LAPORAN KASUS GINEKOLOGI MIOMA UTERI PEMBIMBING : dr. I Made P.Juliawan, SpOG OLEH : Zakiyyatun Humairah H1A 008 030 KEPANITERAAN KLINIK SMF OBGIN Mioma Uteri Page 1
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
MIOMA UTERI
PEMBIMBING :
dr. I Made P.Juliawan, SpOG
OLEH :
Zakiyyatun Humairah
H1A 008 030
KEPANITERAAN KLINIK SMF OBGIN
RSU PROVINSI NTB- FAKULTAS KEDOKTERAN MATARAM
2012
Mioma Uteri Page 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Mioma Uteri” ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:
1. dr. I M. P. Juliawan, Sp.OG., selaku supervisor, selaku pembimbing laporan kasus ini.
2. dr. A. Rusdhy Hariawan Hamid, Sp.OG, selaku Kepala Bagian/ SMF Kebidanan dan
Kandungan RSUP NTB.
3. dr.I Made Mahayasa, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF
Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB.
4. dr. H. Doddy A.K., Sp.OG (K), selaku supervisor.
5. dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku supervisor.
6. dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG, selaku supervisor.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari
sebagai dokter. Terima kasih.
Mataram, 31 Julim 2012
Penulis
Mioma Uteri Page 2
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu
dari empat wanita usia reproduksi aktif (Muzakir cit Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal
juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan
sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. (Muzakir cit Djuwantono,
2004).
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
penderita genekologi yang dirawat .(Hanifa dkk, 2008)
Kejadian mioma uteri lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %.
Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma
uteri dengan estrogen. Mioma uteri dilaporkan belum pernah terjadi sebelum menarke dan
menopause (Anonim, 2008).
Penelitian Ran Ok et-al di Pusan Saint Benedict Hospital Korea menemukan 17% kasus
mioma uteri dari 4784 kasus-kasus bedah ginekologi yang diteliti (Muzakir cit Ran Ok et-al,
2007). Menurut penelitian yang di lakukan Karel Tangkudung (1977) di Surabaya angka
kejadian mioma uteri adalah sebesar 10,30%, sebelumnya di tahun 1974 di Surabaya
penelitian yang dilakukan oleh Susilo Raharjo angka kejadian mioma uteri sebesar 11,87%
dari semua penderita ginekologi yang dirawat (Muzakir cit Yuad H, 2005).
Mioma Uteri Page 3
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita
tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor
ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan,
infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Muzakir cit
Djuwantono, 2004).
Menoragia yang disebabkan mioma uteri menimbulkan masalah medis dan sosial pada
wanita. Mioma uteri terdapat pada wanita di usia reproduktif, pengobatan yang dapat dilakukan
adalah histerektomi, dimana mioma uteri merupakan indikasi yang paling sering untuk dilakukan
histerektomi di USA (1/3 dari seluruh angka histerektomi) (Lacey.C.G., 2007).
Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 55 tahun dengan diagnosa mioma uteri
dan anemia berat yang selanjutnya ditatalaksanai dengan laparotomi histerektomi.
Selanjutnya akan dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan
sesuai dengan literatur.
Mioma Uteri Page 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan jaringan
ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008)
II.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun mempunyai
sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak lagi. Mioma uteri
belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah menopause hanya kira-kira 10%
mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua
penderita genekologi yang dirawat .(Hanifa dkk, 2008)
II.3 Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor
dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya
faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom
yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa
ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya
membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah menopause, sehingga diperkirakan
dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain
itu, sangat jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan
dan kadang mengecil setelah menopause (Hakim, 2009).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast. Percobaan
Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor
Mioma Uteri Page 5
fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek
fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.
Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak
didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan
dari selaput otot yang matur (Hanifa, 2008).
II.4 Klasifikasi Mioma Uteri
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya adalah dari
korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma uteri
dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus
Mioma Uteri Page 6
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa (48%),
submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%) (Anonim, 2008).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini dijumpai
6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan
perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya
benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi
dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai.
Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada
beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,
jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila
di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma yang terletak pada dinding
depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
Mioma Uteri Page 7
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus
diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan ligamentum
latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut wondering
parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.
Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam satu saluran servik sehingga ostium uteri
eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot polos dan
jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern) dengan pseudokapsul
yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan.
II.5 Perubahan Sekunder (Hanifa, 2008)
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut.
Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar
atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari
mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar
dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.
Mioma Uteri Page 8
d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita berusia
lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan
garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan
bayangan pada foto Rontgen.
e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi pada
kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai
gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging
mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau
mioma bertangkai.
f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
II.6 Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada
(servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang
terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah :
Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi dan
dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia
dari perdarahan yang terus-menerus (Lacey.C.G., 2007).
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi
perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal ini
Mioma Uteri Page 9
disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat ini pendapat
yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena pengaruh ovarium
sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma, permukaan
endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas mioma submukosum, dan
miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut
miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum diduga terjadinya perdarahan karena kongesti,
nekrosis, dan ulserasi pada permukaan endometrium (Muzakir, 2008)
Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi. Selain itu penekanan pada visera oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga
bisa menimbulkan keluhan nyeri. Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.(Muzakir, 2008)
Efek penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh mioma
uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti
perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin hingga dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007)..
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri yang
menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada vena-vena di regio
pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai (Muzakir, 2008)
Mioma Uteri Page 10
Gejala akibat Komplikasi
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan
umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.
Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang semakin bertambah
besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah menopause (Lacey.C.G., 2007).
Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami perdarahan
pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri akan
mengakibatkan anemia defisiensi besi (Marjono, 2008)
Torsi
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma abdomen akut, mual,
muntah dan syok
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya abortus
oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang dicurigai
penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan (Lacey.C.G., 2007).
II.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
Mioma Uteri Page 11
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur,
gerakan bebas, tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.
Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke
arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau
panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang
dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus
dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri
atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan
menegakkan dugaan klinis.
Mioma Uteri Page 12
II.8. Diagnosis banding (Marjono, 2008)
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
II.9. Penanganan
Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari semua
kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika ukuran mioma
uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan terbagi
atas :
A. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
- Monitor keadaan Hb
Mioma Uteri Page 13
- Pemberian zat besi
- Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi
gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovarium
menghilang dan diciptakan keadaan ”menopause” yang reversibel. Sebanyak 70%
mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara
ini, menyatakan kemungkinan manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan
menahan atau mengembalikan pertumbuhan mioma sampai menopause yang
sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis GnRH
jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi dihentikan
tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan
(Muzakir cit Alexander, 2004).
B. Penanganan operatif
Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
- Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
- Ukuran tumor yang besar
- Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan ukuran
tumor setelah menopause
- Retensio urin
- Tumor yang menghalangi proses persalinan
- Adanya torsi (Muzakir cit Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
- Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita
mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung miomektomi dapat dilakukan
pada wanita yang masih ingin be reproduksi tetapi belum ada analisa pasti tentang
Mioma Uteri Page 14
teori ini tetapi penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Muzakir cit Chelmow,
2005).
- Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Muzakir cit Prawirohardjo, 2001).
. Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan pendekatan
perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa kasus secara
laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh
kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma uteri merupakan indikasi
bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus
urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto,
2005).
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH).
Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih besar, seperti
perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum.
Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks, dimana kemungkinan
timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan serviks, menurut
penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan
fungsi seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat
Mioma Uteri Page 15
menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana
keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan vagina,
dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Histerektomi
pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan
tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum, histerektomi vaginal hampir
seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang
dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat
diminimalisasi. Selain itu, kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga
lebih minimal. Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi
vaginal lebih cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal
(Hadibroto, 2005).
.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
- Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan
dikeluhkan oleh pasien.
- Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-
gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan
darah akut atau kronis.
- Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Muzakir cit Chelmow, 2005).
Mioma Uteri Page 16
Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia dan
observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai apabila janin
imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen memerlukan interfensi
pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila mioma uteri
menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi mekanik (Muzakir cit Taber,
2004).
Mioma Uteri Page 17
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Usia : 55 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Gangga, KLU
Nama Suami : Tn.M
Suku/Bangsa : Sasak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Suami
Alamat : Gangga KLU
MRS : 18/06/12 pukul 16.15 WITA
MR : 042422
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : perdarahan menstruasi yang lama dan banyak
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan RSUD Tanjung datang ke VK IRD RSUP NTB dengan diagnosa
menometroragia et causa mioma uteri dengan anemia berat. Pasien mengaku menstruasi 1
bulan 2 kali selama ±10-15 hari dan keluar darah banyak sampai 3 kali ganti kain/hari
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri selama haid. Pasien mengaku
haid tidak teratur sejak 9 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan munculnya benjolan
Mioma Uteri Page 18
pada perut bagian bawah yang tidak nyeri, pasien tidak tahu pasti sejak kapan benjolan
tersebut muncul. Gangguan BAB dan BAK serta sesak disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengaku pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Adanya riwayat penyakit
jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma disangkal.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
Riwayat Kontrasepsi : -
Riwayat Perkawinan : suami ke I, menikah 1x selama 34 tahun
Riwayat Obstetri :
Pasien mengatakan mengalami haid pertama (menarke) pada usia 15 tahun. Pasien
memiliki siklus haid yang teratur (28 hari). Pasien memiliki riwayat kehamilan sebagai
berikut : 1 anak laki-laki, sekarang berusia 33 tahun
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Frekuensi nadi : 98 x/menit
- Frekuensi napas : 24 x/menit
- Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan Fisik Umum
- Mata : anemis +/+, ikterus -/-
- Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
- Paru : vesikuler +/+, rhonki (-), wheezing (-)
- Ekstremitas : edema - - akral teraba hangat + +
Mioma Uteri Page 19
- - + +
IV. STATUS GINEKOLOGI
Abdomen :
Inspeksi : Terlihat benjolan pada perut bagian bawah, tidak ada tanda-tanda
peradangan, bekas operasi (-).
Palpasi : Teraba massa padat, kenyal, permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8 cm,
pada perut bagian bawah, nyeri tekan (-).
Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin, erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE (-), fluor
albus (-), perdarahan aktif (-), massa (-), peradangan (-).
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-)
Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio (-)
Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar dari normal 12 minggu
Adneksa Parametrium dan Cavum Douglass dextra et sinistra dbn
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Lengkap (18/06/12):
Hb : 5,3 g/dL
RBC : 3,01 M/µl
WBC : 8,00 K/µl
PLT : 466 K/µl
HCT : 20,3 %
HbSAg : (-)
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Uterus antefleksi dengan ukuran membesar yaitu 80 mm x 75 mm
Adneksa kiri dan kanan normal
Kesan Mioma uteri
VI. DIAGNOSIS PRE OPERASI
Mioma uteri dengan anemia berat
Mioma Uteri Page 20
VII. RENCANA TINDAKAN
Observasi keadaan umum dan vital sign pasien
Cek DL dan HbSAg
Konsultasi ke SPV, advice : transfusi PRC 2 kolf/hari sampai didapatkan Hb 8
g/dL atau 9 g/dL
Pro USG Mioma uteri pro laparatomi (histerektomi) apabila Hb mencapai 8
g/dL atau 9 g/dL
KIE pasien dan keluarganya
VIII. POST OPERASI
Pemeriksaan Darah Lengkap pre op (23/06/12)
Hb : 10,4 g/dL
RBC : 4,67 M/µl
WBC : 11,01 K/µl
PLT : 352 K/µl
HCT : 34,4 %
Tindakan Operasi : Histerektomi subtotalis
Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan laboratorium post-operatif
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi darah (PRC) hingga Hb 9-10 g/dl
Injeksi Ampisilin 1 gram per 6 jam
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan keluhan pasien
Mioma Uteri Page 21
2 jam post operasi
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
- TD : 110/70 mmHg
- HR : 88 x/menit
- RR : 24 x/menit
- Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan Laboratorium post operasi
Hb : 10,2 g/dL
RBC : 4,84 M/µl
WBC : 13,32 K/µl
PLT : 432 K/µl
HCT : 33,3 %
IX. 1 HARI POST OPERATIF
KU : baik
Kes : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,4oC
Mioma Uteri Page 22
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita berusia 55 tahun
dengan diagnosa mioma uteri. Diagnosa ditegakkan berdasarkan hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik-ginekologik, serta pemeriksaan penunjang berupa USG dan pemeriksaan
laboratorium.
Dari hasil anamnesis didapatkan adanya keluhan menometroragi serta munculnya
benjolan pada perut bagian bawah pasien. Ada beberapa kemungkinan diagnosis untuk pasien
dengan menometroragi disertai benjolan pada perut bagian bawah antara lain yaitu mioma
uteri dan endometriosis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang mioma (serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang
ditimbulkan dapat digolongkan menjadi empat yaitu perdarahan abnormal, rasa nyeri, gejala
dan tanda penekanan, serta infertilitas dan abortus. Pada kasus ini, beberapa dari gejala
tersebut didapatkan pada Ny.”S”. Perdarahan abnormal berupa hipermenorhea dapat
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endomerium yang lebih luas daripada biasa, atrofi endometrium
diatas mioma submukosum, miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya
sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh di
antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya
dengan baik. Rasa nyeri yang dikeluhkan pasien dapat disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Gejala penekanan
berupa gangguan BAB dan BAK tidak didapatkan pada pasien karena ukuran mioma yang
tidak terlalu besar. (Hanifa dkk, 2008).
Mioma Uteri Page 23
Pemeriksaan status generalis menunjukkan keadaan umum serta vital sign pasien dalam
batas normal sehingga menunjukkan gangguan perdarahan serta nyeri sudah berlangsung
lama dan tubuh telah melakukan penyesuaian diri. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
konjunctiva tampak anemis. Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini
disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang
mioma menghasilkan eritropoeitin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.
Pada pemeriksaan abdomen, palpasi daerah suprapubik kesan uterus membesar
dengan diameter 8x8 cm, padat, mobile serta permukaannya licin. Pada mioma uteri,
perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskuler. Uterus sering dapat
digerakan, kecuali apabila keadaan patologik pada adneksa
Pada pemeriksaan pelvis, serviks dalam batas normal. Namun, pada keadaan tertentu,
mioma submukosa yang bertangkai dapat mengawali dilatasi serviks dan terlihat pada osteum
servikalis. Pemeriksaan pelvis dilakukan dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan
dalam vagina (VT / vaginal toucher). Hasil pemeriksaan inspekulo didapatkan bentuk, warna
dan permukaan porsio dalam batas normal, tidak terlihat adanya fluksus yang berasal dari
dalam (kanalis servikalis atau kavum uteri). Didapatkan pula sekret/lendir berwarna putih
pada forniks dan dinding vagina. Hasil VT tidak ditemukan adanya kelainan ataupun nyeri
pada dinding vagina, porsio, adneksa dan cavum Dauglas. Namun perabaan pada
parametrium didapatkan massa padat dengan permukaan licin, terfiksir tapi tidak nyeri.
Uterus antefleksi, konsistensi keras dengan ukuran sesuai umur kehamilan 12 minggu.
Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus
antefleksi yang membesar berukuran 80x75 cm, dengan kesan mioma uteri.
Penatalaksanaan mioma uteri berdasarkan besar kecilnya tumor, ada tidaknya keluhan, umur
dan paritas penderita. Pada pasien ini dilakukan tindakan operatif mengingat pada hasil
Mioma Uteri Page 24
pasien memiliki keluhan subjektif berupa perdarahan pervaginam abnormal yang berat,
terlihat dari hasil pemeriksaan Hb yang rendah.
Pada pasien dilakukan tindakan histerektomi. Tindakan histerektomi pada pasien
dengan mioma uteri merupakan indikasi bila didapatkan keluhan menorrhagia, metrorrhagia,
keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14
minggu.
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total abdominal
histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi (STAH). Masing-masing prosedur
histerektomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari
risiko operasi yang lebih besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter,
kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan serviks,
dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Dengan menyisakan
serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa terjadinya dyspareunia akan lebih rendah
dibandingkan dengan yang menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi
seksual. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini tidak terjadi pada
pasien yang menjalani STAH.
Mioma Uteri Page 25
Follow up patient
TIME SUBJECTIVE OBJECTIVE ASSESSMENT PLANNING
18/06/2012
16.15
Pasien rujukan RSUD Tanjung datang
ke VK IRD RSUP NTB dengan
diagnosa menometroragia et causa
mioma uteri dengan anemia berat.
Pasien mengaku menstruasi 1 bulan 2
kali selama ±10-15 hari dan keluar
darah banyak sampai 3 kali ganti
kain/hari sejak 1 minggu yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan nyeri selama
haid. Pasien mengaku haid tidak teratur
sejak 9 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan munculnya benjolan pada
perut bagian bawah yang tidak nyeri,
pasien tidak tahu pasti sejak kapan
benjolan tersebut muncul. Gangguan
BAB dan BAK serta sesak disangkal
pasien.
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
HR : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan Fisik
Mata : anemis +/+, ikterus -/-
Jantung : S1S2 tunggal reguler, murmur
(-), gallop (-)
Paru : vesikuler +/+, rhonki (-),
wheezing (-)
Ekstremitas :
edema : - -
- -
akral teraba hangat : + +
Suspek mioma uteri
dengan anemia
berat
Observasi keadaan umum
dan vital sign pasien
Cek DL dan HbSAg
Konsultasi ke SPV,
advice : transfusi PRC 2
kolf/hari sampai didapatkan
Hb 8 g/dL atau 9 g/dL
Pro USG
Mioma Uteri Page 26
+ +
STATUS GINEKOLOGI
Abdomen :
Terlihat benjolan pada perut bagian
bawah, teraba massa padat, kenyal,
permukaan licin, mobile ukuran 8 x 8
cm, pada perut bagian bawah, nyeri
tekan (-).
Pemeriksaan Inspekulo :
Porsio ukuran normal, tampak licin,
erosi (-), fluksus (-), livide (-), Ø OUE
(-), fluor albus (-), perdarahan aktif (-),
massa (-), peradangan (-).
Pemeriksaan Dalam (VT) :
Dinding vagina normal, massa (-),
Porsio licin, Ø (-), nyeri goyang porsio
(-), Corpus uteri antefleksi ukuran lebih
besar dari normal sesuai 12 minggu,
Mioma Uteri Page 27
Adneksa Parametrium Cavum
Douglass dextra et sinistra dbn
Pemeriksaan Darah Lengkap
(18/06/12)
Hb : 5,3 g/dL
RBC : 3,01 M/µl
WBC : 8,00
K/µl
PLT : 466 K/µl
HCT : 20,3 %
HbSAg : (-)
19/06/12 - Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
Konjungtiva anemis
Ultrasonografi (USG) Abdomen :
Uterus antefleksi dengan ukuran
Mioma uteri
dengan anemia
berat
observasi tanda-tanda vital
pro laparatomi
pro transfusi PRC 2 kolf
PRC kolf I masuk pukul
22.00 wita
Mioma Uteri Page 28
20/06/12 -
membesar yaitu 80 mm x 75 mm
Adneksa kiri dan kanan normal
Kesan Mioma uteri
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
Konjungtiva anemis
Mioma uteri
dengan anemia
berat
observasi tanda-tanda vital
pro laparatomi
PRC kolf II masuk pukul
15.00 wita
21/06/12 - Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,4oC
Mioma uteri
dengan anemia
berat
observasi tanda-tanda vital
pro laparatomi
PRC kolf III masuk pukul
21.00 wita
22/06/12 . Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
Mioma uteri
dengan anemia
berat
observasi tanda-tanda vital
pro laparatomi
PRC kolf III masuk pukul
21.00 wita
Mioma Uteri Page 29
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
23/06/12 - Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pemeriksaan Darah Lengkap pre op
(23/06/12)
Hb : 10,4 g/dL
RBC : 4,67 M/µl
WBC : 11,01
K/µl
PLT : 352 K/µl
HCT : 34,4 %
Mioma uteri observasi tanda-tanda vital
pro laparatomi
24/06/12 - Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 84 x/menit
Mioma uteri Histerektomi subtotalis
Penemuan Intra Operasi :
Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
Mioma Uteri Page 30
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,7oC
Perdarahan ± 200 cc
Instruksi Post Operasi :
Pemeriksaan laboratorium
post-operatif
Bila Hb < 8 g/dl, transfusi
darah (PRC) hingga Hb 9-
10 g/dl
Injeksi Ampisilin 1 gram
per 6 jam
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien
25/06/12 nyeri luka operasi Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 84 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
1 hari post
laparatomi
Injeksi Ampisilin 1 gram
per 6 jam
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien
Mioma Uteri Page 31
26/06/12 Nyeri luka operasi Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5oC
2 hari post
laparatomi
Injeksi Ampisilin 1 gram
per 6 jam
Asam Mefenamat 3x1
Observasi tanda vital dan
keluhan pasien
Mioma Uteri Page 32
Mioma Uteri Page 33
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Biomolekuler mioma uteri. Available from: http://digilib.unsri.ac.idf. Di
akses: 31 Juli 2012.
Darmasetiawan SM dkk, Penggunaan Padanan Hormon Pelepas Gonadotropin Agonis
(GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran Indonesia, vol.
45, No. 8, IDI, Jakarta.
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3 September
2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005-%20(9).pdf
(Accessed on July 20, 2012)
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo d/a
Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and Gynecologic
Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk Connectient, California,
Los Atlas, 2007, p : 657-62.
Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from : http://www.geocities.com.
(Accessed : November 21, 2008).
Manuaba IBG, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta, p : 409-12.
Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004, p : 401-27.
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode
1 Januari-31 Desember 2006.
Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p : 146-7.
Mioma Uteri Page 34