LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M) BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS USAHA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh Dr. Leila Ariyani Sofia, S.Pi, MP (NIDN. 0028047302) FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2014
31
Embed
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P2M)eprints.ulm.ac.id/3213/1/P2M_BIMTEK_PENINGKATAN PRODUKTIVI… · usaha dan 5 orang (25%) telah melanjutkan dengan penyusunan laporan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT
(P2M)
BIMBINGAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS USAHA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN AGRIBISNIS
Oleh
Dr. Leila Ariyani Sofia, S.Pi, MP (NIDN. 0028047302)
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2014
RINGKASAN
Bimbingan Teknis Peningkatan Produktivitas Usaha dan Pendapatan Masyarakat Pesisir Melalui Penerapan Manajemen Agribisnis (Dr. Leila Ariyani Sofia, S.Pi, M.P).
Kemampuan SDM usaha perikanan di wilayah pesisir dalam manajemen
usaha masih kurang karena sebagian besar berpendidikan rendah, hanya
berdasarkan pengalaman dan pelatihan ataupun penyuluhan dari dinas terkait.
Permodalan usaha sebagian besar berasal dari modal sendiri dan sebagian
merupakan dana penguatan modal dari pemerintah untuk masyarakat melalui
Dinas Perikanan dan Kelautan. Manajemen produksi masih sederhana dan
pemasaran hasil produksi usaha perikanan secara garis besar dipasarkan dalam
bentuk segar dan masih berskala lokal. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pengembangan usaha masyarakat di wilayah pesisir yaitu salah satunya melalui
bimbingan teknis manajemen usaha. Bimbingan teknis Manajemen Usaha
merupakan bagian dari Kegiatan Bimbingan Teknis Kemitraan Program Dit.
PMPPU Untuk Meningkatkan Kualitas SDM di Kalimantan Selatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Kalimantan Selatan
pada tanggal 19 – 20 Mei 2014 yang diikuti oleh 20 peserta. Hasil bimbingan
teknis menunjukkan bahawa sebagian besar (70%) peserta pelatihan telah
mengetahui dan mampu menjelaskan pentingnya pencatatan transaksi dalam
usaha, sedangkan 10 orang (50%) telah mampu melakukan pencatatan transaksi
usaha dan 5 orang (25%) telah melanjutkan dengan penyusunan laporan keuangan
(laporan rugi laba dan neraca). Selain itu peserta juga telah berusaha
memanfaatkan informasi dari laporan keuangan tersebut untuk melakukan
proyeksi usaha di masa depan.
KATA PENGANTAR
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan Pengadian Kepada
Masyarakat yang telah dilaksanakan dengan judul “Bimbingan Teknis
Peningkatan Produktivitas Usaha dan Pendapatan Masyarakat Pesisir Melalui
Penerapan Manajemen Agribisnis”. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan bimbingan kepada pelaku usaha perikanan di wilayah
pesisir dan para stakeholder yang berkaitan langsung dengan pengembangan
usaha dan perekonomian masyarakat pesisir. Dari hasil kegiatan ini diketahui
bahwa peserta bimbingan teknis memiliki motivasi yang cukup kuat untuk
mengembangkan usaha perikanan di wilayah pesisir.
Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga dapat terlaksananya
kegiatan pengabdian ini diucapkan terima kasih. Semoga seluruh kegiatan beserta
laporannya dapat bermanfaat seperti yang diharapkan.
Banjarbaru, Mei 2014
Pengabdi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN …………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR …………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………. iv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… iv
I. PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Analisis Situasi ……………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah …………………………………………. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….. 4
III. TUJUAN DAN MANFAAT ……………………………………... 9
IV. METODE PELAKSANAAN …………………………………….. 10
A. Khalayak Sasaran …………………………………………… 10
B. Waktu dan Tempat Kegiatan ……………………………….. 10
C. Metode Pengabdian …………………………………………. 10
D. Keterkaitan …………………………………………………... 10
E. Rancangan Evaluasi …………………………………………. 11
V. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………… 12
A. Kegiatan Penyuluhan ………………………………………... 12
B. Hasil Evaluasi Pengetahuan Khalayak Sasaran ……………... 12
C. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat ………………… 14
VI. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 15
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 15
B. Saran ………………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 16
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 17
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Materi Bimbingan Teknis Manajemen Usaha Perikanan 12
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Daftar Riwayat Hidup Pengabdi …………………………….......... 18
2. Surat Permintaan Narasumber ……………………………………. 22
3. Surat Tugas ………………………………………………………... 24
4. Surat Perintah Perjalanan Dinas …………………………………... 25
5. Daftar Hadir Peserta Pengabdian …………………………………. 26
6. Materi Kegiatan Bimbingan Teknis ……………………..... 51
7. Dokumentasi Kegiatan Bimbingan Teknis ……………………….. 52
BAB I. PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi
Masyarakat di wilayah pantai dan laut pada umumnya bergantung pada
usaha perikanan, khususnya perikanan tangkap (nelayan). Potensi sumberdaya
perikanan di wilayah pesisir cukup besar, namun sebagian masyarakat di wilayah
tersebut masih berada di bawah garis kemiskinan. Rendahnya tingkat pendapatan
nelayan dan petani ikan sebetulnya sangat kontradiktif dengan besarnya potensi
sumberdaya ikan yang ada dan sifat usaha perikanan yang sebetulnya memiliki
keunggulan komparatif dibandingkan usaha lain. Usaha perikanan, baik usaha
penangkapan maupun budidaya memiliki indeks ICOR (Increamental Capital
Output Ratio) yang rendah yaitu antara 2,80 – 3,95 artinya investasi dalam bidang
perikanan lebih efisien dan dapat memberikan output yang lebih besar daripada
usaha lain terutama pertanian tanaman pangan, holtikultura maupun perkebunan.
Peluang dan kebutuhan dasar serta nilai akan produk perikanan cenderung
meningkat baik untuk dalam negeri maupun luar negeri (Kamiso, 2002).
Mengingat hal tersebut maka pemberdayaan masyarakat di wilayah pantai
terutama nelayan perlu diutamakan pada pengentasan kemiskinan melalui
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya permasalahan
yang dihadapi usaha perikanan adalah (Purnomo, et al, 2000; Ditjen PK2P, 2004;
Sofia, 2010):
1. Skala usaha kecil cenderung terjadinya inefisiensi dalam melakukan usaha.
2. Akses pasar sangat terbatas. Hal ini disebabkan kurang adanya jaminan
kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi.
3. Akses permodalan terbatas. Hal ini disebabkan karena kondisi usaha
budidaya yang ada belum bankable.
4. Pengadaan penggunaan sarana produksi kurang mandiri.
5. Inovasi dan adopsi teknologi kurang cepat/lamban.
Dari sudut pandang akses pendanaan, institusi perbankan merupakan
alternatif yang lebih baik dibanding pemberian modal pemerintah, yang ternyata
sering disalurkan tidak sesuai dengan kebutuhan (Zamroni dan Purnomo, 2005).
2
Ada berbagai skim kredit usaha yang ditawarkan pihak perbankan maupun
koperasi untuk usaha bidang perikanan, sebagai contoh kredit usaha koperasi
Swamitra Mina bekerjasama dengan Bukopin. Namun alternatif tersebut belum
termanfaatkan dengan baik karena penyaluran kredit bank kepada usaha di bidang
perikanan tidak semudah pemberian kredit kepada UKM sektor lain. Masalah
tersebut timbul karena UKM perikanan kesulitan untuk memenuhi persyaratan
formal yang ditetapkan oleh koperasi dalam hal penyaluran kredit modal. Dengan
adanya kesulitan mendapatkan modal dari koperasi tersebut oleh pengusaha UKM
mencari alternatif lain dengan cara meminjam modal uang kepada kerabat dan
atau tengkulak. Namun demikian tengkulak dalam sebagian besar kasus justru
menjerat pengusaha UKM yaitu dalam bentuk memberikan pinjaman uang dengan
bunga yang tinggi (18 – 30% per tahun). Sehingga, tujuan pengembangan modal
yang dikaitkan dengan pengembangan usaha tidak dapat tercapai.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikemukakan bahwa program-program
pemerintah yang terkait dengan pemberian kredit UKM masih berpeluang dalam
rangka pengembangan usaha masyarakat di wilayah pesisir, terutama sektor
perikanan melalui perbaikan-perbaikan pada kebijakan permodalan pemerintah.
B. Perumusan Masalah
Kemampuan SDM usaha perikanan di wilayah pesisir dalam manajemen
usaha masih kurang karena sebagian besar berpendidikan rendah, hanya
berdasarkan pengalaman dan pelatihan ataupun penyuluhan dari dinas terkait.
Permodalan usaha sebagian besar berasal dari modal sendiri dan sebagian
merupakan dana penguatan modal dari pemerintah untuk masyarakat melalui
Dinas Perikanan dan Kelautan.
Pengelolaan usaha perikanan di wilayah pesisir masih dilakukan secara
sederhana. Begitu pula dalam pengelolaan sumber daya manusia belum
memperhatikan aspek manajemen seperti tampak dalam pemberian upah yang
tidak memperhatikan kinerja, tetapi disama ratakan, pemasaran yang masih
mengandalkan tengkulak dan lain sebagainya. Demikian pula pengelolaan
laporan administrasi dan keuangan kelompok ini masih sederhana walaupun
sudah menggunakan bantuan buku pencatatan keuangan. Namun demikian,
3
laporan keuangan perlu diperbaiki sehingga sesuai dengan kaidah akuntansi dan
mampu menjadi dasar bagi pengajuan tambahan modal ke perbankan.
Pemasaran hasil produksi usaha perikanan secara garis besar dipasarkan
dalam bentuk segar dan masih berskala lokal. Prospek pemasaran produk hasil
perikanan sangat terbuka, baik pasar lokal maupun pasar luar daerah. Sedangkan
pemasaran ikan konsumsi dilakukan melalui rumah makan yang ada maupun
intitusional market, seperti rumah sakit, perusahaan, pondok pesantren atau
sekolah-sekolah berasrama lainnya. Jaringan pemasaran produk usaha perikanan
masih lingkup lokal dan belum luas sehingga masih terbuka lebar untuk bekerja
sama dengan pihak dari luar.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Manajemen Usaha
Manajemen didefinisikan sebagai ilmu dan seni, yang terdiri atas
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap kinerja
organisasi dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki guna mencapai tujuan
dan sasaran organisasi (Downey dan Erickson, 1987). Manajemen diperlukan
sebagai suatu upaya agar kegiatan bisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Fungsi-fungsi manajemen mencakup pada fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pengarahan, dan fungsi pengawasan. Fungsi manajemen
terkait dengan pengelolaan usaha dilakukan dalam seluruh aspek penyusunan
bisnis yaitu aspek produksi (operasi), sumberdaya manusia, keuangan dan
pemasaran (Griffin dan Ebert, 2001).
1.1. Manajemen Produksi/Operasional
Manajemen produksi perikanan adalah menerapkan prinsip-prinsip
manajemen dalam memproduksi ikan sehingga tujuan agribisnis perikanan dapat
tercapai yaitu keuntungan yang optimal (Effendi dan Oktariza, 2006). Proses
produksi perikan merupakan suatu kegiatan kompleks yang melibatkan berbagai
komponen, sejak pengadaan input sarana produksi, proses produksi itu sendiri,
hingga penanganan output, seperti pengolahan dan pemasaran.
Kegiatan dalam manajemen produksi meliputi: (1) perencanaan produksi
(produk, sistem dan teknologi, lokasi, target produksi/skala usaha, sarana
produksi, dan penanganan pascapanen); dan (2) pelaksanaan dan pengendalian
produksi (prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pascaoperasi).
1.2. Manajemen Pemasaran
Pemasaran didefinisikan sebagai proses perencanaan dan eksekusi
konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi dari gagasan, barang dan jasa
dalam rangka menciptakan pertukaran untuk memuaskan tujuan individu dan
organisasi (Kotler, 2004). Kotler (2004) menyatakan proses pemasaran terdiri dari
empat langkah, yaitu: a) menganalisis peluang yang ada di pasar; b)
mengembangkan strategi pemasaran berorientasi pasar; c) merencanakan program
5
pemasaran terpadu menggunakan bauran pemasaran; dan d) mengorganisasikan,
mengimplementasikan dan mengawasi proses pemasaran.
Pilihan konsumen terhadap produk dipengaruhi oleh nilai produk yaitu
perbandingan relatif antara manfaat/utilitas dengan biaya. Suatu produk dikatakan
bernilai tinggi apabila utilitasnya jauh lebih besar dibandingkan biayanya. Proses
pemasaran yang sukses mengikuti tahap-tahap sebagai berikut: 1) segmentasi
pasar, yaitu proses memilah pasar yang heterogen menjadi kelompok yang
homogen artinya memiliki karakteristik dan kebutuhan produk yang sama.
berdasarkan informasi yang diperoleh pemasar, maka segmentasi dapat dilakukan
atas dasar variabel geografis, demografis maupun psikografis; 2) targeting, yaitu
memilih satu/lebih kelompok pasar yang ada. penetapan pasar sasaran dilakukan
berdasarkan evaluasi terhadap daya tarik masing-masing segmen, dan 3)
pemposisian yaitu menempatkan/memposisikan citra produk dalam benak
konsumen dibandingkan dengan produk pesaing dengan tujuan agar suatu
produk memiliki tempat yang jelas dan terbedakan dalam benak konsumen
sasaran.
Setelah proses pemasaran dilalui maka tahap berikut yang dijalani pemasar
adalah menetapkan bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran
merupakan perangkat alat pemasaran yang dapat dikendalikan pemasar untuk
menghasilkan respons yang diinginkan dalam pasar sasaran (Kotler, 2008) yaitu :
(a) Bauran produk, yaitu segala sesuatu yang memberikan nilai (perbandingan
antara benefit dengan cost).
(b) Bauran harga, yaitu nilai tukar suatu produk yang dinyatakan dalam satuan
moneter.
(c) Bauran promosi, merujuk pada usaha yang dilakukan pihak pemasar untuk
memengaruhi pihak lain agar bersedia berpartisipasi dalam kegiatan
pertukaran. Promosi yang dapat dipilih diantaranya adalah periklanan,
promotion); (3) daur hidup produk: perkenalan pasar, pertumbuhan pasar,
kematangan pasar, dan penurunan penjualan; (4) mempertahankan dan
memperpanjang tahap kematangan pasar: menjaga kontinuitas suplai, perluasan
pasar, diversifikasi produk, dan pengembangan produk value added.
Peserta bimbingan teknis memiliki kemampuan di bidang manajemen
usaha, sehingga dalam menjalankan usahanya dapat menerapkan prinsip-prinsip
manajemen yang benar. Dengan mendapatkan pelatihan manajemen usaha, para
peserta (pelaku usaha perikanan) mendapatkan pengetahuan bagaimana menjaga
motivasi dalam menjalankan usaha, bagaimana cara mengidentifikasi serta
mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, bagaimana menjalin
kerjasama dengan berbagai pihak, bagaimana memberikan kepercayaan untuk
bisa mendapatkan bantuan modal, bagaimana mengelola usaha yang baik, serta
kiat-kiat penjualan/pemasaran yang baik; sehingga dengan kemampuan tersebut,
14
para pelaku usaha perikanan menjadi lebih termotivasi untuk terus menjalankan
dan mengembangkan usahanya di bidang usaha perikanan.
C. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat
Faktor pendorong dalam kegiatan ini adalah besarnya kemauan pelaku
usaha perikanan untuk mengembangkan usaha. Beberapa usaha perikanan
(UMKM) yang dikelola secara kelompok memudahkan dalam proses adopsi
inovasi, dimana peranan ketua kelompok cukup kuat dalam mengarahkan
kelompok untuk mencapai hasil optimal.
Faktor penghambat dalam mencapai tujuan bimbingan teknis adalah masih
beragamnya pengetahuan dan kemampuan peserta dalam memanajemen usaha
sehingga dibutuhkan bimbingan teknis manajemen usaha tahap lanjutan secara
intensif.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Peserta bimbingan teknis memiliki motivasi yang cukup baik untuk
mengetahui dan menguasai manajemen yang baik dalam upaya pengembangan
usahanya. sebagian besar peserta telah mengetahui dan mampu menjelaskan
pentingnya pencatatan berbagai transaksi dalam usahanya. Sekitar 50% peserta
telah telah mampu melakukan pencatatan transaksi usaha dan 5 orang (25%) telah
melanjutkan dengan penyusunan laporan keuangan (laporan rugi laba dan neraca),
serta memanfaatkan informasi keuangan tersebut untuk melakukan proyeksi usaha
di masa mendatang.
Kemampuan penyusunan laporan keuangan ini diharapkan dapat lebih
dikembangkan untuk penyusunan usulan investasi, baik investasi yang bersumber
dari program hibah pemerintah untuk kelompok usaha (program pemberdayaan
ekonomi masyarakat pesisir) maupun dana investasi untuk perorangan (koperasi,
perbankan dan lembaga keuangan). Selain itu, potensi pasar yang masih cukup
besar maka pengembangan usaha perikanan di wilayah pesisir dapat dilakukan
melalui perluasan skala pemasaran produk terutama bagi pelaku usaha yang
mampu mengelola usaha dengan menjalankan perencanaan dan strategi
pemasaran yang tepat.
B. Saran
Dalam rangka pengembangan usaha perikanan melalui penerapan
manajemen agribisnis maka pelaku usaha perikanan harus : (1) menjaga motivasi
dalam menjalankan usaha; (2) kemampuan mengidentifikasi serta mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi; (3) menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak; (4) memberikan kepercayaan untuk bisa mendapatkan bantuan modal; (5)
melaksanakan cara mengelola usaha yang baik (perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan pengawasan); dan (6) memiliki kiat-kiat penjualan/pemasaran
yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen PK2P, 2004. Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Indonesia. Buku Rencana Unggulan Strategi Peningkatan Konsumsi Ikan di Indonesia. Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran. Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. p. 11 – 14.
Downey, W.D dan S.P. Erickson. 1987. Manajemen Agribisnis. Edisi kedua. Penerbit Erlangga. pp. 516.
Effendi, I dan W. Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. pp. 164
Griffin, R.W. dan R.J. Ebert. 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Bahasa Indonesia. Prenhalindo. Jakarta.
Kamiso H.N., 2002. Pemberdayaan Masyarakat Lokal dan Kelembagaan dalam Eksplorasi Sumberdaya Wilayah Pantai dan Laut Menuju Otonomi Daerah. Departemen of Marine Affair and Fisheries Republic of Indonesia. GEO Cities. Co.Id.
Kieso, D.E., Weygandt, J. Jerry., dan Terry D.W. 2002. Akuntansi Menengah.
Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.
Kotler, P. 2004. Dasar-Dasar Pemasaran. Jilid I. Prenhallindo. Jakarta.
Purnomo, A.H., Reswati, E., Hikmah, Hikamayani, Y., 2003. Pengembangan Industri Perikanan di Kawasan Berperanan Ekologis Penting. Laporan Teknis Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Tahun 2003.
Sofia, L.A. 2010. Analisis Kebutuhan Modal Usaha Nelayan Dalam Industri Pengolahan Perikanan di Kecamatan Takisung. Jurnal Ziraa’ah. 29 (3): 219 – 227.
Zamroni, A., dan Purnomo, A.H., 2005. Identifikasi Kebutuhan Modal Usaha
Berskala Kecil dan Menengah Dalam Industri Pengolahan Perikanan.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11; 3 : 41 – 50.
LAMPIRAN
17
18
19
20
21
22
DOKUMENTASI PEMBINAAN/BIMBINGAN TEKNIS KEMITRAAN PROGRAM DIT. PMPPU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SDM