan adalah Balance Sheet Vulnerability Index (BSVI). BSVI
menggambarkan kerentanan neraca suatu negara terhadap faktor risiko global
dan kondisi risiko fiskal. BSVI terdiri atas tiga komponen rasio antara lain
sebagai berikut.
a. Rasio utang pemerintah luar negeri (utang pemerintah dalam valuta
asing/FX debt) dibandingkan dengan cadangan devisa. Rasio ini
Laporan Kinerja Tahun 2019
79
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
digunakan untuk mengukur eksposur valas negara agar risiko
keuangan negara terkendali. Apabila data bulan bersangkutan tidak
dididapatkan, dapat digunakan data yang paling dekat dengan bulan
pelaporan.
b. Rasio utang luar negeri jangka pendek dalam valuta asing (Short Term
FX Debt) terhadap cadangan devisa. Rasio ini digunakan untuk
mengukur likuditas valas negara agar tidak menimbulkan tekanan
terhadap Rupiah. Apabila data bulan bersangkutan tidak
dididapatkan, dapat digunakan data yang paling dekat dengan bulan
pelaporan.
c. Debt to equity ratio (DER). Rasio ini dihitung dengan mengestimasi
jumlah kewajiban dan ekuitas berdasarkan analisis neraca konsolidasi
digunakan dengan tujuan untuk menjaga sustainability neraca negara
agar jumlah utang dijaga pada level yang sustain.
a. Capaian IKU
IKU ini menggunakan polarisasi maximize. Capaian yang
diharapkan adalah capaian yang semakin tinggi atau lebih dari target yang
ditetapkan. Capaian IKU s.d. Q4 - 2019 terealisasi sebesar 107,18% dengan
ringkasan capaian per komponen sebagai berikut.
(1) Komponen pengendalian risiko default program penjaminan
pemerintah (bobot 50%)
Dari tujuh perjanjian penjaminan bersama proyek KPBU
(dengan total nilai investasi sekitar Rp 114,88 triliun) dan tujuh
program penjaminan proyek non KPBU (total 62 perjanjian
penjaminan dengan total nilai investasi sekitar Rp 339,7 triliun), s.d.
Q4 - 2019 tidak terdapat default sehingga capaian untuk komponen
pengendalian risiko default tercapai sebesar 100%. Hal ini didukung
dengan upaya pengendalian yang dilaksanakan sepanjang periode
berjalan a.l. berupa:
(a) Strukturing penjaminan yang efektif dan aman;
(b) Koordinasi dengan para stakeholder atas permasalahan-
permasalahan yang dapat memicu terjadinya gagal bayar untuk
menyusun mitigasi risiko yang relevan, seperti pelaksanaan
proyek LRT Jabodebek yang penyelesaian konstruksinya
berpotensi terlambat dari jadwal sehingga berpotensi
menimbulkan mismatch antara pendapatan PT KAI dengan
jadwal pembayaran utang;
(c) Monitoring dan penyampaian laporan monitoring atas proyek
jalan tol yang mendapatkan penjaminan bersama pada skema
KPBU, al jalan tol Trans Sumatera Ruas Pekanbaru-Dumai;
(d) Monitoring Direct Lending di Palembang, Sumatera Selatan.
Laporan Kinerja Tahun 2019
80
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Hasil yang diperoleh DJPPR dalam survei kepuasan pengguna
layanan Kementerian Keuangan telah melalui serangkaian upaya
peningkatan kualitas layanan DJPPR kepada stakeholder serta persiapan
pelaksanaan survei, yang meliputi:
a) menentukan jenis layanan unggulan yang akan disurvei serta
menyampaikan usulan layanan tersebut kepada Setjen (9 layanan),
termasuk usulan tambahan layanan yang akan disurvei dari Dit. PDPPI,
yaitu layanan pemberian fasilitas PDF (project development fund);
Laporan Kinerja Tahun 2019
90
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
b) inventarisasi rekomendasi perbaikan dan merumuskan rencana
perbaikan dari hasil survei tahun 2018;
c) menyiapkan daftar long-list responden yang akan disurvei oleh tim
survei independen; dan
d) sosialisasi kepada stakeholders terkait adanya penilaian survei oleh Tim
UGM.
Dalam memberikan layanannya, DJPPR menemui beberapa permasalahan
yang menjadi kendala di tahun 2019, di antaranya:
(1) perbedaan stakeholders (stakeholders baru) yang memberikan penilaian
dengan tahun sebelumnya;
(2) tingkat persepsi kepuasan (baik dan sangat baik) berbeda antar
individu responden survei, sementara target kinerja tinggi (4,74 dari
skala 5);
(3) adanya tambahan layanan baru yang disurvei, yaitu Pemberian
fasilitas dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan transaksi proyek
KPBU (PDF);
(4) perubahan proses bisnis/bentuk layanan organisasi:
(5) penyesuaian metode penjualan (platform penjualan dari offline
menjadi online);
(6) penambahan jumlah midis baru, terutama Fintech yang masih
memerlukan penyesuaian dan format kerja sama terbaik;
(7) frekuensi penerbitan SBN Ritel terlalu banyak dan dengan jadwal
yang padat membebani midis dari sisi biaya dan sumber daya
(8) munculnya kendala di luar jangkauan wewenang DJPPR seperti
gangguan sistem lelang Bank Indonesia serta keterlibatan unit lain
dalam layanan setelmen transaksi utang;
(9) wacana pembentukan dealer utama untuk lelang SBSN memberi
dampak ke peserta lelang yang belum mempunyai akses ke bursa dan
terdapat keberatan apabila perlu perubahan rencana bisnis untuk
mendapat izin OJK; dan
(10) kelambatan penyelesaian PDF lebih banyak dipengaruhi oleh belum
terpenuhinya persyaratan dari Pemda sebagai Penanggung Jawab
Proyek Kerja sama.
Secara keseluruhan DJPPR meraih hasil survei yang baik dalam
semua aspek layanan, namun belum mencapai target yang ditetapkan. Di
masa depan, DJPPR tetap berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan,
di antaranya dengan merumuskan rencana aksi sebagai berikut:
(1) simplifikasi proses bisnis;
(2) pengaktifan sarana pengaduan layanan;
(3) standarisasi kualitas layanan;
(4) optimalisasi call center dan ruang layanan;
Laporan Kinerja Tahun 2019
91
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(5) penyempurnaan/redesign laman website;
(6) pembuatan dashboard pemantauan proses layanan;
(7) koordinasi dengan BI untuk penanganan gangguan sistem lelang BI-
SSSS;
(8) koordinasi dengan DJPB terkait dropping pembayaran transaksi utang;
(9) koordinasi dengan dealer utama, peserta lelang, dan mitra distribusi;
dan
(10) pengurangan frekuensi penerbitan SBN Ritel dan koordinasi dengan
midis untuk pengaturan jadwal penerbitan yang tepat.
Dengan demikian, IKU indeks kepuasan public atas layanan DJPPR
pada tahun 2019 memiliki realisasi sebesar 4,47 (dalam skala 5) dan capaian
sebesar 94,30%.
Simpulan:
Dengan demikian, SS Pelayanan publik yang prima dengan IKU Indeks
kepuasan publik atas layanan DJPPR terealisasi sebesar 4,47dari target 4,74
sehingga diperoleh nilai capaian sebesar 94,30%.
d. SS Perumusan kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang berkualitas
Pengelolaan pembiayaan dan risiko yang baik didukung oleh proses
perencanaan yang berkualitas. Perencanaan dimaksud meliputi perancangan dan
penetapan kebijakan dalam bentuk peraturan. Penetapan kebijakan diperlukan
sebagai dasar hukum dan panduan bagi dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai SS di atas, DJPPR
menerapkan IKU Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan
pengelolaan pembiayaan dan risiko dan Persentase pencapaian akurasi analisis,
formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan risiko
dengan pagu DIPA tahun 2019 sebesar Rp2.563.042.000,00, dengan rincian sebagai
berikut.
1) Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan
pembiayaan dan risiko
Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan
pembiayaan dan risiko mengukur penyelesaian dan implementasi kebijakan,
yang dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan,
MoU/agreement, dan dokumen lainnya yang memuat kebijakan organisasi.
Peraturan perundang-undangan yang masuk dalam perhitungan capaian
kinerja adalah peraturan-peraturan yang minimal ditetapkan oleh Menteri
Keuangan atau a.n. Menteri Keuangan, yakni UU, PP, Perpres, PMK, dan KMK.
Laporan Kinerja Tahun 2019
92
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
a) Capaian IKU
IKU terealisasi sebesar 96,18% dari target sebesar 88%, dengan rincian per
komponen IKU sebagai berikut:
Tabel III. 26 Rincian IKU Persentase penyelesaian dan implementasi
kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko
No Komponen % Progress Keterangan 1 PP tentang Kebijakan Dasar
Pembiayaan Ekspor Nasional (KDPEN)
100% Telah ditandangani oleh Presiden PP 43/2019 pada tanggal 18 Juni 2019
2 PMK tentang Penjualan dan Pembelian kembali SUN dalam Valas di Pasar Internasional
100% Telah ditandatangani oleh MK PMK Nomor 215 Tahun 2019
3 Revisi PMK 45 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengadaan Pembiayaan dari Kreditor Swasta Asing
100% Telah ditandatangani oleh MK PMK Nomor 214/PMK.08/2019
4 Revisi PMK 118 Tahun 2015 tentang Penjualan SUN dalam mata uang rupiah dan valas di pasar perdana domestik dengan cara private placement
100% Telah ditetapkan PMK Nomor 51/PMK.08/2019 tentang Penjualan SUN di Pasar Perdana Domestik dengan Cara Private Placement oleh Menteri Keuangan pada bulan April 2019
5 Revisi PMK tentang lelang SUN dalam mata uang rupiah dan valas di pasar perdana domestik
100% Telah ditandatangani oleh MK PMK 168/PMK.08/2019
6 Revisi PMK 220 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pembiayaan Proyek/Kegiatan melalui Penerbitan SBSN
100% Telah ditandatangani oleh MK PMK Nomor 138/PMK.08/2019
7 Revisi PMK 130 Tahun 2016 tentang Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Infrastruktur Ketenagalistrikan
100% Telah ditandatangani oleh MK PMK Nomor 135/PMK.08/2019
8 Revisi PMK 253 Tahun 2015 dan PMK 168 Tahun 2016 tentang Pemberian Jaminan pada proyek pembangunan jalan tol di Sumatera
100% Telah ditetapkan PMK Nomor 142 Tahun 2019
9 KMK Strategi Pengelolaan Utang Jangka Menengah
85% Dokumen KMK telah disampaikan dan ditandatangani Dirjen PPR dan telah diterima oleh MK untuk ditetapkan
10 KMK penugasan pembiayaan ekspor jasa atas proyek Mandalika
100% Telah ditandatangani oleh MK KMK Nomor 685/KMK.08/2019
11 Perjanjian induk lindung nilai 100% Telah dilakukan penandatanganan perjanjian induk lindung nilai dengan Standard Chartered.
Laporan Kinerja Tahun 2019
93
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No Komponen % Progress Keterangan 12 Batas Maksimum Instrumen Utang
(SBSN, PLN, dan PDN) 100% • Batas Maksimal Pinjaman
Dalam Negeri (BMPDN) telah diselesaikan melalui surat MK S-92/MK.08/2019
• Batas Maksimal SBSN (BMSBSN) telah diselesaikan melalui surat MK S-104/MK.08/2019
• Batas Maksimal Pinjaman Luar Negeri (BMPLN) telah diselesaikan melalui surat MK No S-836/MK.08/2019
13 Penerbitan Fatwa dan Opini Syariah
100% • Telah diterbitkan Opini Syariah DSN-MUI Nomor B-065/DSN–MUI/I/2019 untuk penerbitan dan penjualan SBSN di pasar perdana internasional tahun 2019
• Telah diterbitkan Opini Syariah DSN-MUI Nomor B-090/DSN–MUI/I/2019 untuk penerbitan dan penjualan Sukuk Tabungan seri ST-003 tahun 2019
• Telah diterbitkan Opini Syariah DSN-MUI Nomor B-141/DSN–MUI/I/2019 untuk penerbitan dan penjualan SBSN Ritel seri SR-011 tahun 2019
• Telah diterbitkan Opini Syariah DSN-MUI Nomor B-319/DSN–MUI/IV/2019 untuk penerbitan dan penjualan Sukuk Tabungan seri ST-004, ST-005 dan ST-006 tahun 2019
14 Kesepakatan joint publication dengan Bappenas
50% • Telah dilaksanakan pembahasan dengan Bappenas sebanyak 6 kali untuk menyepakati beberapa poin kesepakatan dan membahas draf MoU.
• Telah terdapat kesepakatan pada level teknis atas draf MoU (4 dari 5 klausul MoU).
15 Implementasi PMK 73 tahun 2018 100% • Telah dilakukan penandatanganan MoU antara DJPPR dengan JICA,
Laporan Kinerja Tahun 2019
94
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No Komponen % Progress Keterangan DJPPR dengan ADB, serta DJPPR dengan IFC. Saat ini dalam proses penjajakan MoU dengan IFC dan IsDB;
• Telah dilakukan penandatanganan kesepakatan induk dan perjanjian pelaksanaan fasilitas proyek KPBU TPPSA Legok Nangka dengan JICA pada tanggal 16 Agustus 2019;
• Telah diserahkan hasil keluaran (output) berupa Final Business Case (FBC) kepada PJPK.
16 Implementasi PP KDPEN 100% Telah diselesaikan dan disampaikan rekomendasi terkait penyusunan RJP LPEI (Rencana Jangka Panjang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia).
17 Implementasi kebijakan baru dalam pelaksanaan transaksi bilateral instrumen SUN
100% Telah dilaksanakan transaksi bilateral dengan Bahana Sekuritas paa tanggal 15 Mei 2019 dan LPS pada tanggal 23 Mei 2019.
Capaian IKU 96,18
Penyelesaian dan implementasi kebijakan di bidang pengelolaan pembiayaan dan
risiko meningkatkan peran organisasi dalam mendukung pembiayaan
pembangunan dalam rangka percepatan penyelesaian program-program
pemerintah.
b) Perbandingan IKU Selama 3 tahun Terakhir
IKU Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan
pembiayaan dan risiko merupakan IKU baru yang belum terdapat capaian
pada tahun-tahun sebelumnya.
c) Hambatan dan Tantangan
Meskipun target IKU tercapai dengan baik, terdapat hambatan yang
ditemui dalam pencapaiannya, yaitu meliputi:
(1) terdapat tingkat kesulitan yang tinggi dalam melakukan koordinasi
dan harmonisasi isu terkait;
(2) sedikitnya waktu yang tersedia dalam rangka pembahasan dan
penerbitan Opini Syariah oleh DSN-MUI;
Laporan Kinerja Tahun 2019
95
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(3) kebutuhan akan pembuatan peraturan tidak hanya di awal tahun,
sedangkan daftar pengusulan program prioritas penyusunan peraturan
hanya dilakukan pada awal tahun; dan
(4) adanya perbedaan timeline antar stakeholder terkait dalam
menyelesaikan peraturan yang disusun.
Atas hambatan tersebut, DJPPR telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
(1) penandatanganan MoU antara DJPPR dan JICA;
(2) melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam rangka
harmonisasi dan penetapan peraturan;
(3) mengajukan peraturan yang akan disusun untuk masuk ke dalam
Program Perencanaan PMK/KMK Kemenkeu 2019;
(4) pembahasan implementasi kebijakan DJPPR sebagai pelaksana fasilitas;
(5) terkait dengan penyusunan draf revisi PMK 45/PMK.08/2014, telah
dilakukan analisa mekanisme seleksi pinjaman Kreditor Swasta Asing
(KSA), pembahasan dengan Sekretariat dan Pansel KSA, penyusunan
draf perturan, serta permintaan masukan atas draf peraturan;
(6) penyusunan Batas Maksimal Pinjaman Dalam Negeri (BMPDN) dan
Batas Maksimal SBSN (BMSBSN) 2020;
(7) melakukan legal review atas peraturan-peraturan terkait pengelolaan
SBSN;
(8) koordinasi dengan para pihak dalam mengembangkan kebijakan
termin kedua untuk proyek KPBU jalan tol ruas Serang Panimbang,
termin ketujuh untuk proyek KPBU PLTU Jawa Tengah dan termin
pertama untuk proyek KPBU jalan tol ruas Japek II Selatan; dan
5. reviu kembali atas rencana penarikan yang telah disusun dengan
berkoordinasi dengan Bappenas dan DJA sebagai bahan trilateral
meeting.
Di masa mendatang, akan terus diupayakan perbaikan melalui update
berkala proyeksi rencana kas terkait pembiayaan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa IKU persentase pencapaian
akurasi analisis, formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan
pembiayaan dan risiko pada tahun 2019 dapat tercapai dengan realisasi sebesar 120%
sehingga memperoleh nilai capaian sebesar 120.
Simpulan
Dengan demikian, SS Perumusan kebijakan pengelolaan pembiayaan dan
risiko dengan IKU Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan
pengelolaan pembiayaan dan risiko dan Persentase pencapaian target akurasi
analisis, formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan
risiko terealisasi sebesar 114,65.
e. SS. Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil
Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil merupakan salah satu faktor utama
yang mendukung penyediaan pembiayaan melalui utang dalam jumlah yang cukup,
efisien, dan risiko yang terkendali untuk mendukung kesinambungan fiskal. Pada
kondisi pasar SBN dengan tingkat likuiditas, kedalaman dan stabilitas yang ideal,
pemerintah dapat memperoleh sumber pembiayaan setiap saat dengan cost of fund
yang efisien dengan risiko yang terkendali.
Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil memiliki karakteristik, antara lain
sebagai berikut:
1) struktur pendukung pasar yang kompetitif;
2) infrastruktur pasar yang efektif dan aman;
3) heterogenitas yang tinggi di antara pelaku pasar dengan jumlah dana yang cukup
untuk menyerap SBN yang ditransaksikan;
4) transaksi yang aktif pada tingkat harga yang wajar/ kompetitf dengan biaya
transaksi yang rendah; serta
5) variasi instrumen dan jumlah nominal SBN yang cukup.
Laporan Kinerja Tahun 2019
100
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Secara best practice, karakteristik di atas dapat direfleksikan pada sejauh mana tingkat
kepercayaan investor yang ditandai melalui penambahan jumlah investor baru serta
aktivitas transaksi perdagangan SBN di pasar domestik diantara para investor
dimaksud.
Untuk mencapai SS di atas, DJPPR menerapkan IKU Persentase pencapaian target
tingkat likuiditas pasar SBN dan Persentase pencapaian target pertumbuhan investor
SBN domestik dengan pagu DIPA tahun 2019 sebesar Rp1.554.326.000,00, dengan
rincian sebagai berikut:
1) Persentase pencapaian tingkat likuiditas pasar SBN
Turn over ratio SBN adalah pengukuran terhadap tingkat likuiditas pasar SBN.
Rasio ini diukur dari jumlah nominal transaksi rata-rata harian SBN
dibandingkan dengan nominal outstanding SBN yang tersedia di pasar sekunder.
Perhitungan dilakukan secara parsial terhadap masing-masing seri SBN yang
menjadi obyek pengukuran, untuk kemudian dilakukan agregrasi atas seluruh
seri yang menjadi obyek pengukuran.
Secara best practice, tidak semua seri SBN yang tersedia di pasar sekunder harus
diukur, dikarenakan tidak signifikan dalam mencerminkan likuiditas pasar.
Antara lain dikarenakan tidak semua seri dimaksudkan untuk diperdagangkan,
namun lebih cenderung hold to maturity, sehingga tidak aktif diperdagangkan.
Selain itu juga, secara natural, semua seri SBN menjadi tidak aktif
diperdagangkan apabila mendekati jatuh tempo.
Untuk tahun 2018, seri SBN yang dilakukan pengukuran adalah :
1. SUN (seluruh seri tradable dan seri tabungan (saving bond)) dan
2. SBSN (seluruh seri tradable dan seri tabungan (sukuk tabungan).
Mengingat SUN dan SBSN yang diukur memiliki outstanding nominal yang
berbeda, dalam perhitungan kinerja, tingkat TOR dari masing-masing SUN dan
SBSN diberikan bobot tertimbang sesuai proporsi outstanding nominal masing-
masing, yaitu SUN 70%, dan SBSN 30%.
d) Capaian IKU
Pencapaian target Turn Over Ratio (TOR) SBN menunjukkan kondisi pasar
sekunder SBN yang likuid. Hal ini didorong oleh tingkat kepercayaan investor
terhadap instrumen obligasi pemerintah serta kondisi fundamental ekonomi
domestik yang terjaga. Capaian tersebut turut mendukung penurunan cost of
borrowing serta pencapaian target pembiayaan SBN. Sampai dengan Q4 - 2019,
capaian IKU Persentase pencapaian target tingkat likuiditas pasar SBN
terealisasi sebesar 120,73%, dengan rincian sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
101
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 28 Capaian IKU Persentase Pencapaian Target Tingkat Likuiditas Pasar SBN
Instrumen Bobot Target Q4 Realisasi Capaian (%) Nilai SUN 70% 4 4,17 104,25 72,98% SBSN 30% 1,2 1,91 159,17% 47,75%
Capaian Turn Over Ratio SBN: (70% X 104)+(30% X 159) 120,73
e) Hambatan dan Tantangan
Meskipun target TOR dapat tercapai, perlu terus dilakukan upaya-upaya
dalam menghadapi perubahan kondisi pasar SBN agar dapat mempertahankan
tingkat perdagangan SBN di pasar sekunder agar target likuiditas dapat dicapai
mengingat pencapaian IKU sangat tergantung dengan kondisi pasar SUN yang
dinamis.
Atas hambatan tersebut, DJPPR telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. penerbitan seri SBN yang diminati pasar dan sesuai dengan strategi
pembiayaan;
2. meningkatkan outstanding seri-seri PBS;
3. meningkatkan volume penerbitan seri SPN-S;
4. aktif berkomunikasi dengan para pelaku pasar (investor/dealer/ analyst meeting);
5. menyampaikan informasi aktivitas perdagangan di pasar sekunder setiap
bulan kepada dealer utama untuk mendorong peningkatan aktivitas di pasar
sekunder;
6. meningkatkan porsi besaran dan frekuensi penerbitan SBN ritel; dan
7. koordinasi berkala dengan Sekretariat KSSK dan pelaku pasar dalam rangka
stabilisasi pasar keuangan dan untuk meningkatkan kepercayaan investor.
Di masa mendatang, akan terus diupayakan perbaikan dengan melanjutkan proses
pendalaman pasar dan penerbitan instrumen yang diminati pasar.
2) Persentase pertumbuhan investor SBN domestik
Penerbitan SBN yang telah dilakukan saat ini mampu menyerap permintaan pasar domestik maupun asing. Kepemilikan SBN saat ini masih didominasi oleh investor domestik, namun seiring dinamika pasar keuangan domestik dan global, terdapat peningkatan minat investor asing terhadap SBN.
Kenaikan kepemilikan SBN oleh investor asing yang signifikan di satu sisi memberikan dampak positif seperti cost of borrowing yang semakin rendah karena adanya demand yang sangat tinggi dari investor asing, tetapi di sisi lain dapat menimbulkan dampak negatif antara lain meningkatnya risiko pembalikan arus dana keluar Indonesia secara tiba-tiba (sudden reversal) yang diindikasikan dengan melonjaknya imbal hasil (yield) SBN. Oleh karena itu, meskipun masuknya dana asing tetap dibutuhkan dalam rangka memperluas basis invetor SBN dan
Laporan Kinerja Tahun 2019
102
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
memperdalam pasar SBN, porsi kepemilikan investor domestik harus tetap dipertahankan pada level yang proporsional untuk meminimalisasi dampak negatif dana asing sebagaimana tersebut di atas sekaligus untuk menopang industri keuangan domestik yang solid. Dalam hal ini, pemerintah perlu mengembangkan pasar domestik khususnya industri pasar keuangan domestik seperti dana pensiun, asuransi, reksadana, perbankan, dan lain-lain. Pengembangan pasar domestik melalui penguatan potensi investor domestik perlu dilakukan secara komprehensif, bekerja sama dengan semua otoritas/regulator.
Persentase pertumbuhan investor SBN domestik adalah penambahan porsi kepemilikan SBN oleh investor domestik terhadap total kepemilikan SBN. SBN dimaksud tidak mencakup keseluruhan SBN, namun SBN yang bersifat tradable dan SBN non-tradable yang berjenis tabungan (Saving Bond Ritel dan Sukuk Ritel). Selain mengukur porsi kepemilikan SBN oleh investor secara nominal rupiah, persentase pertumbuhan investor SBN domestik juga mengukur pencapaian target pertumbuhan investor domestik baru yang berinvestasi di SBN. Pertumbuhan investor domestik baru tersebut merupakan indikator atau tolok ukur keberhasilan dari upaya-upaya yang dilakukan organisasi dalam mewujudkan pasar SBN yang lebih likuid, dalam, dan stabil.
a) Capaian IKU
Pertumbuhan investor SBN domestik s.d. Q4 2019, terealisasi sebesar
175,15%, yang diperoleh dari capaian per komponen dengan rincian sebagai
berikut:
(1) Pertumbuhan nominal kepemilikan SBN (70%)
Dari target pertumbuhan Q4 sebesar 7,59%, terealisasi sebesar 14,62%,
sehingga diperoleh capaian realisasi untuk komponen pertumbuhan nominal
kepemilikan SBN sebesar 192,62%.
Tabel III. 29 Pertumbuhan nominal kepemilikan SBN
(2) Jumlah investor domestik baru (30%)
Dari target jumlah investor domestik baru SBN pada Q4 sebesar 64.000
investor baru, terealisasi sebesar 85.991 investor baru, sehingga diperoleh
capaian realisasi untuk komponen penambahan jumlah investor domestik
baru sebesar 134,4%.
Laporan Kinerja Tahun 2019
103
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 30 Jumlah Investor Domestik Baru
Dominasi kepemilikan investor domestik diharapkan dapat mendorong
kemandirian pembiayaan pada sumber dalam negeri yang akan mendukung
stabilitas pasar SBN domestik, sekaligus meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembiayaan APBN dan pengembangan pasar keuangan domestik.
b) Hambatan dan Tantangan
1. Masih terdapat ketergantungan terhadap investor asing untuk mendorong
penurunan cost of fund, mengingat investor asing lebih berani meminta
imbal hasil yang lebih rendah;
2. Dinamika pasar keuangan yang mempengaruhi preferensi investasi investor
dan kinerja penerbitan SBSN di sepanjang tahun 2018.
c) Atas hambatan tersebut, DJPPR telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. koordinasi internal dan eksternal untuk meningkatkan pertumbuhan
kepemilikan SBN tradable oleh investor domestik;
2. meningkatkan porsi besaran dan frekuensi penerbitan SBN ritel, antara lain
melalui SBR005 dan SBR006; dan
3. menerbitkan instrumen SBN sesuai strategi pembiayaan dan minat pelaku
pasar domestik.
Di masa mendatang, akan terus diupayakan perbaikan melalui:
1. melanjutkan proses komunikasi dengan peserta lelang, pelaku pasar, dan
calon investor potensial;
2. melanjutkan kebijakan peningkatan besaran dan frekuensi penerbitan SBN
ritel; dan
3. penguatan branding image dan hubungan investor.
f. SS Manajemen portofolio pembiayaan utang yang optimal
Fungsi pengelolaan utang tidak hanya sekedar memastikan tersedianya
dana untuk kebutuhan pembiayaan, namun juga harus memastikan bahwa dana
yang diperoleh memiliki biaya yang efisien dan tingkat risiko yang terkendali,
baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek,
setiap tambahan utang yang muncul, harus memiliki jumlah nominal yang tepat
jumlah sehingga mampu memenuhi kebutuhan pembiayaan sesuai target
sekaligus tidak menimbulkan idle cash yang berdampak pada peningkatan cost of
fund.
Laporan Kinerja Tahun 2019
104
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sesuai dengan arahan Menteri Keuangan, efisiensi biaya dalam
pengelolaan utang tidak hanya dilakukan secara pasif dengan mencegah
peningkatan cost of fund dalam setiap penerbitan, tetapi dengan mengusahakan
penurunan biaya utang yang dilakukan secara aktif yang dilakukan a.l. dengan
metode buyback, shortening duration, dan lain-lain.
Dalam jangka panjang, setiap tambahan utang yang berasal dari berbagai
jenis instrumen utang, secara kumulatif harus menghasilkan komposisi atau
struktur portofolio yang optimal baik dari aspek komposisi mata uang, komposisi
jenis bunga, dan komposisi tenor. Komposisi yang tepat akan menghasilkan
tingkat biaya yang efisien dan tingkat risiko yang terkendali, sehingga
mendukung kesinambungan fiskal.
Untuk mencapai Sasaran Strategis di atas, DJPPR menerapkan IKU
Persentase pencapaian target risiko portofolio utang dengan pagu DIPA tahun
2019 sebesar Rp2.114.380.000,00, dengan capaian sebagai berikut.
dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
Rekomendasi adalah masukan, usulan atau pendapat dari kajian
mengenai suatu kebijakan yang tertuang dalam bentuk nota dinas, surat,
maupun rancangan peraturan yang diajukan oleh Dirjen PPR kepada Menteri
Keuangan. Rekomendasi kebijakan yang diterima/ditetapkan sebagai
kebijakan adalah rekomendasi mengenai suatu kebijakan yang diajukan oleh
Dirjen PPR kepada Menteri Keuangan yang diterima oleh Menteri Keuangan
sebagai second opinion dan atau ditindaklanjuti melalui disposisi Menteri
Keuangan kepada DJPPR/unit eselon I lain atau disetujui untuk ditetapkan
dalam dokumen/Peraturan Menteri Keuangan (PMK) maupun diajukan
sebagai Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) ataupun Rancangan Undang-
undang (RUU).
Dalam rangka pengelolaan risiko keuangan negara serta pemberian
fasilitas penjaminan dan dukungan pemerintah, salah satu peran utama DJPPR
adalah melaksanakan identifikasi dan analisis risiko, menyusun rekomendasi
penanganan/mitigasi risiko, menganalisis dan menguji permintaan dari
Laporan Kinerja Tahun 2019
111
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
stakeholders untuk mendapatkan penjaminan dan dukungan pemerintah, serta
menyusun rekomendasi perbaikan atau persetujuan. Hasil identifikasi,
analisis, dan pengujian berupa rekomendasi tersebut selanjutnya disampaikan
kepada Menteri Keuangan, untuk selanjutnya diteruskan kepada pihak terkait
selaku pemilik risiko, yaitu antara lain Kementerian/Lembaga, Pemda, BUMN,
dan Instansi Publik lainnya seperti BI, OJK, LPS, dan BPJS.
Pengukuran kinerja didasarkan atas persetujuan Menteri Keuangan
terhadap rekomendasi yang disampaikan/diusulkan DJPPR, sehingga
rekomendasi yang telah disetujui dimaksud dapat diteruskan kepada pihak
terkait selaku pemilik risiko untuk dapat dilaksanakan. .
a) Capaian IKU
IKU Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan
infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan
negara yang disetujui Menteri Keuangan ditargetkan sebesar 100% dan
sampai dengan Q4 2019, terealisasi sebesar 100%. Capaian tersebut
diperoleh dari persetujuan Menteri Keuangan antara lain terkait:
(1) success Fee kerja sama dengan lembaga internasional dalam penyiapan
proyek dan pendampingan transaksi;
(2) persetujuan prinsip fasilitas penyiapan dan pendampingan transaksi
proyek KPBU pengembangan proving ground BPLJSKB Bekasi,
TPPAS Regional Legok Nangka, SPAM Kamijoro, dan Kawasan
Industri Teluk Bintuni;
(3) langkah-langkah mitigasi risiko fiskal terkait kondisi keuangan PT
Waskita Karya.
(4) rekomendasi Pinjaman Komersil Luar Negeri (PKLN) PT. Pertamina,
PT Medco Ratch Power Riau, PT Indo Raya Tenaga, PT Sokoria
Geothermal Indonesia, PT Pertamina EP Cepu, PT Satelit Nusantara
Tiga, PT SMI;
(5) mekanisme konpensasi atas kebijakan rasionalisasi tarif tol dalam
rangka menunjang logistik nasional;
(6) permohonan dukungan pendanaan dalam rangka penyiapan
dokumen proyek atas pengembangan kawasan pariwisata Danau
Toba dan permohonan dukungan untuk penugasan PT SMI;
(7) tanggapan terkait rencana pendanaan murah dari Tiongkok;
(8) analisis dukungan pemerintah dan perkembangan risiko fiskal PT
PLN;
(9) perkembangan kondisi keuangan serta outlook capaian DSCR PT PLN;
(10) laporan pemantauan proyek FTP-1 dan FTP-2;
(11) rekomendasi persetujuan syarat dan ketentuan pinjaman dengan
jaminan pemerintah atas proyek PLTU dan PLTMG;
Laporan Kinerja Tahun 2019
112
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(12) rekomendasi atas kegiatan pemberian jaminan oleh Badan Usaha
Penjaminan Infrastruktur (BUPI);
(13) rekomendasi terkait proyek transmisi dan GI Program 35 GW
Regional Jateng; dan
(14) rekomendasi atas proyek pemusnahan sampah Kota Tangerang
Selatan.
Perumusan rekomendasi yang mendapat persetujuan dari pimpinan
menunjukkan kredibilitas organisasi dalam memetakan dan menganalisis
masalah serta merumuskan rekomendasi yang relevan.
b) Perkembangan IKU Selama 3 Tahun
IKU ini merupakan IKU baru yang belum ada pada tahun-tahun
sebelumnya, sehingga data perkembangan IKU selama 3 tahun tidak
tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan
Untuk mencapai target IKU tersebut, DJPPR telah melakukan beberapa
tindakan antara lain:
(1) koordinasi dengan stakeholder untuk memenuhi kebutuhan data
analisis;
(2) melakukan kajian untuk menyusun rekomendasi serta menyampaikan
kepada MK;
(3) monitoring risiko gagal bayar pada proyek FTP 1;
(4) analisis rasio keuangan serta monitoring isu-isu utama yang
mempengaruhi kondisi keuangan PT Waskita Karya;
(5) melaksanakan pertemuan dengan Waskita Karya dan Hutama Karya
untuk membahas timetable realisasi pembayaran kontrak turnkey Tol
TB-PP-KA
(6) memantau dan menindaklanjuti arahan pimpinan terkait penyusunan
rekomendasi;
(7) memastikan realisasi pembayaran temin V kontrak LRT Palembang
tahun 2019.
Tantangan yang dihadapi dalam mencapai realisasi IKU ini di antaranya
adalah sebagai berikut.
(1) Ruang lingkup dan cakupan risiko APBN sangat luas, sehingga
memerlukan identifikasi dan analisis yang komprehensif.
(2) Dibutuhkan proses panjang untuk menyusun rekomendasi persetujuan
atas permohonan penjaminan pemerintah.
(3) Masifnya pembangunan infrastruktur menyebabkan pemerintah
melakukan innovative financing dalam memenuhi kebutuhan
infrastruktur, salah satu caranya melalui penugasan kepada BUMN
Laporan Kinerja Tahun 2019
113
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
(dhi. BUMN Konstruksi). Namun dengan kemampuan pembiayaan
BUMN yang terbatas, penugasan pemerintah menimbulkan risiko
terhadap kinerja keuangan BUMN.
(4) Jika realisasi pembayaran termin LRT Palembang dan kontrak turnkey
proyek tol TB-PP-KA Tahun 2019 tertunda, maka akan mempengaruhi
kondisi keuangan PT Waskita Karya dari sisi likuiditas dan solvabilitas.
(5) Keterbatasan dana perusahaan dan pasar modal dalam negeri,
menyebabkan perusahaan melakukan pinjaman luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan pendanaan infrastrukturnya. Hal tersebut
memiliki risiko gagal bayar pinjaman kembali. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penilaian atas proyek untuk memitigasi risiko yang mungkin
terjadi di masa depan.
Dengan demikian, IKU tingkat efisiensi pendanaan proyek infrastruktur
penugasan Pemerintah pada tahun 2019 terealisasi sebear 102,25% dan
memiliki capaian sebesar 110%.
Simpulan
SS Penyediaan dukungan pemerintah dan mitigasi risiko fiskal yang efektif
dengan IKU Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek
infrastruktur skema KPBU dan Persentase rekomendasi pembiayaan infrastruktur,
penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui
Menteri Keuangan pada tahun 2019 dapat tercapai dengan baik dengan capaian
sebesar 120.
h. SS Pelaksanaan proyek/kegiatan yang bersumber dari pembiayaan secara efektif
Komitmen pinjaman kegiatan (project loan) ditujukan untuk membiayai
pengeluaran pemerintah yang produktif dalam rangka meningkatkan potensi
output yang memberikan dampak multiplier yang tinggi di masa yang akan datang
sesuai dengan arah kebijakan yang digarisbawahi oleh Presiden Republik
Indonesia melalui Menteri Keuangan.
Pengelolaan Pinjaman luar Negeri harus memperhatikan Strategi Pengelolaan
Utang Negara Jangka Menengah dengan beberapa langkah sebagai berikut.
1) Pemerintah meningkatkan peran serta dalam penyusunan dokumen kerja
sama dengan lender untuk menghindari terjadinya pengadaan pinjaman luar
negeri yang didikte oleh lender (lender driven).
2) Review atas kegiatan dalam blue book sehingga terjadi proses penyaringan
yang makin berkualitas dan cermat atas usulan kegiatan yang diusulkan
dibiayai dengan pinjaman luar negeri dengan menyiapkan kriteria kegiatan
yang dapat dibiayai dengan Pinjaman Luar Negeri dengan lebih tajam.
Diperlukan penguatan koordinasi dengan Kementerian PPN/Bappenas
dalam rangka perbaikan proses perencanaan dan penyiapan kegiatan yang
akan dbiayai dengan pinjaman luar negeri dengan berfokus kepada
Laporan Kinerja Tahun 2019
114
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
penyiapan kriteri kegiatan yang akan dibiayai dengan pinjaman luar negeri
dan prioritisasi kegiatan yang dapat dibiayai dengan pinjaman luar negeri.
3) Penguatan koordinasi dengan Bappenas dalam rangka menyusun kerangka
kebijakan prioritas pinjaman luar negeri dengan pembagian tugas yang
meliputi pemilihan Kegiatan, penilaian kesiapan Kegiatan dan penentuan
sumber pembiayaan sehingga tercapai efisiensi pembiayaan utang dan tujuan
pembangunan nasional.
4) Negosiasi pinjaman luar negeri hanya dilakukan setelah terpenuhinya
seluruh kriteria kesiapan (readiness criteria) dari kegiatan yang akan dibiayai
dengan pinjaman luar negeri.
Untuk mencapai Sasaran Strategis di atas, DJPPR menerapkan IKU
Persentase pencapaian target realisasi penarikan pinjaman kegiatan dan
Persentase rekomendasi hasil monitoring progres proyek/kegiatan yang
ditindaklanjuti dengan pagu DIPA tahun 2019 sebesar Rp1.972.022.000,00 dengan
capaian sebagai berikut.
1) Persentase pencapaian target realisasi penarikan pinjaman kegiatan
Persentase pencapaian target realisasi penarikan pinjaman kegiatan
adalah perbandingan antara realisasi penarikan pinjaman luar negeri kegiatan
yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dengan proyeksi penarikan
pinjaman luar negeri kegiatan.
Kementerian/Lembaga yang menjadi objek dalam perhitungan capaian
IKU ini adalah 18 Kementerian/Lembaga dengan nilai pinjaman yang besar
(Kementerian Pertahanan dan POLRI dikecualikan).
Melalui perhitungan ini, dapat terlihat sejauh mana efektifitas rencana
penarikan yang telah dianggarkan dengan yang akan dieksekusi oleh
Kementerian/Lembaga. Sehingga, biaya tambahan pinjaman, seperti
commitment charge, dapat diminimalkan dan pencapaian output pinjaman
dapat segera tercapai dalam rangka memberikan multiplier effect terhadap
pembangunan nasional.
a) Capaian IKU
Sampai dengan Q4 - 2019, IKU Persentase pencapaian target realisasi
penarikan pinjaman kegiatan terealisasi sebesar 118,09%, lebih tinggi dari
target tahun 2019 sebesar 75%. Capaian ini diperoleh dari realisasi
penarikan pinjaman luar negeri oleh 18 Kementerian/Lembaga s.d. Q4 -
2019 berdasarkan data SPAN, yakni sebesar Rp14.666,20 miliar (setara
118,09% dari pagu anggaran awal tahun sebesar Rp12.419,40 miliar).
Rincian realisasi penarikan sampai akhir tahun 2019 adalah sebagai
berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
115
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 34 Realisasi Penarikan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2019 (Milyar Rupiah)
NO NAMA KEMENTERIAN PAGU REALISASI 1 Kementerian Kesehatan 282,50 109.52
2 Kementerian Keuangan 0,1 -
3 Badan Informasi Geospasial 25,46 2,63
4 Badan Meteorologi dan Geofisika 102,05 -
5 Kementerian Agraria dan Tata Ruang 399,54 22,73
6 Kementerian Perhubungan 3.337.69 2.991,25
7 Kementerian PPN/Bappenas 163,65 137,09
8 Kementerian Dalam Negeri 92,00 63,12
9 Kementerian Desa, PDTT 20,00 882,14
10 Kementerian Ketenagakerjaan 26,35 7,85
11 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 111,25 54,64
12 Kementerian Pariwisata 33,26 6,01%
13 Kementerian PUPERA 6.162,04 8.231,92
14 BPKP 3,34 31,85
15 BP Batam 193,62 107,05
16 Kementerian Pertanian 109,86 53,11
17 Kementerian Agama 100,10 559,75
18 Kementerian Ristek dan Dikti 1.256,60 1.405,53
TOTAL 12.419,40 14.666,20
Kelebihan target ini disebabkan oleh perubahan kebutuhan K/L yang mengajukan percepatan penarikan dengan merevisi DIPA. Objek perhitungan dalam IKU ini adalah pagu APBN pada awal tahun anggaran sehingga hasil perhitungan capaiannya melebihi target.
Ketercapaian target IKU menunjukkan efektifitas rencana penarikan yang telah dianggarkan dengan yang akan dieksekusi. Upaya ini diperlukan agar biaya tambahan pinjaman seperti commitment fee dapat diminimalisasi sehingga capaian output pinjaman dapat segera terealisasi dalam rangka memberikan multiplier effect terhadap pembangunan nasional.
b) Perkembangan IKU selama 3 tahun terakhir
IKU ini mulai siterapkan pada tahun 2018 dengan capaian IKU
tersebut selama dua tahun berturut-turut seperti tertera pada tabel berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
116
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 35 Capaian IKU Persentase Pencapaian Target Realisasi Penarikan Pinjaman Kegiatan
dan merumuskan tindak lanjut penyelesaian, untuk meningkatkan
penyerapan pinjaman luar negeri;
(7) melakukan koordinasi formal dan informal dengan Bappenas dan
K/L dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap biaya
dalam pelaksanaan pinjaman; dan
(8) menyampaikan surat kepada unit Eselon I pemilik proyek dengan
tembusan kepada Pimpinan K/L terkait, yang memiliki tingkat
penyerapan rendah untuk melakukan langkah-langkah perbaikan
kinerja pinjaman.
Meskipun IKU mencapai target, tingkat penyerapan tetap perlu untuk
dipantau secara rutin. DJPPR terus melanjutkan koordinasi rutin (triwulanan)
dengan Bappenas dan K/L untuk mengevaluasi kinerja penarikan pinjaman
Laporan Kinerja Tahun 2019
117
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
dalam rangka meningkatkan penyerapan anggaran pinjaman serta
meningkatkan pemahaman terhadap biaya pinjaman agar dapat mendorong
peningkatan penyerapan anggaran pinjaman. Potensi kendala yang mungkin
muncul antara lain terkait pengadaan barang dan jasa, persetujuan lender,
pembebasan lahan, kebijakan dan birokrasi internal executing agency, dan
permasalahan kontraktor.
Guna meningkatkan penyerapan pinjaman pada K/L dan mengurangi
slow disbursement, DJPPR berencana menyusun SOP-link monitoring dan
evaluasi progres penarikan pinjaman kegiatan.
Dengan demikian, IKU Persentase pencapaian target realisasi
penarikan pinjaman kegiatan, dapat tercapai dengan baik dengan realisasi
sebesar 118,5% dari target 75% sehingga nilai capaiannya sebesar 120%.
2) Persentase rekomendasi hasil monitoring progres proyek/kegiatan yang
ditindaklanjuti
Pelaksanaan monitoring atas proyek/kegiatan yang bersumber dari
pembiayaan perlu dilakukan secara profesional, mendalam, dan berkala
guna memastikan proyek/kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana. Dalam
hal proyek/kegiatan tidak berjalan sesuai rencana (behind schedule), terdapat
potensi penambahan biaya maupun ketidaktercapaian penyediaan layanan
sesuai target waktu yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan
monitoring perlu dilaksanakan secara mendalam untuk dapat menghasilkan
rekomendasi yang mampu memecahkan permasalahan yang mungkin
tengah dihadapi oleh proyek/kegiatan yang tengah berlangsung agar target
penyelesaian dapat dicapai.
Persentase rekomendai hasil monitoring progres proyek/kegiatan
yang ditindaklanjuti mengukur kinerja organisasi dalam merumuskan
rekomendasi hasil monitoring progres proyek. Rekomendasi yang dihasilkan
harus mampu mengatasi akar masalah yang dihadapi proyek/kegiatan
sekaligus dapat diimplementasikan oleh executing agency/PJPK.
a) Capaian IKU Pada tahun 2019, IKU Persentase rekomendasi hasil monitoring
progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti ditargetkan sebesar 82%
dan telah terealisasi sebesar 91, 4% sehingga nilai capaian yang diperoleh
adalah 111,46%. Rekomendasi yang telah ditindaklanjuti tersebut berasal
dari monitoring proyek/kegiatan yang dibiayai pinjaman dan
proyek/kegiatan non utang. Rekomendasi hasil monitoring proyek yang
telah ditindaklanjuti dapat dirinci sebagi berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
118
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 36 Rekomendasi Hasil Monev Proyek
Keterangan Jumlah Rekomendasi monev progress proyek/kegiatan pada Dit. EAS (didanai dari pinjaman) Jumlah K/L yang dimonitor 36 Jumlah loan pada seluruh K/L yang dimonitor 343 Jumlah loan yang telah dilakukan tindaklanjut rekomendasi hasil monitoring
284
% loan yang telah dilakukan tindaklanjut rekomendasi hasil monitoring
82,80%
Rekomendasi monev progress proyek/kegiatan pada Dit. PRKN (didanai dari non utang) Jumlah rekomendasi yang diterbitkan 3 Jumlah rekomendasi yang telah ditindaklanjuti 3 % jumlah rekomendasi yang telah ditindaklanjuti 100%
Tiga rekomendasi hasil monev progres proyek/kegiatan yang didanai dari pembiayaan non utang terkait dengan temuan pelanggaran ketentuan PMK 95 Tahun 2017 oleh PT PII, proyek 10.000MW Tahap 1 (FTP-1) periode tahun 2018, dan jasil Evaluasi Laporan Kinerja Pengelolaan Dana PISP Semester I Tahun 2018.
Dengan ditindaklanjutinya rekomendasi hasil monitoring progress
proyek/kegiatan, diharapkan progres proyek/kegiatan yang dibiayai
melalui pembiayaan maupun mendapat fasilitas dukungan pemerintah,
dapat berjalan sesuai rencana.
b) Perbandingan IKU Selama 3 Tahun Terakhir IKU ini merupakan IKU baru yang belum ada pada tahun-tahun
sebelumnya, sehingga data perkembangan IKU selama 3 tahun tidak
tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan Meskipun target IKU Persentase rekomendasi hasil monitoring
progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti tercapai, terdapat beberapa
hal yang berpotensi menyebabkan tidak tercapainya target, antara lain:
(1) beberapa Kementerian/Lembaga kurang responsif dalam memberikan
tanggapan atas rekomendasi monev yang telah disampaikan oleh
DJPPR;
(2) sistem kontrol di internal PT PII kurang memadai; dan
(3) tingkat kendali organisasi atas BUMN yang menerima rekomendasi
terbatas.
Laporan Kinerja Tahun 2019
119
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tindakan-tindakan yang telah dilakukan DJPPR dalam upaya
pencapaian target IKU serta menanggulangi hambatan-hambatan yang
ditemui adalah sebagai berikut:
(1) penyampaian surat pemantauan early warning kepada K/L;
(2) koordinasi dengan K/L yang sudah closing date berstatus aktif namun
masih terdapat sisa dana yang belum/tidak ditarik;
(3) memberikan rekomendasi hasil monitoring progres proyek/kegiatan;
(4) rapat koordinasi dengan DJKN dan PT. PII dalam rangka meminta
klarifikasi; dan
(5) pelaksanaan pemantauan melalui kunjungan langsung (on site
visit) dan penyusunan rekomendasi pasca pelaksanaan on site
visit.
Meskipun target telah tercpai, DJPPR terus melakukan monev progres
proyek secara berkala dan koordinasi intensif dengan K/L/BUMN
pelaksana proyek/kegiatan yang menerima rekomendasi.
IKU Tingkat akurasi rencana penarikan pinjaman luar negeri dapat
terlaksana dengan baik dengan realisasi sebesar 91,4% dari target 82%
sehingga diperoleh nilai capaian sebesar 111,46.
Simpulan
Dengan demikian, SS Pelaksanaan proyek/kegiatan yang bersumber dari
pembiayaan secara efektif dengan IKU Persentase pencapaian target realisasi
penarikan pinjaman kegiatan dan persentase rekomendasi hasil monitoring
progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti pada tahun 2019 dapat tercapai
dengan baik dengan nilai capaian 116,40.
i. SS Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel
Pengelolaan pembiayaan dan risiko memiliki proses bisnis yang complicated
dan berpotensi menimbulkan berbagai dampak (antara lain: keuangan, politik,
hukum) dalam jangka pendek dan panjang. Oleh karena itu, pengelolaan
pembiayaan dan risiko harus dilaksanakan secara prudent. Setiap proses bisnis
harus berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan aturan/prosedur. Dengan
demikian, perlu ditetapkan sistem pengendalian internal untuk memastikan
setiap proses bisnis dilaksanakan secara prudent, efektif, dan efisien dalam rangka
akuntabilitas pengelolaan pembiayaan dan risiko.
Untuk mencapai sasaran strategis ini, DJPPR menerapkan IKU indeks
opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR Persentase rekomendasi
BPK yang telah ditindaklanjuti dengan pagu DIPA sebesar Rp1.268.308.000,00
dengan capaian sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
120
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
1) Indeks opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
Indeks opini dari BPK RI adalah opini yang diberikan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan RI terhadap Laporan Keuangan Kementerian
Keuangan (BA 015), yang selanjutnya dikonversikan dalam indeks 1 s.d. 4,
dimana :
a. Tidak Wajar;
b. Tidak Memberikan Pendapat;
c. Wajar Dengan Pengecualian;
d. Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Tanpa Pengecualian-Dengan
Paragraf Penjelas atau Wajar Tanpa Pengecualian-Modifikasi Kata-kata
Indeks opini BPK tersebut dapat digunakan sebagai ukuran
pengelolaan keuangan yang kredibel dan akuntabel.
a) Capaian IKU
Sampai dengan Q4 – 2019, realisasi capaian IKU Indeks opini BPK
atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR adalah sebesar 4, sesuai
dengan target Q4 sebesar 4. Capaian tersebut diperoleh dari LHP atas
LKPP Tahun 2018 dengan hasil diperolehnya opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) yang diserahkan oleh BPK pada 29 Mei 2019.
Opini BPK atas LKBUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
menunjukkan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang prudent serta
menunjukkan setiap proses bisnis telah berjalan dengan efektif dan
efisien sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Perbandingan IKU Selama 3 Tahun Terakhir
IKU ini merupakan IKU baru yang belum ada pada tahun-tahun
sebelumnya, sehingga data perkembangan IKU selama tiga tahun tidak
tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan
Rekonsiliasi data dalam rangka penyusunan laporan keuangan
perlu dilaksanakan secara intensif untuk memastikan data yang tersaji
pada laporan keuangan valid.
Untuk mencapai target IKU tersebut, DJPPR telah menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
(1) melakukan pengelolaan anggaran dana BA-015, BA 999.01, BA
999.02, BA 999.03, dan BA 999.99 secara transparan, efektif, dan
efisien;
(2) menyusun laporan keuangan BA-015, BA 999.01, BA 999.02, BA
999.03, dan BA 999.99;
(3) rekonsiliasi data dan penyusunan laporan keuangan;
(4) koordinasi internal dan eksternal dalam mempersiapkan
pemeriksaan BPK, menyusun konsep tanggapan atas konsep
Laporan Kinerja Tahun 2019
121
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
laporan hasil pemeriksaan BPK, dan menyampaikan tanggapan atas
laporan hasil pemeriksaan; dan
(5) intensifikasi pertukaran data elektronik realisasi pendapatan
pinjaman dan hibah dengan DJPB.
DJPPR terus berupaya mempertahankan capaian yang baik ini
dengan melanjutkan proses rekonsiliasi data dengan berbagai pihak
seperti K/L dan donor/lender.
IKU Indeks opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR,
dapat tercapai dengan baik dengan realisasi sebesar 4 dari target 4
sehingga nilai capaiannya sebesar 100.
2) Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
Tindak lanjut pemerintah terhadap Temuan Pemeriksaan (TP) BPK perlu
diselesaikan sebagaimana yang direkomendasikan oleh BPK. Setiap K/L dan
Pengguna Anggaran BUN diwajibkan menyampaikan tindak lanjut atas
rekomendasi terkait setiap akhir bulan Maret, Juli, dan November.
Pengukuran penyelesaian rekomendasi adalah temuan yang telah selesai
ditindaklanjuti terhadap temuan/rekomendasi BPK sebagaimana action plan
dengan timeframe yang ditetapkan pemerintah dengan menggunakan dua
kriteria, yaitu rekomendasi yang ditindaklanjuti merupakan rekomendasi
yang diusulkan selesai kepada BPK. Status rekomendasi BPK yang diusulkan
selesai, ditetapkan pada forum pembahasan bersama DJPB, Itjen, unit eselon I
terkait, dan Auditor BPK dan rekomendasi yang diselesaikan merupakan
rekomendasi yang dinyatakan tuntas oleh BPK dan tercantum dalam LHP.
Rasio Jumlah temuan hasil pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti telah
sesuai dengan rekomendasi BPK dibandingkan dengan temuan hasil
pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti untuk Laporan Keuangan
Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2017. Temuan yang dapat diukur
capaiannya adalah temuan yang tindak lanjutnya telah diusulkan untuk
selesai oleh Kementerian Keuangan (validasi oleh rocan, setjen) kepada BPK.
a) Capaian IKU
Pada tahun 2019, realisasi capaian IKU persentase rekomendasi BPK
yang telah ditindaklanjuti adalah sebesar 100%, lebih tinggi dari target Q4
sebesar 89,50%. Capaian tersebut diperoleh dari diselesaikannya tindak
lanjut atas rekomendasi BPK terkait LK BUN sebanyak 12 rekomendasi
terkait DJPPR. Ke-12 rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
122
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 37 Rekomendasi BPK terkait DJPPR
No Tahun Rekomendasi
1 2013 peraturan pengelolaan dan penatausahaan serta monitoring dan evaluasi belanja hibah ke luar negeri
2 2014 melakukan kajian mengenai one gate policy atas pengesahan hibah
3 2014 peraturan terkait evaluasi penganggaran atas belanja Hibah ke Pemerintah Asing/Lembaga Asing
4 2015 aturan teknis penugasan BUMN
5 2017 Mengembangkan LMS untuk monev hasil pelaksanaan kegiatan/proyek dibiayai SBSN
6 2017 Nota Kesepakatan Kemenkeu dan Bappenas terkait proses monev pinjaman sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana kegiatan yang layak dibiayai dari pinjaman
7 2017 memberikan rekomendasi hasil monev kepada EA secara optimal untuk pinjaman ”behind schedule” dan ”at risk”;
8 2017 Menelusuri aset SBSN yang “tidak ditemukan” serta mengambil langkah antisipatif atas permasalahan tersebut
9 2017 integrasi data Aset SBSN dengan data aplikasi pengelolaan BMN dan menggunakannya sebagai pemantauan Aset SBSN secara real time
10 2017 KMK Pengganti atas Aset SBSN yang masih menggunakan BMN kondisi rusak berat Tahun 2017
11 2017 menyempurnakan sistem penyajian beban amortisasi dan unamortisasi diskonto/premium
12 2017 menyempurnakan KEP BAS
Rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti menunjukkan
pengelolaan pembiayaan dan risiko yang prudent, setiap proses bisnis telah
berjalan dengan efektif dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku serta
rekomendasi BPK.
b) Perbandingan IKU Selama 3 Tahun Terakhir
IKU Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti mulai
dilaksanakan pada tahun 2015. Adapun capaian IKU tersebut selama tiga
tahun terakhir adalah sebagai berikut:
Laporan Kinerja Tahun 2019
123
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 38 Capaian IKU Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
c) Hambatan dan Tantangan
Meskipun target IKU tercapai pada 2019, terdapat hal-hal yang perlu
diantisipasi. A.l. JPM 74% merupakan angka minimal JPM yang baru dan
lebih tinggi dibandingkan angka JPM pada tahun sebelumnya. Selain
angka minimal yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, terdapat
perubahan dalam standar kompetensi jabatan. Berkaitan dengan hal
tersebut, perlu dilakukan penyesuaian-penyesuaian.
Tindakan yang telah dilaksanakan dalam rangka pemenuhan
standar kompetensi jabatan adalah:
(1) melakukan updating kompetensi masing-masing pejabat DJPPR;
(2) mengeluarkan pejabat yang telah memasuki Batas Usia Pensiun
(2019) dari daftar pejabat yang seharusnya telah memenuhi SKJ; dan
(3) melakukan monitoring hasil reassessment pejabat.
Selanjutnya, agar JPM para pejabat terpenuhi, dilakukan coaching
kepada pegawai di lingkungan DJPPR yang akan mengikuti assessment
oleh Pejabat Es. II dan/atau Es. III.
IKU Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan pada tahun 2019 dapat tercapai dengan baik dengan realisasi sebesar
99,41% dan capaian 101,44.
2) Persentase pegawai direktorat jenderal yang telah memenuhi standar hard
competency
Persentase pegawai yang telah memenuhi hard competency adalah
persentase pegawai di lingkungan DJPPR yang telah memenuhi kompetensi
teknisnya sesuai dengan standar kompetensi jabatan. Kompetensi teknis dapat
dipenuhi sesuai dengan pelatihan, maupun pendidikan yang telah diikuti oleh
pegawai tersebut. Tiap pegawai dianggap memenuhi hard competency apabila
sudah memenuhi 75% dari total kompetensi teknisnya.
a) Capaian IKU
Sampai dengan Q4 - 2019, persentase pegawai yang telah
memenuhi standar hard competency terealisasi sebesar 93% dari target
90%. Rincian pemenuhan hard competency pegawai di tiap unit eselon II
di DJPPR adalah sebagai berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
130
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 43 Persentase Pegawai DJPPR yang Memenuhi Competency
b) Perbandingan IKU Selama 3 tahun Terakhir
IKU ini merupakan IKU Baru pengembangan IKU yang disusun
dalam rangka sebagai salah satu upaca untuk memastikan bahwa pegawai
di lingkungan DJPPR memiliki kompetensi yang mencukupi, untuk
melaksanakan tugas dan fungsi sesuai jabatan/posisi masing-masing
sehingga dapat mendorong kinerja secara maksimal.
c) Hambatan dan Tantangan
Meskipun target IKU tercapai pada 2019, namun terdapat hal-hal
yang perlu diantisipasi, antara lain sebagai betikut.
(1) Beberapa pegawai belum memenuhi hard competency dikarenakan
pegawai yang bersangkutan belum mengikuti pelatihan yang telah
tersedia.
(2) Terdapat pelatihan yang belum dapat difasilitasi oleh BPPK.
(3) Waktu pelaksanaan diklat bersamaan dengan kebutuhan waktu untuk
penyelesaian pekerjaan rutin.
Tindakan yang telah dilaksanakan dalam rangka pemenuhan
Standar hard competency pegawai adalah:
(1) menyusun perencanaan kebutuhan diklat;
(2) melakukan rekapitulasi usulan kebutuhan diklat dari unit-unit teknis;
dan
(3) melakukan koordinasi internal dan updating penjadwalan pelatihan
bagi pegawai yang belum memenuhi capaian hard competency.
Agar standar hard competency para pegawai di lingkungan DJPPR
terpenuhi, dilakukan proses monitoring pemenuhan hard competency pegawai
secara berkala.
Unit Eselon II Realisasi Sekretariat Direktorat Jenderal 91% Direktorat Pinjaman dan Hibah 91% Direktorat Surat Utang Negara 90% Direktorat Pembiayaan Syariah 92% Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara 94% Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur
97%
Direktorat Strategi dan Portofolio Pembiayaan 97% Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen 92%
Total 93%
Laporan Kinerja Tahun 2019
131
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
IKU Persentase pegawai yang telah memenuhi standar hard competency
pada tahun 2019 dapat tercapai dengan baik dengan realisasi sebesar 93% dan
capaian 103,33.
3) Persentase proses penempatan talent pada jabatan target
Persentase proses penempatan talent pada jabatan target adalah
penyelesaian penetapan talent untuk jabatan administrator (Eselon III), Jabatan
Pengawas (Eselon IV), dan Eselon V yang terdiri dari tahapan atas kegiatan-
kegiatan dalam proses manajemen talenta. Manajemen talenta yaitu pemetaan
pejabat/pegawai, seleksi rekam jejak dan integritas, seleksi administrasi,
konfirmasi calon talent, penetapan talent, pengembangan dan evaluasi talent,
dan penempatan talent pada jabatan target.
a) Capaian IKU
Pada tahun 2019, persentase proses penempatan talent pada jabatan
terealisasi sebesar 100%, lebih tinggi dari target yang ditetapkan yaitu
sebesar 80%. Capaian tersebut diperoleh dengan telah terselesaikannya
seluruh kegiatan yang menjadi komponen dari IKU dengan rincian sebagai
berikut.
Tabel III. 44 Capaian IKU Persentase Proses Penempatan Talent pada Jabatan Target
Kegiatan Realisasi Kategori Bobot
a. Penetapan aturan manajemen talenta unit √ Es II, III, IV 15%
b. Pemetaan pejabat/pegawai √ Es II, III, IV 10%
c. Seleksi rekam jejak, integritas, dan administrasi
√ Es III, IV 15%
d. Konfirmasi calon talent √ Es II, III 10%
e. Forpim √ Es III, IV 20%
f. Penetapan talent √ Es III, IV 10%
g. Pengembangan dan evaluasi talent √ Es III, IV 15%
h. Penempatan talent pada jabatan target √ Es III, IV 5%
Total Realisasi (%) 100% Penempatan talent yang tepat waktu serta match antara kompetensi
yang dimiliki dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam jabatan target
dapat disebut penempatan yang tepat sasaran. Talent yang tepat
dimungkinkan tidak membutuhkan proses yang lama untuk beradaptasi
sehingga mempercepat inovasi kegiatan pada jabatan tersebut. Hal tersebut
sangat mempengaruhi kemajuan perkembangan organisasi.
Laporan Kinerja Tahun 2019
132
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
b) Perbandingan IKU Selama 3 tahun Terakhir
IKU ini merupakan IKU baru yang diimplementasikan mulai tahun
2019 sehingga IKU ini tidak dapat dibandingkan capaiannya dengan IKU di
tahun sebelumnya.
c) Hambatan dan Tantangan
Pencapaian target IKU ini menghadapi beberapa hambatan dan
tantangan, antara lain:
(1) penyampaian nilai assessment yang tegolong masih lambat (lebih dari 1
bulan), padahal hard competency maupun soft competency merupakan
salah satu kriteria penilaian dalam menentukan calon talent pada box
pemetaan ataupun pada jabatan target;
(2) penilaian kompetensi pejabat dengan kamus kompetensi lama yaitu 35
kompetensi (bezetting) sulit dikonversikan dengan standar kompetensi
baru yaitu 23 kompetensi atau dapat dikatakan tidak sebanding
sehingga kurang akurat;
(3) proses re-assessment soft competency menggunakan kamus 23
kompetensi perlu dilakukan secara bertahap dikarenakan keterbatasan
biaya; dan
(4) perlunya proses koordinasi antarpihak untuk melakukan evaluasi
talent.
Upaya-upaya dilakukan DJPPR agar kegiatan-kegiatan yang
menjadi target dalam IKU ini dapat tercapai di antaranya dengan
melakukan koordinasi bersama Biro SDM untuk meminta nilai re-
assessment sebagai bahan pemetaan box talent. Selain itu DJPPR juga
melakukan percepatan untuk penjadwalan assessment maupun re-assessment
pegawai dengan standar kompetensi jabatan kamus 23 kompetensi.
Selanjutnya di tahun 2020 dan seterusnya, DJPPR akan terus
meningkatkan capaian yang baik ini dengan melakukan rencana:
melakukan monitoring terkait penyampaian nilai assessment serta dalam
proses pengembangan talent dan koordinasi terkait butir perhitungan
capaian dengan frekuensi pelaksanaan kegiatan dalam IKU.
IKU Persentase proses penempatan talent pada jabatan target pada
tahun 2019 dapat tercapai dengan baik dengan realisasi sebesar 100% dan
capaian 120.
Simpulan
Dengan demikian, SS SDM yang kompeten dengan IKU Persentase pejabat
yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan, persentase pegawai direktorat
jenderal yang telah memenuhi standar hard competency, dan persentase proses
penempatan talent pada jabatan dengan target telah tercapai dengan nilai capaian
108,26.
Laporan Kinerja Tahun 2019
133
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
l. SS Organisasi yang Fit to Purpose
Organisasi yang fit for purpose adalah organisasi yang mampu mewadahi
dan memfasilitasi kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi
Kementerian Keuangan. Dengan demikian organisasi beserta proses bisnis di
dalamnya akan bersifat dinamis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan kebutuhan
dan dinamika transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan. Dengan
organisasi yang fit for purpose, diharapkan organisasi dapat menjawab segala
tantangan dan hambatan organisasi serta dapat mencapai tujuan organisasi
dengan baik.
Untuk mencapai Sasaran Strategis di atas, DJPPR menerapkan IKU Indeks
integritas organisasi, Persentase penyelesaian program transformasi digital, dan
Persentase pencapaian target penilaian organisasi direktorat jenderal, pagu DIPA
tahun 2019 sebesar Rp705.674.000,00 dengan rincian capaian sebagai berikut.
1) Indeks integritas organisasi
Salah satu upaya strategis dalam pencegahan korupsi adalah dengan
membangun Wilayah Bebas dari Korupsi – Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBK/WBBM) yang berbasis intergritas di lingkungan K/L dan
Pemda.
Pencapaian WBK/WBBM merupakan tujuan utama dari pembangunan
Zona Integritas pada K/L dengan menggunakan parameter dan instrumen
sebagaimana Peraturan Menteri Pendayagunaan dan Reformasi Birokrasi
Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas
Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah.
Menindaklanjuti Permen PAN dan RB 52/2014, telah ditetapkan KMK
Nomor 426/KMK.01/2017 tentang Pedoman Pembangunan dan Penilaian ZI
Menuju WBK di Lingkungan Kementerian Keuangan. Melalui KMK Nomor
426/2017, telah diatur mekanisme penetapan unit kerja di lingkungan
Kementerian Keuangan yang memenuhi kriteria WBK dengan memberikan
Predikat Zona Integritas menuju WBK.
Predikat Zona Integritas menuju WBK adalah predikat yang diberikan
kepada suatu unit kerja yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan,
penataan tatalaksana, penataan sistem manajemen SDM, penguatan
pengawasan, dan penguatan akuntabilitas kinerja dengan nilai komponen
pengungkit dan komponen hasil yaitu 75. Indikator terwujudnya pemerintah
yang bersih dan bebas KKN dengan nilai minimal 18 yang terdiri dari sub
komponen survei persepsi anti korupsi minimal 13,5 dan sub komponen
persentasi TLHP minimal 3,5.
Untuk tahun 2019, DJPPR menargetkan unit kerja yang mendapatkan
predikat ZI WBK tahun 2019 sebanyak 1 unit kerja yaitu Direktorat
Laporan Kinerja Tahun 2019
134
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Pengelolaan Risiko Keuangan Negara. Adapun tahapan penilaian ZI WBK
adalah sebagai berikut.
Tabel III. 45 Time Schedule Penilaian Unit Kerja ZI WBK-WBBM
a) Capaian IKU
Realisasi IKU Indeks integritas organisasi dihitung dari 2 (dua)
komponen yaitu:
1. capaian tingkat pemenuhan ZI WBK (bobot 50%) dan
2. capaian persepsi integritas (bobot 50%).
Berdasarkan penilaian dari Tim Penilai Kementerian pada unit
Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara dan survei integritas
organisasi diperoleh realisasi IKU sebesar 113,99 dari target sebesar 94,1
sehingga capaian IKU adalah 120. Rincian perhitungan capaian IKU dapat
terlihat pada tabel berikut.
Tabel III. 46 Rincian Perhitungan Indeks Persepsi Integritas
Komponen Target Realisasi Capaian
ZI/WBK 75 94,1 (minus 13,5) 116.65
Indeks Persepsi Integritas
85 94,1 111.36
Perolehan nilai survei integritas organisasi yang baik menunjukan
komitmen organisasi dalam menjaga nilai-nilai integritas dan
profesionalisme dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.
b) Perkembangan Capaian IKU 3 Tahun Terakhir
IKU ini merupakan penyempurnaan IKU dan mulai
diimplementasikan pada tahun 2019 sehingga data capaian selama tiga
tahun tidak tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan
Dalam mencapai target indeks integritas organisasi, ditemukan
hambatan diantaranya terdapat sub-sub komponen penilaian yang berada
di luar kendali organisasi sehingga memerlukan analisis mendalam untuk
merumuskan rekomendasi perbaikan yang sesuai.
Laporan Kinerja Tahun 2019
135
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tindakan yang telah dilaksanakan dalam rangka mencapai target
IKU tersebut antara lain:
(1) pembentukan Tim WBK/WBBM;
(2) reviu pembahasan hasil penilaian survei integritas organisasi;
(3) penyempurnaan dan penetapan kode etik PNS DJPPR pada bulan
Maret 2019;
(4) internalisasi hasil survei kepada pegawai DJPPR;
(5) sosialisasi kode etik baru dan program anti korupsi di lingkungan
DJPPR; dan
(6) identifikasi metode survei integritas organisasi dan pendalaman atas
beberapa poin hasil survei integritas organisasi guna menyusun
rekomendasi perbaikan yang sesuai.
IKU Indeks Integritas Organisasi dapat tercapai dengan baik dengan
realisasi sebesar 113,99% dari target 94,1% sehingga nilai capaiannya sebesar
120.
2) Persentase penyelesaian program transformasi digital
Transformasi kelembagaan merupakan salah satu prioritas bagi
pemerintah saat ini dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-
2025. Perbaikan Tata Kelola Pemerintahan juga menjadi agenda utama dalam
pembangunan nasional tersebut. Tujuan program transformasi kelembagaan
adalah untuk membangun organisasi agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan nasional.
Selain itu, dengan sangat pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi
informasi, dan komunikasi, serta perubahan lingkungan strategis menuntut
lembaga pemerintahan untuk disesuaikan dengan dinamika tuntutan
masyarakat.
Kementerian Keuangan juga turut serta melakukan transformasi
kelembagaan. Pelaksanaan transformasi kelembagaan Kementerian Keuangan
memiliki dasar hukum Keputusan Menteri Keuangan Nomor
302/KMK.01/2019 tentang Impelementasi Inisiatif Strategis Program
Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tersebut, dalam rangka
pencapaian program transformasi digital, dilakukan melalui pengukuran 2
indikator yaitu Penguatan Budaya Organisasi Kementerian Keuangan: The
New Thinking of Working dan Implementasi Office Automation dalam Rangka
Membangun Digital Workplace. Setiap pimpinan unit juga diwajibkan
untuk menyampaikan laporan terkait progress transformasi kelembagaan
masing-masing unit dalam jangka waktu tertentu.
Berikut ini diuraikan penjelasan dari capaian IKU Persentase
Implementasi Inisiatif RBTK Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan
Risiko.
Laporan Kinerja Tahun 2019
136
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
a) Capaian IKU
Pada tahun 2019, Capaian IKU s.d. Q4 - 2019 terealisasi sebesar 100%
dari target 80%. Realisasi capaian diperoleh dari hasil perhitungan oleh
Sekretariat Jenderal dengan memperhitungkan capaian 2 inisiatif strategis
transformasi kelembagaan yang menjadi peranan DJPPR. Secara umum,
pelaksanaan inisiatif program transformasi kelembagaan yang menjadi
peranan DJPPR sebagai tim pendukung selama periode tahun 2019 dapat
dilaksanakan dengan baik.
Pada tahun 2019, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan DJPPR
untuk mendukung capaian inisatif strategis RBTK adalah sebagai berikut.
a. Penguatan Budaya Organisasi Kemenkeu: The New Thinking of
Working
DJPPR turut berperan serta dalam kegiatan piloting open
space dengan menyediakan Activity Based Workplace pada ruang
kerja Direktorat Pengelolaan Risiko Keuangan Negara di Gedung
Frans Seda lantai 3.
Selain turut berpartisipasi dalam piloting open office, dalam
rangka mendukung inisiatif ini, DJPPR juga turut aktif dalam
partisipasi kegiatan penguatan budaya organisasi Kemenkeu
dengan menunjuk duta transformasi tahun 2019 meliputi kegiatan
berikut:
(a) penunjukan duta transformasi DJPPR;
(b) penyampaian rencana kerja duta transformasi kepada CTO
melalui ND-531/PR.12019 tanggal 15 April 2019; dan
(c) pelaksanaan internalisasi budaya kerja organisasi dan sosialisasi
Saving Bonds Ritel kepada peserta mahasiswa magang di
DJPPR.
b. Implementasi Office Automation dalam Rangka Membangun
Digital Workplace
Kegiatan yang dilakukan terkait IS ini antara lain turut
mendukung pembangunan enterprise architecture di lingkungan
Kementerian Keuangan dengan penggambaran arsitektur proses
bisnis dan aplikasi pada aplikasi Orbus iServer. Selain itu, telah
dilaksanakan pula implementasi aplikasi Nadine 2.0 di seluruh unit
di lingkungan DJPPR pada tanggal 30 September 2019.
b) Perkembangan Capaian IKU 3 Tahun Terakhir
IKU ini merupakan IKU baru dan mulai diimplementasikan pada
tahun 2019 sehingga data capaian selama 3 tahun tidak tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan
Walaupun target TK telah tercapai, Penetapan program transformasi
digital yang relatif baru menghadapi kendala berupa keterbatasan pagu
anggaran agar organisasi dapat melaksanakan persiapan implementasi
Laporan Kinerja Tahun 2019
137
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
program secara memadai. Upaya yang diambil dalam rangka memenuhi
target tersebut antara lain:
(1) penetapan Dit. Pengelolaan Risiko Keuangan Negara sebagai Unit
piloting Open Space;
(2) pembentukan Tim Open Office;
(3) penyusunan desain awal;
(4) melaksanakan kegiatan site visit ke kantor-kantor dengan tema Open
Space Office dalam hal ini Google Indonesia dan PT. Indonesia
Infrastructure Finance;
(5) penyampaian kajian beserta desain ABW ke Biro Manajemen BMN
dan Pengadaan (ND 804.1/PR.1/2019 tanggal 20 Juni 2019);
(6) menyediakan pagu anggaran untuk renovasi awal;
(7) pelaksanaan renovasi ruang kerja di lantai 3 menjadi Open Space Office
ditargetkan selesai pada akhir Desember 2019;
(8) penataan ruang kerja lantai 2 pada Sekretariat Direktorat Jenderal
menuju Open Space Office;
(9) memetakan kondisi DJPPR as/is s.d. level 3; dan
(10) identifikasi pain point menyusun arsitektur dan aplikasi kondisi as/is
pada Orbus iServer.
IKU persentase penyelesaian program transformasi digital dapat tercapai
dengan baik dengan realisasi sebesar 100% dari target 80% dengan nilai
capaian sebesar 120. Penyelesaian inisiatif Trasformasi Kelembagaan DJPPR,
khususnya di bidang transformasi digital, sesuai target berkontribusi positif
terhadap penyelesaian target inisiatif TK pada level Kementerian Keuangan.
3) Persentase pencapaian target penilaian organisasi Direktorat Jenderal
Persentase pencapaian target penilaian organisasi direktorat jenderal
merupakan IKU yang mengukur penilaian pihal eksternal terhadap kualitas
organisasi direktorat jenderal dari berbagai aspek pengukuran. Pihak eksternal
dimaksud antara lain Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal. Objek
perhitungan IKU adalah penilaian terhadap laporan kinerja DJPPR oleh
auditor Itjen dan reviu pengelolaan kinerja DJPPR oleh Setjen.
a) Capaian IKU
Pada tahun 2019 IKU Indeks persepsi integritas mulai diterapkan
di DJPPR dengan target 100% dan telah berhasil tercapai dengan realisasi
103,72% serta memperoleh capaian 103,72. Pencapaian masing-masing
komponen dapat dilihat pada tabel berikut.
Laporan Kinerja Tahun 2019
138
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tabel III. 47 Rincian Pencapaian IKU Indeks Persepsi Integritas
Komponen IKU Target Realisasi Capaian per komponen
Penilaian LAKIN 86 90,59 105,34%
Penilaian Pengelolaan Kinerja
3,81 3,89 102,10%
Nilai IKU 103,72%
Penilaian pengelolaan kinerja tahun 2019 dilakukan oleh GML
Performance Consulting dengan menggunakan Strategy and Performance
Execution Excellent (SPEx2) terhadap seluruh unit eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan.
Realisasi penilaian organisasi yang mencapai target menunjukkan
bahwa implementasi berbagai aspek kualitas organisasi baik serta dapat
menumbuhkan budaya untuk mendukung sasaran kinerja organisasi dan
meningkatkan awareness terhadap tata kelola yang baik di lingkungan
DJPPR.
b) Perkembangan Capaian IKU 3 Tahun Terakhir
IKU ini merupakan IKU baru dan mulai diimplementasikan pada
tahun 2019 sehingga data capaian selama 3 tahun tidak tersedia.
c) Hambatan dan Tantangan
Tantangan yang ditemui dalam pencapaian target penilaian
organisasi di antaranya adalah penyusunan LAKIN dilakukan dengan
waktu yang sangat terbatas sehingga diperlukan intensitas koordinasi
yang tinggi agar LAKIN dapat diselesaikan tepat waktu.
Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai target
penilaian organisasi adalah sebagai berikut:
(1) penyusunan LAKIN DJPPR 2018;
(2) pendampingan tim LAKIN dan SAKIP;
(3) penyusunan konsep tanggapan atas laporan hasil penilaian LAKIN;
(4) pengumpulan dokumen dan data yang diperlukan dalam rangka
penilaian;
(5) inventarisasi rekomendasi hasil reviu dan penilaian beserta rencana
tindak lanjutnya;
(6) melakukan koordinasi intensif dengan SMKO (Sub-Manajer Kinerja
Organisasi) setiap unit eselon II di lingkungan DJPPR;
(7) melakukan koordinasi intensif dengan Biro Perencanaan dan
Dukungan Pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
2b-N Tingkat efektivitas pencegahan cross-default pembayaran kewajiban pembiayaan
100%
Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara Sasaran Strategis 2 Pengelolaan SUN yang Kredibel
Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil
5a-N Persentase pencapaian target tingkat likuiditas pasar SBN
100%
5b-N Persentase pertumbuhan investor SBN domestik
100%
Strategi Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Sasaran Strategis 2 Pengelolaan Dukungan Pemerintah yang Kredibel
Penyediaan dukungan pemerintah dan mitigasi risiko fiskal yang efektif
7a-N Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur skema KPBU
100%
Laporan Kinerja Tahun 2019
169
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sasaran Strategis IKU Kemenkeu-One Tahun 2019
Renstra Kemenkeu
Tahun 2015-2019
Renstra DJPPR Tahun 2015-2019 Peta Strategi DJPPR
Tahun 2019 IKU Target
Dalam Rangka Percepatan Pembiayaan Infrastruktur
7b-N Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
Strategi Pengelolaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen 5. Sasaran Strategis 2
Pelaksanaan Setelmen dan Akuntansi Pembiayaan yang Akuntabel dan Kredibel
6. Sasaran Strategis 3 Penatausahaan Data Utang yang Akurat
Dukungan Pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
2b-N Tingkat efektivitas pencegahan cross-default pembayaran kewajiban pembiayaan
100%
Strategi Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Sasaran Strategis 3 Pengembangan Kerangka Kerja Risiko yang Holistik Dengan Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach) Untuk Mengagregasi Data Risiko Individual
Dukungan
Pemerintah dan
pengendalian risiko
keuangan negara
yang optimal
2a-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara
100%
Strategi Pengelolaan Strategi dan Portofolio Pembiayaan Sasaran strategis 4 Mengelola Risiko Penjaminan Pemerintah
Terjaganya Rasio Utang Pemerintah
Strategi Pengelolaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Sasaran Strategis 4 Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Pinjaman dan Hibah yang Efektif
Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel -
9b-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti -
89,50% -
Strategi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran Strategis 5 Sistem Pengendalian yang Optimal
Strategi Pengelolaan Surat Utang Negara Sasaran Strategis 2 Pengelolaan SUN yang Kredibel
Pelayanan Publik Yang Prima
4a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPPR
4,74
Strategi Pengelolaan Pembiayaan Syariah Sasaran Strategis 2 Pasar SBSN yang Likuid, Dalam dan Stabil
Strategi Pengelolaan Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen Sasaran Strategis 1 Pelaksanaan Evaluasi dan Setelmen Pembiayaan yang Transparan
Pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang efektif
9a-N Tingkat efektivitas pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan
80%
Strategi Pengelolaan Portofolio Pembiayaan Sasaran Strategis 3 Mendukung Pengembangan Pasar SBN
Laporan Kinerja Tahun 2019
171
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sasaran Strategis IKU Kemenkeu-One Tahun 2019
Renstra Kemenkeu
Tahun 2015-2019
Renstra DJPPR Tahun 2015-2019 Peta Strategi DJPPR
Tahun 2019 IKU Target
Strategi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran Strategis 2 Mewujudkan SDM yang Kompetitif
SDM yang kompetitif 11a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
98%
11b-N Persentase pegawai direktorat jenderal yang telah memenuhi standart hard kompetensi
90%
11c-N Persentase proses penempatan talent pada jabatan target
80%
Strategi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran Strategis 1 Menciptakan Organisasi DJPPR yang Kondusif
Organisasi yang fit to perpose
12a-CP Indeks integritas organisasi
94,1
12b-CP Persentase penyelesaian program transformasi digital
80%
12c-N Persentase pencapaian target penilaian organisasi direktorat jenderal
100%
Strategi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran Strategis 6 Pengelolaan Sistem Informasi yang Optimal
Sistem manajemen informasi yang andal
13a-CP Tingkat downtime sistem TIK
0,10%
Terjaganya Rasio Utang Pemerintah
Strategi Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Sasaran Strategis 4 Pengelolaan Anggaran yang Optimal dan Akuntabel
Pengelolaan anggaran yang berkualitas
14a-N Tingkat kualitas pelaksanaan anggaran
95%
Mekanisme refinement kinerja pada level Kemenkeu-Wide dan One tahun 2020
mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya, proses refinement kinerja lebih cenderung
bersifat bottom-up, yakni dirumuskan oleh para pengelola kinerja masing-masing unit
dan selanjutnya diusulkan kepada pemilik kontrak kinerja (Menteri dan Pejabat Eselon
I) untuk ditetapkan. Pada tahun 2020, dengan bergulirnya kebijakan internal
Kementerian Keuangan untuk melaksanakan redesain sistem penganggaran dan BSC,
proses refinement kinerja menjadi lebih cenderung bersifat top-down. Dalam hal ini,
Menteri Keuangan menugaskan tim khusus yang terdiri dari 5 (lima) orang pejabat lintas
unit Eselon I (Sahli OBTTI, Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, serta tiga orang
Sekretaris Direktorat Jenderal) untuk merumuskan konsep peta strategi dan IKU pada
level Kemenkeu-Wide dan One.
Rumusan-rumusan IKU tahun 2020 pada level Kemenkeu-Wide dan One lebih
ditekankan untuk dapat mengakomodasi program dan arahan Presiden pada tahun 2020
serta target RPJMN 2020-2024, antara lain pembangunan SDM, pembangunan
7 Penyediaan dukungan pemerintah dan mitigasi risiko fiskal yang efektif
7a-N Persentase pemenuhan dukungan pemerintah atas proyek infrastruktur skema KPBU
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
7b-N Persentase penyelesaian rekomendasi pembiayaan infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui Menteri Keuangan
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
8 Pelaksanaan proyek/kegiatan yang bersumber dari pembiayaan secara efektif
8a-N Persentase pencapaian target realisasi penarikan pinjaman kegiatan
5% 15% 15% 35% 35% 75% 75%
8b-N Persentase rekomendasi hasil monitoring progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti
82% 82% 82% 82% 82% 82% 82%
9 Pengelolaan pembiayaan dan risiko keuangan negara serta dukungan pemerintah yang akuntabel
9a-CP Indeks opini BPK atas LK BUN dan LK BA-015 terkait DJPPR
4 4 4 4 4 4 4
Laporan Kinerja Tahun 2019
196
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Kode SS/IKU
SS dan IKU Target
Q1 Q2 Smt. 1 Q3 s.d.Q3 Q4 Y
9b-CP Persentase rekomendasi BPK yang telah ditindaklanjuti
30% 30% 30% 30% 30% 89,50% 89,50%
10 Pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang efektif
10a-N Tingkat efektivitas pengelolaan hubungan stakeholders serta kerja sama kelembagaan
5% 15% 15% 45% 45% 80% 80%
11 SDM yang kompeten
11a-CP Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
98% 98% 98% 98% 98% 98% 98%
11b-N Persentase pegawai direktorat jenderal yang telah memenuhi standar hard competency
90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
11c-N Persentase proses penempatan talent pada jabatan target
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
INISIATIF STRATEGIS
DIREKTUR JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2019
No. SS/IKU Inisiatif Strategis Output/Outcome
Trajectory Periode Pelaksanaan
Penanggung Jawab
Kegiatan Output
1. Pembiayaan keuangan negara yang optimal
Penyusunan kajian tentang RUU terkait pembiayaan
Kajian tentang RUU terkait pembiayaan
Q1 s.d. Q2: Pengumpulan bahan, isu penting, dan materi lainnya
Q1 s.d. Q2: Hasil identifikasi bahan, isu penting, dan materi lainnya
Jan-Des 2019 Seluruh unit Eselon II
Q3: FGD, sistematisasi dan pendalaman isu, serta penyusunan konsep kajian
Q3: Outline kajian dan laporan FGD
Q4: Finalisasi konsep kajian
Q4: Laporan kajian
2. Dukungan pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
Implementasi
pelaksanaan kerja
sama skema PDF
dengan lembaga
internasional
Proyek kerja sama skema PDF dengan lembaga internasional
Q1: Inisiasi kerja sama
Q1: MoU kerja sama dengan stakeholder
Jan-Des 2019 Dit. PDPPI
Q2 s.d. Q3 : Perumusan cakupan dan skema pembiayaan kerja sama
Q2 s.d. Q3: Kesepakatan scope and funding
Q4: Finalisasi scope and funding
Q4: Ketentuan terkait scope and funding
Identifikasi, analisis, dan pemetaan risiko
Pemetaan risiko net worth neraca ngara
Q1 s.d. Q2: Identifikasi sumber risiko dan dampaknya
Q1 s.d. Q2: Hasil identifikasi sumber risiko dan dampaknya
Jan-Des 2019 Dit. PRKN
Laporan Kinerja Tahun 2019
198
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. SS/IKU Inisiatif Strategis Output/Outcome
Trajectory Periode Pelaksanaan
Penanggung Jawab
Kegiatan Output
Net Worth neraca negara
Q3: Identifikasi mitigasi
Q3: Konsep mitigasi
Q4: Pemetaan risiko net worth neraca ngara
Q4: Hasil pemetaan risiko net worth neraca ngara
3. Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil
Penyusunan profil investor (institusi dan individu) secara lengkap, antara lain meliputi aspek demografi, behaviour, dan preferensi (pemanfaatan big data)
Profil investor (institusi dan individu)
Q1: Pengumpulan data dan informasi preferensi investor
Q1: Bahan dan data untuk penyusunan kajian preferensi investor
Jan-Des 2019 Dit. SPP, Dit. SUN, Dit. PS,
Setditjen
Q2 – Q3: Pengembangan model, studi literatur, dan FGD, serta penyusunan konsep profil investor dan preferensi instrumen
Q2 – Q3 : Model yang tepat, FGD, konsep awal kajian profil investor dan preferensi instrumen
Q4: Finalisasi profil investor
Q4: Profil investor
Kajian pengembangan ekosistem pembiayaan
Buku informasi mengenai ekosistem pembiayaan
Q1:
Pengumpulan data dan informasi pengembangan ekosistem pembiayaan
Q1:
Bahan dan data untuk
penyusunan kajian
pengembangan ekosistem
pembiayaan
Jan-Des 2019 Dit. SPP
Q2 – Q3: Pengembangan struktur ekosistem, studi literatur, dan FGD, serta penyusunan konsep ekosistem pembiayaan
Q2 – Q3:
Struktur ekosistem yang representatif, FGD, konsep awal pengembangan ekosistem pembiayaan
Q4:
Finalisasi buku informasi mengenai ekosistem pembiayaan
Q4:
Buku informasi mengenai ekosistem pembiayaan
Laporan Kinerja Tahun 2019
199
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. SS/IKU Inisiatif Strategis Output/Outcome
Trajectory Periode Pelaksanaan
Penanggung Jawab
Kegiatan Output
4. Pelaksanaan proyek/ kegiatan yang bersumber dari pembiayaan secara efektif
Penyusunan kajian: 1. Skema reward and
punishment kepada K/L atau Pemda penerima pinjaman
2. Skema monitoring dan evaluasi proyek/kegiatan yang efektif meningkatkan disbursement pinjaman
1. Kajian skema reward and punishment kepada K/L atau Pemda penerima pinjaman
2. Kajian skema monitoring dan evaluasi proyek/ kegiatan yang efektif meningkatkan disbursement pinjaman
Q1: Pengumpulan bahan
Q1: Bahan penyusunan kajian
Jan-Des 2019 Dit. PH, Dit. EAS
Q2 s.d. Q3: FGD dan penyusunan konsep kajian
Q2 s.d. Q3: FGD dan penyusunan konsep kajian
Q4: Finalisasi kajian
Q4: 1. Kajian skema reward and
punishment kepada K/L atau Pemda penerima pinjaman.
2. Kajian skema monitoring dan evaluasi proyek/kegiatan
Penyusunan profil pembiayaan secara lengkap, a.l. meliputi aspek jenis instrumen, nama proyek, tanggal jatuh tempo, nominal pembiayaan, progres proyek, lokasi proyek dsb.
Profil pembiayaan Q1: Pengumpulan bahan
Q1: Bahan penyusunan profil pembiayaan
Jan-Des 2019 Dit. EAS
Q2 s.d Q3 : FGD dan penyusunan konsep profil pembiayaan
Q2 s.d Q3 : FGD dan konsep profil pembiayaan
Q4: Finalisasi profil pembiayaan
Q4: Profil pembiayaan
5. Pengelolaan hubungan stakeholders
Penyempurnaan Buku Sejarah Utang
Buku sejarah utang edisi revisi
Q1 s.d. Q2: Pengumpulan bahan dan FGD dengan narasumber
Q1 s.d. Q2: Bahan dan hasil FGD
Jan-Des 2019 Setditjen
Laporan Kinerja Tahun 2019
200
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No. SS/IKU Inisiatif Strategis Output/Outcome
Trajectory Periode Pelaksanaan
Penanggung Jawab
Kegiatan Output
serta kerja sama kelembagaan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang efektif
Q3: Penyusunan konsep penyempurnaan buku sejarah utang
Q3: Konsep buku sejarah utang
Q4: Finalisasi buku sejarah utang edisi revisi
Q4: Buku sejarah utang edisi revisi
Pembuatan video manfaat utang dalam perspektif personal dalam rangka mendukung kegiatan literasi keuangan terkait utang pemerintah
Video manfaat utang dalam perspektif personal
Q1: Penyusunan konsep konten video dan identifikasi objek proyek/kegiatan yang bersumber dari utang
Q1: Konsep konten video
Feb-Des 2019 Setditjen
Q2: Produksi/pengambilan gambar
Q2: Hasil pengambilan gambar
Q3: Editing gambar
Q3: Hasil editing gambar
Q4: Finalisasi dan publikasi video
Q4: Video manfaat utang dalam perspektif personal
Jakarta, Januari 2019
PNS yang dinilai,
Luky Alfirman
19700327 199503 1 002
Laporan Kinerja Tahun 2019
201
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Sasaran Kerja Pegawai
No I. PEJABAT PENILAI No II. PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DINILAI
1 Nama Sri Mulyani Indrawati 1 Nama Luky Alfirman
2 NIP - 2 NIP 19700327 199503 1 002
3 Pangkat/ Gol. Ruang
- 3 Pangkat/ Gol. Ruang
Pembina Utama Muda/ IV/c
4 Jabatan Menteri Keuangan 4 Jabatan Direktur Jenderal
5 Unit Kerja Kementerian Keuangan
5 Unit Kerja Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No III. KEGIATAN TUGAS POKOK JABATAN AK
TARGET
KUANTITAS/
OUTPUT
KUALITAS/
MUTU WAKTU BIAYA
1 Memenuhi target pembiayaan dengan biaya
dan risiko yang terkendali
- 100% 100 12 bulan -
2 Mencapai tingkat efektivitas pengendalian
risiko keuangan negara
- 100% 100 12 bulan -
3 Mencapai tingkat efektivitas pencegahan cross-
default pembayaran
kewajiban pembiayaan
- 100% 100 12 bulan -
4 Mencapai tingkat efektivitas pemberian
dukungan pemerintah
- 100 100 12 bulan -
5 Memenuhi kepuasan publik atas
layanan DJPPR
- 4,74 100 12 bulan -
6 Menyelesaikan dan mengimplementasikan
kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko
- 88% 100 12 bulan -
7 Melaksanakan analisis, formulasi, dan
proyeksi yang mendukung pengelolaan
pembiayaan dan risiko secara akurat
- 90% 100 12 bulan -
8 Mencapai target tingkat likuiditas
pasar SBN
- 100% 100 12 bulan -
9 Meningkatkan pertumbuhan investor SBN
domestik
- 100% 100 12 bulan -
10 Mencapai target risiko portofolio utang - 100% 100 12 bulan -
11 Memenuhi dukungan pemerintah atas proyek
infrastruktur skema KPBU
- 100% 100 12 bulan -
12 Menyelesaikan rekomendasi pembiayaan
infrastruktur, penjaminan pemerintah, dan
mitigasi risiko keuangan negara yang disetujui
Menteri Keuangan
- 100% 100 12 bulan -
Laporan Kinerja Tahun 2019
202
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
No III. KEGIATAN TUGAS POKOK JABATAN AK
TARGET
KUANTITAS/
OUTPUT
KUALITAS/
MUTU WAKTU BIAYA
13 Mencapai target realisasi penarikan pinjaman
kegiatan
75% 100 12 bulan -
14 Mencapai target rekomendasi hasil monitoring
progres proyek/kegiatan yang ditindaklanjuti
- 82% 100 12 bulan -
15 Mencapai indeks opini BPK atas LK BUN dan
LK BA-015 terkait DJPPR
- 4 100 12 bulan -
16 Menindaklanjuti rekomendasi BPK - 89,50% 100 12 bulan -
17 Melaksanakan pengelolaan hubungan
stakeholders serta kerja sama kelembagaan
yang efektif
80% 100 12 bulan -
18 Meningkatkan pejabat yang memenuhi
standar kompetensi jabatan
- 98% 100 12 bulan -
19 Meningkatkan pegawai direktorat jenderal
yang telah memenuhi standar hard competency
- 90% 100 12 bulan -
20 Menempatkan talent pada jabatan target - 80% 100 12 bulan -
21 Meningkatkan integritas organisasi - 94,1 100 12 bulan -
22 Menyelesaikan program transformasi digital - 80% 100 12 bulan -
23 Mencapai target penilaian organisasi
direktorat jenderal
- 100% 100 12 bulan -
24 Mengendalikan downtime sistem TIK - 0,10% 100 12 bulan -
25 Meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran - 95% 100 12 bulan Rp 111,66 M
Pejabat Penilai,
Sri Mulyani Indrawati
Jakarta, Januari 2019
PNS yang dinillai,
Luky Alfirman
Laporan Kinerja Tahun 2019
203
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
LAMPIRAN II
LAMPIRAN II PENGUKURAN KINERJA
Laporan Kinerja Tahun 2019
204
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
PENGUKURAN KINERJA
Unit Organisasi Eselon I : Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko
Tahun Anggaran : 2019
Kode SS/IKU
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama
Target
2019
Realisasi 2019
Capaian
Stakeholder Perspective (30%) 116,06
1 Pembiayaan keuangan negara yang optimal 116,06
1a-CP Persentase pemenuhan target pembiayaan dengan biaya dan risiko yang terkendali
100% 115,54% 116,81
2 Dukungan pemerintah dan pengendalian risiko keuangan negara yang optimal
115,32
2a-N Tingkat efektivitas pengendalian risiko keuangan negara
100% 107,18% 107,18
2b-N Tingkat efektivitas pencegahan cross-default pembayaran kewajiban pembiayaan
100% 100% 120
2c-N Tingkat efektivitas pemberian dukungan pemerintah
100 120% 120
Customer Perspective (-) 115,32
3 Pelayanan publik yang prima 94,30
3a-CP Indeks kepuasan publik atas layanan DJPPR
4,74 4,47 94,30
Internal Process Perspective (35%) 115,78
4 Perumusan kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko yang berkualitas
114,65
4a-N Persentase penyelesaian dan implementasi kebijakan pengelolaan pembiayaan dan risiko
88% 96,18% 109,30
4b-N Tingkat akurasi analisis, formulasi, dan proyeksi yang mendukung pengelolaan pembiayaan dan risiko
90% 120% 120
5 Pasar SBN yang likuid, dalam, dan stabil 120
5a-N Persentase pencapaian target tingkat likuiditas pasar SBN
100% 120,73% 120
5b-N Persentase pertumbuhan investor SBN domestik
100% 175,15% 120
6 Manajemen portofolio pembiayaan utang yang optimal 106,20