ULFAH ANDINI 1410015211065 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktikum Ilmu Ukur Tanah dan menyelesaikan laporan ini. Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Ukur Tanah yang telah dilaksanakan pada Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, yang dimulai dari tanggal 10 s/d 11 Oktober. Praktikum ini diprioritaskan sebagai pengembangan dan pemantapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan Ilmu Ukur Tanah. Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu sudah sepantasnya-lah penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Kepada Ibu Embun Sari Ayu ST,MT. selaku Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah dan Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta Padang. 2. Kepada para instruktur Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, yaitu : 1. Anggi Prasetia Pranajaya LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS BUNG HATTA
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ULFAH ANDINI1410015211065
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan Praktikum Ilmu Ukur Tanah
dan menyelesaikan laporan ini.
Laporan ini penulis susun berdasarkan hasil Praktikum Ilmu Ukur Tanah
yang telah dilaksanakan pada Laboratorium Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta Padang, yang
dimulai dari tanggal 10 s/d 11 Oktober. Praktikum ini diprioritaskan sebagai
pengembangan dan pemantapan teori-teori yang didapat selama perkuliahan Ilmu
Ukur Tanah.
Terwujudnya laporan ini tidak terlepas dari arahan, bimbingan dan
pertolongan dari semua pihak yang bersangkutan. Untuk itu sudah sepantasnya-
lah penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Kepada Ibu Embun Sari Ayu ST,MT. selaku Kepala Laboratorium Ilmu Ukur
Tanah dan Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Universitas
Bung Hatta Padang.
2. Kepada para instruktur Laboratorium Ilmu Ukur Tanah, yaitu :
1. Anggi Prasetia Pranajaya
2. Dedi Agustin
3. Zulkarnain Untung
Penulis harapkan semoga jasa dan kebaikan yang telah diberikan semua
pihak dalam terwujudnya laporan ini dan juga pengembangan wawasan penulis
semoga memberi hasil yang bermanfaat nantinya.
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
Sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang terbatas, penulis
menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna serta memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran serta
kritikan yang membangun guna perbaikan atas kekurangan-kekurangan yang
terdapat pada laporan ini. Akhir kata penulis mengucapkan semoga laporan ini
dapat berguna bagi kita semua.
Padang, Oktober 2015
Penulis
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
BAB IPENDAHULUAN
Dalam pelaksanaan suatu proyek yang dibutuhkan pertama kali adalah
peta beserta ukuran daerahnya. Dan hal ini berhubungan dengan Ilmu Ukur Tanah
yaitu dengan pemakaian alat-alat seperti Thoedolit dan Waterpass dan alat-alat
lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah
suatu ilmu yang berperan dalam menentukan letak nisbi atau posisi dari titik
kedudukan tanah di permukaan bumi dengan menganggap bumi sebagai bidang
datar
Secara umum pengertian dari Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah suatu
disiplin ilmu yang berbentuk semua metoda dalam pengumpulan dan pemrosesan
tentang permukaan bumi. Jika dihubungkan dengan Teknik Sipil, Ilmu Ukur
Tanah atau Geodesi berperan penting seperti menentukan data-data posisi
(koordinat) dan ketinggian titik-titik di lapangan yang diukur ketinggiannya
berbeda-beda sehingga data-data yang didapat sangat membantu dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan selanjutnya dari proyek
1.1 Latar Belakang
Dengan diketahuinya peranan Ilmu Ukur Tanah dalam pelaksanaan suatu
proyek, maka pemahamannya tidak akan sempurna jika tidak dilaksanakan
dengan prakteknya. Dan praktek ini berupa praktikum di lapangan dengan
menggunakan alat-alat pengukuran tanah yamg telah dipelajari di dalam
perkuliahan. Melalui praktikum ini maka dapat tercapainya tujuan dari
perkuliahan Ilmi Ukur Tanah.
Untuk mempermudah dari perkuliahan, maka mahasiswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, yang setiap orang didalam kelompok yang bertugas secara
bergantian dalam pemakaian alat dengan tujuan agar setiap anggota memahami
dan mengerti fungsi dan cara penggunaan alat:
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
Adapun anggota kelompok 1 adalah :
1. Deo Febrian Rimenta
2. M. Candra Kartika
3. Refky Elfran Nanda
4. Ella Dianingsari Pertiwi
5. Fajri Pawanda
6. Ulfah Andini
7. Lidya Intan Sari
8. Fadjrina L. Hakim
9. Balighul Hanifa
10. Fajar Tio Nugraha .A
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat secara langsung
memahami dan mengerti mengenai alat-alat Ilmu Ukur Tanah yang didapat pada
perkuliahan Ilmu Ukur Tanah dan pengaplikasiannya di lapangan.
Praktek lapangan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan mahasiswa dalam menggunakan alat yang dipakai dalam praktikum
lapangan, agar setiap anggota kelompok mengerti dan memahami alat-alat yang
dipergunakan, maka diperlukan keterlibatan secara langsung dari para
anggotanya. Dan yang lebih penting lagi adalah mahasiswa mendapatkan
pengalaman kerja lapangan dan tentunya berkesesuaian dengan bidang yang
mencakup Ilmu Ukur Tanah, antara lain :
1. pengetahuan ringkas tentang peta.
2. sistem koordinat unutk menentukan posisi titik-titik pada permukaan bumi
yang dianggap sebagai sebuah bidang datar.
3. pengetahuan dan pengenalan secara ringkas mengenai alat ukur jarak
(waterpass) dan alat ukur sifat ruang (theodolit).
4. beberapa metoda penentuan posisi horizontal.
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
1.3 Ruang lingkup
Ruang lingkup dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah pada
pelaksanaan dari teori-teori yang dipelajari pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah
dan pengarahan dari instruktur dalam pelaksaan praktikum sehingga memahami
cara-cara penggunaan alat dan pengukuran serta dapat mengatasi masalah-
masalah yang timbul pasa saat pelaksanaan praktikum di lapangan.
1.4 Pembatasan Masalah
Dengan berdasarkan waktu praktikum yang terbatas yaitu 10-11 Oktober
dan 24-25 Oktober 2015, maka praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dibatasi pada :
1. pengukuran Waterpass
2. pengukuran Polygon
3. pengukuran Situasi Detail
1.5 Sumber Data
Sumber data dari praktikum lapangan ini adalah hasil dari pengukuran
yang didapat pada saat praktikum dimana pengukuran-pengukuran yang benar dan
akurat akan menjadi sumber data yang sangat akurat akan menjadi sumber data
yang sangat lengkap.
Selain itu sumber data juga berasal dari informasi-informasi yang didapat
dari standar-standar yang ada yang dipergunakan maupun keterangan dari dosen
di dalam perkuliahan serta arahan dari instruktur maupun dari buku-buku dan
diktat yang berhubungan dengan Ilmu Ukur Tanah
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
BAB II
PENGUKURAN WATERPASS
2.1 Tujuan Praktikum
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktikum diharapakan mahasiswa memahami
dan mengetahui dengan jelas tentang :
1. Alat sifat datar dan kegunaannya.
2. Bagaimana mengatur alat sifat datar (waterpass) dan kegunaannya
berdasarkan fungsinya masing-masing.
3. Cara melakukan pengukuran dengan menggunakan alat sifat datar
(waterpass).
2.1.2 Tujuan Khusus
1. Dapat menentukan beda tinggi sebuah jalur dengan memakai alat
waterpass
2. Dapat melakukan perhitungan dari data yang diperoleh guna
mendapatkan tinggi titik-titik.
2.2 Peralatan Yang Digunakan
1. satu set alat sifat datar
2. statif alat sifat datar
3. rambu / bak ukur
4. meteran
5. formulir pengukuran.
2.3 Dasar Teori
2.3.1 Pendahuluan
Maksud pengukuran tinggi adalah menetukan beda tinggi antara dua titik.
Bila beda tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi dari pada titik A, maka
tinggi titik B, Hb = Ha + h.
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak
antara dua bidang nuvo yang melalui titik A dan B. umumnya bidang nivo adalah
bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat dianggap
sebagai bidang yang mendatar.
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
a. dengan cara barometris;
b. dengan cara trigonometris;
c. dengan cara pengukuran penyipat datar.
Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah
akan menjadi besar. Cara yang memberikan hasil ketelitian terbesar adalah cara c
dengan pengukuran penyipat datar, sedang cara a cara yang terkasar untuk
menentukan beda tinggi antara dua titik. Dalam hal ini cara yang digunakan dalam
praktikum adalah cara c dengan ketelitian terbesar.
batas udara
bA
h h
gambar II. 3a
2.3.2 Syarat-syrat untuk Alat Ukur Penyipat Datar
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh semua macam alat ukur penyipat
datar ialah : garis bidik di dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Syarat-syarat berikut adalah syarat tambahan yang dimaksudkan untuk
mempercepat dan memudahkan pengukuran. Syarat tambahan pertama adalah
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
Arah garis nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat
datar. Bila garis bidik yang telah sejajar dengan garis arah nivo tidak
tegak lurus pada sumbu kesatu, maka garis sudut akan membuat sudut
< 90O dengan sumbu kesatu. Bila garis bidik diarahkan kemistar kiri
dengan gelombang nivo ditengah-tengah, maka garis arah nivo dan garis
bidik akan mendatar. Tetapi karena garis arah nivo tidak tegak lurus pada
sumbu kesatu, maka sumbu kesatu akan miring dari keadaan garis tegak
lurus.
Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
pengukuran tingi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik
potong garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang di
atas titik-titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang
menghubungkan titik potong dua benang atau garis diafragma dengan
titik tengah lensa objektif teropong. Maka pada pengukuran akan selalu
dibaca pada mistar-mistar tempat titik potong dua garis diafragma itu
pada mistar.
Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur penyipat datar
adalah:
a. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo;
b. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu
kesatu;
c. Syarat ketiga : garis memdatar diafragma harus tegak lurus pada
sumbu kesatu.
Sebelum alat ukur penyipat datar digunakan untuk mengukur, maka
syarat-syarat ini harus dipenuhi lebih dahulu dengan perkataan lain: alat ukur
penyipat diatur lebih dahulu, supaya tiga syarat itu dapat dipenuhi.
2.3.3 Macam-macam Alat Ukur Penyipat Datar
Berdasarkan konstruksinya alat ukur penyipat datar dapat dibagi dalam
empat macam utama:
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
a. alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan di atas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar;
b. alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo refersi, dan ditempatkan
pada teropong. Dengan demikian teropong selain dapat diputar dengan
sumbu kesatu sebagai pemutar, dapat pula diputar dengan satu sumbu
yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu
mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat
pengukur penyipat datar;
c. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu
mekanis, tetapi nivo tidak diletakkan pada teropong, melinkan ditempat di
bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah
alat ukur penyipat datar;
d. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah
dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo di tempatkan pada
teropong.
Karena konstruksi berbeda, maka cara pengaturan pada tiap-tiap macam
alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus
di penuhi untuk semua macam sama.
2.3.4 Konstruksi-konstruksi Khusus Penyipat Datar
a. Sebagaimana telah diketahui, pembacaan-pembacaan pada mistar harus
dilakukan dengan gelembung ditengah-tengah, supaya didapat garis bidik
yang mendatar, setel garis bidik dibuat sejajar dengan garis arah nivo lebih
dahulu. Untuk menggeserkan gelembung ketengah-tengah, pada beberapa
alat ukur penyipat datar ditempatkan suatu sekrup khusus dimaksudkan
untuk pekerjaan ini,
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
Sekrup ini dinamakan sekrup miring yang bekerja dengan langsung pada
teropong dan dengan tidak langsung pada nivo yang ditempatkan di atas
teropong.
b. Untuk pembacaan yang sempurna, konstruksi yang lebih baik adalah bila
gelembung dapat pula dilihat di medan lihat teropong. Bayangan
gelembung dapat dilihat bersama-sama dengan bayangan mistar didalam
teropong, sehingga segara setelah gelembung ditengah-tengah, pembacaan
pada mistar dapat dilakukan.
c. Syarat utama yang berlaku untuk semua alat ukur penyipat datar adalah;
garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Meskipun alat ukur
penyipat datar telah di atur lebih dahulu dan syarat utama ini telah
dipenuhi, keadaan baik dari alat ukur dapat berubah karena pengangkutan
dan sebagainya, sehingga syarat-syarat yang tidak dapat dipenuhi lagi dan
didapat kesalahan-kesalahan pada hasil pengukuran. Didalam penulisan
laporan ini akan diberikan gambar-gambar alat ukur penyiat datar, pada
alat dimana garis bidik akan selalu otomatis dalam keadaan mendatar,
sehingga pada alat-alat ukur penyipat datar tidak lagi didapat nivo tabung.
Nivo kotak tetap ada untuk membuat tegak lurus sumbu kesatu dengan
cara yang kasar.
2.3.5 Mistar dan Perlengkapannya
Mistar yang digunakan pada pengukuran penyipat datar dibuat dari kayu
yang panjangnya ada 3 sampai 4 meter, bahkan ada yang 5 meter, Karena
panjangnya ini dan untuk memudahkan pengangkutannya, maka mistar dapat
dilipat a 1.50 m atau a 2.00 m. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap
centimeter adalah blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang
berlainan, merah putih dan hitam putih untuk memudahkan pembacaan meter.
2.3.6 Ketentuan Teknik
Ketentuan Teknik Sifat Datar (waterpass) sesuai dengan ketelitian
waterpass yang diminta, yaitu harus mencapai tingkat ketelitian orde II yaitu 10
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
D mm. Dimana D adalah jumlah jarak dalam Km. Ketentuan ini penting sekali
dalam hubungannya mempersiapkan alat ukur dan metode yang digunakan. Untuk
mencapai ketelitian yang digunakan apakah sesuai atau tidak rusak. Biasanya alat
ukur waterpass kerusakannya terletak pada kesalahan-kesalahan garis bidik.
Walaupun kesalahan tersebut dapat dieliminir yaitu dengan metode pengukuran
yang mengharuskan alat berdiri tepat ditengah-tengah antara kedua rambu namun
alat tetap harus diperbaiki yaitu dengan mengkalibrasikan alat waterpass. Sesudah
faktor alat diperhatikan, baru diperhatikan faktor pengukur (manusia) jangan
sampai terjadi kesalahan-kesalahan yang fatal. Kesalahan-kesalahan yang
mungkin terjadi dalam melakukan pengukuran alat sifat datar antara disebabkan
oleh :
a. Kesalahan si pengukur sendiri, ini merupakan kesalahan kebetulan yang
disebabkan karena kurang teliti dalam penafsiran pembacaan rambu. Adanya
kesalahan karena kekeliruan pengukuran atau penafsiran skala yang salah
disebut blunder. Kesalahan blunder bisa langsung diketahui setelah
pengukuran (misalnya hasil pengukuran beda antara pergi dengan pulang
setelah dihitung bedanya terlalu jauh atau melebihi toleransi yang diizinkan)
maka dilakukan pengukuran ulang di tempat yang bersangkutan.
b. Kesalahan karena alat-alat yang digunakan yaitu :
Tidak sejajarnya garis bidik dengan garis arah nivo
Kesalahan karena miringnya rambu
Kesalahan karena turunnya rambu
Kesalahan karena turunnya statif alat
a. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur diatur dengan mengusahakan agar:
Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
Benang mendatar difargma harus tegak lurus sumbu I
b. Alat diusahakan berdiri tegak diantara kedua rambu
c. Karena sulit memenuhi hal tersebut (tergantung medan) maka diusahakan
agar jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi
diusahakan sama. Medan yang relatif sulit tetap dituntut agar ketelitian
LAPORAN PRATIKUM ILMU UKUR TANAHFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANUNIVERSITAS BUNG HATTA
ULFAH ANDINI1410015211065
memenuhi toleransi atau tidak memenuhi batas kesalahan. Misalnya satu
seksi diukur mulai dari titik BM ke titik P1. untuk melancarkan jalannya
pengukuran langsung dihitung jumlah jarak ke muka dan ke belakang untuk
slag-slag yang telah diukur (satu slag = satu kali berdiri alat)
d. Jumlah slag pada setiap seksi dibuat genap. Pemasangan rambu bergantian,
artinya rambu muka pada slag pertama menjadi rambu belakang pada slag
berikutnya.
e. Pengukuran dilakukan pada waktu : jam 08.00 s/d 12. 30Pemasangan rambu
diusahakan tegak dengan bantuan unting-unting atau nivo
f. Sistem pembacaan rambu sebagai berikut :
Muka - Belakang – Belakang – Muka, yang dibaca adalah benang atas,
benang tengah, dan benang bawah
g. Pengukuran dilakukan pergi dan pulang pada setiap seksi
h. Jika beda tinggi ukuran pergi dan pulang mempunyai selisih yang lebih dari
toleransi ketelitian yang diinginkan maka pengukuran diulang lagi esoknya
i. Kadang-kadang pengukuran pergi dan pulang tidak melalui patok-patok yang
telah ditentukan maka digunakan tata rambu, hal ini apabila patok-patok
tersebut rusak, amblas, hilang atau sulit pada pembidikan alat