BAB 1 SUDUT, ARAH, DAN AZIMUT 1.1 Pendahuluan Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith. Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya. Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah sudut diantaranya adalah garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar) sudut. 1.2 Satuan Pengukuran Sudut Ada beberapa sistem untuk menyatakan besarnya sudut, diantaranya yaitu : - Sistem Seksagesimal 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB 1
SUDUT, ARAH, DAN AZIMUT
1.1 Pendahuluan
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith.
Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya.
Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah sudut diantaranya adalah garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar) sudut.
1.2 Satuan Pengukuran Sudut Ada beberapa sistem untuk menyatakan besarnya sudut, diantaranya yaitu :
- Sistem Seksagesimal Dalam sistem seksagesimal keliling lingkaran dibagi dalam 360 bagian yang disebut
derajad. 10 (1 derajad) = 60’ (60 menit) dan 1’ = 60” (60 detik). - Sistem Sentisimal Dalam sistem sentisimal keliling lingkaran dibagi dalam 400 bagian yang disebut grade.
- Sistem Radial Dalam sistem radial keliling lingkaran dibagi dalam bagian yang disebut dengan satu radial.
- Sistem Waktu,
1
Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Dimana, 360 ° = 24 jam; 1 jam =15°
1.3 Bacaan Sudut dan Sudut Bacaan sudut merupakan bacaan sudut pada Theodolit (alat sejenis) ketika membidik
arah tertentu. Sudut merupakan selisih antara dua bacaan sudut. Alat diletakkan di titik A, diarahkan ke B, bacaan sudutnya adalah 30°. Alat kemudian diputar ke kanan dan diarahkan ke C, diperoleh bacaan sudut 90°. Maka sudut BAC = Sudut Bacaan AC - Sudut Bacaan AB = 90°-30° = 60°.
1.4 Jenis-jenis Sudut Horizontal
Jenis-jenis sudut horizontal yang paling biasa diukur dalam pekerjaan pengukuran tanah adalah sudut dalam, sudut ke kanan dan sudut belokan. Karena ketiga jenis sudut diatas sangat berbeda maka jenis sudut yang dipakai harus ditunjukkan dengan jelas dalam catatan lapangan.
1.5 Arah Garis
Arah sebuah garis adalah sudut horizontal antara garis itu dengan garis acuan yang telah dipilih (misalnya meridian)
1.6 Sudut Arah (Bearing)
Sudut arah merupakan satu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah sudut dan huruf-huruf kuadran. Sudut arah sebuah garis adalah sudut lancip horizontal antara sebuah meridian acuan dan sebuah garis. Sudutnya diukur dari utara maupun selatan ke arah timur ataupun barat, untuk menghasilkan sudut kurang dari 90°. Kuadran yang terpakai ditunjukkan dengan huruf U atau S mendahului sudutnya dan T atau B mengikutinya. Contoh U80°T. Dalam gambar, semua sudut arah dalam kuadran UO°T diukur searah jarum jam dari meridian. Jadi Sudut arah garis OA adalah U70°T. Semua sudut arah dalam kuadran SO°T adalah berlawanan arah jarum jam dari meridian, sehingga OB adalah S35°T. Demikian pula dengan sudut arah OC adalah S55°B dan untuk OD, U30°B.
2
1.7 Menghitung Sudut Arah
Dalam pengukuran poligon, diperlukan sudut arah (atau Azimut). Sebuah poligon adalah serangkaian jarak dan sudut, atau jarak dan sudut arah, atau jarak dan azimut yang menghubungkan titik-titik yang berurutan. Garis-garis bidang tanah milik, membentuk poligon jenis poligon tertutup. Sebuah pengukuran jalan raya dari satu kota ke kota lainnya biasanya merupakan poligon terbuka, tetapi bila mungkin harus ditutup dengan pengikatan pada titik-titik yang diketahui koordinat, yang dekat dengan titik awal dan titik akhir.
Hitungan sudut arah sebuah garis disederhanakan dengan gambar sketsa gambar 10.6. Dalam gambar 10.6 (a) anggaplah sudut arah garis AB adalah U41°35’T dan sudut di B berputar searah jarum jam (kekanan) dari garis BA yang diketahui, adalah 129°11’. Kemudian sudut arah garis BC adalah 180° - (41° 35’+129°11’) = 9°14’, dan dari sketsa sudut arah BC adalah U9°14’B
Hitungan Bearing Dalam gambar, sudut arah jarum jam di C dari B ke D diukur sebesar 88° 35’. Sudut arah CD adalah 88° 35’ – 9° 14’= S79° 21’B. Melanjutkan teknik ini, sudut sudut arahdalam Tabel telah ditentukan untuk semua garis dalam gambar
1.8 Sudut Jurusan (Azimut)
3
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Seperti ditunjukkan dalam gambar bawah ini, Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.
4
BAB 2
PENGUKURAN JARAK HORIZONTAL MENGGUNAKAN TOTAL STATION
A.Pendahuluan
Pengukuran- pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik di atas permukaan bumi terhadap satu sama lainnya. Untuk mendapatkan hubungan antara titik-titik itu, baik hubungan yang mendatar maupun hubungan-hubungan tegak, diperlukan sudut yang mendatar dan untuk hubungan diperlukan sudut yang tegak.
B. Latar Belakang
Pengukuran jarak horizontal menggunakan total station dilakukan untuk mendapatkan jarak horizontal antara satu titik ke titik lainnya dengan nilai akurasi yang tinggi.
C. Landasan Teori
Dalam pengukuran tanah, pengukuran linear diperoleh dengan:a. mengukur metode langkah,b. pembacaan odometer,c. pengukuran jarak optis,d. takimetri atau stadia,e. batang-batang jarak atau substense bar,f. pengukuran jarak dengan pita, dang. pengukuran jarak elektronoik.
Dari metode-metode ini, pengukuran jarak dengan pita dan EDM adalah yang paling umum dipakai oleh para juru ukur. Metode mengukur metode langkah, pembacaan odometer, pengukuran jarak optis, takimetri atau stadia dan batang-batang jarak atau substense bar merupakan suatu teknik yang berguna dalam membuat sketsa catatan lapangan dan sebagai pengecek dan mengecek pengukuran untuk mencari kesalahan.
Bila jarak antara dua titik A dan B, dari titik-titik mana harus ditentukan beda tingginya, menjadi sebegitu besar, sehingga mistar-mistar tidak dapat dilihat dengan terang dan pembacaan menjadi kurang teliti, atau bila keadaan lapangan sedemikian rupa, hingga garis bidik tidak memotong mistar-mistar karena jatuh di atas atau di bawah mistar, maka terpaksalah jarak antara dua titik A dan B itu harus dibagi dalam jarak-jarak yang lebih kecil, sehingga pengukuran dapat dilakukan dengan mudah dan baik. Jarak-jarak pengukuran diambil antara 30 m sampai 60m yang disesuaikan dengan keadaan lapangan, tetapi ambillah
5
jarak maksimum yaitu 60 m. untuk menentukan beda tinggi t misalnya antara titik A dan titik B yang jaraknya besar maka cara pengukuran berjalan sebagai berikut. Ada beberapa cara mencatat pembacaan-pembacaan dan menghitung pengukuran-pengukuran yang tergantung pada maksud pengukuran. Pada semua cara digunakan pencatatan dari hitungan secara tabelis. Semua pembacaan dan jarak ditulis digaris yang terletak diantara titik-titik yang ditempati oleh mistar, diamna titik-titik ditulis dalam daftar. Titik-titik alat ukur tidak ditulis dalam daftar, maka maksud mengukur menyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik. Setelah beda tinggi ditentukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, beda tinggi di titik-titik lainnya telah diketahui pada awal sebelum pengukuran.
Adapun tujuan dari praktikum yang berjudul Pengukuran Jarak Horizontal adalah untuk mempelajari pengukuran jarak horizontal antara dua titik atau objek yang dijadikan sebagai batas-batas pengukuran.
Pengukuran jarak dapat dilakukan oleh Total Station karen TS mampu mengeluarkan gelombang microwave dan infra merah yang dihasilkan oleh pemancar kecil yang terdapat dalam instrumen optis Total Station, yang kemudian dipantulkan oleh reflektor prisma atau objek tertentu. Pola modulasi gelombang yang dipantulkan kembali ke TS kemudian dibaca dan diinterpretasikan oleh komputer dalam TS. Jarak ditentukan oleh pantulan frkuensi ganda baik setelah dipancarkan maupun setelah diterima, dan menentukan angka integer dari panjang gelombang ke masing-masing target untuk setiap frekuensi. Total Station biasa mampu mengukur jarak dengan akurasi hingga 15 mm (0,0049ft) + 2 ppm untuk jarak sampai 1500 m.
C.1Total Station
C.1.1 Pengertian Total Station
Total Station adalah alat pengukuran elektronik optis yang biasa digunakan dalam modern surveying. Total Station adalah theodolite elektronik (transit) yang terintegrasi dengan Electronic Distance Meter (EDM) untuk pembacaan jarak slope/miring dari instrumen ke titik tertentu. Jika sebelumnya alat sudut terpisah dengan alat pengukur jarak, untuk total station kedua fungsi ini sudah terintegrasi menjadi satu kesatuan.operasionalisasi total starion prinsipnya sama dengan theodolit pada umumnya, bedanya hanya pada tayangan angka bacaan lngkaran horizontal dan penggerak halusnya, tidak mempunyai limbus.
Karena bacaan lingkaran secara digital, maka tidak ada bacaan yang diestimasi sebagimana pada skala garis. Pada theodolit tipe ini juga dilengkapi tombol penegenolan, sudut horizontal dapat diukur kearah kanan maupun kiri, bacaat sudut dapat dilihat pada layer display monitor, layer ini ada yang dua muka sehingga memudahkan pembacaan, namun adapula yang hanya satu saja. Bacaan lingkaran vertical bisa berupa helling/sudut vertical adapula sudut zenith, adapula yang dapat diatur sesui selera operator.satuan sudut ada yang system sexagesimal (dalam derajat) adapula yang sentisimal (grade/gon) sumber tenaga menggunakan batere, serta dilengkapi tombol monitoring kondisi baterenya. adapun tingkat ketelitian bacaan bervariasi.
6
Robotic Total Station memungkinkan surveyor untuk mengontrol instrumen dari jarak jauh melalui remote control. Sehingga kegiatan pengukuran menjadi lebih cepat dan efektif karena tidak memerlukan staff pembantu untuk memegang reflektor. Surveyor hanya perlu mengontrol Total Station dari titik yang akan ditembak.Kemampuan Total Station diantaranya:a. Penentuan Koordinat
Titik yang diketahui koordinatnya dapat ditentukan nilai koordinatnya dengan Total Station jika alat berdiri pada titik yang sudah diketahui koordinatnya dan tidak ada penghalang antara titik-titik yang akan ditembak. Hasil koordinat yang didapat dapat berupa koordinat kartesian lokal (X, Y dan Z) atau UTM ( Easting, Northing dan elevation) Sudut dan jarak yang ditentukan dengan Total Station kemudian dihitung dengan metode trigonometri dan triangulasi. Untuk menentukan titik-titik yang akan dicari koordinatnya, dibutuhkan dua titik yang diketahui koordinatnya, yaitu titik base (titik dimana TS berdiri) dan titik backsight.
b. Pengukuran JarakPengukuran jarak dapat dilakukan oleh Total Station karen TS mampu mengeluarkan
gelombang microwave dan infra merah yang dihasilkan oleh pemancar kecil yang terdapat dalam instrumen optis Total Station, yang kemudian dipantulkan oleh reflektor prisma atau objek tertentu. Pola modulasi gelombang yang dipantulkan kembali ke TS kemudian dibaca dan diinterpretasikan oleh komputer dalam TS. Jarak ditentukan oleh pantulan frkuensi ganda baik setelah dipancarkan maupun setelah diterima, dan menentukan angka integer dari panjang gelombang ke masing-masing target untuk setiap frekuensi. Total Station biasa mampu mengukur jarak dengan akurasi hingga 15 mm (0,0049ft) + 2 ppm untuk jarak sampai 1500 mc. Data Processing
Total Station mempunyai kemampuan untuk melakukan perekaman dan penyimpanan data, baik data jarak horizontal, sudut horizontal maupun sudut vertikal. Beberapa Total Station juga memiliki semacam eksternal data kolektor berupa hand-held komputer. Ketika data pengukuran didownload dari Total Station ke komputer, maka dengan menggunakan software, memudahkan surveyor untuk langsung melakukan plotting hasil pengukuran.C.1.2 CARA KERJA TOTAL STATION
Total station merupakan perangkat elektronik yang dilengkapi piringan horisontal, piringan vertikal dan komponen pengukur jarak. Dari ketiga data primer ini ( Sudut horisontal, sudut vertikal dan jarak) bisa didapatkan nilai koordinat X,Y,Z serta beda tinggi. Data direkam dalam memory dan selanjutnya bisa ditransfer ke komputer untuk di olah menjadi data spasial.Rekomendasi Pemakaian :A. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran tata batas baru, baik itu tata batas hutan maupun tata batas dengan pihak ketiga seperti halnya pinjam pakai dan tukar menukar kawasan hutan.B. Total Station sebaiknya digunakan untuk pengukuran berulang (contoh : rekonstruksi batas kawasan hutan), dimana data sebelumnya diperoleh dari pengukuran menggunakan Total Station juga.
7
MANFAAT TOTAL STATIONKedua stasiun theodolite dan total station yang digunakan untuk mengukur sudut
horisontal dan vertikal selama mensurvei dan proyek. Masing-masing memiliki pro dan kontra tertentu yang dapat digunakan dalam berbagai situasi. Secara umum, hal itu akan tergantung pada waktu, uang, tenaga, dan keahlian yang telah tersedia pada saat penentuan alat yang tepat untuk pekerjaan Anda dan tentunya bila ada mengininkan keakuratan dalam pekerjaan konstruksi atau design anda saat survei gunakanlah alat Laser Auto Level.Meskipun theodolites telah digunakan selama ratusan tahun, operasi utama dari alat ini tetap sama. theodolite terdiri dari teleskop bergerak dipasang antara sumbu vertikal dan horisontal. Sudut dari masing-masing sumbu dapat diukur dengan presisi cukup akurat selama operator memiliki pengetahuan yang cukup menggunakan alat dan trigonometri dasar. Namun, penggunaan theodolite secara umum memerlukan bantuan dari setidaknya satu orang lain selain operator utama untuk membantu mengukur dan menyelaraskan sudut. Ketika menghitung presisi, sangat penting bahwa kedua operator yang terlatih dan memahami semua elemen pengumpulan data; ini mungkin termasuk meratakan saham tripod / theodolite dan pengukuran, serta menyelaraskan tiang dan mengukur garis untuk mengumpulkan data yang akurat, dan akhirnya menggunakan kemampuan matematika dan grafis untuk menghasilkan output yang sesuai.
Manfaat dari total station akan melebihi downsides, dalam banyak kasus, karena fitur-fiturnya semua-inklusif dan integrasi digital. A total station mengintegrasikan fungsi theodolite untuk mengukur sudut dan jarak dengan EDM (meter jarak elektronik). Total stasiun menggunakan sistem prisma dan laser untuk mengembangkan pembacaan digital dari seluruh pengukuran selama pekerjaan Anda. Semua informasi yang dikumpulkan dengan total station disimpan dalam sebuah komputer eksternal di mana data dapat dimanipulasi dan ditambahkan ke program CAD. Robotic total stasiun yang tersedia yang memungkinkan operator untuk bekerja sendiri dengan menggunakan remote control.
C.1.3 INTELLIGENT TOTAL STATION SOKKIA SET2C-IIBagian-Bagian Dari Instrument
1. Pegangan (handle)2. Sekrup pengunci pegangan3. Tanda batas tinggi alat (instrument height)4. Pelindung Memory card5. Layar monitor kecil6. Layar monitor utama
System Komunikasi AlatDalam gambar bagan dapat terlihat, bahwasanya TS dapat dihubungkan langsung
dengan atau melalui buku elekronik (electronic field book) atau memory card + IC card reader melalui kabel penghubung.
System Komunikasi Alat
Fungsi-Gungsi TombolFungsi Utama
ModeJarak
Mode Jarak
Fungsi Spesial
ModeJarak
ModeMenu
ModeProgram
ModeSudut
Mode Contrast
- Stop Meas.- To Basic Mode- Exit From Mode- Clear Entered Data
EnterShift Mode
Fungsi-Fungsi Tombol
Fungsi Shift
10
Previous optionNext Option
Preparation for Distance Measurement
Data Entry
Data Entry Offset
Return SignalCheck
Horizontal angle Setting
Fungsi Shift
a. Fungsi Pengukur Jarak tangensial/miring (Tombol No. 7), jarak horizontal (tombol No. 8), beda tinggi (tombol No. 9), koordinat 3-dimensi (tombol No. 4), perubahan elevasi (tombol No.5), resultan jarak antar 2 titik (tombol No. 6)
b. Fungsi penajam layar monitor (illumination)c. Fungsi memberhentikan pengukuran, kembali ke mode awal, pindah layar, dan
menghapus data yang tersimpan (tombol CE-CA)d. Fungsi-fungsi khusus (tombol S-O)e. Fungsi peyimpan data (tombol No. 0/REC)f. Fungsi Menu (tombol No. 1/Menu)g. Fungsi program (tombol No.2/Program)h. Fungsi sudut (tombol No.3)i. Fungsi Enter dan mengganti/memilih fungsi/mode (tombol ENT/SHIFT)
Memasang Battery Lebih dahulu battery di cas sebelum pengukuran dimulai
Catatan: Sebelum battery diganti, lebih dahulu matikan kontaknya.
1. Tutup cover pembuka battery2. Pastikan battery dimasukkan dengan benar3. Tekan bagian atas battery sampai bunyi “klik” terdengar.
Mengeluarkan Battery
1. Buka cover pembuka battery2. Tekan bagian atas battery ke arah bawah3. Tarik battery pelan-pelan ke arah luar
11
Cara Memasang Battery
4. Hidupkan fungsi battery
Cara Menghidupkan Power
Setting Up Instrument Lebih dahulu battery sudah terpasang sebelum alat digunakan, karena alat akan
bergeser, walau sedikit, jika battery dipasangkan setelah alat diatur ketegakannya.Centring
1. Mendirikan Tripoda. Pastikan ketiga kaki tripod didirikan dengan bentang jarak yang sama dan dudukan
alatnya sedatar mungkin.b. Dirikan tripod sehingga berada di atas titik survey
Cara Menyentring Alat
c. Jangan lupa menekan ke tiga kaki tripod ke dalam tanah2. Mendirikan Instrumen TS
a.Letakkan instrument di atas dudukan tripodb.Sambil memegang alat dengan satu tangan, putar sekrup yang ada pada bagian bawah dudukan tripod sehingga instrumen terkunci di atas dudukan tripod.
12
.
Cara Mengunci Alat
3. Menempatkan Alat Di atas Titik Surveya. Melalui optical plummet, posisikan alat berada di atas titik survey.b.Jangan lupa memutar sekrup penggerak pada optical plummet agar garis lingkaran dan objeknya dapat terlihat dengan jelas.
Cara Mendudukkan Alat Di Atas Titik Survey
Mendatarkan Instrumen2. Mendudukan Instrumen Berada di tengah Lensa Retikula. Naik-turunkan ketiga kaki tripod dan dudukan instrument agar buble berada tepat
3. Menempatkan Buble Berada Ditengah Lingkaran Pendatara.Amati kecondongan posisi buble dari garis lingkaran circular level dan pendekkan kaki tripod jika buble lebih condong dekat ke arah kaki tersebut, atau panjangkan kaki tripod jika buble lebih condong jauh dari arah kaki tersebut.b.Sesuaikan ketinggian kaki tripod yang lainnya agar buble berada di dalam lingkaran circular level.
13
Cara Menempatkan Buble Ditengah Lensa Retikul
4. Menempatkan buble Ditengah Plat Levela. Lepaskan penggunci piringan horizontal agar bagian atas instrumen berada sejajar
dengan kaki sekrup A dan Bb. Putar sekrup kaki A dan B sama-sama ke arah dalam maupun luar sehingga buble
berada ditengah-tengah plat level.
Gambar 17.12. Menempatkan buble Ditengah Plat Level
c. Putar bagian atas instrument 90º agar berada segaris dengan kaki sekrup C, tegak lurus dengan kaki sekrup A dan B.
d. Putar sekrup kaki C sehingga buble berada ditengah-tengah plat level.
Cara Menempatkan buble Ditengah Plat Level
e. Putar kembali bagian atas alat 90º dan periksa apakah buble masih tetap berada ditengah-tengah plate level. Jika tidak, lakukan berikut ini:1. Sejajarkan instrument dengan kaki A dan B dan putar sekrupnya
kakinya secara berlawanan dengan besaran yang sama untuk menggeser separuh jarak buble ke tengah plate level.
14
2. Putar bagian atas instrument 90º sehingga posisi instrument tegak lurus terhadap kaki C. Lalu putar sekrup kaki C agar buble berada di tengah-tengah plate level.
Menempatkan buble Ditengah Plat Level
Putar-putarlah posisi instrument dan periksa kembali apakah posisi buble masih tetap berada ditengah plate level sebelum pengukuran dimulai.
4. Menempatkan Buble Ditengah-Tengah Garis Lingkaran Retikula. Buka sedikit sekrup pengunci instrument dengan tripod.
. Menempatkan Buble Ditengah Garis Lingkaran Retikul
b.Lihat kembali titik survey melalui optikal plummet dan angkat instrument sedikit untuk dapat menggesernya agar titik survey berada ditengah-tengah lingkaran retikul.
c. Kemudian, kencangkan kembali sekrup pengunci instrumen dengan tripod. 5. Memeriksa Kembali Kedatarn Buble Pada Plate Level
Periksa kembali kedataran buble pada plate level seperti yang telah dijelaskan di atas, dimulai dari langkah d.Menghidupkan Power
Apabila power dihidupkan, instrumen akan melakukan pengecheckan otomatis untuk memastikan apah semua fungsi-fungsinya dapat beroperasi secara normal.
a. Setelah semua pekerjaan penempatan instrumen benar-benar berada di titik atas titik survey, hidupkanlah power pada instrumen.
Cara Menghidupkan Power
15
b. Nama instrument, nomor serial instrument, dan nomor serial software pada instrument tersebut akan ditampilkan untuk beberapa saat, bunyi suara “beep” akan terdengar sesudahnya, dan instrumen selanjutnya akan melakukan pemeriksaan otomastis terhadap semua fungsi-fungsinya. Jika pemeriksaan tersebut berhasil, pada layar akan ditampilkan “Self check ok” selama dua detik.
Catatan
Setelah power dimatikan dan instrument tidak digunakan selama lebih dari satu minggu, data-data yang sebelumnya tersimpan dalam instrumen akan terhapus.
c. Level kekuatan power battery akan ditampilkan selama tiga detik. Jika level power low, pesan “Battery is low” akan ditampilkan dan bunyi “beep” akan terdengar sesudahnya. Segeralah matikan power dan baterry perlu di charge. Jika power berada ke level low sewaktu pengukuran, pesan yang sama, “Battery is low”, akan ditempilkan.
d. Jika pesan di bawah ini ditampilkan, hal ini mengindikasikan instrument siap untuk memberikan sudut vertikal maupun horizontal.
ZA 0 SETHAR 0 SET
Indikator Instrument Siap Memberikan Sudut Vertikal dan Horizontal
Jika pesan error di bawah ini ditampilkan, sensor instrument mengindikasikan besarnya Tilt error diluar yang diijinkan. Untuk itu, lakukan kembali penyetelan kedataran instrument.
Out of rangeX Y
Tampilan Pesan Error
Pemokusan dan Membidik TargetA. Pemokusan Lensa Eye Piece1. Lihat melalui lensa teropong eye piece daerah yang cukup terang dan kosong2. Putarlah sekrup lensa eye piece searah jarum jam, kemudian berlawanan arah jarum
jam secara perlahan-lahan sampai sebelum bayangan benang silang (retikul) membias.
16
Pemokusan Lensa Eye Piece
Dengan melakukan prosedur ini, pemokusan tidak perlu dilakukan berulang-ulang karena mata pengukur sudah disesuaikan dengan kondisi focus secara infinity.
B. Membidik Target1. Buka pengunci piringan vertikal dan horizontal dan gunakan pisir (peep sight) yang
ada untuk memudahkan membidik target.2. Kunci kembali kedua piringan tersebut
3. Putar sekrup penajam target pada teropong
4. Putar penggerak halus vertikal dan horizontal sampai titik target benar-benar terbidik.
Catatan:
Putaran terakhir sekrup penggerak halus harus searah jarum jam
Hubungan antara titik target dengan benang silang (retikul) dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Cara Membidik.Titik Target
Cara Membidik.Titik Target
Pertama, Tepatkan titik pengukuran dengan titik tengah target. Kemudian, tepatkan titik tengah target dengan titik tengah benang silang.
Sesuaikan kembali focus mata dengan memutar penggerak lensa focus pada teropong sampai benar-benar tidak ada lagi pembiasan pada bayangan target. Hal ini dapat diketahui, dengan menggerakan mata sedikit keluar lensa bayangan objek yang terlihat tidak berubah.
Memasukkan Konstanta Pengukuran Yang Diinginkan
17
Pastikan parameter yang ada pada alat benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan untuk pengukuran yang dilaksanakan.
Pengukuran JarakMode Pengukuran JarakAda beberapa mode pengukuran jarak yang tersedia pada alat TS:
1. Pada theodolite mode/Basic mode tekan tombol dan tombol dan pada layar akan ditampilkan
1. Meas mode2. Prism const 3. ppm
Mode Pengukuran
2. Tekan tombol untuk menentukan mode pengukuran.
1. Fine meas 2. Coarse meas 3. Track meas
Mode Pengukuran “1”
3. Tekan tombol untuk menentukan mode pengukuran teliti (Fine meas).
1. Single meas 2. Repeat meas
Mode Pengukuran “1” ”1”
4. Tekan tombol untuk menentukan mode pengukuran teliti (Fine meas).
5. Tekan tombol . Setelah salah satu mode pengukuran dipilih, akan muncul pada layar mode Preparation.
1. Meas mode2. Prism const 3. ppm
Kembali Ke Mode Pengukuran
6. Untuk kembali ke mode theodolite/ basic mode, tekan tombol .Memeriksa Sinyal Kembalia. Khususnya pada waktu pengukuran jarak yang cukup panjang, sangatlah berguna
untuk memeriksa apakah sinyal kembali masih cukup kuat.Catatan:
18
Ketika kekuatan gelombang cahaya kembali dari lensa prisma sangat besar karena jaraknya yang pendek, sebuah tanda “*” akan ditampilkan meskipun posisi target tidak benar-benar tepat pada fokusnya. Oleh karena itu, pastikan posisi target benar-benar tepat pada fokusnya agar intensitas gelombang cahaya kembali maksimum.
1. Pada saat theodolite mode/ Basic mode, tekan tombol dan dan pada layar seharusnya akan terlihat:
Singal *
Sinyal Gelombang Cahaya Kuat
2. Jika tanda “*” ini tidak terlihat, bidik kembali titik target agar benar-benar berada ditengah-tengah benang silang.
Mengukur Jarak Diagonal/ Slope Distance, Jarak Horizontal dan Beda Tinggi Jarak diagonal, horizontal, dan Beda Tinggi akan diukur secara simultan bersama
dengan sudut, baik sudut horizontal maupun vertikal.
1. Pada saat theodolite mode/ Basic mode, tekan tombol , atau . Pada layar akan terlihat besarnya jarak diagonal, jarak horizontal, dan beda tinggi bersama-sama dengan besaran sudut, baik sudut horizontal maupun vertikal.
S dist
Menu Mencari Jarak Diagonal
S 234.567mZA 81 1230HAR 12 2340
Tampilan Jarak horizontal Dengan Besaran Sudut Horizontal Dan Vertikal.
2. Untuk memberhentikan pengukuran, tekan tombol Catatan
Jika pada layar monitor, muncul “Sinyal off”, itu berarti intensitas sinyal balik tidak cukup kuat. Oleh karena itu ulangi membidik target agar benar-benar berada di tengah-tengah benang silang.
Signal off
19
Intensitas Sinyal Balik Tidak Cukup Kuat
Jika dalam waktu 2 menit intensitas sinar menguat, pengukuran jarak tersebut akan langsung diulang. Jika tidak, pengukuran jarak akan diberhentikan secara otomatis dan pada layar akan muncul
S TimeoutZA 81 1230HAR 12 2340
Pengukuran jarak Berhenti Secara Otomatis
3. Tekan tombol untuk kembali ke mode awal (basic mode).
4. Tekan tombol dan untuk mengganti satuan unit jarak, dalam satuan feet atau meter.
S 769.57ftZA 81 1230HAR 12 2340
Mereview Data-Data Pengukuran Yang Telah DilakukanSetiap jarak dan sudut yang baru saja diukur akan disimpan didalam memory yang ada dalam
instrumen dan akan hilang setelah instrument dimatikan. Jarak diagonal, horizontal dan beda tinggi
dapat direview kembali dengan menggunakan mode recall, yaitu dengan menekan tombol dan pada layar akan terlihat
Recall
Mode Recall
Lalu tekan tombol , atau untuk mereview jarak diagonal, horizontal dan beda tinggi yang masih tersimpan dalam memory.
S ZA HAR
HZA HAR
20
VZA HAR
Alat-Alat yang dipakai pada pengukuran jarak :
1.Tripod
Tripod berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit maupun total station.
Cara penggunaan statif atau tripod sebagai berikut :Buka tali pengikat tripod dan pasangkan sedemikian rupa sehingga ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Pemasangan atau penyetelan tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang membidik/mengukur, jangan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
2.Meteran baja
Meteran, sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol, seperti terlihat pada Gambar I. Kegunaan Kegunaan utama atau yang umum dari meteran ini adalah untuk mengukur jarak atau panjang. Kegunaan lain yang juga pada dasarnya adalah melakukan pengukuran jarak, antara lain (1) mengukur sudut baik sudut horizontal maupun sudut vertikal atau lereng, (2) membuat sudut siku-siku, dan (3) membuat lingkaran.II. Spesifikasi Alat
21
Meteran mempunyai spesifikasi antara lain :(1) Satuan ukuran yang digunakan ada 2 satuan ukuran yang biasa digunakan, yaitu satuan Inggris ( inch, feet, yard) dan satuan metrik ( mm, cm, m)(2) Satuan terkecil yang digunakan mm atau cm , inch atau feet(3) Daya muai, yaitu tingkat pemuaian akibat perubahan suhu udara(4) Daya regang, yaitu perubahan panjang akibat tegangan atau tarikan(5) Penyajian angka nol. Angka atau bacaan nol pada meteran ada yang dinyatakan tepat di ujung awal meteran dan ada pula yang dinyatakan pada jarak tertentu dari ujung awal meteran.III. Cara Menggunakan Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:a. Lakukan oleh 2 orangb. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang pertamac. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran selurus mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang tepat di titik tersebut.
3.Bak ukur
Dalam ilmu ukur tanah, banyak sekali alat ukur yang digunakan dalam berbagai macam pengukuran. Ada berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran sipat datar, pengukuran sudut, pengukuran panjang, dan lain-lain. Alat ukur yang digunakan pun ada yang sederhana dan modern, yang masing-masing bekerja sesuai dengan fungsinya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa permukaan bumi ini tidak rata, untuk itu diperlukan adanya pengukuran beda tinggi baik dengan cara barometris, trigonometris ataupun dengan cara pengukuran penyipatan datar. Alat yang digunakan dalam pengukuran sipat datar salah satunya adalah rambu ukur.
Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Selain rambu ukur, ada juga waterpass yang dilengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat dan unting-unting untuk mendapatkan kedudukan alat tersebut di atas titik yang bersangkutan. Kedua alat ini
22
digunakan bersamaan dalam pengukuran sipat datar. Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah.
Jenis – jenis Rambu Ukur
Rambu untuk pengukuran sipat datar (leveling) diklasifikasikan ke dalam 2 tipe, yaitu:1. Rambu sipat datar dengan pembacaan sendiria) Jalonb) Rambu sipat datar sopwithc) Rambu sipat datar bersend) Rambu sipat datar invar2. Rambu sipat datar sasaran
Cara Pemasangan Bak Ukur/Rambu Ukur :1. Atur ketinggian rambu ukur dengan menarik batangnya sesuai dengan kebutuhan, kemudian
kunci.2. Letakkan dasar rambu ukur tepat diatas tengah-tengah patok (titik) yang akan dibidik.3. Usahakan rambu ukur tersebut tidak miring/condong (depan, belakang, kiri dan kanan), karena
bisa mempengaruhi hasil pembacaan.4. Arahkan lensa pada teropong pesawat.
Kesalahan dalam penggunaan Rambu ukura) Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo
b) Kesalahan pembagian skala rambuc) Kesalahan panjang rambud)kesalahan letak skala nol rambu
4.Prisma
Alat ini digunakan sebagai pasangan total station untuk menangkap pantulan sinar untuk pengukuran jarak.
23
2.2 Praktek Lapangan
2.2.1 Praktek Kerja Lapangan 1
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : Selasa, 14 Mei 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Total Station- Bak Ukur
- Dudukan - Meteran
- Prisma
4.Tujuan : 1. Dapat menyetel total station 2. Dapat mengukur jarak antar titik
5.Langkah kerja : 1. Dirikan tripod setinggi bibir bawah2.Kunci sekrup pengikat dan lebarkan kaki tripod
membentuksegitiga sama kaki 3. Pasang total station di atas dudukan dengan mengikatkan
landasan total station dan sekrup pengunci di dudukan alat4. Tempatkan center point pada titik yang akan didirikan total
station dengan tetap memperhatikan letak dudukan alat tetap mendatar dengan cara, angkat dua kaki tripod mata melihat papda teropong center point untuk menempatkan titik yang akan didirikan total station.
5. Setel bubble dalam lingkaran dengan mengatur tinggi rendahnya kaki tripod pada setiap pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki tripod hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
6. Setel bubble pada tabung, dengan cara memutar dua sekrup ke arah dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk menempatkan center point tersebut.
24
7.Ulangi langkah 5 dan 6 hingga titik yang akan didirikan total station masuk ke teropong center point dan buble pada lingkaran dan tabung berada di tengah.
8.Periksa kembali kedudukan buble lingkaran dan tabung ,jika bergeser maka lakukan penyetelan kembali hingga bubble bergeser ke tengah
Pada pengukuran jarak ini seluruh kelompok SI-IIa melakukan pengukuran menggunakan meteran dan total station. Pada pengukuran menggunakan meteran, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan hasil keseluruhan dirata-ratakan,sedangkan jika menggunakan total station pengukuran antar titik hanya dilakukan satu kali karena keakurasian pengukuran menggunakan total station jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keakurasian pengukuran menggunakan meteran.
C. Perbandingan pengukuran jarak menggunakan Total Station dan Meteran
TITIK ALAT UKURRATA-RATA
STDEVALAT
TARGET
METERAN
TOTAL STATION
1 2 5,211 5,208 5,20950,00212
1
1 4 4,963 4,957 4,960,00424
3
1 3 11,981 11,987 11,9840,00424
3
2 3 7,034 7,011 7,02250,01626
32 4 4,444 4,441 4,4425 0,00212
27
1
3 4 8,672 8,682 8,6770,00707
1
Analisa Data
Untuk jarak antara titik 1-2 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,003 dengan rata-rata 5,2095 dan nilai stdev sebesar 0,002121Untuk jarak antara titik 1-4 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,006 dengan rata-rata 4,96 dan nilai stdev sebesar 0,004243Untuk jarak antara titik 1-3 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,006 dengan rata-rata 11,984 dan nilai stdev sebesar 0,004243Untuk jarak antara titik 2-3 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,023 dengan rata-rata 7,0225 dan nilai stdev sebesar 0,016263Untuk jarak antara titik 2-4 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,003 dengan rata-rata 4,4425 dan nilai stdev sebesar 0,002121Untuk jarak antara titik 3-4 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,01 dengan rata-rata 8,677 dan nilai stdev sebesar 0,007071
2.2.2 Praktek Kerja Lapangan 2
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : Selasa, 21 Mei 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Total Station- Bak Ukur
- Dudukan - Meteran
- Prisma
4.Tujuan : 1. Dapat menyetel total station 2. Dapat mengukur jarak antar titik
28
5.Langkah kerja : 1. Dirikan tripod setinggi bibir bawah2.Kunci sekrup pengikat dan lebarkan kaki tripod
membentuksegitiga sama kaki 3. Pasang total station di atas dudukan dengan mengikatkan
landasan total station dan sekrup pengunci di dudukan alat4. Tempatkan center point pada titik yang akan didirikan total
station dengan tetap memperhatikan letak dudukan alat tetap mendatar dengan cara, angkat dua kaki tripod mata melihat papda teropong center point untuk menempatkan titik yang akan didirikan total station.
5. Setel bubble dalam lingkaran dengan mengatur tinggi rendahnya kaki tripod pada setiap pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki tripod hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
6. Setel bubble pada tabung, dengan cara memutar dua sekrup ke arah dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk menempatkan center point tersebut.
7.Ulangi langkah 5 dan 6 hingga titik yang akan didirikan total station masuk ke teropong center point dan buble pada lingkaran dan tabung berada di tengah.
8.Periksa kembali kedudukan buble lingkaran dan tabung ,jika bergeser maka lakukan penyetelan kembali hingga bubble bergeser ke tengah.
Pada pengukuran jarak ini seluruh kelompok SI-IIa melakukan pengukuran menggunakan meteran dan total station. Pada pengukuran menggunakan meteran, pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dan hasil keseluruhan dirata-ratakan,sedangkan jika menggunakan total station pengukuran antar titik hanya dilakukan satu kali karena keakurasian pengukuran menggunakan total station jauh lebih tinggi dibandingkan dengan keakurasian pengukuran menggunakan meteran.
c. Perbandingan pengukuran jarak menggunakan Total Station dan Meteran
TITIK ALAT UKURRATA-RATA
STDEVALAT
TARGET
METERAN
TOTAL STATION
5 8 27,573 27,576 27,57450,00212
1
5 6 11,175 11,161 11,1680,00989
95 7 24,143 24,143 24,143 0
6 7 19,736 19,688 19,7120,03394
1
6 8 26,466 26,251 26,35850,15202
8
7 8 9,209 9,188 9,19850,01484
9
33
Analisa Data
Untuk jarak antara titik 5-8 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,003 dengan rata-rata 27,5745 dan nilai stdev sebesar 0,002121Untuk jarak antara titik 5-6 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,014 dengan rata-rata 11,168 dan nilai stdev sebesar 0,009899Untuk jarak antara titik 5-7 tidak ada selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station dengan rata-rata 24,143 dan nilai stdev sebesar 0Untuk jarak antara titik 6-7 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,048 dengan rata-rata 19,712 dan nilai stdev sebesar 0,033941Untuk jarak antara titik 6-8 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,215 dengan rata-rata 26,3585 dan nilai stdev sebesar 0,152028Untuk jarak antara titik 7-8 selisih pengukuran menggunakan meteran dan total station adalah sebesar 0,021 dengan rata-rata 9,1985 dan nilai stdev sebesar 0,014849
2.2.3 Praktek Kerja Lapangan 3
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : Selasa, 28 Mei 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Total Station- Bak Ukur
- Dudukan - Meteran
- Prisma
4.Tujuan : 1. Dapat menyetel total station 2. Dapat mengukur jarak antar titik
5.Langkah kerja : 1. Dirikan tripod setinggi bibir bawah
34
2.Kunci sekrup pengikat dan lebarkan kaki tripod membentuksegitiga sama kaki
3. Pasang total station di atas dudukan dengan mengikatkan landasan total station dan sekrup pengunci di dudukan alat
4. Tempatkan center point pada titik yang akan didirikan total station dengan tetap memperhatikan letak dudukan alat tetap mendatar dengan cara, angkat dua kaki tripod mata melihat papda teropong center point untuk menempatkan titik yang akan didirikan total station.
5. Setel bubble dalam lingkaran dengan mengatur tinggi rendahnya kaki tripod pada setiap pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki tripod hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
6. Setel bubble pada tabung, dengan cara memutar dua sekrup ke arah dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk menempatkan center point tersebut.
7.Ulangi langkah 5 dan 6 hingga titik yang akan didirikan total station masuk ke teropong center point dan buble pada lingkaran dan tabung berada di tengah.
8.Periksa kembali kedudukan buble lingkaran dan tabung ,jika bergeser maka lakukan penyetelan kembali hingga bubble bergeser ke tengah.
Pada pengukuran ini seluruh kelompok SI-IIA melakukan pengukuran jarak hanya menggunakan alat total station karena keterbatasan waktu.
37
BAB 3
PENGUKURAN SUDUT AZIMUTH DAN KOREKSI
A.Pendahuluan
Posisi titik-titik dan orientasi garis tergantung pada pengukuran sudut dan arah. Dalam pekerjaan pengukuran tanah, arah ditentukan oleh sudut arah dan azimut. Sudut yang diukur dalam pengukuran tanah digolongkan menjadi sudut horizontal dan sudut vertikal. Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimut, sementara sudut vertikal untuk penentuan sudut zenith.
Sudut-sudut dapat diukur secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung sudut diukur di lapangan dengan kompas, theodolit kompas, theodolit biasa ataupun sextan. Sedangkan secara tidak langsung dapat diukur dengan metode pita, yang harganya dihitung dari hubungan kuantitas yang diketahui dalam sebuah segitiga atau bentuk geometrik sederhana lainnya.
Tiga persyaratan dasar untuk menentukan sebuah sudut diantaranya adalah garis awal atau acuan, arah perputaran dan jarak (besar) sudut.
B.Latar belakang
Pengukuran sudut azimuth dilakukan untuk mendapatkan sudut yang benar untuk suatu poligon agar poligon tersebut bisa dikoreksi sudut dan jaraknya sehingga dapat digambarkan diatas bidang kertas.
C.Landasan Teori
C.1 Sudut Jurusan (Azimut)
38
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai arah acuan.
Seperti ditunjukkan dalam gambar bawah ini, Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan.
C.2 Perhitungan Sudut Jurusan Dari Sudut Ukuran- Polygon Terbuka
Kwadran dari sudut jurusan setiap garis polygon diperlukan untuk menghitung koordinat titik-titiknya. Langkah pertama adalah menghitung sudut jurusan setiap garis dari sudut ukuran yang diperoleh.
- Polygon TertutupSebelum sudut jurusan dari polygon tertutup dihitung, sudut ukuran harus diratakan agar
jumlah sudut totalnya sama dengan
a. (2n + 4) x 90, untuk sudut-sudut luarb. (2n – 4) x 90, untuk sudut-sudut dalam
- Beberapa Alternatif Untuk Mendapatkan Sudut JurusanBeberapa cara yang mungkin untuk mendapatkan sudut jurusan langsung di lapangan
adalah akan diterangkan kemudian. Dalam gambar a sudut jurusan AB, BC, CD, diperlukan untuk keperluan hitungan.
Theodolite dipasang di A dengan kedudukan biasa dan bacaan 00º00'00" diarahkan ke target RO (reference Object), dimana arah RO ini adalah mengarah ke Utara.Ketika Theodolite diarahkan ke stasiun B, bacaannya adalah 70º00'00". Jadi, ini adalah besar dari sudut jurusan AB.
39
RO
N
N
N
A
B
C
D
0
90
180
270
180
270 90
90
180
270
0
0
Gambar a. Cara Mencari Sudut Jurusan AB, BC, CD
Theodolite kemudian dipindahkan ke titik B dan sudut jurusan BC didapatkan dengan cara salah satu diantara metode dibawah ini. Prinsipnya adalah memasang theodolite sehingga selalu mengarah ke Utara.
- Metode Sudut Jurusan Kebelakanga. Hitung sudut jurusan kebelakang dari garis AB.
Sudut jurusan kebelakang adalah 70º00'00" + 180º00'00" = 250º00'00"Masukkanlah sudut jurusan ini ke bacaan alat sehingga terbaca bacaannya adalah 250º00'00" tanpa merubah arah dari teropong.
b. Kemudian dengan mengunci satu pengunci horizontal (Hold), arahkanlah teropong ke titik A. Karena teropong kearah titik A masih mempunyai sudut 250º00'00", demikian sudut 00º00'00" tetap terarah ke Utara.
c. Lepaskanlah kunci dari pengunci horizontal (Unhold) dan putarlah teropong secara horizontal untuk kemudian diarahkan ke titik C. Bacalah sudut horizontalnya, misalnya bacaannya adalah 130º00'00", dan ini adalah sudut jurusan BC.
d. Pindahkan instrument ke titik C. Atur dan arahkanlah ke titik B dengan bacaan linkaran horizontalnya 130º00'00" + 180º00'00" = 310º00'00".
e. Lakukanlah seperti pada tahap C dengan mengarahkan ke titik D dan bacaan sudutnya adalah 40º00'00", dan ini adalah sudut jurusan CD.
- Metode Langsung Dengan Cara Berjalana. Ketika selesai melakukan pengamatan dengan cara biasa di titik A, jagalah bacaan
70º00'00" di lingkaran horizontal dengan mengunci klemnya (Hold).b. Pindahkan instrument ke titik B, dan arahkan teropong ke titik A dengan keadaan luar
biasa dan bacaan horizontal sama dengan 70º00'00". Keadaan ini dapat dilihat pada gambar 16.17 (a).
c. Putarlah teropong 180º00'00" secara vertical sehingga seperti pada gambar 16.17 (b) (dari keadaan luar biasa menjadi keadaan biasa) dan arahkan ke titik A sembari melepas klem sudut horizontal (Unhold). Dalam kedudukan ini skala 00º00'00" tetap mengarah ke Utara.
d. Putarlah alat dan arahkan ke titik C. Bacaan sudut horizontalnya kini menjadi 130º00'00" dan ini merupakan sudut jurusan BC.
Perlu diketahui bahwa dalam ke dua metode di atas, sudut-sudut diukur hanya sekali, sehingga mungkin ada kesalahan dalam pengukuran yang tidak diketahui. Sesungguhnya ke
40
dua metode ini kurang baik untuk mengukur sudut dan menghitung sudut jurusan. Namun demikian, kedua metode ini sering digunakan di lapangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan ketelitian tinggi.
Gambar b. Metode Langsung Dengan Cara Berjalan
C.3 Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran
-Kompas
Kompas adalah alat bantu untuk menentukan arah mata angin. Bagian-bagian kompas yang penting antara lain : 1. Dial, yaitu permukaan di mana tertera angka dan huruf seperti pada permukaan jam. 2. Visir, yaitu pembidik sasaran
3. Kaca Pembesar, untuk pembacaan pada angka 4. Jarum penunjuk 5. Tutup dial dengan dua garis bersudut 45 6. Alat penggantung, dapat juga digunakan sebagai penyangkut ibu jari untuk menopang kompas pada saat membidik.
Angka-angka yang ada di kompas dan istilahnya
North = Utara = 0 North East = Timur Laut = 45 East = Timur = 90 South East = Tenggara = 135 South = Selatan = 180 South West = Barat Daya = 225 West = Barat = 270 North West = Barat Laut = 325
Cara Menggunakan Kompas
41
1. Letakkan kompas anda di atas permukaan yang datar. setelah jarum kompas tidak bergerak lagi, maka jarum tersebut menunjuk ke arah utara magnet.2. Bidik sasaran melalui visir dengan kaca pembesar. Miringkan sedikit letak kaca pembesar, kira-kira 50 di mana berfungsi untuk membidik ke arah visir dan mengintai angka pada dial.3. Apabila visir diragukan karena kurang jelas dilihat dari kaca pembesar, luruskan saja garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah dilihat melalui kaca pembesar
JENIS KOMPAS
1. Kompas Bidik
Kompas bidik adalah kompas yang biasa digunakan oleh militer, pramuka, dan pengembara. Kompas ini mudah mendapatkannya, harganyapun relatif murah, juga penggunaannya cukup sederhana serta lengkap.a. Kompas bidik lensa/kaca;b. Kompas bidik Prisma;Untuk menggunakan kompas bidik ini mesti dilengkapi juga dengan penggaris, busur drajat, dan lain-lain2. Kompas Silva
Kompas ini sudah dilengkapi busur drajat dan penggaris. Dalam penggunaannya akan sangat mudah karena kompas ini tidak dilengkapi alat bidik. Kecermatan bidik kompas ini agak kurang.3. Kompas M 53 A 515
Kompas yang ketiga ini merupakan penyempurnaan, atau gabungan dari kedua bentuk kompas yang pertama dan kedua. Cara kerja kompas ini yaitu kemampuan kompas bidik digabung dengan kompas Silva sehingga makin mudah digunakan; paling tidak untuk saat ini.4. Geografical Position Satelite
Saat ini banyak pula pendaki gunung yang memanfaatkan alat navigasi sistem GPS, yang merupakan singkatan dari Geografical Position Satelite. Sistem ini dikembangkan dengan bantuan satelit militer Amerika Serikat yang digunakan untuk kebutuhan komersial.Sebenarnya alat ini digunakan untuk navigasi udara, tetapi dalam perkembangannya atau kenyataannya saat ini, juga bisa digunakan untuk navigasi darat dan laut. Secara garis besarnya bentuk alat ini kurang lebih sebesar kalkulator. Pengoperasian alat ini dibantu oleh minimal 3 buah satelit pengamat.Alat ini banyak diminati di Indonesia, walaupun ada kekhawatiran bagaimana seandainya bekas satelit militer Amerika itu tidak digunakan oleh kegiatan sipil. Menurut rencana pemerintah Indonesia akan mengorbitkan satelit sejenis dan mengoperasikannya. Jadi untuk perkembangan dunia petualangan, alat ini memang perlu dipelajari dan mempunyai prospek yang baik.-Tripod
Tripod berfungsi sebagai tempat atau dudukan pesawat theodolit maupun total station.
Cara penggunaan statif atau tripod sebagai berikut :Buka tali pengikat tripod dan pasangkan sedemikian rupa sehingga ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Pemasangan atau penyetelan tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang membidik/mengukur, jangan terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
-Jalon
Jalon disebeut juga anjir.Jalon ini memiliki panjang 202 cm atau 2,02 meter.Seperti tertera pada gambar diatas, jalon mempunyai dua jenis, yakni jenis jalon yang dapat disambung dan jalon yang permanen.
Jalon memiliki dua warna yang saling selang-seling, yakni warna merah dan putih. Warna merah disusun tiap + 25 cm dan diselingi dengan putih yang juga + 25 cm, begitu seterusnya hingga 202 cm.Warna merah putih dipilih karena warna tersebut kontras dengan lingkugan apapun seperti di hutan, pantai, sungai, jalan, kota,dll.
Jalon memiliki diameter sekitar + 2,5 cm.Dahulu jalon terbuat dari kayu, namun seiring berjalannya waktu penggunaan kayu mulai ditinggalkan dan diganti oleh besi. Jalon terbuat dari pipa besi (besi berongga) yang ujungnya berbentuk runcing dan pangkalnya berbentuk datar. Panjang ujung runcing jalon sekitar + 11 cm dihitung dari ujung jalon.
Jalon berfungsi untuk membantu dalam pengukuran di lapangan sebagai pelurusan dalam mengukur.
44
Jalon dapat digunakan apabila pengukuran tidak dapat dilakukan dengan sekali membentangkan pita ukur karena jarak yang diukur melebihi panjang pita ukur dan atau permukaan tanahnya tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu dipenggal-penggal.
Cara penggunaan :Dalam penggunaannya, jalon dapat digunakan dengan cara menancapkan jalon pada
tanah sampai jalon itu dapat berdiri tegak lurus.
D. Praktek Lapangan
Praktek Kerja Lapangan
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : Selasa, 24 juni dan 2 juli 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Total Station- Kompas
- Dudukan - jalon
- Penjepit
4.Tujuan : 1. Dapat menyetel total station 2. Dapat mengukur besar sudut azimuth
5.Langkah kerja : 1. Dirikan tripod setinggi bibir bawah2.Kunci sekrup pengikat dan lebarkan kaki tripod
membentuksegitiga sama kaki 3. Pasang kompas diatas dudukan4.Dirikan jalon di arah utara alat5. Letakkan kompas anda di atas permukaan yang datar. setelah jarum kompas tidak bergerak lagi, maka jarum tersebut menunjuk ke arah utara magnet.6. Bidik sasaran melalui visir dengan kaca pembesar. Miringkan sedikit letak kaca pembesar, kira-kira 50 di mana berfungsi untuk membidik ke arah visir dan mengintai angka pada dial.
45
7 Apabila visir diragukan karena kurang jelas dilihat dari kaca pembesar, luruskan saja garis yang terdapat pada tutup dial ke arah visir, searah dengan sasaran bidik agar mudah dilihat melalui kaca pembesar8. Pasang total station di atas dudukan dengan mengikatkan
landasan total station dan sekrup pengunci di dudukan alat9. Tempatkan center point pada titik yang akan didirikan total
station dengan tetap memperhatikan letak dudukan alat tetap mendatar dengan cara, angkat dua kaki tripod mata melihat papda teropong center point untuk menempatkan titik yang akan didirikan total station.
10. Setel bubble dalam lingkaran dengan mengatur tinggi rendahnya kaki tripod pada setiap pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki tripod hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
11. Setel bubble pada tabung, dengan cara memutar dua sekrup ke arah dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk menempatkan center point tersebut.
12.Ulangi langkah 5 dan 6 hingga titik yang akan didirikan total station masuk ke teropong center point dan buble pada lingkaran dan tabung berada di tengah.
13.Periksa kembali kedudukan buble lingkaran dan tabung ,jika bergeser maka lakukan penyetelan kembali hingga bubble bergeser ke tengah.
Pada pengukuran sudut azimuth ini kelas SI-IIA melakukan pengukuran pada looping 5678 dan pengukuran sudut azimut ini membuktikan setiap pengukuran di tiap titiknya kembali ke sudut 360.
Kata tacheometry berarti “mempercepat pengukuran”. Kata tersebut berasal dari bahasa Yunani, “Tacheos” yang artinya cepat dan “metron”, yang artinya pengukuran. Jadi
54
arti nyatanya adalah “suatu metode pengukuran jarak tanpa menggunakan pita ukur”. Jarak, baik horizontal maupun vertikal, keduanya diukur dengan menggunakan kelengkapan optik dari suatu teropong. Pengukuran tinggi tiang bendera dan tower menggunakan konsep tacheometry.
B.Latar Belakang
Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui tinggi sebenarnya dari benda yang tinggi yang susah diukur dengan alat ukur meteran yaitu tiang bendera dan tower dengan metode tacheometry dan alat theodolite.
C.Landasan Teori
Ketelitian yang dapat diperoleh dengan metode tacheometry bervariasi mulai dari 1:500 sampai 1:10.000. Metode tersebut memiliki keuntungan, antara lain: bahwa kondisi pengukuran untuk permukaan yang sulit tidak mempengaruhi dan banyak hal ketelitiannya lebih tinggi dari pada hasil yang diperoleh dengan cara yang umum yakni pengukuran langsung dengan pita ukur.
Terdapat banyak system tacheometry, tetapi di dalam syllabus yang bermacam-macam itu hampir semuanya menceritakan system yang menggunakan theodolite umum/biasa dan dapat digunakan bersama-sama dengan beberapa bentuk rambu ukur.
Dalam setiap system, suatu sudut kecil, yang disebut sudut paralaktis, diukur oleh theodolite ke arah garis basis pendek yang dibentuk pada sebuah rambu ukur yang terpasang horizontal maupun vertikal. Jarak antara theodolite dan rambu merupakan fungsi dari sudut paralaktis tersebut. Sudut ini bisa dibuat tetap atau berubah-ubah, tergantung dari system tacheometry yang digunakan seperti terlihat dalam tabel 14.1. di bawah ini:
Tebel Macam-macam jenis Tacheometry
SUDUT PARALAKTI
POSISI RAMBU SYSTEM TACHEOMETBerubah Vertikal (1) Tangensial
Tetap Vertikal (2) Stadia
Berubah Mendatar (3) Substense Bar
Tetap Mendatar (4) Optical Wedge
Tacheometry TangensialSecara garis besar mungkin, Tacheometry Tangensial adalah system yang paling tidak
teliti. Walaupun demikian, system ini sangat mudah untuk dikerjakan. Dalam bentuk yang paling sederhana (gambar a), jarak mendatar AB dan beda tinggi AB akan ditentukan.
55
+T
A
D
C
s
i =1,40 m
B
H
θ
Gambar a Tacheometry Tangensial
Prosedureb. Theodolite dipasang pada titik A dan dicatat tinggi alat di atas titik, AT =
1.400mc. Teropong diatur sehingga terbaca sudut 00º00’00” dan garis bidik jatuh pada
titik C dirambu yang ditempatkan tegak pada titik B. Dicatat bacaan = 1.022md. Sekrup pengunci lingkaran vertikal dibuka dan diarahkan teropong ke titik D.
Dicatat bacaan rambu 3,022m dengan sudut vertical 01º30’00”.e. Perbedaan antara ke dua bacaan rambu adalah 3,022 – 1,022m = 2,00m. Harga
ini sama dengan selisih benang dan umumnya diberi huruf “s”Rumus Dasar
Dalam segitiga TCD, sudut TCD adalah 90º00’00”. TC adalah jarak datar H dan DC adalah selisih benang “s”, sehingga:
sH=tan
θ
Jadi,H= s
tan θ= 2
0 ,026186=76 ,37 m
Metode ini jarang dipakai, tetapi keterangan ini dapat menggambarkan prinsip dari Tacheometry Tangensial yang akan digunakan dalam hal-hal berikut (gbr. 14.2). Jarak datar dan beda tinggi antara titik A dan B akan ditentukan panjangnya.
56
+T
(a)
+
(b)
T
i
A
B
C
D
H
E
s
h
∆L
V
θα
i
H E
C
D
s
B
h
A
V
θα
∆L
Gambar b Tacheometry Tangensial Dengan Kedudukan Tidak Mendatar
Prosedur:Sudut vertikal θ dan α diukur ke titik C dan D pada rambu ukur yang sudah dipasang pada B. Tinggi alat adalah I, bacaan rambu C dan D serta sudut tegak θ dan α semuanya dicatat.Rumus DasarDalam segitiga DTE dan CTE, sudut E adalah sudut 90 dan ET = jarak mendatar H dan (D-C) = “selisih benang” (s)DE = H tang α danCE= H tang θSehingga DE – CE = H tang α - H tang θMaka s = H (tang α- tang θ)
Jadi H =
stan α−tan θ
Dalam gambar 14.2(a) tinggi V antara sumbu putar theodolite dan bacaan rambu C adalah V = H tan θ.Beda tinggi (L), antara stasion A dan B adalah sebagai berikut:L = i + V – H = i + H tang θ – hSedangkan dalam gambar b)L = I – V – H = L = i – H tang α – h
Dan kemungkinan-kemungkinan lain masih bisa terjadi.Dalam gambar 14.3, θ adalah sudut vertikal naik. Sedangkan α adalah sudut vertikal turun.
Dalam segitiga TED: DE = H tan αDan dalam segitiga TEC: CE = H tan θSehingga DE + CE = H tang α + H tang θDan DE + CE = s = H (tang α – tang θ), sehingga
H =
stan α+ tan θ
Beda tinggi L antara A dan B
57
L = i – V – h
= i – H tang α – h
Kesalahan-kesalahan dalam Tacheometry Tangensial Sumber-sumber dari kesalahan besar (gross error) adalah:
Dalam pengukuran tacheometry tangensial, pengamat seharusnya tidak bertindak sebagai pencatat jika banyak sekali data yang harus dicatat. Dengan seorang pencatat yang berpengalaman, kesalahan pencatatan sangat jarang terjadi. Dalam pengukuran Tacheometry Tangensial, sudut tegak/vertikal harus dicheck, dengan mengukur dalam keadaan biasa dan luar biasa sehingga kehati-hatian diperlukan pada pembacaan sudut vertikal serta pembacaan rambu ukur.
Kesalahan Sistematik dihasilkan dari:a. Tidak tegaknya rambu ukur
Dalam gambar 14.4 (a) rambu ukur dimiringkan ke arah belakang dari posisi normal. Segmen garis AB pada rambu digunakan untuk hitungan dan AB pada posisi ini lebih panjang dari AB pada posisi rambu yang benar-benar tegak sehingga hasilnya H lebih panjang. Gambar 14.4 (b) adalah kebalikan dari kasus di atas, dimana pada hal ini AB lebih pendek dari AB pada posisi yang benar-benar tegak sehingga H akan lebih pendek pula. Ada kemungkinan H akan lebih besar bila salah dalam ketegakan rambu cukup besar.
Rambu-rambu tacheometry harus selalu dipasang dengan pegangan dan harus digunakan nivo kotak untuk menjamin bahwa rambu tetap tegak bila dilihat dari segala arah.
+T
(a)
Bak Ukur condong ke belakang
B
+
A
A
(b)
A
BBak Ukur condong ke muka
T
Gambar Tidak tegaknya Posisi rambu ukur
b. Refraksi diferensial (Refraksi untuk setiap lapisan udara berbeda) Refraksi mempunyai pengaruh penting pada ketelitian pengamatan.. Kerapatan udara berubah secara konstan sehingga semakin dekat ke bumi
58
semakin rapat dan hal ini menyebabkan garis bidik yang rendah mempunyai kesalahan yang besar dibandingkan dengan garis bidik yang tinggi. Untuk menghindari (meminimalisir effek ini), maka sebaiknya bidiklah setinggi mungkin. Dan pada prakteknya kita biasa membidik rambu dengan bacaan paling rendah adalah 1 m
Cara-cara mengurangi hitunganMenurut rumus dasar:
H= stan α±tanθ
=
jarak datar
ΔL=i±H tanθ−h= beda tinggiKarena hitungannya cukup panjang, maka pada saat pengamatan biasanya dibuat
sedemikian rupa sehingga mempercepat pemgamatan dan hitungan (gbr. 14.2).Prosedure yang biasa dipakai:a. “Selisih Benang” (s) diambil tetap
Biasanya interval (s) diambil tetap sepanjang 2 atau 3 m.Contoh: s = 2,00m α = ± 3º30' θ = ± 2º54'
H =
stan α−tan θ =
2 , 00tan3 ° 30 '−tan 2° 54 ' =
=
2,000 ,0612−0 ,0507 =
2 ,000 ,0105
=95 ,24 x 2,00m
= 190,48 m
Untuk mencegah efek refraksi, sebaiknya rambu dibaca di atas 1,00m, dan harga interval bacaan rambu (s) diambil 2,00m. Ini disebabkan semakin tinggi rambu dibaca maka semakin besar kesalahan yang mungkin terjadi karena miringnya rambu. Jadi bacaan yang baik ialah ±1,000m untuk bagian bawah dan ± 3,000m untuk bagian atas sehingga s = 3,00 – 1,00 = 2,00 m.Untuk menghindari kesalahan bidik maka bidiklah rambu tepat pada skala 1,00m dan 3,00m
b. Nilai (tanα – tanθ ) = diambil tetapMisalkan kita tentukan bahwa harga (tan α – tan θ ) = 0,01
Bila θ = + 7º48'
maka tan 7º48' = 0,1370
sehingga untuk memenuhi syarat di atas (0,01) maka tan α harus sama dengan 0,1370 + 0,01 = 0,1470
Jadi α = arctan 0,1470 = + 8º22'
Kemudian sudut ini diset pada theodolite sehingga akan didapat kedua bacaan rambu yang dicari.
59
Pencatatan Data UkurPada tacheometry, skets gambar emerupakan alat yang sangat menolong ketika
menghitung hasil pengukuran dan sebaiknya setiap skets pengukuran selalu disertakan pada buku ukur. Cara pengisisan yang baik dapat dilihat pada tabel Kolom 1 s/d 6 dan 9 diisi dilapangan dan kolom 5 s/d 8 diisi setelah selesai pengukuran.
V=−143 ,88×0 ,0087=−0 , 750 mL = V karena i = h = -0,750m
Tinggi D = 72,201 -0,750 = 71,451m.Tacheometry StadiaSystem stadia selalu menggunakan bantuan segitiga yang sebangun. Pada gambar f segitiga ABC dan AEF adalah dua buah segitiga yang sebangun. Jadi
ACAF
=BCEF
60
AC= BCEF
×AF
Dengan cara yang sama
AC= BDEG
×AF
AC=BD× AFEG
Gambar f Tacheometry Stadia
Pada gambar ini panjang AF = 40mm dan EG = 8mm sehingga
AFEG
=408=5
1 . Karena BD = 20mm, maka AC = 20 x 5/1 = 100mm. Prinsip ini digunakan sebagai dasar dari Tacheometry Stadia.Prosedur
Pengukuran tacheometry stadia dapat menggunakan alat theodolite maupun water-pass. Pada contoh gambar g. digunakan alat waterpass dan akan dihitung jarak horizontal dan beda inggi titik A dan B.Langkah-langkah
a. Pasang dan set alat waterpass di atas titik A dan ukurlah tinggi alat i = 1,300m.b. Arahkan teropong ke rambu yang didirikan di titik B. Baca dan catat bacaan
benang tengah C = 2,340m.c. Baca dan catat bacaan benang atas dan benang bawah (BA = 2,660 dan BB =
2,020m), garis stadia D dan Ed. Selisih antara D dan E sama dengan selisi benang (s)
s = 2,660 – 2,020 = 0,640m
e. Dapat diterangkan bahwa untuk alat-alat yang modern, jarak datar AB adalah: AB = H = 100X 0,640 = 64,0m
f. Beda tinggi Ab = 1,300 – 2,340 = - 1,040m
+T
A
D
C s
i
B
H
Ev
Gambar g. Pengukuran Tacheometry Stadia
61
Garis Bidik Tidak MendatarBila garis bidik tidak mendatar, maka ada 2 kemungkinan cara pemasangan rambu
yang salah, yaitu:
a. Rambu Tegak Lurus Terhadap Garis BidikAkan diukur jarak datar dan beda tinggi AB dari gambar 14.8.1. Pasang dan atur theodolite di atas titik A dan arahkan teropong ke titik B.
Rambu ukur pada titik B harus pada posisi tegak lurus terhadap garis bidik. Hal ini dapat terjadi dengan bantuan sebuah alat yang ditempelkan pada rambu diketinggian setinggi alat. Kemudian pemegang theodolite membidik ke rambu dari alat tersebut.
2. Pengamat membaca dan mencatat ke 3 benang stadia (BA, BT, dan BB) dan sudut vertical dari benang tengah.Rumus Dasar:Jarak mendatar AB = DKarena rambu tegak lurus terhadap garis bidik, maka sudut vertical = 00º00'00" dan L = m.s + kPada IMP dengan besar sudut di P = 90ºIPIM
=cosθ
D1=L cosθ=(ms+k )cosθ
+I
A
i
D
PD1
B
∆L
H
hh
D2
D2
θ
θ
OM
Garis Bidik Tidak Mendatar dan Rambu Tegak Lurus Terhadap Garis BidikPada MOB dengan besar sudut di O = 90º
Sudut MBO = θMOMB
=sin θ
MO=MB sin θ
62
D2=MB sin θ
Karena D=D1+D2
Jadi D=(ms+k )cosθ+MB sin θ
Beda tinggi (L)Pada IMPMPIM
=sin θ
MP=IM sinθH=L sin θ=(ms+k )sin θPada MOBOBMB
=cosθ
h=ms cosθ
ΔL=i+H−h
ΔL=i+(ms+k )sin θ−MB cosθ
Dengan cara yang sama, untuk sudut yang arahnya berlawanan (sudut miring turun) didapat:
D=(ms+k )cosθ−MB sin θΔL=i−(ms+k )sin θ−MBcosθ
Sistem ini digunakan bila sudut miringnya lebih besar dari 30º (walaupun sebenarnya dapat digunakan untuk semua sudut.Karena daerah dengan kemiringan di atas 30º jarang ditemui, diban-dingkan dengan yang mempunyai kemiringan di bawah 30º, maka cara b, rambu dalam keadaan tegak lurus terhadap bidang datar lebih sering digunakan.
b. Rambu Dalam Keadaan TegakAkan dihitung beda tinggi dan jarak datar antara titik A dan B pada gambar 14.9. Langkah pengukurannya sama dengan cara a. Hanya posisi rambu ukur disini dalam keadaan tegak lurus terhadap bidang datar. Untuk menegakkannya dibantu dengan nivo kotak (hand level) yang ditempelkan pada bak ukur tersebut.
Rumus Dasar:Seandainya posisi rambu tegak lurus garis bidik dan T1L1 adalah selisih benang (s), maka:
L=(m×T 1 L1+k )Tetapi karena rambu dalam keadaan tegak dan TL = s, maka:Lihat TT 1M Lihat LL 1M
M = θ L1 M=LM cosθ dan
T1 = 90º T 1 L1=TL cosθ
63
Jadi,
T1 M
TM=cosθ
T 1 M=TM cos θ
Karena L = m×T 1 L1+k
= m×TL cosθ+k
= mS cosθ+k
Lihat IMPIPIM
=cosθ
IP=IM cosθD1=L cosθ
= (mS cosθ+k ) cosθ
D1=mS cos2θ+k cosθ
Juga
MPIM
=sin θ
MP=IM sinθ
H=L sin θ
= (mS cosθ+k ) sin θ
H=mS cosθ sin θ+k sin θIMP
MPIP
=tanθ
MP=IP tan θ
H=D1 tan θ
Beda tinggi AB = L = i+ H – h (sudut miring naik)
Atau AB = L = i – H – h (sudut miring turun)
+I
A
i
PD1
B
∆L
H
hh
θ
T
M
L L1
T1
s
Garis Bidik Tidak Mendatar dan Rambu Tegak Lurus Terhadap Permukaan Tanah
Kesalahan-kesalahan Dalam Tacheometry Stadia
64
a.Gross Error, penyebabnya sama seperti cara sebelumnya (system tangensial)b. Salah dalam membaca skala rambu lebih sering terjadi pada cara ini karena
banyaknya pembacaan rambu dan setiap pembacaan harus menggunakan interpolasi
c.Juru tulis sebaiknya dapat mendeteksi kesalahan dengan membandingkan selisih bacaan benang atas dengan bacaan benang tengah (BA - BT) dengan selisih bacaan benang tengah dengan bacaan benang bawah (BT - BB). Besar selisih ini harus sama. Jika tidak bacaan harus diulangi
d. Salah Sistematis, sama seperti cara sebelumnya (system tangensial), yaitu kesalahan timbul akibat dari tidak tegaknya rambu dan refraksi differential
Cara-cara Memudahkan HitunganRumus dasar untuk system Tacheometry Stadia dengan rambu tegak adalah:
Jarak Datar D=ms cos2θ
Beda Tinggi ΔL=i±D tanθ−h
Atau ΔL=i±(ms cosθ sin θ)−h
Untuk instrument yang mempunyai m = 100 dan k = 0Rumus-rumus ini membutuhkan waktu yang panjang untuk menghitungnya sehingga dibuatlah suatu metoda untuk menyederhanakan dan mempercepat hitungan.
Penggunaan Tacheometry Stadia dan TangensialKetelitian maksimum yang dapat dicapai dengan kedua cara ini ialah 1:1000,
sehingga penggunaannya terbatas, yaitu hanya untuk penentuan spot height untuk pengonturan dan mendapatkan detail-detail tambahan.
Jalur dari rencana suatu jalan yang menunjang, tergambar pada gambar 14.21. Karena beberapa stasiun alat akan digunakan, maka pengukuran dilakukan dalam bentuk polygon terbuka dengan mengukur sudut-sudut antara stasiun RO sampai D. Jarak-jarak diukur secara tacheometry dalam dua arah dan kemudian polygon dihitung (dirata-ratakan) dan di plot seperti yang sudah diterangkan.
Pada setiap stasiun diamati beberapa arah dengan berorientasi RO untuk mendapatkan posisi dan ketinggian titik-titik detail tersebut.
Spot height diplot pada peta rencana dengan busur derajat dan penggaris. Kemudian tarik garis kontur dengan interpolasi diantara titik-titik spot height tersebut.Cara stadia dan tangensial biasanya dipakai bila keadaan daerahnya menyulitkan untuk mengukur dengan pita ukur atau bila ketelitian yang diminta cukup rendah.
Cara ini mempunyai keuntungan, antara lain: cepat, peralatan yang digunakan tidak banyak dan memerlukan sedikit surveyor.
RO
1
2
4 3
A
5
6
7
89
10
20
12
11
13
14
16
15
23 24
25
B
26
C
28
27
34
29
31 30
37
36
38
D39
40
35
17
181921
223332
41
65
Urutan Dari Pengamatan
D. Kerja Prakteka.Praktek Kerja Lapangan
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : Selasa, 9 juli 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Theodolite- bak ukur
- Dudukan - Unting-unting
- Meteran baja
4.Tujuan : 1. Dapat menyetel theodolite 2. Dapat mengukur tinggi tiang bendera dan tower
5.Langkah kerja : 1. Dirikan tripod setinggi bibir bawah2.Kunci sekrup pengikat dan lebarkan kaki tripod
membentuksegitiga sama kaki 3. Pasang total station di atas dudukan dengan mengikatkan
landasan total station dan sekrup pengunci di dudukan alat4.Tempatkan center point pada titik yang akan didirikan total
station dengan tetap memperhatikan letak dudukan alat tetap mendatar dengan cara, angkat dua kaki tripod mata melihat papda teropong center point untuk menempatkan titik yang akan didirikan total station.
5.Setel bubble dalam lingkaran dengan mengatur tinggi rendahnya kaki tripod pada setiap pergeseran gelembung nivo dengan menggunakan sekrup menyetel kaki tripod hingga gelembung nivo bergeser ke tengah.
6.Setel bubble pada tabung, dengan cara memutar dua sekrup ke arah dalam atau luar secara bersamaan, dan sekrup yang satu digunakan untuk menempatkan center point tersebut.
7.Ulangi langkah 5 dan 6 hingga titik yang akan didirikan total station masuk ke teropong center point dan buble pada lingkaran dan tabung berada di tengah.
8.Periksa kembali kedudukan buble lingkaran dan tabung ,jika bergeser maka lakukan penyetelan kembali hingga bubble bergeser ke tengah.
9.Dirikan bak ukur pada titik target10.ukur jarak titik alat dengan titik target11.setel sudut vertikal 90 derajat dan baca ukuran pada bak ukur12.lalu tembakkan alat ke puncak targel lalu baca ukuran sudut
d.Data pengukuran tinggi tiang bendera kelompok 1,2,3,4, SI-2A
NO KELOMPOK TINGGI TIANG BENDERA
1 10,0592 10,0613 10,114 10,116
RATA-RATA 10,0865
Analisa Data
Setelah merata-ratakan hasil pengukuran tiang bendera seluruh kelompok,disimpulkan:-hasil pengukuran kelompok 1 sebesar 10,059 memiliki selisih 0,0275 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 2 sebesar 10,061 memiliki selisih 0,0255 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 3 sebesar 10,11 memiliki selisih 0,0235 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok
70
40
1,514
-hasil pengukuran kelompok 4 sebesar 10,116 memiliki selisih 0,0295 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok
Jadi hasil pengukuran kelompok tiga adalah hasil pengukuran yang memiliki selisih paling sedikit dengan nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok.
e.Data pengukuran tower 1 kelompok 1,2,3,4, SI-2A
NO KELOMPOK TINGGI TOWER 1
1 19,062 18,936
18,9363 18,246
18,2334 18,386
18,237RATA-RATA 18,576
Analisa Data
Setelah merata-ratakan hasil pengukuran tower 1 seluruh kelompok,disimpulkan:-hasil pengukuran kelompok 1 sebesar 19,06 memiliki selisih 0,484 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 2 sebesar 18,936 memiliki selisih 0,36 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 3 sebesar 18,2395 memiliki selisih 0,3365 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 4 sebesar 18,3115 memiliki selisih 0,2645 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok
Jadi hasil pengukuran kelompok empat adalah hasil pengukuran yang memiliki selisih paling sedikit dengan nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok.
f.Data pengukuran tower 2 kelompok 1,2,3,4, SI-2A
NO KELOMPOK TINGGI TOWER 1
1 31,1392 28,8813 31,068
31,094 31,159
71
RATA-RATA 30,667
Analisa Data
Setelah merata-ratakan hasil pengukuran tower 2 seluruh kelompok,disimpulkan:-hasil pengukuran kelompok 1 sebesar 31,139 memiliki selisih 0,472 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 2 sebesar 28,881 memiliki selisih 1,786 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 3 sebesar 31,079 memiliki selisih 0,412 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok-hasil pengukuran kelompok 4 sebesar 31,159 memiliki selisih 0,492 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok
Jadi hasil pengukuran kelompok tiga adalah hasil pengukuran yang memiliki selisih paling sedikit dengan nilai rata-rata pengukuran seluruh kelompok.
G.Data pengukuran tinggi tiang bendera kelas SI-2A,B,D,E,TPJJ-2A
NO KELAS TINGGI TIANG BENDERA
SI-2A 10,0865SI-2B 10,077SI-2DSI-2E 10,091
TPJJ-2ARATA-RATA 10,0848
Analisa Data
Setelah merata-ratakan hasil pengukuran tinggi tiang bendera seluruh kelas,disimpulkan:-hasil pengukuran kelas SI-2A sebesar 10,0865 memiliki selisih 0,0017 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas-hasil pengukuran kelas SI-2B sebesar 10,077 memiliki selisih 0,0078 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas-hasil pengukuran kelas SI-2E sebesar 10,091 memiliki selisih 0,0062 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas
Jadi hasil pengukuran kelas SI-2A adalah hasil pengukuran yang memiliki selisih paling sedikit dengan nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas.
H.Data pengukuran tinggi tower kelas SI-2A,B,D,E,TPJJ-2A
NO KELAS TINGGI TOWER
SI-2A 18,576
72
SI-2BSI-2DSI-2E 16,86
TPJJ-2ARATA-RATA 17,7180
Analisa Data
Setelah merata-ratakan hasil pengukuran tinggi tiang bendera seluruh kelas,disimpulkan:-hasil pengukuran kelas SI-2A sebesar 18,576 memiliki selisih 0,858 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas-hasil pengukuran kelas SI-2E sebesar 16,86 memiliki selisih 0,858 dari nilai rata-rata pengukuran seluruh kelas
Praktek kerja lapangan 2
Ketua : Raden Muhammad PurwaAnggota : - fiqriansyah Nasution
- Hertika R.Batubara- Juliaky Simbolon- Muhammad Hidayat- Naomi Oktriani Damanik
1.Hari / tgl : senin, 22 juli 2013
2.Lokasi : Lapangan Politeknik Negeri Medan
3.Alat dan bahan : - Tripod- Total station- prisma- bak ukur
Setelah melakakukan pengukuran sudut horizontal dan pengukuran jarak,hasil pengukuran seluruh kelas dirata-ratakan,sehingga didapat data diatas,dan dapat digambarkan di atas bidang kertas
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Pengukuran yang digunakan adalah pengukuran poligon tertutup, dimana titik awal dan titik akhirnya terletak pada titik yang sama.
2. Dari data praktikum poligon dapat diambil beberapa hal, yaitu : sudut, jarak dan azimut dari suatu daerah.
3. Dari azimut yang didapatkan dapat diketahui koordinat titik – titik poligon yang akan diplotkan ke kertas gambar.
4. Kesalahan perhitungan poligon dapat disebabkan oleh 3 faktor yaitu : faktor manusia, faktor alat dan faktor alam.
B.SARAN 1. Mengupayakan ketelitian dalam pembacaan alat, pengutaraan dan kalibrasi. 2. Mengusahakan pemilihan waktu pelaksanaan, keadaan cuaca yang cerah. 3. Pemilihan lokasi patok dengan tanah yang mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
83
Frick, heinz. 1979. Ilmu Ukur Tanah. Kanisius. Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah.
Sosrodarsono. Suyono. 1983. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Wongsotjitro, Soetomo. 1964. Ilmu ukur tanah. Kanisius. Jakarta