LAPORAN KASUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID Disusun Oleh: Tjiang kelvin candiago (07120110030) Pembimbing: dr. Ashwin Kandouw, Sp KJ Kepaniteraan Klinik Ilmu Kejiwaan
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
SKIZOFRENIA PARANOID
Disusun Oleh:
Tjiang kelvin candiago (07120110030)
Pembimbing:
dr. Ashwin Kandouw, Sp KJ
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kejiwaan
Fakultas Kedokteran – Universitas Pelita Harapan
Sanatorium Dharmawangsa
Periode: 23 Maret – 25 April 2015
Jakarta, 2015
LAPORAN KASUS PSIKIATRI
Fakultas Kedokteran UPH
di Sanatorium Dharmawangsa
No. Rekam Medis : 114.xx.xx
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 4 Februari 2014
Riwayat Perawatan : Pertama
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. J
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 50 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Kristen
Pendidikan : Magister
Pekerjaan : Pemilik Agensi Travel
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kelapa Puyuh V No. 33. Kelapa Gading, Jakarta.
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis diperoleh dari:
Autoanamnesis
Alloanamnesis
Didapat dari : Tn. S, Tn. G (perawat)
A. Keluhan Utama
Pasien dirawat atas permintaan keluarga karena emosi pasien yang sering
berubah-ubah namun lebih sering marah-marah, ribut dengan adik pasien, dan
bertindak semau-maunya sampai pernah memukul anggota keluarga.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien mulai dirawat di Sanatorium Dharmawangsa dengan keluhan
serupa pada tanggal 4 Februari 2014. Pada tahun 2014, waham kebesaran pasien
sangat kuat, banyak permintaan yang harus dituruti. Pasien biasanya meminta
uang, minta dipindahkan ke kelas VIP, minta jajan makanan dari luar, dan
sebagainya. Pasien tidak mau mendengar dan tetap keras kepala walupun sudah
diberi pengertian, sering membuat keributan. Karena tidak terpenuhi seluruhnya,
moodnya naik turun dengan sangat drastis, pasien sering marah ataupun banyak
sendiri di kamar tidak mau berkomunikasi dengan orang lain. Pasien merasa benci
dengan adiknya. Saat baru datang, pasien menerima injeksi Valdimex dan Abilify
agar tenang. Berikutnya pasien menerima pengobatan Risperidone, THP, dan
Frimania untuk mengurangi gejalanya yang sangat kuat. Setelah diberi obat dan
berjalan beberapa bulan, mood pasien mulai turun, kadang hipotism dengan afek
terbatas. Pasien menceritakan usaha travelnya, uang simpanannya yang banyak,
dan kejayaannya dulu. Pasien belum bisa realistis dan memiliki preeokupasi ingin
pulang, membeli mobil Honda, dan mau jalan-jalan ke luar negeri. Ada kalanya
dimana pasien manipulatif, mengatakan ingin menelepon ke rumah menanyakan
KTP/SIM namun ternyata malah meminta uang untuk DP mobil. Setelah satu
tahun, mood pasien euthym dan lebih stabil sehingga tidak pernah marah-marah
seperti dulu lagi. Waham kebesaran pasien masih ada sampai sekarang, pasien
merasa banyak wanita yang mencintainya dengan menyimpan foto pasien dan
mengguna-guna pasien agak pasien jatuh cinta dengan wanita tersebut, ditambah
dengan halusinasi auditorik, pasien suka mendengar suara-suara musik yang
menurut pasien akibat guna-guna para wanita yang mencintai pasien. Pasien
mengaku suara musik yang didengar sejak 1 bulan yang lalu, setiap hari pada
siang hari sampai malam hari. Suara musik tersebut hilang apabila pasien berdoa.
Pasien diberi injeksi Susterna setiap 6 minggu. lebih tertib dan kooperatif, ada
motivasi untuk bersosialisasi dan beraktivitas, rajin membantu, dan bisa
melakukan kegiatan sendiri. Pasien juga rajin berolahraga dengan menaiki sepeda
statis setiap sore pukul 17.00. Pada saat pemeriksaan penunjang didapatkan
bahwa kadar kolesterol dan trigliserida pasien meningkat, sehingga diberikan
Simvastatin dan Gemfibrosil. Pasien merasa dirinya tidak sakit, kecuali kolesterol
yang meningkat. Dirinya yakin bahwa ketika keluar dari sanatorium, orang- orang
masih akan menyukainya seperti dulu. Pasien ingin segera pulang, membeli
mobil, menjemput anaknya dari Pemanukan, jalan-jalan ke luar negeri, dan
mencari istri baru.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Dari alloanamnesis didapatkan data bahwa pasien pernah berobat jalan di
RS Omni tahun 2012. Pada tahun yang sama, menurut pengakuan pasien,
dirinya pertama kali dijemput dan dibawa ke sebuah yayasan Krsiten
tempat rehabilitasi pasien sakit jiwa di Bogor karena keluarga
mengeluhkan pasien suka marah-marah sampai memukul anggota
keluarga dan ribut dengan adiknya. Pasien sendiri bercerita bahwa
kehidupannya di Bogor sangat tidak enak dan berbeda dengan di
Dharmawangsa. Semua pekerjaan rumah harus dilakukan sendiri di sana
dan makanannya hanya nasi dengan lauk tanpa sayur ataupun buah.
Setelah 1 tahun 9 bulan, pasien dibawa pulang. Tidak lama, pasien dibawa
kembali ke Sanatorium Dharmawangsa dengan keluhan yang serupa dari
keluarga.
Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak memiliki gangguan medis apapun selain kadar kolesterol dan
trigliserida yang akhir-akhir ini meningkat.
Riwayat sosial
Pasien merokok rokok jenis Marlboro 8 kali sehari di sanatorium. Pasien
sesekali minum minuman beralkohol saat pergi ke klub di Taiwan.
Diceritakan bahwa saat kembali ke Indonesia, pasien masih senang ke klub
dan menghamburkan uang. Selain itu rokok dan alkohol, pasien tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang apapun. Pasien setiap hari memakan
permen karet.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal & Perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari dua bersaudara, pasien memiliki satu adik
perempuan. Pasien lahir di Purwokerto, 9 Januari 1965, dari pasangan ayah
berkebangsaan Taiwan dan ibu berkebangsaan Indonesia.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien tinggal dan menempuh pendidikan di Purwokerto.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tinggal dan menempuh pendidikan di Purwokerto. Pada usia 9 tahun, kelas
3 SD, pasien pindah ke Taiwan bersama keluarga.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir (pubertas) dan Remaja
Pasien tinggal dan menempuh pendidikan di Taiwan.
5. Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pendidikan
Kelas 1-2 SD, pasien menempuh pendidikan di Purwokerto.
Mulai dari kelas 3 SD, SMP, SMA, Sarjana sampai Magister, pasien
menempuh pendidikan di Taiwan.
Riwayat Pekerjaan
Setelah kembali ke Indonesia, pasien membuka bisnis agensi travel, namun
untuk sementara ini usahanya diambil alih oleh temannya.
Riwayat Kehidupan Beragama
Sejak kecil pasien beragama Buddha, baru 2 tahun lalu sejak direhabilitasi di
yayasan di Bogor pasien berubah agama menjadi Kristen.
Riwayat Kehidupan Sosial
Pasien mengaku dirinya tidak pernah hidup berkekurangan. Sejak muda,
pasien memang suka pergi ke klub dan sekali-sekali minum minuman
beralkohol. Olahraga yang paling disenangi ialah golf. Pasien diceritakan
sebagai orang yang suka berfoya-foya dan menghamburkan uang tanpa pikir
panjang, sehingga terkadang keluarga kesal.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku tidak pernah masuk penjara.
6. Riwayat Seksual
Pasien telah menikah dua kali. Pernikahan pertama tidak memiliki
anak dan sudah bercerai dengan mantan istrinya. Pernikahan kedua memiliki satu
anak perempuan dan hidup terpisah dengan istri.
E. Riwayat Keluarga
PEDIGREE (SILSILAH KELUARGA)
Ayah
Ny. J (istri 1, bercerai)
Tn. P (adik ipar)
Pasien adalah anak sulung dari dua
bersaudara, memiliki seorang adik perempuan yang sudah
TTn. S Ny.L
Ny. J Ny.N
An. H
Ny. M Tn. P
Keterangan :Ibu Pasien
Ny. N (istri 2, berpisah)
Ny. M (adik pasien)
An. H (anak pasien)
menikah dan punya dua anak. Ibu pasien sudah meninggal lebih dahulu dari ayah
pasien. Ayahnya meninggal sekitar tiga tahun lalu, dimana saat itu pasien merasa
sangat terpukul dan kehilangan, sampai tidak mampu bekerja lagi. Sejak kesedihan
yang mendalam itu, perilaku dan kemampuan pasien berubah, mengalami
penurunan. Maka tidak lama setelah kejadian itu pasien dibawa berobat jalan di RS
Omni dan 3 bulan kemudian pasien dibawa ke yayasan di Bogor.
Pasien pernah menikah dengan istri pertamanya, orang Taiwan, selama 7 tahun
dan kemudian bercerai. Beberapa tahun kemudian pasien menikah dengan istri
keduanya yang dipacarinya selama 5 tahun. Dari pernikahan kedua, pasien
dikaruniai seorang anak perempuan yang sekarang berusia 10 tahun. Namun sejak
2 tahun lalu, sejak pasien masuk ke yayasan di Bogor, istri pasien memutuskan
untuk bercerai dengan pasien dan membawa serta anak mereka untuk tinggal di
Pemanukan. Karena belum resmi bercerai, maka sekarang ini statusnya masih
dikatakan berpisah. Dikatakan bahwa pasien suka menghamburkan uang, sering
marah dan pernah memukuli anggota keluarga. Karena itu keluarga berpendapat
jika lebih baik membawanya ke sanatorium.
Pasien dinyatakan boleh pulang dalam bulan ini, namun keluarga berpendapat
kehidupan pasien lebih teratur dan terarah jika pasien tinggal di sanatorium
sehingga belum berani untuk menjemput pasien pulang kembali ke rumah dengan
memberikan alasan kepada pasien apabila ruko yang pasien miliki yang bernilai 12
M sudah terjual maka pasien akan dijemput.
F. Situasi ekonomi
Kehidupan ekonomi pasien adalah menengah ke atas, pasien sering ke luar
negeri dan berfoya-foya, senang membeli baju dan sendal. Pasien memiliki
agensi travel dengan nilai penghasilan 300juta/bulan dan hasilnya dibagi dua
dengan temannya yang membantu mengurusi usaha pasien selama pasien
berada di Sanatorium Dharmawangsa, rumah di Kelapa Gading, baju
berpuluh-puluh, dan simpanan uang di brankas pribadinya di rumah.
III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun, tampak sesuai dengan usianya.
Pakaian sehari-hari pasien adalah kaos dan celana pendek. Postur tubuh ideal,
tampak sehat dengan gizi baik. Tinggi badan sekitar 170 cm. Kulitnya cukup putih
kekuningan. Rambutnya berwarna hitam, hanya ada sedikit uban di pinggir
rambut, dan tersisir dengan rapi. Tingkat kebersihan dan perawatan diri pasien
tampak baik.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Sebelum Wawancara:
Pasien terlihat jarang mengobrol dengan pasien lain, lebih banyak diam dan tidur
siang. Namun terlihat sering membantu pasien lain dan petugas sanatorium,
misalnya membantu mengambilkan makanan dan minuman pasien lain. Selama
Wawancara:
Pasien terlihat tenang dan kooperatif. Saat sedang berbincang- bincang sambil
duduk, pasien menyilangkan kakinya dan sering mengganti posisi kaki yang
disilangkan. Pasien tenang dalam menjawab pertanyaan. Cara berdiri dan berjalan
pasien juga baik, gerakan tubuhnya normal.
Sesudah Wawancara:
Pasien akan kembali ke kamarnya, hanya sesekali keluar kamar.
3. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien sangat kooperatif dan bersikap terbuka terhadap pemeriksa, sehingga
pasien cukup banyak bercerita tanpa diajukan pertanyaan yang lebih spesifik.
B. Pembicaraan
Kuantitas : Banyak, aktif, menjawab dengan latar belakang ceritanya,
Kualitas : Spontan, tidak terlalu cepat, tidak begitu keras karena sedang sakit gigi, lancar, intonasi cukup, artikulasi jelas, irama sesuai pembicaraan, ide cerita cukup.
C. Mood dan Afek
1. Mood : Euthym
2. Afek : Terbatas
3. Keserasian : Serasi
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Auditorik
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. ProsesPikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Tidak terganggu, banyak ide
b. Kontinuitas : Tidak terganggu
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Preokupasi : Ingin beli mobil Honda.
b. Waham : Waham kebesaran (grandiose).
Pasien memiliki waham kebesaran karena merasa dirinya punya banyak uang.
Pasien berencana akan membeli mobil, akan menjemput anak dari Pamanukan
dan menyekolahkannya di sekolah internasional, jalan-jalan ke luar negeri, dan
menikah lagi. Pasien juga yakin bahwa ketika ia pulang semua orang masih
menyukai dan mencari- cari dirinya. Waham kejar.Pasien merasa diguna-gunai
oleh teman wanitanya, dengan menggunakan foto-foto dirinya yang masih
disimpan agar tetap dicintai oleh temannya.
F. Sensorium dan kognisi
1. Kesadaran
a. Kesadaran Neurologis : Kompos Mentis
b. Kesadaran Psikiatrik : Terganggu (ada waham dan halusinasi)
2. Inteligensia : Sesuai pendidikan, rata-rata.
3. Orientasi : Tidak terganggu
4. Memori : Baik
5. Konsentrasi dan Perhatian : Tidak terganggu
6. Kemampuan Membaca dan Menulis : Tidak terganggu
7. Kemampuan Visuospasial : Tidak terganggu
8. Pikiran Abstrak : Tidak terganggu
9. Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Baik
G. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu
H. Daya Nilai dan Tilikan
1. Daya Nilai Sosial: Tidak terganggu
2. Uji Daya Nilai : Tidak terganggu
3. Penilaian Realita : Terganggu (waham kebesaran, waham kejar, dan halusinasi)
4. Derajat Tilikan : Derajat 2
Pasien pada saat yang bersamaan mengakui dan menyangkal bahwa dirinya sakit.
Pasien mengakui bahwa dirinya sangat sensitif suka marah-marah karena hal
kecil, namun juga menyangkal waham kebesarannya.
I. Taraf dapat dipercaya
Dapat di percaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Suhu Badan
d. Frekuensi Pernapasan: Tidak diukur
4. Tinggi dan Berat Badan: Tidak diukur
5. Status Generalis
a. Kepala : normal, hitam keputihan
b. Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
c. Hidung : normal
d. Telinga : normal
e. Mulut : normal
f. Jantung : normal
g. Paru-paru : normal
h. Abdomen : normal
i. Ekstremitas atas : normal
j. Ekstremitas bawah : normal
6. Kelainan Khusus lain
Pasien mengeluh sakit gigi, diakui bahwa giginya patah sampai membuatnya susah menelan.
B. Status Neurologik (Tidak diperiksa)
1. Saraf Kranialis
2. Gejala Rangsang Selaput Otak
3. Gejala Tekanan Intrakranial
4. Mata
5. Pupil
6. Pemeriksaan Oftalmoskopik
7. Motorik
8. Sensorik
9. Sistem Saraf Autonom
10. Fungsi Luhur
11. Gangguan khusus lain
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
14 Januari 2015
Kolesterol : 223 mg/dl
Trigliserida : 324 mg/dl
Kesan : Dyslipidemia
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien adalah seorang pria berusia 50 tahun, WNI, Kristen, anak pertama dari 2
bersaudara (adik perempuan). Pendidikan terakhir pasien adalah S1 Ekonomi dan S2
Film, keduanya diambil di Taiwan. Pekerjaan terakhir pasien adalah pemilik sebuah
agensi travel. Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak 4 Februari 2014.
Sebelumnya pasien mengakui pernah dirawat di yayasan Kristen di Bogor tahun 2012.
Masalah muncul pasca meninggalnya ayah pasien yang membuat fungsi pasien menurun
sampai berhenti bekerja. Pasien sempat dirawat di tempat lain sebelumnya. Selain itu
perpisahan dengan istri kedua dan anak juga ikut membuat pasien sangat kecewa dan
marah. Waktu awal dirawat, pasien sering marah-marah, banyak menuntut, dan membuat
keributan. Pasien banyak menyendiri di kamar dan tidak berkomunikasi dengan orang
lain. Pasien pernah masuk kategori resiko isolasi sosial. Setelah satu tahun dirawat dan
rutin minum obat, mood, afek, dan perilaku pasien membaik. Namun waham kebesaran
pasien belum hilang, ditambah lagi dengan waham kejar dimana pasien curiga dirinya
diguna-gunai lewat foto dirinya, dan ada halusinasi auditorik berupa musik.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini menurut PPDGJ-III /
DSM-V digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Skizofrenia Paranoid karena
adanya gejala kejiwaan berupa waham kebesaran, waham kejar, dan
halusinasi.
Aksis II
Tidak ada diagnosis.
Aksis III
Pasien ini mengalami gangguan medis umum berupa dislipidemia.
Aksis IV
Problem psikososial dan lingkungan pada kasus ini berupa problem dalam
hubunga dengan pasangan atau partner, serta kehilangan dan kematian dari
anggota keluarga.
Aksis V
Berdasarkan Skala Global Assessment of Functioning (GAF),
GAF sekarang : 71-80 (gejala sementara dan dapat diatasi)
GAF Highest Level Past Year : 71-80 (gejala sementara dan dapat diatasi)
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 (Skizofrenia Paranoid)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III: E78 (Dislipidemia)
Aksis IV: Z63.0 (Problem dalam hubunga dengan pasangan atau
partner),Z63.4 (Kehilangan dan kematian dari anggota keluarga)
Aksis V : GAF current: 71-80, GAF Highest Level Past Year: 71-80
IX. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Pasien memiliki dislipidemia, namun telah diberi obat penurun kolesterol dan
diperiksa kembali dengan hasil kadar kolesterol dan trigliserida menurun.
Baru-baru ini pasien mengeluhkan sakit gigi.
2. Psikologik
Ada gangguan penilaian realita, yaitu waham kebesaran, waham kejar, dan
halusinasi.
3. Sosial/Keluarga/Budaya
Pasien memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga, yaitu adik dan
mantan istri akibat sering marah-marah dan bertindak semaunya, suka
menghamburkan uang.
X. PROGNOSIS
A. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis baik :
Pasien tidak mengalami gangguan mental organik.
Pasien kooperatif dengan dokter pemeriksa dan mau minum obat secara
teratur.
Pasien sudah lebih termotivasi untuk bersosialisasi dan melakukan
aktivitas, tidak ngotot terhadap preokupasinya.
Pasien rajin berdoa dan percaya Tuhan.
B. Faktor-faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk :
Kondisi pasien yang masih memiliki waham kebesaran dan waham kejar, pasien merasa diguna-gunai dukun, walau hanya kadang- kadang
Pasien masih menganggap dirinya masih jaya seperti dulu.
Keluarga belum siap menerima pasien kembali di rumah dan menganggap pasien tinggal di sanatorium dan lebih teratur.
Kesimpulan prognosisnya adalah dubia ad bonam.
XI. TERAPI
A. Psikofarmaka
- Anti psikotik
Chlopromazine (typical)
25-100 mg PO 2x1
- Hexymer
a. Antiparkinson (trihexylphenidyl) untuk sindrom ekstrapiramidal
b. 2 mg PO 3x1 tab
B. Psikoterapi
- Edukasi keluarga
C. Sosioterapi
- Bersosialisasi dan mengikuti aktivitas yang ada
D. Terapi problem organobiologik
- Simvastatin
Penurun kolesterol
10 mg PO 1x1 tab
- Gemfibrosil
Penurun koleserol dan trigliserida
300 mg PO 1x2 tab
XII. DISKUSI
Diagnosis penyakit pasien ini adalah Skizofrenia Paranoid. Hal yang mendukung
ke arah diagnosis adalah adanya waham (waham kebesaran dan waham kejar),
serta disfungsi sosial dan pekerjaan, dan hal ini telah berlangsung lebih dari 6
bulan.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut DSM IV-TR :
A. Gejala-gejala yang khas: Dua atau lebih dari gejala berikut yang bermakna
dalam periode satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi), yaitu waham,
halusinasi, pembicaraan yang janggal (mis. Sering derailment atau
incohorensia),perilaku janggal atau katatonik, dan adanya gejala negatif (spt afek
datar,alogia,abulia). Catatan : Hanya satu dari kriteria A yang diperlukan jika
waham-nya janggal atau jika halusinasinya berupa suara yang terus menerus
mengomentari tingkah laku atau pikiran yang bersangkutan atau berisi dua (atau
lebih) suara-suara yang saling bercakap-cakap.
B. Disfungsi sosial atau pekerjaan: Satu atau lebih dari area fungsional utama
menunjukkan penurunan nyata di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset
dalam suatu rentang waktu yang bermakna sejak onset gangguan (atau bila onset
pada masa anak-anak atau remaja terdapat kegagalan pencapaian tingkat
interpersonal, akademik atau okupasi lainnya) seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal atau perawatan diri.
C. Durasi: tanda-tanda gangguan terus berlanjut dan menetap sedikitnya enam
bulan. Periode enam bulan ini meliputi satu bulan gejala-gejala fase aktif yang
memenuhi kriteria A (atau kurang bila berhasil diterapi) dan dapat juga mencakup
fase prodromal atau residual. Selama berlangsung. fase prodormal atau residual
ini, tanda-tanda gangguan dapat bermanifestasi hanya sebagai gejala-gejala
negatif saja atau lebih dari atau dua dari gejala-gejala dalam kriteria A dalam
bentuk yang lebih ringan (seperti kepercayaan –kepercayaan ganjil, pengalaman
perseptual yang tidak biasa).
D. Penyingkiran skizofektif dan gangguan mood: Gangguan skizoafektif dan
mood dengan gambaran psikotik dikesampingkan karena: (1) tidak ada episode
depresi, mania atau campuran keduanya yang terjadi bersamaan dengan gejala-
gelala fase aktif, (2) jika episode mood terjadi intra fase aktif maka
perlangsungannya relatif singkat dibanding periode fase aktif dan residual.
E. Penyingkiran kondisi medis dan zat: Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek
fisiologis langsung dari suatu zat (seperti obat-obatan medikasi atau yang disalah
gunakan) atau oleh suatu kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan suatu gangguan perkembangan pervasif: Jika terdapat
riwayat autistik atau gangguan pervasif lainnya maka tambahan diagnosa
skizofernia hanya dibuat bila juga terdapat delusi atau halusinasi yang menonjol
dalam waktu sedikitnya satu bulan (atau kurang jika berhasil diterapi).
Skizofrenia paranoid jika preokupasi pada satu waham atau lebih atau sering
berhalusinasi auditorik. Pada pasien ini terdapat waham yang dominan.
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III :
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda; atau- “thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari
luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- “thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b. – “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tak berdaya dan pasrah terhadap suatu
kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);
- “delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c. halusinasi auditorik :- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau- mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau- jenis suara halusinasi lain yang berasal
dari salah satu bagian tubuh.
d. waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
- Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
e. halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu, atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h. gejala-gejala ‘negatif’, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
- Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu
bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
- Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.
Kriteria diagnostik Skizofrenia Paranoid menurut PPDGJ III :
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
Sebagai tambahan :
- halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a. suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau
bunyi tawa;
b. halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c. waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan, dipengaruhi,
atau ‘passivity’, dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang
paling khas.
- gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/ tidak menonjol
Pada pasien ditemukan gejala positif, yaitu waham dan halusinasi, untuk lebih menekan
gejala positif yang ada, sebaiknya pasien diberikan monoterapi dengan salah satu
antipsikosis tipikal (Chlopromazine 25-100 mg 2x1 tab). Untuk meminimalkan sindrom
ekstrapiramidal yang dapat muncul akibat pemberian obat antipsikosis, maka pasien
diberikan TPH (trihexyphenidyl) dengan dosis 2mg 2x1tab.
Kadar kolesterol dan trigliserida yang meningkat diberikan obat kolesterol Simvastatin
1x10mg/hari dan Gemfibrosil 2x300 mg/hari.
XIII. TINDAK LANJUT
Subjektif : kooperatif, mood stabil, mengeluh sakit gigi.
Objektif : waham kebesaran, waham kejar merasa diguna-gunai, halusinasi
Assesmen : Skizofrenia Paranoid
Perencanaan :
Antipsikotik tipikal (Chlopromazine 2x1 25-100mg)
Penurun kolesterol (Simvastatin 10 mg 1x1 tab, Gemfibrosil 300 mg 1x2)